menjadi anggota KNIL (Tentara Hindia Belanda) hingga akhir pendudukan Belanda di
Indonesia.
Tentara yang aktif dalam tiga zaman ini pernah menjadi Tentara Hindia Belanda (KNIL)
pada masa pendudukan Belanda, anggota Pembela Tanah Air (Peta) pada masa
pendudukan Jepang dan Tentara Keamanan Rakyat (TKR) setelah kemerdekaan
Indonesia serta turut menumpas PKI pada tahun 1948. Ia juga menjadi penggagas
terbentuknya Akademi Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (AKABRI). Berpendirian
tegas dan memiliki solidaritas yang tinggi, merupakan ciri khas dari Jenderal Gatot
Subroto. Pria lulusan Sekolah Militer Magelang masa pemerintahan Belanda, ini paling
tidak bisa mentolerir setiap tindak kezaliman, walau oleh siapapun dan kapanpun.
Ketika Perang Dunia ke II bergolak, pasukan Belanda berhasil ditaklukkan pasukan
Jepang. Indonesia yang sebelumnya merupakan daerah pendudukan Belanda beralih
jadi kekuasaan pemerintah Kerajaan Jepang. Pada masa Pendudukan Jepang ini, Gatot
pun langsung mengikuti pendidikan Tentara Pembela Tanah Air (Peta) di Bogor yakni
pendidikan dalam rangka perekrutan tentara pribumi oleh pemerintahan Jepang di
Indonesia. Tamat dari pendidikan Peta, dia diangkat pemerintah Jepang menjadi
komandan kompi di Sumpyuh, Banyumas dan tidak berapa lama kemudian dinaikkan
menjadi komandan batalyon.
Kesertaan Gatot Subroto menjadi anggota KNIL maupun Peta tidaklah mengindikasikan
dirinya seorang kaki tangan
Advertisement
pihak kolonial atau jiwa kebangsaannya yang rendah. Tapi hal itu hanyalah sebatas
pekerjaan yang sudah lumrah zaman itu. Jiwa kebangsaan Gatot Subroto tetap tinggi. Di
dalam menjalankan tugasnya sebagai tentara pendudukan, perlakuannya sering terlihat
memihak
kepada
rakyat
kecil.
Perlakuan itu bahkan sering diketahui atasannya sehingga dia sering mendapat
teguran. Bahkan karena begitu tebalnya perhatian dan solider terhadap kaumnya,
sering sebagian dari gajinya disumbangkan untuk membantu keluarga orang hukuman
yang ada di bawah pengawasannya. Begitu juga halnya pada masa pendudukan Jepang,
dia sering menentang orang Jepang yang bertindak kasar terhadap anak buahnya.
Terhadap bawahannya, Gatot juga terkenal sebagai seorang pimpinan yang sangat
perhatian. Namun walaupun begitu, sebagai militer, tanpa pandang bulu dia juga
sangat
tegas
terhadap
anak
buahnya
yang
melanggar
disiplin.
Militer,
dan
Gubernur
Militer
Daerah
Surakarta
dan
sekitarnya.
Bersamaan di saat dirinya menjabat Gubernur Militer Daerah Surakarta dan sekitarnya,
pemberontakan Partai Komunis Indonesia (PKI) Madiun pun bergolak yakni pada bulan
September 1948. Pemberontakan yang didalangi oleh Muso itu akhirnya berhasil diatasi
dengan
gemilang.
Setelah
banyak
terjadi
peristiwa
dalam
mempertahankan
kemerdekaan dari agresi militer Belanda, pengakuan kedaulatan republik ini pun
berhasil diperoleh. Pasca pengakuan kedaulatan itu, Gatot Subroto semakin dipercaya
mengemban tugas yang lebih tinggi. Dia diangkat menjadi Panglima Tentara &
Teritorium (T & T) IV I Diponegoro.
Namun karena sesuatu hal pada tahun 1953, dia sempat mengundurkan diri dari dinas
militer. Namun tiga tahun kemudian dia diaktifkan kembali sekaligus diangkat menjadi
Wakil Kepala Staf Angkatan Darat (Wakasad). Di kalangan militer, dia dikenal sebagai
seorang pimpinan yang mempunyai perhatian besar terhadap pembinaan perwira
muda. Menurutnya, salah satu cara untuk membina perwira muda adalah dengan
menyatukan akademi militer setiap angkatan yakni Angkatan Darat, Laut, dan Udara,
menjadi satu akademi. Gagasan tersebut akhirnya terwujud dengan terbentuknya
Akademi
Angkatan
Bersenjata
Republik
Indonesia
(AKABRI).
Gatot Subroto akhirnya meninggal dunia di Jakarta pada tanggal 11 Juni 1962, pada usia
55 tahun. Sang Jenderal ini dimakamkan di desa Sidomulyo, kecamatan Ungaran
Kabupaten Semarang, Jawa Tengah. Atas jasa-jasanya yang begitu besar bagi negara,
seminggu setelah kematiannya, Jenderal Gatot Subroto dinobatkan sebagai Pahlawan
Kemerdekaan Nasional yang dikuatkan dengan SK Presiden RI No.222 Tahun 1962, tgl
18 Juni 1962.