Anda di halaman 1dari 15

MODUL PERKULIAHAN

Pendidikan
Kewarganegaraan
Bela Negara

Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh

Semua Fakultas Semua Prodi


15 190001016
Team Teaching
Pendidikan Kewarganegaraan

Abstract Kompetensi
Setiap warga negara memiliki Mahasiswa diharapkan mampu
kewajiban yang sama dalam masalah mengamalkan bela negara sebagai
pembelaan negara. Hal tersebut bukti cinta tanah air , sehingga dapat
merupakan wujud kecintaan seorang memiliki daya tangkal terhadap
warga negara pada tanah air yang berbagai hal yang akan mengancam
sudah memberikan kehidupan bangsa Indonesia.
padanya. Hal ini terjadi sejak
seseorang lahir, tumbuh dewasa serta
dalam upayanya mencari
penghidupan. hal ini dapat diartikan
sebagai usaha pertahanan
menghadapi serangan fisik atau
agresi dari pihak yang mengancam
keberadaan negara tersebut,
sedangkan secara non-fisik konsep
ini diartikan sebagai upaya untuk
serta berperan aktif dalam
memajukan bangsa dan negara, baik
melalui pendidikan, moral, sosial
maupun peningkatan kesejahteraan
orang-orang yang menyusun bangsa
tersebut.

MODUL 14
BELA NEGARA

14.1. Pengertian Bela Negara


Bela Negara adalah sebuah konsep yang disusun oleh perangkat perundangan dan
petinggi suatu negara tentang patriotisme seseorang, suatu kelompok atau seluruh komponen
dari suatu negara dalam kepentingan mempertahankan eksistensi negara tersebut.
Secara fisik, hal ini dapat diartikan sebagai usaha pertahanan menghadapi serangan
fisik atau agresi dari pihak yang mengancam keberadaan negara tersebut, sedangkan secara
non-fisik konsep ini diartikan sebagai upaya untuk serta berperan aktif dalam memajukan
bangsa dan negara, baik melalui pendidikan, moral, sosial maupun peningkatan kesejahteraan
orang-orang yang menyusun bangsa tersebut.
Setiap warga negara memiliki kewajiban yang sama dalam masalah pembelaan
negara. Hal tersebut merupakan wujud kecintaan seorang warga negara pada tanah air yang
sudah memberikan kehidupan padanya. Hal ini terjadi sejak seseorang lahir, tumbuh dewasa
serta dalam upayanya mencari penghidupan.
Dalam pelaksaan pembelaan negara, seorang warga bisa melakukannya baik secara
fisik maupun non fisik. Pembelaan negara secara fisik diantaranya dengan cara perjuangan
mengangkat senjata apabila ada serangan dari negara asing terhadap kedaulatan bangsa.
Sementara, pembelaan negara secara non fisik diartikan sebagai semua usaha untuk menjaga
bangsa serta kedaulatan negara melalui proses peningkatan nasionalisme. Nasionalisme
adalah rangkaian kecintaan dan kesadaran dalam proses berkehidupan dalam negara dan
bangsa, serta upaya untuk menumbuhkan rasa cinta pada tanah air. Selain itu, pembelaan bisa
dilakukan dengan cara menumbuhkan keaktifan dalam berperan aktif untuk mewujudkan
kemajuan bangsa dan negara.
Landasan konsep bela negara adalah adanya wajib militer. Subyek dari konsep ini
adalah tentara atau perangkat pertahanan negara lainnya, baik sebagai pekerjaan yang dipilih
‘20 Team Teaching
1 Pendidikan Kewarganegaraan Biro Akademik dan Pembelajaran
http://www.widyatama.ac.id
atau sebagai akibat dari rancangan tanpa sadar (wajib militer). Beberapa negara (misalnya
Israel, Iran) dan Singapura memberlakukan wajib militer bagi warga yang memenuhi syarat
(kecuali dengan dispensasi untuk alasan tertentu seperti gangguan fisik, mental atau
keyakinan keagamaan). Sebuah bangsa dengan relawan sepenuhnya militer, biasanya tidak
memerlukan layanan dari wajib militer warganya, kecuali dihadapkan dengan krisis
perekrutan selama masa perang.
Di beberapa negara, seperti Amerika Serikat, Jerman, Spanyol dan Inggris, bela
negara dilaksanakan pelatihan militer, biasanya satu akhir pekan dalam sebulan. Mereka
dapat melakukannya sebagai individu atau sebagai anggota resimen, misalnya Tentara
Teritorial Britania Raya. Dalam beberapa kasus milisi bisa merupakan bagian dari pasukan
cadangan militer, seperti Amerika Serikat National Guard.
Di negara lain, seperti Republik China (Taiwan), Republik Korea, dan Israel, wajib
untuk beberapa tahun setelah seseorang menyelesaikan dinas nasional. Sebuah pasukan
cadangan militer berbeda dari pembentukan cadangan, kadang-kadang disebut sebagai
cadangan militer, yang merupakan kelompok atau unit personel militer tidak berkomitmen
untuk pertempuran oleh komandan mereka sehingga mereka tersedia untuk menangani situasi
tak terduga, memperkuat pertahanan negara.

14.2. Pengertian Bela Negara di Indonesia

Bela Negara adalah sikap dan perilaku warga negara yang dijiwai oleh kecintaannya
kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan Undang-
Undang Dasar 1945 dalam menjalin kelangsungan hidup bangsa dan negara yang seutuhnya.
Tiap-tiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam usaha pembelaan negara
dan Syarat-syarat tentang pembelaan diatur dengan undang-undang. Kesadaran bela negara
itu hakikatnya kesediaan berbakti pada negara dan kesediaan berkorban membela negara.
Spektrum bela negara itu sangat luas, dari yang paling halus, hingga yang paling keras. Mulai
dari hubungan baik sesama warga negara sampai bersama-sama menangkal ancaman nyata
musuh bersenjata. Tercakup di dalamnya adalah bersikap dan berbuat yang terbaik bagi
bangsa dan Negara.
Di Indonesia proses pembelaan negara sudah diatur secara formal ke dalam Undang-
undang. Diantaranya sudah tersebutkan ke dalam Pancasila serta Undang-undang Dasar 1945,
khususnya pasal 30. Didalam pasal tersebut, dijelaskan bahwa membela bangsa merupakan
kewajiban seluruh rakyat Indonesia tanpa terkecuali.
‘20 Team Teaching
2 Pendidikan Kewarganegaraan Biro Akademik dan Pembelajaran
http://www.widyatama.ac.id
Dengan melaksanakan kewajiban bela bangsa tersebut, merupakan bukti dan proses bagi
seluruh warga negara untuk menunjukkan kesediaan mereka dalam berbakti pada nusa dan
bangsa, serta kesadaran untuk mengorbankan diri guna membela negara. Pemahaman bela
negara itu sendiri demikian luas, mulai dari pemahaman yang halus hingga keras.
Diantaranya dimulai dengan terbinanya hubungan baik antar sesama warga negara
hingga proses kerjasama untuk menghadapi ancaman dari pihak asing secara nyata. Hal ini
merupakan sebuah bukti adanya rasa nasionalisme yang diejawantahkan ke dalam sebuah
sikap dan perilaku warga negara dalam posisinya sebagai warga negara. Didalam konsep
pembelaan negara, terdapat falsafah mengenai cara bersikap dan bertindak yang terbaik untuk
negara dan bangsa.

14.3. Sejarah Bela Negara

Kota Bukittinggi semula merupakan pasar (pekan) bagi masyarakat Agam Tuo.
Kemudian setelah kedatangan Belanda, kota ini menjadi kubu pertahanan mereka untuk
melawan Kaum Padri. Pada tahun 1825, Belanda mendirikan benteng di salah satu bukit yang
dikenal sebagai benteng Fort de Kock, sekaligus menjadi tempat peristirahatan opsir-opsir
Belanda yang berada di wilayah jajahannya. Pada masa pemerintahan Hindia-Belanda,
kawasan ini selalu ditingkatkan perannya dalam ketatanegaraan yang kemudian.
berkembang menjadi sebuah stadsgemeente (kota) dan berfungsi sebagai ibu kota
Afdeeling Padangsche Bovenlanden dan Onderafdeeling Oud Agam.
Pada masa pendudukan Jepang, Bukittinggi dijadikan sebagai pusat pengendalian
pemerintahan militernya untuk kawasan Sumatera, bahkan sampai ke Singapura dan
Thailand. Kota ini menjadi tempat kedudukan komandan militer ke-25 Kempetai, di bawah
pimpinan Mayor Jenderal Hirano Toyoji. Pada masa itu, kota ini berganti nama dari
Stadsgemeente Fort de Kock menjadi Bukittinggi Si Yaku Sho yang daerahnya diperluas
dengan memasukkan nagari-nagari sekitarnya seperti Sianok Anam Suku, Gadut, Kapau,
Ampang Gadang, Batu Taba, dan Bukit Batabuah. Setelah kemerdekaan Indonesia,
berdasarkan Ketetapan Gubernur Provinsi Sumatera Nomor 391 tanggal 9 Juni 1947,
Bukittinggi ditetapkan sebagai Ibu Kota Provinsi Sumatera dengan gubernurnya Mr. Teuku
Muhammad Hasan. Pada masa mempertahankan kemerdekaan Indonesia, Kota Bukitinggi
berperan sebagai kota perjuangan dan ditunjuk sebagai Ibu Kota Negara Indonesia setelah
Yogyakarta jatuh ke tangan Belanda atau dikenal dengan Pemerintahan Darurat Republik

‘20 Team Teaching


3 Pendidikan Kewarganegaraan Biro Akademik dan Pembelajaran
http://www.widyatama.ac.id
Indonesia (PDRI) yang dibentuk pada 19 Desember 1948 di Bukittingi, Sumatera Barat oleh
Syafruddin Prawiranegara.
Peristiwa ini kemudian ditetapkan sebagai Hari Bela Negara, berdasarkan Keputusan
Presiden Republik Indonesia tanggal 18 Desember 2006. Untuk mengenang sejarah
perjuangan Pemerintahan Darurat Republik Indonesia (PDRI), pemerintah Republik
Indonesia membangun Monumen Nasional Bela Negara di salah satu kawasan yang pernah
menjadi basis PDRI dengan area seluas 40 hektare, tepatnya di Jorong Sungai Siriah, Nagari
Koto Tinggi, Kecamatan Gunung Omeh, Kabupaten Lima Puluh Kota, Sumatera Barat.
Dalam rangkaian kegiatan memperingati Hari Bela negara Ke 65, pada tanggal 21 Desember
2013 Menteri Pertahanan saat itu (Purnomo Yusgiantoro) didampingi oleh Kabadiklat
Kemhan Mayjen TNI Hartind Asrin dan Plt Dirjen Pothan Timbul Siahaan serta Muspida
Provinsi Sumatera Barat meninjau pembangunan Monumen Nasional Bela Negara.
Menhan Purnomo Yusgiantoro berpesan dalam amanatnya “pembangunan monumen ini
merupakan bentuk penghargaan pemerintah kepada seluruh masyarakat Sumatera Barat
atas perannya pada masa perjuangan bangsa Indonesia di masa lalu untuk kelangsungan
Negara Kesatuan Rapublik Indonesia. Monumen ini sebagai penghargaan dan pengingat
serta pelajaran bagi generasi muda Indonesia untuk dijadikan contoh dalam memahami arti
dari bela negara dan arti cinta tanah air”

14.4. Dasar hukum

– Undang Undang Dasar Tahun 1945,


– Pasal 27 ayat (3) mengamanatkan bahwa “Setiap warga negara berhak dan wajib ikut
serta dalam upaya pembelaan negara”.
– Pasal 30 ayat (1) mengamanatkan bahwa “Tiap-tiap warga negara berhak dan wajib
ikut serta dalam usha pertahanan dan keamanan negara”
– Undang Undang RI Nomor 3 Tahun 2002 Tentang Pertahanan NegaraPasal 9 ayat (1)
mengamanatkan bahwa “Setiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam
upaya bela negara yang diwujudkan dalam penyelenggaraan pertahanan negara”.
Selanjutnya pada ayat (2) Keikutsertaan warga negara dalam upaya bela negara,
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), diselenggarakan melalui:
a. pendidikan kewarganegaraan;
b. pelatihan dasar kemiliteran secara wajib;

‘20 Team Teaching


4 Pendidikan Kewarganegaraan Biro Akademik dan Pembelajaran
http://www.widyatama.ac.id
c. pengabdian sebagai prajurit Tentara Nasional Indonesia secara sukarela atau
secara wajib; dan
d. pengabdian sesuai dengan profesi.
14.5. Fungsi dan tujuan Bela Negara
Tujuan bela negara, diantaranya:
– Mempertahankan kelangsungan hidup bangsa dan negara
– Melestarikan budayaMenjalankan nilai-nilai pancasila dan UUD 1945 Berbuat yang
terbaik bagi bangsa dan negara. Menjaga identitas dan integritas bangsa/ negara
Sedangkan fungsi bela negara, diantaranya:Mempertahankan Negara dari berbagai
ancaman; Menjaga keutuhan wilayah negara; Merupakan kewajiban setiap warga
negara. Merupakan panggilan sejarah;
Manfaat Bela Negara
Berikut ini beberapa manfaat yang didapatkan dari bela negara:
a. Membentuk sikap disiplin waktu, aktivitas,dan pengaturan kegiatan lain.
b. Membentuk jiwa kebersamaan dan solidaritas antar sesama rekan seperjuangan.
c. Membentuk mental dan fisik yang tangguh.
d. Menanamkan rasa kecintaan pada Bangsa dan Patriotisme sesuai dengan kemampuan
diri.
e. Melatih jiwa leadership dalam memimpin diri sendiri maupun kelompok.
f. Membentuk Iman dan Taqwa pada Agama yang dianut oleh individu.
g. Berbakti pada orang tua, bangsa, agama.
h. Melatih kecepatan, ketangkasan, ketepatan individu dalam melaksanakan kegiatan.
i. Menghilangkan sikap negatif seperti malas, apatis, boros, egois, tidak disiplin.
j. Membentuk perilaku jujur, tegas, adil, tepat, dan kepedulian antar sesama.
k. Contoh bela negara dalam kehidupan sehari-hari di zaman sekarang di berbagai
lingkungan:
l. Menciptakan suasana rukun, damai, dan harmonis dalam keluarga. (lingkungan
keluarga)Membentuk keluarga yang sadar hukum (lingkungan keluarga)
m. Meningkatkan iman dan takwa dan iptek (lingkungan sekolah)Kesadaran untuk
menaati tata tertib sekolah (lingkungan sekolah)
n. Menciptakan suasana rukun, damai, dan aman dalam masyarakat (lingkungan
masyarakat)
o. Menjaga keamanan kampung secara bersama-sama (lingkungan masyarakat)

‘20 Team Teaching


5 Pendidikan Kewarganegaraan Biro Akademik dan Pembelajaran
http://www.widyatama.ac.id
p. Mematuhi peraturan hukum yang berlaku (lingkungan negara)Membayar pajak tepat
pada waktunya (lingkungan negara)Itulah penjelasan bela negara dengan fungsi dan
tujuan mengapa bela negara dilakukan, semoga dengan melakukan hal itu manfaat
nya bisa dirasakan dan bisa menjadi salah satu bagian dalam menjaga keutuhan
Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) yang kita cintai ini.

14.6. Hak dan Kewajiban Warga Negara Indonesia

Hak dan kewajiban warga negara tercantum dalam Pasal 27 sampai dengan Pasal 34
UUD 1945. Hak dan Kewajiban warga negara Indonesia dapat ditinjau dari berbagai aspek
kehidupan nasional melalui pendekatan sebagai berikut :
a. Hak dan Kewajiban Warga Negara ditinjau dari Unsur-unsur Dasar Negara yang
meliputi antara lain :
Hak Warga Negara
1) Hak warga negara dari pendekatan wilayah untuk menjadikan ruang hidup dan
kehidupan.
2) Hak warga negara dari pendekatan penduduk untuk mendapatkan pengakuan
penghormatan, penghargaan terhadap harkat dan martabat manusia sebagai insan
hamba Tuhan.
3) Hak warga negara dari pendekatan pemerintah untuk mendapatkan perlindungan
hukum
Kewajiban Warga Negara
1) Kewajiban warga negara dari pendekatan wilayah untuk menjaga dan
melestarikan ruang wilayah sebagai kehidupan.
2) Kewajiban warga negara dari pendekatan Penduduk untuk memberikan
pengakuan penghormatan, penghargaan terhadap harkat dan martabat manusia
sebagai insan hamba Tuhan.
3) Kewajiban warga negara dari pendekatan pemerintah untuk mentaati peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
b. Hak dan Kewajiban Warga Negara ditinjau dari Aspek Kehidupan Nasional :
1) Hak-Hak Warga Negara
a) Hak-hak dalam Politik
Kemerdekaan dan berkumpul, mengeluarkan pikiran dengan lisan dan
tulisan, dan sebagainya ditetapkan dengan Undang-Undang.
‘20 Team Teaching
6 Pendidikan Kewarganegaraan Biro Akademik dan Pembelajaran
http://www.widyatama.ac.id
b) Hak-hak dalam Ekonomi
Tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak
bagi kemanusiaan.
c) Hak-hak dalam Sosial
Fakir miskin, anak-anak terlantar dipelihara oleh negara.
d) Hak-hak dalam Kebudayaan
Tiap-tiap warga negara berhak mendapatkan pengajaran pemerintah
mengusahakan satu system pengajaran nasional yang diatur dengan
Undang-Undang.
e) Hak-hak dalam Kebebasan Dasar
Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk
agamanya masing-masing dan untuk beribadat menurut agamanya dan
kepercayaannya itu.
2) Kewajiban-Kewajiban Warga Negara
Disamping hak-hak dari negara, warga negara juga mempunyai kewajiban
terhadap negara, antara lain :
a) Tiap-tiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam usaha
pembelaan negara.
b) Kewajiban patuh kepada Undang-Undang termasuk aturan-aturan hukum
yang tertulis dan juga kepada penguasa.
c) Kewajiban membayar pajak bea dan cukai menurut ketentuan yang ada.
c. Hak dan Kewajiban Warga Negara Sebagai Sosialisasi Bela Negara
Bela Negara adalah upaya seluruh bangsa untuk membela kepentingan nasional agar
dapat terjamin tetap tegaknya Negara dan tetap utuhnya bangsa sesuai dengan filosofi bangsa
dan kostitusi UUD 1945, berdasarkan pemahaman yang benar tentang arti Bela Negara maka
konsep Bela Negara sebagai penjabaran dari UUD selalu akan disesuaikan dengan bentuk
ancaman yang dihadapi.
Konsepsi Bela Negara adalah upaya pemberdayaan masyarakat, karena pengertian
bela negara adalah membela kepentingan nasional, dan pemberdayaan masyarakat adalah
keikutsertaan masyarakat dalam kehidupan nasional. Dengan demikian setiap ancaman yang
timbul terhadap keutuhan bangsa dan negara akan tetap memerlukan masyarakat sebagai
komponen dasar dalam suatu negara.
Adapun bentuk ancaman yang muncul pada setiap negara, pertama kemungkinan
adanya ancaman fisik berupa infasi dari luar dan pemberontakan bersenjata dari dalam, kedua
‘20 Team Teaching
7 Pendidikan Kewarganegaraan Biro Akademik dan Pembelajaran
http://www.widyatama.ac.id
kemungkinan ancaman non fisik berupa gejolak sosial yang datang dari luar karena
kepentingan nasionalnya maupun yang datang dari dalam karena ketidakpuasan dengan
kondisi yang ada. Kemungkinan ancaman non fisik ini dapat juga menjadi ancaman fisik dan
bergabungnya kekuatan dari luar dan dari dalam.
Rumusan kebijaksanaan untuk menjabarkan amanat tentang Bela Negara dalam
GBHN adalah terciptanya masyarakat yang cinta tanah air, rela berkorban untuk bangsa dan
negara, melalui pembekalan konsep cara pandang/Wawasan Nusantara yang sama dan
pembekalan tentang pentingnya Ketahanan Nasional bagi Bangsa dan Negara. Pemahaman
pelaksanaan Bela Negara dalam menghadapi ancaman non fisik dituangkan dalam UU No. 20
tahun 1982 tentang pertahanan negara, yang memuat tentang perwujudan upaya Bela Negara
melalui Pendidikan Pendahuluan Bela Negara disingkat PPBN dengan obyek sasaran,
lingkungan pendidikan, lingkungan pekerjaan, dan lingkungan masyarakat.
Dalam mendukung terlaksananya UU No.20 tahun 1982, maka keluarlah UU No.2
tahun 1989 tentang pelaksanaan PPBN di lingkungan Perguruan Tinggi disebut Kewiraan dan
sekarang Pendidikan Kewarganegaraan.
Pelaksanaan hak dan kewajiban warga negara sebagai sosialisasi bela negara lebih
diarahkan pada konsep memberdayakan masyarakat pada seluruh kehidupan nasional, karena
bela negara lebih mempunyai arti dalam makna membela kepentingan nasional.
d. Konsep Memberdayakan Masyarakat
1) Dalam Menghadapi Ancaman Fisik
Ancaman fisik membutuhkan keikutsertaan masyarakat dalam menghadapinya karena
luas wilayah yang tidak memungkinkan untuk dihadapi oleh komponen yang bertugas pada
bidang pertahanan dan keamanan negara.
Ancaman fisik, ancaman yang datang dari luar dalam bentuk invasi musuh maupun
dari dalam dengan bentuk pemberontakan bersenjata, kedua ancaman perlu dihadapi oleh
seluruh komponen bangsa karena akan mengakibatkan kehancuran bangsa dan negara sebagai
perwujudan konsepsi Bela Negara. Kepentingan dalam membela keutuhan bangsa dari
ancaman fisik terhadap utuhnyaa negara harus dirasakan sebagai ancaman fisik terhadap
dirinya. Oleh karena itu masyarakat sebagai komponen dasar harus mempunyai bekal untuk
membantu komponen inti yang mempunyai tugas untuk menghadapinya, yaitu militer dalam
bidang pertahanan negara dan kepolisian negara yang bertugas dalam penyelenggaraan
keamanan negara.
2) Dalam Menghadapi Ancaman Non-Fisik

‘20 Team Teaching


8 Pendidikan Kewarganegaraan Biro Akademik dan Pembelajaran
http://www.widyatama.ac.id
Keikutsertaan masyarakat terhadap ancaman non-fisik tetap dibutuhkan, Karena
apabila masyarakat tetap meyakini tentang kebenaran ideology negara yang berasal dari
penggalian filosofi bangsa, walaupun ada upaya merubah ideology negara, maka akan tetap
bertahan pada keyakinannya, bertahan pada system politik yang berakar pada budaya,
bertahan pada system ekonomi kekeluargaan walaupun adanya ekonomi global,
mempertahankan budayanya meskipun adanya gempuran dari budaya dari luar dan
mempertahankan keutuhan bangsa dan negara karena merupakan tugas seluruh komponen
bangsa.
Ancaman non-fisik lebih disiapkan untuk menghadapi fenomena sosial yang timbul
dalam kehidupan nasional yang dapat berubah menjadi gejolak sosial yang membahayakan
keutuhan bangsa dan negara. Hal ini dapat terjadi jika ada usaha untuk merubah filosofi
hidup bangsa, dapat terjadi jika ada perbedaan dalam mengartikulasikan paham kekuasaan,
dapat terjadi jika ada kesenjangan sosial dalam wilayah akibat pembangunan yang tidak
seimbang, dapat terjadi jika penyebaran penduduk yang tidak seimbang akibat perpindahan
penduduk ke wilayah strategis ekonomi, dapat terjadi jika ketidakmerataan dalam pendidikan.
Keseluruhan fenomena sosial tersebut akan dapat diatasi apabila seluruh komponen
bangsa mempunyai kemampuan untuk memahami bahwa aspek-aspek kehidupan nasional
harus dipertahankan. Pemberdayaan Masyarakat merupakan upaya untuk melibatkan seluruh
komponen bangsa dalam kehidupan nasional sebagai wujud peranan masyarakat dalam
organisasi negara agar terjamin tegaknya negara sehingga dapat mencapai tujuan nasional
dan membela kepentingan nasional dalam menghadapi ancaman fisik dan non fisik.
a) Pemberdayaan masyarakat dalam menghadapi fenomena sosial yang timbul
Aspek kehidupan nasional dalam aspek alamiah : wilayah, kependudukan, dan
sumber kekayaan alam, dan aspek sosial : ideology, politik, ekonomi, budaya
dan hankam, harus dikelola dengan benar dan melibatkan masyarakat untuk
diberdayakan dalam kehidupan nasional.
b) Pemberdayaan masyarakat terhadap wilayah
Pemberdayaan wilayah harus mampu memberikan kontribusi yang sangat
besar kepada masyarakat dengan adanya kewajiban untuk memelihara dan
melindungi wilayah agar dapat berperan sebagai wadah bagi dirinya.
c) Pemberdayaan terhadap kependudukan
Adanya penataan penduduk dengan memelihara dan mengelola, serta
memberikan perlindungan terhadap wilayah agar terjadinya keseimbangan
penduduk dalam wilayah.
‘20 Team Teaching
9 Pendidikan Kewarganegaraan Biro Akademik dan Pembelajaran
http://www.widyatama.ac.id
d) Pemberdayaan masyarakat terhadap sumber kekayaan alam
Sumber kekayaan alam harus dapat memberikan kontribusi bagi kehidupan
masyarakat, dengan meningkatkan pengetahuan dan teknologi, artinya
profesionalisme akan terwujud dengan peningkatan sumber daya amanusia.
e) Pemberdayaan masyarakat terhadap ideology
Memahami dan meyakini ideology yang dianut oleh negara yang digali dari
filosofi hidup bangsa, berarti filosofi hidup dirinya.
f) Pemberdayaan masyarakat terhadap politik
Turut sertanya masyarakat dalam mewujudkan system politik yang mengakar
pada budaya bangsa.
g) Pemberdayaan masyarakat terhadap ekonomi
Memahami bahwa ekonomi nasional diarahkan untuk mencapai kemakmuran
bersama, artinya adanya keterlibatan masyarakat itu sendiri sebagai pelaku
ekonomi.
h) Pemberdayaan masyarakat terhadap budaya
Memahami budaya bangsa Indonesia yaitu kekeluargaan sehingga
permasalahan yg timbul akan selalu diselesaikan dgn musyawarah. Dampak
globalisasi hanya akan diterima sebagai kemajuan untuk merubah cara
berpikir bukan untuk merubah konsep kekeluargaan.
i) Pemberdayaan masyarakat terhadap pertahanan dan keamanan
Kesadaran masyarakat utk membantu komponen Hankam dalam mengatasi
gejolak sosial, separatisme baik dari dalam negeri maupun ancaman negara
lainya yang dapat membahayakan kelangsungan hidup bangsa.

14.7. Gerakan Nasional


Upacara peringatan Hari Bela Negara di Tingkat Pusat diselenggarakan pada tanggal
19 Desember 2014 bertempat di Lapangan Silang Monas Jakarta. Bertindak selaku inspektur
upacara adalah Menko Polhukam Tedjo Edhy Purdjianto dan membacakan amanat Presiden
RI Joko Widodo yang menekankan bahwa ”Konstitusi mengamanatkan bahwa tiap-tiap
warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam usaha pertahanan dan keamanan negara.
Amanat konstitusi ini tentu saja tidak lahir dalam ruang kosong, namun berakar dari sejarah
perjuangan bangsa. Republik Indonesia bisa berdiri tegak sebagai negara bangsa yang
berdaulat tidak lepas dari perjuangan seluruh kekuatan rakyat, mulai dari petani, pedagang
kecil, nelayan, dan elemen rakyat lainnya untuk membela tanah air. Untuk membela Tanah
‘20 Team Teaching
10 Pendidikan Kewarganegaraan Biro Akademik dan Pembelajaran
http://www.widyatama.ac.id
Air tercatat dalam lembaran sejarah ketika 66 tahun yang lalu, tepatnya pada tanggal 19
Desember 1948, atas prakarsa Mr. Sjarifoeddin Prawiranegara, dibentuk Pemerintah Darurat
Republik Indonesia (PDRI) di Sumatera Barat. Langkah tersebut merupakan salah satu upaya
untuk menyelamatkan kelangsungan hidup negara sekaligus menunjukkan kepada dunia
bahwa Negara Republik Indonesia masih eksis. Peristiwa tersebut menunjukkan kepada kita
semua bahwa membela negara tidak hanya dilakukan oleh militer dengan kekuatan senjata,
tetapi juga dilakukan oleh setiap warga negara dengan kesadarannya.
Selanjutnya Presiden Joko Widodo menegaskan tantangan besar dalam sejarah adalah
bagaimana mempertahankan kelangsungan hidup kita sebagai bangsa yang berdaulat di
bidang politik, berdikari di bidang ekonomi sefta berkepribadian dalam bidang kebudayaan.
Oleh karena itu, Bela Negara memiliki spektrum yang sangat luas di bebagai bidang
kehidupan, mulai dari politik, ekonomi, sosial dan budaya. Bela negara bisa diwujudkan
dalam kehidupan sehari-hari oleh setiap warga negara dari berbagai latar belakang profesi”.
Menteri Pertahanan Jenderal TNI (Purn) Ryamizard Ryacudu menerima penghargaan
dari Museum Rekor Indonesia (MURI) yang diberikan langsung oleh Ketua Muri Jaya
Suprana atas prestasi mengibarkan bendera Merah Putih raksasa terbesar di dunia dengan
ukuran 2.250 M² di Tugu Monas. Pengibaran diawali aksi 3 anggota T I yaitu etnan
jatmiko Serda arpaung dan Serda Joko melun ur dari pun ak Tugu onas dengan
membawa tali untuk mengibarkan bendera. Pengibaran dipimpin oleh petinju nasional Chris
John yang memberikan aba-aba untuk pengibaran. Beberapa tokoh nasional dan menteri ikut
menarik tali pengibaran bendera, seperti Menko Polhukam Tedjo Edhy Purdjiatno, Menteri
Pertahanan Ryamizard Ryacudu, dan Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama.
Mereka terlihat bersemangat menarik tali untuk mengibarkan bendera Merah Putih terbesar di
dunia.
Upacara peringatan Hari Bela Negara di Tingkat Pusat diselenggarakan pada tanggal
19 Desember 2015 bertempat di Lapangan Silang Monas Jakarta. Bertindak selaku inspektur
upacara adalah Wakil Presiden RI Jusuf Kalla dengan membacakan amanat Presiden RI Ir
Joko Widodo yang menekankan bahwa ”Pada momentum peringatan Hari Bela egara tahun
ini, saya ingin mengajak seluruh rakyat Indonesia untuk belajar dari sejarah perjuangan
bangsa. Sejarah mencatat bahwa Republik Indonesia bisa berdiri tegak sebagai negara-bangsa
yang berdaulat tidak lepas dari semangat bela negara dari seluruh kekuatan rakyat, mulai dari
prajurit TNI, petani, pedagang kecil, nelayan, ulama, santri, dan elemen rakyat yang lain.
Mereka telah berjuang, mengorbankan jiwa raganya untuk membela tanah airnya dari para
penjajah. Sejarah juga menunjukkan kepada kita semua bahwa membela negara tidak hanya
‘20 Team Teaching
11 Pendidikan Kewarganegaraan Biro Akademik dan Pembelajaran
http://www.widyatama.ac.id
dilakukan dengan kekuatan senjata, akan tetapi juga dilakukan oleh setiap warga negara
dengan kesadarannya untuk membela negara, melakukan upaya-upaya politik maupun
diplomasi. Tantangan dan ancaman yang dihadapi bangsa adalah panggilan bagi kita semua
untuk bela negara. Semua anak bangsa harus tergerak dan bergerak untuk bela negara sesuai
dengan ladang pengabdiannya masing-masing. Panggilan untuk bela negara bisa dilakukan
oleh seorang guru, seorang bidan, tenaga kesehatan, petani, buruh, profesional, pegawai
negeri sipil, pedagang, serta profesi lainnya. Bela negara bisa dilakukan melalui pengabdian
profesi di berbagai bidang kehidupan masing-masing. Seorang petani bekerja keras
meningkatkan produksi adalah upaya bela negara untuk mewujudkan kedaulatan pangan.
Seorang guru berjuang mendidik anak-anak di kawasan perbatasan adalah wujud nyata bela
negara, mencerdaskan kehidupan bangsa. Para prajurit TNI menjaga pulau-pulau terdepan,
melakukan tugasnya karena semangat bela negara, mempertahankan kedaulatan wilayah
negara kita. Para dokter, bidan, dan tenaga kesehatan memenuhi panggilan bela negara,
dengan penuh semangat memberi pelayanan kesehatan sampai ke wilayah-wilayah terpencil.
Begitu pula dengan perang terhadap kejahatan narkotika, adalah tindakan nyata untuk
menyelamatkan generasi muda penerus masa depan bangsa. Apa yang dilakukan oleh para
guru, petani, dokter, prajurit TNI, dan profesi lainnya adalah wujud nyata kecintaan kepada
Tanah Air. Tugas kita semua memastikan agar api semangat bela negara menerus menyala,
dan bisa diwariskan kepada generasi yang akan datang.

14.8. Nawa Cita

Kebijakan Umum Pertahanan Negara 2015-2019, yaitu :


1. Menghadirkan kembali negara untuk melindungi segenap bangsa dan memberikan
rasa aman pada seluruh warga negara Indonesia, melalui politik luar negeri bebas
aktif, keamanan nasional yang terpercaya dan pembangunan pertahanan negara Tri
Matra terpadu yang dilandasi kepentingan nasional dan memperkuat jati diri sebagai
negara maritim.
2. Membangun tata kelola pemerintahan yang bersih, efektif, demokratis, dan
terpercaya, dengan memberikan prioritas pada upaya memulihkan kepercayaan publik
pada institusi-institusi demokrasi dengan melanjutkan konsolidasi demokrasi melalui
reformasi sistem kepartaian, pemilu, dan lembaga perwakilan.
3. Membangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat daerah-daerah dan desa
dalam kerangka negara kesatuan.
‘20 Team Teaching
12 Pendidikan Kewarganegaraan Biro Akademik dan Pembelajaran
http://www.widyatama.ac.id
4. Menolak negara lemah dengan melakukan reformasi sistem dan penegakan hukum
yang bebas korupsi, bermartabat, dan terpercaya.
5. Meningkatkan kualitas hidup manusia Indonesia melalui peningkatan kualitas
pendidikan dan pelatihan dengan program “Indonesia Pintar”; serta peningkatan
kesejahteraan masyarakat dengan program “Indonesia Kerja” dan “Indonesia
Sejahtera” dengan mendorong land reform dan program kepemilikan tanah seluas 9
hektar, program rumah kampung deret atau rumah susun murah yang disubsidi serta
jaminan sosial untuk rakyat di tahun 2019.
6. Meningkatkan produktivitas rakyat dan daya saing di pasar internasional sehingga
bangsa Indonesia bisa maju dan bangkit bersama bangsa-bangsa Asia lainnya.
7. Mewujudkan kemandirian ekonomi dengan menggerakkan sektor-sektor strategis
ekonomi domestik.
8. Melakukan revolusi mental karakter bangsa melalui kebijakan penataan kembali
kurikulum pendidikan nasional dengan mengedepankan aspek pendidikan
kewarganegaraan, yang menempatkan secara proporsional aspek pendidikan, seperti
pengajaran sejarah pembentukan bangsa, nilai-nilai patriotisme dan cinta Tanah Air,
semangat bela negara dan budi pekerti di dalam kurikulum pendidikan Indonesia.
9. Memperteguh kebhinnekaan dan memperkuat restorasi sosial Indonesia melalui
kebijakan memperkuat pendidikan kebhinnekaan dan menciptakan ruang-ruang dialog
antarwarga.

DAFTAR PUSTAKA

Abidin, Zainal dkk. (2014). Buku Ajar Pendidikan Bela Negara. Surabaya: UPN Veteran
Jawa Timur.
Azra, Azzumardi. (2002). Paradigma Baru Pendidikan Nasional. Jakarta: PT.Kompas Media
Nusantara.
Budiyanto.(2006).Pendidikan Kewarganegaraan.Jakarta:Erlangga
Utmini,Sri dan Winarto(2004).Pendidikan Kewarganegaraan, Solo: PT.Tiga Serangkai
Pustaka Mandiri
Kementerian Pendidikan Nasional. (2011). Panduan Pelaksanaan Pendidikan Karakter.
Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Pusat Kurikulum dan Perbukuan.

‘20 Team Teaching


13 Pendidikan Kewarganegaraan Biro Akademik dan Pembelajaran
http://www.widyatama.ac.id
Samsuri. (2011). Pendidikan Karakter Warga Negara. Yogyakarta: Diandra Pustaka
Indonesia.
Ubaedillah, A. dkk. (2011). Pendidikan Kewargaan: Demokrasi, Hak Asasi Manusia, dan
Masyarakat Madani.Jakarta: ICCE UIN Syarif Hidayatullah

‘20 Team Teaching


14 Pendidikan Kewarganegaraan Biro Akademik dan Pembelajaran
http://www.widyatama.ac.id

Anda mungkin juga menyukai