Anda di halaman 1dari 10

BUKU JAWABAN UJIAN (BJU) UAS TAKE HOME EXAM (THE) SEMESTER 2020/21.2 (2021.

1)

Nama Mahasiswa : MAOLANA ACHMAD

Nomor Induk Mahasiswa/NIM : 041383019

Tanggal Lahir : 16 Juli 1991

Kode/Nama Mata Kuliah : HKUM4307/HUKUM PERSAINGAN USAHA

Kode/Nama Program Studi : 311/ILMU HUKUM (S1)

Kode/Nama UPBJJ : 21/UPBJJ-UT Jakarta

Hari/Tanggal UAS THE : Selasa/13 Juli 2021

Tanda Tangan Peserta Ujian

Petunjuk

1. Anda wajib mengisi secara lengkap dan benar identitas pada cover BJU pada halaman ini.
2. Anda wajib mengisi dan menandatangani surat pernyataan kejujuran akademik.
3. Jawaban bisa dikerjakan dengan diketik atau tulis tangan.
4. Jawaban diunggah disertai dengan cover BJU dan surat pernyataan kejujuran akademik.

KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN, RISET, DAN TEKNOLOGI


UNIVERSITAS TERBUKA
BUKU JAWABAN UJIAN UNIVERSITAS TERBUKA

Surat Pernyataan Mahasiswa


Kejujuran Akademik

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama Mahasiswa : MAOLANA ACHMAD


NIM : 041383019
Kode/Nama Mata Kuliah : HKUM4307/HUKUM PERSAINGAN USAHA
Fakultas : FHISIP
Program Studi : ILMU HUKUM (S1)
UPBJJ-UT : JAKARTA

1. Saya tidak menerima naskah UAS THE dari siapapun selain mengunduh dari aplikasi THE pada laman
https://the.ut.ac.id.
2. Saya tidak memberikan naskah UAS THE kepada siapapun.
3. Saya tidak menerima dan atau memberikan bantuan dalam bentuk apapun dalam pengerjaan soal ujian
UAS THE.
4. Saya tidak melakukan plagiasi atas pekerjaan orang lain (menyalin dan mengakuinya sebagai pekerjaan
saya).
5. Saya memahami bahwa segala tindakan kecurangan akan mendapatkan hukuman sesuai dengan aturan
akademik yang berlaku di Universitas Terbuka.
6. Saya bersedia menjunjung tinggi ketertiban, kedisiplinan, dan integritas akademik dengan tidak
melakukan kecurangan, joki, menyebarluaskan soal dan jawaban UAS THE melalui media apapun, serta
tindakan tidak terpuji lainnya yang bertentangan dengan peraturan akademik Universitas Terbuka.

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya. Apabila di kemudian hari terdapat pelanggaran
atas pernyataan di atas, saya bersedia bertanggung jawab dan menanggung sanksi akademik yang ditetapkan oleh
Universitas Terbuka.

Jakarta, 13 Juli 2021


Yang Membuat Pernyataan

Maolana Achmad
BUKU JAWABAN UJIAN UNIVERSITAS TERBUKA

1) Krisis ekonomi dan moneter yang mengalami puncaknya di tahun 1998 memaksa pemerintah Indonesia untuk
menerima bantuan IMF serta melakukan reformasi ekonomi dan hukum sesuai dengan syarat-syarat yang
dituangkan dalam Letter of Intentyang ditanda-tangani tanggal 15 januari 1998. Di tahun yang sama, DPR
bersama pemerintah mengajukan RUU tentang hukum persaingan yang kemudian diundangkan dalam UU No. 5
Tahun 1999 tentang larangan praktek monopoli dan persaingan usaha tidak sehat.
Pertanyaan:
a) Coba telaah peranan IMF dalam lahir nya UU No. 5 Tahun 1999!
Jawaban :
Pihak IMF (International Monetary Fund) sebagai pemberi bantuan keuangan maupun finance advice dalam
rangka pemulihan perekonomian Indonesia menilai bahwa salah satu instrument yang dapat memperbaiki
keadaan perekonomian Indonesia adalah adanya pengaturan tentang persaingan sehat (fair competition).
International Monetary Fund (IMF) yang memaksa Indonesia harus segera memiliki undang-undang
persaingan usaha, dalam rangka persetujuan Indonesia dengan IMF pada tanggal 15 Januari 1998. Dimana
dalam persetujuan tersebut telah disepakati bahwa pemerintah Indonesia akan melaksanakan berbagai
pembaruan struktural, termasuk deregulasi kegiatan domestik, yang bertujuan untuk mengubah ekonomi
biaya tinggi Indonesia menjadi suatu ekonomi yang lebih terbuka, kompetitif dan efisien, apabila ingin
mendapatkan bantuan dari IMF untuk menanggulangi krisis ekonomi yang sedang melanda Indonesia.Di awal
diberlakukannya UU No. 5 Tahun 1999 ini beberapa kalangan berpendapat miring bahwa sebenarnya UU No.
5 Tahun 1999 tidak lebih hanya merupakan pesanan IMF semata. Meskipun kemudian pendapat tersebut
sebenarnya tidak sepenuhnya benar karena jauh hari sebelum Indonesia dilanda krisis ekonomi, sudah banyak
kalangan menyuarakan akan pentingnya memiliki undang-undang persaingan usaha. Dari sudut pandang
ekonomi, argumentasi sentral untuk mendukung persaingan berkisar di seputar masalah efisiensi.
Argumentasi efisiensi ini sebenarnya merupakan idealisasi teoritis dari mazhab ekonomi klasik tentang
struktur pasar yang terbaik. Mengikuti argumentasi ini, sumber daya ekonomi akan bisa dialokasikan dan
didistribusikan secara paling baik, apabila para pelaku ekonomi dibebaskan untuk melakukan aktivitas mereka
dalam kondisi bersaing dan bebas menentukan pilihan-pilihan mereka sendiri.
Dalam konteks pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan, persaingan membawa implikasi positif sebagai
berikut:
 Persaingan merupakan sarana untuk melindungi para pelaku ekonomi terhadap eksploitasi dan
penyalahgunaan.
 Persaingan mendorong alokasi dan realokasi sumber-sumber daya ekonomi sesuai dengan keinginan
konsumen.
 Persaingan bisa menjadi kekuatan untuk mendorong penggunaan sumber daya ekonomi dan metode
pemanfaatannya secara efisien.
 Persaingan bisa merangsang peningkatan mutu produk, pelayanan, proses produksi, dan teknologi.
Dari perspektif non-ekonomi setidaknya ada tiga argumen untuk mendukung persaingan dalam bidang usaha:
 Dalam kondisi penjual maupun pembeli terstruktur secara atomistik (masing-masing berdiri sendiri
sebagai unit-unit terkecil dan independen) yang ada dalam persaingan, kekuasaan ekonomi atau yang
didukung faktor ekonomi (economic or economicsupported power) menjadi tersebar dan
terdesentralisasikan.

BUKU JAWABAN UJIAN UNIVERSITAS TERBUKA


 Berkaitan erat dengan hal di atas, sistem ekonomi pasar yang kompetitif akan bisa menyelesaikan
persoalan-persoalan ekonomi secara impersonal, bukan melalui personal pengusaha maupun
birokrat. Dalam keadaan seperti ini, kekecewaan politis masyarakat yang usahanya terganjal
keputusan pengusaha dan penguasa tidak akan terjadi.
b) Analisis apa urgensi Indonesia memberlakukan Undang-undang tentang persaingan ini?
Jawaban :
Awal Lahirnya Hukum Persaingan Usaha di Indonesia
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktik Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat
(UU 5/1999) lahir sebagai kelengkapan hukum yang diperlukan dalam suatu perekonomian yang menganut
mekanisme pasar. Di satu pihak, undang-undang ini diperlukan untuk menjamin agar bersaing dalam
perekonomian dapat berlangsung tanpa hambatan. Namun di lain pihak, undang-undang ini berfungsi sebagai
rambu-rambu untuk memagari agar tidak terjadinya praktik yang tidak sehat maupun tidak wajar dalam dunia
bisnis di Indonesia.
Keberadaan undang-undang ini disusun berasaskan kepada demokrasi ekonomi dengan memperhatikan
keseimbangan antara pelaku usaha dan kepentingan masyarakat. Sehingga tujuan dari undang-undang ini
sebagaimana ditegaskan dalam ketentuan Pasal 3 yang dirumuskan sebagai berikut:
 Menjaga kepentingan umum dan meningkatkan efisiensi ekonomi nasional sebagai salah satu upaya
untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat;
 Mewujudkan iklim usaha yang kondusif melalui pengaturan persaingan usaha yang sehat sehingga
menjamin adanya kepastian kesempatan berusaha yang sama bagi pelaku usaha besar, pelaku usaha
menengah, dan pelaku usaha kecil;
 Mencegah praktek monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat yang ditimbulkan oleh pelaku
usaha; dan;
 Terciptanya efektivitas dan efisiensi dalam kegiatan usaha.
bahwa undang-undang ini juga dilahirkan di tengah kemelut krisis moneter yang kemudian berkembang
menjadi krisis ekonomi dan krisis kepercayaan terhadap pemerintah yang berkuasa saat itu. Pihak IMF
(International Monetary Fund) sebagai pemberi bantuan keuangan maupun finance advice dalam rangka
pemulihan perekonomian Indonesia menilai bahwa salah satu instrument yang dapat memperbaiki keadaan
perekonomian Indonesia adalah adanya pengaturan tentang persaingan sehat (fair competition).
Pihak Pemerintah Indonesia juga melalui pihak terkait yang menangani perihal persaingan usaha tidak sehat
seharusnya dengan lahirnya Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktik Monopoli dan
Persaingan 3 Elyta Ras Ginting, S.H., Hukum Anti Monopoli Indonesia (Analisis dan Perbandingan Undang-
Undang Nomor 5 Usaha Tidak Sehat (UU 5/1999) bertindak aktif dalam mengawasi berbagai tindakan perilaku
pelaku usaha yang dapat merugikan maupun memberikan dampak yang luas bagi kesehatan persaingan bagi
para pelaku usaha di Wilayah hukum Indonesia. Indonesia dari sisi perwilayahan juga merupakan salah satu
negara yang memiliki wilayah luas termasuk wilayah laut maupun datar. Tidak menutup kemungkinan juga
memiliki banyak lapangan usaha serta berbagai elemen terkait mata rantai maupun roda ekonomi yang
bergerak secara cepat dan dinamis didalamnya.
Pemerintah Indonesia sendiri ternyata juga memiliki peran dalam memunculkan pertumbuhan persaingan
usaha tidak sehat yang mana adanya 2 (dua) tindakan dari pihak pemerintah yang

BUKU JAWABAN UJIAN UNIVERSITAS TERBUKA


cenderung menimbulkan praktek bisnis atau usaha yang tidak sehat, yaitu:
 Menciptakan rintangan artifisial dan capital market
 Memberikan privilege yang berlebihan kepada pelaku usaha tertentu.
c) Telaah aturan-aturan hukum tentang persaingan yang telah ada, sebelum diundangkannya UU No. 5 Tahun
1999!
Jawaban :
2) Tiga Pemilik hotel besar di kota A, yang masing masing memiliki pangsa pasar 30%, 20% dan 25% dalam industri
hotel di kota A tersebut, membuat kesepakatan dalam bentuk perjanjian untuk menetapkan harga di bawah
harga pasar. UU No. 5 Tahun 1999 dalam pasal 7 telah mengatur bahwa Pelaku Usaha dilarang membuat
perjanjian dengan pelaku usaha pesaingnya untuk menetapkan harga di bawah harga pasar yang dapat
mengakibatkan terjadinya persaingan usaha tidak sehat.
Pertanyaan:
a) Analisis dan berikan argumentasi saudara, pendekatan yang digunakan dalam kasus diatas, apakah per se
illegalatau rule of reason?
Jawaban :
Pendekatan rule of reason
Adalah Perbuatan/Perjanjian harus dilakukan pembuktian terlebih dahulu ada atau tidaknya kerugian yang
nyata terhadap persaingan.
Dalam pasal pasal biasanya menggunakan kalimat ‘mengakibatkan terjadinya..’
Penjelasan :
Pasal 7 yang berbunyi: “Pelaku usaha dilarang membuat perjanjian dengan pelaku usaha pesaingnya untuk
menetapkan harga di bawah harga pasar, yang dapat mengakibatkan terjadinya persaingan usaha tidak
sehat.” Kata “dapat” yang digunakan dalam pasal-pasal UU No. 5/1999 sengaja dipakai antara lain untuk
menunjukkan bahwa pelanggaran sudah dinyatakan terjadi jika perbuatan itu memang berpotensi merusak
persaingan. Kata “dapat” di sini berarti akibat yang ditimbulkan oleh perbuatan (perjanjian/kegiatan) tadi
tidak perlu ada terlebih dulu.
b) Telaah kelemahan pendekatan Rule of reason!
Jawaban :
kelemahan pendekatan Rule of reason
Karena Memerlukan Analisa dan Pembuktian Terlebih Dahulu maka untuk mendapatkan kepastian hokum
diperlukan waktu yang diperlukan lebih lama, biaya yang dikeluarkan untuk penyidikan dan Analisa juga lebih
banyak/ Mahal
c) Analisis mengapa penetapan harga dibawah harga pasar bisa mengakibatkan persaingan usaha tidak sehat!
BUKU JAWABAN UJIAN UNIVERSITAS TERBUKA

Jawaban :
Hal-Hal yang Dilarang Bagi Pelaku Usaha dalam Penetapan Harga
Harga pasar adalah harga yang dibayar dalam transaksi barang dan atau jasa sesuai kesepakatan antara para
pihak di pasar bersangkutan.
Ada beberapa ketentuan terkait harga dalam UU 5/1999 yang perlu diketahui sebagai berikut:
1. Pelaku Usaha dilarang membuat perjanjian dengan pelaku usaha pesaingnya untuk menetapkan harga
atas suatu barang dan atau jasa yang harus dibayar oleh konsumen atau pelanggan pada pasar
bersangkutan yang sama.
Ketentuan tersebut tidak berlaku bagi :
a. suatu perjanjian yang dibuat dalam suatu usaha patungan; atau
b. suatu perjanjian yang didasarkan undang-undang yang berlaku.
2. Pelaku usaha dilarang membuat perjanjian yang mengakibatkan pembeli yang satu harus membayar
dengan harga yang berbeda dari harga yang harus dibayar oleh pembeli lain untuk barang dan atau jasa
yang sama.
3. Pelaku usaha dilarang membuat perjanjian dengan pelaku usaha pesaingnya untuk menetapkan harga
di bawah harga pasar, yang dapat mengakibatkan terjadinya persaingan usaha tidak sehat.
4. Pelaku usaha dilarang membuat perjanjian dengan pelaku usaha lain yang memuat persyaratan bahwa
penerima barang dan atau jasa tidak akan menjual atau memasok kembali barang dan atau jasa yang
diterimanya, dengan harga yang lebih rendah daripada harga yang telah diperjanjikan sehingga dapat
mengakibatkan terjadinya persaingan usaha tidak sehat.
Pelanggaran terhadap larangan di atas diancam pidana denda serendah-rendahnya Rp 5 milyar dan
setinggi-tingginya Rp 25 milyar atau pidana kurungan pengganti denda selama-lamanya 5 (lima) bulan.
Kesimpulan :
Praktik jual rugi dengan tujuan menyingkirkan atau memetikan pelaku usaha pesingnya dipasar dalam konteks
persaingan usaha adalah suatu prilaku pelaku saha yang umumnya memiliki posisi dominan dipasar atau
sebagai pelaku usaha incumbent mentepkan harga yang merugikan secara ekonomi selama suatu jangka
waktu yang cukup panjang.
Strategi ini dapat mengakibatkan pesaingnya tersingkir dari pasar bersangkutan san/atau menghambat pelaku
usaha lain untuk masuk ke pasar. Dalam jangka pendek, jual rugi sangat menguntungkan konsumen namun
dala menyingkirkan pesaing dari pasar dan menghambat pesaig baru, pelaku usaha dominan atau pelaku
usaha incimbent tersebut mengharap dapat menaikkan harga secarab sigifikan. Umumnya harga yang
ditetapkan untuk menutupi kerugian tersebut merupakan harga monopoli (yang lebih tinggi) sehingga dapat
merugikan konsumen. Praktik ini adalah upaya untuk memaksimalkan keuntungan dan kerugian yang
ditimbulkan ketika melakukan jualrugi atau harga rendah. Meskipun penetpan harga rendah dapat
menguntungkan konsumen, namun keuntungan hanya untuk bebrapa waktu saja, karena setelah jangka
waktu tertentu, dimana sejumlah pelaku usaha pesain tersingkir dari pasar konsumen justru akan dirugikan
setlah pelaku usaha menetapkan harga yang sangat tinggi yang mengarah, atau dapat merupkan harga
monopoli.
3) Dalam pelaksanaan lelang tender pekerjaan pelebaran jalan Bintang, yang merupakan salah satu jalan utama di
kota Makasar, KPPU menemukan adanya indikasi kolusi dalam proses penentuan pemenang tender. Tindakan
pelaku usaha melakukan persekongkolan yang mengakibatkan terjadinya persaingan tidak sehat seperti kolusi,
mengatur tender, pembatasan akses pasar dilarang sesuai dengan isi pasal 22, 23 dan 24 UU No. 5 Tahun 1999.
BUKU JAWABAN UJIAN UNIVERSITAS TERBUKA

Pertanyaan :
a) Analisis pendekatan yang digunakan pada kasus dugaan persekongkolan dalam tender!
Jawaban :
Pasal 1 ayat 8, Persengkokolan adalah bentuk kerja sama yang dilakukan oleh pelaku usaha dengan pelaku
usaha lainnya dengan maksud untuk menguasai pasar bersangkutan bagi kepentingan pelaku usaha yang
bersekongkol —dikenal juga dengan istilah Konspirasi, Kolusi. Diatur dalam pasal 22, 23 dan 24 UU no 5 tahun
1999.
Persekongkolan dalam Tender (bid rigging) kerap terjadi di Indonesia karena itu diatur dalam UU no 5
tahun 1999 sehingga pelaksanaan tender bias berjalan dengan transparan dan jujur.
Tender menurut penjelasan Pasal 22 UU no 5 tahun 1999 adalah tawaran untuk mengajukan harga untuk
memborong suatu pekerjaan, untuk mengadakan barang barang atau untuk menyediakan jasa.
Unsur Unsur Tender adanya Unsur Pelaku, Unsur Bersekongkol, Unsur Pihak Lain, Unsur Mengatur dan/atau
menentukan Pemenang Tender dan Unsur Persaingan Usaha Tidak Sehat
Tender atau tawaran mengajukan harga dapat dilakukan melalui Tender terbuka; Tender terbatas; Pelelangan
Umum dan Pelelangan Terbatas
INDIKASI PERSEKONGKOLAN DALAM TENDER
• Tender Bersifat Tertutup atau tidak transparan dan tidak diumumkan secara luas.
• Tender bersifat diskriminatif dan tidak dapat diikuti oleh semua pelaku usaha dengan kompetensi yang
sama.
• Tender dengan persyaratan dan spesifikasi tekhnis atau merek yang mengarah kepada pelaku usaha
tertentu sehingga menghambat pelaku usaha lain untuk ikut.
Undang Undang Nomor 5 Tahun 1999 mengelompokkan persekongkolan tender sebagai Pasal yang
menggunakan pendekatan Rule of Reason.
Dalam pendekatan Rule of reason pelanggaran pasal terjadi bila terdapat akibat yang merugikan pesaing,
menghambat persaingan dan kepentingan umum. Pembuktian dalam hal ini meliputi :
 ada tidaknya pelanggaran
 akibat pelanggaran itu yang berupa akibat ekonomis yang dapat berupa kerugian pada pesaing,
persaingan, dan konsumen.
Dari ketentuan tersebut dapat diketahui bahwasanya dalam indikasi persekongkolan tender harus dibuktikan
ada tidaknya kerugian atau keberatan dari pelaku usaha lain. Artinya setelah pengumuman pemenang tender
tidak terdapat sanggahan dari peserta lain maka peserta lain dianggap menerima. Sebelumnya Peserta
pemilihan penyedia barang/jasa yang merasa dirugikan, baik secara sendiri maupun bersama-sama dengan
peserta lainnya, dapat mengajukan surat sanggahan kepada pengguna barang/jasa apabila ditemukan :
 penyimpangan terhadap ketentuan dan prosedur yang telah ditetapkan dalam dokumen pemilihan
penyedia barang/jasa;
 rekayasa tertentu sehingga menghalangi terjadinya persaingan yang sehat;
 penyalahgunaan wewenang oleh panitia/pejabat pengadaan dan/atau pejabat yang berwenang
lainnya;
 adanya unsur KKN di antara peserta pemilihan penyedia barang/jasa;
BUKU JAWABAN UJIAN UNIVERSITAS TERBUKA

 adanya unsur KKN antara peserta dengan anggota panitia/ pejabat pengadaan dan/atau dengan
pejabat yang berwenang lainnya.
Persekongkolan dalam tender ini menurut Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) dapat berdampak buruk
bagi konsumen antara lain :
 Konsumen membayar harga yang lebih mahal dari pada yang sesungguhnya
 Barang dan atau jasa yang diperoleh sering kali lebih rendah dari yang akan diperoleh apabila tender
dilakukan secara jujur
 Terjadi hambatan pasar bagi peserta potensial yang tidak memperoleh kesempatan untuk mengikuti
dan memenangkan tender.
 Nilai proyek menjadi lebih tinggi akibat mark-up yang dilakukan oleh pihakpihak yang bersekongkol.
Apabila hal tersebut dilakukan dalam proyek pemerintah yang pembiayaannya melalui APBN, maka
persekongkolan tersebut berpotensi menimbulkan ekonomi baiay tinggi.
b) Coba analisis dampak persekongkolan dalam tender terhadap persaingan!
Jawaban :
Dampak Persekongkolan tender (collosive tendering atau bid rigging) mengakibatkan persaingan yang tidak
sehat. Selain itu, merugikan panitia pelaksana tender dan pihak peserta tender yang beriktikad baik.
Karena itu, tender sering menjadi perbuatan atau kegiatan yang dapat mengakibatkan adanya persaingan
usaha tidak sehat.
Pada hakekatnya, pelaksanaan tender wajib memenuhi asas keadilan, keterbukaan, dan tidak diskriminatif.
Selain itu, tender harus memperhatikan hal-hal yang tidak bertentangan dengan asas persaingan usaha yang
sehat. Pertama, tender tidak bersifat diskriminatif, dapat dipenuhi oleh semua calon peserta-tender dengan
kompetensi yang sama. Kedua, tender tidak diarahkan pada pelaku usaha tertentu dengan kualifikasi dan
spesifikasi teknis tertentu. Ketiga, tender tidak mempersyaratkan kualifikasi dan spesifikasi teknis produk
tertentu. Keempat, tender harus bersifat terbuka, transparan, dan diumumkan dalam media masa dalam
jangka waktu yang cukup. Karena itu, tender harus dilakukan secara terbuka untuk umum dengan
pengumuman secara luas melalui media cetak dan papan pengumuman resmi untuk penerangan umum dan
bilamana dimungkinkan melalui media elektronik, sehingga masyarakat luas dunia usaha yang berminat dan
memenuhi kualifikasi dapat mengikutinya.
c) Telaah bentuk-bentuk kegiatan yang dilarang dalam UU No. 5 Tahun 1999!
Jawaban :
A. Monopoli
Pelaku usaha dilarang melakukan penguasaan atas produksi dan atau pemasaran barang dan atau jasa yang
dapat mengakibatkan terjadinya praktek monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat, dengan ketentuan
sebagai berikut :
 Barang dan atau jasa yang bersangkutan belum ada substansinya; atau
 Mengakibatkan pelaku usaha lain tidak dapat masuk ke dalam persaingan usaha barang dan atau jasa
yang sama; atau
 Satu pelaku usaha atau satu kelompok pelaku usaha menguasai lebih dari 50% (lima puluh persen) pangsa
pasar satu jenis barang atau jasa tertentu.
BUKU JAWABAN UJIAN UNIVERSITAS TERBUKA

B. Monopsoni
Pelaku usaha dilarang menguasai penerimaan pasokan atau menjadi pembeli tunggal atas barang dan atau
jasa dalam pasar bersangkutan yang dapat mengakibatkan terjadinya praktek monopoli dan atau persaingan
usaha tidak sehat, dengan ketentuan apabila satu pelaku usaha atau satu kelompok pelaku usaha menguasai
lebih dari 50% (lima puluh persen) pangsa pasar satu jenis barang atau jasa tertentu.
C. Penguatan Pasar
Pelaku usaha dilarang melakukan satu atau beberapa kegiatan, baik sendiri maupun bersama pelaku usaha
lain, yang dapat mengakibatkan terjadinya praktek monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat berupa:
 Menolak dan atau menghalangi pelaku usaha tertentu untuk melakukan kegiatan usaha yang sama
pada pasar bersangkutan; atau
 Menghalangi konsumen atau pelanggan pelaku usaha pesaingnya untuk tidak melakukan hubungan
usaha dengan pelaku usaha pesaingnya itu; atau
 Membatasi peredaran dan atau penjualan barang dan atau jasa pada pasar bersangkutan; atau
 Melakukan praktek monopoli terhadap pelaku usaha tertentu.
Pelaku usaha dilarang melakukan pemasokan barang dan atau jasa dengan cara melakukan jual rugi atau
menetapkan harga yang sangat rendah dengan maksud untuk menyingkirkan atau mematikan usaha
pesaingnya di pasar bersangkutan sehingga dapat mengakibatkan terjadinya praktek monopoli dan atau
persaingan usaha tidak sehat.
Pelaku usaha dilarang melakukan kecurangan dalam menetapkan biaya produksi dan biaya lainnya yang
menjadi bagian dari komponen harga barang dan atau jasa yang dapat mengakibatkan terjadinya persaingan
usaha tidak sehat.
D. Persekongkolan
Pelaku usaha dilarang bersekongkol dengan pihak lain untuk mengatur dan atau menentukan pemenang
tender sehingga dapat mengakibatkan terjadinya persaingan usaha tidak sehat.
Pelaku usaha dilarang bersekongkol dengan pihak lain untuk mendapatkan informasi kegiatan usaha
pesaingnya yang diklasifikasikan sebagai rahasia perusahaan sehingga dapat mengakibatkan terjadinya
persaingan usaha tidak sehat.
Pelaku usaha dilarang bersekongkol dengan pihak lain untuk menghambat produksi dan atau pemasaran
barang dan atau jasa pelaku usaha pesaingnya dengan maksud agar barang dan atau jasa yang ditawarkan
atau dipasok di pasar bersangkutan menjadi berkurang baik dari jumlah, kualitas, maupun ketepatan waktu
yang dipersyaratkan.
4) Dalam rangka efisiensi ekonomi, 2 (dua) Pelaku Usaha yang memproduksi ’Printer’ sepakat untuk melakukan
merger atau penggabungan perusahaan. PT. A yang memproduksi Printer Merek ELIPS memiliki pangsa pasar
35%, PT. B dengan Merek EPSIN pangsa pasar-nya 33%. Sehingga setelah merger total pangsa pasar menjadi
68%.
Pertanyaan:
a) Telaah manfaat dari tindakan merger/penggabungan perusahaan!
Jawaban :
Manfaat penggabungan/merger perusahaan adalah di antaranya untuk meningkatkan efisiensi dan
peningkatan kemampuan menghasilkan laba, mengembangkan usaha, meningkatkan daya saing
perusahaan/lebih kompetitif, untuk sinergi atau nilai tambah; untuk
BUKU JAWABAN UJIAN UNIVERSITAS TERBUKA

meningkatkan efisiensi dan penurunan harga produk; untuk mengembangkan tehnologi dan meningkatkan
likuiditas pemilik dan untuk pertimbangan Pajak.
Sedangkan, salah satu kerugian penggabungan perusahaan, menurut saya, adalah dari sisi tenaga kerja yaitu
adanya potensi dilakukannya rasionalisasi (pengurangan) karyawan.
b) Telaah apakah merger diatas melanggar pasal 17 UU No. 5 Tahun 1999!
Jawaban :
Pengaturan dalam Pasal 17 Undang-undang Nomor 5 tahun 1999 adalah sebagai berikut:
(1) “Pelaku usaha dilarang melakukan penguasaan atas produksi dan atau pemasaran barang dan atau jasa
yang dapat mengakibatkan terjadinya praktek monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat.
(2) Pelaku usaha patut diduga atau dianggap melakukan penguasaan atas produksi dan atau pemasaran
barang dan atau jasa sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) apabila:
a. Barang dan atau jasa yang bersangkutan belum ada substitusinya; atau
b. mengakibatkan pelaku usaha lain tidak dapat masuk ke dalam persaingan usaha barang dan atau jasa yang
sama ; atau
c. satu pelaku usaha atau satu kelompok pelaku usaha menguasai lebih dari 50% (lima puluh persen) pangsa
pasar satu jenis barang atau jasa tertentu.”
Dari Penjelasan pasal 17 UU No. 5 Tahun 1999 diatas memperoleh kesimpulan untuk merger diatas adalah
melanggar pasal tersebut. Sebab dipasal tersebut berbunyi satu pelaku usaha atau satu kelompok pelaku
usaha menguasai lebih dari 50% (lima puluh persen) pangsa pasar satu jenis barang atau jasa tertentu.
Sedangkan PT tersebut setelah merger diatas menghasilkan total pangsa pasar 68%.
c) Analisis, pendekatan apa yang digunakan, per se illegal atau rule of reason!
Jawaban :
Pendekatan yang digunakan adalah Rule of reason.
Pasal 1 angka 4 menetapkan unsur-unsur yang perlu diteliti untuk menentukan posisi dominan tersebut yaitu:
• Pangsa Pasar – satu pelaku usaha lebih dari 50% dan beberapa pelaku usaha lebih dari 75% (pasal 25)
• Kemampuan Pada Pasokan atau Penjualan
• Kemampuan Menyesuaikan Pasokan atau Permintaan

Anda mungkin juga menyukai