Makalah Kelompok 1 Bantuan Hukum
Makalah Kelompok 1 Bantuan Hukum
BANTUAN HUKUM
PERAN LEMBAGA BANTUAN HUKUM DALAM PENANGANAN KASUS
HUKUM PERDATA
Dosen Pengampu :
YUDHA PRASETYANOV S.H,.M.H
Disusun oleh :
Kelompok 1
2022
2
KATA PENGANTAR
Puji syukur marilah kita ucapkan atas kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga Penulis dapat menyelesaikan
Makalah ini guna melengkapi tugas Bantuan Hukum yang berjudul “Peran Lembaga
Bantuan Hukum Dalam Penanganan Kasus Hukum Perdata” ini dengan baik.
Penulis
i
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI.............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................1
A. Latar Belakang...............................................................................................1
B. Ruang Lingkup...............................................................................................3
C. Rumusan Masalah..........................................................................................3
D. Tujuan Makalah..............................................................................................3
Bab II PEMBAHASAN...........................................................................................4
A. Peran lembaga bantuan hukum dalam penyelesaian dan penanganan perkara
perdata............................................................................................................4
B. Ruang lingkup kasus hukum perdata..................................................................6
C. Penanganan kasus hukum perdata oleh lembaga bantuan hukum .......................7
D. Hak dan Kewajiban para pihak dalam layanan bantuan hukum pada lembaga
bantuan hukum………………………………………………………………………………………………….. 8
A. Kesimpulan....................................................................................................10
B. Saran……………………………………………………………………….. 10
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................12
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pasal 28h ayat 2 UUD 1945 menyatakan, bahwa tiap orang berhak mendapat
kemudahan dan perlakuan khusus untuk memperoleh kesempatan dan manfaat
yang sama guna mencapai persamaan dan keadilan yang dalam Undang-Undang
Nomor 16 Tahun 2011 Tentang Bantuan Hukum tersirat dalam aturan tentang
permohonan Penerima Bantuan Hukum pada ketentuan Bab VI Pasal 14 sampai
15 Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2011 Tentang Bantuan Hukum dipermudah
dalam aturan khusus pada Pasal 7 ayat 2, Pasal 8 sampai Pasal 10 Peraturan
Pemerintah No 42 Tahun 2013 terhadap pemohon yang tidak dapat tulis baca dan
tidak memiliki identitas kependudukan.
1
Ketentuan Undang-Undang No 39 Tahun 1999 Tentang HAM khususnya
pada Pasal 4 menjadi ketentuan yang berpengaruh besar terhadap lahirnya
Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2011 Tentang Bantuan Hukum yang
merupakan upaya pemenuhan tanggung jawab negara dalam memberikan
perlindungan kepada warganya, dimana menyebutkan adanya pengakuan hak
untuk hidup, tidak disiksa, kebebasan pribadi, pikiran dan hati nurani, beragama,
tidak diperbudak, diakui sebagai pribadi dan persamaan dihadapan hukum, dan
untuk tidak dituntut atas dasar hukum yang berlaku surut adalah hak asasi
manusia yang tidak dapat dikurangi dalam keadaan apapun dan oleh siapapun
yang juga dimuat pada Pasal 28i ayat 1. Pasal 28i ayat 4 UUD 1945 menyatakan
perlindungan, pemajuan, penegakan, dan pemenuhan hak asasi manusia adalah
tanggung jawab negara, terutama pemerintah, dimana melalui Undang-Undang
Nomor 16 Tahun 2011 Tentang Bantuan Hukum pemerintah menjamin
perlindungan hukum masyarakat miskin dan buta hukum. Pasal 28i ayat 5 UUD
1945 dalam menjamin perlindungan hak asasi manusia mengenai bantuan hukum
sebagaimana pada Bab III Pasal 6 sampai Pasal 7 menyatakan bantuan hukum
diselenggarakan oleh Menkumham melalui BPHN dan Kemenkumham yang
dipertanggung jawabkan ke DPR.
2
maka penulis membahas tentang Peran Lembaga Bantuan Hukum Dalam
Penanganan Kasus Hukum Perdata.
B. Ruang Lingkup
Dalam makalah ini, ruang lingkup peran lembaga bantuan hukum dalam
penanganan kasus hukum perdata adalah peran lembaga bantuan hukum dalam
penyelesaian dan penanganan perkara perdata, ruang lingkup kasus hukum
perdata, penanganan kasus hukum perdata oleh lembaga bantuan hukum, hak dan
kewajiban para pihak dalam layanan bantuan hukum pada lembaga bantuan
hukum.
C. Rumusan Masalah
4. Apa saja hak dan kewajiban para pihak dalam layanan bantuan
hukum pada lembaga bantuan hukum?
D. Tujuan Makalah
Selain untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah Bantuan Hukum, makalah ini
disusun untuk memberikan pengetahuan kepada mahasiswa, tenaga pengajar,
maupun masyarakat.
3
BAB II
PEMBAHASAN
Menurut ketentuan Pasal 1 ayat (1) dan (2) Undang-Undang Nomor 16 Tahun
2011 tentang Bantuan Hukum yang menyatakan bahwa Bantuan Hukum adalah
jasa hukum yang diberikan oleh pemberi Bantuan Hukum secara cumacuma
kepada penerima Bantuan Hukum tersebut adalah orang atau kelompok orang
miskin.
4
2. Kasus perdata, meliputi upaya perdamaian atau putusan pengadilan tingkat I,
putusan pengadilan tingkat banding, putusan pengadilan tingkat kasasi, dan
peninjauan kembali; dan
Mencari bantuan hukum juga harus mencari sendiri tidak dicarikan oleh
Hakim. Hal ini juga menjadi peranan Lembaga Bantuan Hukum untuk lebih
memberikan sosialisasi kepada masyarakat terkhusus yang miskin ataupun yang
buta hukum bahwa mereka juga mempunyai hak mendapatkan bantuan hukum,
tidak pasrah karena tidak dapat membayar jasa Advokat. Proses peradilan perdata
terdiri dari tahap-tahap yang dilewati untuk menyelesaikan perkara tersebut.
Adapun tahap-tahap ini dimulai dari tahap pengajuan Gugatan, Pemeriksaan di
Muka Pengadilan, dan Pelaksanaan Putusan Pengadilan.
5
Hukum perdata ialah hukum atau ketentuan yang mengatur kewajiban, hak-
hak, serta kepentingan antar individu dalam masyarakat yang sifatnya privat
(tertutup). Oleh karena itu hukum perdatalah yang akan mengatur dan menentukan
agar di dalam pergaulan masyarakat orang dapat saling mengetahui dan
menghormati hak-hak dan kewajiban orang yang satu terhadap yang lainnya, antar
sesamanya, sehingga (hak dan kewajiban) tiap-tiap orang dapat terjamin dan
terpelihara dengan sebaik-baiknya. Ruang lingkup hukum perdata, antara lain:
6
Hukum perdata dibagi dalam hukum perdata materiil dan hukum perdata
formil. Hukum perdata materiil mengatur kepentingan-kepentingan perdata.
Hukum perdata formil mengatur pertikaian hukum mengenai
kepentingankepentingan perdata atau dengan perkataan lain, cara
mempertahankan peraturan-peraturan-peraturan hukum perdata materiil dengan
pertolongan hakim.
Kasus hukum perdata tetap dilakukan untuk ditangani apabila dalam kasus
nonlitigasi yaitu dengan upaya mediasi atau audiensi, apabila kasus tersebut tidak
dapat terselesaikan maka kasus hukum perdata tersebut akan diteruskan ke litigasi
dan diteruskan oleh pemberi bantuan hukum sampai kasusnya terselesaikan atau
7
mendapat ketetapan hukum. Dalam hal pengajuan penanganan prodeo ke
Pengadilan Negeri klien harus melengkapi persyaratan yaitu fotokopi KTP, Kartu
Keluarga, dan Surat keterangan tidak mampu untuk dimohonkan ijin penanganan
hukum secara prodeo ke Pengadilan Negeri.
Kasus hukum perdata yang ditangani oleh Lembaga Bantuan Hukum (LBH)
umumnya menangani kasus tentang warisan, perceraian, hutang piutang dan
tanah. Pada kasus pertanahan dapat terjadi dikarenakan beberapa macam antara
lain karena masalah status tanah, masalah kepemilikan, masalah bukti-bukti
perolehan yang menjadi dasar pemberian hak dan sebagainya.
D. Hak dan Kewajiban Para Pihak Dalam Layanan Bantuan Hukum Pada
Lembaga Bantuan Hukum
8
perundang-undangan yang berlaku. Sedangkan dalam Pasal 25 SEMA No. 10
Tahun 2010 menyatakan bahwa jasa Bantuan Hukum yang dapat diberikan oleh
Pos Bantuan Hukum berupa pemberian informasi, konsultasi, dan nasihat serta
penyediaan Advokat pendamping secara cuma-cuma untuk membela kepentingan
Tersangka/Terdakwa dalam hal Terdakwa tidak mampu membiayai sendiri
penasihat hukumnya.
9
e. Mengeluarkan pendapat atau pernyataan dalam membela perkara yang menjadi
tanggung jawabnya di dalam sidang pengadilan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan;
f. Mendapatkan informasi dan data lain dari pemerintah ataupun instansi lain,
untuk kepentingan pembelaan perkara.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan diatas, maka dapat diajukan beberapa
kesimpulan sebagai berikut:
B. Saran
10
1. Lembaga Bantuan Hukum Medan diharapkan agar berhati-hati dalam
melakukan pemberian bantuan yang diberikan kepada masyarakat sebagai
penerima bantuan hukum baik pemberian bantuan hukum yang dilakukan
secara litigasi maupun secara non litigasi agar tidak menimbulkan kerugian
bagi masyarakat.
2. Pelaksanaan pemberian bantuan hukum untuk orang miskin, kecil dan tertindas
ataupun orang-orang yang termarjinalkan diharapkan Lembaga Bantuan
Hukum Medan dapat memberikan bantuan hukum tetap, memperlakukan sama
dan memberikan pelayanan yang semaksimal mungkin, mengadakan pelatihan
hukum, dan pembekalan dalam penanganan kasus hukum. Lebih aktif kembali
dalam memberikan pendidikan hukum kepada masyarakat, baik yang berupa
pendidikan, seminar, penyuluhan hukum maupun sosialisasi tentang bantuan
hukum dan masalah-masalah hukum yang berkenaan terhadap pemberian
bantuan hukum.
11
DAFTAR PUSTAKA
Apeldoorn, Prof. Dr. Mr. L.J. van. 2004. Pengantar Ilmu Hukum. Jakarta: Pradnya
Paramita.
Sunggono, H. Bambang dan Aries Harianto. 2009. Bantuan Hukum dan Hak
Asasi Manusia. Bandung: Mandar Maju.
Winarta, Frans Hendra. 1995. Advokat Indonesia. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.
12
Zen, A. Patra M. dan Daniel Hutagalung. 2009. Panduan Bantuan Hukum
Indonesia. Jakarta: YLBHI & PSHK.
Winarta, Frans Hendra. 2011. Bantuan Hukum di Indonesia. Jakarta: PT. Elex
Media Komputindo.
13