NIM : 042295375
UNIVERSITAS TERBUKA
2021
PENDAHULUAN
Latar Belakang Kota Bukit Tinggi awalnya merupakan pasar (pekan) bagi masyarakat
Agam Tuo. Kemudian setelah kedatangan Belanda, kota ini menjadi benteng
pertahanan mereka melawan Padri. Pada tahun 1825, Belanda mendirikan benteng
di salah satu bukit yang dikenal sebagai benteng Fort de Kock, sekaligus sebagai
tempat peristirahatan pilihan Belanda di wilayah jajahannya.
Pada masa pemerintahan Hindia Belanda, kawasan ini selalu meningkat perannya
dalam penyelenggaraan negara yang kemudian berkembang menjadi stadsgemeente
(kota) dan difungsikan sebagai ibu kota Afdeeling Padangsche Bovenlanden dan
Onderafdeeling Oud Agam. Pada masa pendudukan Jepang, Bukittinggi digunakan
sebagai pusat kendali pemerintahan militernya untuk wilayah Sumatera, bahkan
hingga Singapura dan Thailand. Kota ini adalah tempat kedudukan komandan militer
ke-25 Kempetai, di bawah kepemimpinan Mayor Jenderal Hirano Toyoji.
Saat itu, kota ini berganti nama dari StadsgemeenteFort de Kock menjadi Bukittinggi
Si Yaku Sho yang wilayahnya diperluas hingga mencakup desa-desa sekitarnya
seperti Sianok Anam Suku, Gadut, Kapau, Ampang Gadang, Batu Taba, dan Bukit
Batabuah. Setelah kemerdekaan Indonesia, berdasarkan Surat Keputusan Gubernur
Provinsi Sumatera Nomor 391 tanggal 9 Juni 1947, Bukittinggi ditetapkan sebagai ibu
kota Provinsi Sumatera dengan Gubernur Bapak Teuku Muhammad Hasan.
Dalam rangkaian kegiatan memperingati HUT ke-65, pada tanggal 21 Desember 2013
Menteri Pertahanan (Purnomo Yusgiantoro) didampingi oleh Kepala Kementerian
Pertahanan, Mayjen Hartind Asrin dan Plt Dirjen Pothan Timbul. Siahaan dan Muspida
Provinsi Sumbar memantau pembangunan Tugu Pertahanan Nasional.
B. DASAR HUKUM
1. Undang Undang Dasar Tahun 1945 :
C. GERAKAN NASIONAL
Upacara peringatan Hari Bela Negara Tingkat Pusat dilaksanakan pada tanggal 19
Desember 2014 di Lapangan Monas Silang, Jakarta. Bertindak sebagai inspektur
upacara adalah Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan Tedjo
Edhy Purdjianto dan membacakan amanat Presiden Republik Indonesia Joko Widodo
yang menegaskan bahwa “Undang-Undang Dasar mengamanatkan bahwa setiap
warga negara berhak dan tugas untuk berpartisipasi dalam upaya pertahanan dan
keamanan nasional.
Tentu amanat konstitusi ini tidak berada di ruang kosong, melainkan berakar pada
sejarah perjuangan bangsa. Negara Republik Indonesia bisa berdiri tegak sebagai
negara bangsa yang berdaulat yang tidak lepas dari perjuangan segenap kekuatan
rakyat, mulai dari petani, pedagang kecil, nelayan, dan elemen masyarakat lainnya
untuk bela negara.
Untuk membela Tanah Air tercatat dalam sejarah ketika 66 tahun yang lalu, tepatnya
pada tanggal 19 Desember 1948, atas prakarsa Bapak Sjarifoeddin Prawiranegara,
membentuk Pemerintahan Darurat Republik Indonesia (PDRI) di Sumatera Barat.
Langkah ini merupakan salah satu upaya penyelamatan kelangsungan hidup negara
sekaligus menunjukkan kepada dunia bahwa Republik Indonesia masih eksis.
Kejadian ini menunjukkan kepada kita semua bahwa bela negara tidak hanya
dilakukan oleh militer dengan kekuatan senjata, tetapi juga oleh setiap warga negara
dengan kesadarannya masing-masing. Lebih lanjut Presiden Joko Widodo
menegaskan bahwa tantangan utama dalam sejarah adalah bagaimana
mempertahankan kelangsungan hidup kita sebagai bangsa yang berdaulat di bidang
politik, mandiri di bidang ekonomi, dan berkepribadian di bidang kebudayaan.
Oleh karena itu, Bela Negara memiliki spektrum yang sangat luas dalam berbagai
bidang kehidupan, mulai dari politik, ekonomi, sosial dan budaya. Bela negara dapat
diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari oleh setiap warga negara dari berbagai
latar belakang profesi ". Dalam memperingati Hari Bela Negara 19 Desember 2014,
Menteri Pertahanan Jenderal TNI (Purn.) Ryamizard Ryacudu mendapat penghargaan
dari Museum Rekor Indonesia ( MURI) yang diberikan langsung oleh Ketua Muri Jaya
Suprana atas pencapaian pengibaran bendera Merah Putih raksasa terbesar di dunia
2.250 M² di Tugu Monas.
Pengibaran diawali dengan aksi 3 anggota TNI yaitu Letnan Djatmiko, Serda
Marpaung, dan Serda Joko meluncur dari atas Tugu Monas sambil membawa tali
pengibaran bendera yang dipimpin oleh petinju nasional Chris John yang memberi
isyarat. untuk mengangkat. Beberapa tokoh dan menteri nasional pun turut menarik
tali pengibaran, seperti Menteri Koordinator Politik, Hukum, dan Keamanan Tedjo
Edhy Purdjiatno, Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu, dan Gubernur DKI Jakarta
Basuki Tjahaja Purnama.
Mereka terlihat bersemangat menarik tali untuk mengibarkan bendera merah putih
terbesar di dunia. Upacara peringatan Hari Bela Negara Tingkat Pusat dilaksanakan
pada tanggal 19 Desember 2015 di Lapangan Monas Silang, Jakarta. Bertindak sebagai
inspektur upacara adalah Wakil Presiden Republik Indonesia Jusuf Kalla dengan
membacakan amanat dari Presiden Republik Indonesia, Ir Joko Widodo yang
menegaskan bahwa "Pada momen peringatan Hari Bela Negara tahun ini , Saya ingin
mengajak seluruh masyarakat Indonesia untuk belajar dari sejarah perjuangan
bangsa.
Sejarah mencatat bahwa NKRI bisa berdiri tegak sebagai negara-bangsa yang
berdaulat yang tidak lepas dari semangat bela negara dari segenap kekuatan rakyat,
mulai dari prajurit TNI, petani, pedagang kecil, nelayan, ulama, santri, dan lain
sebagainya. elemen lain dari masyarakat. Mereka telah bertempur, mengorbankan
jiwa dan raga untuk mempertahankan tanah air mereka dari penjajah.
Sejarah juga menunjukkan kepada kita semua bahwa bela negara tidak hanya
dilakukan dengan kekuatan senjata, tetapi juga oleh setiap warga negara dengan
kesadaran bela negara, melakukan upaya politik dan diplomasi. Tantangan dan
ancaman yang dihadapi bangsa merupakan seruan bagi kita semua untuk bela negara.
Semua anak bangsa harus tergerak dan bergerak untuk bela negara sesuai bidang
pengabdiannya masing-masing. Ajakan bela negara dapat dilakukan oleh guru, bidan,
tenaga kesehatan, petani, buruh, profesional, PNS, pedagang, dan profesi lainnya. Bela
negara dapat dilakukan melalui pengabdian profesional di berbagai bidang
kehidupan masing-masing. Kerja keras petani untuk meningkatkan produksi
merupakan upaya bela negara untuk mewujudkan kedaulatan pangan.
Perjuangan guru mendidik anak di daerah perbatasan merupakan wujud nyata bela
negara, mencerdaskan kehidupan bangsa. Prajurit TNI menjaga pulau-pulau
terdepan, menjalankan tugasnya karena semangat bela negara, menjaga kedaulatan
wilayah negara kita. Para dokter, bidan, dan petugas kesehatan memenuhi panggilan
untuk bela negara, dengan penuh semangat memberikan layanan kesehatan ke
daerah-daerah terpencil.
D. Nawa Cita
4) Menolak negara lemah dengan mereformasi sistem dan penegakan hukum yang
bebas korupsi, bermartabat, dan amanah.
E. ICON KEMHAN
1. Kebijakan Umum Pertahanan Negara Tahun 2015-2019, antara lain :
a. Pembangunan karakter bangsa sebagai bagian dari revolusi mental
dilakukan melalui pembinaan kesadaran dan kemampuan bela negara bagi
setiap warga negara Indonesia untuk mempersiapkan sumber daya manusia
pertahanan negara, serta penguatan jati diri bangsa yang berkepribadian dan
berbudaya berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945.
Strategi
Ancaman terhadap masa depan Indonesia, baik dari dalam maupun dari luar dalam
jangka pendek dan jangka panjang, jelas dapat menghambat program Pemerintah,
mengganggu sendi kehidupan berbangsa dan bernegara, sehingga diperlukan
Penyelenggaraan Pendidikan Awal Kader Bela Negara di kalangan Mahasiswa. langkah
dan tindakan yang cepat, bersamaan, lebih serius, terarah dan terukur untuk memasuki
semua sektor / lini melalui berbagai kegiatan konkrit yang langsung menyentuh
masyarakat.
Pendidikan Bela Negara di kalangan pelajar dalam hal ini juga mendapatkan momentum
sebagai solusi yang tepat untuk menghadapi ancaman tersebut. Untuk itu, kerja sama
antara Tentara Nasional Indonesia (TNI AD) dengan perguruan tinggi belakangan ini
harus disikapi sebagai kesadaran akan pergeseran kondisi ancaman dan tantangan bagi
Indonesia di era sekarang ini.
Untuk mencari solusi dari permasalahan tersebut, penulisan ilmiah ini disusun
berdasarkan data primer dan sekunder. Teknik wawancara dan studi pustaka dilakukan
untuk analisis kualitatif lebih lanjut. Oleh karena itu, penulis menyarankan langkah-
langkah pembaharuan dengan melakukan reorientasi dan merumuskan kembali pola
Pendidikan Bela Negara di Kalangan Mahasiswa, dari satu arah ke berbagai arah, dari
yang sangat teknologis hingga humanis.
Pemanfaatan teknologi terkini, sumber daya manusia yang unggul, hingga kesadaran
bangsa yang kuat dalam pola hubungan militer dan pendidikan tinggi merupakan bentuk
sinergi untuk mengatasi ancaman.
Bela negara adalah suatu konsep yang disusun oleh badan legislatif dan pejabat suatu
negara mengenai patriotisme seseorang, sekelompok atau seluruh komponen suatu
negara untuk kepentingan mempertahankan eksistensi negara.
Secara fisik hal ini dapat diartikan sebagai upaya pertahanan terhadap serangan fisik atau
agresi dari pihak-pihak yang mengancam eksistensi negara, sedangkan secara non fisik
konsep ini dimaknai sebagai upaya untuk berpartisipasi secara aktif dalam memajukan
bangsa dan negara, baik melalui pendidikan, maupun pendidikan. secara moral, sosial.
sekaligus meningkatkan kesejahteraan rakyat yang membentuk bangsa.
Landasan konsep bela negara adalah wajib militer. Subjek dari konsep ini adalah tentara
atau perangkat pertahanan negara lainnya, baik sebagai pekerjaan yang dipilih atau
sebagai hasil rancangan yang tidak disadari (wajib militer).
Beberapa negara (misalnya Israel, Iran) dan Singapura memberlakukan wajib militer
bagi warga negara yang memenuhi syarat (kecuali dengan dispensasi untuk alasan
tertentu seperti keyakinan fisik, mental atau agama). Sebuah negara dengan sukarelawan
militer penuh, biasanya tidak membutuhkan jasa warganya, kecuali dihadapkan pada
krisis rekrutmen pada masa perang.
Di beberapa negara, seperti Amerika Serikat, Jerman, Spanyol, dan Inggris Raya, pelatihan
militer diadakan, biasanya satu akhir pekan dalam sebulan. Mereka dapat melakukannya
sebagai individu atau sebagai anggota resimen, misalnya Tentara Teritorial Inggris.
Dalam beberapa kasus, milisi dapat menjadi bagian dari pasukan cadangan militer,
seperti Pengawal Nasional Amerika Serikat.
Di negara lain, seperti Republik Tiongkok (Taiwan), Republik Korea, dan Israel, wajib
selama beberapa tahun setelah seseorang menyelesaikan dinas nasional. Pasukan
cadangan militer berbeda dengan pembentukan cadangan, terkadang disebut sebagai
cadangan militer, yaitu sekelompok atau satuan personel militer yang tidak
diperintahkan untuk berperang oleh komandannya sehingga siap menghadapi situasi
yang tidak terduga, memperkuat pertahanan negara.
Bela Negara di Indonesia
Bela negara adalah sikap dan perilaku warga negara yang dijiwai kecintaan pada Negara
Kesatuan Republik Indonesia yang berlandaskan Pancasila dan Undang-Undang Dasar
1945 dalam penyelenggaraan kelangsungan hidup berbangsa dan bernegara secara
keseluruhan.
Peran penting Bela Negara dapat diungkap lebih jelas dan lebih dalam dari segi
pertahanan. Keutuhan wilayah Indonesia beserta segala sumber dayanya, kedaulatan dan
kemerdekaannya selalu terancam oleh agresi asing dari luar dan pergolakan bersenjata
dari dalam. Jika ancaman ini menjadi nyata dan Indonesia belum siap, semuanya bisa
kembali nol. Antisipasi para pendiri bangsa tertuang dalam salah satu poin tujuan
nasional, yaitu “Melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh pertumpahan darah
Indonesia”.
Pernyataan ini menjadi dasar tujuan pertahanan. Ia tidak berdiri sendiri melainkan
berbagi ruang dengan tujuan keamanan atau ketertiban sipil dan berdampingan dengan
3 (tiga) tujuan lainnya yaitu tujuan kesejahteraan (memajukan kesejahteraan
masyarakat), tujuan peradaban (mencerdaskan kehidupan bangsa), dan tujuan
perdamaian (berpartisipasi aktif dalam perdamaian dunia yang adil dan abadi). Setiap
warga negara berhak dan berkewajiban untuk ikut serta dalam upaya bela negara dan
syarat pertahanan diatur dengan undang-undang.
Kesadaran bela negara pada hakikatnya adalah kesediaan untuk mengabdi pada negara
dan rela berkorban untuk bela negara. Spektrum pertahanan negara sangat luas, dari
yang paling halus, hingga yang paling sengit. Mulai dari hubungan baik dengan sesama
warga hingga bersama-sama menangkal ancaman nyata musuh bersenjata, termasuk
berperilaku dan berbuat yang terbaik untuk bangsa dan negara.
1. Melestarikan budaya
2. Belajar dengan rajin bagi para pelajar
3. Taat akan hukum dan aturan-aturan negara
4. Mencintai produk-produk dalam negeri
1. Sifat lunak
Psycological
Physical
2. Sifat Keras
a. Komponen Utama
Sadar sebagai warna bangsa negara Indonesia dalam bentuk tingkah laku, sikap,
dan kehidupan pribadi agar dapat bermasyarakat sesuai dengan kepribadian
bangsa. Indikator nilai kesadaran berbangsa dan bernegara meliputi:
4. Rela berkorban
Kesadaran bela negara pada hakikatnya adalah kesediaan untuk mengabdi pada negara
dan rela berkorban untuk bela negara. Termasuk mampu bertindak dan berbuat yang
terbaik untuk bangsa dan negara. Bentuk bela negara adalah cinta tanah air, kesadaran
berbangsa dan bernegara, percaya pada kekuatan supranatural Pancasila, rela berkorban
untuk bangsa dan negara, serta memiliki kemampuan awal dalam bela negara.
Metode penelitian yang digunakan adalah kuesioner dengan analisis kuantitatif nilai
mean. Kesadaran bela negara pada peserta didik diimplementasikan dalam membuang
sampah pada tempat yang tersedia, perlindungan dan pengamanan bagi masyarakat yang
baik, beragama dengan cara melaksanakan dan melaksanakan ibadah serta menjaga
kerukunan antar sesama umat beragama dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. ,
sadar telah membangun diriku agar nanti bisa mandiri, dan bangga dengan perjuangan
para pahlawan.
Setiap 19 Desember dijadikan sebagai Hari Bela Negara untuk mengenang peristiwa
sejarah. Sebagai warga Negara Indonesia kita wajib membela negara dari setiap ancaman.
Dengan merdekanya Indonesia, setiap warga Indonesia harus mengisi kemerdekaan
tersebut.
Dilansir dari situs resmi Dewan Ketahanan Nasional Republik Indonesia, definisi bela
negara adalah sebuah konsep yang disusun oleh perangkat perundangan dan petinggi
suatu negara tentang patriotisme seseorang, kelompok atau seluruh komponen suatu
negara dalam kepentingan mempertahankan eksistensi negara.
Bela negara merupakan tekad, sikap, dan perilaku warga negara yang dilakukan secara
teratur, menyeluruh, dan terpadu serta dijiwai oleh kecintaan kepada NKRI berdasarkan
Pancasila dan UUD 1945 dalam menjamin kelangsungan hidup bangsa dan negara.
Dasar hukum pelaksanaan bela negara termuat dalam Batang Tubuh UUD 1945,
Undang-undang Republik Indonesia, dan Ketetapan MPR sebagai berikut:
1. UUD 1945 Pasal 27 ayat 3 Menyatakan bahwa semua warga negara berhak dan
wajib ikut serta dalam upaya pembelaan negara.
2. Pasal 30 ayat 1 Menyatakan tiap-tiap warga negara berhak dan wajib ikut serta
dalam usaha pertahanan dan keamanan negara.
3. Pasal 30 ayat 2 Menyatakan usaha pertahanan dan keamanan negara
dilaksanakan melalui sistem pertahanan dan keamanan rakyat semesta oleh
TNI dan Kepolisian RI sebagai kekuatan utama dan rakyat sebagai kekuatan
pendukung.
4. Pasal 30 ayat 3 Menyatakan TNI terdiri atas Angkatan Darat, Angkatan Laut, dan
Angkatan Udara sebagai alat negara. Bertugas mempertahankan, melindungi,
dan memelihara keutuhan dan kedaulatan negara.
5. Pasal 30 ayat 4 Menyatakan Kepolisian Negara Republik Indonesia sebagai alat
negara yang menjaga keamanan dan ketertiban masyarakat. Bertugas
melindungi, mengayomi, melayani masyarakat, serta menegakkan hukum.
6. Pasal 30 ayat 5 Susunan dan kedudukan TNI, Kepolisian RI, hubungan
kewenangan TNI dan Kepolisian RI di dalam menjalankan tugasnya, syarat-
syarat keikutsertaan warga negara dalam usaha pertahanan dan keamanan
negara, serta hal-hal yang terkait dengan pertahanan dan keamanan diatur
dengan undang-undang.
7. Pasal 2 Undang-undang No 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik
Indonesia Fungsi Kepolisian RI adalah salah satu fungsi pemerintah negara di
bidang pemeliharaan kemanan dan ketertiban masyarakat, penegak hukum,
perlindungan, pengayoman, dan pelayanan kepada masyrakat.
8. Pasal 68 Undang-undang No 39 tahun 1999 tentang HAM Setiap warga negara
wajib ikut serta dalam upaya pembelaan negara sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
TAP MPR No IV/MPR/1999 tentang Garis Besar Haluan Negara Ketetapan arah
kebijaksanaan pertahanan dan keamanan, antara lain disebutkan pengembangan
kemampuan sistem pertahanan keamanan rakyat semesta yang bertumpu pada
kekuatan rakyat, TNI, dan Polri. Untuk menumbuhkan dan meningkatkan
kesadaran bela negara bisa dilakukan wajib latih dan membangun kondisi juang,
serta mewujudkan kebersamaan TNI, Polri, dan rakyat.
Bela negara merupakan sikap dan perilaku warga negara yang dijiwai oleh kecintaannya
kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) berdasarkan Pancasila dan Undang-
Undang Dasar 1945 dalam menjalin kelangsungan hidup bangsa dan negara yang
seutuhnya.
Dilansir dari situs resmi Dewan Ketahanan Nasional Republik Indonesia, tiap-tiap warga
negara berhak dan wajib ikut serta dalam usaha pembelaan negara dan syarat tentang
pembelaan diatur dengan undang-undang. Kesadaran bela negara itu hakikatnya
kesediaan berbakti pada negara dan kesediaan berkorban membela negara.
Dengan melaksanakan kewajiban bela bangsa, menjadi bukti dan proses bagi seluruh
warga negara untuk menunjukkan kesediaan mereka dalam berbakti pada nusa dan
bangsa. Sekaligus menjadi bukti pemahaman mengenai bela negara. Pemahaman
tersebut bisa dilakukan dengan terbinanya hubungan baik antar sesama warga negara
hingga proses kerja sama untuk menghadapi ancaman dari pihak asing secara nyata.
Program bela negara yang digagas pemerintah menuai pro dan kontra di masyarakat.
Umumnya bela negara selalu dikaitkan dengan bela negara dari ancaman serangan
militer dari luar negeri. Pertanyaan masyarakat semakin banyak karena warga yang
terlibat dalam program bela negara ini juga tidak tanggung-tanggung, yakni 100 juta
orang dalam 10 tahun.
Kewajiban bela negara berlaku bagi warga negara di bawah usia 50 tahun dan pendidikan
kewarganegaraan dari taman kanak-kanak hingga perguruan tinggi. Mereka yang pro
menanggapi bela negara sebagai momen untuk menunjukkan semangat patriotik
terhadap serangan dari luar. Di sisi lain, mereka yang kontra memandang momen bela
negara sebagai upaya menggerakkan negara untuk melibatkan rakyat dalam perang.
Persepsi bahwa bela negara identik dengan perang telah menjebak pemahaman bahwa
bela negara itu sama dengan wajib militer. Bela negara tidak wajib bagi semua warga
negara dan lebih berorientasi pada pemupukan rasa nasionalisme dan patriotisme. Selain
itu, membela negara bersifat sukarela sedangkan wajib militer adalah ikatan resmi.
Dinas militer merupakan kewajiban yang ditentukan oleh negara kepada semua orang
dengan batasan usia tertentu. Wajib militer memang diorientasikan sebagai persiapan
untuk perang yang sesungguhnya. Asumsinya, negara sedang terancam perang dengan
negara lain sehingga setiap warga negara terpanggil untuk mempertahankan negaranya
melalui kegiatan wajib militer.
Bela negara saat ini dimaksudkan untuk memperkuat rasa nasionalisme dan semangat
patriotisme warga negara Indonesia di tengah ancaman terhadap bangsa saat ini berupa
tindak pidana terorisme internasional dan nasional, tindak kekerasan yang berbau SARA,
pelanggaran wilayah negara keduanya. di darat, laut, udara dan luar angkasa, gerakan
separatis, kejahatan. dan gangguan transnasional, dan perusakan lingkungan.
Melalui bela negara ini diharapkan dalam diri setiap warga negara terdapat sikap dan
perilaku warga negara yang tertib, menyeluruh, terintegrasi dan berkelanjutan yang
dilandasi oleh kecintaan pada tanah air, kesadaran berbangsa dan bernegara serta
kepercayaan pada Pancasila sebagai ideologi negara untuk menghadapi ancaman yang
baik. yang berasal dari luar dan dari dalam negara yang membahayakan dan mengancam
kedaulatan baik kedaulatan di bidang ideologi, politik, ekonomi, sosial, budaya,
pertahanan, dan keamanan negara.
Konsep bela negara sendiri mengandung arti partisipasi dalam pertahanan negara, yang
meliputi: mempertahankan kemerdekaan dan kedaulatan negara, keutuhan wilayah, dan
keselamatan nasional dari segala ancaman. Sedangkan bentuk bela negara berupa hak
dan kewajiban melalui pendidikan kewarganegaraan, pengabdian sebagai prajurit TNI
dan pengabdian sesuai profesi.
H. Empat Argumentasi
1. Berdasarkan teori dan tujuan negara. Alasan ini sangat erat kaitannya dengan
tujuan akhir negara yaitu menciptakan kebahagiaan bagi rakyatnya (bonum
publicum, kebaikan bersama, kesejahteraan bersama). Dengan kata lain, negara
didirikan untuk meningkatkan kesejahteraan warganya. Maka hendaknya demi
mewujudkan cita-cita bersama dalam sebuah negara bahwa setiap warga
negara berkehendak untuk mempertahankan negaranya karena untuk
kepentingan dirinya sendiri dan orang lain.
4. Pertimbangan moral, kebebasan adalah hak semua bangsa dan oleh karena itu
kolonialisme di dunia harus dihapuskan karena tidak sesuai dengan
kemanusiaan dan keadilan.
Oleh karena itu, setiap warga negara Indonesia yang memiliki hak dan kewajiban
yang sama dapat berperan aktif dalam penyelenggaraan bela negara. Tentara dan
masyarakat sipil adalah sumber daya manusia yang merupakan komponen
terpenting dalam sistem pertahanan negara, yaitu pertahanan dan keamanan
seluruh rakyat.
Sistem pertahanan ini menempatkan TNI dan Polri sebagai komponen utama dan
rakyat sebagai komponen pendukung. Untuk mengakhiri polemik yang terjadi,
pemerintah harus segera menyusun RUU Komponen Pendukung Pertahanan Negara
yang akan menjadi payung hukum bagi mobilisasi warga sipil untuk kepentingan
bela negara.
Selain itu, wacana bela negara harus berpegang pada prinsip demokrasi, hak asasi
manusia dan kesejahteraan umum. Prinsip demokrasi mensyaratkan bahwa setiap
tindakan pemerintah dalam penyelenggaraan pertahanan harus sejalan dengan
aspirasi rakyat dan melalui persetujuan rakyat melalui DPR.
Prinsip hak asasi manusia mensyaratkan bahwa kegiatan tersebut tidak melanggar
hak asasi manusia dengan alasan apapun. Asas kesejahteraan umum mengandung
arti bahwa kegiatan ini tidak membuat rakyat semakin menderita. Oleh karena itu,
sekalipun program bela negara harus dilaksanakan, perlu dibarengi dengan
program pembangunan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
1. Menumbuhkan rasa cinta tanah air dan kesadaran berbangsa dan memiliki
negara bagian.
2. Menganut Pancasila sebagai ideologi negara,
3. Menumbuhkan jiwa pengorbanan diri untuk bangsa dan Negara,
4. Membangun disiplin pribadi, disiplin kelompok, dan sebagainya akhirnya
disiplin nasional
5. Mempraktikkan 8 nilai konservasi (inspiratif, humanis, peduli, inovatif, kreatif,
sportivitas, jujur dan adil),
6. Memiliki etos kerja dan belajar yang tinggi,
7. Menjaga lingkungan yang bersih, asri dan sehat,
8. Bersiap dalam menghadapi ancaman; penyalahgunaan narkoba, radikalisme,
bencana alam, dan penyebaran penyakit menular,
9. Mencintai karya bangsa sendiri, menghargai sesama, dan menumbuhkan
semangat gotong royong.
Pokok pikiran dalam pembukaan UUD 1945 ayat pertama berbunyi, “Bahwa
sesungguhnya kemerdekaan adalah hak semua bangsa dan oleh karena itu penjajahan di
dunia harus dihapuskan karena tidak sesuai dengan asas kemanusiaan dan keadilan.
Artinya bangsa Indonesia pada dasarnya cinta damai, tetapi lebih mencintai
kemerdekaan dan kedaulatan bangsanya.Dengan prinsip ini siapa pun yang menyerang
bangsa Indonesia harus siap secara fisik menghadapinya.Dan Indonesia sendiri
menentang hal tersebut di negara lain. dibuktikan dengan adanya politik luar negeri yang
bebas dan aktif.Namun dengan perkembangan teknologi, khususnya teknologi informasi
dan telekomunikasi, penjajahan atau campur tangan kedaulatan tidak hanya dalam
bentuk fisik, melainkan harus waspada di segala bidang, seperti penguasaan ekonomi.
oleh negara asing, penguasaan pemikiran generasi muda dengan hal-hal yang tidak
sesuai dengan akhlak bangsa, dan seterusnya. Sehingga harus ada nilai-nilai bela negara
yang harus dijaga yaitu:
1. Yayasan Idiil
Itu sama dengan landasan hukum bagi semua kegiatan Bangsa Indonesia, landasan
yang ideal adalah Pancasila. Artinya semua kegiatan yang berlangsung harus sesuai
dengan Pancasila sebagai landasan dan ideologi bangsa. Landasan hukum bela negara
tertuang dalam panca sila Pancasila.
a. Sila Pertama, Tuhan Yang Maha Esa, bangsa Indonesia percaya bahwa
kemerdekaan dan kedaulatan setiap individu dan setiap bangsa adalah hak
asasi manusia. Dimana kebebasan dan kedaulatan ini diberikan oleh Tuhan
Yang Maha Esa. Padahal pada alinea ketiga Pembukaan UUD 1945 disebutkan
bahwa kemerdekaan Indonesia adalah berkat rahmat Allah SWT.
b. Sila Kedua, kemanusiaan yang adil dan beradab, menunjukkan bahwa bela
negara merupakan kewajiban bagi setiap warga negara yang terkait dengan
kemanusiaan dan keadilan.
c. Sila ketiga, persatuan Indonesia, dapat dijadikan landasan ideal yang sangat
mendasar karena bela negara terkait langsung dengan cinta tanah air dan
kewajiban mempertahankannya.
d. Sila keempat, demokrasi yang dipimpin oleh kearifan dalam musyawarah dan
representasi, menunjukkan landasan pertahanan negara yang komprehensif
dan terorganisir yang diatur oleh negara.
e. Sila kelima, keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, sebagai landasan
yang ideal. Ajaran ini mengandung makna kerja keras, belajar aktif,
berpartisipasi dalam kegiatan pembangunan, yang merupakan wujud bela
negara dalam kehidupan sehari-hari.
2. Landasan Konstitusi
Landasan konstitusional penyelenggaraan bela negara adalah UUD 1945, karena UUD
1945 adalah konstitusi Negara Indonesia, dan sumber hukum tertinggi di Indonesia.
Dalam UUD 1945 masing-masing dicantumkan hak dan kewajiban bela negara bagi
setiap warga negara Indonesia.
Landasan ideal bela negara tidak akan berubah sesuai dengan pedoman Bangsa
Indonesia yang tidak berubah yaitu Pancasila. Sedangkan landasan konstitusional
bisa berubah sesuai kesepakatan, jika ada amandemen UUD 1945. Basis
operasional dapat berubah sesuai dengan kebijakan pemerintah mengenai bela
negara yang akan dilaksanakan, karena basis ini merinci aturan-aturan yang akan
dilaksanakan terkait pertahanan negara. Hanya sedikit yang dapat diuraikan
dalam pasal dasar hukum bela negara ini. Semoga masih bermanfaat.
Kata bela negara mungkin begitu berat terdengar di era milenial ini. Bela negara tidak
hanya mempertahankan kemerdekaan dari penjajah, tetapi mengisi kemerdekaan
dengan berbagai tindakan positif juga bagian dari bela negara. Mempertahankan negara
pada dasarnya melindungi negara dari kehancuran.
Bela negara adalah mewujudkan NKRI agar bisa tetap menjadi negara yang toleran dan
menyenangkan bagi rakyatnya. Bela negara bukan hanya tugas tentara, menteri, atau
pejabat tinggi lainnya. Bela negara juga menjadi tanggung jawab kita sebagai generasi
milenial.
Lalu, apa pentingnya bela negara bagi generasi milenial? Di era milenial ini
perkembangan teknologi informasi begitu pesat. Informasi dari mana saja di negara ini
bisa bergerak begitu cepat. Kami dapat mengakses informasi dari Amerika Serikat, dari
Kanada, dari Arab Saudi atau dari mana saja, hanya dalam hitungan detik. Itulah
kecanggihan internet saat ini. Internet pun telah melahirkan media sosial yang saat ini
begitu digandrungi oleh anak muda dari mana saja.
Akhir-akhir ini media sosial juga banyak digunakan oleh instansi, kementerian dan
pemerintah untuk menyebarluaskan berbagai kebijakan. Namun nyatanya, media sosial
juga dimanfaatkan oleh pihak-pihak tertentu untuk menyebarkan kebencian. Di sinilah
pentingnya melindungi negara dari penyebaran benih kebencian.
Melindungi negara dari benih kebencian harus menjadi tanggung jawab bersama.
Berawal dari kebencian, segala bentuk kejahatan bisa terjadi. Mulai dari kebencian,
perilaku intoleran dan tindakan radikal lainnya bisa saja terjadi. Kebencian terhadap
seseorang atau kelompok saat ini sedang digulirkan.
Saat memasuki tahun politik, kebencian ditujukan kepada pasangan calon presiden dan
wakil presiden serta partai pendukungnya. Kebencian ini dikemas dengan berbagai cara,
hingga akhirnya melahirkan informasi palsu alias hoax. Tak hanya itu, sentimen
kebencian ini juga dikemas dengan pendekatan SARA. Alhasil, tak sedikit warga yang
menjadi korban provokasi kebencian ini.
Banyak contoh di dunia ini, kehancuran terjadi karena hoax atau kebohongan yang
disebarluaskan. Perang Dunia II juga terjadi karena dipicu oleh berita palsu yang
disebarkan oleh Hitler. Pada awal September 1939, Adolf Hitler melaporkan bahwa
militer Polandia telah melakukan penambahan tentara Jerman. Provokasi Hitler
kemudian memicu PD II. Dan yang sebenarnya terjadi adalah, Jerman sendiri membunuh
pasukan Polandia di perbatasan.
Yugoslavia hancur oleh konflik rasial di negara itu. Rwanda juga. Suriah hampir di
ambang kehancuran setelah muncul sentimen SARA dan penguatan kelompok teroris
ISIS. Indonesia pun bisa berada di ambang kehancuran jika terus membiarkan berita hoax
bermunculan di media sosial. Hoax memicu pembakaran 9 tempat ibadah di
Tanjungbalai, Sumatera Utara tahun lalu.
Membela negara sebagai kewajiban dasar bagi setiap warga negara yang penuh
kesadaran, tanggung jawab dan rela berkorban negara dan bangsa. Mahasiswa adalah
bagian dari warga negara negara yang memiliki kewajiban untuk membela sebuah
negara yang disesuaikan dengan perannya sebagai agen perubahan dan Lembaga
pembangunan.
Jika mengacu pada Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2002 tentang Pertahanan Negara,
komponen cadangan adalah "Warga negara, sumber daya alam, sumber daya buatan, juga
sarana dan prasarana nasional yang telah disiapkan dikerahkan melalui mobilisasi untuk
memperbesar dan memperkuat komponen utama (TNI). Konsep bela negara untuk
pelajar menekankan pada peningkatan kesadaran berbangsa dan berbangsa dan cinta
tanah air indonesia.
Ancaman dari luar juga ancaman dari dalam bisa dicegah, bila generasi muda memiliki
rasa nasionalisme dan cinta tanah air kuat untuk melindungi dan mempertahankan
negara dengan wawasan kekayaan intelektual yang dimiliki. Mahasiswa sebagai kader
muda, wajib melindungi dan membela negara sesuai dengan amanat UUD 1945.
Faktanya, itu tumbuh dan Globalisasi dunia yang merajalela, dilakukan sejumlah
mahasiswa terpesona oleh perkembangan global, jadi sebenarnya tidak secara sadar
mengabaikan kewajiban untuk melindungi dan membela negara dari ancaman yang
datang.
Pencapaian tujuan bangsa Indonesia tertuang dalam UUD 1945 masih menghadapi
masalah yang sulit Jadikan itu kenyataan. Masalah ini muncul karena konflik sering
terjadi antar kelompok siswa, yang disebabkan oleh mengutamakan kepentingan pribadi
dan kelompok (egoisme) dibandingkan dengan kepentingan bangsa dan negara. Dalam
Pasal 9 ayat 1 UU Bela Negara ditegaskan bahwa "Setiap warga negara memiliki hak dan
kewajiban untuk berpartisipasi upaya bela negara yang diwujudkan dalam
implementasinya Pertahanan Nasional. "Selanjutnya, paragraf 2 dari bab yang sama
berbunyi, Partisipasi warga dalam upaya bela negara, sebagaimana dimaksud pada ayat
1, dilakukan melalui:
1. Pendidikan Kewarganegaraan;
2. pelatihan militer dasar Yg dibutuhkan;
3. layanan sukarela atau wajib sebagai prajurit TNI; dan
4. pelayanan sesuai profesinya. Sedangkan pasal 3 ayat Bunyinya, "Ketentuan
tentang Pendidikan kewarganegaraan, pelatihan militer dasar wajib, dan
pelayanan sesuai dengan profesinya diatur dengan undang-undang. "
Mahasiswa sebagai kader muda bangsa adalah bagian darinya hal utama yang harus
diusahakan pembinaan pertahanan negara, karena pada kenyataannya potensi ancaman
yang dihadapi Negara Kesatuan Republik Indonesia nampaknya lebih cenderung muncul
dari dalam negeri.
DAFTAR PUSTAKA
https://www.kemhan.go.id/belanegara/sejarah-bela-negara
https://bone.go.id/2019/10/20/pengertian-bela-negara/
https://www.kompas.com/skola/read/2020/02/05/113000269/bela-negara-definisi-
dan-dasar-hukum
https://www.kompas.com/skola/read/2020/02/05/130000169/bela-negara--tujuan-
fungsi-dan-manfaat
https://unnes.ac.id/pakar/bela-negara-haruskah