DISUSUN OLEH :
NO : 06
KEMENTERIAN AGAMA
MADRASAH ALIYAH NEGERI 1 SRAGEN
TAHUN PELAJARAN 2018/2019
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih dan Maha Penyanyang. Saya
panjatkan puji syukur kehadirat-Nya yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, serta inayah-NyA
kepada saya sehingga saya bisa menyelesaikan tugas ujian praktek PPKn dengan judul
“Kesadaran akan Persatuan dan Kesatuan dalam Rangka Negara Rpublik Indonesia”
Makalah ini sudah saya susun dengan maksimal dan mendapat bantuan dari berbagai pihak
sehingga bisa memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu saya menyampaikan terimakasih
kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari segala hal tersebut, saya sadar sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari
segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karenanya saya dengan lapang dada
menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar saya dapat memperbaiki makalah ilmiah ini.
Akhir kata saya berharap semoga makalah ilmiah tentang limbah dan manfaatnya ini bisa
memberikan manfaat maupun inspirasi untuk pembaca.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bangsa Indonesia dikenal sebagai bangsa majemuk, ditandai dengan banyaknya
etnis, suku, agama, budaya, kebiasaan, di dalamnya. Di sisi lain, masyarakat Indonesia
dikenal sebagai masyarakat multikultural, masyarakat yang anggotanya memiliki latar
belakang budaya (cultural background) beragam. Kemajemukan dan multikulturalitas
mengisyaratkan adanya perbedaan. Bila dikelola secara benar, kemajemukan dan
multikulturalitas menghasilkan energi hebat. Sebaliknya, bila tidak dikelola secara benar,
kemajemukan dan multikulturalitas bisa menimbulkan bencana dahsyat.
Nation and character building sebagai cita-cita membentuk kebudayaan nasional
sebagai wahana pemersatu bangsa cenderung belum terwujud. Malah akhir-akhir ini
semangat yang menjurus pada kesukubangsaan semakin bertambah besar sepertinya
semangat mengutamakan paham suku-bangsa lebih beradab dan maju ketimbang suku-
bangsa yang lainnya cenderung tumbuh. Padahal semangat kesukubangsaan yang lebih
mengutamakan kebesaran suku-bangsanya di tengah-tengah negara yang multikultur ini
tentunya tidak sejalan dengan paham kebangsaan yang dikembangkan sejak negara ini
berdiri. Pedoman kehidupan berbangsa dan bernegara yang sarat dengan itikad menjaga,
melindungi, mempersatukan dan membangun bangsa untuk mampu meraih kemajuan adab,
setara dengan bangsa-bangsa maju lainnya di dunia seolah-olah menjadi barang usang yang
sudah ditinggalkan. Manifesto kultural Bhinneka Tunggal Ika yang merupakan tekad untuk
membentuk kohesi sosial dan integrasi sosial, serta menyiratkan landasan mutualisme
(kebersamaan, dalam perasaan maupun perilaku) dan kerjasama yang didasarkan atas
kepentingan bersama dan perasaan kebersamaan, itu pun semakin pudar. Padahal makna
dari manifesto kultural itu adalah ternanamnya perasaan saling memiliki dan menghargai
sesama warganegara Indonesia, meski dengan latar belakang etnik dan kebudayaan yang
berbeda-beda.
1
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian persatuan dan kesatuan bangsa?
2. Bagaimana makna dan pentingnya persatuan dan kesatuan bangsa?
3. Apa saja macam prisip-prinsip persatuan dan kesatuan bangsa?
4. Bagaimana nilai-nilai persatuan dan kesatuan?
5. Apa yang di maksud dengan Bhineka Tunggal Ika?
6. Bagaimana cara mewujudkan persatuan dan kesatuan bangsa?
7. Bagaimana stuktur masyarakat Indonesia dan masalah kultural?
8. Bagaimana hakikat multikultural?
9. Bagaimana kondisi multikulturalisne di Indonesia?
C. Tujuan Pembahasan
Sejalan dengan rumusan masalah diatas, makalah ini disusun dengan tujuan untuk
mengetahui dan mendeskripsikan:
1. Persatuan dan kesatuan bangsa;
2. Makna dan pentingnya persatuan dan kesatuan bangsa;
3. Prisip-prinsip persatuan dan kesatuan bangsa;
4. Nilai-nilai persatuan dan kesatuan;
5. Bhineka Tunggal Ika;
6. Cara mewujudkan persatuan dan kesatuan bangsa;
7. Stuktur masyarakat Indonesia dan masalah kultural;
8. Hakikat multikultural;
9. Multikulturalisne di Indonesia.
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
dan kesatuan bangsa dapat mewujudkan sifat kekeluargaan, jiwa gotong-royong,
musyawarah dan lain sebagainya.
Tahap-tahap pembinaan persatuan bangsa Indonesia itu yang paling menonjol ialah
sebagai berikut:
1. Perasaan senasib
2. Kebangkitan Nasional
3. Sumpah Pemuda
4. Proklamasi Kemerdekaan
4
4. Prinsip Wawasan Nusantara
Dengan wawasan itu, kedudukan manusia Indonesia ditempatkan dalam kerangka
kesatuan politik, sosial, budaya, ekonomi, serta pertahanan keamanan. Dengan wawasan
itu manusia Indonesia merasa satu, senasib sepenanggungan, sebangsa dan setanah air,
serta mempunyai satu tekad dalam mencapai cita-cita pembangunan nasional.
5. Prinsip Persatuan Pembangunan untuk Mewujudkan Cita- cita Reformasi
Dengan semangat persatuan Indonesia kita harus dapat mengisi kemerdekaan serta
melanjutkan pembangunan menuju masyarakat yang adil dan makmur
5
c. Sukuisme
d. Profinsialisme
e. acuh tak acuh tidak peduli terhadap lingkungan
f. fanatisme yang berlebih-lebihan dan lain sebagainya
6
yaitu “pluralisme” yang artinya sama dengan keberagaman, tiba-tiba saja menjadi istilah
yang begitu gencar disebut. Setiap orang seakan kurang yakin dengan keintelekannya bila
tidak menyebut kata pluralisme setiap kali bicara, berdiskusi, berpidato dan lain
sebagainya.
7
6. menyadari dan menghargai harkat dan pendapat orang lain;
7. rasional dan percaya kepada kemampuan iptek;
8. menjunjung tinggi keadilan; dan
9. berorientasi kepada produktivitas, efektivitas dan efisiensi.
G. Hakikat Multikulural
Multikultural sebagai suatu konsep dan implementasi yang belum sepenuhnya
disadari segenap warga masyarakat. Setiap manusia terlahir dalam keadaan berbeda satu
sama lain, membawa sejumlah karakter fisik dan psikis yang berbeda. Di samping itu
setiap individu memiliki sistem keyakinan, yang berbeda belum sepenuhnya bisa diterima
dengan nalar kolektif masyarakat. Nalar kolektif masyarakat tentang multikultural masih
terkooptasi logisentrisme, tafsir hegemonik yang sarat prasangka, curiga, kebencian, dan
reduksi terhadap kelom-pok yang ada diluar dirinya. Tingkat pemahaman masyarakat
Indonesia tentang multikultural sangat beragam. Namun demikian, pada mayoritas
masyarakat Indonesia telah sadar akan pentingnya multikultural ini sebagai kekuatan
bangsa, dan bukannya potensi untuk mencerai beraikan persatuan dan kesatuan.
Secara konseptual, M.G.Smith dalam Abdul Rachman (2001) mendefinisikan bahwa
multikultural bangsa sebagai sesuatu yang lebih dari hanya keragaman kebudayaan.
Masyarakat yang benar-benar bersifat plural hanyalah apabila ada sesuatu keanekaragaman
yang resmi (diakui) di dalam sistem dasar dari kelembagaan-kelembagaan yang
diwajibkan. Kejelasan dari konsep M.G.Smith karena ia bertolak dari premis bahwa sistem
kelembagaan apapun cenderung mengarah kepada integrasi dan kekentalan internal
sementara setiap kelompok-kelompok yang berbeda akan cenderung membentuk suatu
kesatuan sosial budaya yang berdekatan.
Terlepas dari konteks wilayah dan zaman yang memang sangat berpengaruh
munculnya sebuah konsep, namun kecenderungan adanya penyeragaman terhadap
bermacam-macam suku bangsa. Kecenderungan ini akan menempatkan suku bangsa
tertentu yang mayoritas sebagai unsur yang berhak mengatasnama dirinya “mewakili
masyarakat”. Walau-pun pada kenyataannya dapat menimbulkan sikap primodial yang
menguta-makan kepentingan suatu kelompok atau komunitas masyarakat tertentu.
8
Pada dasarnya manusia menciptakan budaya atau lingkungan sosial mereka sebagai
suatu adaptasi terhadap lingkungan fisik dan biologis mereka. Kebiasaan-kebiasaan,
praktek-praktek, dan tradisi-tradisi untuk terus hidup dan berkembang diwariskan oleh
suatu generasi ke generasi lainnya dalam suatu masyarakat tertentu. Pada gilirannya
kelompok atau suku bangsa tersebut tidak menyadari dari mana asal warisan kebijaksanaan
tersebut. Generasi berikutnya terkondisikan untuk menerima “kebenaran-kebenaran”
tersebut tentang kehidupan di sekitar mereka, karena norma dan nilai tertentu telah
ditetapkan oleh generasi sebelumnya. Namun demikian, norma dan nilai tertentu dari suatu
daerah atau suku bangsa, dapat diterima atau tidak tergantung dari persepsi, pengetahuan
dan keyakinan dari orang-orang yang bersangkutan.
Pada umumnya individu-individu cenderung menerima dan mempercayai apa yang
dikatakan budaya mereka. Hal ini dapat dipahami, karena manusia yang hidup tumbuh dan
berkembang dipengaruhi oleh keluarga dan masyarakat dimana kita dibesarkan dan tinggal.
Tentunya terlepas dari bagaimana validatas obyektif masukan dan penanaman budaya ini
pada diri kita. Pada umumnya individu akan mengabaikan atau menolak apa yang
bertentangan “kebenaran” kultural atau bertentangan dengan kepercayan-kepercayaan yang
diyakininya.
Budaya adalah gaya hidup unik suatu kelompok manusia tertentu (Dedi
Mulyana,2001). Budaya merupakan pengetahuan yang dapat dikomunikasikan, sifat-sifat
perilaku dipelajari yang juga ada pada anggota-anggota dalam suatu kelompok sosial dan
berwujud dalam lembaga-lembaga artefak-artefak mereka. E.B.Taylor, pakar Antropologi
menyebutkan budaya sebagai keseluruhan dimensi meliputi pengetahuan, kepercayaan,
seni, moral, hukum, adat istiadat, dan kemampuan-kemampuan atau kebiasaan-kebiasaan
lain yang diperoleh angggota-anggota suatu masyarakat. Dalam hal ini setiap kelompok
budaya menghasilkan jawaban-jawaban khususnya sendiri terhadap tantangan-tantangan
hidup seperti kelahiran, pertumbuhan, hubungan-hubungan sosial, dan bahkan kematian.
Sebagaimana telah kita ketahui bahwa budaya memberikan identitas kepada
sekelompok orang terhadap karakteristik kulturnya. Beberapa aspek budaya tampak jelas
dalam perilaku manusia, namun ada pula aspek lainnya tersembunyi. Sebagian dari aspek-
aspek budaya ini eksplisit dalam adat dan pengetahuan masyarakat, dan mungkin berwujud
dalam hukum adat, tradisi-tradisi yang dipercayai oleh kelompok masyarakatnya.
9
Di antara sekian banyak definisi budaya, ada definisi yang menyebutkan budaya
sebagai rancangan-rancangan yang tercipta secara historis untuk hidup untuk hidup yang
bisa rasional, irasional dan nonrasional. Perilaku rasional dalam suatu budaya didasarkan
atas apa yang dianggap kelompok masuk akal untuk mencapai tujuan-tujunannya. Perilaku
irasional menyimpang dari norma-norma yang diterima suatu masyarakat dan mungkin
bersumber dari frustasi seseorang dalam usaha memuaskan kebutuhan-kebutuhannya.
untuk menganalisis dan mengkategorikan suatu budaya agar budaya tersebut lebih
mudah dipahami.
H. Multikulturalisme di Indonesia
Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat dengan tingkat keanekaragaman yang
sangat kompleks. Masyarakat dengan berbagai keanekaragaman tersebut dikenal dengan
istilah mayarakat multikultural. Bila kita mengenal masyarakat sebagai sekelompok
manusia yang telah cukup lama hidup dan bekerja sama sehingga mereka mampu
mengorganisasikan dirinya dan berfikir tentang dirinya sebagai satu kesatuan sosial dengan
batas-batas tertentu (Linton), maka konsep masyarakat tersebut jika digabungkan dengan
multikurtural memiliki makna yang sangat luas dan diperlukan pemahaman yang
mendalam untuk dapat mengerti apa sebenarnya masyarakat multikultural itu.
Multikultural dapat diartikan sebagai keragaman atau perbedaan terhadap suatu
kebudayaan dengan kebudayaan yang lain. Sehingga masyarakat multikultural dapat
diartikan sebagai sekelompok manusia yang tinggal dan hidup menetap di suatu tempat
yang memiliki kebudayaan dan ciri khas tersendiri yang mampu membedakan antara satu
masyarakat dengan masyarakat yang lain. Setiap masyarakat akan menghasilkan
kebudayaannya masing-masing yang akan menjadi ciri khas bagi masyarakat tersebut.
Dari sinilah muncul istilah multikulturalisme. Banyak definisi mengenai
multikulturalisme, diantaranya multikulturalisme pada dasarnya adalah pandangan dunia -
yang kemudian dapat diterjemahkan dalam berbagai kebijakan kebudayaan- yang
menekankan tentang penerimaan terhadap realitas keragaman, pluralitas, dan multikultural
yang terdapat dalam kehidupan masyarakat. Multikulturalisme dapat juga dipahamni
sebagai pandangan dunia yang kemudian diwujudkan dalam “politics of recognition”
(Azyumardi Azra, 2007). Lawrence Belum mengungkapkan bahwa multikulturalisme
10
mencakup suatu pemahaman, penghargaan dan penilaian atas budaya seseorang, serta
penghormatan dan keingintahuan tentang budaya etnis orang lain. Berbagai pengertian
mengenai multikulturalisme tersebut dapat ddisimpulkan bahwa inti dari multikulturalisme
adalah mengenai penerimaan dan penghargaan terhadap suatu kebudayaan, baik
kebudayaan sendiri maupun kebudayaan orang lain. Setiap orang ditekankan untuk saling
menghargai dan menghormati setiap kebudayaan yang ada di masyarakat. Apapun bentuk
suatu kebudayaan harus dapat diterima oleh setiap orang tanpa membeda-bedakan antara
satu kebudayaan dengan kebudayaan yang lain.
Pada dasarnya, multikulturalisme yang terbentuk di Indonesia merupakan akibat dari
kondisi sosio-kultural maupun geografis yang begitu beragam dan luas. Menurut kondisi
geografis, Indonesia memiliki banyak pulau dimana stiap pulau tersebut dihuni oleh
sekelompok manusia yang membentuk suatu masyarakat. Dari masyarakat tersebut
terbentuklah sebuah kebudayaan mengenai masyarakat itu sendiri. Tentu saja hal ini
berimbas pada keberadaan kebudayaan yang sangat banyak dan beraneka ragam.
Dalam konsep multikulturalisme, terdapat kaitan yang erat bagi pembentukan
masyarakat yang berlandaskan bhineka tunggal ika serta mewujudkan suatu kebudayaan
nasional yang menjadi pemersatu bagi bangsa Indonesia. Namun, dalam pelaksanaannya
masih terdapat berbagai hambatan yang menghalangi terbentuknya multikulturalisme di
masyarakat. Multikultural dapat terjadi di Indonesia karena Letak geografis Indonesia,
perkawinan campur dan iklim.
11
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Persatuan dan kesatuan Bangsa Indonesia berarti persatuan bangsa yang mendiami
wilayah Indonesia. Persatuan itu didorong untuk mencapai kehidupan yang bebas
dalam wadah negara yang merdeka dan berdaulat.
2. makna dan pentingnya persatuan dan kesatuan bangsa dapat mewujudkan sifat
kekeluargaan, jiwa gotong-royong, musyawarah dan lain sebagainya.
3. Prinsip Bhineka Tunggal Ika, nasionalisme Indonesia, kebebasan bertanggung jawab,
wawasan nusantara dan prinsip untuk mewujudkan cita-cita pada era reformasi.
4. Meningkatkan keadilan dan tidak membedabedakan antar suku bangsa.
5. Arti Bhinneka Tunggal Ika adalah berbeda-beda tetapi satu jua yang berasal dari buku
atau kitab sutasoma karangan Empu Tantular. Secara mendalam Bhineka Tunggal Ika
memiliki makna walaupun di Indonesia terdapat banyak suku, agama, ras, kesenian,
adat, bahasa, dan lain sebagainya namun tetap satu kesatuan yang sebangsa dan
setanah air.
6. Membangun Persatuan dan kesatuan mencakup upaya memperbaiki kondisi
kemanusiaan lebih baik dari hari kemarin. Semangat untuk senantiasa memperbaiki
kualitas diri ini amat sejalan dengan perlunya menyiapkan diri menghadapi tantangan
masa depan yang kian kompetitif.
7. bangsa Indonesia terdiri dari kolektifitas kelompok-kelompok masyarakat yang
bersifat majemuk. Dari segi etnitasnya terdapat 656 suku bangsa (Hidayat, 1997)
dengan tidak kurang dari 300 jenis bahasa-bahasa daerah, dan di Irian Jaya saja lebih
200 bahasa-bahasa sukubangsa (Koentjaraningrat,1993). Penduduknya sudah
mencapai 200 juta, yang menempatkan Indonesia pada urutan keempat dunia. Suatu
masyarakat yang multikultural tidak dapat disamakan dengan masyarakat yang
memiliki unit-unit kekerabatan yang bersifat segmenter, akan tetapi sekaligus juga
tidak dapat disamakan pula dengan masyarakat yang memiliki diferensiasi atau
spesialiasi yang tinggi.
12
8. multikultural bangsa sebagai sesuatu yang lebih dari hanya keragaman kebudayaan.
Masyarakat yang benar-benar bersifat plural hanyalah apabila ada sesuatu
keanekaragaman yang resmi (diakui) di dalam sistem dasar dari kelembagaan-
kelembagaan yang diwajibkan.
9. Multikultural dapat terjadi di Indonesia karena Letak geografis Indonesia, perkawinan
campur dan iklim.
B. Saran
Indonesia memang suatu bangsa yang multicultural, bangsa yang berdiri dari bebagai
macam suku, budaya, ras dan berbagai bahasa. Namun hal tersebut tidak menutup
kemungkinan bagi kita sebagai bangsa indonesia untuk bersatu dan berjuang untuk bangsa
yang terdiri dari bermacam-macam kultur ini. Kita harus bersatu agar duduk sama rendah
dan berdiri sama dengan bangsa yang lain dan bersama-sama, bergotong royong untuk
mengangkat martabat bangsa Indonesia di mata dunia.
13
DAFTAR PUSTAKA
Kartodirdjo, Sartono. 1999. Pembangunan Bangsa: Etos Nasionalisme dan Negara Kesatuan.
Yogyakarta: Kanisius
Ade Makmur Kartawinata. 1999. Persatuan dan Kesatuan Bangsa: Suatu renungan
Pembentukan Indonesia Merdeka Ke Arah Kebudayaan Kebangsaan. Bandung: Primaco
Akademika
Deddy Mulyasa dan Jalaluddin Rakhmat. 2001. Komunikasi Antar Budaya, Panduan
Berkomunikasi dengan Orang-orang Berbeda Budaya. Bandung: Rosda
14