Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

BANTUAN HUKUM
PERAN LEMBAGA BANTUAN HUKUM DALAM PENANGANAN KASUS
HUKUM PERDATA

Dosen Pengampu :
YUDHA PRASETYANOV S.H,.M.H

Disusun oleh :

Kelompok 1

1. RANTI PUTRI MAYNIZA 2010003600091


2. RAHMAD ALDHO HELIN SAPUTRA 2010003600010
3. CINDY MONICA DW 2010003600312
4. AULIA FIKRA 2110003600930
5. MUHAMMAD RAHUL 2010003600308
6. FARREL RAFI HARTADI 2010003600225
7. BIMA ZULFA PUTRA 2010003600108
8. SRIE ARINI WAHYU NINGSIH 2010003600133
9. IVANA MICKAEL SITMORANG 2010003600281
10. MUHAMMAD ABIMANYU 2010003600295
11. ANDREA WILLIAM 2010003600287
12. ATRINALDI 2010003600032
13. RESVINA FITRI 2010003600334
14. BERIYAN RESKI 2010003600127
15. VIQRI HAIKAL 2010003600396
16. RIZKI FEBRIVINANDA PUTRA 2010003600303
17. WINNY JUMADIL PUTRI 2010003600142
18. TEGUH HIDAYAT 2010003600311
19. MUHAMMAD SYIS 2010003600090
20. CINDY BRILLIANT NADA 2010003600024
21. FAJERI GUNANDA 1710003600005
22. FADEL BIMAWANPATI 2010003600284
23. JEFRY JAMKA 2010003600164
24. TORI ANGIN 2010003600056
25. ADITYA FAJRI ALBAR 1710003600032
26. REVALDO RHENFI 2010003600216
27. FORTA RENDY 2010003600085
28. IVAN GADING 2010003600012
29. AHMAD KHOIRUR RAHMAN 2010003600329
30. DIMAS RIJALUL AHMAD 2010003600121

PROGRAM STUDI ILMU HUKUM


JURUSAN HUKUM
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS EKASAKTI

2022

2
KATA PENGANTAR
Puji syukur marilah kita ucapkan atas kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga Penulis dapat menyelesaikan
Makalah ini guna melengkapi tugas Bantuan Hukum yang berjudul “Peran Lembaga
Bantuan Hukum Dalam Penanganan Kasus Hukum Perdata” ini dengan baik.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih ada kekurangan-kekurangan dari


segi kualitas maupun ilmu Pengetahuan yang Penulis kuasai. Oleh karna itu, Penulis
mohon kritik dan saran yang bersifat membangun untuk penyempurnaan pembuatan
makalah dimasa mendatang. Penulis berharap agar makalah ini dapat bermanfaat dan
dapat menambah ilmu pegetahuan pembaca terutama bagi kami sendiri sebagai
Penulis.

Padang, 13 Juni 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI
Halaman

KATA PENGANTAR .......................................................................................... i


DAFTAR ISI ........................................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................... 1
A. Latar Belakang ........................................................................................... 1
B. Ruang Lingkup ........................................................................................... 3
C. Rumusan Masalah ...................................................................................... 3
D. Tujuan Makalah ......................................................................................... 3
Bab II PEMBAHASAN ....................................................................................... 4
A. Peran lembaga bantuan hukum dalam penyelesaian dan penanganan perkara
perdata ....................................................................................................... 4
B. Ruang lingkup kasus hukum perdata ............................................................... 6
C. Penanganan kasus hukum perdata oleh lembaga bantuan hukum ...................... 7
D. Hak dan Kewajiban para pihak dalam layanan bantuan hukum pada lembaga
bantuan hukum………………………………………………………………………………………………….. 8

BAB III PENUTUP .............................................................................................. 10

A. Kesimpulan ................................................................................................ 10
B. Saran……………………………………………………………………….. 10

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 12

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Indonesia adalah negara yang berdasarkan hukum (Pasal 1 ayat 3 UUD 1945).
Terdapat tiga prinsip dasar negara hukum yaitu, supremasi hukum, persamaan
dihadapan hukum, dan penegakan hukum dengan tata cara yang tidak bertentangan
dengan aturan hukum.

Perubahan besar terjadi dalam penyelenggaraan negara di bidang bantuan


hukum, namun sulit untuk menyajikan suatu sistem perundang-undangan bidang
bantuan hukum secara tepat guna, hal tersebut karena terdapat beberapa peraturan
yang mengatur tentang bantuan hukum, selain itu tidak semua kondisi telah diatur
dalam peraturan perundangan yang bersifat teknis sebagaimana telah diatur dalam
Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2011 Tentang Bantuan Hukum.

Hukum merupakan seluruh aturan tingkah laku berupa norma (kaedah) tertulis
maupun tidak tertulis yang dapat mengatur dan menciptakan tata tertib dalam
masyarakat yang ditaati oleh setiap masyarakatnya berdasarkan keyakinan dan
kekuasan hukum tersebut. Mengingat bahwa dasar hubungan hukum terletak dalam
kenyataan-kenyataan bahwa hukum adalah pengatur kehidupan masyarakat karena
kehidupan masyarakat tidak bisa teratur kalau tidak ada hukum.

Pasal 28h ayat 2 UUD 1945 menyatakan, bahwa tiap orang berhak mendapat
kemudahan dan perlakuan khusus untuk memperoleh kesempatan dan manfaat yang
sama guna mencapai persamaan dan keadilan yang dalam Undang-Undang Nomor
16 Tahun 2011 Tentang Bantuan Hukum tersirat dalam aturan tentang permohonan
Penerima Bantuan Hukum pada ketentuan Bab VI Pasal 14 sampai 15 Undang-
Undang Nomor 16 Tahun 2011 Tentang Bantuan Hukum dipermudah dalam aturan
khusus pada Pasal 7 ayat 2, Pasal 8 sampai Pasal 10 Peraturan Pemerintah No 42
Tahun 2013 terhadap pemohon yang tidak dapat tulis baca dan tidak memiliki
identitas kependudukan.

1
Ketentuan Undang-Undang No 39 Tahun 1999 Tentang HAM khususnya pada
Pasal 4 menjadi ketentuan yang berpengaruh besar terhadap lahirnya Undang-
Undang Nomor 16 Tahun 2011 Tentang Bantuan Hukum yang merupakan upaya
pemenuhan tanggung jawab negara dalam memberikan perlindungan kepada
warganya, dimana menyebutkan adanya pengakuan hak untuk hidup, tidak disiksa,
kebebasan pribadi, pikiran dan hati nurani, beragama, tidak diperbudak, diakui
sebagai pribadi dan persamaan dihadapan hukum, dan untuk tidak dituntut atas
dasar hukum yang berlaku surut adalah hak asasi manusia yang tidak dapat
dikurangi dalam keadaan apapun dan oleh siapapun yang juga dimuat pada Pasal
28i ayat 1. Pasal 28i ayat 4 UUD 1945 menyatakan perlindungan, pemajuan,
penegakan, dan pemenuhan hak asasi manusia adalah tanggung jawab negara,
terutama pemerintah, dimana melalui Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2011
Tentang Bantuan Hukum pemerintah menjamin perlindungan hukum masyarakat
miskin dan buta hukum. Pasal 28i ayat 5 UUD 1945 dalam menjamin perlindungan
hak asasi manusia mengenai bantuan hukum sebagaimana pada Bab III Pasal 6
sampai Pasal 7 menyatakan bantuan hukum diselenggarakan oleh Menkumham
melalui BPHN dan Kemenkumham yang dipertanggung jawabkan ke DPR.

Hukum harus menjamin bahwa setiap orang dengan kedudukan dimuka hukum
dan pengadilan tidak membedakan strata sosial dalam mendapat keadilan. Terhadap
hal ini maka disahkannya Undang-Undang No. 16 Tahun 2011 Tentang Bantuan
Hukum yang diharapkan agar lebih konsisten dalam melindungi haksetiap orang
yang tidak mampu.

Mengusung konsep baru dalam pelaksanaan program bantuan hukum di


Indonesia, Lembaga Bantuan Hukum (LBH) juga dianggap sebagai cikal bakal
bantuan hukum yang terlembaga yang dikatakan paling berhasil pada masanya.
Hingga tak pelak pendirian Lembaga Bantuan Hukum (LBH) ini kemudian
mendorong tumbuhnya berbagai macam dan bentuk organisasi dan wadah bantuan
hukum di IndonesiaDengan permasalahan dan alasan-alasan tersebut, maka penulis
membahas tentang Peran Lembaga Bantuan Hukum Dalam Penanganan Kasus
Hukum Perdata.

2
B. Ruang Lingkup

Dalam makalah ini, ruang lingkup peran lembaga bantuan hukum dalam
penanganan kasus hukum perdata adalah peran lembaga bantuan hukum dalam
penyelesaian dan penanganan perkara perdata, ruang lingkup kasus hukum perdata,
penanganan kasus hukum perdata oleh lembaga bantuan hukum, hak dan
kewajiban para pihak dalam layanan bantuan hukum pada lembaga bantuan
hukum.

C. Rumusan Masalah
1. Bagaimana peran lembaga bantuan hukum dalam penyelesaian dan
penanganan perkara perdata?
2. Apa saja ruang lingkup kasus hukum perdata?
3. Bagaimana penanganan kasus hukum perdata oleh lembaga bantuan
hukum?
4. Apa saja hak dan kewajiban para pihak dalam layanan bantuan
hukum pada lembaga bantuan hukum?

D. Tujuan Makalah

Selain untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah Bantuan Hukum, makalah ini
disusun untuk memberikan pengetahuan kepada mahasiswa, tenaga pengajar,
maupun masyarakat.

BAB II
PEMBAHASAN

3
A. Peran Lembaga Bantuan Hukum dalam Penyelesaian dan Penanganan
Perkara Perdata

Menurut ketentuan Pasal 1 ayat (1) dan (2) Undang-Undang Nomor 16 Tahun
2011 tentang Bantuan Hukum yang menyatakan bahwa Bantuan Hukum adalah jasa
hukum yang diberikan oleh pemberi Bantuan Hukum secara cumacuma kepada
penerima Bantuan Hukum tersebut adalah orang atau kelompok orang miskin.

Kewajiban negara yang tertuang dalam Undang-Undang Nomor 16 tahun 2011


tentang Bantuan Hukum. Ada tiga pihak yang diatur di undang-undang ini, yakni
penerima bantuan hukum (orang miskin), pemberi bantuan hukum (organisasi
bantuan hukum) serta penyelenggara bantuan hukum (Kementerian Hukum dan
HAM RI). Hak atas bantuan hukum sendiri merupakan non derogable rights, sebuah
hak yang tidak dapat dikurangi dan tak dapat ditangguhkan dalam kondisi apapun.

Berdasarkan Pasal 4 Undang-Undang No. 16 Tahun 2011 Tentang Bantuan


Hukum, bahwa bantuan hukum diberikan kepada penerima bantuan hukum yang
menghadapi masalah hukum. Area bantuan hukum yang dapat meliputi kasus-kasus
perdata, pidana dan tata usaha negara baik secara litigasi dan non litigasi.

Bantuan hukum litigasi meliputi:

1. Kasus pidana, meliputi penyidikan, dan persidangan di pengadilan tingkat I,


persidangan tingkat banding, persidangan tingkat kasasi, dan peninjauan kembali;

2. Kasus perdata, meliputi upaya perdamaian atau putusan pengadilan tingkat I,


putusan pengadilan tingkat banding, putusan pengadilan tingkat kasasi, dan
peninjauan kembali; dan

3. Kasus tata usaha negara, meliputi pemeriksaan pendahuluan dan putusan


pendahuluan tingkat I, putusan pengadilan tingkat banding, putusan pengadilan
tingkat kasasi, dan peninjauan kembali.

4
Pemberian bantuan hukum litigasi oleh pemberi bantuan hukum kepada
penerima bantuan hukum diberikan hingga masalah hukumnya selesai dan/atau
perkaranya telah mempunyai kekuatan hukum tetap, selama penerima bantuan
bantuan hukum tersebut tidak mencabut surat kuasa khusus.

Peran Lembaga Bantuan Hukum (LBH) dalam proses penyelesaian perkara


perdata didasarkan pada jasa hukum yang diberikannnya. Jasa diberikan secara
cuma-cuma dan dalam peradilan perdata, dimana hakim mengejar kebenaran
formil, yakni kebenaran yang hanya didasarkan pada bukti-bukti yang diajukan di
depan sidang pengadilan sehingga penting sekali peranan Lembaga Bantuan
Hukum (LBH) sebagai pendamping dari kliennya yang buta hukum untuk melewati
setiap proses peradilan dengan prosedur yang benar.

Mencari bantuan hukum juga harus mencari sendiri tidak dicarikan oleh
Hakim. Hal ini juga menjadi peranan Lembaga Bantuan Hukum untuk lebih
memberikan sosialisasi kepada masyarakat terkhusus yang miskin ataupun yang
buta hukum bahwa mereka juga mempunyai hak mendapatkan bantuan hukum,
tidak pasrah karena tidak dapat membayar jasa Advokat. Proses peradilan perdata
terdiri dari tahap-tahap yang dilewati untuk menyelesaikan perkara tersebut.
Adapun tahap-tahap ini dimulai dari tahap pengajuan Gugatan, Pemeriksaan di
Muka Pengadilan, dan Pelaksanaan Putusan Pengadilan.

B. Ruang Lingkup Kasus Hukum Perdata

Hukum perdata ialah hukum atau ketentuan yang mengatur kewajiban, hak-
hak, serta kepentingan antar individu dalam masyarakat yang sifatnya privat
(tertutup). Oleh karena itu hukum perdatalah yang akan mengatur dan menentukan
agar di dalam pergaulan masyarakat orang dapat saling mengetahui dan
menghormati hak-hak dan kewajiban orang yang satu terhadap yang lainnya, antar
sesamanya, sehingga (hak dan kewajiban) tiap-tiap orang dapat terjamin dan
terpelihara dengan sebaik-baiknya. Ruang lingkup hukum perdata, antara lain:

a. Hukum perdata dalam arti luas

5
Hukum perdata dalam arti luas pada hakekatnya meliputi semua hukum
privat meteriil, yaitu segala hukum pokok (hukum materiil) yang
mengatur kepentingan-kepentingan perseorangan, termasuk hukum
yang tertera dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUHPer),
Kitab UndangUndang Hukum Dagang (KUHD), serta yang diatur
dalam sejumlah peraturan (undang-undang) lainnya, seperti mengenai
koperasi, perniagaan, kepailitan, dll.

b. Hukum perdata dalam arti sempit

Hukum perdata dalam arti sempit, adakalanya diartikan sebagai lawan


dari hukum dagang. Hukum perdata dalam arti sempit ialah hukum
perdata sebagaimana terdapat di dalam KUHPerdata.

Hukum perdata juga meliputi Hukum Acara Perdata, yaitu ketentuan-ketentuan


yang mengatur tentang cara seseorang mendapatkan keadilan di muka hakim
berdasarkan Hukum Perdata, mengatur mengenai bagaimana aturan menjalankan
gugatan terhadap seseorang, kekuasaan pengadilan mana yang berwenang untuk
menjalankan gugatan dan lain sebagainya. Hukum perdata juga terdapat di dalam
Undang-Undang Hak Cipta, UU Tentang Merk dan Paten, keseluruhannya
termasuk dalam hukum perdata dalam arti luas.

Hukum perdata dibagi dalam hukum perdata materiil dan hukum perdata
formil. Hukum perdata materiil mengatur kepentingan-kepentingan perdata.
Hukum perdata formil mengatur pertikaian hukum mengenai
kepentingankepentingan perdata atau dengan perkataan lain, cara mempertahankan
peraturan-peraturan-peraturan hukum perdata materiil dengan pertolongan hakim.

Proses beracara perdata di pengadilan langsung bersumber atau datang pada


inisiatif dari pihak berkepentingan yang dirugikan. Dalam proses mengadili, hukum
acara perdata mengatur cara mengadili perkara perdata di muka pengadilan perdata
oleh seseorang yang disebut dengan hakim perdata. Jika dalam suatu kasus terjadi
pelanggaran norma hukum perdata, maka kasus hukum tersebut akan ditindaki oleh

6
pengadilan setelah adanya pengaduan oleh pihak yang merasa dirugikan oleh pihak
yang lain. Pihak yang mengadukan pelanggaran nantinya disebut sebagai
penggugat dan pihak yang dilaporkan akan disebut sebagai tergugat dalam perkara
tersebut.

C. Penanganan Kasus Hukum Perdata oleh Lembaga Bantuan Hukum

Penanganan kasus hukum perdata pada Lembaga Bantuan Hukum (LBH)


diberikan dalam layanan bantuan hukum non litigasi dan litigasli. Klien yang
datang diterima dan dikelompokan apakah kasus tersebut diterima atau
ditolak/direkomendasikan ke kantor pengacara apabila tidak memenuhi kriteria
penerima bantuan hukum. Klien harus membawa data diri dan menceritakan
kronologi kasusnya untuk diberikan pemahaman terahadap posisi kasusnya, apabila
datanya cukup maka klien ditawari untuk memberikan kuasa hukumnya kepada
pemberi bantuan hukum.

Kasus hukum perdata tetap dilakukan untuk ditangani apabila dalam kasus
nonlitigasi yaitu dengan upaya mediasi atau audiensi, apabila kasus tersebut tidak
dapat terselesaikan maka kasus hukum perdata tersebut akan diteruskan ke litigasi
dan diteruskan oleh pemberi bantuan hukum sampai kasusnya terselesaikan atau
mendapat ketetapan hukum. Dalam hal pengajuan penanganan prodeo ke
Pengadilan Negeri klien harus melengkapi persyaratan yaitu fotokopi KTP, Kartu
Keluarga, dan Surat keterangan tidak mampu untuk dimohonkan ijin penanganan
hukum secara prodeo ke Pengadilan Negeri.

Kasus hukum perdata yang ditangani oleh Lembaga Bantuan Hukum (LBH)
umumnya menangani kasus tentang warisan, perceraian, hutang piutang dan tanah.
Pada kasus pertanahan dapat terjadi dikarenakan beberapa macam antara lain
karena masalah status tanah, masalah kepemilikan, masalah bukti-bukti perolehan
yang menjadi dasar pemberian hak dan sebagainya.

Pelaksanaan peran dalam memberikan bantuan hukum kepada masyarakat


Lembaga Bantuan HukuM dipengaruhi oleh faktor-faktor antara lain: peraturan

7
perundang-undangan, kualitas sumber daya manusia (SDM) yang memberikan
bantuan hukum dan pandangan masyarakat sendiri terhadap lembaga bantuan
hukum. Selama memberikan pelayanan Bantuan Hukum, Lembaga Bantuan
Hukum (LBH) tidak pernah melakukan pembiaran terhadap kasus yang
ditanganinya, karena pemberian Bantuan Hukum dilakukan dengan maksimal dan
professional sehingga belum pernah mengalami teguran atau pernyataan
ketidakpuasan terhadap pelayanan yang diberikan.

Kendala-kendala yang sering dihadapi oleh Lembaga Bantuan Hukum dalam


menangani perkara perdata adalah masalah akomodasi tetapi dalam hal ini masih
bisa diatasi dan masalah kekurangan personil sehingga terkadang kalau kebanyakan
kasus akan berakibat kurangnya penanganan dengan baik.

D. Hak dan Kewajiban Para Pihak Dalam Layanan Bantuan Hukum Pada
Lembaga Bantuan Hukum

Berdasarkan SEMA No. 10 Tahun 2010 Tentang Pedoman Pemberian Bantuan


Hukum, Pasal 27 dinyatakan bahwa yang berhak mendapatkan jasa dari Pos
Bantuan Hukum adalah orang yang tidak mampu membayar jasa advokat terutama
perempuan dan anak-anak serta penyandang disabilitas, sesuai peraturan
perundang-undangan yang berlaku. Sedangkan dalam Pasal 25 SEMA No. 10
Tahun 2010 menyatakan bahwa jasa Bantuan Hukum yang dapat diberikan oleh
Pos Bantuan Hukum berupa pemberian informasi, konsultasi, dan nasihat serta
penyediaan Advokat pendamping secara cuma-cuma untuk membela kepentingan
Tersangka/Terdakwa dalam hal Terdakwa tidak mampu membiayai sendiri
penasihat hukumnya.

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 39 Tentang Hak Asasi Manusia


penjelasan tentan bantuan hukum bagi orang miskin terdapat dalam Pasal 18. Pasal
18 menyatakan bahwa seseorang yang diperiksa berhak mendapatkan bantuan
hukum sejak saat penyidikan sampai adanya putusan pengadilan yang telah
memperoleh kekuatan hukum tetap.

8
Pasal 13 berbunyi Penerima Bantuan Hukum wajib:

a. Menyampaikan bukti, informasi, dan/atau keterangan perkara secara benar


kepada Pemberi Bantuan Hukum;

b. Membantu kelancaran pemberian Bantuan Hukum. Sedangkan mengenai hak dan


kewajiban pemberi bantuan hukum juga diatur dalam Undang-Undang No. 16
Tahun 2011 tentang Bantuan Hukum.

Pasal 9 berbunyi Pemberi Bantuan Hukum berhak:

a. Melakukan rekrutmen terhadap advokat, paralegal, dosen, dan mahasiswa


fakultas hukum;

b. Melakukan pelayanan Bantuan Hukum;

c. Menyelenggarakan penyuluhan hukum, konsultasi hukum, dan program kegiatan


lain yang berkaitan dengan penyelenggaraan Bantuan Hukum;

d. Menerima anggaran dari negara untuk melaksanakan Bantuan Hukum


berdasarkan Undang-Undang ini;

e. Mengeluarkan pendapat atau pernyataan dalam membela perkara yang menjadi


tanggung jawabnya di dalam sidang pengadilan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan;

f. Mendapatkan informasi dan data lain dari pemerintah ataupun instansi lain, untuk
kepentingan pembelaan perkara.

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

9
Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan diatas, maka dapat diajukan beberapa
kesimpulan sebagai berikut:

1. Peran Lembaga Bantuan Hukum dalam penyelesaian dan penanganan perkara


perdata didasarkan pada jasa hukum yang diberikannnya. Prosedur pelayanan dan
pemberian bantuan hukum Lembaga Bantuan Hukum ditangani dan diselesaikan
oleh pemberi Bantuan Hukum dengan syarat-syarat yang ditentukan yaitu
menuliskan permohonan bantuan hukum dan menyertakan surat keterangan tidak
mampu dari kelurahan setempat, dan kasus hukum akan diselesaikan sampai kasus
hukum tersebut selesai melalui jalan nonlitigasi maupun litigasi sampai ada
ketetapan hukum yang mengikat.

2. Kendala-kendala yang sering dihadapi oleh Lembaga Bantuan Hukum dalam


penanganan perkara perdata adalah masalah akomodasi tetapi dalam hal ini masih
bisa diatasi dan masalah kekurangan personil sehingga terkadang kalau kebanyakan
kasus akan berakibat kurangnya penanganan dengan baik.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan diatas, maka penulis mengemukakan beberapa saran


dalam makalah ini antara lain sebagai berikut :

1. Lembaga Bantuan Hukum Medan diharapkan agar berhati-hati dalam melakukan


pemberian bantuan yang diberikan kepada masyarakat sebagai penerima bantuan
hukum baik pemberian bantuan hukum yang dilakukan secara litigasi maupun
secara non litigasi agar tidak menimbulkan kerugian bagi masyarakat.

2. Pelaksanaan pemberian bantuan hukum untuk orang miskin, kecil dan tertindas
ataupun orang-orang yang termarjinalkan diharapkan Lembaga Bantuan Hukum
Medan dapat memberikan bantuan hukum tetap, memperlakukan sama dan
memberikan pelayanan yang semaksimal mungkin, mengadakan pelatihan
hukum, dan pembekalan dalam penanganan kasus hukum. Lebih aktif kembali
dalam memberikan pendidikan hukum kepada masyarakat, baik yang berupa
pendidikan, seminar, penyuluhan hukum maupun sosialisasi tentang bantuan

10
hukum dan masalah-masalah hukum yang berkenaan terhadap pemberian
bantuan hukum.

3. Diperlukan pemerintah memberikan pelayanan akses terhadap keadilan bagi


masyarakat yang tidak mampu di Sumatera Utara agar terimplementasikan
dengan baik.

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman. 1983. Aspek-Aspek Bantuan Hukum di Indonesia. Jakarta: Cendana


Press.

11
AM, Fulthoni, dkk. 2009. Mengelola Legal Clinic. Jakarta: ILRC.

Apeldoorn, Prof. Dr. Mr. L.J. van. 2004. Pengantar Ilmu Hukum. Jakarta: Pradnya
Paramita.

Erwina, Liza. 2012. Ilmu Hukum. Medan: Pustaka Bangsa Pers.

G. Nusantara, Abdul Hakim, dkk. 1981. Beberapa Pemikiran Mengenai Bantuan


Hukum: Kearah Bantuan Hukum Struktural. Bandung: Penerbit Alumni.

Mertokusumo, Sudikno. 1998. Hukum Acara Perdata Edisi Kelima. Yogyakarta:


Liberty.

Situmorang, Mosgan. 2011. Tanggung Jawab Negara dan Advokat dalam


Memberikan Bantuan Hukum Kepada Masyarakat. Jakarta: Badan Pembinaan
Hukum Nasional Kementerian Hukum dan HAM RI.

Sunggono, H. Bambang dan Aries Harianto. 2009. Bantuan Hukum dan Hak Asasi
Manusia. Bandung: Mandar Maju.

Syahrini, Abdurrahman Riduan. 1978. Hukum dan Peradilan. Bandung: Alumni.

Winarta, Frans Hendra. 1995. Advokat Indonesia. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.

Zen, A. Patra M. dan Daniel Hutagalung. 2009. Panduan Bantuan Hukum


Indonesia. Jakarta: YLBHI & PSHK.

Winarta, Frans Hendra. 2011. Bantuan Hukum di Indonesia. Jakarta: PT. Elex
Media Komputindo.

12

Anda mungkin juga menyukai