Anda di halaman 1dari 17

PENERAPAN TEORI KEPERAWATAN IMOGENE KING

DAN APLIKASINYA

DISUSUN OLEH :

NANCY SUSANITA (20191050009)

PROGRAM STUDI MAGISTER KEPERAWATAN

PROGRAM PASCA SARJANA

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

2019

i
DAFTAR ISI

2
BAB I
PENDAHULUAN

A. Sejarah Teori Imogene King


Teori keperawatan adalah seperangkat ide, definisi, hubungan dan harapan atau saran
yang berasal dari model keperawatan atau dari disiplin (bidang ilmu) lain dan rancangan
purposive, pandangan metode fenomena dengan merancang inter-relationship khusus diantara
ide-ide yang bertujuan menggambarkan, menjelaskan, peramalan, dan/atau
merekomendasikan.
Teori keperawatan membantu disiplin ilmu keperawatan untuk mengklarifikasi
keperawatan, nilai-nilai, tujuan dan membantu menegaskan kontribusi untuk keperawatan
dalam pemberian perawatan pada pasien. Teori keperawatan penting untuk pengembangan
dan evolusi disiplin ilmu keperawatan. Salah satu teori keperawatan Midle Range adalah teori
Imogene King. Imogene M. King lahir pada tanggal 30 Januari 1923 di West Point,Iowa.
Karir keperawatan Imogene dimulai pada tahun 1945 setelah lulus dari St John's Hospital
School of Nursing, St Louis, Missouri. Ia bekerja sebagai staf perawat medis bedah sambil
kuliah di Bachelor of Science Keperawatan di St Louis University pada tahun 1948. Dia
menyelesaikan Master of Science Keperawatan di St Louis University.
Pada tahun1959 Dr. King melanjutkan pendidikan di Columbia University, New York,
Dr. Montag sebagai ketua, dan mendapatkan gelar Doktor Pendidikan padatahun 1961. Pada
tahun 1972 ia kembali ke Loyola University of Chicago mengajar mahasiswa pascasarjana
dan menerbitkan teori tentang keperawatan: Sistem, Konsep, Proses (1981). Dr. King dikenal
pada tahun 2005, dengan kepeloporannya dalam gerakan teori keperawatan. Dr. King
memiliki artikel berjudul Perawatan Teori : Masalah dan Kemajuan dalam jurnal diedit oleh
Dr. Rogers.
Buku-buku karya King yang diterbitkan sejak tahun 1961 – 1981 yaitu : Toward a Theory
for Nursing : General Concept of Human Behavior (1961-1966), A Theory for Nursing :
System, Concept, Process (1981), Curriculum and Instruction In Nursing (1986)

3
1. Teori Pencapaian Tujuan Imogene M. King
Pada tahun 1971 King memperkenalkan suatu model konseptual yang terdiri atas tiga
sistem yang saling berinteraksi. Model keperawatan terakhir dari King memadukan tiga
sistem interaksi yang dinamis personal, interpersonal, dan sosial yang mengarah pada
perkembangan teori pencapaian tujuan (King,1981 dalam Alligood, 2014).
Konsep yang ditempatkan dalam sistem personal karena mereka terutama
berhubungan dengan individu, sedangkan konsep yang ditempatkan dalam sistem
interpersonal karena menekankan pada interaksi antara dua orang atau lebih. Konsep yang
ditempatkan dalam sistem sosial karena mereka menyediakan pengetahuan untuk perawat
agar berfungsi di dalam sistem yang lebih besar (King dalam Alligood, 2014). Dalam
interpersonal sistem perawat-klien berinteraksi dalam suatu area (space). Menurut King,
intensitas dari interpersonal sistem sangat menentukan dalam menetapkan pencapaian
tujuan keperawatan. Adapun beberapa karakteristik teori Imogene King :

a. Sistem personal adalah individu atau klien yang dilihat sebagai sistem terbuka, mampu
berinteraksi, mengubah energi, dan informasi dengan lingkungannya. Individu
merupakan anggota masyarakat, mempunyai perasaan, rasional, dan kemampuan
dalam bereaksi, menerima, mengontrol, mempunyai maksud-maksud tertentu sesuai
dengan hak dan respon yang dimilikinya serta berorientasi pada tindakan dan waktu.
Sistem personal dapat dipahami dengan memperhatikan konsep yang berinteraksi
yaitu: persepsi, diri, gambaran diri, pertumbuhan dan perkembangan, waktu dan jarak.
b. Sistem interpersonal adalah dua atau lebih individu atau grup yang berinteraksi.
Interaksi ini dapat dipahami dengan melihat lebih jauh konsep tentang peran, interaksi,
komunikasi, transaksi, stress, koping.
c. Sistem sosial merupakan sistem dinamis yang akan menjaga keselamatan lingkungan.
Ada beberapa hal yang dapat mempengaruhi perilaku masyarakat, interaksi, persepsi,
dan kesehatan. Sistem sosial dapat mengantarkan organisasi kesehatan dengan
memahami konsep organisasi,kekuatan, wewenang, dan pengambilan keputusan.

4
Gambar 2.1 Dynamic conceptual systems (From King I, 1981)

1. Konsep Interaksi Imogene King


King mempunyai asumsi dasar terhadap kerangka kerja konseptualnya, bahwa
manusia seutuhnya (Human Being) sebagai sistem terbuka yang secara konsisten
berinteraksi dengan lingkungannya. Asumsi dasar King tentang manusia seutuhnya
(Human Being) meliputi sosial, perasaan, rasional, reaksi kontrol, tujuan, orientasi
kegiatan dan orientasi pada waktu.
Dari keyakinannya tentang human being ini, King telah menderivat asumsi tersebut
lebih spesifik terhadap interaksi perawat – klien :
a. Persepsi dari perawat dan klien mempengaruhi proses interaksi.
b. Tujuan, kebutuhan-kebutuhan dan nilai dari perawat dan klien mempengaruhi
interaksi
c. Individu mempunyai hak untuk mengetahui tentang dirinya sendiri.
d. Individu mempunyai hak untuk berpartisipasi dalam pengambilan keputusan.
e. Profesional kesehatan mempunyai tanggung jawab terhadap pertukaran informasi.
f. Individu mempunyai hak untuk menerima atau menolak pelayanan kesehatan.
g. Tujuan dari profesional kesehatan dan tujuan dari penerima pelayanan kesehatan dapat
berbeda.

5
Dalam interaksi tersebut terjadi aktivitas-aktivitas yang dijelaskan sebagai sembilan
konsep utama, dimana konsep-konsep tersebut saling berhubungan dalam setiap situasi
praktek keperawatan (Christensen J.P,2009), meliputi:

a. Interaksi, King mendefenisikan interaksi sebagai suatu proses dari persepsi dan
komunikasi antara individu dengan individu, individu dengan kelompok, individu
dengan lingkungan yang dimanifestasikan sebagai perilaku verbal dan non verbal
dalam mencapai tujuan.
b. Persepsi diartikan sebagai gambaran seseorang tentang realita, persepsi berhubungan
dengan pengalaman yang lalu, konsep diri, sosial ekonomi, genetika dan latar
belakang pendidikan.
c. Komunikasi diartikan sebagai suatu proses penyampaian informasi dari seseorang
kepada orang lain secara langsung maupun tidak langsung.
d. Transaksi diartikan sebagai interaksi yang mempunyai maksud tertentu dalam
pencapaian tujuan. Yang termasuk dalam transaksi adalah pengamatan perilaku dari
interaksi manusia dengan lingkungannya.
e. Peran merupakan serangkaian perilaku yang diharapkan dari posisi pekerjaannya
dalam sistem sosial. Tolok ukurnya adalah hak dan kewajiban sesuai dengan
posisinya.
f. Stress diartikan sebagai suatu keadaan dinamis yang terjadi akibat interaksi manusia
dengan lingkungannya. Stress melibatkan pertukaran energi dan informasi antara
manusia dengan lingkungannya untuk keseimbangan dan mengontrol stressor.
g. Tumbuh kembang adalah perubahan yang kontinue dalam diri individu. Tumbuh
kembang mencakup sel, molekul dan tingkat aktivitas perilaku yang kondusif untuk
membantu individu mencapai kematangan.
h. Waktu diartikan sebagai urutan dari kejadian/peristiwa ke masa yang akan datang.
Waktu adalah perputaran antara satu peristiwa dengan peristiwa yang lain sebagai
pengalaman yang unik dari setiap manusia.
i. Ruang adalah sebagai suatu hal yang ada di mana pun sama.
Ruang adalah area dimana terjadi interaksi antara perawat dengan klien. Konsep
hubungan manusia menurut King terdiri dari komponen :

6
1) Aksi merupakan proses awal hubungan dua individu dalam berperilaku,dalam
memahami atau mengenali kondisi yang ada dalam keperawatan yang
digambarkan melalui hubungan perawat dan klien untuk melakukan kontrak
untuk pencapaian tujuan.
2) Reaksi adalah suatu bentuk tindakan yang terjadi akibat adanya aksi dan
merupakan respon individu.
3) Interaksi merupakan suatu bentuk kerjasama yang saling mempengaruhi antara
perawat dan klien, yang diwujudkan dalam bentuk komunikasi.
4) Transaksi merupakan kondisi dimana antara perawat dan klien terjadi suatu
persetujuan dalam rencana tindakan keperawatan yang akan dilakukan (Murwani
A, 2009).
2. Asumsi – Asumsi Utama Imogene King
a. Keperawatan
Keperawatan merupakan suatu proses interaksi antara klien dan perawat yang selama
pengkajian, pembuatan tujuan, dan menjalankannya, terjadi transaksi dan tujuan
dicapai.
b. Klien
King mengatakan bahwa klien adalah individu (sistem personal) atau kelompok
(sistem interpersonal) yang tidak mampu mengatasi peristiwa atau masalah kesehatan
ketika berinteraksi dengan lingkungan.
c. Kesehatan
Menurut King, kesehatan adalah kemampuan individu untuk melakukan aktivitas
kehidupan sehari-hari dalam peran sosial yang lazim, suatu pengalaman hidup yang
dinamis dalam penyesuaian terus-menerus terhadap stresor lingkungan melalui
penggunaan sumber-sumber yang optimum.
d. Lingkungan
King menyatakan, lingkungan merupakan setiap sistem sosial dalam masyarakat.
Sistem sosial adalah kekuatan dinamis yang memengaruhi perilaku sosial, integrasi,
persepsi, dan kesehatan, seperti rumah sakit, klinik, lembaga komunitas, dan industri.

7
3. Penegasan Teoritis
Dalam teori pencapaian tujuannya, King (1981;149) memberikan proposisi berikut,
yang memperlihatkan dan menggambarkan hubungan konsep-konsep King. Jika terdapat
kekuatan perseptual dalam interaksi perawat-klien maka akan terjadi transaksi :
a. Jika perawat dan klien melakukan transaksi, maka tujuan akan dicapai.
b. Jika tujuan dicapai, maka akan terjadi kepuasan.
c. Jika tujuan dicapai, maka akan terjadi askep yang efektif.
d. Jika transaksi dibuat dalam interaksi perawat-klien, maka tumbuh kembang akan
meningkat.
e. Jika harapan peran dan performa peran yang dirasakan oleh perawat dan klien sesuai,
maka akan terjadi transaksi.
f. Jika konflik peran dialami oleh perawat atau klien atau oleh keduanya,maka akan
menimbulkan stress dalam interaksi perawat-klien.
g. Jika perawat yang memiliki pengetahuan dan ketrampilan khusus
mengkomunikasikan informasi yang sesuai kepada klien, maka akan terjadi
penyusunan tujuan dan pencapaian tujuan bersama.
Proposisi dalam teori pencapaian tujuan oleh King ini dapat digambarkan dalam skema
dibawah ini :

8
B. Hasil pengkajian masalah yang ditemui
Berdasarkan data observasi di klinik pratama pada peserta prolanis DM didapatkan data
bahwa hasil pemeriksaan gula darah sewaktu selalu di atas angka normal yaitu 200 mg/dl.
Sebanyak 5 pasien yang diobservasi memiliki hasil GDS sewaktu 264, 283, 229, 267 dan 294
mg/dl. Berdasarkan wawancara pada pasien yang sama didapatkan data bahwa mereka tidak
rutin dalam mengkonsumsi obat DM yang sudah diberikan.
Hal ini juga didapatkan dalam jurnal (Kusnanto et al., 2019) dengan judul What Is
Important For You dan Life map berbasis Goal Attainment Model terhadap self care behavior
pada pasien DM Tipe 2 yang menyebutkan bahwa data pasien DM 10% belum mampu
mengelola perawatan diri, rejimen pengobatan, tidak patuh diit, kontrol gula darah dan
peningkatan latihan fisik.
Penelitian yang pernah dilakukan terkait pasien DM yang tidak mempunyai makna hidup
menyebutkan bahwa kepatuhan minum obat merupakan salah satu faktor internal yang
memnimbulkan pasien tidak mempunyai makna dalam hidupnya, disamping factor lainnya
seperti kegiatan melakukan cek GDS secara rutin dan merubah gaya hidup di mana kebutuhan
aktivitas merupakan bagian dari kehidupannya (Yusuf et al., 2019)
Penelitian di Lamongan menyebutkan bahwa jumlah penderita DM yang tergabung
dalam Prolanis adalah 82 pasien dan diantaranya ada 52,3% yang tidak mematuhi program
pengobatan (Primahuda and Sujianto, n.d.). Menurut Putri (2014), faktor yang mempengaruhi
ketidakpatuhan antara lain kesibukan individu, belum terbentuknya kebiasaan melakukan
olah raga, kurang tersedianya sarana dan prasarana, serta lansia. Mayoritas ketidakpatuhan
dalam melaksanakan pengobatan karena responden lupa minum obat. Menurut Tombokan et
al (2015), faktor yang dominan terhadap ketidakpatuhan pengobatan adalah pengetahuan.

9
BAB II
PEMBAHASAN

Pengendalian kadar gula darah merupakan hal yang penting dalam penanganan diabetes
melitus. Pasien diabetes perlu memahami faktor-faktor yang mempengaruhi pengendalian kadar
gula darah salah satunya adalah kepatuhan minum obat anti diabetik. Kepatuhan meminum obat
menurut penelitian di America adalah tingkatan di mana pasien patuh terhadap dosis yang
diresepkan dan interval program pengobatannya (Brown et al., 2016). Menurut penelitian (Nanda
et al., 2018) terdapat hubungan antara kepatuhan minum obat anti diabetik dengan regulasi gula
darah pada pasien perempuan rawat jalan usia 45-59 tahun di Puskesmas Mojo, Pucang Sawu,
dan Keputih Surabaya. Pasien dengan kadar gula darah tidak terkontrol lebih banyak tidak patuh
dalam minum obat anti diabetik, sedangkan pada pasien dengan gula darah terkontrol sebagian
besar cukup patuh dalam minum obat anti diabetik.
Model keperawatan menurut Imogene King dikenal dengan pencapaian suatu tujuan. Model
pencapaian suatu tujuan ini memberi pengertian bahwa keperawatan dengan menggunakan
pendekatan sistem terbuka dalam hubungan interaksi yang konstan dengan lingkungan. Pada
fenomena pasien prolanis DM tidak patuh minum obat secara teratur merupakan klien yang
menurut Teori King dipandang sebagai individu-individu yang tidak memiliki kemampuan untuk
mencapai suatu tujuan. Sehingga peran keluarga dan tenaga kesehatan disini sangatlah penting
agar tercapainya kesehatan yang baik dan sejahtera dengan mengetahui tujuan perawatan yang
akan dilakukannya. Oleh karena itu perawat menurut teori King berperan sebagai
pendidik/pendukung bagi klien DM untuk mencapai tujuannya yaitu penyembuhan kesehatan
yang baik.
Artikel penelitian terkait aplikasi model King berdasarkan tahapan proses keperawatan dari
pengkajian sampai dengan evaluasi (Milya et al., n.d.). pada pasien DM juga dilakukan hal yang
sama. Peran perawat dalam hal ketidakseimbangan baik secara fisik maupun mental yang dialami
pasien DM yaitu mengkaji klien sejauh mana klien mau untuk melakukan perawatan dalam
pencapaian tujuannya untuk mengatasi masalahnya. Setelah pengkajian dan mendapatkan
informasi yang lengkap barulah perawat mulai bekerja untuk membantu klien secara optimal

10
sesuai dengan kondisi aktual klien yang berhubungan dengan penyakit DM yang diderita oleh
klien agar selalu dalam kondisi kesehatan yang optimal.
Menurut King, dalam tahap perumusan diagnosa didapatnya diagnosa keperawatan
berdasarkan keputusan bersama antara perawat dan klien untuk mencapai tujuannya. Dimana
dalam hal ini tujuannya yaitu untuk meningkatkan kesejahteraan pasien dengan DM dalah hal
pengobatannya. Setelah didapatkan data dan informasi tentang keadaan kesehatan klien, maka
didapatkanlah diagnosa keperawatan. Diagnos keperawatan yang muncul pada pasien DM dalam
kasus adalah kesiapan dalam menjalani pengobatannya.
Sedangkan menurut NANDA (Malini, n.d.) diagnosa keperawatan adalah penilaian klinis
mengenai respon individu, keluarga dan masyarakat terhadap masalah-masalah kesehatan atau
proses kehidupan yang actual dan potensial. Diagnosa keperawatan menggambarkan bagaimana
keadaan pasien saat ini dan mencerminkan perubahan-perubahan pada kondisi pasien.
Menurut King, intervensi yang dilakukan harus sesuai dengan keputusan bersama klien,
dimana intervensi dilakukan untuk mencapai tujuan yaitu menjalani pengobatan dengan optimal,
setelah disusun perencanaan yang telah disepakati oleh klien dan perawat, maka implementasi
dapat dilakukan dari rencana tersebut. Rencana asuhan keperawatan kepada klien DM adalah
melakukan edukasi terkait kepatuhan klien menjalani pengobatannya dalam rangka menuju
kesejahteraan. Intervensi yang diberikan adalah memberikan pendidikan kesehatan terkait
kepatuhan minum obat yang mendukung kesejahteraan klien DM.
Menurut teori King dijelaskan bahwa dalam melakukan suatu tindakan perlu adanya
perumusan strategi dan berdasarkan keputusan bersama untuk kegiatan serta bagaimana agar
tindakan yang kita lakukan mencapai suatu tujuan. Artikel penelitian menyebutkan bahwa untuk
merubah gaya hidup dan juga mengontrol kadar gula darah maka dilakukan edukasi pada
penderita DM, ada hasil yang signifikan antara pemberian edukasi dengan kontrol GDS yang
optimal (Kim, 2016).
Strategi yang digunakan yaitu pendidikan kesehatan menggunakan media video, memberikan
informasi terkait penyakit DM dan pengobatan yang harus dijalani dengan teratur untuk klien
DM. Kegiatan pendidikan kesehatan yang akan dilakukan dibagi menjadi dua tahapan yaitu :
1. Penetapan kebutuhan akan pendidikan kesehatan terkait DM dan penatalaksanaannya
Berdasarkan Buku Modul Promosi Kesehatan (Sulistiowati, 2016) dalam mengidentifikasi
kebutuhan akan promosi kesehatan mempertimbangkan 4 hal yaitu ruang lingkup tugas,

11
reaktif atau proaktif, menempatkan kebutuhan klien terlebih dahulu dan pendekatan
pemasaran. Sumber-sumber yang dapat digunakan untuk menetapkan kebutuhan pendidikan
kesehatan antara lain :
a. Mencari dan memanfaatkan informasi
b. Menggunakan data epidemiologi
c. Data sosial ekonomi
d. Pandangan professional
e. Pandangan publik
f. Media lokal
Berdasarkan referensi di atas maka yang akan dilakukan adalah melakukan survei terhadap
sampel sebanyak 30 klien dengan DM tentang kebutuhan akan pendidikan kesehatan terkait
DM menggunakan kuesioner. Pasien dengan DM membutuhkan manajemen diri untuk
menyelesaikan masalahnya, menggunakan kemampuan diri dan pengetahuannya tentang
penyakitnya dan efek dari perilaku sehari-hari terhadap kontrol GDS. Ketika pengetahuan
tentang penyakit DM oleh pasien tidak bisa dipastikan dapat meningkatkan manajmen diri
yang efektif, maka mengkaji pengetahuan pasien DM dapat membantu dalam praktik
keperawatan dalam mengevaluasi intervensi yang efektif (Quandt et al., 2014) Adapun
pertanyaan yang akan diajukan adalah :
a. Apakah Anda sering mendapatkan pendidikan kesehatan tentang DM dan
penatalaksanaannya dalam satu bulan?
b. Apakah menurut Anda perlu diadakan pendidikan kesehatan tentang penyakit DM dan
penatalaksanaannya?
c. Apakah menurut Anda materi terkait tata laksana pengobatan DM yang saat ini sangat
Anda butuhkan?
Apabila hasil kuesioner lebih dari 50% sampel yang mengatakan membutuhkan Pendidikan
kesehatan, maka akan dilanjutkan kegiatan pendidikan kesehatan terkait DM dan
penatalaksanaannya.

2. Pendidikan kesehatan secara umum dengan media video berisi :

12
a. Pengenalan penyakit DM secara umum diantaranya data sosial ekonomi, epidemiologi
penyakit DM di dunia dan negara Indonesia, upaya negara dalam mengendalikan kondisi
sejahtera klien dengan DM dan program-program yang sudah dilakukan dalam
meningkatkan kesejaheraan klien DM
b. Pendidikan kesehatan dengan video berisi perjalanan hidup klien DM yang sejahtera
bersama penyakit yang diderita dengan menciptakan video berkolaborasi dengan klien
DM
Sasaran dari Pendidikan kesehatan ini adalah klien dengan DM dan juga keluarganya. Teman dan
keluarga dapat meningkatkan kesehatan yang baik dengan cara mempengaruhinya dalam
kebiasaan sehari-hari, dan apabila tidak ada atau kekurangan dukungannya bias menimbulkan
efek kesehatan yang buruk (Black, Maitland, Hilbers, & Orinuela, 2016). Anggota keluarga
berperan penting dalam meningkatkan semangat pasien DM, dengan menunjukkan rasa empati
dan berusaha untuk meringankan stress pada pasien DM (Pesantes et al., 2018). Kegiatan akan
dilaksanakan di aula klinik fasilitas kesehatan pada saat pertemuan prolanis satu kali dalam
sebulan. Untuk kesuksesan pelaksanaan implementasi keperawatan agar sesuai dengan rencana
keperawatan, perawat harus mempunyai kemampuan kognitif (intelektual), kemampuan dalam
hubungan interpersonal dan keterampilan dalam melakukan tindakan.

13
BAB III

PENUTUP

Model konsep menurut King, interaksi sangat diperlukan karena bentuk kerja sama yang
saling mempengaruhi antara perawat dan klien beserta keluarga agar terwujudnya komunikasi
yang baik, sehingga asuhan keperawatan ini dapat dilakukan. Berdasarkan fenomena di atas
dapat ditarik kesimpulan bahwa dalam mencapai tujuan perlu adanya tahapan-tahapan yang
dilalui.

Berdasarkan konsep hubungan antar manusia menurut King yaitu terdiri dari aksi, reaksi,
interaksi dan transaksi. Setelah tahap transaksi klien akan melakukan apa yang sudah menjadi
kesepakatan dalam hubungan antara perawat dan klien.

1) Aksi
Proses awal hubungan antara perawat akan mengenali kondisi keperawatan pasien yang
digambarkan melalui hubungan perawat dan klien untuk melakukan kontrak untuk
pencapaian tujuan yaitu ketika perawat membagikan kuesioner kebutuhan pendidikan
kesehatan kepada klien dan keluarga.
2) Reaksi
Suatu bentuk tindakan yang terjadi akibat adanya aksi dan merupakan respon individu.
Klien dan keluarga akan bereaksi terhadap kuesioner yang dibagikan dan menjawab sesuai
dengan keadaan diri klien dan keluarga.
3) Interaksi
Suatu bentuk kerjasama yang saling mempengaruhi antara perawat dan klien, yang
diwujudkan dalam bentuk komunikasi. Komunikasi ini terjadi ketika kuesioner dapat
terisi dengan lengkap dan sesuai dengan keadaan kesehatan klien dan keluarga.
4) Transaksi

14
Kondisi dimana antara perawat dan klien terjadi suatu persetujuan dalam rencana tindakan
keperawatan yang akan dilakukan. Hal yang terjadi ketika hasil kuesioner dapat diambil
kesimpulan bahwa mayoritas atau bahkan semua klien menginginkan adanya perlakuan
terhadap kondisi kesehatan mereka
DAFTAR PUSTAKA

Alligood, M. R. (2014). Nursing theory & their work (8 th ed). The CV Mosby Company St.
Louis. Toronto. Missouri: Mosby Elsevier. Inc
Black, S., Maitland, C., Hilbers, J., & Orinuela, K. (2016). Diabetes literacy and informal social
support: A qualitative study of patients at a diabetes centre. Journal of Clinical Nursing,
26, 248–257
Brown, M.T., Bussell, J., Dutta, S., Davis, K., Strong, S., Mathew, S., 2016. Medication
Adherence: Truth and Consequences. Am. J. Med. Sci. 351, 387–399.
https://doi.org/10.1016/j.amjms.2016.01.010
Kim, S.H., 2016. Educational attainment moderates the associations of diabetes education with
health outcomes: Diabetes education and education attainment. Int. J. Nurs. Pract. 22,
444–450. https://doi.org/10.1111/ijn.12454
Kusnanto, K., Arifin, M.Z., Suarilah, I., Arifin, H., 2019. What is Important For You (WIFY) dan
Life Map berbasis Goal Attaintment Model terhadap Self Care Behaviour pada Pasien
Diabetes Melitus Tipe 2. J. Health Sci. 12, 1–11. https://doi.org/10.33086/jhs.v12i1.793
Malini, H., n.d. APLIKASI NANDA-NIC NOC 2018-2020 36.
Milya, H., Kunci, K., King, I., n.d. APLIKASI TEORI MODEL IMOGENE KING TENTANG
MOTIVASI KESEMBUHAN DENGAN KEPATUHAN MINUM OBAT TB PARU
PADA TN. J DI KELURAHAN KANDANG RT. 06 DI WILAYAH KERJA
PUSKESMAS KANDANG KOTA BENGKULU 7.
Nanda, O.D., Wiryanto, B., Triyono, E.A., 2018. Hubungan Kepatuhan Minum Obat Anti
Diabetik dengan Regulasi Kadar Gula Darah pada Pasien Perempuan Diabetes Mellitus.
Amerta Nutr. 2, 340. https://doi.org/10.20473/amnt.v2i4.2018.340-348
Pesantes, M.A., Del Valle, A., Diez-Canseco, F., Bernabé-Ortiz, A., Portocarrero, J., Trujillo, A.,
Cornejo, P., Manrique, K., Miranda, J.J., 2018. Family Support and Diabetes: Patient’s

15
Experiences From a Public Hospital in Peru. Qual. Health Res. 28, 1871–1882.
https://doi.org/10.1177/1049732318784906
Primahuda, A., Sujianto, U., n.d. HUBUNGAN ANTARA KEPATUHAN MENGIKUTI
PROGRAM PENGELOLAAN PENYAKIT KRONIS (PROLANIS) BPJS DENGAN
STABILITAS GULA DARAH PADA PENDERITA DIABETES MELITUS DI
PUSKESMAS BABAT KABUPATEN LAOMGAN 8.
Quandt, S.A., Ip, E.H., Kirk, J.K., Saldana, S., Chen, S.-H., Nguyen, H., Bell, R.A., Arcury, T.A.,
2014. Assessment of a Short Diabetes Knowledge Instrument for Older and Minority
Adults. Diabetes Educ. 40, 68–76. https://doi.org/10.1177/0145721713508824
Yusuf, A., Tristiana, Rr.D., Anitasari, L., Suarilah, I., 2019. The Effect of Logotherapy to
Diabetes Mellitus Client’s Meaning of Life. J. Keperawatan Padjadjaran 7.
https://doi.org/10.24198/jkp.v7i2.1060
Muwarni A.(2009). Pengantar Konsep Dasar Keperawatan. Fitramaya :Yogyakarta
Susilowati, Dwi. (2016). Promosi Kesehatan. Pusdik SDM Tenaga Kesehatan.
Tombokan V., Rattu A., dan Tilaar Ch. 2015. Faktor – faktor yan berhubungan dengan kepatuhan
berobat pasien diabetes melitus pada praktik dokter keluarga di kota Tomohon. JIKMU;
vol. 5(2).

16
17

Anda mungkin juga menyukai