Anda di halaman 1dari 17

Gerakan 30

September/PKI Tahun
1965
Oleh: Syah Rubyen (15)
M. Abdul Aziz (19)
Reza Ardi S. (20)
Yasinta Jihan L. (25)

1. Terjadinya Gerakan 30
September/PKI

Prinsip Nasakom yang diterapkan


pada masa Demokrasi terpimpin,
memberi kesempatan kepada PKI
dan organisasi pendukungnya
untuk memperluas pengaruhnya.
Usaha PKI itu juga didukung oleh
kondisi ekonomi nasional yang
makin memprihatinkan dan kondisi
sosial serta politik yang penuh
gejolak pada awal tahun 1960-an.

Dalam situasi politik yang menguntungkan


PKI melakuka usaha seperti berikut:
PKI mengusulkan pembentukan angkatan kelima di

samping empat angkatan yang ada (AD, AL, AU,


dan kepolisian)
PKI menuntut dibentuknya kabinet Nasakom.
Antara tahun 1964-1965 PKI makin agresif dan
berani melakukan gerakan-gerakan yang
mengacau
Dalam melakukan Land reform, PKI melakukan aksi
sepihak, yaitu merampas tanah milik orang lain
yang dianggap musuh, kemudian dibagi-bagikan
kepada warga BTI yang belum memiliki tanah.

Pertentangan antara PKI dan Angkatan Darat makin


meningkat memasuki tahun 1969. PKI melemperkan rumor
tentang adanya Dewan Jenderal di dalam Angkatan Darat.
rumor itu didasarkan dokumen GILCHRIST yang diungkapkan
oleh PKI. menurut PKI, Dewan Jenderal akan mengambil alih
kekuasaan dengan bantuan blok barat khususnya Amerika
serikat.
Di tengah rumor tersebut, berita tentang makin memburuknya
kondisi kesehatan Presiden Soekarno makin meningkatkan
ketegangan di kalangan pemimipin politik nasional. Puncak
ketegangan politik itu adalah terjadinya peristiwa penculikan
dan pembunuhan terhadap perwira Angkatan Darat pada hari
di penghujung tanggal 30 September 1965.
Aksi itu dilakukan oleh sekelompok militer yang menamakan
dirinya Gerakan 30 September . Aksi ini dipimpin oleh
Komandan Batalyon I Cakrabirawa Letnan Kolonel Untung.


1.
2.
3.
4.
5.
6.

7.

Adapun Para korbannya adalah sebagai


berikut.
Menteri Panglima Angkatan Darat Letnan Jenderal Achmad Yani meninggal
di rumahnya setelah berusaha menolak permintaan para penculik.
Deputi Khusus TNI AD, Mayor jenderal Haryono juga dibunuh di rumahnya
setelah bersitegang dengan para penculik.
Deputi Pembinaan TNI AD, Mayor Jenderal Suprapto ditangkap hidup-hidup
dirumahnya.
Asisten I TNI AD, Mayor Jenderal S. Parman ditangkap di rumahnya.
Direktur Kehakiman/Oditur TNI AD, Brigadir Jenderal Sutoyo Siswomiharjo
ditangkap di rumahnya.
Letnan satu Piere Tendean Ajudan Jenderal TNI A.H. Nasution ditangkap
setelah menyatakan bahwa dirinya adalah Nasution yang dicari para
penculik.
Pembantu Letnan Satu Polisi Karel Sasuit Tubun, gugur dalam melawan
gerombolan para penculik ketika para penculik memasuki halaman rumah
Waperdam Leimena.

Para petinggi ABRI dan AD tersebut, baik yang sudah meninggal


maupun yang masih hidup, dibawa ke Lubang Buaya. Di tempat itu
mereka yang masih hidup disiksa dan dibunuh secara kejam. Jenazah
mereka kemudian dimasukkan dan di timbun dalam sebuah sumur
tua di Lubang Buaya.
Usah penculikan terhadap Menteri Koordinator Pertahanan
Keamanan/Kepalan Staf Angkatan Bersanjata Jenderal A.H. Nasution
tidak berhasil. Ketika para penculik memasuki rumahnya, Jenderal
A.H. Nasution berhasil meloloskan diri. Namun, putrinya yang baru
berusia 5 tahun, Ade Erma Suryani Nasution tertembak oleh
gerombolan penculik dan jiwanya tidak terselamatkan. Dari rumah
Nasution para penculik berhasil membawa Lettu Piere Tendean.
Gerakan 30 September ternyata juga melakukan aksi di Jawa Tengah
dan DIY. Di Jawa Tengah G30S/PKI berhasil menguasai markas Korem
Kodam VII/Diponegoro di Semarang. Di Yogyakarta PKI berhasil
menguasai Korem 072 Yogyakarta. Komandan Korem 072 Yogyakarta
Kolonel Katamso dan Kepala Stafnya, Letnan Kolonel sugiono,
Berhasil diculik dan dibunuh di Desa Kentungan, Yogyakarta

2. Penumpasan
Pemberontakan G30S/PKI
a)

Penumpasan G30s/PKI di Jakarta


Untuk mengamankan situasi, Mayor Jenderal
Soeharto
segara
mengadakan
koordinasi
dengan Panglima Daerah Militer V Jakarta Raya
Mayor
Jenderal
Umar
Wirahadikusumah.
Sementara itu, Presiden Soeharto tidak dapat
ditemui karena berada di Pangkalan Halim
Perdanakusuma
yang
dikuasai
kaum
pemberontak. Dari hasil koordinasi diputuskan
bahwa keamanan ibu kota harus secepatnya
dipulihkan. Unsur- unsur pasukan Kostrad dan
Btatlon
328
Siliwangi
di
Jakarta
pun
dikerahkan.


1.

2.

3.
4.
5.

Adapun serangkaian kegiatan pengamanan ibu kota dari G30S/PKI adalah segera
berikut.
ABRI menetralisasi pasuka-pasukan yang berdiri pada pihak pemberontak di
sekitar Lapangan Merdeka. Sebagian anggota Batalyon 530/Brawijaya dan
anggota Batalyon 454/Diponegoro dapat diinsafkan dari keterlibatannya dalam
G30S, sedangkan yang gagal diinsafkan mundur ke pangkalan Halim. Peristiwa
ini terjadi pada tanggal 1 Oktober 1965 pagi.
Pada tanggal 1 Oktober 1965 pukul 19.00 WIB pasukan RPKAD di bawah
pimpinan Kolonel Sarwo Edie Wibowo berhasil merebut kembali RRI pusat dan
kantor puast telekomunikasi di Jakarta. Mayor Jenderal Soeharto selaku
pimpinan sementara Angkatan Darat Melalui RRI pusat mengumumkan, bahwa
Jakart telah terjadi usaha perebutan kekuasaan oleh G30S/PKI. Para
pemberontak telah menculik enam perwira tinggi Angkatan Darat, sedangkan
Presiden dan Menko Hankam dalam keadaan selamat.
Untuk tujuan penyelamatan, Presiden Soekarno dipindahkan dari kompleks
Halim Perdanakusuma ke Istana Bogor.
Pada tanggal 2 Oktober 1965 pukul 15.00 Pangkalan Halim dapat direbut
kembali dari tangan pemberontak.
Setelah Pangkalan Halim, dilakukan pula penguasaan terhadap Lubang Buaya
dan sekitarnya tempat latihan Pemuda Rakyat dan Gerwani serta penyiksaan
para Jenderal yang diculik PKI.

b)

Penumpasan G30S/PKI di Jawa Tengah dan DIY


Para pendukung G30S/PKI juga melancarkan aksinya di Jawa
Tengah dan DIY. Di Yogyakarta, Mayor Mulyono, Kepala Seksi
Teritorial Korem 072 Yogyakarta selaku Ketua Dewan
Revolusi Yogyakarta berhasil menculik Kolonel Katamso
(komandan Korem 072) dan Letnan Kolonel Sugiyono
(Kepala Staf Korem 072) dan membunuh keduanya di Desa
Kentungan, Yogyakarta. Sementara itu, Oetomo Ramelan di
Solo, Kolonel Saherman di Semarang, dan Bupati Wonogiri
mengeluarkan
pernyataan
berisi
dukungan
terhadap
G30S/PKI.
Penumpasan G30S/PKI di Jawa Tengah dan Yogyakarta pun
dilaksanakan. dalam waktu singkat operasi penumpasan
yang dipimpin Pangdam VII/Diponegoro, Brigadir Jenderal
Suryo Sumpeno, berhasil merebut dan menguasai Jawa
Tengah dan Yogyakarta dari tangan para pemberontak.

c)

Penumpasan dengan Operasi Militer


Operasi militer baik yang berlangsung di Jakarta maupun di daerahdaerah dimulai sejak diangkatnya Mayor Jendreal Soeharto sebagai
Panglima Operasi Pemulihan Keamanan dan Ketertiban. Pengangkatan ini
dilakukan Presiden Soekarno pada tanggal 2 Oktober 1965 di Istana
Bogor. Untuk melaksanakan tugasnya, MayorJendreal Soeharto
membentuk Komando Operasi Pemulihan Keamanan dan ketertiban
(kopkamtib). Kopkamtib bertugas memulihkan keamanan dan ketertiban
negara akibat G30S/PKI demi kewibawaan pemerintah dengan jalan
operasi fisik, militer, dan mental.
Dalam waktu yang relatif singkat tempat-tempat yang diduduki PKI,
terutama Jakarta dan Jawa Tengah ,telah berhasil diamankan.Beberapa
tokoh penting PKI berhasil ditangkap , demikian pula tokoh-tokoh PKI
didaerah. Pada tanggal 9 Oktober 1965 Kolonel Latif ,bekas Komandan
Brigade Infantri /Kodam V Jaya ,berhasil ditangkap di Jakarta , dan Letnan
Kolonel Untung sebagai pelaku utama Gerakan 30 September berhasil
ditangkap di Tegal, jawa tengah , pada tanggal 11 Oktober 1965.

Pembekuan PKI dan Ormas-ormasnya


Pada saat operasi penumpasan Gerakan30 September masih berlangsung , di
Jakarta muncul demontrasi yang dilakukan oleh pelajar , mahasiswa serta
berbagai kesatuan aksi.Demontrasi serupa juga muncul di daerah-daerah di
luar Jakarta .Mereka mengutuk PKI dan menuntut agar pemerintah segera
membubarkan PKI dan ormas-ormasnya.
Gencarnya tuntutan rakyat mendorong Sad Tunggal yang terdiri atas enam
pejabat tinggi di Jakarta , yaitu Gubernur Kepala Daerah , Pangdam V/Jaya ,
Panglima daerah Maritim III, Panglima Wilayah Udara V Jaya , Kepala
Kejaksaan Tinggi , dan Panglima Komando Daerah Kepolisian VII Jaya
mengadakan rapat untuk membicarakan tindakan-tindakan yabg perlu
segera diambil.
Dalam rapat tersebut diputuskan aga Panglima Komando Daerah militer V/Jaya
selaku Penguasa Pelaksana Perang Daerah (Pepelrada) Jakarta raya dan
sekitarnya mengambil tindakan seperlunya terhadap PKI dan gerakannya
.Untuk itu pada tanggal 10 Oktober 196 Pangdam V/Jaya menetpakan
pembekun sementara semua kegiatan PKI dan organisasi massanya.
d)

Penertiban/Pembersihan personel Sipil dan


Militer dari Unsur-Unsur PKI
Gerakan pembersihan personalia disemua
instansi pemerintah ,baik sipil maupun militer
termasuk semua unit vital yang ada dilakukan
sebagai bagian penumpasan Gerakan 30
September . Langkah penertian ini diambil
sejak bulan Oktober 1965. Tindakan yang
diambil , yaitu pemecatan, pemberhentian
para mentri, kepala instansi/badan/lembaga
sipil dan militer terhadap para anggatonya
yang terlibat Gerakan 30 September/PKI.
e)

3. Berbagai Kesatuan Aksi


dan Gerakannya

Hingga bulan Desember 1965 pemerinah


belum secara resmi membubarkan PKI dan
ormas-ormasnya.Dilihat dari gerakannya
PKI memang sudah tidak berdaya.namun
secara politikPKI masih ada sebab PKI
masih berdiri sebagai suatu organisasi
politik .Pada waktu itu Presiden Soekarno
belum mengambil tindakan tegas
terhadap PKI yang oleh masyarakat
dianggap yang bertanggung jawab atas
peristiwa Gerakan 30 September.

Hal inilah yang mendorong munculnya berbagai kesatuan aksi


yang menuntut pembubaran PKI beserta ormasormasnya.Berbagai kesatuan aksi itu adalah sebagi berikut .
i. Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia(KAMI)
ii. Kesatuan Aksi Pemuda Pelajar Indonesia (KAPPI)
iii. Kesatuan Aksi Pelajar Indonesia (KAPI)
iv. Kesatuan Aksi Sarjana Indonesia (KASI)
v. Kesatuan Aksi Buruh Indonesia (KABI)
vi. Kesatuan Aksi Wanita Indonesia (KAWI)
vii. Kesatuan Aksi Guru Indonesia (KAGI)
Kesatuan-kesatuan aksi tersebut mengadakan gerakan aksi turun
ke jalan-jalan hingga memasuki tahun 1966.Mereka menyerukan
Tritura sebagai berikut.
viii.Bubarkan PKI.
ix. Bersihkan kabinet dari unsur-unsur PKI
x. Turunkan harga

GUGUR BUNGA-ISMAIL
MARZUKI

Kutipan Favorit

"Jangan Sekali-kali
Meninggalkan Sejarah
Ir. Soekarno

BERGELAP-GELAPLAH DALAM TERANG,


BERTERANG-TERANGLAH DALAM GELAP !
Datuk Ibrahim TM

THANK YOU
~!!!

Anda mungkin juga menyukai