Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH UPAYA BELA NEGARA BAGI KALANGAN MAHASISWA

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Pendidikan Kewarganegaraan yang diampu oleh:

Listyo Yudha Irawan S.Pd., M.Pd., M.Sc.

Disusun oleh :

FERIANSYAH

042196396

PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS TERBUKA

2021
BAB 1

Pendahuluan

1.1 Latar Belakang Masalah

Bela Negara adalah sebuah konsep yang disusun oleh perangkat perundangan
dan petinggi suatu negara tentang patriotisme seseorang, suatu kelompok
atau seluruh komponen dari suatu negara dalam kepentingan
mempertahankan eksistensi negara tersebut.

Setiap warga negara memiliki kewajiban yang sama dalam masalah


pembelaan negara. Hal tersebut merupakan wujud kecintaan seorang warga
negara pada tanah air yang sudah memberikan kehidupan padanya. Hal ini
terjadi sejak seseorang lahir, tumbuh dewasa serta dalam upayanya mencari
penghidupan.

Secara fisik, hal ini dapat diartikan sebagai usaha pertahanan menghadapi
serangan fisik atau agresi dari pihak yang mengancam keberadaan negara
tersebut, sedangkan secara non-fisik konsep ini diartikan sebagai upaya
untuk serta berperan aktif dalam memajukan bangsa dan negara, baik
melalui pendidikan, moral, sosial maupun peningkatan kesejahteraan orang-
orang yang menyusun bangsa tersebut.

Dalam pelaksanaan pembelaan negara, seorang warga bisa melakukannya baik


secara fisik maupun non fisik. Pembelaan negara secara fisik diantaranya
dengan cara perjuangan mengangkat senjata apabila ada serangan dari
negara asing terhadap kedaulatan bangsa.

Sementara, pembelaan negara secara non fisik diartikan sebagai semua usaha
untuk menjaga bangsa serta kedaulatan negara melalui proses peningkatan
nasionalisme. Nasionalisme adalah rangkaian kecintaan dan kesadaran dalam
proses berkehidupan dalam negara dan bangsa, serta upaya untuk
menumbuhkan rasa cinta pada tanah air. Selain itu, pembelaan bisa
dilakukan dengan cara menumbuhkan keaktifan dalam berperan aktif untuk
mewujudkan kemajuan bangsa dan negara.

Landasan konsep bela negara adalah adanya wajib militer. Subyek dari
konsep ini adalah tentara atau perangkat pertahanan negara lainnya, baik
sebagai pekerjaan yang dipilih atau sebagai akibat dari rancangan tanpa
sadar (wajib militer). Beberapa negara (misalnya Israel, Iran) dan Singapura
memberlakukan wajib militer bagi warga yang memenuhi syarat (kecuali
dengan dispensasi untuk alasan tertentu seperti gangguan fisik, mental atau
keyakinan keagamaan). Sebuah bangsa dengan relawan sepenuhnya militer,
biasanya tidak memerlukan layanan dari wajib militer warganya, kecuali
dihadapkan dengan krisis perekrutan selama masa perang.

Di beberapa negara, seperti Amerika Serikat, Jerman, Spanyol dan Inggris,


bela negara dilaksanakan pelatihan militer, biasanya satu akhir pekan dalam
sebulan. Mereka dapat melakukannya sebagai individu atau sebagai anggota
resimen, misalnya Tentara Teritorial Britania Raya. Dalam beberapa kasus
milisi bisa merupakan bagian dari pasukan cadangan militer, seperti Amerika
Serikat National Guard.

Di negara lain, seperti Republik China (Taiwan), Republik Korea, dan Israel,
wajib untuk beberapa tahun setelah seseorang menyelesaikan dinas nasional.
Sebuah pasukan cadangan militer berbeda dari pembentukan cadangan,
kadang-kadang disebut sebagai cadangan militer, yang merupakan kelompok
atau unit personel militer tidak berkomitmen untuk pertempuran oleh
komandan mereka sehingga mereka tersedia untuk menangani situasi tak
terduga, memperkuat pertahanan negara.
1.2 Rumusan Masalah

a. Bagaimana bela negara menjadi penting bagi masyarakat khususnya


kalangan mahasiswa ?
b. Masalah-masalah apa saja yang mengancam ketahanan negara di Indonesia
era digital ?
c. Bagaimana upaya dalam menjawab permasalahan yang mengancam ketahanan
serta kedaulatan negara Indonesia ?

1.3 Tujuan Penulisan

a. Mengetahui mengapa bela negara menjadi penting bagi masyarakat


khususnya kalangan mahasiswa
b. Mengetahui masalah-masalah yang mengancam ketahanan negara di Indonesia
c. Mengetahui upaya dalam menjawab permasalahan yang mengancam
ketahanan serta kedaulatan negara Indonesia
BAB 2

Pembahasan

2. 1 . Gambaran Umum Bela Negara

Letak geografis Indonesia yang strategis memiliki potensi ancaman yang semakin
kompleks. Bentuk ancaman terhadap kedaulatan negara yang terjadi saat ini makin
bersifat multidimensional seiring dengan perkembangan kemajuan ilmu pengetahuan,
teknologi, informasi, dan komunikasi. Oleh karenanya, segenap bangsa Indonesia
dituntut dapat mengatasi setiap ancaman, tantangan, hambatan, dan gangguan, baik
yang datang dari dalam maupun luar negeri.

Terkait hal ini diperlukan sebuah pemahaman akan pentingnya kesadaran bela
negara. Dan hal ini memerlukan peran serta aktif dari segenap bangsa Indonesia
agar kita dapat menjaga kedaulatan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Kesadaran bela negara memiliki dasar hukum yang kuat, yaitu Undang-Undang
Dasar 1945 pasal 27 ayat 3, yang mengamatkan bahwa “Setiap warga negara
berhak dan wajib ikut serta dalam upaya pembelaan negara” dan Pasal 30 ayat
(1) mengamanatkan bahwa “Tiap-tiap warga negara berhak dan wajib ikut serta
dalam usha pertahanan dan keamanan negara”.

Untuk melaksanakan amanat UUD 1945 tersebut, dirasa perlu menjabarkannya ke


dalam bentuk program atau kegiatan yang kongkrit kepada semua lapisan
masyarakat. Kewajiban bela negara tidak hanya dilakukan oleh militer, tetapi bisa
dilakukan oleh mereka yang bukan militer, utamanya untuk menghadapi ancaman
non-militer seperti ancaman tanpa bersenjata yang mempunyai kemampuan
membahayakan atau berimplikasi mengancam kedaulatan negara, keutuhan wilayah
negara dan keselamatan segenap bangsa.

Jelas bahwa bela negara itu penting untuk ditanamkan sebagai landasan sikap dan
perilaku bangsa Indonesia. Sekaligus untuk membangun daya tangkal bangsa
menghadapi kompleksitas dinamika ancaman guna mewujudkan ketahanan nasional.
Bela negara juga menjadi modal sosial bangsa untuk membangun diri menjadi
bangsa yang lebih maju, berkepribadian dan berbudaya, yang sejajar dengan negara
maju lainnya dalam peradaban dunia.

Oleh karenanya, pendidikan bela negara menjadi sesuatu hal yang wajib. Hal ini
sejalan dengan kenyataan empiris yang berkembang saat ini, yaitu jika dikaitkan
dengan kondisi empiris Indonesia yang berada pada persimpangan kepentingan
dunia. Realitas empiris inilah yang menjadi satu kebutuhan Indonesia untuk
melakukan reorientasi sistem ketahanan nasional. Selain itu, adanya kepentingan
masa depan, khususnya dikaitkan dengan potensi ancaman di masa yang akan
datang.

Pembangunan karakter bangsa melalui pembinaan kesadaran dan kemampuan bela


negara bagi setiap warga negara Indonesia menjadi hal yang sangat penting. Untuk
itu perlu menyiapkan Sumber Daya Manusia (SDM) dalam kerangka pertahanan
negara, serta penguatan jati diri bangsa yang berkepribadian dan berkebudayaan
berdasarkan Pancasila dan Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945. Pembinaan kesadaran dan kemampuan bela negara setidaknya menyiapkan
insan yang berwawasan kebangsaan, berkarakter serta memiliki integritas sehingga
dapat berkontribusi bagi kemajuan serta keutuhan NKRI.

Penyiapan SDM yang handal tersebut tentu berdampak pada kualitas pola pikir
dan tindakan yang positif didalam mengelola sumber daya nasional untuk
mempertahankan kelangsungan hidup bangsa dan negara. Sehingga dengan kesadaran
membangun negara yang baik akan membangkitkan semangat kolektif mencapai
kejayaan Indonesia.Karena sudah saatnya nama Indonesia semakin harum dan
martabatnya semakin tinggi, berprestasi kelas dunia di berbagai bidang, berperan
serta dalam berbagai kegiatan mulia, serta berkolaborasi dengan bangsa lain dalam
menciptakan keamanan dan kedamaian dunia.

Semangat kolektif dan sikap berinovasi perlu juga digencarkan agar tercipta
temuan-temuan baru oleh putra-putri bangsa Indonesia. Sehingga negara lain akan
menilai Indonesia sebagai bangsa yang memiliki daya saing. Mungkin ini adalah
bagian dari aksi riil dari sebuah program bela negara.Di bidang ketahanan pangan
contohnya, program bela negara juga dapat dilakukan dengan cara yang masiv dan
bersinambungan, diantaranya adalah dengan membina para petani di desa-desa
untuk dapat bersaing dengan produk luar negeri. Para kader bela negara dapat
melakukan pendampingan pemasaran kepada petani akan hasil produk-produk
pertaniannya. Hal ini menjadi penting dilakukan, mengingat saat ini begitu
sengitnya gempuran impor yang masuk ke negeri yang kita cintai ini.

Dalam konteks disiplin nasional, kiranya perlu membangun kembali sikap budaya
disiplin. Mengingat semakin lunturnya sikap disiplin oleh sebagian besar masyarakat
Indonesia. Hal ini perlu digaungkan kembali karena sikap disiplin menjadi syarat
utama bagi bangsa yang ingin maju.Disiplin nasional diartikan sebagai status mental
bangsa yang tercemin dalam perbuatan berupa keputusan dan ketaatan. Baik secara
sadar maupun melalui pembinaan terhadap norma-norma kehidupan yang
berlaku.Menurut hemat saya setidaknya ada delapan manfaat dari sikap disiplin,
yakni:

 Menumbuhkan kepekaan,
 Menumbuhkan kepedulian,
 Mengajarkan keteraturan,
 Menumbuhkan ketenangan,
 Menumbuhkan percaya diri,
 Menumbuhkan kemandirian,
 Menumbuhkan keakraban dan
 Menumbuhkan kepatuhan.

Program bela negara yang digagas oleh pemerintah menuai pro dan kontra dalam
masyarakat. Umumnya bela negara selalu dikaitkan dengan upaya mempertahankan
negara dari ancaman serangan militer dari negara asing. Namun yang menjadi
pertanyaan, mengapa wacana bela negara ini muncul di tengah kondisi keamanan
negara yang kondusif seperti sekarang?

Pertanyaan publik semakin banyak karena warga negara yang dilibatkan dalam
progra bela negara ini juga tidak tanggung-tanggung, yakni 100 juta orang dalam
10 tahun. Kewajiban bela negara berlaku bagi warga negara di bawah 50 tahun
dan pendidikan kewarganegaraan sedari TK hingga perguruan tinggi.

Pihak yang pro menanggapi bela negara sebagai momen untuk menunjukkan
semangat patriotik melawan serangan dari luar.Sebaliknya, yang kontra menganggap
momen bela negara sebagai upaya mobilisasi negara untuk melibatkan rakyat ke
dalam perang.

Persepsi bahwa bela negara identik dengan perang telah menjebak pemahaman
bela negara sama dengan wajib militer. Bela negara tidak diwajibkan kepada
seluruh warga negara dan lebih diorientasikan untuk memupuk rasa nasionalisme
dan patriotisme.Selain itu bela negara bersifat sukarela sedangkan wajib militer
merupakan ikatan dinas.

Selanjutnya wajib militer merupakan kewajiban yang ditetapkan oleh negara kepada
seluruh rakyat dengan batasan usia tertentu. Wajib militer memang diorientasikan
sebagai persiapan untuk menghadapi perang secara nyata. Asumsinya, negara sedang
berada dalam ancaman perang dengan negara lain sehingga setiap warga negara
dipanggil untuk mempertahankan negara melalui kegiatan wajib militer.

Saat ini bela negara dimaksudkan untuk memperkuat rasa nasionalisme dan
semangat patriotisme warga negara Indonesiaditengah ancaman bagi bangsa saat
iniberupa kejahatan terorisme internasional dan nasional, aksi kekerasan berbau
SARA, pelanggaran wilayah negara baik di darat, laut, udara, dan luar angkasa,
gerakan separatisme, kejahatan dan gangguan lintas negara, dan perusakan
lingkungan.

Melalui bela negara ini, diharapkan, dalam setiap diri warga negara akan tumbuh
sikap dan perilaku warga negara yang teratur, menyeluruh, terpadu dan berlanjut
yang dilandasi oleh kecintaan pada tanah air, kesadaran berbangsa dan bernegara
serta keyakinan akan pancasila sebagai ideologi negara guna menghadapi ancaman
baik yang berasal dari luar maupun dari dalam negeri yang membahayakan dan
mengancam kedaulatan baik kedaulatan di bidang ideologi, politik, ekonomi, sosial,
budaya, pertahanan dan keamanan negara.

Konsep bela negara sendiri mengandung arti keikutsertaan dalam pertahanan negara,
yang meliputi: mempertahankan kemerdekaan dan kedaulatan negara, keutuhan
wilayah, dan keselamatan bangsa dari segala ancaman. Sedangkan wujud pembelaan
terhadap negara berupa hak dan kewajiban melalui pendidikan kewarganegaraan,
pengabdian sebagai prajurit TNI dan pengabdian sesuai profesi.

Terdapat beberapa perspektif alasan negara perlu dibela oleh warganegaranya, yaitu:

Pertama, berdasarkan teori dan tujuan negara. Alasan ini sangat erat kaitannya
dengan tujuan akhir negara yaitu untuk menciptakan kebahagiaan bagi rakyatnya
(bonum publicum, common good, common weal). Dengan kata lain negara didirikan
untuk menyejahterakan warganya. Jadi sudah seharusnya demi untuk mewujudkan
cita-cita bersama dalam bernegara setiap warga negara bersedia membela negaranya
karena untuk kepentingan dirinya dan sesamanya.

Kedua, berdasarkan pada pemikiran rasional. Aspek pertahanan merupakan faktor


penting dalam menjamin kelangsungan hidup Negara. Tanpa kemampuan
mempertahankan diri, suatu negara tidak akan dapat mempertahankan keberadaan
atau eksistensinya.

Ketiga,kontrak sosial, bangsa Indonesia memproklamirkan kemerdekaannya pada 17


Agustus 1945 bertekad bulat untuk membela, mempertahankan, dan menegakkan
kemerdekaan, serta kedaulatan negara berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.

Keempat, pertimbangan moral, kemerdekaan adalah hak segala bangsa dan oleh
sebab itu penjajahan di atas dunia harus dihapuskan karena tidak sesuai dengan
perikemanusiaan dan perikeadilan.

Kelima, ketentuan hukum atau yuridis, meliputi 1) UUD 1945 Pasal 27 Ayat (3):
“Bahwa tiap warga Negara behak dan wajib ikut serta dalam upaya bela Negara”,
2) UUD 1945 Pasal 30 Ayat (1) dan (2) “”Bahwa tiap warga Negara berhak
dan wajib ikut serta dalam usaha Pertahanan dan Keamanan Negara, dan Usaha
Pertahanan dan Keamanan Negara dilaksanakan melalui Sistem Pertahanan dan
Keamanan Rakyat Semesta oleh TNI dan Kepolisian sebagai Komponen Utama,
Rakyat sebagai Komponen Pendukung.

Selain itu (3) UU No. 39 Tahun 1999 Tentang Hak Asasi Manusia Pasal 6B :”
Setiap Warga Negara wajib ikut serta dalam upaya pembelaan Negara, sesuai
dengan ketentuan yang berlaku”, 4) UU No.3 Tahun 2002 Tentang Pertahanan
Negara Pasal 9 Ayat (1) “Setiap warga negara berhak dan wajib ikut serta
dalam upaya Bela Negara ysng diwujudkan dalam Penyelenggaraan Pertahanan
Negara”, dan 5) UU No.3 Tahun 2002 Tentang Pertahanan Negara Pasal 9 Ayat
(2) “Keikutsertaan warga negara dalam upaya bela negara dimaksud ayat (1)
diselenggarakan melalui pendidikan kewarganegaraan, pelatihan dasar kemiliteran,
pengabdian sebagai prajurit TNI secara sukarela atau wajib dan pengabdian sesuai
dengan profesi (Cholisin, 2007).

Oleh karena itulah setiap warga negara Indonesia dengan hak dan kewajiban yang
sama, dapat berperan aktif dalam melaksanakan bela negara. Tentara dan
masyarakat sipil merupakan sumber daya manusia yang menjadi komponen
terpenting dalam sistem pertahanan nasional, yaitu pertahanan dan keamanan rakyat
semesta.

Sistem pertahanan ini menempatkan TNI dan Polri sebagai komponen utama dan
rakyat sebagai komponen pendukung.Mengakhiri polemik yang terjadi sudah
seyogyanya pemerintah segera menyusun Rancangan UU tentang Komponen
Pendukung Pertahanan Negara yang akan menjadi payung hukum mobilisasi warga
sipil untuk kepentingan bela negara.

Selain itu wacana bela negara ini harus tetap berpegang teguh pada prinsip-
peinsip demokrasi, HAM, dan kesejahteraan umum.Prinsip demokrasi mengharuskan
setiap tindakan pemerintah dalam pelaksanaan pertahananharus sejalan dengan
aspirasi rakyat dan melalui persetujuan rakyat melalui DPR.

Prinsip HAM mengharuskan bahwa kegiatan initidak melanggar HAM dengan alasan
apapun. Prinsip kesejahteraan umum, mengandung makna bahwa kegiatan ini tidak
menjadikan rakyat semakin menderita. Oleh karena itu, kalaupun harus dijalankan
program bela negara perlu dibarengi dengan program pembangunan untuk
meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

2. 2. Permasalahan yang mengancam ketahanan negara

Hamid Muhammad menegaskan bahwa ancaman nyata terhadap jati diri generasi
bangsa saat ini adalah narkoba, pornografi (HIV/ AIDS/LGBT), hoaks, dan
radikalisme/ terorisme. Sedangkan ancaman nyata terhadap kekerasan dan
radikalisme di dunia pendidikan saat ini antara lain sebagai berikut:
a. 84% siswa pernah mengalami kekerasan di sekolah

b. 75% siswa mengakui pernah melakukan kekerasan di sekolah

c. 45% siswa laki-laki menyebutkan bahwa guru atau petugas sekolah merupakan
pelaku kekerasan

d. 22% siswa perempuan menyebutkan bahwa guru atau petugas sekolah


merupakan pelaku kekerasan

e. 40% siswa usia 13-15 tahun melaporkan pernah mengalami kekerasan fisik
oleh teman sebaya

f. 50% anak melaporkan mengalami perundungan (bullying) di sekolah.

g. 48,9% siswa Jabodetabek setuju aksi radikal.

Masih menurut Hamid Muhammad, menambahkan bahwa fenomena radikalisme yang


dapat mengancam dunia pendidikan saat ini antara lain:

a. Sekolah dijadikan sebagai tempat menyebarkan radikalisme/terorisme melalui


kegiatan pembelajaran di kelas dan di luar kelas: melalui buku pelajaran, kegiatan
ekstra kurikuler/ kerohanian, dan pertemuanpertemuan.

b. Beberapa kejadian sekolah, guru, dan siswa menghindar dari kegiatan upacara
bendera dan pelajaran kewarganegaraan/sejarah.

c. Pola penyebaran kekerasan semakin kuat melalui media online, media sosial,
dan media internet lainnya yang sangat dekat dengan kehidupan siswa.

d. Beberapa kejadian tindak radikalisme dilakukan oleh pelajar (usia sekolah) 1)


Kasus teror di Klaten (2011) dan Solo (2015) 2) Kasus di Medan (2016) 3)
Kasus anak SMA berangkat ke Syiria di Jakarta (2016) 4) Video anak-anak
Indonesia di Syiria (2016) 5) Kasus rentetan teror di Surabaya (2016)

Hal tersebut diperparah lagi bahwa saat ini kita tengah dihadapkan kepada
persoalan yang rumit, antara kebenaran dan kebohongan yang semakin sulit
dibedakan. Kabar bohong kembali mengalami kebangkitan di seluruh dunia,
termasuk Indonesia. Sebagai gambaran, berikut ini beberapa temuan yang
didapatkan berdasarkan Laporan “DailySosial” terkait dengan Distribusi Hoax di
Media Sosial pada tahun 2018 yang terjadi di Indonesia:

a. Informasi hoax paling banyak ditemukan di platform Facebook (82,25%),


WhatsApp (56,55%), dan Instagram (29,48%).

b. Sebagian besar responden (44,19%) tidak yakin memiliki kepiawaian dalam


mendeteksi berita hoax.

c. Mayoritas responden (51,03%) dari responden memilih untuk berdiam diri (dan
tidak percaya dengan informasi) ketika menemui hoax

Di lain kesempatan, berdasarkan data dari Kementerian Komunikasi dan Informasi


menyatakan bahwa jumlah pengguna media sosial di Indonesia telah mencapai
sekitar 132,7 juta orang dan ada sekitar 800.000 situs di Indonesia yang telah
terindikasi sebagai penyebar informasi palsu. Hal tersebut sejalan dengan temuan
dari Badan Intelijen Negara (BIN) yang menyatakan bahwa konten-konten media
sosial di Indonesia ternyata didominasi informasi bohong atau hoaks. Hal ini yang
menyebabkan masyarakat mudah terpengaruh dengan berita-berita tersebut. Dari
penelitian, informasi hoaks sudah mencakup 60 % dari konten media sosial di
Indonesia dan 39% mahasiswa terpapar paham-paham radikal serta 24% mahasiswa
setuju menegakkan negara Islam melalui Jihad. Bibit radikal juga ditemukan pada
pelajar SMA (Kompas, 25/05/2019) Lebih lanjut Timbul Siahaan mengatakan bahwa,
program bela negara adalah respons Kementerian Pertahanan RI dalam mewujudkan
program revolusi mental yang digagas Presiden Joko Widodo. Melalui program ini,
diharapkan masyarakat dapat diberikan kesadaran akan konsep bela negara yang
terdiri dari nilai-nilai cinta tanah air, rela berkorban, dan yakin dengan ideologi
Pancasila. Materi dalam program bela negara ini terbagi menjadi 70-80 persen
teori, dan 20-30 persen praktek di lapangan.

Indonesia Namun kenyataan saat ini, kesadaran bela negara belum mampu
dilaksanakan generasi muda. Generasi Muda melakukan kekerasan pada tahun 2013
total telah terjadi 255 kasus kekerasan yang menewaskan 20 siswa, tahun 2014
Komisi Nasional Perlindungan Anak menerima 2.737 kasus atau 210 setiap bulan
dan tahun 2015 angka kekerasan pelakunya antar pelajar/siswa akan meningkat
sekitar 12-18 persen . Pada tahun 2016 telah terjadi tawuran antar pelajar SMKN
4 Tangerang dengan SMK PGRI 2 yang menyebabkan satu orang korban tewas2 .
Sehubungan kasus-kasus yang telah terjadi berarti bahwa kesadaran bela negara
bagi generasi muda sudah menurun, sehingga kewaspadaan generasi muda melemah
pula serta ketahanan nasional juga menjadi kurang tangguh. Dalam lingkungan
global telah terjadi perkembangan ISIS yang mempengaruhi pelajar SMA atas nama
Teuku Akbar saat bersekolah di Turki ( International Anatolian Mustafa Germirli
Imam Khatib High School pada September 2013)3 . Generasi muda saat ini belum
memiliki sikap dan perilaku kurang patuh terhadap norma kesopanan, kesusilaan,
agama maupun norma hukum. Penyalahgunaan narkotika dan obat-obatan
terlarang4 , dikalangan generasi muda dewasa ini, kian meningkat dengan usia
sasaran narkoba ini adalah kaum muda atau remaja berkisar antara 11 tahun
sampai 24 tahun. Penggunaan narkoba dikalangan pelajar telah mencapai 22 persen,
pada kelompok usia 15 sampai 20 tahun menggunakan narkotika jenis ganja dan
psikotropika seperti sedatin (Pil BK), rahypnol dan megadon. Keterlibatan para
mahasiswa penyalahgunaan narkoba pada tahun 2010 sebanyak 515 tersangka, terus
meningkat pada tahun 2011 sebanyak 607 tersangka,pada tahun 2012 sebanyak
709 tersangka, dan pada tahun 2013 sebanyak 857 tersangka. Penelitian BNN
pada tahun 2011 di 16 provinsi di tanah air,diperoleh data peredaran dan
penyalahgunaan narkoba pada pelajar dan mahasiswa ditemukan 2,6 persen siswa
SLTP sederajat pernah menggunakan narkoba, 4,7 persen siswa SMA,dan untuk
Perguruan Tinggi 7,7 persen mahasiswa yang pernah mencoba narkoba5 .

Pada saat ini peristiwa yang melanggar hukum yang dilakukan oleh para generasi
muda, para pelajar maupun mahasiswa, maka sangat penting merumuskan
permasalahan yaitu; Pertama melemahnya kesadaran bela negara generasi
muda ,kedua kesadaran bela bela negara belum optimal dalam kehidupan nasional,
Ketiga,belum optimalnya kebijakan kebijakan dalam aktualisasi bela negara
serta,Keempat, kurikulum sistem pendidikan nasional masih sedikit memuat materi
kesadaran bela negara. Rendahnya perasaan Nasionalisme generasi muda sehinga
menimbul ketidakberdayaan generasi muda, untuk melindungi tanah air dan tumpah
darah Indonesia, bersikap hedonistis, pragmatis serta terganggunya kelangsungan
hidup bernegara.

Namun dalam prakteknya, rumusan rumusan tersebut di atas masih sering kali
dianggap terlalu konseptual dan sulit dipahami oleh masyarakat luas, sehingga
perlu dicari ide-ide segar, inovasi dan kreatifitas baru agar materi pembinaan bela
negara tersebut tidak terkesan militeristik, menarik, dan tidak membosankan. Di
lain pihak, meskipun pemerintah telah banyak melakukan program pembinaan
kesadaran bela negara melalui penyiapan modul dan materi pokok, materi
pendukung, dan materi tambahan tersebut di atas, namun belum mencapai hasil
yang optimal seperti yang diharapkan, sehingga masih banyak terjadi perilaku
destruktif dari warga negara yang dapat melemahkan keutuhan NKRI.

Secara garis besar, implikasi dari belum optimalnya kesadaran bela negara dapat
dikemukakan antara lain sebagai berikut:

a. Menurunnya rasa kebanggaan sebagai bangsa Indonesia

b. Kurang adanya kepedulian dalam membela negara

c. Lemahnya persatuan dan kesatuan di kalangan para pemuda

d. Mudah tersulut konflik diantara kelompok pemuda

e. Kurangnya rasa tanggungjawab dalam memajukan bangsa dan negara

f. Masih rendahnya rasa kesetiakawanan social

g. Kurang adanya rasa toleransi terhadap orang lain baik secara individu
maupun kelompok.

h. Belum mampu secara tulus menerima perbedaan yang yang ada

i. Sangat sensitif dan mudah terjadinya perpecahan

Berbagai ilustrasi tersebut memperlihatkan bahwa masih lemahnya pemahaman bela


negara. Kondisi ini mencerminkan bahwa secara kultural implementasi konsep bela
negara yang diatur dalam UUD 1945 dan UU RI Nomor 3 Tahun 2003 belum
berjalan secara maksimal. Fenomena-fenomena tersebut di atas menjadi early
warning bagi kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Hal ini terjadi
karena pemahaman dan spirit bela negara warga bangsa Indonesia yang masih
rapuh sebagai dampak dari persepsi terhadap bela negara yang belum utuh dan
belum tertanan secara kuat. Akibatnya, hal tersebut turut memberikan kontribusi
terhadap menurunnya semangat bela negara dan meningkatnya potensi kerawanan
yang dapat berpengaruh terhadap stabilitas nasional yang pada akhirnya akan
berimplikasi munculnya berbagai persoalan bangsa yang dapat melemahkan dan
mengganggu ketahanan nasional.

2. 3. Upaya Dalam Menjawab Permasalahan Yang Mengancam Ketahanan Serta


Kedaulatan Negara Indonesia

Pemerintah sebetulnya sudah melakukan banyak hal untuk meningkatkan kesadaran


bela negara. Pemerintah telah mengeluarkan dan memiliki berbagai perangkat dan
infrastruktur regulasi dalam menangani masalah menurunnya semangat bela negara.
Kesadaran bela negara bukanlah bawaan sejak lahir, sehingga perlu
ditumbuhkembangkan melalui program-program pembinaan kesadaran bela negara.
Penyelenggaraan pembinaan bela negara dilaksanakan sejak dini hingga usia dewasa
guna membangun karakter bangsa Indonesia dapat dilakukan melalui program
peningkatan pembinaan kesadaran bela negara, optimalisasi kurikulum pendidikan
dan pembinaan bela negara dan meningkatkan sinergitas antar Kementerian/Lembaga
dan Pemerintah Daerah dalam pelaksanaan metode dan materi pembinaan kesadaran
bela negara di era digital.

Kesadaran bela negara itu hakikatnya ialah kesediaan berbakti pada negara dan
kesediaan berkorban membela negara. Tercakup di dalamnya adalah bersikap dan
berbuat yang terbaik bagi bangsa dan negara. Wujud bela negara ialah cinta
tanah air, kesadaran berbangsa dan bernegara, yakin akan kesaktian Pancasila, rela
berkorban untuk bangsa dan negara, serta mempunyai kemampuan awal bela
negara. Kesadaran bela negara pada mahasiswa diimplemtasikan pada membuang
sampah pada tempat yang disediakan, perlindungan dan keamanan bagi masyarakat
sudah baik, taat beragama dengan sudah melaksanakan dan menjalankan ibadah
dan menjaga kerukunan hidup di antara sesama umat beragama dan kepercayaan
terhadap Tuhan yang Maha Esa, sadar telah membina diri saya sendiri agar
dapat mandiri kelak, dan bangga kepada perjuangan para pahlawan. Namun ada
kesadaran bela negara pada mahasiswa masih kurang yaitu turut menjaga
keamanan lingkungan kampus, tidak cukup mewakili kampus dalam kegiatan olah
raga dan seni, masih mengedepankan kepentingan pribadi dibadingkan kepentingan
bangsa dan negara, cenderung memilih tidak memilih (golput) pada pemilu
mendatang, dan kurang berminat menjadi anggota menwa atau tentara.

Di masa yang akan datang diperlukan sebuah konsep dan program bela negara
yang efektif, sehingga segenap warga negara dapat ikut serta dalam program-
program yang dilaksanakan, baik oleh instansi pemerintah maupun komunitas bela
negara.

Strategi implementasi PKBN ( Pembinaan Kesadaran Bela Negara )mencakup 6


(enam) strategi implementasi PKBN yang direncanakan di dalam Grand Design
PKBN ini, yaitu melalui :

1) Pendidikan dan pelatihan;

2) Pembudayaan;

3) Sosialisasi;

4) Kerjasama dan koordinasi dengan kementerian, lembaga pemerintah, pemerintah


daerah, TNI dan Polri serta komponen bangsa lainnya;

5) Penyiapan Infrastruktur berbagai bidang IPOLEKSOSBUDHANKAM;

6) Kontra nilai negatif. Pendidikan dan pelatihan PKBN melalui pendidikan formal,
mulai dari tingkat PAUD (pendidikan anak usia dini) sampai dengan PT
(perguruan tinggi) di seluruh Indonesia, pendidikan non formal, berbagai kursus
yang ada di seluruh Indonesia. Pendidikan informal, yang dilakukan di rumah-
rumah, tempat kerja dan di lingkungan masyarakat, organisasi masyarakat,
organisasi pemuda. Pelatihan di pusat pendidikan dan pelatihan (Pusdiklat) /
badan pendidikan dan pelatihan (Badiklat) yang dikelola oleh kementerian, lembaga
pemerintah, pemerintah daerah, TNI, Polri dan kompomen bangsa lainnya, dimana
pusat pendidikan dan pelatihan (Pusdiklat Bela Negara Badan Pendidikan dan
Pelatihan (Badiklat) Kementerian Pertahanan sebagai leading sector.

Pembudayaan PKBN merupakan rekayasa faktor lingkungan, yang dilakukan melalui;


keteladanan, intervensi, pembinaan, dan penguatan. Keteladanan, merupakan unsur
yang paling penting dalam percepatan PKBN. Strategi ini mendasarkan konsep
penularan kesadaran bela negara menyeluruh, maksudnya ditularkan baik melalui
jalur formal terstruktur maupun informal atau liar, yang menggelinding terus
bagaikan bola salju. Pembentukan kader bela negara yang berperan sebagai ‘agent
of change’ (baik di dunia nyata maupun di dunia maya). yaitu seseorang yang
memiliki kemampuan untuk mendorong orang lain disekitarnya untuk melakukan
perubahan sikap, perilaku dan opini, merupakan salah satu upaya strategi melalui
keteladanan. Selain itu juga peran dari tokoh masarakat, orang tua, selebritas akan
sangat membantu penularan kesadaran bela negara. Intervensi. merupakan upava
penananan nilai-nilai bela negara melalui pengintegrasian ke dalam proses
pembelajaran dan pelatihan. Nilai-nilai bela negara diajarkan atau
dilatihkan,diintegrasikan ke dalam mata pelajaran atau mata kuliah atau merupakan
bahan pelatihan tersendiri. Di sini peran dari guru, dosen, pelatih, dan fasilitator
sangat penting, juga bagaimana materi nilai-nilai bela negara itu diorganisasikan,
rancangan multi media untuk menyampaikannya, serta frekuensi dan jadwal
penyampaian materi nilai-nilai bela negara, juga sangat penting. Pembiasaan,
merupakan upaya penanaman nilai yang dilakukan secara terus-menerus melalui
berbagai aspek kehidupan sehari-hari, dalam kurun waktu jangka pandang, secara
konsisten dan berkesinantbungan. Jadi dimana saja dan kapan saja, oleh siapa saja
melalui saluran komunikasi cetak maupun digital, nilai-nilai bela negara digaungkan
hingga tertanam dan terejawantahkan dalam sikap dan perilaku, serta cara pandang
warga negara di seluruh Indonesia. Penguatan, merupakan upaya penanaman nilai
bela negara yang dilakukan melalui sistem penghargaan dan hukuman. Disini
peranan ketegasan dan keadilan dalam penetapan hukuman dan peraturan serta
penghargaan sangat penting. Misal: hukuman yang berat bagi bandar narkoba, dan
upaya pemberian insentif bagi penggiat bela negara.
Sosialisasi dilaksanakan melalui membangun kesadaran kolektif tentang pentingma
kesadaran bela negara pada cakupan nasional. yang merupakan unsur penting
dalam pertahanan negara Republik Indonesia. Melakukan gerakan koleklif dalam
pelaksanaan pembinaan kesadaran bela negara. Berbagai kegiatan di antaranva:
sarasehan, olahraga, seni, pesta rakyat, penyeharan leaflet, booklet, poster, film,
jurnal, majalah berkala dan media sosial yang dapat memberikan Gaung Bela
Negara secara nasional. Contoh: salah satu pokok kegiatan Kementerian
Pertahanan di lima tahun kedua (2020-2021) dan lima tahun ketiga (2025-2029)
adalah melaksanakan inovasi-inovasi penyebarluasan kesadaran bela negara melalui
berbagai media. Unsur-unsur yang perlu dipertimbangkan di dalam mensukseskan
strategi sosialisasi PKBN, agar berdaya hasil optimal, antara lain: Sistem sosialisasi
bertahap, berjenjang yang terjadi dengan baik, agar peran sadar bela negara
tersampaikan secara optimal. Sistem sosialisasi yang konvensional (tatap muka)
langsung dengan yang akan ditulari nilai-nilai bela negara, melalui komunikasi 2
(dua) arah akan lebih efektif ketimbang satu arah berupa ceramah. Sistem
sosialisasi yang mewajibkan peserta sosialisasi diuji atau (di test pemahaman
materi nilai-nilai bela negara di akhir kegiatan sasialisasi, agar yang bersangkutan
kompeten dalam melakukan perannya sebagai ‘agent of change’ di lingkungannya.
Penyediaan sarana sosialisasi yang memadai atau mencukupi untuk seluruh sasaran
penanaman nilai-nilai bela negara. Sistem sosialisasi yang melibatkan atau
menugaskan dengan jelas dan tegas koordinassi dari unsur-unsur yang terkait di
setiap tataran kementerian, lembaga pemerintah, pemerintah daerah, TNI, Polri dan
komponen bangsa lainnya, disertai surat penugasan bagi pejabat yang ditunjuk
bertanggung jawab dalam mensosialisasikan PKBN, serta sebaiknya di bentuk tim
kerja. Bimbingan teknis sosialisasi nilai-nilai bela negara juga diperlukan.

Kerjasama dan koordinasi dalam pelaksanaan PKBN dilakukan dengan


kementerian/lembaga, pemda, TNI dan Polri melalui pelaksanaan PKBN yang sinergis
secara berkesinambungan, termonitor dan terjadwal di antara semua pemangku
kepentingan yaitu kementerian, lembaga pemerintah, pemerintah daerah, TNI dan
Polri, serta komponen bangsa lainnya. Melakukan gerakan nasional bela negara
secara terpadu dengan keterbukaan, pengertian dan saling menghargai dalam
pelaksnaan PKBN agar dapat berjalan dengan baik untuk mencapai tujuan yang
telah disepakati. Unsur-unsur yang perlu dipertimbangkan di dalam menyukseskan
strategi melalui kerjasama dan koordinasi pelaksanaan PKBN, antara lain:
penunjukkan koordinator yang bertanggung jawab. Hal ini untuk melancarkan
pelaksanaan PKBN yang terpadu, adanya sistem yang menjamin terwujudnya
koordinasi dan kerjasama yang baik dalam pelaksanaan PKBN. Misal: pembentukan
tim terpadu, perangkat kebijakan, sarana atau format baku untuk monitoring dan
evaluasi terkait koordinasi di antara kementerian, lembaga pemerintah dan
pemerintah daerah,TNI, Polri dan komponen bangsa lainnya.

Penyiapan infrastruktur berbagai bidang yang dapat mendukung pelaksanaan PKBN,


melalui: Membangun sarana dan prasarana diberbagai bidang sesuai dengan tupoksi
kementerian, lembaga pemerintah, pemerintah daerah, TNI, Polri dan komponem
bangsa lainnya, contoh: 1) Kementerian Pertahanan membangun komando pendidikan
(dodik) bela negara. Dodik pendidikan bela negara tersebut berada di Rindam
(Resimen Induk Komando Militer) yang tersebar di seluruh Indonesia, sedangkan di
pusat Kementerian Pertahanan akan dibangun pusat pendidikan bela negara; 2)
Kementerian PU membangun sarana prasarana umum (jalan, jembatan dll). Kontra
nilai negatif. Kontra nilai negatif aadalah upaya melawan nilai-nilai negatif, melalui:
Media massa , cetak, digital, “mouth to mouth” (dari mulut ke mulut) maksudnya
penyebaran informasi dari individu ke individu yang tidak terstruktur dan bergerak
dengan tak terkendali atau liar. Upaya-upaya ini dilakukan secara terpadu,
serentak, dan sesegera mungkin disemua elemen pelaksana, untuk meng-counter
isu-isu negatif yang berlawanan dengan nilai-nilai bela negara. Misal: Cinta tanah
air merupakan iman, pembatasan tayangan yang menggerus nilai-nilai bela negara,
mengaitkan isu pemberantasan narkoba dengan nilai-nilai bela negara.

Bela Negara adalah sikap dan tindakan warga negara yang teratur menyeluruh
terpadu dan berlanjut yang dilandasi:

1. Kesadaran bela negara pada mahasiswa diwujudkan dalam bentuk cinta


tanah air, kesadaran berbangsa dan bernegara, keyakinan akan kesaktian
Pancasila, rela berkorban untuk nusa dan bangsa, dan kemampuan awal
bela negara.
2. Cinta tanah air diwujudkan pada membuang sampah pada tempat yang
disediakan. yaitu mencintai ruang wilayah negara baik secara geografis,
maupun tata nilai dan tata kehidupan masyarakat yang telah memberikan
sumber kehidupan dan penghidupan, sejak manusia lahir sampai pada akhir
hayatnya.
3. Kesadaran berbangsa dan bernegara diwujudkan dalam perlindungan dan
keamanan bagi masyarakat sudah baik. Kesadaran berbangsa dan bernegara
yaitu suatu sikap dan tingkah laku yang sesuai dengan kepribadian bangsa
dan selalu mengkaitkan dirinya dengan cita-cita dan tujuan hidup bangsanya,
tumbuh rasa kesatuan, persatuan Bangsa Indonesia, memiliki jiwa besar dan
patriotisme serta memiliki kesadaran atas tanggungjawab sebagai warga
negara.
4. Keyakinan akan kesaktian Pancasila Kesadaran diwujudkan dalam menjalankan
ibadah dan menjaga kerukunan hidup di antara sesama umat beragama dan
kepercayaan terhadap Tuhan yang Maha Esa yaitu dengan elaksanakan
Pancasila sebagai sumber hukum sekaligus sebagai kerangka acuan NKRI
karena Pancasila telah dapat mempersatukan Rakyat Indonesia yang terdiri
dari beranekaragam agama, suku bangsa, bahasa, asal-usul keturunan.
5. Rela berkorban untuk nusa dan bangsa diwujudkan dalam kesadaran untuk
membina diri saya sendiri agar dapat mandiri kelak.
6. Kemampuan awal bela negara diwujudkan dalam rasa bangga kepada
perjuangan para pahlawan artinya secara psikis, setiap warga negara dituntut
untuk memiliki sikap perilaku dispilin, ulet, kerja keras, taat aturan, percaya
pada kemampuan sendiri, tahan uji, pantang menyerah, sedangkan secara
fisik memiliki kesehatan prima dan tangkas hal tersebut sejalan dengan
pepatah kuno yaitu dalam badan sehat terdapat jiwa yang kuat
7. Kesadaran bela negara pada mahasiswa masih kurang dalam hal tidak
termotivasi dalam turut menjaga keamanan lingkungan kampus, tidak cukup
mewakili kampus dalam kegiatan olah raga dan seni, masih mengedepankan
kepentingan pribadi dibadingkan kepentingan bangsa dan negara, cenderung
memilih tidak memilih (golput) pada pemilu mendatang, dan kurang
berminat menjadi anggota menwa atau tentara.
BAB 3

KESIMPULAN

Era kini khusunya era digital, mahasiswa dapat berkontribusi dalam mempertahankan kedaulatan
serta ketahanan negara dengan berbagai hal dan bentuk seperti hal nya melalui gadget yang
menjadi perangkat sangat lekat dengan mahasiswa. Bela negara tidak melulu mengenai gencatan
senjata atau perang melawan musuh negara lain, tetapi melawan musuh yang datang dari internal
maupun eksternal yang bergerak secara massif seperti halnya meluasya ujaran kebencian atau
HOAX yang sering merusak mental warga negara Indonesia. Sebagai mahasiswa dengan karakter
intelengen yang tinggi perlu meminimalisir bahkan memberantas HOAX dengan memilah dan
memilih serta melakukan checking informasi sebenarnya atau singkatnya “saring sebelum sharing
“ dengan begitu setidaknya mahasiswa turut andil dengan tidak memperkeruh suasana dan
keadaan yang terjadi di negara Indonesia tentu hal itu tidak cukup untuk diimplementasikan
pribadi, perlu adanya sosialisasi untuk orang sekitar dan masyarakat agar kebermanfaatannya
terasa dan masyarakat sedikit demi sedikit bangkit memiliki rasa bela negara yang tinggi. Ke
depannya upaya untuk meningkatkan ketahanan negara dengan kegiatan bela negara lebih
dioptimalkan agar sasaran dan esensi yang disampaikan tepat supaya masyarakat khususnya
mahasiswa lebih cepat mengimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari dalam menjaga
ketahanan negara juga mencintai tanah air.
DAFTAR PUSTAKA

Kolonel Laut (Kh) Dr. Dwi Hartono, S.Pd, M.AP. "FENOMENA KESADARAN BELA
NEGARA DI ERA DIGITAL."
<https://www.google.com/search?q=masalah+yang+mengancam+ketahanan+negara+indo
nesia+di+era+digital&rlz=1C1CHBD_enID922ID922&oq=masalah+yang+mengancam+ketah
anan+negara+indonesia+di+era+digital&aqs=chrome..69i57.14446j0j9&sourceid=chrome&
ie=UTF-8#>.

PENTINGNYA PENDIDIKAN KESADARAN BELA NEGARA BAGI SELURUH BANGSA


INDONESIA UNTUK MENANGKAL ANCAMAN. 2 April 2016.
<https://www.kemhan.go.id/badiklat/2016/04/02/pentingnya-pendidikan-kesadaran-
bela-negara-bagi-seluruh-bangsa-indonesia-untuk-menangkal-ancaman.html>.

Rahayu, Minto, Rita Farida and Asep Apriana. KESADARAN BELA NEGARA PADA
MAHASISWA.
<http://jurnal.pnj.ac.id/index.php/epigram/article/download/2232/1277#:~:text=Kesim
pulan-,1.,sampah%20pada%20tempat%20yang%20disediakan.>.

Rusman. BELA NEGARA DAN PERAN SERTA WARGA NEGARA MEMBANGUN NEGERI.
20 Maret 2020. <https://abnri.com/2020/03/20/bela-negara-dan-peran-serta-warga-
negara-membangun-negeri-
2/#:~:text=Jelas%20bahwa%20bela%20negara%20itu,ancaman%20guna%20mewujudka
n%20ketahanan%20nasional.>.

Suriata, I Nengah. "Aktualisasi Kesadaran Bela Negara Bagi Generasi Muda Dalam."
Public Inspiration: Jurnal Administrasi Publik (2019): 47-56.

Susanti, Martien Herna. Bela Negara, Haruskah? <https://unnes.ac.id/pakar/bela-


negara-haruskah>.

Anda mungkin juga menyukai