TIM DOSEN
Adria Pragholapati, S.kep., ners., M.kep
Disusun Oleh:
Kelompok 4
Kelas H
Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena berkat
rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Asuhan
Keperawatan Pasien dengan Gangguan Proses Pikir: Waham” tepat pada
waktunya.
Makalah ini penulis susun dengan tujuan untuk memenuhi tugas mata
kuliah Keperawatan Jiwa II, serta untuk mengetahui dan memahami asuhan
keperawatan jiwa pada pasien dengan waham.
Penulis
i
DAFTAR ISI
Kata Pengantar................................................................................................. i
Daftar Isi........................................................................................................... ii
BAB I Pendahuluan
2.1 Definisi....................................................................................................... 3
2.2 Gangguan Proses Pikir............................................................................... 4
2.3 Etiologi Waham......................................................................................... 8
2.4 Rentang Respon Neurobiologis Waham.................................................... 10
2.5 Proses Terjadinya Waham.......................................................................... 10
2.6 Tanda dan Gejala Waham.......................................................................... 12
2.7 Klasifikasi Waham..................................................................................... 13
2.8 Penatalaksanaan......................................................................................... 14
2.9 Proses Keperawatan Waham...................................................................... 15
3.1 Kesimpulan................................................................................................ 21
3.2 Saran........................................................................................................... 21
Daftar Pustaka.................................................................................................. 22
BAB I
PENDAHULUAN
Terdapat tiga aspek proses pikir yaitu arus pikir, bentuk pikir, dan isi
pikir yang dibedakan menurut aspeknya. Salah satu gangguan isi pikir adalah
waham.
1
1.3 Tujuan Penulisan
2
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1 Definisi
3
dirinya adalah seperti apa yang ada di dalam isi pikirannya. Waham sering
ditemui pada gangguan jiwa berat dan beberapa bentuk waham yang spesifik
sering ditemukan pada penderita skizofrenia.
Etiologi
A. Faktor predisposi
1. Biologis
Abnormalitas yang menyebabkan respon neurologi maladaptif,
yaitu lesi pada area frontalis dan area temporalis
Area frontalis berfungsi sebagai pertahanan emosi dan
bertanggung jawab untuk fungsi-fungsi mental seperti
perencanaan ke depan, pengambilan keputusan, rentang
perhatian dan hambatan.
Area temporalis mengendalikan proses emosi, pendengaran,
dan fungsi bahasa.
4
2. Faktor biokimia
Penggunaan dopamine norephinephrin dan zat halusinogen
dapat berepengaruh terhadap orientasi realita.
Ketidakseimbangan antara dopamine dan neurotransmiter yang
lain
3. Masalah psikologis
Teori psikodinamika untuk terjadinya respon neurologis
yang maladaptif, misalnya tanda-tanda konflik (perceraian,
perubahan status) yang disertai dengan ketidakefektifan dan
ketidakmampuan mekanisme koping atau menangani masalah.
4. Faktor sosial budaya
Stres lingkungan yang dapat menunjang terhadap gangguan
proses pikir, namun diyakini sebagai penyebab utama dalam
masalah gangguan proses pikir.
5. Faktor genetik
Gangguan orientasi realita yang ditemukan pada pasien
skizofrenia berpotensi untuk diturunkan pada generasinya.
6. Faktor somatik
Berkaitan dengan gangguan fisik pada obat yang
berpengaruh pada neurotransmeter atau yang dapat mempengaruhi
dalam berpikir.
B. Faktor presipitasi
1. Gagal melalui tahap perkembangan yang baik
2. Dijauhi atau disingkirkan oleh orang lain
3. Hubungan yang tidak harmonis dengan orang lain
4. Perpisahan dengan orang yang dicintai
5. Kegagalan yang sering dialami
6. Keturunan
7. Sering menyelesaikan masalah dengan koping maladaptif,
menyalahkan orang lain
5
Klasifikasi
Terdapat tiga aspek proses pikir yaitu arus pikir, bentuk pikir, dan
isi pikir yang dibedakan menurut aspeknya, yaitu:
A. Arus Pikir
1. Koheren: kalimat atau pembicaraan dapat dimengerti dengan baik
2. Inkoheren: pembicaraan atau suatu kalimat sulit dipahami
maksudnya dan isi pembicaraan tidak ada hubungan dengan
kenyataan
3. Sirkumtansial: pikiran berputar-putar atau pembicaraan berbelit-
belit tetapi sampai pada tujuan pembicaraan
4. Tangensial: pembicaraan berbelit-belit dan tidak sampai
pada tujuan pembicaraan.
5. Flight of ideas : Pembicaraan yang melompat dari satu topik ke
topik lainnya, masih ada hubungan yang tidak logis dan tidak
sampai pada tujuan.
6. Blocking : Pembicaraan terhenti tiba-tiba tanpa gangguan eksternal
kemudian dilanjutkan kembali
7. Perseverasi : Berulang-ulang menceritakan suatu ide, tema secara
berlebihan.
8. Asosiasi longgar : Pembicaraan tidak ada hubungan antara kalimat
yang satu dengan kalimat yang lainnya, dan klien tidak
menyadarinya.
9. Logorhoe : Banyak bicara bertubi-tubi tanpa adanya kontrol baik
pembicaraan koheren/ inkoheren (pembicaraan cepat tidak
terkontrol)
10. Irelevasi : ucapan yang tidak ada hubungannya dengan pernyataan
yang sedang dibicarakan.
11. Asosiasi bunyi: mengucapkan perkataan yang memiliki persamaan
bunyi
6
12. Arosi
Sensorik : tidak mengerti pembicaraan orang lain
Motorik: tidak bisa atau sulit berbicara
13. Strerotopi kata/kalimat: pengulangan kata/ kalimat karena adanya
penggunaan buah pikiran
14. Echoiua: menirukan kata atau kalimat orang lain dan cenderung
berulang
15. Main kata-kata: membuat sajak/ puisi/ pantun yang tidak wajar
16. Nusisme: tidak memberikan respon pada lingkungan, tidak mau
berbicara sama sekali.
B. Isi Pikir
1. Obsesi: Pikiran yang selalu muncul meski klien berusaha
menghilangkannya
2. Phobia : Ketakutan yang pathologis / tidak logis terhadap obyek /
situasi tertentu
3. Ekstasi : Kegembiraan yang luar biasa
4. Fantasi : Isi pikiran tentang suatu keadaan atau kejadian yang
diinginkan
5. Suicidal thought/ideation/ pikiran bunuh diri: isi pikiran yang
dimulai dengan memikirkan usaha bunuh diri sampai terus-
menerus berusaha untuk bunuh diri.
6. Preokupasi: pikiran yang terpaku pada satu ide, biasanya
berhubungan dengan bernada emosional dan sangat kuat
7. Rendah diri : Merendahkan atau menghina diri sendiri,
menyalahkan diri sendiri tentang suatu hal yang pernah atu tidak
pernah dilakukan
8. Pesimisme : Mempunyai pandangan yang suram mengenai
banyak hal dalam hidupnya
9. Pikiran magis : Keyakinan klien tentang kemampuannya
melakukan hal-hal yang mustahil / diluar kemampuannya
7
10. Alienasi/rasa terasing: Perasaan bahwa dirinya sudah menjadi
lain, berbeda atau asing
11. Sodai isolation: isi pikiran yang berupa rasa terisolasi, tersekat,
terkecil dari lingkungan sekitar
12. Hiposeksual: pikiran yang merasa dingin dalam hal seksual, acuh
13. Depersonalisasi: isi pikiran yang berupa pikiran aneh/ asing
terhadap dirinya sendiri/ orang lain dan lingkungan.
14. Anhedonia: seseorang tidak dapat merasakan kesenangan dan
kegiatan yang bisa membuat dirinya bahagia.
15. Waham
C. Bentuk Pikir
1. Realistik : Cara berfikir sesuai kenyataan atau realita yang ada
2. Non realistik : Cara berfikir yang tidak sesuai dengan kenyataan
3. Autistik : Cara berfikir berdasarkan lamunan / fantasi / halusinasi
/ gangguan proses pikirnya sendiri
4. Derealystik : Cara berfikir dimana proses mentalnya tidak ada
sangkut pautnya dengan kenyataan, logika atau pengalaman.
8
A. Faktor Predisposisi
a. Faktor Perkembangan
Hambatan perkembangan akan mengganggu hubungan
perkembangan interpersonal seseorang. Hal ini dapat
meningkatkan stress dan ansietas yang berakhir dengan gangguan
persepsi, klien menekan perasaannya sehingga pematangan fungsi
intelektualdan emosi tidak efektif.
b. Faktor Sosial Budaya
Seseorang yang merasa diasingkan dan kesepian dapat
menyebabkan timbulnya waham.
c. Faktor Psikologis
Hubungan yang tidak harmonis, peran ganda /
bertentangan, dapat menimbulkan ansietas dan berakhir dengan
pengingkaran terhadap kenyataan.
d. Faktor Biologis
Waham diyakini terjadi karena adanya atrifik otak,
pembesaran ventrikel di otak, atau perubahan pada sel kortikal
limbik.
e. Faktor Genetic
B. Faktor Presipitasi
a. Faktor Sosial Budaya
Waham dapat dipicu karena adanya perpisahan dengan
orang yang berarti, atau diasingkan dari kelompok.
b. Faktor Biokimia
Dopamin, norepineprin, dan zat halusinogen lainnya diduga
dapat menjadi penyebab waham seseorang.
c. Faktor Psikologis
Kecemasan yang memanjang dan terbatasnya kemampuan
untuk mengatasi masalah sehingga klien mengembangkan koping
untuk menghindari kenyataan yang menyenangkan.
9
2.4 Rentang Respon Neurobiologis Waham
10
3. Fase pengendalian Internal dan Eksternal (Controll Internal and External)
Pada tahapan ini, pasien mencoba berpikir rasional bahwa apa yang
ia yakini atau apa yang ia katakan adalah kebohongan, menutupi
kekurangan, dan tidak sesuai dengan kenyataan. Namun, menghadapi
kenyataan bagi pasien adalah sesuatu yang sangat berat, karena
kebutuhannya untuk diakui, dianggap penting, dan diterima lingkungan
menjadi prioritas dalam hidupnya, sebab kebutuhan tersebut belum
terpenuhi sejak kecil secara optimal. Lingkungan sekitar pasien mencoba
memberikan koreksi bahwa sesuatu yang dikatakan pasien itu tidak benar,
tetapi hal ini tidak dilakukan seecara adekuat karena besarnya toleransi
dan keinginan menjadi perasaan. Lingkungan hanya menjadi pendengar
pasif tetapi tidak mau konfrontatif berkepanjangan dengan alasan
pengakuan pasien tidak merugikan orang lain.
4. Fase dukungan lingkungan (Enfironment Support)
Dukungan lingkungan sekitar yang mempercayai (keyakinan)
pasienn dalam lingkungannya menyebabkan pasien merasa didukung,
lama kelamaan pasien menganggap sesuatu yang dikatakan tersebut
sebagai suatu kebenaran karena seringnya diulang-ulang. Oleh karenanya,
mulai terjadi kerusakan kontrol diri dan tidak berfungsinya norma
(superego) yang ditandai dengan tidak ada lagi persaan dosa saat
berbohong.
5. Fase nyaman (comforting)
Pasien merasa nyaman dengan keyakinan dan kebohongan serta
menganggap bahwa semua orang sama yaitu akan mempercayai dan
mendukungnya. Keyakinan sering disertai halusinasi pada saat pasien
menyendiri dari lingkungannya. Selanjutnya, pasien lebih sering
menyendiri dan menghindari interaksi sosial (isolasi sosial).
6. Fase peningkatan (improving)
11
yang tidak terpenuhi (rantai yang hilang). Waham bersifat menetap dan
sulit untuk dikoreksi. Isi waham dapat menimbulkan ancaman diri dan
orang lain.
Cara berfikir magis dan primitif, perhatian, isi pikir, bentuk, dan
pengorganisasian bicara (tangensial, neologisme, sirkumtansial).
2. Fungsi persepsi
3. Fungsi emosi
Afek tumpul: kurang respons emosional, afek datar, afek tidak sesuai,
reaksi berlebihan, ambivalen.
4. Fungsi motorik.
12
tersinggung, isi pembicaraan tidak sesuai dengan kenyataan dan bukan
kenyataan, menghindar dari orang lain, mendominasi pembicaraan, berbicara
kasar, menjalankan kegiatan keagamaan secara berlebihan.
1. Waham Kebesaran
Meyakini bahwa memiliki kebesaran atau kekuasaan khusus, serta
diucapkan berulang kali tetapi tidak sesuai kenyataan. Misalnya, “Saya ini
direktur sebuah bank swasta lho..” atau “ Saya punya beberapa
perusasahaan multinasional”.
2. Waham Curiga
Meyakini bahwa ada seseorang atau kelompok yang berusaha
merugikan/mencederai dirinya, serta diucapkan berulang kali tetapi tidak
sesuai kenyataan. Misalnya. “Saya tahu..kalian semua memasukkan racun
ke dalam makanan saya.”
3. Waham Agama
Memiliki keyakinan terhadap suatu agama secara berlebihan, serta
diucapkan berulang kali tetapi tidak sesuai dengan kenyataan. Misalnya,
“Kalau saya mau masuk surga saya harus membagikan uang kepada
suami orang.”
4. Waham Somatik
Meyakini bahwa tubuh atau bagian tubuhnya terganggu/terserang
penyakit, serta diucapkan berulang kali tetapi tidak sesuai dengan
kenyataan. Misalnya, “Saya sakit menderita penyakit menular ganas”,
setelah pemeriksaan labolatorium tidak ditemukan tanda-tanda kanker,
tetapi pasien terus mengatakan bahwa ia terserang kanker.
13
5. Waham Nihilistik
6. Waham Kejaran
7. Waham Dosa
Keyakinan bahwa ia sudah berbuat dosa atau kesalahan yang besar yang
tidak bisa diampuni.
Waham Bizar
1. Sisip pikir: klien yakin ada ide pikiran orang lain yang disisipkan di dalam
pikiran yang disampaikan secara berulang dan tidak sesuai dengan
kenyataan.
2. Siar pikir: klien yakin bahwa orang lain mengetahui apa yang dia pikirkan
walaupun dia tidak menyatakan kepada orang tersebut yang dinyatakan,
Secara berulang dan tidak sesuai dengan kenyataan.
3. Kontrol pikir: klien yakin pikiranya dikontrol oleh kekuatan dari luar.
2.8 Penatalaksanaan
14
ataupun di luar rumah. Keluarga atau orang lain di lingkungan klien diberi
penjelasan (manipulasi lingkungan) agar mereka lebih sabar menghadapinya.
A. Pengkajian Keperawatan
Tanda dan gejala dari perubahan isi pikir waham, yaitu pasien
menyatakan dirinya sebagai seorang besar mempunyai kekuatan,
pendidikan, atau kekayaan luar biasa, serta pasien menyatakan perasaan
dikejar-kejar oleh orang lain atau sekolompok orang. Selain itu, pasien
menyatakan perasaan mengenal penyakit yang ada dalam tubuhnya,
menarik diri dan isolasi, sulit menjalin hubungan interpersonal dengan
orang lain, rasa curiga yang berlebihan, kecemasan yang meningkat, sulit
tidur, tampak apatis, suara memelan, ekspresi wajah datar, kadang tertawa
atau menangis sendiri, rasa tidak percaya kepada orang lain, dan gelisah.
Menurut Kaplan dan Sadock (1997) beberapa hal yang harus dikaji
antara lain sebagai berikut.
1. Status mental
15
b. Suasana hati (mood) pasien konsisten dengan isi wahamnya.
1. Kognitif
16
c. Sulit berpikir realita.
2. Afektif
b. Afek tumpul.
a. Hipersensitif
c. Depresif
d. Ragu-ragu
g. Streotif
h. Impulsif
i. Curiga
4. Fisik
a. Kebersihan kurang
b. Muka pucat
c. Sering menguap
17
5. Mekanisme Koping
a. Regresi berhubungan dengan masalah proses informasi dan upaya
untuk menanggulangi ansietas, hanya mempunyai sedikit energi
yang tertinggal untuk aktivitas hidup sehari-hari
b. Projeksi sebagai upaya untuk menjelaskan kerancuan persepsi.
c. Menarik diri
B. Diagnosis
Pohon masalah
C. Rencana Intervensi
1. Tujuan
a. Pasien dapat berorientasi kepada realitas secara bertahap.
b. Pasien dapat memenuhi kebutuhan dasar,
c. Pasien mampu berinteraksi dengan orang lain dan lingkungan.
d. Pasien menggunakan obat dengan prinsip lima benar.
2. Tindakan
a. Bina hubungan saling percaya.
1) Mengucapkan salam terapeutik.
2) Berjabat tangan.
3) Menjelaskan tujuan interaksi.
4) Membuat kontrak topik, waktu dan tempat setiap kali bertemu
pasien.
b. Bantu orientasi realitas.
1) tidak mendukung atau membatah waham pasien .
18
2) yakinkan pasienn berada dalam keadaan aman.
3) Observasi pengaruh waham terhadap aktivitas sehari-hari.
4) Jika pasien terus-menerus membicarakan wahamnya,
dengarkan tanpa memberikan dukungan atau menyangkal
sampai pasien berhenti membicarakannya.
5) Berikan pujian bila penampilan dan orientasi pasien sesuai
dengan realitas.
c. Diskusikan kebutuhan psikologis atau emosional yang tidak
terpenuhi sehingga menimbulkan kecemasan, rasa takut, dan
marah.
1) Tingkatkan aktivitas yang dapat memenuhi kebutuhan fisik dan
emosional pasien.
2) Berdiskusi tentang kemampuan positif yang dimiliki.
3) Bantu melakukan kemampuan yang dimiliki.
4) Berdiskusi tentang obat yang diminum.
5) Melatih minum obat yang benar.
19
c. Diskusikan dengan keluarga tentang obat pasien (nama obat, dosis,
frekuensi, efek samping, akibat penghentian obat).
d. Diskusikan dengan keluarga kondisi pasien yang memerlukan
konsultasi segera.
E. Evaluasi
1. Pasien mampu melakukan hal berikut.
a. Mengungkapkan keyakinannya sesuai dengan kenyataan.
b. Berkomunikasi sesuai dengan kenyataan.
c. Menggunakan obat dengan benar dan patuh.
2. Keluarga mampu melakukan hal berikut.
a. Membantu pasien untuk mengungkapkan keyakinan sesuai
kenyataan.
b. Membantu pasien melakukan kegiatan-kegiatan sesuai dengan
kempuan dan kebutuhan pasien.
c. Membantu pasien menggunakan obat dengan benar dan patuh.
20
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
21
DAFTAR PUSTAKA
Kusumawati dan Hartono. 2012. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta: Salemba
Medika
Yusuf, Ah, dkk. 2015. Buku Ajar Keperawatan Kehesatan Jiwa. Jakarta: Penerbit
Salemba Medika
22