Anda di halaman 1dari 27

ANALISIS KAJIAN GEOLOGI LINGKUNGAN KABUPATEN

BANDUNG BARAT
Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Geologi Lingkungan yang diampu oleh :

Ir.Yakub Malik, M.Pd.

Hendro Murtianto, M.Sc

Di susun Oleh :

Fika Auliana Tiary (1905388)

PRODI PENDIDIKAN GEOGRAFI

FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

BANDUNG 2020
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI................................................................................................................................... i

KATA PENGANTAR .................................................................................................................. iii

BAB 1 ............................................................................................................................................. 1

PENDAHULUAN ......................................................................................................................... 1

1.1. Latar Belakang ............................................................................................................... 1

1.2. Identifikasi Masalah....................................................................................................... 2

1.3. Tujuan dan Manfaat ...................................................................................................... 2

1.4. Lokasi Penelitian ............................................................................................................ 3

BAB 2 ............................................................................................................................................. 4

KAJIAN PUSTAKA ..................................................................................................................... 4

2.1. Dasar Teoritik ................................................................................................................. 4

2.2. Deskripsi Lokasi ............................................................................................................. 6

2.1.1. Kecamatan Rongga ................................................................................................. 6

2.1.2. Kecamatan Cikalong Wetan .................................................................................. 8

2.1.3. Kecamatan Padalarang .......................................................................................... 9

2.1.4. Kecamatan Cipatat ............................................................................................... 11

2.1.5. Kecamatan Lembang ............................................................................................ 13

BAB 3 ........................................................................................................................................... 15

3.1. Aspek Fisik .................................................................................................................... 15

3.2. Aspek Sosial .................................................................................................................. 17

i
3.3. Pemetaan Potensi dan Inventarisasi Sumber Daya Geologi Kabupaten Bandung
Barat 18

3.4. Pemetaan Potensi Bencana Kabupaten Bandung Barat .......................................... 19

3.5. Tata Kelola Geologi Kabupaten Bandung Barat ...................................................... 20

3.6. Analisis SWOT ............................................................................................................. 21

BAB 4 ........................................................................................................................................... 22

KESIMPULAN ........................................................................................................................... 22

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................................. 22

ii
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya ucapkan kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan karunia-Nyalah
saya dapat menyelesaikan mini proposal yang berjudul “Analisis Kajian Geologi Lingkungan di
Kabupaten Bandung Barat”. Adapun maksud dan tujuan dari penyusunan laporan ini adalah
untuk memenuhi Ujian Akhir Semeter mata kuliah Geologi Lingkungan, Jurusan Pendidikan
Geografi Universitas Pendidikan Indonesia.

Saya mengucapkan terima kasih kepada Bapak Ir.Yakub Malik, M.Pd. dan Bapak Hendro
Murtianto, M.Sc yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan
wawasan sesuai dengan bidang studi yang saya tekuni.Selama penulisan laporan ini ada hambatan
yang saya alami, namun berkat bantuan, dorongan serta bimbingan dari berbagai pihak, akhirnya
laporan ini dapat terselesaikan dengan baik.

Saya menyadari bahwa tidak menutup kemungkinan didalamnya terdapat kekurangan kekurangan
baik dalam hal sistem penyusunan maupun hasil analisis. Oleh karena itu kritik dan saran yang
membangun sangat penulis harapkan. Akhir kata, semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi
penulis khususnya dan bagi pembaca pada umumnya.

Kabupaten Bandung Barat, Juni 2021

Penyusun,

iii
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Secara harafiah, geologi terdiri dari dua kata, yaitu Geos yang berarti bumi dan Logos yang
berarti pengetahuan. Geologi dapat diartikan sebagai ilmu pengetahuan tentang kebumian.
Definisi lain nya disebutkan bahwa geologi adalah Ilmu Kebumian yang mempelajari
segala sesuatu mengenai planet bumi beserta isinya yang pernah ada (Noor, 2009). Dalam
buku Pengantar Geologi (Noor, 2009) disebutkan, Geologi dibagi menjadi 2 (dua)
kelompok, yaitu Geologi Fisik dan Geologi Dinamis.

Geologi Fisik (Physical Geology) Geologi fisik adalah suatu studi yang mengkhususkan
mempelajari sifatsifat fisik dari bumi, seperti susunan dan komposisi daripada bahan-bahan
yang membentuk bumi, selaput udara yang mengintari bumi, khususnya bagian yang
melekat dan berinteraksi dengan bumi, kemudian selaput air atau hidrosfir, serta proses-
proses yang bekerja di atas permukaaan bumi yang dipicu oleh energi matahari dan tarikan
gaya berat bumi. Proses yang dimaksud itu, dapat dijabarkan sebagai pelapukan,
pengikisan, pemindahan, pengendapan.

Geologi Dinamis Geologi dinamis adalah bagian dari Ilmu Geologi yang mempelajari dan
membahas tentang sifat-sifat dinamika bumi. Sisi ini berhubungan dengan perubahan-
perubahan pada bagian bumi yang diakibatkan oleh gaya-gaya yang dipicu oleh energi
yang bersumber dari dalam bumi, seperti kegiatan magma yang menghasilkan vulkanisme,
gerak-gerak litosfir akibat adanya arus konveksi, gempabumi dan gerak-gerak
pembentukan cekungan pengendapan dan pegunungan

Kabupaten Bandung Barat telah membentuk bentang alam perbukitan dengan berbagai
fenomena khas, seperti gua-gua, speleoterm, dan karingan sungai bawah tanah. Salah
satunya sejak tahun 1970-an sampai sekarang kawasan pebukitan kars Formasi
Rajamandala telah menjadi kawasan pertambangan batukapur dan marmer adapun

1
beberapa potensi sumber daya geologi lainnya yang dimiliki Kabupaten Bandung Barat
diantaranya adanya andesit, pasir, marmer, kapur yang tersebar di beberapa kecamatan. Hal
itu tidak serta merta hanya keuntungan saja yang di dapat, tentu dibalik itu semua potensi
bahaya bencana mengancam. Daerah yang berbatasan dengan lembah, sungai, gawir, dan
tebing jalan memiliki potensi gerakan tanah menengah jika curah hujan di atas normal.
Sedangkan daerah yang mempunyai potensi tinggi, disebutkan pergerakan tanah bisa
terjadi jika curah hujan di atas normal, sedangkan gerakan tanah lama dapat aktif kembali.

Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Bandung Barat Duddy
Prabowo mengakui salah satu dari tujuh potensi bencana di Bandung Barat adalah ancaman
pergerakan tanah atau longsor. "Jadi, sesuai dengan indeks risiko bencana yang dikeluarkan
BNPB, Bandung Barat termasuk kategori risiko bencana yang tinggi. Mulai dari longsor,
pergerakan tanah, kekeringan, gunung merapi, gempa bumi sampai dengan kebakaran
lahan," ungkap Duddy, Minggu (14/10).

1.2. Identifikasi Masalah

a. Bagaimana mengetahui peristiwa bencana alam beserta dampaknya di Kabupaten


Bandung Barat?
b. Bagaimana mengetahui potensi sumber daya geologi dan potensi kebencanaan
yang mengintai Kabupaten Bandung Barat?
c. Bagaiaman mengetahui analisis SWOT Kabupaten Bandung Barat ?

1.3. Tujuan dan Manfaat

Tujuan dari laporan ini di harapkan mahasiswa dapat mengetahui data mengenai pemetaan
potensi dan inventaris sumberdaya geologi, pemetaan potensi bencana geologi, tata kelola
geologi lingkungan yang ada di Kabupaten Bandung Barat serta agar masyarakat umum
dan awam teredukasi dampak dari potensi kebencanaan geologi agar bisa menghindari
tempat rawan dan mempersiapkan dengan membekali diri dengan ilmu mitigasi bencana.

2
1.4. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian yakni di Kabupaten Bandung Barat yang terletak pada 6o 51’ 36.68 LS
dan 107o 30’ 46.38” BT

3
BAB 2

KAJIAN PUSTAKA

2.1. Dasar Teoritik


2.1.1. Geologi Lingkungan
Pada dasarnya geologi lingkungan merupakan ilmu geologi terapang yang
bertujuan untuk memanfaatkan sumber daya alam dan energy secara efisien dan
efektif sebagai pemenuh kebutuhan kehidupan manusia masa kini dan masa yang
akan dating dengan meminimalkan dampaklingkungan yang akan ditimbulkan.
Geologi Lingkungan dapat diartikan pula sebagai penerapan informasi geologi
dalam pembangunan terutama dalam peningkatan kualitas lingkungan serta untuk
meminimalkan degradasi lingkungan sebagai akibat dari perubahan-perubahan
yang terjadi dari pemanfaatan lahan. Jadi dapat dikatakan bahwa lingkungan
mempengaruhi bumi sebagai suatu objek yang termasuk di dalamnya adalah
manusia sebagai salah satu unsur yang mempengaruhinya.
Hubungan antara geologi dan lingkungan sangat melekat tidak dapat dipisahkan,
permasalahan lingkungan yang terjadi merupakan akibat dari eksploitasi sumber
daya alam dan aktifitas manusia lainnya.

Dapat disimpulkan bahwa geologi lingkungan sebagai penerapan informasi geologi


dalam menjembatani antara manusia dan lingkungan sehingga dapat mendukung
pembangunan yang berkelanjutan dan pembangunan berwawasan lingkungan
dengan baik.

2.1.2. Gerakan Tanah


Gerakan tanah adalah perpindahan massa tanah atau batu pada arah tegak, mendatar
atau miring dari kedudukan semula, gerakan tanah mencakup gerak rayapan dan
aliran maupun longsoran. Dari definisi gerakan tanah dapat disimpulkan bahwa
longsoran adalah bagian dari gerakan tanah. (Widjojo, 1985).
Mass movement (gerakan tanah) dengan landslide (longsoran) memiliki kesamaan.

4
Pada dasarnya tanah longsor terjadi bila gaya pendorong pada lereng lebih besar
dari pada gaya penahan. Gaya penahan umumnya dipengaruhi oleh kekuatan
batuan dan kepadatan tanah. Sedangkan gaya pendorong dipengaruhi oleh besarnya
sudut kemiringan lereng, air, beban serta berat jenis batuan. Gaya – gaya yang
berkerja pada lereng secara umum dikelompokkan menjadi dua, yaitu : gaya – gaya
yang cendrung untuk menyebabkan material pada lereng untuk bergerak ke bawah
dan gaya – gaya yang menahan material pada lereng sehingga tidak terjadi
pergerakan atau longsoran.

Berdasarkan pergerakan massa runtuhnya, longsor dapat dikelompokkan menjadi


beberapa, yaitu :
1. Runtuhan (falling); merupakan jatuhnya bongkahan batu atau material yang
terlepas dari lereng yang terjal. Bongkahan batuan tersebut dapat jatuh
melayang di udara, memantul beberapa kali pada permukaan bumi,
menggelinding atau mengkombinasi dari beberapa bentuk pergerakan tersebut.
Massa batuan jatuh mempunyai energi kinetik dan kecepatan yang sangat
tinggi.
2. Gelinciran (sliding); merupakan pergerakan massa ke arah bawah dan keluar
yang disebabkan oleh tegangan geser yang bekerja pada permukaan runtuh
melebihi tahanan geser yang dimiliki oleh material pada permukaan runtuh.
3. Gulingan (toppling); merupakan tergulingnnya beberapa blok – blok batuan
yang diakibatkan oleh momen guling yang bekerja pada blok – blok batuan
tersebut. Longsoran tipe ini biasanya terjadi di lereng – lereng terjal atau
bahkan vertikal yang memiliki bidang tidak menerus yang hampir tegak lurus.
Momen guling tersebut dihasilkan oleh gaya hidrostatik dari air yang mengisi
pada bidang tidak menerus.
4. Aliran (flowing); merupakan material yang bergerak ke arah bawah lereng
seperti suati cairan. Aliran dipengaruhi oleh jumlah kandungan atau kadar air
tanah, terjadi pada material tak terkonsolodasi. Bidang longsor antara material
yang bergerak umumnya tidak dapat dikenali.

5
2.2. Deskripsi Lokasi

2.1.1. Kecamatan Rongga

Gerakan tanah terjadi di Kampung Pasir Janggot RT 03/14, Desa Cibitung,


Kecamatan Rongga, Kabupaten Bandung Barat, Provinsi Jawa Barat yg terletak
pada koordinat 6o 55’39,30” LS, 107o18’51.38” BT.

Pada hari Kamis, Tanggal 19 Desember 2013 dini hari. Gerakan tanah yang terjadi
diperkirakan berupa longsoran bahan rombakan.Dampak gerakan tanah tersebut
diantaranya 1 (satu) orang tewas,2 (dua) orang luka-luka,3 (tiga) rumah rusak
berat,Akses jalam utama yang menghubungkan Kecamatan Rongga dan
Kecamatan Cipongkor terputus tertutup material longsoran.

Kondisi daerah bencana secara umum daerah bencana dan sekitarnya merupakan
daerah perbukitan dengan kemiringan lereng terjal.Batuan penyusun berdasarkan
Peta Geologi Lembar Cianjur, Jawa (Sudjatmiko, 1972), berupa batuan Formasi
Citarum Anggota Breksi dan Batupasir yang terdiri dari breksi polemik,
konglomerat, batupasir dan batulanau (Mtb).

Berdasarkan Peta Prakiraan Wilayah Potensi Terjadi Gerakan Tanah pada bulan
Desember 2013 di Provinsi Jawa Barat (Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana
Geologi, Badan Geologi), daerah gerakan tanah terletak pada zona kerentanan
gerakan tanah menengah sampai tinggi, artinya daerah ini dapat terjadi gerakan
tanah jika curah hujan di atas normal, terutama pada daerah yang berbatasan dengan
lembah sungai, gawir, tebing jalan atau jika lereng mengalami gangguan.

6
Faktor penyebab terjadinya tanah longsor diperkirakan karena curah hujan yang
tinggi dan lama pada saat dan sebelum kejadian gerakan tanah, kemiringan lereng
yang terjal, tanah pelapukan yang bersifat sarang dengan kemampuan meloloskan
air tinggi.

Peta 1 Peta Petunjuk Lokasi Gerakan Tanah

Peta 2 Peta Prakiraan Wilayah Potensi 1

7
2.1.2. Kecamatan Cikalong Wetan

Gerakan tanah terjadi di Desa Puteran, Kecamatan Cikalongwetan, Kabupaten


Bandung Barat, Provinsi Jawa Barat yang terletak pada koordinat 6o42”20.98” LS
dan 107o23’20.20” BT.

Gerakan tanah ini terjadi pada Sabtu dini hari, tanggal 12 Desember 2015. Gerakan
tanah yang terjadi diperkirakan berupa longsoran material rombakan. Akibat yang
ditimbulkan jalan kabupaten yang menghubungkan Kecamatan Cikalongwetan dan
Kecamatan Cipeundeuy terputus, 2 (dua) rumah warga terancam

Kondisi daerah bencana secara umum topografi di sekitar lokasi gerakan tanah
berupa perbukitan dengan ketinggian lebih dari 660 mdpl.Berdasarkan Peta
Geologi Lembar Cianjur, Jawa (Sudjatmiko, 1972) batuan penyusun daerah
bencana berupa hasil Gunungapi tua (Qob), yang terdiri dari breksi, lahar dan lava.

Berdasarkan Peta Prakiraan Wilayah Potensi Terjadi Gerakan Tanah di Provinsi


Jawa Barat bulan Desember 2015 (Badan Geologi, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi

8
Bencana Geologi), daerah bencana termasuk zona potensi terjadi gerakan tanah
menengah-tinggi artinya daerah tersebut mempunyai potensi menengah hingga
tinggi untuk terjadi gerakan tanah. Pada zona ini dapat terjadi gerakan tanah jika
curah hujan diatas normal, sedangkan gerakan tanah lama dapat aktif
kembali.Faktor penyebab terjadinya gerakan tanah diperkirakan karena kemiringan
lereng tebing yang terjal, hujan deras yang turun dalam waktu lama sebelum dan
pada waktu kejadian gerakan tanah, tanah fisik batuan dan tanah pelapukan yang
tebal, bersifat gembur, sarang dan jenuh air saat hujan turun.

2.1.3. Kecamatan Padalarang

Gerakan tanah terjadi di Jalan Tol Cipularang KM 118, Kecamatan Padalarang,


Kabupaten Bandung Barat, Provinsi Jawa Barat yang terletak pada koordinat
6o39’56.25” LS dan 107o26’30.50” BT

Gerakan tanah ini terjadi pada hari Minggu 10 April 2016 pukul 02.50 WIB.
Gerakan tanah yang terjadi berupa longsoran bahan rombakan pada tebing. Akibat
yang ditimbulkan jalur tol Cipularang km 118 arah bandung tertimbun material
longsor.

Secara umum topografi di sekitar lokasi gerakan tanah berupa perbukitan dengan
ketinggian lebih dari 600 meter diatas permukaan laut.Berdasarkan Peta Geologi
Lembar Cianjur, Jawa (Sudjatmiko 1972, P3G), daerah bencana tersusun oleh
batuan gunungapi tua yang terdiri dari breksi, lahar, lava (Qob).Berdasarkan Peta
Prakiraan Wilayah Potensi Terjadi Gerakan Tanah di Provinsi Jawa Barat bulan
April 2016 (Badan Geologi, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi),
Kecamatan Padalarang termasuk zona potensi terjadi gerakan tanah menengah
artinya dapat terjadi gerakan tanah jika curah hujan di atas normal, terutama pada
daerah yang berbatasan dengan lembah sungai, gawir, tebing jalan atau jika lereng
mengalami gangguan.

9
10
2.1.4. Kecamatan Cipatat

Gerakan tanah terjadi di ruas jalan Saguling di Kampung Cisameng, Desa


Rajamandala Kulon, Kecamatan Cipatat, Kabupaten Bandung Barat, Provinsi Jawa
Barat yang terletak pada koordinat 6o51’5.13” LS dan 107o21’32.70” BT

Gerakan tanah terjadi pada hari Jumat, 7 Maret 2014. Gerakan tanah yang terjadi
diperkirakan berupa longsoran bahan rombakan yang menimbun ruas jalan. Akibat
yang ditimbulkan Ruas jalan Saguling tertimbun material longsoran setinggi 1,5
meter.

Kondisi daerah bencana di sekitar lokasi gerakan tanah berupa pegunungan.


Topografi dengan kemiringan lereng agak terjal sampai terjal.

Berdasarkan Peta Geologi Lembar Cianjur, Jawa (Sudjatmiko, 1972) batuan


penyusun daerah bencana berupa Batuan Gunungapi yang terdiri dari breksi tufaan,
lava, dan batupasir (Pb).

Berdasarkan Peta Prakiraan Wilayah Potensi Terjadi Gerakan Tanah di Provinsi


Jawa Barat bulan Maret 2014 (Badan Geologi, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi
Bencana Geologi), Kecamatan Cipatat termasuk zona potensi terjadi gerakan tanah
menengah sampai tinggi artinya pada daerah ini dapat terjadi gerakan tanah jika
curah hujan di atas normal, terutama pada daerah yang berbatasan dengan lembah
sungai, gawir, tebing jalan atau jika lereng mengalami gangguan dan gerakan tanah
lama dapat aktif kembali.

11
Faktor penyebab terjadinya gerakan tanah diperkirakan antara lain curah hujan
tinggi yang turun sebelumnya semakin memicu terjadinya gerakan tanah, batuan
penyusun yang bersifat sarang, mudah meloloskan air, dan luruh jika terkena air,
kemiringan lereng pada tebing jalan yang terjal, kurangnya pohon berakar kuat
pada lereng.

12
2.1.5. Kecamatan Lembang

Gerakan tanah terjadi di Kampung Situ PPI, Desa Lembang, Kecamatan Lembang,
Kabupaten Bandung Barat, Provinsi Jawa Barat yang terletak pada koordinat
6o48’58.05 LS dan 107o38’37.77” BT

Gerakan tanah terjadi pada hari Selasa, 10 Februari 2015, Pukul 06.00 WIBGerakan
tanah terjadi di Kampung Lebak Cihideung, Desa Cikahuripan, Kecamatan
Lembang, Kabupaten Bandung Barat, Provinsi Jawa Barat. Gerakan tanah terjadi
pada hari Senin, 9 Februari 2015 malam.Gerakan tanah yang terjadi diperkirakan
berupa longsoran bahan rombakan yang menimbun badan jalan.

Dampak gerakan tanah di Kampung Situ PPI, Desa Lembang diantaranya badan
jalan perkampungan tertutup material longsoran, saluran irigasi tertutup material
longsoran. Di Kampung Lebak Cihideung, Desa Cikahuripan dampaknya jalan
desa yang menghubungkan Desa Jayagiri dan Desa Cikahuripan tertutup marial
longsoran dan 25 rumah terancam.

Secara umum topografi di sekitar lokasi gerakan tanah berupa pegunungan.


Topografi dengan kemiringan lereng agak terjal sampai terjal.Berdasarkan Peta
Geologi Lembar Bandung, Jawa (PH. Silitonga, 1973) batuan penyusun daerah
bencana berupa Hasil Gunungapi Muda yang terdiri dari tufa batuapung (Qyt), tufa
pasir (Qyd); serta Hasil Gunungapi Tua yang terdiri dari batuan yang tak teruraikan
(Qvu).

Berdasarkan Peta Prakiraan Wilayah Potensi Terjadi Gerakan Tanah di Provinsi


Jawa Barat bulan Februari 2015 (Badan Geologi, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi
Bencana Geologi), Kecamatan Lembang termasuk zona potensi terjadi gerakan
tanah menengah sampai tinggi artinya pada daerah ini dapat terjadi gerakan tanah
jika curah hujan di atas normal, terutama pada daerah yang berbatasan dengan
lembah sungai, gawir, tebing jalan atau jika lereng mengalami gangguan dan
gerakan tanah lama dapat aktif kembali.

13
Faktor penyebab terjadinya gerakan tanah diperkirakan diantaranya curah hujan
tinggi yang turun sebelumnya semakin memicu terjadinya gerakan tanah, sistem
drainase lereng yang tidak memadai, adanya bidang lemah antara kontak batuan
dasar dengan tanah pelapukan yang menyusun batuan di daerah tersebut. Material
yang lunak dan lepas-lepas sehingga mudah longsor, kurangnya tanaman (vegetasi)
yang berakar kuat dan dalam yang berfungsi sebagai pengikat tanah.

14
BAB 3

HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1. Aspek Fisik

Kabupaten Bandung Barat merupakan bagian dari wilayah bagian Provinsi Jawa Barat
yang secara definitif menjadi Daerah Tingkat II berdasarkan Undang-Undang Nomor 12
Tahun 2007 tentang Pembentukan Kabupaten Bandung Barat di Provinsi Jawa barat
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 12, Tambahan Lembaran
Negara republik Indonesia Nomor 4688).

Geografis Kabupaten Bandung Barat terletak pada 06º 41’ - 07º 19’ Lintang Selatan dan
107º 22’ - 108º 05’ Bujur Timur. Keseluruhan wilayah Kabupaten Bandung Barat memiliki
luas sebesar Luas wilayah 1.305,77 Km2 atau 130.577,40 Ha yang terbagi menjadi 16
wilayah administrasi kecamatan, yaitu Lembang, Parongpong, Cisarua, Cikalongwetan,
Cipeundeuy, Ngamprah, Cipatat, Padalarang, Batujajar, Cihampelas, Cililin, Cipongkor,
Rongga, Sindangkerta, Gununghalu dan Saguling. Kabupaten Bandung Barat meliputi 165
desa, dengan batas wilayah administrasi meliputi:

 Sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan Cikalong Kulon Kabupaten Cianjur,


Kecamatan Maniis, Kecamatan Darangdan, Kecamatan Bojong, Kecamatan
Wanayasa Kabupaten Purwakarta, Kecamatan Sagalaherang, Kecamatan

15
Jalancagak, Kecamatan Cisalak Kabupaten Subang;
 Sebelah timur berbatasan dengan kecamatan Cilengkrang, Kecamatan Cimenyan,
Kecamatan Margaasih, Kecamatan Soreang Kabupaten Bandung, Kecamatan
Cidadap, Kecamatan Sukasari Kota Bandung, Kecamatan Cimahi Utara,
Kecamatan Tengah dan Kecamatan Cimahi Selatan Kota Cimahi;
 Sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan Ciwidey dan Kecamatan Rancabali
Kabupaten Bandung dan Kecamatan Pagelaran Kabupaten Cianjur; dan
 Sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Campaka, Kecamatan Cibeber,

Sebagai daerah pemekaran yang baru dibanding dengan daerah kabupaten/kota lainnya
yang ada di Jawa Barat, KBB hingga saat ini terus berbenah mengejar ketertinggalan
pembangunannya. Ibu kota pemerintahan KBB berlokasi di Kecamatan Ngamprah dengan
cakupan wilayah yang saat ini sudah berkembang menjadi 16 kecamatan.

Secara administratif, Kabupaten Bandung Barat mempunyai luas 1.305,77 km2 atau 3,75
% dari luas wilayah Provinsi Jawa Barat yang terbagi dalam 16 kecamatan dan 165 desa.
Kecamatan terluas adalah Kecamatan Gununghalu dengan luas 160,64 Km2 atau 12,30%
dari luas Kabupaten Bandung Barat. Sedangkan yang memiliki wilayah terkecil adalah
Kecamatan Batujajar dengan luas 32,04 Km2 atau 2,45% dari luas Kabupaten Bandung
Barat.

Wilayah Kabupaten Bandung Barat merupakan daerah subur dan indah pemandangannya
dengan kondisi geografis yang potensial (berbukitbukit dengan ketinggian dan kemiringan
yang variatif) dengan dataran terendah pada ketinggian 125 m dpl dan dataran tertinggi
pada ketinggian 2.150 m dpl. Kawasan perkotaan Bandung Barat berkembang di kawasan
tengah atau di kawasan yang relatif datar (di sekitar wilayah Kota Padalarang).

Kabupaten Bandung Barat didominasi oleh kemiringan lereng yang sangat terjal (>40%)
dengan Kecamatan Gununghalu sebagai kecamatan terluas. Adapun kemiringan lereng
datar (0-8%) merupakan kemiringan lereng dengan luas dominan kedua. Kecamatan
Batujajar adalah kecamatan dengan luas lereng datar (0-8%) terluas. Kemiringan lereng 8-

16
15% cenderung untuk berada di beberapa kecamatan saja.

Secara umum, kondisi sistem hidrologi di suatu daerah dapat ditinjau dari kajian Daerah
Aliran Sungai (DAS). DAS merupakan suatu bentang alam yang dibatasi oleh pemisah
alami berupa topografi perbukitan/pegunungan dan berfungsi mengumpulkan, menyimpan
dan mengalirkan air, sedimen dan unsur hara ke sungai utama yang akhirnya bermuara
pada satu outlet tunggal. Di Kabupaten Bandung Barat terdapat delapan sub DAS yang
semuanya bermuara ke sungai Citarum, yaitu Sub. DAS Cikapundung, Sub. DAS
Cigundul, Sub. DAS Cikaso, Sub. DAS Cimeta, Sub. DAS Ciminyak, Sub. DAS Cisokan,
Sub. DAS Citarum Hilir dan Sub. DAS Ciwidey.

3.2. Aspek Sosial

Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS), bahwa jumlah penduduk di Kabupaten
Bandung Barat sampai dengan tahun 2013 berjumlah 1.589.900 jiwa, yang terdiri dari
809.200 jiwa penduduk lakilaki dan 780.700 jiwa penduduk perempuan. Kepadatan
penduduk di Kabupaten Bandung Barat berbeda-beda untuk setiap kecamatan.

Kepadatan penduduk rata-rata di Kabupaten Barat pada tahun 2013 berkisar 1.218
jiwa/km2. Kecamatan Lembang memiliki kepadatan 1.613 jiwa/km2 dan merupakan
kecamatan dengan kepadatan tertinggi di Kabupaten Bandung Barat Sedangkan
Kecamatan Saguling memiliki kepadatan penduduk 257 jiwa/km2 dan merupakan
kecamatan dengan kepadatan terendah.

Jumlah Desa Terbanyak ada di Kecamatan Lembang yaitu 16 Desa sedangkan yang paling
sedikit adalah Kecamatan Saguling sebanyak 6 desa. Secara administrasi, luas wilayah

17
masing-masing Kecamatan di Kabupaten bandung Barat dapat dilihat pada tabel berikut :

Pertambahan jumlah penduduk di Kabupaten Bandung Barat dipengaruhi oleh


pertumbuhan alami (lahir dan mati), penduduk datang dan peduduk keluar (migrasi).
Berdasarkan data penduduk dari Badan Pusat Statistik (BPS) bahwa laju pertumbuhan
penduduk dari tahun 2008 sampai tahun 2012 sebesar 1,59 %. Laju pertumbuhan penduduk
terbesar terdapat di Kecamatan Cihampelas sedangkan untuk laju pertumbuhan terkecil
terdapat di Kecamatan Rongga

3.3. Pemetaan Potensi dan Inventarisasi Sumber Daya Geologi Kabupaten Bandung
Barat

Secara Geologis Kabupaten Bandung Barat dilingkup oleh berbagai macam variasi
bentukan menyimpan juga variasi batuannya. Batuan yang tersusun di Kabupaten Bandung
Barat diantaranya adalah Batuan Aluvial, Batuan Gamping neogen, Batuan Gamping oligo,
Batuan Gunung api kuarter, Batuan Gunung api neogen, Batuan, Batuan Gunung api pilo,
Batuan Sedimen neogen, Batuan Sedimen pilo, Batuan Sedimen oglio, dan Batuan
Terobosan neogen. Kabupaten Bandung Barat dikelompokkan menjadi 4 (empat) satuan
morfologi, yaitu morfologi pedataran, landai, perbukitan dan morfologi pegunungan

18
Di beberapa kabupaten lain seperti Kabupaten Bandung dan Kabupaten Bandung Barat
juga telah diidentifikasi adanya potensi sumberdaya emas dan perak, akan tetapi belum ada
data perhitungan yang menunjukkan jumlahnya.

Sementara itu di Kabupaten Bandung Barat, komoditas bahan galian bukan logamnya
berupa: Andesit di Cipatik dan Situwangi, Cililin dan Gunung Pabeasan, Soreang;
Belerang, di Gunung Tangkubanparahu, Lembang; Oker di Batunagri, Lembang; Tras
dibatureog, Bongkok, Pasir, Lembang, Batugamping di Padalarang Citatah.

3.4. Pemetaan Potensi Bencana Kabupaten Bandung Barat

Secara geologis Kabupaten Bandung Barat merupakan wilayah yang berpotensi terjadi
gempa bumi, terutama tipe tektonik dan gempa vulkanik. Wilayah berpotensi terjadi
gempa tektonik adalah sesar Lembang, sedangkan daerah-daerah yang berpotensi terjadi
gempa akibat letusan gunung/vulkanik adalah Gunung Tangkuban Perahu.

Longsor juga merupakan bencana yang kerap menimpa wilayah Kabupaten Bandung
Barat. Longsor bisa disebabkan oleh pergerakan tanah yang disebabkan oleh gerusan air
akibat adanya hujan lebat. Beberapa wilayah yang sering mengalami bencana longsor
adalah Cikalongwetan, Lembang, Gununghalu, Rongga, Cipatat, Sindangkerta, Batujajar,
Cisarua dan Cililin.

Duddy menjelaskan wilayah Bandung Barat memiliki potensi bencana tanah longsor cukup
besar. Potensi itu menyebar hampir di 15 kecamatan se-Bandung Barat bila melihat
topografi daerah.

"Kalau di Bandung Barat untuk longsor hampir semua (kecamatan), tapi prioritas
pengawasan memang ada di 11 desa. Melihat topografinya, rata-rata punya kemiringan
lereng di atas 30 derajat," terangnya. "Kalau di Bandung Barat untuk longsor hampir semua
(kecamatan), tapi prioritas pengawasan memang ada di 11 desa. Melihat topografinya, rata-
rata punya kemiringan lereng di atas 30 derajat," terangnya.

Selain bencana tanah longsor, potensi banjir bandang pun menjadi ancaman bagi Bandung
Barat. Wilayah yang berpotensi terjadinya banjir bandang ini berada di tiga kecamatan,
Cisarua, Cipatat, dan Gununghalu.

"Kalau banjir bandang ada beberapa titik seperti Gununghalu yang memang ada potensi
sungai besar di sana kemudian Cipatat dan Cisarua," sebutnya.

Terbaru ada kejadian longsor di dua titik di Perumahan Taman Bunga Desa Cilame,
Ngamprah dan di Desa Tugumukti, Cisarua. Longsor itu terjadi akibat intensitas hujan
deras dengan rentang waktu cukup lama kemarin.

19
"Hanya yang terdampak lumayan agak parah ada di perumahan Cilame ada empat yang
terdampak hanya tidak ada korban jiwa semua mengalami luka-luka dan sudah di evakuasi
ke rumah sakit,"

3.5. Tata Kelola Geologi Kabupaten Bandung Barat

Dari hasil studi Direktorat Geologi Tata Lingkungan, sumber air bawah tanah di Wilayah
Kabupaten Bandung Barat dibagi ke dalam beberapa zona:

a. Zona kritis untuk pengambilan air tanah hanya diperuntukan untuk keperluan air
minum dan rumah tangga dengan pengambilan maksimum 100 m3 perbulan.
Penyebaran zona kritis pengambilan air tanah di Kabupaten Bandung Barat berada
di Kecamatan Batujajar.
b. Zona rawan untuk pengambilan air tanah hanya diperuntukan bagi keperluan air
minum dan ramah rangga dengan debit maksimum 100 m³ per bulan. Zona rawan
untuk pengambilan air tanah penyebarannya ada di Kecamatan Batujajar. Daerah
resapan air tanah penyebarannya ada di Kecamatan Lembang dan Cisarua.
c. Daerah aman pengambilan air tanah, pengambilan baru diperbolehkan dengan debit
170 m³ per hari dengan sumur terbatas. Daerah aman untuk pengambilan air tanah
penyebarannya ada di Kecamatan Cikalong wetan, Padalarang, Ngamprah, dan
Parongpong.
d. Daerah resapan, tidak dikembangkan bagi peruntukan kecuali untuk air minum dan
rumah tangga dengan pengambilan maksimum 100 m³ per bulan. Daerah resapan
ini meliputi Kecamatan Lembang dan Cisarua.

Zona bukan cekungan air tanah, produktivitas aquifer rendah sehingga kurang layak
dikembangkan, kecuali aquifer dangkal di daerah lembah untuk keperluan air minum dan
rumah tangga dengan pengambilan maksimal 100 m³ per bulan per sumur. Zona bukan
cekungan air tanah penyebarannya di Kecamatan Cipeundeuy, Cipatat, Cipongkor, Cililin,
Sindangkerta, Gununghalu, dan Rongga.

Berdasarkan hasil inventarisasi di lapangan, sumber mata air yang terdapat di Wilayah
Kabupaten Bandung Barat umumnya dijumpai di sekitar kaki, lereng dan bagian atas
perbukitan yang tersusun oleh batuan vulkanik dan mempunyai penyebaran tidak merata.
Daerah-daerah mata air yang cukup banyak dijumpai di sekitar perbukitan utara, timur dan
selatan. Di bagian barat (kecuali barat laut), pemunculan mata air dapat disebut sebagai
daerah yang sangat jarang dijumpai. Di Kabupaten Bandung Barat terdapat 2 Danau/Situ
Alam dan 2 Waduk/Danau Buatan. Danau/Situ Alam terdiri dari Situ Lembang dan Situ
Ciburuy. Situ-situ ini dimanfaatkan sebagai lokasi tujuan wisata. Waduk/danau buatan
yang terdapat di daerah kajian yaitu Waduk Saguling dan Cirata yang merupakan sumber
tenaga listrik (PLTA).
20
Berdasarkan hasil penelitian hidrogeologi untuk menentukan batas horizontal cekungan air
tanah yang dilakukan oleh Direktorat Tata Lingkungan Geologi dan Kawasan
Pertambangan yang kemudian disahkan melalui Keputusan Menteri Energi dan Sumber
Daya Mineral Tahun 2003, cekungan air tanah di Jawa Barat terdapat 27 buah, dengan 2
cekungan air tanah diantaranya termasuk ke dalam wilayah Kabupaten Bandung Barat.

3.6. Analisis SWOT

Strenght : kawasan yang diperuntukan bagi kegiatan pertambangan bagi


wilayah yang sedang maupun yang akan segera dilakukan kegiatan pertambangan, meliputi
pertambangan Mineral Bukan Logam dan pertambangan Mineral Logam. Pada kawasan
ini Kegiatan yang diperbolehkan berupa mendirikan bangunan untuk mendukung sarana
pertambangan.

Weakness : Kelemahan dari Kabupaten Bandung Barat ialah kurang


maksimalnya penyamarataan segala aspek di beberapa wilayah baik aspek administrasi,
pendidikan, kesehatan, pemanfaatan sumber daya alam sampai pengembangan sumber
daya manusia.
Kabupaten Bandung Barat memiliki potensi sumber daya geologi yang melimpah sehingga
banyak penambang yang tertarik namun tidak sedikit yang menambang dengan illegal,
kelemahan Kabupaten Bandung Barat sendiri yakni kurang tegasnya penerapan regulasi
mengenai izin usaha penambangan.
Opportunities : Potensi sumber daya geologi yang melipah menjadi peluang yang
baik untuk meningkatkan potensi wilayah namun dengan pengelolaan yang baik serta
bentang alam yang sangat indah menjadi daya tarik masyarakat di luar Kabupaten Bandung
Barat untuk datang dan dapat menjadi “boost ” bagi perekonomian masyarakat sekitar
guna menaikan kesejahteraan keluarga.

Threats : Kelalaian pemerintah dalam mengeluarkan serta menegakan


regulasi eksploitasi dan eksplorasi sumber daya alam dan penyalahgunaan kawasan yang
akan menimbulkan dampak negative.

21
BAB 4

KESIMPULAN

Kabupaten Bandung Barat merupakan wilayah yang potensial baik sumber daya alam
maupun sumber daya manusia. Pengelolaan yang baik dapat menambah keunggulan di
daerah ini yang dapat menguntungkan. Namun, dibalik keunggulan terdapat ancaman yang
berdampak kepada daerah. Jika potensi tersebut tidak dimaksimalkan dengan baik maka
masyarakat sendiri yang akan terkenan dampaknya. Oleh sebab itu perlu adanya edukasi
secara menyeluruh mengenai kebencanaan. Pemerintah dan masyarakat perlu
berkolaborasi dalam mengembangkan daerah. Dengan adanya, pemetaan potensi wilayah
ini diharapkan bermanfaat bagi seluruh masyarakat, pemerintah dan stakeholder terkait.

DAFTAR PUSTAKA

Eprint Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Surakarta: http://eprints.ums.ac.id/32176/2/-


BAB%20II%20%28TINJAUAN%20PUSTAKA%29.pdf

/bappelitbangda. (n.d.). KAJIAN ASURANSI KESEHATAN MASYARAKAT MANDIRI.


https://bappelitbangda.bandungbaratkab.go.id/kajian/bid-
sosial/181106143719_BABII_TINJAUANUMUM.pdf

Gunawan, D. (2018). Wilayah Bandung Barat Rawan Pergerakan Tanah. Media Indonesia.

Iqbal, P. (16, April 12). Geologi Lingkungan. Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia:
http://blog.sivitas.lipi.go.id/blog.cgi?isiblog&1191242706&&&1055335810&&1316572
437&prah001&1296626670

Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral. (2013). Tanggapan Gerakan Tanah Kec.
Rongga, Kab. Bandung Barat, Jawa Barat. Bandung: Pusat Vulkanologi dan Mitigasi
Bencana Geologi.

Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral. (2014). Tanggapan Bencana Gerakan Tanah Di
Kecamatan Cipatat, Kabupaten Bandung Barat, Provinsi Jawa Barat. Bandung: Pusat
Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi.

22
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral. (2015). Tanggapan Bencana Gerakan Tanah Di
Kecamatan Cikalong Wetan, Kabupaten Bandung Barat, Provinsi Jawa Barat. Bandung:
Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi.

Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral. (2015). Tanggapan Gerakan Tanah Di Kec.
Lembang, Kab. Bandung Barat, Jawa Barat. Bandung: Pusat Vulkanologi dan Mitigasi
Bencana Geologi.

Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral. (2016). Tanggapan Bencana Gerakan Tanah Di
Kecamatan Padalarang, Kabupaten Bandung Barat Provinsi Jawa Barat. Bandung:
Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi.

(2014, Januari 29). Lingkungan Bandung Barat Rusak Parah Akibat Penambangan Liar.
TribunJogja.com. Retrieved from https://jogja.tribunnews.com/2014/01/29/lingkungan-
bandung-barat-rusak-parah-akibat-penambangan-liar

Mulyadi, A., Renata, W., & Ruhimat, M. (n.d.). IDENTIFIKASI POTENSI WILAYAH
KABUPATEN BANDUNG. Gea Jurnal Pendidikan Geografi, 35.

Noor, D. (2006). GEOLOGI LINGKUNGAN. Yogyakarta: Graha Ilmu.

PERMASALAHAN PERTAMBANGAN DI KABUPATEN BANDUNG BARAT. (n.d.). Retrieved


from repository.ipb.ac.id:
https://www.google.com/search?q=PERMASALAHAN+PERTAMBANGAN+DI+KAB
UPATEN+BANDUNG+BARAT&rlz=1C1CHBD_enID922ID922&oq=PERMASALAH
AN+PERTAMBANGAN+DI+KABUPATEN+BANDUNG+BARAT&aqs=chrome..69i
57j33i160.36303j1j9&sourceid=chrome&ie=UTF-8

Pradana, W. (2021). Selain bencana tanah longsor, potensi banjir bandang pun menjadi
ancaman bagi Bandung Barat. Wilayah yang berpotensi terjadinya banjir bandang ini
berada di tiga kecamatan, Cisarua, Cipatat, dan Gununghalu.

Rosana, M. F., Widhiyatna, D., & Kartawa, W. (n.d.). POTENSI SUMBERDAYA MINERAL
JAWABARAT:. 8.

Rosana, M., Widhiyatna, D., & Kartawa, W. (n.d.). POTENSI SUMBERDAYA MINERAL
JAWABARAT: Menuju Pembangunan Jawa Barat yang Berkelanjutan. 4.

Wulandari, I. (2015, April 28). Pengelola Tambang Ilegal di Bandung Barat Masih Membandel.
Diakses https://www.republika.co.id/berita/nasional/daerah/15/04/27/nnh2fu-pengelola-
tambang-ilegal-di-bandung-barat-masih-membandel

23

Anda mungkin juga menyukai