Anda di halaman 1dari 8

RINGKASAN BAB IV BUKU DANIEL S.

LEV TENTANG LEMBAGA LEMBAGA PERADILAN DAN BUDAYA HUKUM DI INDONESIA

Disusun Oleh: KELOMPOK I


1. 2. 3. 4. 5. Indra Kusumah (110620120051) Ratih Yuliani (110620120052) Lucky Setyo Arybowo (110620120053) Masri (110620120054) Suri Paramitha (110620120055)

Latar Belakang

Politik hukum yang diartikan dengan kebijakan di bidang hukum mengenai peradilan di Indonesia merupakan salah satu agenda penting reformasi di bidang hukum. Dalam dokumen Rencana Kerja Pemerintah (RKP) tahun 2007, tergambar politik hukum nasional, yaitu secara umum pembenahan politik hukum dimaksudkan untuk mewujudkan tertib peraturan perundang undangan dan semakin terciptanya peraturan perundang undangan yang adil, konsekuen, dan tidak diskriminatif serta mencerminkan aspirasi masyarakat dan kebutuhan pembangunan, semakin terjaminnya konsistensi/sinkronisasi seluruh peraturan perundang undangan pada tingkat pusat dan daerah

Latar Belakang

Sedangkan khusus di bidang peradilan, politik hukum dimaksudkan agar semakin terjaminnya konsistensi terwujudnya kemandirian lembaga penegak hukum terutama lembaga peradilan yang berwibawa, bersih yang didukung oleh aparat penegak hukum yang professional, berintegritas dan semakin meningkatnya upaya pencegahan dan penanganan perkara korupsi

Pembahasan
Suatu sistem hukum terdiri dari berbagai proses formal, yang melahirkan lembaga lembaga formal, bersama sama dengan proses proses informal di sekelilingnya.
Dalam Negara modern lembaga sentral sistem hukum adalah birokrasi, termasuk pula didalamnya pengadilan yang akan menjadi pusat pembahasan kita. Sumber kekuasaan suatu sistem hukum yang pertama tama adalah sistem politik yang keabsahannya (atau tiada keabsahanannya) meluas ke aturan aturan substantif yang diterapkan oleh sistem hukum, dan yang organisasi, tradisi, dan gayanya menentukan seberapa jauh proses hukum tertentu digunakan (atau dapat digunakan) untuk menyelenggarakan pengelolaan sosial dan untuk mencapai berbagai tujuan bersama.

Pembahasan
Menurut Prof. Gayus. T. Lumbuun ada beberapa substansi yang perlu menjadi fokus dari politik hukum peradilan di Indonesia, yaitu: 1. pertama, politik hukum dalam rangka menciptakan lembaga peradilan yang independen, berwibawa, dan kuntabel. 2. Kedua, politik hukum dalam rangka penguatan pengawasan terhadap lembaga peradilan. 3. Ketiga, politik hukum dalam rangka penguatan kelembagaan, antara lain Komisi Pemberantasan Korupsi, serta Pengadilan Tindak Pidana Korupsi.

Pembahasan

Budaya hukum sementara itu, boleh dibilang suatu konsep yang masih baru. Budaya hukum ini mempunyai kelebihan mampu menarik perhatian orang terhadap nilai nilai yang berkait dengan hukum dan proses hukum tetapi secara analitik dapat dibedakan dengan hukum maupun proses hukum, dan sering dinyatakan berdiri sendiri Konsep budaya hukum yang digunakan dalam perbincangan kita ini terdiri dari dua unsur, yang berkait dengan nilai hukum keacaraan (procedural legal values) dan nilai nilai hukum substantif. Nilai nilai hukum acara berkait dengan sarana sarana penataan sosial dan pengelolaan perselisihan (conflict management).

Pembahasan
Inti dari penciptaan lembaga peradilan yang independen ialah mengurangi intervensi dari lembaga luar pengadilan. Sejak memasuki Reformasi pada tahun 1998, salah satu kebijakan penting yang ditempuh adalah manajemen pengadilan yang semula di bawah Departemen Kehakiman kini sepenuhnya dipegang oleh MA sejak tahun 2001. Pada masa reformasi dengan adanya TAP MPR No. X/MPR/1998 Tentang Pokok Pokok Reformasi Pembangunan ditindaklanjuti dengan lahirnya UU No. 35 Tahun 1999 tentang Perubahan atas UU No. 14 Tahun 1970 tentang Ketentuan Pokok Kekuasaan Kehakiman

Kesimpulan
Fungsi hukum di Indonesia tidak terlepas dari sejarah yang terjadi sejak zaman penjajahan Kolonial Belanda, Pendudukan Jepang, Demokrasi Terpimpin hingga masa Revolusi. Fungsi hukum tersebut mempengaruhi pelaksanaan dan sistem dari lembaga-lembaga peradilan yang secara otomatis terkait dengan adanya suatu keadaan politik, ekonomi dan juga tentunya nilai-nilai budaya yang ada di Indonesia. Kesenjangan sudah ada sejak masa Kolonial, yaitu dengan adanya sistem hukum yang menganut perbedaan Golongan subyek hukum. Setelah kemerdakaan, politik berperan sangat kuat dalam lembaga peradilan sehingga seringkali terjadi pertentangan antara kepentingan politik dan kepentingan hukum.

Anda mungkin juga menyukai