Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Literasi novel adalah kemampuan seseorang dalam membaca ataupun menulis sebuah novel.
Novel merupakan salah satu cerita fiksi yang berbentuk tulisan atau kata-kata, dan di dalamnya
mengandung unsur intrinsik dan ekstrinsik. Sebuah novel biasanya menceritakan tentang
kehidupan manusia dalam berinteraksi dengan lingkungan. Dalam novel, si pengarang berusaha
semaksimal mungkin untuk mengarahkan pembaca kepada gambaran-gambaran realita
kehidupan melalui cerita yang terkandung dalam novel. Oleh karena itu, penulis tertarik untuk
membuat laporan hasil literasi. Selain itu, novel sangat menarik untuk dibaca dan dikaji, karena
novel mempunyai hubungan yang sangat erat dengan lingkungan sosial Salah satu novel yang
menarik untuk dikaji yaitu novel Hati Suhita karya Khilma Anis.

B. Tujuan

Tujuan membaca buku fiksi antara lain melatih kesabaran, mendapat kesenangan, melatih
imajinasi , dan melatih daya ingat . Dengan demikian, salah satu tujuan membaca buku fiksi
adalah mendapat kesenangan.

C. Manfaat

1. Sebagai hiburan

2. Mengisi waktu luang

3. Menambah pengalaman dari cerita isi buku

4. Suka berimajinasi

5. Bahan inspirasi untuk menulis

6. Sebagai bahan referensi untuk membuat tugas sekolah ataupun kuliah

1
BAB II

IDENTITAS BUKU

Judul buku : Hati Suhita

Penulis buku : Khilma Anis

Penerbit buku : Telaga Aksara Ft Mazaya Media

Tahun Terbit : 2019

Kota terbit : Yogyakarta

Cetakan :V

Tebal Buku : 405 halaman

Harga Buku : Rp. 95.000

2
BAB III

STRUKTUR BUKU

Suluh Jiwa
Kidung Wulan Andadari
Telaga Puntadewa
Menjangan Ketawan
Duka Dewi Amba
Kepedihan Seroja
Amurwa Tarung
Jumawa
Wayah Julung Kembang
Tapa Telapak
Tikaman Sula
Randu Merenda Rindu
Anteb ing Qolbu
Titah Sakral Ibu
Kecamuk Bayangan
Pengabsah Wangsa
Sergapan Karma
Memenggal Gelora
Lelaku Lelaki
Kelana Kejora
Nandang Wuyung
Membelah Jarak
Riak-riak Ingatan
Megat Rasa
Terpasung Renjana
Tersayat Sembilu
3
Di Puncak Sunyi
Begawan Abiyasa
Semilir Angin Tenggara
Sulur Temu Roso
Meredup Rindu
Setegar Sawitri
Pagi Pertama
Kasmaran
Glosarium
Terima Kasih
Banyu Sendhang
Biodata penulis

4
BAB IV

SINOPSIS BUKU

Alina Suhita, perempuan dari trah darah biru pesantren dengan moyang pelestari ajaran Jawa,
sejak remaja terikat perjodohan. Ketika hari pernikahan tiba, Gus Birru suaminya, menumpahkan
kekesalan dengan tidak mau menggauli Suhita. Tinggal dalam satu kamar tapi tempat tidur
terpisah sejak malam pertama pernikahan. Tanpa perbincangan apalagi kehangatan, namun bisa
bersandiwara sebagai pasangan pengantin mesra ketika di luar.

Alina Suhita, begitu patuh. Khas tawadhu'santri. Baginya, mikul duwur mendem jeru menjadi
pegangan yang mutlak diterima dan dilakukan tanpa reserve. Gejolak hasrat seorang istri yang
disambut penolakan terang-terangan suami, tepat ketika perempuan masa lalu suami muncul
menjalin komunikasi layaknya sepasang kekasih, adalah penderitaan yang mengiringi konflik
batinnya selama beberapa purnama.

Namun yang tersemat dalam nama Suhita, adalah kekuatan tiada bandingan. Suhita menelan
semua getir itu sendirian. Merebahkannya di dalam sujud, melantunkannya dalam ayat-ayat
Tuhan yang ia hapal seluruhnya, juga tengadah doa di tempat orang-orang suci didemayamkan.

Mustika Ampal dan Pengabsah Wangsa, menjadi ujung dari kisah cinta rumit dan dramatis ini.
Bahwa cinta adalah kesediaan total untuk menerima takdir serta melepaskan diri dari segala hal
yang berpotensi memusnahkan bahagia!

5
BAB V

RINGKASAN BUKU

Seantero penjuru pesantren tahu bahwa Alina Suhita sudah dijodohkan dengan Gus Birru, anak
kandung Pak Yai dan Bu Nyai. Semua orang sepakat bahwa dirinya sempurna untuk
disandingkan dengan Gus Birru. Sosok Alina yang cantik, kalem, dan mempunyai 30 juz hafalan
Al-Qur'an membuat siapa saja tertarik padanya. Nyatanya tak begitu, setelah ijab Kabul yang
disaksikan oleh banyak pihak, Gus Birru tidak pernah sekalipun menyentuhnya. Tak ada malam
pertama. Tak ada kata-kata romantic keluar dari mulut Gus Birru. Jangankan itu, tidur pun selalu
berpisah Alina di kasur sedangkan Gus Birru di sofa. Kehidupan keduanya diselimuti oleh
kepura-puraan. Saling diam ketika berdua, tetapi berlagak manis ketika di hadapan orang tua.
Keadaan seperti ini berlangsung selama 7 bulan lamanya. Alina selalu tegar menghadapi
kelakuan suaminya itu. Pernah suatu kali ia sudah berdandan rapi, dengan harapan hal itu bisa
menarik perhatian suaminya.

Nyatanya tidak, Gus Birru menolaknya secara terus terang. Mana ada wanita yang tak sakit hati
menerima perlakuan suaminya seperti itu. Konflik yang dialami Alina sangat ketar ketir.
Ditambah Alina melihat kontak yang bernama Rengganis menelepon Gus Birru sering kali.
Mereka berteleponan. Gus Birru tersenyum sendiri setelah mengangkat telepon darinya. Hal itu
membuat pikiran Alina sangat terusik. Ia seorang istri yang sah diperlakukan bak orang asing di
kamarnya sendiri. Sedangkan Gus Birru di luar selalu menghadirkan komunikasi yang asyik
bersama teman-temannya, termasuk Rengganis, sosok yang Alina curigai sebagai dambaan hati
suaminya. Hatinya hancur berkeping-keping. Ia tak sanggup menanggung beban ini semua. Ia
tumpahkan isi hatinya di hadapan makam ulama. Ia sudah diberi beban untuk mengurus
pesantren Pak Kiai, Gus Birru seharusnya berada di sampingnya untuk mendukung apa yang dia
lakukan. Tapi nyatanya itu tidak.

6
Di dalam hatinya, Gus Birru memang mengakui bahwa Rengganis masih terbayang-bayang di
dalam benaknya. Masa kuliah ia habiskan dengannya, berdiskusi, jalan-jalan ke tempat sana sini,
dan menyatukan visi misi. Keduanya bermimpi untuk menjalin hubungan sampai suami istri.
Harapan itu kandas. Gus Birru yang terlahir sebagai seorang putra kyai satu-satunya dijodohkan
dengan seorang ning yang dianggap bisa meneruskan perjuangan di pesantren. Dia adalah Alina
Suhita, seorang perempuan hafizah yang mempunyai orang tua kiai juga.
Setelah ijab kabul di antara keduanya, hubungan Gus Birru dengan Rengganis semakin
renggang. Rengganis tentu saja menjaga jarak, begitu pun dengan Gus Birru. Namun, hati
keduanya masih terikat antara satu dengan yang lainnya. Perasaan ini membuat Gus Birru
diambang kegelisahan. Di hadapannya ada seorang istri yang bernama Suhita, tetapi hatinya
masih ada bayangan cantik Rengganis. Ia butuh waktu untuk melupakan Rengganis dan belajar
untuk mencoba mencintai Alina. Tujuh bulan bukanlah waktu yang cukup. Seiring berjalannya
waktu, sebenarnya Gus Birru mulai jatuh hati kepada Alina. Perasaan ini datang setelah ia pulang
dari Bandung, menyelesaikan masalahnya dengan Rengganis. Alina mulai merasakan kehangatan
tersebut. Ia masih terbayang-bayang Rengganis.

Hingga pada suatu hari, Rengganis datang ke pesantren mertuanya. Pak Yai, Bu Nyai , Gus
Birru, dan Rengganis tampak asyik mengobrol. Melihat keseruan mereka, Alina tidak kuat hati,
ia memutuskan untuk pergi menjauh, menenangkan pikirannya ke rumah kakeknya di Salatiga.
Sehari setelah kepergiannya, Bu Nyai atau biasa dipanggil Ummi jatuh sakit sampai harus
dibawa ke rumah sakit. Ia memikirkan nasib menantu yang tak tahu bagaimana keadaannya
sekarang. Apakah hubungan antara anak dan menantunya tidak baik-baik saja seperti yang ia
kira. Gus Birru ikut merasakan khawatir. Selama ini umminya selalu dirawat Alina, ia tak
mengetahui apa pun. Tentang obat ummi, urusan pesantren, dan lainnya.

Ia sadar bagaimana sosok Alina sangat berpengaruh baginya dan keluarganya. Gus Birru
menyusul ke Salatiga. Bertemu dengan Alina, meminta maaf. Kemudian memulai membagikan
kasih sayangnya. Hingga terjadilah yang pagi pertama, hubungan yang selalu Alina dambakan
sejak pernikahan tujuh bulan yang lalu.

7
BAB VI

PENDAPAT PEMBACA TENTANG ISI BUKU

Menurut saya novel berjudul "Hati Suhita" sangat direkomendasikan karena novel
ini memberikan pemahaman mengenai cerita dan filosofi pewayangan, sehingga
setiap pembaca tidak hanya memperoleh amanat dari cerita tetapi juga pemahaman
dan wawasan dari tokoh-tokoh pewayangan yang bercerita tentang wanita pra
kolonial. Novel Hati Suhita, dunia batin perempuan yang berlatar kan pondok
pesantren dengan tradisi Jawa yang kuat masih sepi dalam ranah sastra Indonesia,
tetapi Khilma Anis mampu menyajikannya dalam Hati Suhita. Akan tetapi, di
dalam novel banyak menggunakan kosakata bahasa daerah, sehingga masih sulit
untuk dipahami bagi pembaca.

8
BAB VII

PENUTUP

A. Kesimpulan

Kesimpulan dari novel tersebut membicarakan kekuatan cinta, relasi laki-laki dengan
perempuan dalam kehidupan pesantren modern, juga pesantren dengan transformasi
pengembangannya. Pesan tersirat yang disampaikan Khilma Anis di novel Hati Suhita
adalah bagaimana seharusnya konsep cinta yang dihadirkan oleh Alina Suhita yang tidak
begitu saja mudah menyerah dengan keadaan. Mikul duwur, mendhem jero mutlak
diterima Alina Suhita tanpa penolakan.

B. Saran
Novel ini juga disarankan agar diberikan translate atau arti di setiap kosah kata bahasa
Jawa yang digunakan di dalam novel. Supaya pembaca dari luar Jawa mengerti maksud
dari bahasa yang disampaikan tanpa harus menebak-nebak.

Anda mungkin juga menyukai