Anda di halaman 1dari 2

Pengajuan Petisi Sutardjo

A. Latar belakang
Tercetusnya Petisi Sutardjo didasari oleh rasa ketidakpuasan rakyat akan kebijakan
pemerintahan yang dijalankan oleh Gubernur Jenderal de Jonge.  Soetardjo kemudian
mengusulkan petisinya pada 15 Juli 1936 kepada pemerintah, Ratu Wilhelmina, serta Staten
Generaal (Parlemen) di Belanda. 
Petisi ini juga ditandangani oleh IJ Kasimo, GSSJ Ratulangi, Datuk Tumenggung, dan Ko
Kwat Tiong.

B. Isi
Isi Petisi Sutardjo adalah permohonan supaya diselenggarakan suatu musyawarah antara wakil-
wakil Indonesia dan Belanda di mana para anggotanya memiliki hak yang sama. Tujuannya
adalah untuk menyusun suatu rencana yang isinya adalah pemberian kepada Indonesia sebuah
pemerintahan yang berdiri sendiri dalam batas Pasal 1 UUD Belanda. Pelaksanaannya akan
dilakukan berangsur-angsur dalam waktu 10 tahun sembari menyiapkan kemerdekaan
Indonesia. Selain itu, Sutardjo juga beranggapan penting untuk memiliki hubungan baik antara
Indonesia dengan Belanda. Agar hubungan keduanya berhasil, maka perlu dilakukan perubahan
dalam bentuk dan susunan pemerintahan Indonesia.
Adapun perubahan-perubahan yang dimaksud adalah:
1.Pulau Jawa dijadikan satu provinsi
2. Sifat dualisme dalam pemerintahan dihapus
3. Gubernur Jenderal diangkat oleh Raja dan mempunyai hak kekebalan
4. Direktur Departemen mempunyai tanggung jawab
5. Volksraad dijadikan sebagai parlemen yang sesungguhnya
6. Penduduk Indonesia adalah orang-orang yang berasal dari Indonesia.

C. Reaksi
Setelah banyak melewati pro dan kontra, tanggal 17 September 1936, Petisi Sutardjo
diterima untuk dibicarakan kembali dalam sidang khusus.  Sidang khusus berlangsung
hingga 29 September 1936. Usai persidangan, diadakanlah pemungutan suara.  Petisi
Sutardjo disetujui oleh volksraad (dewan rakyat) dengan perbandingan 26 suara setuju dan
20 menolak.  Kemudian, tanggal 1 Oktober 1936, petisi yang telah menjadi petisi volksraad
ini dikirim kepada Ratu, Staten Generaal, dan Menteri Koloni di Belanda. 

D. Petisi ditolak
Setelah berunding cukup lama, dalam persidangan volksraad pada Juli 1938, Gubernur
Jenderal Tjarda telah menganggap bahwa petisi ini lebih baik ditolak.  Alasannya, karena
petisi ini memiliki isi yang kurang jelas. Mengingat juga bahwa belum dapat dipastikan apa
yang akan terjadi di masa yang akan datang. 

Akhirnya, melalui keputusan Kerajaan Belanda No. 40 tanggal 14 November 1938, Petisi
Sutardjo ditolak oleh Ratu Wilhelmina.  Alasan penolakannya antara lain bahwa bangsa
Indonesia belum matang untuk memikul tanggung jawab memerintah diri sendiri. 

Anda mungkin juga menyukai