Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Pendidikan Kewarganegaraan yang diampu oleh:
Disusun oleh :
FERIANSYAH
042196396
UNIVERSITAS TERBUKA
2021
BAB 1
Pendahuluan
Bela Negara adalah sebuah konsep yang disusun oleh perangkat perundangan
dan petinggi suatu negara tentang patriotisme seseorang, suatu kelompok
atau seluruh komponen dari suatu negara dalam kepentingan
mempertahankan eksistensi negara tersebut.
Secara fisik, hal ini dapat diartikan sebagai usaha pertahanan menghadapi
serangan fisik atau agresi dari pihak yang mengancam keberadaan negara
tersebut, sedangkan secara non-fisik konsep ini diartikan sebagai upaya
untuk serta berperan aktif dalam memajukan bangsa dan negara, baik
melalui pendidikan, moral, sosial maupun peningkatan kesejahteraan orang-
orang yang menyusun bangsa tersebut.
Sementara, pembelaan negara secara non fisik diartikan sebagai semua usaha
untuk menjaga bangsa serta kedaulatan negara melalui proses peningkatan
nasionalisme. Nasionalisme adalah rangkaian kecintaan dan kesadaran dalam
proses berkehidupan dalam negara dan bangsa, serta upaya untuk
menumbuhkan rasa cinta pada tanah air. Selain itu, pembelaan bisa
dilakukan dengan cara menumbuhkan keaktifan dalam berperan aktif untuk
mewujudkan kemajuan bangsa dan negara.
Landasan konsep bela negara adalah adanya wajib militer. Subyek dari
konsep ini adalah tentara atau perangkat pertahanan negara lainnya, baik
sebagai pekerjaan yang dipilih atau sebagai akibat dari rancangan tanpa
sadar (wajib militer). Beberapa negara (misalnya Israel, Iran) dan Singapura
memberlakukan wajib militer bagi warga yang memenuhi syarat (kecuali
dengan dispensasi untuk alasan tertentu seperti gangguan fisik, mental atau
keyakinan keagamaan). Sebuah bangsa dengan relawan sepenuhnya militer,
biasanya tidak memerlukan layanan dari wajib militer warganya, kecuali
dihadapkan dengan krisis perekrutan selama masa perang.
Di negara lain, seperti Republik China (Taiwan), Republik Korea, dan Israel,
wajib untuk beberapa tahun setelah seseorang menyelesaikan dinas nasional.
Sebuah pasukan cadangan militer berbeda dari pembentukan cadangan,
kadang-kadang disebut sebagai cadangan militer, yang merupakan kelompok
atau unit personel militer tidak berkomitmen untuk pertempuran oleh
komandan mereka sehingga mereka tersedia untuk menangani situasi tak
terduga, memperkuat pertahanan negara.
1.2 Rumusan Masalah
Pembahasan
Letak geografis Indonesia yang strategis memiliki potensi ancaman yang semakin
kompleks. Bentuk ancaman terhadap kedaulatan negara yang terjadi saat ini makin
bersifat multidimensional seiring dengan perkembangan kemajuan ilmu pengetahuan,
teknologi, informasi, dan komunikasi. Oleh karenanya, segenap bangsa Indonesia
dituntut dapat mengatasi setiap ancaman, tantangan, hambatan, dan gangguan, baik
yang datang dari dalam maupun luar negeri.
Terkait hal ini diperlukan sebuah pemahaman akan pentingnya kesadaran bela
negara. Dan hal ini memerlukan peran serta aktif dari segenap bangsa Indonesia
agar kita dapat menjaga kedaulatan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Kesadaran bela negara memiliki dasar hukum yang kuat, yaitu Undang-Undang
Dasar 1945 pasal 27 ayat 3, yang mengamatkan bahwa “Setiap warga negara
berhak dan wajib ikut serta dalam upaya pembelaan negara” dan Pasal 30 ayat
(1) mengamanatkan bahwa “Tiap-tiap warga negara berhak dan wajib ikut serta
dalam usha pertahanan dan keamanan negara”.
Jelas bahwa bela negara itu penting untuk ditanamkan sebagai landasan sikap dan
perilaku bangsa Indonesia. Sekaligus untuk membangun daya tangkal bangsa
menghadapi kompleksitas dinamika ancaman guna mewujudkan ketahanan nasional.
Bela negara juga menjadi modal sosial bangsa untuk membangun diri menjadi
bangsa yang lebih maju, berkepribadian dan berbudaya, yang sejajar dengan negara
maju lainnya dalam peradaban dunia.
Oleh karenanya, pendidikan bela negara menjadi sesuatu hal yang wajib. Hal ini
sejalan dengan kenyataan empiris yang berkembang saat ini, yaitu jika dikaitkan
dengan kondisi empiris Indonesia yang berada pada persimpangan kepentingan
dunia. Realitas empiris inilah yang menjadi satu kebutuhan Indonesia untuk
melakukan reorientasi sistem ketahanan nasional. Selain itu, adanya kepentingan
masa depan, khususnya dikaitkan dengan potensi ancaman di masa yang akan
datang.
Penyiapan SDM yang handal tersebut tentu berdampak pada kualitas pola pikir
dan tindakan yang positif didalam mengelola sumber daya nasional untuk
mempertahankan kelangsungan hidup bangsa dan negara. Sehingga dengan kesadaran
membangun negara yang baik akan membangkitkan semangat kolektif mencapai
kejayaan Indonesia.Karena sudah saatnya nama Indonesia semakin harum dan
martabatnya semakin tinggi, berprestasi kelas dunia di berbagai bidang, berperan
serta dalam berbagai kegiatan mulia, serta berkolaborasi dengan bangsa lain dalam
menciptakan keamanan dan kedamaian dunia.
Semangat kolektif dan sikap berinovasi perlu juga digencarkan agar tercipta
temuan-temuan baru oleh putra-putri bangsa Indonesia. Sehingga negara lain akan
menilai Indonesia sebagai bangsa yang memiliki daya saing. Mungkin ini adalah
bagian dari aksi riil dari sebuah program bela negara.Di bidang ketahanan pangan
contohnya, program bela negara juga dapat dilakukan dengan cara yang masiv dan
bersinambungan, diantaranya adalah dengan membina para petani di desa-desa
untuk dapat bersaing dengan produk luar negeri. Para kader bela negara dapat
melakukan pendampingan pemasaran kepada petani akan hasil produk-produk
pertaniannya. Hal ini menjadi penting dilakukan, mengingat saat ini begitu
sengitnya gempuran impor yang masuk ke negeri yang kita cintai ini.
Dalam konteks disiplin nasional, kiranya perlu membangun kembali sikap budaya
disiplin. Mengingat semakin lunturnya sikap disiplin oleh sebagian besar masyarakat
Indonesia. Hal ini perlu digaungkan kembali karena sikap disiplin menjadi syarat
utama bagi bangsa yang ingin maju.Disiplin nasional diartikan sebagai status mental
bangsa yang tercemin dalam perbuatan berupa keputusan dan ketaatan. Baik secara
sadar maupun melalui pembinaan terhadap norma-norma kehidupan yang
berlaku.Menurut hemat saya setidaknya ada delapan manfaat dari sikap disiplin,
yakni:
Menumbuhkan kepekaan,
Menumbuhkan kepedulian,
Mengajarkan keteraturan,
Menumbuhkan ketenangan,
Menumbuhkan percaya diri,
Menumbuhkan kemandirian,
Menumbuhkan keakraban dan
Menumbuhkan kepatuhan.
Program bela negara yang digagas oleh pemerintah menuai pro dan kontra dalam
masyarakat. Umumnya bela negara selalu dikaitkan dengan upaya mempertahankan
negara dari ancaman serangan militer dari negara asing. Namun yang menjadi
pertanyaan, mengapa wacana bela negara ini muncul di tengah kondisi keamanan
negara yang kondusif seperti sekarang?
Pertanyaan publik semakin banyak karena warga negara yang dilibatkan dalam
progra bela negara ini juga tidak tanggung-tanggung, yakni 100 juta orang dalam
10 tahun. Kewajiban bela negara berlaku bagi warga negara di bawah 50 tahun
dan pendidikan kewarganegaraan sedari TK hingga perguruan tinggi.
Pihak yang pro menanggapi bela negara sebagai momen untuk menunjukkan
semangat patriotik melawan serangan dari luar.Sebaliknya, yang kontra menganggap
momen bela negara sebagai upaya mobilisasi negara untuk melibatkan rakyat ke
dalam perang.
Persepsi bahwa bela negara identik dengan perang telah menjebak pemahaman
bela negara sama dengan wajib militer. Bela negara tidak diwajibkan kepada
seluruh warga negara dan lebih diorientasikan untuk memupuk rasa nasionalisme
dan patriotisme.Selain itu bela negara bersifat sukarela sedangkan wajib militer
merupakan ikatan dinas.
Selanjutnya wajib militer merupakan kewajiban yang ditetapkan oleh negara kepada
seluruh rakyat dengan batasan usia tertentu. Wajib militer memang diorientasikan
sebagai persiapan untuk menghadapi perang secara nyata. Asumsinya, negara sedang
berada dalam ancaman perang dengan negara lain sehingga setiap warga negara
dipanggil untuk mempertahankan negara melalui kegiatan wajib militer.
Saat ini bela negara dimaksudkan untuk memperkuat rasa nasionalisme dan
semangat patriotisme warga negara Indonesiaditengah ancaman bagi bangsa saat
iniberupa kejahatan terorisme internasional dan nasional, aksi kekerasan berbau
SARA, pelanggaran wilayah negara baik di darat, laut, udara, dan luar angkasa,
gerakan separatisme, kejahatan dan gangguan lintas negara, dan perusakan
lingkungan.
Melalui bela negara ini, diharapkan, dalam setiap diri warga negara akan tumbuh
sikap dan perilaku warga negara yang teratur, menyeluruh, terpadu dan berlanjut
yang dilandasi oleh kecintaan pada tanah air, kesadaran berbangsa dan bernegara
serta keyakinan akan pancasila sebagai ideologi negara guna menghadapi ancaman
baik yang berasal dari luar maupun dari dalam negeri yang membahayakan dan
mengancam kedaulatan baik kedaulatan di bidang ideologi, politik, ekonomi, sosial,
budaya, pertahanan dan keamanan negara.
Konsep bela negara sendiri mengandung arti keikutsertaan dalam pertahanan negara,
yang meliputi: mempertahankan kemerdekaan dan kedaulatan negara, keutuhan
wilayah, dan keselamatan bangsa dari segala ancaman. Sedangkan wujud pembelaan
terhadap negara berupa hak dan kewajiban melalui pendidikan kewarganegaraan,
pengabdian sebagai prajurit TNI dan pengabdian sesuai profesi.
Terdapat beberapa perspektif alasan negara perlu dibela oleh warganegaranya, yaitu:
Pertama, berdasarkan teori dan tujuan negara. Alasan ini sangat erat kaitannya
dengan tujuan akhir negara yaitu untuk menciptakan kebahagiaan bagi rakyatnya
(bonum publicum, common good, common weal). Dengan kata lain negara didirikan
untuk menyejahterakan warganya. Jadi sudah seharusnya demi untuk mewujudkan
cita-cita bersama dalam bernegara setiap warga negara bersedia membela negaranya
karena untuk kepentingan dirinya dan sesamanya.
Keempat, pertimbangan moral, kemerdekaan adalah hak segala bangsa dan oleh
sebab itu penjajahan di atas dunia harus dihapuskan karena tidak sesuai dengan
perikemanusiaan dan perikeadilan.
Kelima, ketentuan hukum atau yuridis, meliputi 1) UUD 1945 Pasal 27 Ayat (3):
“Bahwa tiap warga Negara behak dan wajib ikut serta dalam upaya bela Negara”,
2) UUD 1945 Pasal 30 Ayat (1) dan (2) “”Bahwa tiap warga Negara berhak
dan wajib ikut serta dalam usaha Pertahanan dan Keamanan Negara, dan Usaha
Pertahanan dan Keamanan Negara dilaksanakan melalui Sistem Pertahanan dan
Keamanan Rakyat Semesta oleh TNI dan Kepolisian sebagai Komponen Utama,
Rakyat sebagai Komponen Pendukung.
Selain itu (3) UU No. 39 Tahun 1999 Tentang Hak Asasi Manusia Pasal 6B :”
Setiap Warga Negara wajib ikut serta dalam upaya pembelaan Negara, sesuai
dengan ketentuan yang berlaku”, 4) UU No.3 Tahun 2002 Tentang Pertahanan
Negara Pasal 9 Ayat (1) “Setiap warga negara berhak dan wajib ikut serta
dalam upaya Bela Negara ysng diwujudkan dalam Penyelenggaraan Pertahanan
Negara”, dan 5) UU No.3 Tahun 2002 Tentang Pertahanan Negara Pasal 9 Ayat
(2) “Keikutsertaan warga negara dalam upaya bela negara dimaksud ayat (1)
diselenggarakan melalui pendidikan kewarganegaraan, pelatihan dasar kemiliteran,
pengabdian sebagai prajurit TNI secara sukarela atau wajib dan pengabdian sesuai
dengan profesi (Cholisin, 2007).
Oleh karena itulah setiap warga negara Indonesia dengan hak dan kewajiban yang
sama, dapat berperan aktif dalam melaksanakan bela negara. Tentara dan
masyarakat sipil merupakan sumber daya manusia yang menjadi komponen
terpenting dalam sistem pertahanan nasional, yaitu pertahanan dan keamanan rakyat
semesta.
Sistem pertahanan ini menempatkan TNI dan Polri sebagai komponen utama dan
rakyat sebagai komponen pendukung.Mengakhiri polemik yang terjadi sudah
seyogyanya pemerintah segera menyusun Rancangan UU tentang Komponen
Pendukung Pertahanan Negara yang akan menjadi payung hukum mobilisasi warga
sipil untuk kepentingan bela negara.
Selain itu wacana bela negara ini harus tetap berpegang teguh pada prinsip-
peinsip demokrasi, HAM, dan kesejahteraan umum.Prinsip demokrasi mengharuskan
setiap tindakan pemerintah dalam pelaksanaan pertahananharus sejalan dengan
aspirasi rakyat dan melalui persetujuan rakyat melalui DPR.
Prinsip HAM mengharuskan bahwa kegiatan initidak melanggar HAM dengan alasan
apapun. Prinsip kesejahteraan umum, mengandung makna bahwa kegiatan ini tidak
menjadikan rakyat semakin menderita. Oleh karena itu, kalaupun harus dijalankan
program bela negara perlu dibarengi dengan program pembangunan untuk
meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Hamid Muhammad menegaskan bahwa ancaman nyata terhadap jati diri generasi
bangsa saat ini adalah narkoba, pornografi (HIV/ AIDS/LGBT), hoaks, dan
radikalisme/ terorisme. Sedangkan ancaman nyata terhadap kekerasan dan
radikalisme di dunia pendidikan saat ini antara lain sebagai berikut:
a. 84% siswa pernah mengalami kekerasan di sekolah
c. 45% siswa laki-laki menyebutkan bahwa guru atau petugas sekolah merupakan
pelaku kekerasan
e. 40% siswa usia 13-15 tahun melaporkan pernah mengalami kekerasan fisik
oleh teman sebaya
b. Beberapa kejadian sekolah, guru, dan siswa menghindar dari kegiatan upacara
bendera dan pelajaran kewarganegaraan/sejarah.
c. Pola penyebaran kekerasan semakin kuat melalui media online, media sosial,
dan media internet lainnya yang sangat dekat dengan kehidupan siswa.
Hal tersebut diperparah lagi bahwa saat ini kita tengah dihadapkan kepada
persoalan yang rumit, antara kebenaran dan kebohongan yang semakin sulit
dibedakan. Kabar bohong kembali mengalami kebangkitan di seluruh dunia,
termasuk Indonesia. Sebagai gambaran, berikut ini beberapa temuan yang
didapatkan berdasarkan Laporan “DailySosial” terkait dengan Distribusi Hoax di
Media Sosial pada tahun 2018 yang terjadi di Indonesia:
c. Mayoritas responden (51,03%) dari responden memilih untuk berdiam diri (dan
tidak percaya dengan informasi) ketika menemui hoax
Indonesia Namun kenyataan saat ini, kesadaran bela negara belum mampu
dilaksanakan generasi muda. Generasi Muda melakukan kekerasan pada tahun 2013
total telah terjadi 255 kasus kekerasan yang menewaskan 20 siswa, tahun 2014
Komisi Nasional Perlindungan Anak menerima 2.737 kasus atau 210 setiap bulan
dan tahun 2015 angka kekerasan pelakunya antar pelajar/siswa akan meningkat
sekitar 12-18 persen . Pada tahun 2016 telah terjadi tawuran antar pelajar SMKN
4 Tangerang dengan SMK PGRI 2 yang menyebabkan satu orang korban tewas2 .
Sehubungan kasus-kasus yang telah terjadi berarti bahwa kesadaran bela negara
bagi generasi muda sudah menurun, sehingga kewaspadaan generasi muda melemah
pula serta ketahanan nasional juga menjadi kurang tangguh. Dalam lingkungan
global telah terjadi perkembangan ISIS yang mempengaruhi pelajar SMA atas nama
Teuku Akbar saat bersekolah di Turki ( International Anatolian Mustafa Germirli
Imam Khatib High School pada September 2013)3 . Generasi muda saat ini belum
memiliki sikap dan perilaku kurang patuh terhadap norma kesopanan, kesusilaan,
agama maupun norma hukum. Penyalahgunaan narkotika dan obat-obatan
terlarang4 , dikalangan generasi muda dewasa ini, kian meningkat dengan usia
sasaran narkoba ini adalah kaum muda atau remaja berkisar antara 11 tahun
sampai 24 tahun. Penggunaan narkoba dikalangan pelajar telah mencapai 22 persen,
pada kelompok usia 15 sampai 20 tahun menggunakan narkotika jenis ganja dan
psikotropika seperti sedatin (Pil BK), rahypnol dan megadon. Keterlibatan para
mahasiswa penyalahgunaan narkoba pada tahun 2010 sebanyak 515 tersangka, terus
meningkat pada tahun 2011 sebanyak 607 tersangka,pada tahun 2012 sebanyak
709 tersangka, dan pada tahun 2013 sebanyak 857 tersangka. Penelitian BNN
pada tahun 2011 di 16 provinsi di tanah air,diperoleh data peredaran dan
penyalahgunaan narkoba pada pelajar dan mahasiswa ditemukan 2,6 persen siswa
SLTP sederajat pernah menggunakan narkoba, 4,7 persen siswa SMA,dan untuk
Perguruan Tinggi 7,7 persen mahasiswa yang pernah mencoba narkoba5 .
Pada saat ini peristiwa yang melanggar hukum yang dilakukan oleh para generasi
muda, para pelajar maupun mahasiswa, maka sangat penting merumuskan
permasalahan yaitu; Pertama melemahnya kesadaran bela negara generasi
muda ,kedua kesadaran bela bela negara belum optimal dalam kehidupan nasional,
Ketiga,belum optimalnya kebijakan kebijakan dalam aktualisasi bela negara
serta,Keempat, kurikulum sistem pendidikan nasional masih sedikit memuat materi
kesadaran bela negara. Rendahnya perasaan Nasionalisme generasi muda sehinga
menimbul ketidakberdayaan generasi muda, untuk melindungi tanah air dan tumpah
darah Indonesia, bersikap hedonistis, pragmatis serta terganggunya kelangsungan
hidup bernegara.
Namun dalam prakteknya, rumusan rumusan tersebut di atas masih sering kali
dianggap terlalu konseptual dan sulit dipahami oleh masyarakat luas, sehingga
perlu dicari ide-ide segar, inovasi dan kreatifitas baru agar materi pembinaan bela
negara tersebut tidak terkesan militeristik, menarik, dan tidak membosankan. Di
lain pihak, meskipun pemerintah telah banyak melakukan program pembinaan
kesadaran bela negara melalui penyiapan modul dan materi pokok, materi
pendukung, dan materi tambahan tersebut di atas, namun belum mencapai hasil
yang optimal seperti yang diharapkan, sehingga masih banyak terjadi perilaku
destruktif dari warga negara yang dapat melemahkan keutuhan NKRI.
Secara garis besar, implikasi dari belum optimalnya kesadaran bela negara dapat
dikemukakan antara lain sebagai berikut:
g. Kurang adanya rasa toleransi terhadap orang lain baik secara individu
maupun kelompok.
Kesadaran bela negara itu hakikatnya ialah kesediaan berbakti pada negara dan
kesediaan berkorban membela negara. Tercakup di dalamnya adalah bersikap dan
berbuat yang terbaik bagi bangsa dan negara. Wujud bela negara ialah cinta
tanah air, kesadaran berbangsa dan bernegara, yakin akan kesaktian Pancasila, rela
berkorban untuk bangsa dan negara, serta mempunyai kemampuan awal bela
negara. Kesadaran bela negara pada mahasiswa diimplemtasikan pada membuang
sampah pada tempat yang disediakan, perlindungan dan keamanan bagi masyarakat
sudah baik, taat beragama dengan sudah melaksanakan dan menjalankan ibadah
dan menjaga kerukunan hidup di antara sesama umat beragama dan kepercayaan
terhadap Tuhan yang Maha Esa, sadar telah membina diri saya sendiri agar
dapat mandiri kelak, dan bangga kepada perjuangan para pahlawan. Namun ada
kesadaran bela negara pada mahasiswa masih kurang yaitu turut menjaga
keamanan lingkungan kampus, tidak cukup mewakili kampus dalam kegiatan olah
raga dan seni, masih mengedepankan kepentingan pribadi dibadingkan kepentingan
bangsa dan negara, cenderung memilih tidak memilih (golput) pada pemilu
mendatang, dan kurang berminat menjadi anggota menwa atau tentara.
Di masa yang akan datang diperlukan sebuah konsep dan program bela negara
yang efektif, sehingga segenap warga negara dapat ikut serta dalam program-
program yang dilaksanakan, baik oleh instansi pemerintah maupun komunitas bela
negara.
2) Pembudayaan;
3) Sosialisasi;
6) Kontra nilai negatif. Pendidikan dan pelatihan PKBN melalui pendidikan formal,
mulai dari tingkat PAUD (pendidikan anak usia dini) sampai dengan PT
(perguruan tinggi) di seluruh Indonesia, pendidikan non formal, berbagai kursus
yang ada di seluruh Indonesia. Pendidikan informal, yang dilakukan di rumah-
rumah, tempat kerja dan di lingkungan masyarakat, organisasi masyarakat,
organisasi pemuda. Pelatihan di pusat pendidikan dan pelatihan (Pusdiklat) /
badan pendidikan dan pelatihan (Badiklat) yang dikelola oleh kementerian, lembaga
pemerintah, pemerintah daerah, TNI, Polri dan kompomen bangsa lainnya, dimana
pusat pendidikan dan pelatihan (Pusdiklat Bela Negara Badan Pendidikan dan
Pelatihan (Badiklat) Kementerian Pertahanan sebagai leading sector.
Bela Negara adalah sikap dan tindakan warga negara yang teratur menyeluruh
terpadu dan berlanjut yang dilandasi:
KESIMPULAN
Era kini khusunya era digital, mahasiswa dapat berkontribusi dalam mempertahankan kedaulatan
serta ketahanan negara dengan berbagai hal dan bentuk seperti hal nya melalui gadget yang
menjadi perangkat sangat lekat dengan mahasiswa. Bela negara tidak melulu mengenai gencatan
senjata atau perang melawan musuh negara lain, tetapi melawan musuh yang datang dari internal
maupun eksternal yang bergerak secara massif seperti halnya meluasya ujaran kebencian atau
HOAX yang sering merusak mental warga negara Indonesia. Sebagai mahasiswa dengan karakter
intelengen yang tinggi perlu meminimalisir bahkan memberantas HOAX dengan memilah dan
memilih serta melakukan checking informasi sebenarnya atau singkatnya “saring sebelum sharing
“ dengan begitu setidaknya mahasiswa turut andil dengan tidak memperkeruh suasana dan
keadaan yang terjadi di negara Indonesia tentu hal itu tidak cukup untuk diimplementasikan
pribadi, perlu adanya sosialisasi untuk orang sekitar dan masyarakat agar kebermanfaatannya
terasa dan masyarakat sedikit demi sedikit bangkit memiliki rasa bela negara yang tinggi. Ke
depannya upaya untuk meningkatkan ketahanan negara dengan kegiatan bela negara lebih
dioptimalkan agar sasaran dan esensi yang disampaikan tepat supaya masyarakat khususnya
mahasiswa lebih cepat mengimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari dalam menjaga
ketahanan negara juga mencintai tanah air.
DAFTAR PUSTAKA
Kolonel Laut (Kh) Dr. Dwi Hartono, S.Pd, M.AP. "FENOMENA KESADARAN BELA
NEGARA DI ERA DIGITAL."
<https://www.google.com/search?q=masalah+yang+mengancam+ketahanan+negara+indo
nesia+di+era+digital&rlz=1C1CHBD_enID922ID922&oq=masalah+yang+mengancam+ketah
anan+negara+indonesia+di+era+digital&aqs=chrome..69i57.14446j0j9&sourceid=chrome&
ie=UTF-8#>.
Rahayu, Minto, Rita Farida and Asep Apriana. KESADARAN BELA NEGARA PADA
MAHASISWA.
<http://jurnal.pnj.ac.id/index.php/epigram/article/download/2232/1277#:~:text=Kesim
pulan-,1.,sampah%20pada%20tempat%20yang%20disediakan.>.
Rusman. BELA NEGARA DAN PERAN SERTA WARGA NEGARA MEMBANGUN NEGERI.
20 Maret 2020. <https://abnri.com/2020/03/20/bela-negara-dan-peran-serta-warga-
negara-membangun-negeri-
2/#:~:text=Jelas%20bahwa%20bela%20negara%20itu,ancaman%20guna%20mewujudka
n%20ketahanan%20nasional.>.
Suriata, I Nengah. "Aktualisasi Kesadaran Bela Negara Bagi Generasi Muda Dalam."
Public Inspiration: Jurnal Administrasi Publik (2019): 47-56.