CONTACT PERSON: +6285 647 634 312 (IM3) / +6287 839 178 226 (XL / WA) / PIN BBM: 5221 7134
E-Mail: nuriel.ugm@gmail.com / Fanspage Facebook: Nur Sayyid Santoso Kristeva
Public Group Facebook: Intelektual Marxis / Website: www.negaramarxis.blogspot.com
Home: PP. Al-Madaniyyah As-Salafiyah Jl. Pucang D.37 Gumilir Cilacap 53231
Jl. Urip Sumoharjo 71 RT.03 RW.03 Mertasinga Cilacap Jateng 53232
40
• Ki Hajar Dewantara menulis;
―Dalam pendidikan harus
senantiasa diingat bahwa
kemerdekaan bersifat tiga
macam:
– berdiri sendiri (zelstandig),
– tidak tergantung pada orang
lain (onafhankelijk),
– dapat mengatur dirinya sendiri
(vrijeid, zelfsbeschikking).‖
• Dalam istilah Belanda itu
diterjemahkan kedalam jargon
yang lebih dikenal sekarang,
maka ketiga komponen
kemerdekaan itu ialah self-
reliance, independence, dan
self-determination.
41
• SUKARNO
lebih
menekankan
independence,
yaitu
terlepasnya
Indonesia dari
penguasaan
oleh suatu
bangsa dan
penguasaan
asing.
42
• HATTA &
SYAHRIR lebih
menekankan self-
reliance yaitu
otonomi setiap
individu dalam
memutuskan apa
yang harus
dikerjakan.
43
TAN MALAKA selepas
sekolah guru di Harlem,
Belanda, memilih menjadi
guru untuk anak-anak para
kuli kontrak di perkebunan
Deli, melihat kemerdekaan
sebagai self-determination,
yaitu kesanggupan setiap
kelompok sosial
menentukan nasibnya
sendiri dan tidak
menggantungkan
peruntungannya pada
kelompok sosial lainnya.
44
• Perbedaan tekanan itu menjadi lebih jelas kalau
dilihat dari hubungan dengan apa yang hendak
ditentang.
– KEMERDEKAAN SEBAGAI
INDEPENDENCE SECARA
TELAK MENOLAK
PENJAJAHAN.
– KEMERDEKAAN SEBAGAI
SELF-RELIANCE
MEMBATALKAN
KETERGANTUGAN.
– KEMERDEKAAN SEBAGAI
SELF-DETERMINATION
MENAMPIK SEGALA JENIS
PENINDASAN DAN
PEMBODOHAN.
– Para pejuang Indonesia tanpa kenal lelah melawan segala
bentuk penindasan dan hegemoni walaupun mereka
dibuang dan diasingkan dalam pembuangan di digul dan
selanjutnya di Banda Niera (Januari 1935-Januari 1942).
Sampai pada saat-saat yang sangat sulit yaitu tatkala
keadaan politik pada awal 1946 memaksakan
dipindahkannya Ibu Kota RI ke Jogjakarta.
45
Belajar dari Pemuda
Terdidik Perumus
Pancasila & Funding
Father Pendiri
Bangsa Indonesia
46
TOKOH-TOKOH • Beliau merumuskan ajaran Marhaenisme
PERUMUS LAHIRNYA dan mendirikan PNI (Partai Nasional
lndonesia) pada 4 Juli 1927, dengan
DASAR NEGARA tujuan Indonesia Merdeka. Akibatnya,
Belanda, memasukkannya ke penjara
PANCASILA Sukamiskin, Bandung pada 29 Desember
1929.
• Setelah bebas pada tahun 1931,
Soekarno bergabung dengan Partindo dan
sekaligus memimpinnya. Akibatnya, beliau
kembali ditangkap Belanda dan dibuang
ke Ende, Flores, tahun 1933. Empat tahun
kemudian dipindahkan ke Bengkulu.
• Setelah melalui perjuangan yang cukup
panjang, Bung Karno dan Bung Hatta
memproklamasikan kemerdekaan RI pada
17 Agustus 1945. Dalam sidang BPUPKI
tanggal 1 Juni 1945, Ir.Soekarno
mengemukakan gagasan tentang dasar
negara yang disebutnya Pancasila.
• Tanggal 17 Agustus 1945, Ir Soekarno dan
Drs. Mohammad Hatta memproklamasikan
kemerdekaan Indonesia.
• Dalam sidang PPKI, 18 Agustus 1945
Ir.Soekarno terpilih secara aklamasi
Ir. Soekarno sebagai Presiden Republik Indonesia yang
pertama.
Lahir: Blitar, 6 Juni 1901
Wafat: Jakarta, 21 Juni 1970 47
• Pada tahun 1921 Hatta tiba di Negeri Belanda untuk belajar pada
Handels Hoge School di Rotterdam. Ia mendaftar sebagai anggota
Indische Vereniging. Tahun 1922, perkumpulan ini berganti nama
menjadi Indonesische Vereniging. Perkumpulan yang menolak bekerja
sama dengan Belanda itu kemudian berganti nama lagi menjadi
Perhimpunan Indonesia (PI).
• Hatta lulus dalam ujian handels economie (ekonomi perdagangan) pada
Semula dia bermaksud menempuh ujian doctoral di bidang ilmu ekonomi
pada akhir tahun 1925. Karena itu pada tahun 1924 dia nonaktif dalam
PI. Tetapi waktu itu dibuka jurusan baru, yaitu hukum negara dan hukum
administratif. Hatta pun memasuki jurusan itu terdorong oleh minatnya
yang besar di bidang politik.
• Pada tahun 1926, dengan tujuan memperkenalkan nama "Indonesia",
Hatta memimpin delegasi ke Kongres Demokrasi Intemasional untuk
Perdamaian di Bierville, Prancis.
• Hatta dan pergerakan nasional Indonesia mendapat pengalaman penting
di Liga Menentang Imperialisme dan Penindasan Kolonial, suatu kongres
Dr. Mohammad Hatta
Lahir: Bukittinggi, 12 Agustus 1902
internasional yang diadakan di Brussels tanggal 10-15 Pebruari 1927. Di
Wafat: Jakarta, 14 Maret 1980 kongres ini Hatta berkenalan dengan pemimpin-pemimpin pergerakan
buruh seperti G. Ledebour dan Edo Fimmen, serta tokoh-tokoh yang
• kemudian menjadi
Bersama dengan Nazir St. Pamontjak, Ali Sastroamidjojo, negarawan-negarawan
dan Abdul di Asia
Madjid Djojoadiningrat, dan dipenjara
Hatta Afrika seperti
selama
Jawaharlal Nehru (India), Hafiz Ramadhan Bey (Mesir), dan
lima setengah bulan. Pada tanggal 22 Maret 1928, mahkamah pengadilan di Den Haag membebaskan keempatnya Senghor
dari segala tuduhan. (Afrika).
• Pada bulan Juli 1932, Hatta berhasil menyelesaikan studinya di Negeri Belanda dan sebulan kemudian ia tiba di
Jakarta. Antara akhir tahun 1932 dan 1933, kesibukan utama Hatta adalah menulis berbagai artikel politik dan
ekonomi untuk Daulat Ra’jat dan melakukan berbagai kegiatan politik, terutama pendidikan kader-kader politik pada
Partai Pendidikan Nasional Indonesia.
• Pada bulan Januari 1935, Hatta dan kawan-kawannya tiba di Tanah Merah, Boven Digoel (Papua).
• Pada tanggal 16 Agustus 1945 malam, Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia mempersiapkan proklamasi dalam
rapat di rumah Admiral Maeda (JI Imam Bonjol, sekarang), yang berakhir pada pukul 03.00 pagi keesokan harinya.
Panitia kecil yang terdiri dari 5 orang, yaitu Soekamo, Hatta, Soebardjo, Soekarni, dan Sayuti Malik memisahkan diri ke
suatu ruangan untuk menyusun teks proklamasi kemerdekaan. 48
• Sebagai putra keluarga priyayi, Soepomo berkesempatan
meneruskan pendidikannya di ELS (Europeesche Lagere
School) di Boyolali (1917), MULO (MeerUitgebreid Lagere
Onderwijs) di Solo (1920), dan menyelesaikan pendidikan
tingginya di Bataviasche Rechtshoogeschool di Batavia
pada tahun 1923.
• Antara tahun 1924 dan 1927 Soepomo mendapat
kesempatan melanjutkan pendidikannya ke Rijskuniversiteit
Leiden di Belanda di bawah bimbingan Cornelisvan
Vollenhoven, profesor hukum yang dikenal sebagai "arsitek―
ilmu hukum adatIndonesia.
• Thesis doktornya yang berjudul Reorganisatie van het
Agrarisch Stelselin het Gewest Soerakarta (Reorganisasi
sistem agraria di wilayah Surakarta) tidak saja mengupas
sistem agraria tradisional di Surakarta, tetapi juga secara
tajam menganalisis hukum-hukum kolonial yang berkaitan
dengan pertanahan di wilayah Surakarta (Pompe 1993).
• Ditulis dalam bahasa Belanda, kritik Soepomo atas wacana
kolonial tentang proses transisi agraria ini dibungkus dalam
bahasa yang halus dan tidak langsung, menggunakan
Prof. Mr. Dr Soepomo
argumen-argumen kolonial sendiri, dan hanya dapat
Lahir: Sukoharjo, 22 Januari 190
Wafat: Jakarta, 12 September 1958 terbaca ketika kita menyadari bahwa subyektifitas Soepomo
sangat kental diwarnai etika Jawa (lihat buku Frans Magnis-
Suseno "Etika Jawa" dan tulisantulisan Ben Anderson
dalam "Language and Power" sebagai tambahan acuan
tentang etika Jawa untuk memahami cara pandang dan
strategi agency (Soepomo).
49
• Setelah mendalami Islam di Jeddah, tahun 1911 ia embali
ke tanah air. Setahun kemudian di kota Gadang ia
mendirikan HIS (Holland Islandse School), yang
diasuhnya sampai tahun 1915. Di Jakarta ia bekerja
terakhir di Bataviasche Neewsblad dan sejak itu rajin
menulis artikel.
• Tahun 1919 mendirikan Persatuan Pergerakan Kaum
Buruh bersama Semaun. Organisasi ini menuntut kepada
Pemerintah Belanda supaya Indonesia segera didirikan
DPR yang sesungguhnya. Ia juga mengorganiser
pemogokan buruh di berbagai tempat seperti Semarang,
Surabaya dan Cirebon.
• Dalam konggres Islam di Garut tahun 1924 (diadakan
berkat kerjasama antara Sarekat Islam dan
Muhammadiyah) ia menguraikan fungsi agama dan ilmu
pengetahuan serta hubungan antara Islam dan
Sosialisme. Ia melontarkan gagasan dibentuknya Pan
Islamisme.
• Tahun 1912-1924, Agus Salim duduk dalam Volksraad. Ia
K.H. Agus Salim
banyak mengecam tindakan-tindakan pemerintah yang
Lahir: Bukittinggi, 8 Oktober 1884 banyak menyengsarakan rakyat. Ia juga menuntut agar
Wafat: 4 Nopember 1954 bahasa Melayu digunakan sebagai bahasa resmi dalam
Volksraad.
• Maret 1947 ia diutus ke New Delhi Conference kemudian
mengunjungi negara-negara Arab dengan tugas
mengusahakan pengertian sedalamdalamnya dari negara- 50
negara Arab tentang Kemerdekaan Indonesia. Misi itu
• Ayahanda Abdurrahman Wahid ini menjabat Menteri Agama tiga kabinet
(Kabinet Hatta, Kabinet Natsir dan Kabinet Sukiman). Mantan Ketua
Tanfidiyyah PBNU (1948) dan Pemimpin dan pengasuh kedua Pesantren
Tebuireng (1947 – 1950) ini, merupakan reformis dunia pendidikan
pesantren dan pendidikan Islam Indonesia. Ia dikenal juga sebagai pendiri
IAIN (sekarang UIN).
• Pada tahun 1939, ia ikut berperan pada saat NU menjadi anggota MIAI
(Majelis Islam A‘la Indonesia), sebuah badan federasi partai dan ormas Islam
di zaman pendudukan Belanda. Pada 24 Oktober 1943 ia terpilih menjadi
Ketua Majelis Syuro Muslimin Indonesia (Masyumi) sebuah organisasi
menggantikan MIAI.
• Saat pemimpin Masyumi ia merintis pembentukan Barisan Hizbullah yang
aktif membantu perjuangan umat Islam mewujudkan kemerdekaan. Tahun
1944, ia ikut mendirikan Sekolah Tinggi Islam (UIN) di Jakarta yang
pengasuhannya ditangani oleh KH. A. Kahar Muzakkir. Tahun 1945 ia pun
menjadi anggota BPUPKI dan PPKI. Wahid Hasjim meninggal dunia dalam
sebuah kecelakaan mobil di Kota Cimahi tanggal 19 April 1953.
• Di bawah kepemimpinan Kiai Wahid, MIAI melakukan tuntutan kepada
pemerintah Kolonial Belanda untuk mencabut status Guru Ordonantie tahun
1925 yang sangat membatasi aktivitas guru-guru agama. Bersama GAPI
(Gabungan Partai Politik Indonesia) dan PVPN (Asosiasi Pegawai
Pemerintah), MIAI juga membentuk Kongres Rakyat Indonesia sebagai
K.H. Abdul Wachid Hasyim komite Nasional yang menuntut Indonesia berparlemen.
Lahir: Jombang, 1 Juni 1914 • Pada tahun 1942, Pemerintah Jepang menangkap Hadratusy Sayeikh Kiai
Wafat: Cimahi 19 April 1953 Hasyim Asy‘ari dan menahannya di Surabaya. Wahid Hasyim berupaya
membebaskannya dengan melakukan lobi-lobi politik. Hasilnya, pada bulan
Agustus 1944, Kiai Hasyim Asy‘ari dibebaskan.
• Pada tanggal 29 April 1945, pemerintah Jepang membentuk Dokuritsu
Zyunbi Tyooisakai atau Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan
Indonesia (BPUPKI), dan Wahid Hasyim menjadi salah satu anggotanya.
• Di dalam kabinet pertama yang dibentuk Presiden Sukarno (September
1945), Kiai Wahid ditunjuk menjadi Menteri Negara. Demikian juga dalam
Kabinet Sjahrir tahun 1946.
51
• Pendidikan yang sempat diterima Yamin, antara
lain, Hollands inlands School (HIS) di Palembang,
tercatat sebagai peserta kursus pada Lembaga
Pendidikan Peternakan dan Pertanian di Cisarua,
Bogor, Algemene Middelbare School (AMS)
‗Sekolah Menengah Umum‘ di Yogya, dan HIS di
Jakarta.
• Berbagai organisaasi yang berdiri dalam rangka
mencapai Indonesia merdeka yang pernah dipimpin
Yamin, antara lain, adalah, Yong Sumatramen Bond
‗Organisasi Pemuda Sumatera‘ (1926–1928). Dalam
Kongres Pemuda II (28 Oktober 1928) secara
bersama disepakati penggunaan bahasa Indonesia.
Organisasi lain adalah Partindo (1932–1938).
• Pada tahun 1938—1942 Yamin tercatat sebagai
anggota Pertindo, merangkap sebagai
Mr. Muhammad Yamin
anggotaVolksraad ‗Dewan Perwakilan Rakyat‘.
Lahir: Sawahlunto, Sumatera Barat, Setelah kemerdekaan Indonesia terwujud, jabatan-
23 Agustus 1903
Wafat: Jakarta, 17 Oktober 1962 jabatan yang pernah dipangku Yamin dalam
pemerintahan, antara lain, adalah Menteri
Kehakiman (1951), Menteri Pengajaran, Pendidikan
dan Kebudayaan (1953–1955), Ketua Dewan
Perancang Nasional (1962), dan Ketua Dewan
52
Pengawas IKBN Antara (1961–1962).
CATATAN AKHIR &
KESIMPUAN
57
58
12/4/2016 Antropologi Masyarakat Indonesia 59
Referensi
• Abdul Mun’im, DZ., Khittah Kedaulatan Indonesia (Jakarta: PB
IKA-PMII, 2013)
• As’ad Said Ali, Ideologi Gerakan Pasca Reformasi (Jakarta: LP3ES,
2012)
• As’ad Said Ali, Negara Pancasila; Jalan Kemaslahatan Berbangsa
(Jakarta: LP3ES, 2009)
• Victor T. King & William D. Wilder, Antropologi Modern Asia
Tenggara; Sebuah Pengantar (Yogyakarta: Kreasi Wacana, 2012)
• Simon Philpott, Meruntuhkan Indonesia; Politik Poskolonial dan
Otoritarianisme (Yogyakarta: LKiS, 2003)
• George MC Turnan Kahin, Nasionalisme dan Revolusi di
Indonesia, (Jakarta: Pustaka Sinar Harapan & UNS Press, 1995)