Anda di halaman 1dari 52

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. LatarBelakang

Keperawatan profesional telahberkembangmenjadidisiplin ilmu yang


mendukungintegrasiteori, penelitiandanpraktikkeperawatan. Proses
keperawatan yang merupakanintidaripraktikkeperawatan,
telahdilegitimasidalam standard of clinical nursing practice (ANA, 1991
dalam Christensen J.p, 2009). Kelimakomponendari proses
keperawatanadalahpengkajian, diagnosis, perencanaan, implementasi,
danevaluasi. Denganperkembangan model keperawatan,
paraperawatbelajaruntukmenetapkan model inidalam proses keperawatan
(Christensen J.P, 2009).

Masadepankeperawatanadalahpraktik keperawatanberdasarteori, yang


menerapkanketerampilanberfikirkritisdan model keperawatanuntukmemandu
praktik. Model keperawatanmemberikan pemahaman yang
lebihluastentangsituasiklien yang kompleksdanmemandupengumpulan,
organisasi, daninterpretasi data tentangklien.Model
tersebutmemberikanpemikiranlogisuntukmenjelaskanbagaimanaperawatmem
bantuklienkearahkesehatan yang optimum.

Sekaranginiparaperawat profesional
menggunakanketerampilanberpikirkritisdanpraktikberdasarteoriuntukmembe
narkanmasing-masingkomponendalam proses
keperawatandanuntukmemperlihatkanakuntabilitaskepadaklien, timkesehatan,
danlembagatempatbekerja (Kenney W.J,
2009).Sebelumsuatuteoriditerapkanpadapraktikkeperawatantertentudandiperg
unakanpenelitisebagaikerangkakerja teori atau
konsepdarisuaturisetkeperawatan, sangat perlu terlebih dahulu dilakukan
Teori Analisis. Pada dasarnya Teori Analisis mempunyai prosedur antara lain
origins, meaning, logical adequacy, usefulness, generalizability, parsimony
dan testability yang bertujuan untuk mengetahui kelebihan, keterbatasan dan

1
manfaat dari teoritersebut sehingga dapat dipertimbangkan untuk tambahan
pengujian (Meleis, 2007).

Dalam tulisan ini, kelompok mencoba untuk menyajikan hasil analisis


Theory of Goal Attainment(Teori Pencapaian Tujuan) yang diperkenalkan
oleh Imogene M. King pada tahun 1971. Teori pencapaian tujuan merupakan
teori yang bersifat terbuka dan dinamis, dengan sembilan konsep utama yang
meliputi interaksi, persepsi, komunikasi, transaksi, peran, stress, tumbuh
kembang, waktu dan ruang (Marriner, A. 1986).

1.2. Biografi dan Prestasi – Prestasi yang diraih Imogene M.King

121.Biografi Imogene M.King

Imogene M. King lahir pada tanggal 30 Januari 1923 di West Point,


Iowa. Karir keperawatan Imogene dimulai pada tahun 1945 setelah lulus dari
St John's Hospital School of Nursing, St Louis, Missouri. King meninggal
pada tanggal 24 Desember 2007, di St. Petersburg, Florida, dan dimakamkan
di Fort Madison, Iowa.

1.2.2.Pendidikan dan Prestasi – Prestasi yang Diraih Theoris Imogene

M.King

1) Tahun 1945, King menerima diploma dalam keperawatan dari St. John’s
Hospital School of Nursing di St. Louis, Missouri. Kemudian bekerja
sebagai staf perawat.
2) King melanjutkan kuliah dan mendapatkan gelar Sarjana Sains (Bachelor
of Science) dalam Pendidikan Keperawatan dari St Louis University
tahun 1948.
3) Tahun 1957, dia menerima gelar Master of Science dalam keperawatan
dari St Louis University.
4) Tahun 1947 – 1958, King bekerja sebagai instruktur Keperawatan
Medikal Bedah (KMB) dan assiten direktur di St. John’s Hospital School
of Nursing.

2
5) King melanjutkan studi dengan Mildred Montag sebagai ketua
disertasinya di Teachers College, Columbia University, New York, dan
menerima EdD nya pada tahun 1961.
6) Tahun 1961 – 1966 di Loyola University di Chicago, King
mengembangkan program master dalam keperawatan berdasarkan
kerangka konseptual keparawatan.
7) Artikel teori pertamanya muncul pada tahun 1964 dalam jurnal “Nursing
Science” yang diedit pakar teori keperawatan Martha Rogers.
8) Tahun 1966 – 1968, King bertugas di bawah Jessie Scott sebagai Asisten
Kepala Cabang Hibah Penelitian, Divisi Keperawatan di U.S.
Departement of Health, Education, and Welfare.
9) Judul Artikel King ketika berada di Washington DC yaitu “A Conceptual
Frame of Reference for Nursing” diterbitkan di Nursing Research (1968).
10) Pada Tahun 1968 – 1972, King ditugaskan sebagai direktur Sekolah
Keperawatan di Ohio State University di Columbus.
11) Di Ohio State, ia menerbitkan buku yang berjudul : “Toward a Theory for
Nursing :General Concepts of Human Behaviour” pada tahun
(1971).Dalam buku ini, King menyimpulkan bahwa “Representasi
sistematis keperawatan diperlukan pada akhirnya untuk mengembangkan
ilmu untuk menemani seni satu abad atau lebih di dunia keperawatan
sehari – hari” (1971, hal. 129).
12) Bukunya menerima anugerah dari American Journal of Nursing Book of
the Year pada tahun 1973 (King, 1995a).
13) King kembali ke Chicago tahun 1972 sebagai professor di program
pascasarjana Loyola University.
14) Tahun 1978 – 1980 sebagai Koordinator Penelitian Clinical Nursing di
Departemen Keperawatan Loyola Medical Center.
15) Tahun 1980, King di anugerahi kehormatan PhD dari Southern Illinois
University (Messmer, 2000).
16) Pada Mei 1998, dia menerima gelar Doktor kehormatan dari Loyola
University, di mana “Nursing Collection” –Nya ditempatkan.
17) Tahun 1972 – 1975, King menjadi anggota penasihat Pertahanan tentang
perempuan di Layanan untuk Departemen Pertahanan Amerika Serikat.

3
Dia juga anggota dewan kotapraja terpilih untuk jangka waktu 4 tahun
(1975 – 1979) di Distrik 2 di Wood Dale, Illinois.
18) Tahun 1980, King diangkat profesor di University of South Florida
College of Nursing, di Tampa (Houser & Player, 2007).
19) Tahun 1981, King menerbitkan naskah untuk bukunya yang kedua, “A
theory for Nursing : Systems, Concepts, Process”.
20) King menulis beberapa bab buku dan artikel di jurnal professional, dan
buku ketiga, Curriculum and Instruction in Nursing : Concepts and
Process, yang diterbitkan tahun 1986.
21) King pensiun tahun 1990 dan diberi gelar profesor emeritus di University
of South Florida.
22) King memberikan pelayanan masyarakat dan membantu merencanakan
perawatan melalui system dan teori konseptualnya di berbagai organisasi
perawatan kesehatan, termasuk Tampa General Hospital (Messmer,
1995).
23) King pergi “round the clock” untuk menerapkan teorinya di Tampa
General Hospital sekaligus menjabat dewan penasihat keperawatan, dan
dosen tamu di University of Tampa.
24) King menjadi anggota American Nurse Association (ANA) sejak lama,
yang pertama dengan Missouri Nurses Association, dan dia juga aktif di
Illinois dan Ohio.
25) King pindah ke Tampa, Florida, kemudian menjadi anggota di Florida
Nurses Association (FNA) dan FNA district 4, Tampa.
26) King menempati posisi sebagai presiden Florida Nurses Foundation, dan
dewan FNA Distrik IV, dan sebagai delegasi dari FNA untuk di ANA.
27) Tahun 1997, King menerima medali emas dari Gubernur Chiles untuk
memajukan profesi keperawatan di Negara bagian Florida.
28) King dilantik oleh FNA Hall of Fame dan ANA Hall of Fame tahun 2004.
29) Tahun 1994, King dilantik oleh American Academy of Nursing (AAN)
dan bertugas di AAN Theory Expert Panel.
30) Tahun 2005, King dilantik sebagai Living Legend.
31) Tahun 1996, King menerima Jessie M.Scott Award.
32) Tahun 2000, King menjadi pembicara kunci pada 37th Annual Isabel
Maitland Stewart Conference in Research in Nursing di Teachers College,

4
Columbia University (Messmer & Fawcett, 2008; Messmer, 2008) dan
merasa senang bahwa Mildred Montag hadir.
33) Tahun 1999, King dilantik oleh Teachers College, Hall of Fame
Columbia University, King International Nursing Group (K.I.N.G)
diciptakan untuk memfasilitasi penyebaran dan pemanfaatan sistem
konseptual King.
34) King merupakan salah satu Fellow asli dari Sigma Theta Tau
International (STTI) Virgina Henderson, dan dia mendapat penghargaan
STTI Elizabeth Russell Belford Founders Award untuk keunggulan dalam
pendidikan pada tahun 1989 (Messmer, 2007).
35) Tahun 1992, King menjadi pembicara kunci di dua konferensi teori STTI
dan menyajikan penerapan teorinya di konferensi – konferensi STTI di
beberapa daerah, nasional, dan international.
36) King (1971, 1981) diakui sebagai salah satu pakar teori perawat awal
melalui publikasinya, yang diterjemahkan ke dalam bahasa Jepang,
Spanyol, dan Jerman.
37) King menulis banyak artikel dan bertugas di dewan editorial Nursing
Science Quarterly.
38) King menulis beberapa bab buku, misalnya, Frey & Sieloff Advancing
King’s Systems Framework and Theory of Nursing (1995), dan Sieloff &
Frey Middle – Range Theories for Nursing Practice Using King’s
Conceptual System (2007), yang menyoroti studinya oleh penulis –
penulis yang lain.

1.3. Tujuan

1.3.1. Tujuan Umum


Untuk menganalisa Kasus Keperawatan Medikal Bedah
(Myocardial Infarction) pada sistem Cardiovascular berdasarkan
Middle - Range Theory of Goal Attaintment menurut Imogene
M.King.
1.3.2. Tujuan Khusus
1. Mengetahui dan mengidentifikasi lebih lanjut latar belakang
pengembangan teori model konseptual Imogene M. King.
2. Mengetahui dan mengidentifikasi konsep interaksi imogene M.King.

5
3. Mengetahui dan mengidentifikasi asumsi utama teori model
konseptual Imogene M. King.
4. Memahami dan mengidentifikasi aplikasi penerapan teori Imogene
M.King pada praktik pelayanan keperawatan.
5. Menganalisiskekuatan dan kelemahan kasusMCI (Myocardial
Infarction) berdasarkan konsep teori Imogene M.King.

1.4. Manfaat

1. Agar mahasiswa Pascasarjana mampu mengembangkan, menerapkan


serta menganalisa teori Imogene M.King.
2. Untuk mengidentifikasi dan mendalami secara spesifik teori Imogene
M.King yang dapat dipergunakan dalam pelayanan praktik keperawatan
dan dalam pendidikan keperawatan di setiap universitas dari berbagai
daerah pada umumnya.

6
BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1. Teori Konsep Utama Imogene M.King


King (1971) berbicara tentang konsep – konsep sebagai “ide – ide
abstrak yang memberi makna persepsi pengertian kita, mengizinkan
generalisasi, dan cenderung untuk disimpan di dalam memori kita untuk
mengingat dan menggunakan di lain waktu dalam situasi baru dan berbeda”
(hal. 11 – 12). King (1984) mendefinisikan teori sebagai “satu perangkat
konsep, yang ketika didefinisikan, saling terkait dan dapat diamati dalam
dunia praktik keperawatan” (hal. 11).Teori berfungsi untuk membangun
“pengetahuan ilmiah untuk keperawatan” (King, 1995b, hal. 24).Konsep –
konsep memberi makna pada persepsi rasa kita dan memungkinkan
generalisasi tentang orang, benda, dan banyak hal” (King, 1995a, hal. 16).
1. Kesehatan

Kesehatan didefinisikan sebagai pengalaman hidup yang dinamis


dari seorang manusia, yang berarti penyesuaian terus – menerus terhadap
stressor di dalam lingkungan internal dan eksternal melalui penggunaan
sumber daya seseorang secara optimal untuk mencapai potensi maksimal
dalam hidup sehari – hari” (King, 1981, hal. 5).

2. Keperawatan

“Keperawatan didefinisikan sebagai proses aksi, reaksi, dan


interaksi ketika perawat dank lien berbagi informasi tentang persepsi
mereka dalam situasi keperawatan” (King, 1981, hal. 2).

3. Diri

“Diri adalah gabungan dari pikiran dan perasaan yang merupakan


kesadaran seseorang tentang eksistensi dirinya, konsepsinya tentang

7
siapakah dan apakah dia. Diri adalah jumlah total dari semua yang dia
bisa sebut. Diri termasuk antara lain : sistem ide, sikap, nilai, dan
komitmen. Diri adalah total lingkungan subjektif seseorang. Diri
merupakan pusat khas dari pengalaman dan signifikansi. Diri merupakan
dunia batin seseorang yang dibedakan dari dunia luar yang terdiri dari
semua orang dan hal – hal lain. Diri adalah individu sebagai diketahui
oleh individu tersebut.Diri adalah yang kita sebut ketika kita mengatakan,
“Aku” (Jersild, 1952, hal. 10).

2.2. Pengembangan Sistem Konseptual Menurut Imogene M.King

King menggunakan pendekatan sistem dalam pengembangan sistem


konseptual dan teori middle – range yaitu Teori Pencapaian Tujuan. King
mencatat bahwa “beberapa ilmuwan yang telah mempelajari sistem telah
mencatat bahwa satu – satunya cara untuk mempelajari manusia berinteraksi
dengan lingkungan adalah untuk merancang sebuah kerangka kerja
konseptual tentang variable saling tergantung dan konsep yang saling terkait”
(King, 1981, hal. 10). King (1995a) percaya bahwa “kerangka yang berbeda
dari skema konseptual lain yang dalam hal ini bersangkutan adalah tidak
dengan memecah – belah manusia dan lingkungan, tetapi dengan transaksi
manusia di berbagai jenis lingkungan yang berbeda” (hal. 21).“Sebuah
kesadaran dinamika kompleks tentang perilaku manusia dalam situasi
keperawatan mendorong perumusan (King) tentang kerangka kerja
konseptual yang mewakili sistem pribadi, interpersonal, dan social sebagai
domain keperawatan” (King, 1981, hal.130).Setiap sistem mengidentifikasi
manusia sebagai elemen dasar dalam sistem, sehingga “unit analisis dalam
kerangka (itu) adalah perilaku manusia dalam berbagai lingkungan social”
(King, 1995a, hal. 18).

King menunjukkan sebuah contoh dari sistem pribadi sebagai seorang


pasien atau seorang perawat. King menentukan konsep tentang citra tubuh,
pertumbuhan dan perkembangan , persepsi, diri, ruang, dan waktu untuk
memahami manusia sebagai pribadi.Sistem interpersonal terbentuk ketika dua
atau lebih individu berinteraksi, membentuk diad (dua orang) atau triad (tiga
orang).Diad dari seorang perawat dan seorang pasien sebagai salah satu jenis

8
sistem interpersonal.Keluarga, ketika bertindak sebagai kelompok kecil, juga
dapat dianggap sistem interpersonal.Memahami sistem interpersonal
membutuhkan konsep komunikasi, interaksi, peran, tekanan, dan
transaksi.Sebuah sistem interaksi yang lebih komprehensif terdiri dari
kelompok – kelompok yang membentuk masyarakat, disebut sebagai sistem
sosial.Sistem agama, pendidikan, dan perawatan kesehatan adalah contoh –
contoh dari sistem sosial. Perilaku berpengaruh dari sebuah keluarga besar
pada pertumbuhan dan perkembangan individu adalah contoh sistem sosial
yang lain. Dalam sistem sosial, konsep otoritas, pengambilan keputusan,
organisasi, kekuasaan, dan status memandu pemahaman sistem.Dengan
demikian, konsep – konsep dalam kerangka kerja mengorganisasi dimensi –
dimensi dan mewakili pengetahuan untuk memahami interaksi di antara
ketiga sistem (King, 1995a).

2.3. Teori Pencapaian Tujuan Imogene M.King

Pada tahun 1971 King memperkenalkan suatu model konseptual yang


terdiri atas tiga sistem yang saling berinteraksi. Model keperawatan terakhir
dari King memadukan tiga sistem interaksi yang dinamis yaitu personal,
interpersonal, dan sosial yang mengarah pada perkembangan teori pencapaian
tujuan (King,1981 dalam Christensen J.P, 2009).

Konsep yang ditempatkan dalam sistim personal karena mereka


terutama berhubungan dengan individu, sedangkan konsep yang ditempatkan
dalam sistim interpersonal karena menekankan pada interaksi antara dua
orang atau lebih.Konsep yang ditempatkan dalam sistem sosial karena
mereka menyediakan pengetahuan untuk perawat agar berfungsi di dalam
sistim yang lebih besar (King, 1995a, p.18 – 19 dalam Tomey & Alligood,
2006).Dalam interpersonal sistem perawat-klien berinteraksi dalam suatu area
(space). Menurut King, intensitas dari interpersonal system sangat
menentukan dalam menetapkan pencapaian tujuan keperawatan. Adapun
beberapa karakteristik teori Imogene King (Christensen & Kenney,1995):

1) Sistem personal adalah individu atau klien yang dilihat sebagai sistem
terbuka, mampu berinteraksi, mengubah energi, dan informasi dengan
lingkungannya. Individu merupakan anggota masyarakat, mempunyai

9
perasaan, rasional, dan kemampuan dalam bereaksi, menerima,
mengontrol, mempunyai maksud-maksud tertentu sesuai dengan hak dan
respon yang dimilikinya serta berorientasi pada tindakan dan waktu.
Sistem personal dapat dipahami dengan memperhatikan konsep yang
berinteraksi yaitu: persepsi, diri, gambaran diri, pertumbuhan dan
perkembangan, waktu dan jarak.
2) Sistem interpersonal adalah dua atau lebih individu atau grup yang
berinteraksi. Interaksi ini dapat dipahami dengan melihat lebih jauh
konsep tentang peran, interaksi, komunikasi, transaksi, stress, dan koping.
3) Sistem sosial merupakan sistem dinamis yang akan menjaga keselamatan
lingkungan. Ada beberapa hal yang dapat mempengaruhi perilaku
masyarakat, interaksi, persepsi, dan kesehatan.Sistem sosial dapat
mengantarkan organisasi kesehatan dengan memahami konsep organisasi,
kekuatan, wewenang, dan pengambilan keputusan.

Gambar 2.3.1.Bagan Bentuk interaksi sistem yang dinamis

2.4. Konsep Interaksi Imogene M. King

King mempunyai asumsi dasar terhadap kerangka kerja


konseptualnya, bahwa manusia seutuhnya (Human Being) sebagai sistem
terbuka yang secara konsisten berinteraksi dengan lingkungannya. Asumsi
dasar King tentang manusia seutuhnya (Human Being) meliputi sosial,
perasaan, rasional, reaksi, kontrol, tujuan, orientasi kegiatan dan orientasi

10
pada waktu. Dari keyakinannya tentang human being ini, King telah
menderivatasumsi tersebut lebih spesifik terhadap interaksi perawat – klien:

1. Persepsi dari perawat dan klien mempengaruhi proses interaksi.


2. Tujuan, kebutuhan-kebutuhan dan nilai dari perawat dan klien
mempengaruhi interaksi.
3. Individu mempunyai hak untuk mengetahui tentang dirinya sendiri.
4. Individu mempunyai hak untuk berpartisipasi dalam pengambilan
keputusan.
5. Profesional kesehatan mempunyai tanggung jawab terhadap pertukaran
informasi.
6. Individu mempunyai hak untuk menerima atau menolak pelayanan
kesehatan.
7. Tujuan dari profesional kesehatan dan tujuan dari penerima pelayanan
kesehatan dapat berbeda.
Dalam interaksi tersebut terjadi aktivitas-aktivitas yang dijelaskan
sebagai sembilan konsep utama, dimana konsep-konsep tersebut saling
berhubungan dalam setiap situasi praktek keperawatan (Christensen J.P,
2009), meliputi:
1. Interaksi, King mendefenisikan interaksi sebagai suatu proses dari
persepsi
dan komunikasi antara individu dengan individu, individu dengan
kelompok, individu dengan lingkungan yang dimanifestasikan sebagai
perilaku verbal dan non verbal dalam mencapai tujuan.
2. Persepsi diartikan sebagai gambaran seseorang tentang realita, persepsi
berhubungan dengan pengalaman yang lalu, konsep diri, sosial ekonomi,
genetika dan latarbelakang pendidikan.
3. Komunikasi diartikan sebagai suatu proses penyampaian informasi dari
seseorang kepada orang lain secara langsung maupun tidak langsung.
4. Transaksi diartikan sebagai interaksi yang mempunyai maksud tertentu
dalam pencapaian tujuan. Yang termasuk dalam transaksi adalah
pengamatan perilaku dari interaksi manusia dengan lingkungannya.
5. Peran merupakan serangkaian perilaku yang diharapkan dari posisi

11
pekerjaannya dalam sistem sosial. Tolok ukurnya adalah hak dan
kewajiban sesuai dengan posisinya.
6. Stress diartikan sebagai suatu keadaan dinamis yang terjadi akibat
interaksi
manusia dengan lingkungannya. Stress melibatkan pertukaran energi dan
informasi antara manusia dengan lingkungannya untuk keseimbangan dan
mengontrol stressor.
7. Tumbuh kembang adalah perubahan yang kontinue dalam diri individu.
Tumbuh kembang mencakup sel, molekul dan tingkat aktivitas perilaku
yang kondusif untuk membantu individu mencapai kematangan.
8. Waktu diartikan sebagai urutan dari kejadian atau peristiwa kemasa yang
akandatang. Waktu adalah perputaran antara satu peristiwa dengan
peristiwa yang lain sebagai pengalaman yang unik dari setiap manusia.
9. Ruang adalah sebagai suatu hal yang ada dimanapun sama. Ruang adalah
area dimana terjadi interaksi antara perawat dengan klien.
Konsep hubungan manusia menurut King terdiri dari komponen :
1. Aksi merupakan proses awal hubungan dua individu dalam berperilaku,
dalam memahami atau mengenali kondisi yang ada dalam keperawatan
yang digambarkan melalui hubungan perawat dan klien untuk melakukan
kontrak untuk pencapaian tujuan.Contoh : inform consent sebelum
dilakukan tindakan pemasangan infus, dll.
2. Reaksi adalah suatu bentuk tindakan yang terjadi akibat adanya aksi dan
merupakan respon individu (pasien).Contoh : respon pasien setelah
dilakukan tindakan pemasangan infus, pemasangan catheher, dll.
3. Interaksi merupakan suatu bentuk kerjasama yang saling mempengaruhi
antara perawat dan pasien, yang diwujudkan dalam bentuk
komunikasi.Contoh : komunikasi terapeutik yang terjalin saat proses
implementasi keperawatan.
4. Transaksi merupakan kondisi dimana antara perawat dan klien terjadi
suatu
persetujuan dalam rencana tindakan keperawatan yang akan dilakukan
(Murwani A, 2009).

2.5. Teori Middle – Range King Tentang Pencapaian Tujuan

12
Pada tahun 1981, King menurunkan teori middle – rangenya tentang
Pencapaian Tujuan dari sistem konseptualnya. Pertanyaan yang memotivasi
King untuk mengembangkan teori ini adalah, “Apakah sifat keperawatan
?”(King, 1995b, hal. 25). Dia mencatat jawabannya menjadi : “cara ketika
perawat, dalam peran mereka, melakukan dengan dan bagi individu –
individu yang membedakan keperawatan dari para profesional kesehatan
yang lain” (King, 1995b, hal. 26). Pemikiran ini memandu pengembangan
Teori Pencapaian Tujuannya menggunakan proses pengembangan teori
sebagai berikut :

1) “Apa asumsi – asumsi filosofis tersebut?”


2) “Apakah konsep – konsep diidentifikasikan dan didefinisikan dengan
jelas?”
3) “Apakah konsep – konsep terkait dalam pernyataan – pernyataan atau
model – model proposisi?”
4) “Apakah teori menghasilkan pertanyaan yang harus dijawab atau
hipotesis yang akan diuji dalam penelitian untuk menghasilkan
pengetahuan dan menegaskan teori?”

“Proses interaksi manusia membentuk dasar untuk merancang model


transaksi yang menggambarkan pengetahuan teoritis yang digunakan oleh
perawat untuk membantu individu dan kelompok mencapai tujuan” (King,
1995b, hal. 27) (Gambar 13 – 2).King (1995b) menyatakan sebagai berikut
:Pengaturan tujuan bersama (antara seorang perawat dan seorang klien)
didasarkan pada :

a) Penilaian perawat terhadap kekhawatiran, masalah, dan gangguan pasien


dalam kesehatan ;
b) Persepsi perawat dan klien terhadap gangguan kesehatan ; dan
c) Pembagian informasi mereka dimana setiap fungsi akan membantu klien
mencapai tujuan yang diidentifikasi. Selain itu, perawat berinteraksi dengan
anggota keluarga ketika klien tidak dapat berpartisipasi secara verbal dalam
penetapan tujuan” (hal. 28).

Untuk menguji teorinya, King (1981) melakukan penelitian


mengidentifikasi bahwa studinya bervariasi dari studi sebelumnya karena

13
“menggambarkan proses interaksi perawat – pasien yang mengarahkan ke
pencapaian tujuan” (hal. 153) dan menentukan apakah perawat melakukan
transaksi. King menggunakan metode observasi nonpartisispan untuk
mengumpulkan informasi tentang interaksi perawat – pasien di unit
perawatan pasien dalam sebuah tata kelola rumah sakit dengan pasien dan
perawat sukarela untuk berpartisipasi dalam studi ini. King melatih
mahasiswa pascasarjana dalam teknik observasi nonpartisipan untuk
mengumpulkan data. Dia memeriksa beberapa interaksi dan mencatat data
perilaku verbal dan nonverbal. King selanjutnya menguji Alat ukur
Pencapaian Tujuan berdasarkan Referensi – Kriteria, sebuah ukuran
kemampuan fungsional dan pencapaian tujuan dalam proyek University of
Maryland Measurement of Nursing Outcomes. Dia melaporkan instrument
memiliki CVI 0,88 dan reliabilitas 0,99 untuk menilai kemampuan fungsional
pasien dalam membuat keputusan tentang penetapan tujuan dengan dan untuk
pasien mengukur pencapaian tujuan (King, 1988, 2003).

Umpan Balik

Persepsi

Perawat Keputusan

Tindakan

Reaksi Interaksi Transaksi

Tindakan

Pasien Keputusan

Persepsi

Umpan Balik

Gambar 2.5.1. Proses interaksi manusia yang menyebabkan transaksi :


sebuah model transaksi. (Dari : King, I. (1981). A theory for nursing. System,
concepts, process (p : 61). New York: Delmar. Digunakan dengan izin dari
Imogene M.King).

14
2.6. Konsep Utama Paradigma Keperawatan Menurut Imogene M. King

1. Konsep Manusia

King merinci asumsi – asumsi tertentu yang terkait dengan orang pada
tahun 1981 dan dalam karya – karya berikutnya :

1) Individu adalah makhluk spiritual (I. King, personal communication, 11


Juli, 1996).
2) Individu memiliki kemampuan melalui bahasa dan simbol – simbol lain
untuk merekam sejarah mereka dan melestarikan budaya mereka (King,
1986).
3) Individu adalah unik dan holistik, dari nilai intrinsik, dan mampu berpikir
rasional dan mengambil keputusan dalam kebanyakan situasi (King,
1995b).
4) Individu berbeda dalam kebutuhan, keinginan, dan tujuan mereka (King,
1995b).

King memandang manusia sebagai suatu sistem terbuka yang


berinteraksi dengan lingkungan, sehingga memungkinkan benda, energi, dan
informasi dengan leluasa mempengaruhinya. Dalam kerangka konsepnya
meliputi tiga sistem interaksi yang dinamis sebagai individu disebut sebagai
sistem personal, ketika hndividu ini bersatu dalam kelompok disebut sistem
interpersonal. Sistem sosial tercipta ketika kelompok mempunyai ketertarikan
dan tujuan yang sama dalam satu komunitas atau masyarakat. Menurut
Imogene M. King, manusia memiliki tiga kebutuhan pokok :

a) Kebutuhan informasi kesehatan yang tidak mampu pada saat diperlukan


dan dapat digunakan.

b) Kebutuhan untuk perawatan yang bertujuan untuk mencegah penyakit.

15
c) Kebutuhan untuk perawatan ketika manusia tidak dapat
membantu/merawat

diri mereka sendiri.

2. Konsep Sehat (Kesehatan)

Kesehatan adalah sebuah keadaan dinamis dalam siklus hidup,


sementara penyakit mengganggu proses tersebut. Kesehatan “berarti
penyesuaian terus – menerus untuk memberikan tekanan di lingkungan
internal dan eksternal melalui penggunaan sumber daya seseorang secara
optimal untuk mencapai potensi maksimal untuk hidup sehari – hari (King,
1981, hal. 5).King mendefinisikan sehat sebagai pengalaman hidup manusia
yang dinamis, yang secara berkelanjutan melakukan penyesuaian terhadap
stressor internal dan eksternal melewati rentang sehat sakit, dengan
menggunakan sumber,sumber yang dimiliki oleh seseorang atau individu
untuk mencapai kehidupan sehari-hari yang maksimal.

3. Konsep Lingkungan

Menurut King lingkungan adalah sistem sosial yang ada dalam


masyarakat yang saling berinteraksi dengan sistem lainnya secara terbuka.
Merupakan kekuatan dinamis yang mempengaruhi perilaku sosial, interaksi,
persepsi, dan kesehatan.Lingkungan merupakan suatu sistem terbuka yang
menunjukkan penukaran masalah, energi, informasi dengan keberadaan
manusia. Manusia tersebut akan berinteraksi dengan lingkungan internal
dengan penukaran energi yang diatur secara terus menerus terhadap
perubahan lingkungan eksternal. Lingkungan adalah latar belakang untuk
interaksi manusia, dan melibatkan :

a) Lingkungan internal: mengubah energi untuk memungkinkan orang untuk


menyesuaikan diri dengan terus menerus perubahan lingkungan eksternal.
b) Lingkungan eksternal: melibatkan organisasi formal dan informal.
Perawat adalah bagian dari lingkungan pasien.

16
King (1981) percaya bahwa “pemahaman tentang cara – cara
bagaimana manusia berinteraksi dengan lingkungannya untuk menjaga
kesehatan adalah penting untuk perawat” (hal. 2). Sistem terbuka
menyiratkan bahwa interaksi terjadi terus – menerus antara sistem dan
lingkungan sistem. Selanjutnya, “penyesuaian untuk hidup dan kesehatan
dipengaruhi oleh (sebuah) interaksi individu dengan lingkungan …. Setiap
manusia mempersepsikan dunia sebagai total kumpulan orang – orang yang
melakukan transaksi dengan individu dan benda – benda di lingkungannya”
(King, 1981, hal. 141).

4. Konsep Keperawatan

“Keperawatan adalah sebuah perilaku yang dapat diamati yang


ditemukan dalam sistem perawatan kesehatan di masyarakat” (King, 1971,
hal. 125).Tujuan Keperawatan adalah untuk membantu individu menjaga
kesehatan mereka sehingga mereka dapat berfungsi dalam peran – peran
mereka” (King, 1981, hal. 3 – 4). Keperawatan adalah sebuah proses aksi,
reaksi, interaksi, dan transaksi interpersonal. Persepsi seorang perawat dan
seorang pasien memengaruhi proses interpersonal.Keperawatan didefinisikan
sebagai suatu proses tindakan, reaksi dan interaksi perawat dan klien dalam
berbagi informasi tentang persepsi mereka dalam situasi keperawatan. King
menyampaikan pola intervensi keperawatanya adalah proses interaksi klien
dan perawat meliputi komunikasi dan persepsi yang menimbulkan aksi,
reaksi, dan jika ada gangguan, menetapkan tujuan dengan maksud tercapainya
suatu persetujuan dan membuat transaksi.

1). Transaksi :

1) Jika persepsi tepat dan akurat maka transaksi akan terjadi.


2) Jika perawat dan pasien/klien membuat transaksi yang harmonis maka
tujuan tercapai.
3) Jika tujuan tercapai maka efisiensi dan keefisienan keperawatan
tercapai.
4) Jika interaksi perawat dan pasien/klien berjalan baik maka tumbuh
kembang dapatditingkatkan.

17
5) Jika peran,harapan, dan pembuatan keputusan dirasakan sama maka
transaksi terjadi.
6) Jika ada konflik peran maka terjadi stressor.
7) Jika perawat mempunyai komunikasi yang tepat maka pencapaian
tujuan terjadi.

Selain itu King juga membahas tujuan, domain, dan fungsi perawat
professional :

1. Tujuan perawat

Untuk membantu individu untuk menjaga kesehatan mereka, sehingga


mereka dapat berfungsi dalam peran mereka.

2. Domain perawat

Termasuk mempromosikan, memelihara, dan memulihkan kesehatan,


dan merawat orang sakit, terluka dan sekarat.

3. Fungsi perawat professional

Untuk menginterpretasikan informasi dalam proses keperawatan


untuk merencanakan, melaksanakan dan mengevaluasi asuhan keperawatan.
King berkata dalam teori nya, seorang perawat profesional, dengan
pengetahuan khusus dan keterampilan, dan klien yang membutuhkan
perawatan, dengan pengetahuan tentang diri dan persepsi masalah pribadi,
bertemu sebagai orang asing di lingkungan alam. Mereka saling berinteraksi,
mengidentifikasi masalah, menetapkan dan mencapai tujuan.

2.7. Asumsi-Asumsi Utama Imogene M. King

Filosofi pribadi King tentang manusia dan kehidupan memengaruhi


asumsinya berhubungan dengan lingkungan, kesehatan, keperawatan,
individu, dan interaksi perawat – pasien. Sistem konseptual King dan Teori
Pencapaian Tujuan adalah “didasarkan pada sebuah asumsi keseluruhan
bahwa fokus keperawatan adalah manusia yang berinteraksi dengan
lingkungannya, yang mengarahkan ke keadaan kesehatan bagi individu, yang
mana merupakan sebuah kemampuan untuk berfungsi dalam peran sosial”

18
(King, 1981, hal. 143).Asumsi-Asumsi Teori menurut Imogene M.King
(Meleis, 1997)yaitu :

a) Explicit :
1. Fokus dalam keperawatan adalah interaksi manusia dan lingkungan
dengan
tujuan kesehatan untuk manusia.
2. Individu merupakan anggota masyarakat, mempunyai perasaan, rasional,
dan
kemampuan dalam bereaksi, menerima, mengontrol, mempunyai maksud-
maksud tertentu sesuai dengan hak dan respon yang dimilikinya serta
berorientasi pada tindakan dan waktu.
3. Proses interaksi dipengaruhi oleh persepsi - persepsi, tujuan – tujuan,
kebutuhan, dan nilai-nilai antara perawat - klien.
4. Klien memiliki hak asasi dalam menerima informasi, berpartisipasi dalam
pengambilan keputusan yang dipengaruhi oleh kehidupan, kesehatan, dan
pelayanan kesehatan namun klien juga berhak untuk menolaknya.
5. Pertanggungjawaban dalam pelayanan keperawatan pada individu
mencakup
semua aspek termasuk dalam keputusan memberi informasi.
6. Tidak jarang terjadi perbedaan tujuan antara pemberi dan penerima
pelayanan kesehatan.

b) Implicit :

1. Klien ingin berpartisipasi aktif dalam proses perawatan.

2. Klien secara sadar, aktif dan mampu berpartisipasi dalam pengambilan

keputusan.

2.8. Penegasan Teoritis

Dalam teori pencapaian tujuannya, King (1981;149) memberikan


Proposisi berikut, yang memperlihatkan dan menggambarkan hubungan
konsep-konsep King.

19
1. Jika terdapat keselarasan/kesesuaian persepsi (Perceptional Congruence)
dalam interaksi perawat–klien, maka akan terjadi transaksi.
PC (I) + T
2. Jika perawat dan klien melakukan transaksi (Transactions), maka tujuan
akan
tercapai (Goal Attainment).
T + GA
3. Jika tujuan tercapai (Goal Attainment), maka akan terjadi kepuasan
(Satisfactions).
GA + S
4. Jika tujuan tercapai (Goal Attainment), maka akan terjadi asuhan
keperawatan yang efektif (Nursing Care Effective).
GA + NCe
5. Jika transaksi (Transactions) dibuat dalam interaksi perawat-klien, maka
pertumbuhan dan perkembangan (Growth Development) akan meningkat.

(I)T + GD

6. Jika harapan peran dan performa/kinerja peran seperti yang dirasakan


oleh perawat dan klien adalah sesuai/kongruen (Role Congruency), maka
akan terjadi transaksi (Transactions).
RCN + T
7. Jika konflik peran (Role Conflict) yang dialami oleh perawat dan klien
atau keduanya, maka akan menimbulkan stres (Stress) dalam interaksi
perawat-klien.
RC (I) + ST
8. Jika perawat yang memiliki pengetahuan dan keterampilan khusus
mengkomunikasikan (Communicate) informasi yang tepat kepada klien,
maka akan terjadi penyusunan (pengaturan) tujuan dan pencapaian tujuan
bersama (Goal Attainment). Pengaturan tujuan bersama merupakan
langkah dalam transaksi dan dengan demikian telah digambarkan sebagai
transaksi (Transaction).

CM + T + GA

20
Proposisi dalam teori pencapaian tujuan oleh King ini dapat
digambarkan dalam skema di bawah ini :

(From Austin, J.K., & Champion, V.L. (1983). King’s Theory for
Nursing : Explication and Evaluation. In P.L. Chinn (Ed.), Advances in
Theory Development (p. 58). Rockville, (MD) : Aspen.)

2.9. Penerimaan Oleh Komunitas Keperawatan

1. Praktik Keperawatan

Publikasi awal King (1971) menyebabkan perkembangan kurikulum


keperawatan dan aplikasi praktik di Ohio State University dan universitas
yang lain. Para profesional di sebagian besar wilayah khusus keperawatan
telah menggunakan konsep King (1981) tentang Teori Pencapaian Tujuan
dalam praktik keperawatan. Hubungannya dengan praktik adalah jelas karena
perawat berfungsi terutama melalui interaksi dengan individu dan kelompok
di dalam lingkungan.King (1984) mengusulkan “perawat, yang memiliki
pengetahuan tentang konsep Teori Pencapaian Tujuan ini, mampu melihat
apa yang terjadi pada pasien dan anggota keluarga dan mampu menyarankan
pendekatan dalam mengatasi situasi itu” (hal. 12).

21
King mengembangkan sebuah sistem dokumentasi Goal Oriented
Nursing Record (GONR)/catatan keperawatan berorientasi tujuan, untuk
mendampingi Teori Middle – Range mencapai tujuannya dan untuk merekam
tujuan dan hasil. GONR adalah metode pengumpulan data, mengidentifikasi
masalah, dan melaksanakan serta mengevaluasi perawatan yang telah efektif
dalam pengaturan pasien.Perawat dapat menggunakan pendekatan GONR
untuk mendokumentasikan efektivitas asuhan keperawatan. “Unsur – unsur
utama dalam sistem rekam ini adalah :

1. Data base
2. Diagnosis Keperawatan
3. Daftar Tujuan
4. Intervensi Keperawatan
5. Lembar Alir
6. Catatan Kemajuan, dan ;
7. Ringkasan Kepulangan”.(King, 1995b, hal. 30 – 31).

Para profesional perawatan kesehatan telah melaksanakan sistem


konseptual King (1981) dan Teori middle – range.Pencapaian Tujuan di
berbagai tatanan praktik nasional dan international (King, 2006,
2007).Berikut ini identifikasi beberapa tempat, dan referensi tempat
tambahan.Jolly dan Winker (1995) menerapkan Teori Pencapaian Tujuan
dalam administrasi keperawatan. Coker dan rekan (1995) melaksanakan
diagnosis keperawatan di sebuah rumah sakit komunitas Kanada, dan
Fawcett, Vaillancourt, dan Watson (1995) menerapkan sistem konseptual di
sebuah rumah sakit komunitas Kanada yang besar. Williams (2001)
menerapkan karya King di unit gawat darurat dan keperawatan pedesaan.
Elberson (1989) menjelaskan sistem konseptual King yang diterapkan untuk
praktik administrasi keperawatan. Sieloff (1995) mendefinisikan kesehatan
dari sebuah sistem social.Olsson dan Forsdahl (1996) meneliti peran perawat
baru di Norwegia.King (2007) menjelaskan penerapan sistem konseptualnya
di sebuah organisasi perawatan kesehatan.Abraham (2009) mengeksplorasi
program pengajaran yang direncanakan dalam kesehatan
lingkungan.D’Shouza, Somayaji, dan Subrahmanya Nairy (2011) meneliti

22
“faktor – faktor penentu kesehatan reproduksi dan kualitas hidup terkait di
kalangan perempuan India di komunitas pertambangan” (hal. 1963).

Frey, Sieloff, dan Norris (2002) memberikan gambaran tentang


dampak karya King di masa lalu, sekarang, dan masa depan. King (2000)
membahas praktik keperawatan berbasis bukti dan, pada tahun 2007,
menggambarkan teorinya tentang pencapaian tujuan dan proses transaksi
seperti yang dilihat di abad kedua puluh satu. Khowaja (2006)
menggambarkan penggunaan sistem konseptual King dan Teori Pencapaian
Tujuan dalam pengembangan jalur klinis. Lane – Tillerson (2007)
menekankan bahwa “gagasan tentang kemajuan yang berkelanjutan
merupakan pusat bagi kerangka konseptual Imogene King (1981)” (hal. 141),
membayangkan praktik keperawatan di tahun 2050. Killeen dan King (2007)
memberikan dukungan tambahan dan mengarahkan penggunaan sistem
konseptual King dengan informatika keperawatan dan sistem klasifikasi
keperawatan untuk komunikasi global. Clarke, Killeen, Messmer, dan Sieloff
(2009) menggambarkan pengaruh King pada ilmu pengetahuan keperawatan.
Bond dan rekan (2011) menganalisis penggunaan Teori King tentang
Pencapaian Tujuan dalam lima tahun publikasi. Messmer dan Cooper (2011)
menggambarkan penerapan Teori King tentang Pencapaian Tujuan dalam
memahami sebuah program pencegahan jatuh dan program risiko cedera
jatuh pada anak.

2. Pendidikan

Fakultas keperawatan di beberapa universitas menggunakan konsep –


konsep King untuk merancang kurikulum keperawatan, seperti King dan
Daubenmire (1973) di Ohio State University ; Gold, Hass, dan King (2000) di
Loyola University di Chicago ; dan Guiltz dan King (1988) di University of
South Florida. Pada tahun 1980, Brown dan Lee melaporkan bahwa konsep –
konsep King berguna dalam mengembangkan kerangka kerja untuk
“penggunaan dalam pendidikan keperawatan, praktik keperawatan, dan untuk
menghasilkan hipotesis untuk penelitian. Mereka menyediakan sarana
sistematis dalam melihat profesi keperawatan, mengorganisasi tubuh
pengetahuan untuk keperawatan, dan mengklarifikasi keperawatan sebagai

23
suatu disiplin” (hal. 468). Studi yang lain melaporkan penggunaan sistem
konseptual King untuk meningkatkan strategi pendidikan (Ward, 2010).
Sistem dan teori konseptual King memiliki aplikasi pendidikan keperawatan
yang dijelaskan secara internasional oleh Rooke (1995b) untuk pengaturan
pendidikan Swedia. Bello (2000) melakukan penelitian dengan mahasiswa
undergraduate di Portugis. Palmer (2006) mengidentifikasi implikasi
pendidikan pasien untuk perawat yang bekerja dengan orang lanjut usia.
Costa dan rekan (2007) menggambarkan model perawatan untuk keluarga
berisiko.

3. Penelitian

Banyak penelitian telah menggunakan karya King sebagai landasan


teoritis. Beberapa penelitian disebutkan di sini, dan yang lain – lain tercantum
di dalam daftar pustaka.Langford (2008) memasukkan konsep transaksi
dalam penelitian dengan “praktisi perawat dan penurunan berat badan pada
remaja obesitas”, dan Firmino, de Fatmina, Cavalcante, dan Celia (2010)
menggunakan konsep personal dan interpersonal untuk penelitian dengan
pasien yang mengalami hipertensi. Yang lain terdaftar sebagai berikut telah
menggunakan sistem konseptual King (1981) :

a) Khowaja (2006) menggunakan sistem konseptual King dan teori


pencapaian tujuan untuk mengembangkan jalur klinis.
b) Frey, Ellis, dan Naar – King (2007) meneliti kongruensi antara sistem
konseptual King dan terapi multisistemik.
c) Taha (2009) menggunakan sistem konseptual King untuk mengeksplorasi
“faktor – faktor yang berhubungan dengan status disposisi pada anak –
anak dengan cedera kepala berat” (hal. 417).
d) Talbott (2009) juga menggunakan sistem konseptual King untuk
mempelajari “karakteristik siswa yang membutuhkan pelayanan
kesehatan fisik khusus” (hal. 418).
e) George, Roarch, dan Andrade (2011) meneliti pandangan keperawatan
yang dimiliki oleh konsumen, ahli bedah, dan perawat.

Para peneliti telah mengembangkan banyak teori middle – range


menggunakan sistem konseptual King (King, 1978; Sieloff & Frey, 2007).

24
Teori – teori ini termasuk teori Frey tentang keluarga, anak – anak, dan
penyakit kronis ( Frey, 1995 ), teori Killeen untuk kepuasan pasien dengan
asuhan keperawatan profesional (2007), teori Sieloff tentang
kekuasaan/pemberdayaan kelompok dalam organisasi ( 2010, Sieloff &
Bularzik, 2011; Sieloff & Dunn, 2008), teori Wicks tentang kesehatan
keluarga (Wicks, Rice & Talley, 2007), teori Doornbos (2007) tentang
kesehatan keluarga, dan model pengambilan keputusan direktif yang
meningkat dari Goodwin, Kiehl, dan Peterson (2002). Fairfax (2007)
memperoleh teori kualitas hidup penderita stroke. Nwinee (2011)
menggunakan karya King untuk mengembangkan Nwinee Socio –
Behavioural Self – Care Management Nurse Model.

Maloni (2007) meneliti sebuah intervensi keperawatan interaktif


kognitif dan hasil – hasil kesehatan dengan pasien diabetes tipe 2.Ritter
(2008) mempelajari manfaat dari partisipasi oleh siswa – siswa yang beresiko
secara akademis dalam sebuah program mentor atau tutor.Sivaramalingam
(2008) mempelajari persepsi perawat bedah yang dimiliki oleh pasien bedah.
Stevens (2009) meneliti hubungan antara pemberdayaan struktural,
kolaborasi dengan dokter dan tim kerja, dan budaya keselamatan pasien.
Alligood (2010) meneliti contoh – contoh penelitian berbasis King dalam
perawatan kesehatan keluarga. Bond dan rekan (2011) melakukan “analisis
deskriptif univariat dari lima tahun artikel penelitian” (hal. 404).

4. Pengembangan Lebih Lanjut

Selama bertahun–tahun, King secara konsisten menunjukkan


keyakinannya pada kebutuhan untuk pengujian lebih lanjut terhadap Teori
Pencapaian Tujuan. “Setiap profesi yang memiliki misi utama memberikan
pelayanan sosial memerlukan penelitian berkelanjutan untuk menemukan
pengetahuan baru yang dapat diterapkan untuk meningkatkan praktik” (King,
1971, hal. 112).Pada tahun 1995, Fawcett dan Whall mengidentifikasi lima
bidang utama untuk pengembangan lanjut karya King yang akan sangat
membantu :

a) Konsep lingkungan akan mendapat manfaat dari definisi dan penjelasan


tambahan.

25
b) Pandangan King tentang penyakit, kesehatan, dan kesejahteraan akan
mendapat manfaat dari penjelasan dan diskusi tambahan.
c) Keterkaitan masa depan antara sistem konseptual King (1981) dan
keberadaan teori middle – range lainnya seharusnya berlanjut dengan cara
menjamin kongruensi antara sistem konseptual dan teori middle – range
tertentu.
d) Pengujian empiris seharusnya berlanjut untuk Teori Pencapaian Tujuan
(King, 1981) dan teori – teori middle – range lainnya yang dikembangkan
dalam sistem konseptual King (Fawcett & Whall, 1995) (Misalnya,
Sieloff & Dunn, 2008 ; Sieloff & Bularzik 2011).
e) Teori middle – range yang tersirat dibandingkan eksplisit, seperti dari
Rooke (1995b), akan mendapat manfaat dari pengembangan terhadap
teori –teori formal (Misalnya, Nwinee, 2011).

Pada tahun 2007, Sieloff dan Frey melaporkan status perkembangan


teori middle – range dari dalam sistem konseptual King. Fawcett (2007)
kembali memeriksa perkembangan teori middle – range, dari dalam sistem
konseptual King, dan membuat rekomendasi – rekomendasi :

1) Kredibilitas sistem konseptual King bisa lebih didukung melalui “meta -


analisis atau kajian integratif yang lain dari hasil yang diperoleh dari tes
empiris dari …. Proposisi – proposisi teori middle – range” (Fawcett,
2007, hal. 301).
2) Penelitian metateoretis tambahan diperlukan untuk mementukan
hubungan antara konsep – konsep dalam pribadi, interpersonal, dan
sistem social” (Fawcett, 2007, hal. 301).
3) Pengujian empiris lanjutan dari semua teori middle – range juga
dibutuhkan.
4) Instrument – instrument penelitian tambahan perlu dikembangkan untuk
mengukur konsep teori middle – range. Utilitas dari instrumen –
instrumen tersebut kemudian perlu dievaluasi dalam hal utilitas mereka
untuk praktik (Fawcett, 2007).

Mahasiswa pascasarjana terus menggunakan sistem konseptual King


dan Teori Pencapaian Tujuan untuk penelitian mereka, termasuk tiga belas

26
mahasiswa master (Zimmerman, 2007; Bialachowski, 2008; Ritter, 2008;
Sivaramalingam, 2008; Talbert, 2008; Egbert, 2009; Weg, 2009; Boyd –
Jones, 2011; Colchin, 2011; Draaistra, 2011; Karlin, 2011; Mardis, 2007;
Wolf, 2011) dan lima belas mahasiswa doktoral DNP atau PhD (Jewell, 2007;
Maloni, 2007; Crump, 2008; Woo, 2008; Bularzik, 2009; Davidson, 2009;
Esquibel, 2009; Stevens, 2009; Taha, 2009; Aboshaiqah, 2010; Smithgall,
2010; Talbott, 2010; Jones – Zeigler, 2011; Lewis, 2011; Reck, 2011).

5. Kejelasan

Titik kuat utama dari sistem konseptual King dan Teori Pencapaian
Tujuan adalah kemudahan yang dapat dipahami oleh perawat. Konsep –
konsep didefinisikan dan diilustrasikan dengan nyata.

6. Kesederhanaan

Definisi – definisi King adalah jelas dan secara konseptual berasal


dari literature penelitian. Teori Pencapaian Tujuan King (1978) menyajikan
sepuluh konsep utama, dan konsep – konsep yang mudah dipahami dan
berasal dari literature penelitian.

7. Keumuman

Teori Pencapaian Tujuan King (1981) telah dikritik karena memiliki


aplikasi yang terbatas di bidang keperawatan ketika pasien tidak dapat
berinteraksi secara kompeten dengan perawat. King mempertahankan
penggunaan luas teori di dalam sebagian besar situasi keperawatan. Dalam
mendukung perspektif King, para profesional perawatan kesehatan telah
mendokumentasikan contoh – contoh penerapan Teori Pencapaian Tujuan
terhadap pasien dengan diabetes (Mailoni, 2007) dan pasien bedah
(Sivaramalingam, 2008; Bruns, Norwood, Bosworth & Hill, 2009). Kameoka,
Funashima, dan Sugimori (2007) menguji proposisi teori dan mengeksplorasi
“karakteristik perawat yang memiliki tingkat pencapaian tujuan dan kepuasan
dalam interaksi dengan pasien keduanya sama – sama tinggi” (hal. 261).
Abraham (2009) menggunakan Teori Pencapaian Tujuan dalam penelitian di
tempat kerja.Langford (2008) menggunakan teori ini untuk memandu
penelitian terhadap wanita dengan masalah berat badan.Alligood (2010)

27
melaporkan penggunaan teori dalam penelitian terhadap keluarga.Smithgall
(2010) meneliti hubungan antara “persepsi stress ibu dan hasil perawatan
pasien neonatal antara yang dirawat sendiri di kamar pribadi dengan yang
dirawat di ruang terbuka pada unit perawatan intensif neonatal.”

8. Aksesibilitas

King mengumpulkan data empiris tentang interaksi perawat – pasien


yang menyebabkan pencapaian tujuan. Sebuah studi deskriptif dilakukan
untuk mengidentifikasi karakteristik transaksi dan apakah perawat melakukan
transaksi dengan pasien.Dengan sampel 17 pasien, tujuan dicapai dalam 12
kasus atau 70% dari sampel. King (1981) percaya bahwa, jika mahasiswa
keperawatan diajarkan proses transaksional dalam teori Pencapaian Tujuan
dan digunakan dalam praktik keperawatan, pencapaian tujuan dapat diukur
dan bukti efektivitas asuhan keperawatan ditunjukkan.

Teori Pencapaian Tujuan memandu disertasi Jewell (2007) yang


mengeksplorasi “sensasi fisik dyspnea yang dirasakan oleh perempuan
gemuk dan bagaimana dampaknya terhadap fungsi mereka”, studi
Sivaramalingam (2008) tentang “persepsi pasien bedah terhadap peran dan
tanggung jawab perawat”, laporan Alligood (2010) tentang contoh para
peneliti yang meneliti dalam lingkup perawatan kesehatan, keluarga dan
Karlin (2011) yang meneliti perspektif perawat intrapartum terhadap teori
King tentang Pencapaian Tujuan.

9. Kepentingan

Teori middle – range King (1981) tentang Pencapaian Tujuan


berfokus pada semua aspek dari proses keperawatan : pengkajian,
perencanaan, implementasi, dan evaluasi. Literature dengan jelas menetapkan
karya King sebagai sesuatu yang penting untuk membangun pengetahuan
dalam disiplin keperawatan.Selain Amerika Serikat dan Kanada, para
professional perawatan kesehatan telah menggunakan dan terus menggunakan
sistem konseptual King dan Teori Middle – Range Pencapaian Tujuan untuk
menerapkan praktik berbasis teori di Asia (Chugh, 2005; Li – Li & Xu,
2010), Australia (Khowaja, 2006), Brazil (Marziale, & de Jesus, 2008), China

28
(Cheng, 2006), India (Abraham, 2009; George, Roach & Andrade, 2011),
Jepang (Kameoka, Funashima, & Sugimori, 2007), Portugal (Chaves & de
Araujo, 2006; Costa, Santos, Martinho, et al., 2007; Firmino, de Fatima,
Cavalcante & Celia, 2010), Slovenia (Harih & Pajnkihar, 2009), Swedia
(Rooke, 1995a, 1995b), dan Afrika Barat (Nwinee, 2011). Karya King telah
menjadi sebuah kerangka kerja terstruktur untuk pengembangan kurikulum di
berbagai tingkat pendidikan.

2.10. Bentuk Logis

Pada artikelnya tahun 1968, King menetapkan bingkai referensi


konseptual pertamanya dengan empat konsep berikut yang berpusat pada
manusia :

1. Kesehatan
2. Hubungan Interpersonal
3. Persepsi
4. Sistem Sosial

Meskipun kerangka asli King adalah abstrak dan ditangani dengan


“hanya beberapa elemen situasi konkret” (King, 1981, hal. 128), dia
menyatakan bahwa empat “ide – ide universal”nya (sistem sosial, kesehatan,
persepsi, dan hubungan interpersonal) adalah relevan dalam setiap situasi
keperawatan” (King, 1981, hal. 128). King (1981) memulai pengembangan
lebih lanjut sistem konseptualnya dan mengusulkan Teori middle – range
Pencapain Tujuan untuk menggambarkan “sifat interaksi perawat – klien
yang mengarahkan pada pencapaian tujuan” (hal. 142) sebagai berikut
:Perawat sengaja berinteraksi dengan klien untuk saling menetapkan tujuan,
dan untuk mengeksplorasi dan menyepakati cara – cara untuk mencapai
tujuan.Pengaturan tujuan bersama didasarkan pada penilaian perawat
terhadap kekhawatiran, masalah, dan gangguan kesehatan klien, persepsi
mereka tentang masalah, dan informasi yang mereka bagi untuk bergerak kea
rah pencapaian tujuan (hal. 142 – 143).

Sebuah kemajuan logis dari perkembangan telah terjadi dalam sistem


konseptual dari 1971 sampai 1981, sehingga King memperoleh Teori middle

29
– range Pencapaian Tujuan – nya dari sistem konseptualya. Teori Pencapaian
Tujuan “mengatur elemen – elemen dalam proses interaksi perawat – klien
yang membuahkan hasil, yaitu, tujuan tercapai” (King, 1981, hal. 143).King
(1971) awalnya telah menyatakan sebagai berikut :Jika perawat adalah untuk
mengasumsikan peran dan tanggung jawab yang diharapkan dari mereka, …
penemuan pengetahuan harus disebarkan sedemikian rupa sehingga mereka
dapat menggunakannya dalam praktik mereka. Data deskriptif yang
dikumpulkan secara sistematis memberikan isyarat dalam menghasilkan
hipotesis untuk penelitian terhadap perilaku manusia dalam situasi
keperawatan (hal. 128).

Pada tahun 1981, King berbicara tentang dikhotomi yang lebuh


sedikit antara kesehatan dan penyakit, mengacu pada penyakit sebagai
gangguan di dalam siklus hidup. Melalui reformulasi, King menyediakan
hubungan sistem yang lebih terbuka antara orang dan lingkungan. King juga
merevisi terminologinya, menggunakan penyesuaian bukan adaptasi, dan
pribadi, manusia, dan individu daripada seorang.Clements dan Roberts (1983)
menggambarkan ide – ide King, menerapkan Teori Pencapaian Tujuan untuk
kesehatan keluarga.

2.11. Aplikasi Teori Imogene M. King dalam Proses Keperawatan

1. Pengkajian

a. Terjadi selama interaksi antara perawat dan pasien/klien. Perawat

membawa pengetahuan khusus dan ketrampilan sedangkan klien membawa

pengetahuantentang diri dan persepsi masalah yang menjadi perhatian,

untuk interaksi ini.

b. Selama pengkajian perawat mengumpulkan data tentang klien, diantaranya

adalah :

1. Tingkat tumbuh kembang.


2. Pandangan tentang diri sendiri.

30
3. Persepsi yang merupakan dasar pengumpulan dan interpretasi data
terhadap status kesehatan.
4. Pola komunikasi diperlukan untuk memferivikasi keakuratan persepsi,
untuk interaksi dan transaksi.
5. Sosialisasi.

2. Diagnosa Keperawatan

1) Dibuat setelah melakukan pengkajian.


2) Dibuat sebagai hasil interaksi antara perawat dengan pasien/klien.
3) Stress merupakan konsep yang penting dalam hubungannya dengan
diagnosa keperawatan.
3.Perencanaan
a) Dibuat berdasarkan diagnosa keperawatan.
b) Setelah diagnosis, perencanaan intervensi untuk memecahkan masalah
tersebut dilakukan.
c) Dalam perencanaan pencapaian tujuan diawali dengan menetapkan
tujuan dan membuat keputusan.
d) Merupakan bagian dari transaksi dan partisipasi pasien/klien yang
dianjurkan ikut serta dalam pengambilan keputusan tapi tidak harus
bertanggung jawab.

4. Implementasi

1) Dalam keperawatan melibatkan proses implementasi kegiatan aktual


untuk mencapai tujuan.
2) Dalam pencapaian tujuan itu adalah kelanjutan dari transaksi.

5. Evaluasi

Merupakan gambaran bagaimana mengenal hasil tujuan yang dicapai


dan membahas tentang pencapaian tujuan dan keefektifan proses keperawatan
(Perry & Potter, 2005).

31
BAB III

APLIKASI KONSEP TEORI MODEL IMOGENE M.KING

3.1. Aplikasi Teori Imogene M. King dalam Praktik Keperawatan

Teori King berfokus pada interaksi perawat - klien dengan pendekatan


sistem. Kekuatan pada model ini adalah partisipasi klien dalammenentukan
tujuan yang akan dicapai, mengambil keputusan, dan interaksi dalam
menerima tujuan dari klien. Teori ini sangat penting pada kolaborasi antara
tenaga kesehatan professional.Teori ini juga dapat digunakan pada individu,
keluarga, atau kelompok dengan penekanan pada psikologi, sosio-kultural,
dan konsep interpersonal.Beberapa contoh kasus yang menggunakan teori
King dalam praktik klinik adalah (Meleis, 1997) :

1) Klien lansia dengan kecelakaan perdarahan pada otak.


2) Klien dengan penyakit ginjal.
3) Caring dalam keluarga.
4) Penyelesaian masalah memfasilitasi pengembangan kesehatan
lingkungankerja.
5) Pelayanan keperawatan kesehatan masyarakat.
6) Pelayanan keperawatan psikiatri.
7) Caring untuk klien pingsan atau tidak sadar.
8) Caring untuk klien dewasa dengan diabetes.
9) Kerangka kerja untuk mengatur perawatan.

3.2. Studi Kasus

Contoh kasus Imogene M.King adalah padapasien dengan MCI


(Myocardial Infarction) pada sistem cardiovascular.

Tn. X usia 52 tahun datang dengan istri dan kedua anak laki – lakinya
ke UGD RS. B, keluhan nyeri pada dada kiri hingga ke punggung, rasanya
seperti tertusuk, sesak nafas, RR : 38 x/mnt, bibir dan kuku (aliran perifer)
terlihat sianosis. Capillary refill>3 detik. Lama nyeri dada kurang lebih 20 –
30 menit. Tn. X mengatakan ia sering mengalami mudah lelah, nyeri pada
dada kirinya saat beraktifitas yang berat seperti mengangkat beras dan barang

32
– barang lain ditoko, dan sesak. Namun ia tidak pernah berobat kedokter,
karena beliau sibuk dengan pekerjaannya sebagai pedagang sembako, selain
itu istri dan kedua anak Tn. X tidak mengetahui bahwa beliau menderita
penyakit jantung (nyeri dada kiri), karena Tn. X tidak pernah terlihat sering
mengalami nyeri dada saat di rumah.

A.Pengkajian Keperawatan berdasarkan Middle - Range Theory of Goal

AttaintmentImogene M.King.

Pengkajian menurut Middle - Range Theory of Goal Attaintment


Imogene M.King meliputi : Persepsi, peran, pertumbuhan dan perkembangan,
ruang, waktu, komunikasi, interaksi, transaksi, stress dan koping, yaitu :

1. Persepsi

a. Bagaimana perasaan anda tentang kesehatan diri anda secara keseluruhan?

b. Bagaimana perasaan anda tentang nyeri dada yang anda rasakan?

c. Apakah anda tahu penyebab dari nyeri dada anda?

d. Apakah anda pernah berobat ke dokter untuk mengobati nyeri dada anda?

e. Apakah anda pernah terpikirkan bahwa anda menderita penyakit yang

serius?

2. Peran

a. Bagaimana penyakit dapat berefek untuk peran kehidupan anda?

b. Bagaimana peran keluarga anda setelah anda memiliki penyakit MCI?

c. Bagaimana anda melakukan peran anda setelah anda menderita MCI?

d. Apakah menurut anda perawat dan dokter telah melakukan perannya?

3. Transaksi

a. Informasi apa yang perawat berikan untuk informasi yang berhubungan

untuk penyakit anda?

33
b. Perawatan seperti apa yang anda inginkan ?

c. Apakah anda merasakan penting bila perawat mendiskusikan dengan anda

setiap kalimemberikan asuhan keperawatan?

d. Bagaimana perawatan anda ketika dokter dan perawat berdiskusi mengenai

proses perawatan?

4. Stress dan Koping

a.Apakah penyakit anda membuat anda stress?

b.Bagaimana anda berperilaku ketika anda mengalami stress?

c.Apakah anda menginginkan seseorang memotivasi anda ketika anda stress?

d.Apakah nyeri dada membuat anda stress?

5. Komunikasi

a. Ketika anda memiliki masalah apakah anda menceritakan pada keluarga

anda?

b. Apakah dokter dan perawat memberikan informasi mengenai penyakit

anda?

c.Apakah anda mengerti anda menderita penyakit apa?

(Observasi proses komunikasi, ekspresi wajahnya, kontak matanya)

6. Ruang

a.Apa yang anda inginkan dari orang lain ketika anda mengalami nyeri dada?

b.Siapa yang anda inginkan, untuk mendampingi anda ketika nyeri dada ?

c.Apakah anda menginginkan privasi, ketika anda berada di rumah sakit?

d.Apakah anda merasa nyaman dengan ruangan perawatan selama di rumah

sakit ?

34
7. Waktu

a.Apakah anda sering mengalami nyeri dada?

b.Kapan anda mengalami nyeri dada pertama kali?

c.Apakah nyeri dada anda memberi efek kepada setiap aktivitas anda?

d.Apakah saat anda mengalami nyeri dada keluarga anda selalu menemani

anda?

8. Pertumbuhan dan Perkembangan

a.Apa pengalaman anda dalam menangani nyeri dada?

b.Ketika nyeri dada, bagaimana anda menangani nyeri dada anda dan

bagaimana hasilnya?

c.Apakah aktivitas yang anda lakukan sebelum terkena penyakit MCI

(Myocardial Infarction) ?

9. Interaksi

a.Apakah anda sering berinteraksi dengan keluarga anda?

b.Bagaimana hubungan anda dengan keluarga anda?

c.Bagaimana perasaan anda ketika anda kontak dengan perawat dan dokter?

d.Apakah anda merasa nyaman dengan interaksi pasien lain di ruang

perawatananda?

10. Diri sendiri

a.Apakah anda merupakan manusia yang memiliki inisiatif?

b.Apakah perasaan anda ketika anda menderita penyakit MCI?

c.Apakah anda merasa diri anda dapat menyelesaikan masalah anda sendiri?

( aksi - reaksi antara perawat-klien ).

35
Fokus Analisa Data Pasien Myocardial Infarction:

No. Data Fokus Etiologi Problem


1. DS: Arterosklerosis, trombosis, Nyeri
kontriksi arteri koronaria
1.Pasien mengatakan

nyeri menyebar di Aliran darah ke jantung menurun

bagian dada.
Jaringan miokard iskemik

Supply O2 ke miokard turun
DO:

- 1.Perubahan tonus otot Metabolisme anaerob

(rentang dari lemas
Timbunan asam Laktat
tidak bertenaga ↓
Nyeri
sampai kaku).
- 2.Perubahan tekanan
darah, pernapasan,
nadi, dilatasi pupil.
3.Perilaku ekspresif
(misal : gelisah,
merintih,peka
terhadaprangsang,
dan menghela napas
panjang).
4.Gangguan tidur.

2. DS: Arterosklerosis, trombosis, Intoleransi


kontriksi arteri koronaria
1.Pasien mengatakan aktifitas

ketidaknyamanan Aliran darah ke jantung menurun

atau dispnea saat
Jaringan miokard iskemik
beraktivitas. ↓
Supply O2 ke miokard turun
2.Pasien mengatakan

merasa letih dan Metabolisme anaerob

lemah.
Timbunan as. Laktat
DO: ↓
Fatique
1.Frekuensi jantung

36
ataudarah tidak Intoleransi aktivitas
normalsebagai
responterhadap
aktivitas.
2.Perubahan EKG
yang
menunjukkan aritimia
atau iskemia.
3. DS: Pasien merasa Arterosklerosis, trombosis, Ansietas
kontriksi arteri koronaria
cemas menghadapi

penyakit yang Jaringan miokard iskemik

dideritanya saat ini.
Supply O2 ke miokard menurun

Metabolisme anaerob
DO:

1.Pasien tampak Timbunan asam Laktat

gelisah.
Nyeri
2.Pasien tampak panik. ↓
Ansietas
3.Pasien tampak
menangis.

4. DS : Informasi yang salah terhadap Deficit


pengetahuan
1. Pasien mengatakan penyakit Myocardial Infarction
kurang mengerti
dengan penyakit Timbul Persepsi terhadap
yang dideritanya penyakit Myocardial Infarction
saat ini.
DO : Deficit Pengetahuan
1.Pasien tampak
menyeringai
(menurunnya rasa
percaya) diri.
2.Pasien bertanya pada

37
perawat.
3.Pasien tampak
penasaran.

b. Diagnosa Keperawatan

1. Nyeri akut berhubungan dengan iskemia miokard akibat sumbatan arteri


koroner.
2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan suplai
oksigen miokard dengan kebutuhan tubuh.
3. Ansietas berhubungan dengan perubahan kesehatan status sosial -ekonomi
ancaman kematian.
4. Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurang pengetahuan mengenai
penyakit Infark Miokard.

c. Intervensi Keperawatan

No. Diagnosa Tujuan & Kriteria I Intervensi Rasional


Hasil : Keperawatan Tindakan
1 Nyeri akut Tujuan: 11.Beri analgesik sesuai R1: Untuk
berhubungan Menunjukkan tingkat dosis yang dibutuhkan mengurangi nyeri.
dengan iskemia nyeri yang dibuktikan pasien.
miokard akibat oleh adanya ekspresi
sumbatan arteri nyeri pada wajah, 22.Ringankan nyeri R2: Untuk
koroner gelisah atau sampai pada tingkat meninkatkan
ketegangan otot, kenyamanan pasien. persepsi positif
durasi episode nyeri, pasien terhadap
merintih dan kemudahan fisik
menangis, dan psikologis
Kriteria hasil: sampai pasien
1.Tindakan individu merasa nyaman.
untuk mengendalikan 33.Minta pasien untuk R3: Untuk
nyeri. menilai nyeri pada mengetahui
2.Keparahan nyeri skala 0-10. tingkat keparahan

38
yang dapat diamati. nyeri pasien.

2 Intoleransi Tujuan: 11.Beri anjuran tentang R1: untuk


aktivitas 1.Menoleransi dan bantuan dalam meningkatkan
berhubungan aktivitas yang biasa aktivitas fisik, sosial, durasi aktivitas
dengan dilakukan, yang spiritual yang spesifik individu.
ketidakseimban dibuktikan oleh 22.Atur penggunaan R2: untuk
gan suplai toleransi aktivitas, energi pasien. mengatasi
oksigen penghematan energi. kelelahan dan
miokard mengoptimalkan
dengan Kriteria hasil: fungsi.
kebutuhan 1.Respons fisiologis 33.Pantau respons R3: untuk
tubuh. terhadap gerakan kardiorespiratori mengetahui
yang memakan terhadap aktivitas respons
energi, tindakan pasien. kardiorespiratori
individu dalam 4. pasien.
mengelola energi 4.4Pantau respons O2 R4: Untuk
untuk memulai dan pasien terhadap mengetahui
menyelesaikan aktivitas keperawatan. penggunaan
aktivitas. oksigen pasien
dalam aktivitas.
55.Pantau pola tidur R5: Untuk
pasien dan lamanya menjaga pola
waktu tidur dalam jam. istirahat pasien
dan mengatasi
kelelahan pasien.
3. Ansietas Tujuan: 1. 1.Minimalkan rasa R1: Untuk koping
berhubungan Kecemasan berkurang cemas, ngeri, dan terhadap nyeri dan
dengan atau teratasi. firasat. trauma emosi
perubahan Kriteria hasil: infark miokard
kesehatan - 1.Mengenal sulit.
status sosial - perasaannya
ekonomi - 2.Mengidentifikasi 2. 2.Turunkan ansietas R2:Pasien dapat

39
ancaman penyebab, faktor yang pada pasien dengan takut mati dan
kematian. mempengaruhi. distres akut. cemas tentang
lingkungan.
- 3.Menyatakan 3. 3.Bantu pasien R3:Cemas
penurunan beradabtasi dengan berkelanjutan
kecemasan. ancaman yang mungkin terjadi
- 4.Mendemonstrasi- mengganggu dalam berbagai
kan sumber secara pemenuhan tuntutan derajat selama
tepat. hidup dan peran. beberapa waktu
dan dapat
dimanifestasikan
oleh gejala
depresi.

4. Defisit Tujuan :
pengetahuan
1.Pengetahuan pasien
berhubungan 1.Jelaskan tentang R1: Agar pasien
mengenai penyakit
dengan kurang definisi penyakit Infark tenang setalah
infark miokard dapat
pengetahuan Miokard pada pasien. mengetahui definisi
meningkat sehingga
mengenai dari penyakit infark
dapat menghilangkan
penyakit Infark miokard yang
masalah deficit
Miokard. dideritanya.
pengetahuan.
2.Jelaskan faktor resiko R2.Faktor resiko
Kriteria Hasil : yang menimbulkan yang timbul pada
penyakit infark miokard pasien harus
1.pasien paham
pada pasien. diketahui oleh
(mengerti) mengenai
pasien tersebut agar
konsep penyakit
dapat mengurangi
infark miokard.
atau mencegah
timbulnya infark
2.pasien tampak
miokard akut
tenang dengan
berulang.
pengetahuan yang
3.Jelaskan pemeriksaan R3: Pemeriksaan
dimiliki mengenai

40
penyakit infark apa saja yang dilakukan demi
miokard dan seharusnya dilakukan menunjang
penanganannya. oleh pasien. diberikannya
tindakan serta
pengobatan yang
tepat.
4.Jelaskan R4: Mempercepat
penatalaksanaan dan penyembuhan dan
pengobatan yang pemulihan pasien
dilakukan untuk pasien. dari penyakit infark
miokard.

Nyeri, cemas, takut adalah pengalaman subyektif yang tampil dalam


variasi respon verbal, non verbal yang bersifat individual sehingga perlu
digambarkan secara rinci untuk mengevaluasi keberhasilan penanganan
respon nyeri akut pada pasien MCI (Myocardial Infarction), Intoleransi
aktivitas (pembatasan aktivitas) dapat dikaitkan dengan teori King, mewakili
keadaan diri pasien terhadap stress dan koping pasien, dan bagaimana kita
menyeting ruangan, waktu untuk interaksi, transaksi, peran pasien dalam
menjalani aktivitasnya sehari – hari di rumah sakit.

Masalah Interaksi dapat teratasi dengan informasi yang diberikan


kepada pasien untuk melakukan aktivitas dengan kegiatan interaksi, transaksi,
peran pasien dalam menjalani aktivitasnya sehari – hari. Lakukan Pendidikan
Kesehatan terhadap pasien MCI dalam proses interaksi, transaksi, peran
pasien untuk menjalani aktivitasnya sehari – hari. Yang mana dalam hal ini
dapat mencegah timbulnya nyeri dada kembali. Misalnya, untuk mengatasi
nyeri akut pasien pada area thorax maka perawat sebaiknya memberikan
intervensi keperawatan dengan mengajarkan dan melatih pasien menarik
nafas dalam secara bertahap dan continue. Sedangkan untuk mengatasi
masalah intoleransi aktivitas maka perawat seharusnya membantu pasien
toileting dan melatih agar fungsi otot – otot gerak tidak kaku dengan
beraktivitas seperti biasa sebagai contoh dengan berjalan di sekitar tempat
tidur dalam ruang rawat pasien disertai latihan aktif pasif ROM.

41
Untuk menangani masalah tingkat kecemasan pasien maka perawat
sebaiknya menjelaskan tentang definisi penyakit pasien, faktor resiko yang
menimbulkan penyakit MCI pada pasien, pemeriksaan apa saja yang
seharusnya dilakukan oleh pasien, penatalaksanaan dan pengobatan untuk
pasien. Diagnosa keperawatan dengan deficit pengetahuan akan menurun atau
berkurang apabila perawat telah memberikan penjelasan pada pasien
mengenai perihal penyakit dan cara penanganannya sehingga deficit
pengetahuan tidak dialami oleh pasien lagi. Dengan pengembangan
pengkajian dan menerapkannya pada penegakkan diagnosa, pemberian
informasi pada setiap intervensi, implementasi keperawatan dan evaluasi
hasil, maka pencapaian tujuan pasien dapat dicapai.

d. Implementasi

Pelaksanaan dari intervensi keperawatan yang telah dirancang yang


ditujukan kepada pasien Miocardial Infarction.

e. Evaluasi

Tahap akhir dari proses keperawatan dan penilaian terhadap hasil


tindakan keperawatan yang telah diberikan kepada pasien. Evaluasi
didokumentasikan dalam bentuk SOAP.Pada kasusmyocardial infarction
evaluasinya adalah :

Data Subyektif (S) :

 Pasien mengatakan nyeri hilang.


 Pasien mengatakan bisa beraktivitas seperti biasa.
 Pasien mengatakan sudah tidak cemas lagi.
 Pasien mengatakan sudah mengerti tentang penyebab penyakit dan faktor
resiko yang menyebabkan penyakit muncul.

Data Obyektif (O) :

 Skala nyeri 0
 Pasien tampak mampu memenuhi ADL (Activity Daily Life) secara
mandiri tanpa bantuan keluarga.
 Pasien tampak duduk tenang dan rileks di atas tempat tidur.
42
 Pasien terlihat berkomunikasi dengan keluarga.

Assesment (A) :Masalah Keperawatan teratasi.

Planning (P):Intervensi dihentikan.

43
BAB IV

ANALISIS KEKUATAN DAN KELEMAHAN TEORI IMOGENE M.KING

PADA KASUS MCI (MYOCARDIAL INFARCTION)

4.1. Analisis Teori Imogene M. King

Analisis saya terhadap teori Imogene King mengacu pada tujuh


kategori atau prosedur yaitu sumber teori, makna teori, kecukupan logika dari
teori, manfaat teori, derajat kemampuan menggeneralisasi, parsimony teori
dan kemampuan untuk diujikan dari teori. Berikut ini kami akan menguraikan
analisis teori tersebut yaitu:

1. Sumber Teori

Dalam menemukan teori, King secara bertahap mengeluarkan


pernyataan-pernyataan yang dimulai pada periode 1961-1966, yaitu tentang
“Konsep Umum dari Perilaku Manusia” (General Concepts of Human
Behavior). Ini merupakan konseptual yang dihasilkan melalui penelaahan
literatur. Pada tahun 1966- 1968, ia mengeluarkan artikel yang berjudul
“Kerangka Kerja Konseptual Keperawatan” (A Conceptual Framework for
Nursing) yang berorientasi pada pencapaian tujuan (Goal Attainment).

Konsep utama dari teori Goal Attainment meliputi: interaksi, persepsi,


komunikasi, transaksi, peran, stress, tumbuh kembang, waktu dan ruang
(Marriner,A. 1986). Teori King memformulasikan teorinya melalui studi
literatur, diskusi, penelitian dan lain-lain. Teori King sangat ideal untuk
dikembangkan pada saat sekarang dimana informasi dan komunikasi yang
berkembang begitu cepat. Teori ini berkembang secara deduktif yaitu
diidentifikasi masalah, lalu mengidentifikasi teori terkait, kemudian dibuat
pertanyaan penelitian yaitu bagaimana komunikasi bisa terjadi bila
menggunakan bahasa yang universal, memilih dan mendefinisikan konsep
atau variabel dari pertanyaan penelitian.

44
2. Makna Teori

Saya menganalisis bahwa teori keperawatan Imogene King sangat


mudah untuk dipahami dan diaplikasikan dalam praktik keperawatan.Teori
ini membangun tubuh ilmu pengetahuan keperawatan (Body of
Knowledge).Manfaat dari teori ini adalah:

a) Mengkontribusi pada pengembangan tubuh ilmu pengetahuan.


b) Dapat dijadikan sebagai rujukan dalam memperbaiki praktek keperawatan.
c) Konsep teori ini dapat dimanfaatkan oleh pelajar, guru dan juga peneliti
dan praktisiuntuk menganalisa dan mengidentifikasi kejadian dalam situasi
keperawatan yang spesifik.
d) Sebagai pendekatan untuk menyeleksi dan memilih konsep yang dijadikan
dasar praktek keperawatan profesional.
e) Keterkaitan dari beberapa pernyataan King dan konsepnya:Beberapa
penjelasan konsep cukup konsisten.
f) Konsep yang satu dengan konsep yang lainnya cukup jelas dalam
membentuk suatuteori. Hal tersebut didasarkan bahwa interaksi antara
perawat dan klien itu sangat penting. Kendala yang sering dihadapi adalah
kesulitan komunikasi dengan bahasa yang mudah dimengerti oleh perawat
di dunia.

3. Kecukupan logika teori

Berdasarkan analisa saya, Konsep teori ini diprediksi dapat


menyesuaikan pada setiap perubahan, perkembangan iptek, sosial, ekonomi
dan politik, karena sistem ini terbuka dan dinamis.Teori ini cukup adekuat
dan logis karena beberapa konsep yang ada didukung oleh beberapa riset.
Teori King menyatakan bahwa manusia mempunyai hak untuk mendapatkan
informasi, berpartisipasi dalam membuat keputusan untuk mempengaruhi
kehidupan, kesehatan, maupun mendapatkan pelayanan kesehatan.

Berdasarkan tersebut diatas maka saya menyimpulkan bahwa teori


King adalah cukup logis dipandang dari cakupan teori atau pernyataan yang
dikemukakan karena teori King ini sangat sesuai karena keberhasilan
perawatan adalah adanya interaksi yang terus menerus antara perawat dan

45
klien serta lingkungan eksternal yang mempengaruhinya. King juga
menyatakan bahwa intervensi keperawatan adalah adanya interaksi perawat
dengan klien yang meliputi komunikasi, persepsi yang menimbulkan aksi dan
reaksi serta menetapkan tujuan dengan maksud tercapainya persetujuan dan
adanya transaksi.

4. Manfaat Teori

Teori ini dapat digunakan pada praktek keperawatan baik pada


lingkup klinik maupun pada lingkup komunitas.Banyak riset dan studi yang
mendukung teori ini berpusat pada aspek teknis perawatan klien dan system
pelayanan keperawatan.Dalam praktek baik di lahan klinik maupun lahan
komunitas interaksi yang terjadi sangat penting bagi klien dan perawat. Jadi
untuk aplikasi di klinik maupun di komunitas teori dari King ini sangat
relevan karena kesembuhan klien sangat dipengaruhi oleh hubungan antara
perawat dan klien.

5. Kemampuan menggeneralisasi

Teori King menurut kelompok memiliki cakupan isi teori yang sangat
luas dan cukup dan komplek untuk diaplikasikan pada tatanan praktek
keperawatan. Teori ini cocok diterapkan pada keperawatan klinik maupun
komunitas karena berfokus pada interaksi antara manusia dan
lingungannya.Manusia sebagai individu dapat melakukan penyesuaian
terhadap stressor internal maupun eksternal dalam rentang sehat sakit dengan
menggunakan sumber-sumber yang dimiliki seseorang untuk mencapai
kesehatan optimal.

6. Parsimony

Konsep-konsep dari teori pencapaian tujuan dapat dijelaskan secara


mudah dan dapat dipahami meskipun cukup kompleks dan definisi yang
dikemukakan cukup jelas.

7. Kemampuan teori untuk diujikan (Testability)

Teori King menurut saya, sudah ada gambaran yang jelas dan sangat
sesuai dengan kondisi teknologi dan informasi pada saat sekarang. Teori ini

46
dapat memprediksi suatu kejadian atau fenomena dalam keperawatan melalui
penetapan hipotesis dalam penelitian.

4.2. Analisis Kekuatan dan Kelemahan Kasus MCI (Myocardial Infarction)


berdasarkan Teori Imogene M.King pada tatanan pelayanan
keperawatan
A. Kekuatan :
1) Teori Imogene M.King ini dapat menyesuaikan pada setiap perubahan,
teori ini dapat dipergunakan dan menjelaskan atau memprediksi sebagian
besar fenomena dalam kasus keperawatan khususnya pasien myocardial
infarction dalam melakukan interaksi dan transaksi komunikasi
terapeutik untuk mengatasi nyeri dada pasien, saaat membantu pasien
melakukan toileting atau ADL maka komunikasi (transaksi) menurut
teori imogene M.King tercapai. Dengan diagnosa keperawatan ansietas
maka perawat di sini dalam pencapaian tujuan melakukan interaksi
dengan pasien MCI berupa memberikan penjelasan ilmu pengetahuan
mengenai penyakit MCI seperti menjelaskan definisi penyakit MCI,
faktor resiko dari MCI, penatalaksaan keperawatan pasien MCI disertai
rasional dari tindakan tersebut agar pasien menyetujui dilakukannya
tindakan dan agar pasien berhenti cemas ( khawatir ) serta pengetahuan
mengenai aturan dan pemberian obat apa saja yang diberikan kepada
pasien yang telah dikolaborasikan dengan dokter spesialisnya Sp.JP
(Specialist Jantung dan Pembuluh Darah).
2) Teori King merupakan serangkaian konsep yang saling berhubungan
dengan jelas dan dapat diamati dalam praktek keperawatan.(Observasi
(Data Obyektif, misalnya pemeriksaan tanda – tanda vital, hasil
pemeriksaan darah, dan hasil pemeriksaan penunjang lainnya, yaitu hasil
observasi dan tindakan keperawatan yang dilakukan perawat terhadap
pasien karena Interaksi).
3) Mengedepankan partisipasi aktif antara perawat dengan pasien terhadap
proses penyembuhannya dalam penyusunan tujuan dan kriteria hasil yang
harus dicapai dan yang telah ditetapkan, dalam proses
mengambilkeputusan setuju dilakukan tindakan keperawatan atau tidak,
dan interaksi untuk mencapai tujuan pasien.

47
4) Teori King dapat dipakai pada semua tatanan pelayanan keperawatan.
5) Teori keperawatan King dapat dikembangkan dan diuji melalui riset
(Penelitian).
6) Teori Imogene M.King dapat digunakan pada semua kasus yaitu, studi
kasus maternitas, keperawatan medikal bedah, management
keperawatan.Di bawah ini contoh judul studi kasus dan riset yang
menggunakan Teori Imogene M.King yaitu :
1. Kameoka, Funashima, dan Sugimori (2007) menguji proposisi teori
dan mengeksplorasi “karakteristik perawat yang memiliki tingkat
pencapaian tujuan dan kepuasan dalam interaksi dengan pasien
keduanya sama – sama tinggi” (hal. 261). (studi kasus management
keperawatan).Langford (2008) menggunakan teori ini untuk memandu
penelitian terhadap wanita dengan masalah berat badan. (studi kasus
KMB ).
2. Alligood (2010) melaporkan penggunaan teori dalam penelitian
terhadap keluarga.
3. Smithgall (2010) meneliti hubungan antara “persepsi stress ibu dan
hasil perawatan pasien neonatal antara yang dirawat sendiri di kamar
pribadi dengan yang dirawat di ruang terbuka pada unit perawatan
intensif neonatal.” (Studi Kasus Keperawatan Maternitas dan Anak)
4. Teori Pencapaian Tujuan memandu disertasi Jewell (2007) yang
mengeksplorasi “sensasi fisik dyspnea yang dirasakan oleh perempuan
gemuk dan bagaimana dampaknya terhadap fungsi mereka”. (studi
kasus KMB)
5. Studi Sivaramalingam (2008) tentang “persepsi pasien bedah terhadap
peran dan tanggung jawab perawat”. (studi kasus KMB)
6. Karlin (2011) yang meneliti “perspektif perawat intrapartum terhadap
teori King tentang Pencapaian Tujuan”. (Keperawatan Keluarga)
B. Kelemahan :
1. Beberapa definisi konsep dasar kurang jernih. Misalnya konsep
mengenai stres yangkurang jelas karena ia menyatakan bahwa stres
memiliki konsekuensipositif dan menyarankan para perawat harus
menghapus pembuat stress dari lingkungan rumah sakit.

48
2. Pada kasus ini teori Imogene M.King berfokus pada sistem
interpersonal saja. Sehingga tujuan yang akandicapai sangat
bergantung pada persepsi perawat dan pasien yang terlibat dalam
hubungan interpersonal dan hanya pada saat itu saja.
3. Teori King belum menjelaskan metode yang aplikatif dalam
penerapan konsep interaksi, komunikasi, transaksi dan persepsi,
misalnya pasien-pasien tidak dapatberinteraksi secara kompeten
dengan perawat, seperti bekerja dengan pasien koma, bayi yang baru
lahir, dan pasien psikiatrik.
4. Tidak membahas teori adanya interaksi antara perawat dengan
keluarga pasien dengan myocardial infarction, sehingga perawat
hanya mengetahui informasi dari pasien saja. (Informasi Terbatas)
5. Teori Imogene M.King hanya berfokus menanyakan pasien
Myocardial Infarction saja tanpa berkolaborasi dengan dokter, tim
farmasi, tim gizi dan therapis mengenai tindakan atau penanganan
pada waktu yang bersamaan sehingga dapat membantu pasien
mengerti atau memahami rasional dari tindakan yang diberikan oleh
perawat dan tim kesehatan lainnya agar pasien memiliki pandangan
atau persepsi yang sama dengan persepsi perawat mengenai penyakit
MCI (Myocardial Infarction).

49
BAB V

PENUTUP

5.1. Kesimpulan

1) Teori pencapaian tujuan (Theory of Goal Attainment) merupakan derivat dari


kerangka kerja konseptual (Conceptual Framework) dan asumsi dasar King
tentang Human Being.
2) Teori pencapaian tujuan berfokus pada interpersonal systems dengan
berorientasi pada pencapaian tujuan dengan sembilan konsep utama, yaitu:
interaksi, persepsi, komunikasi, transaksi, peran, stress, tumbuh kembang,
waktu, dan ruang.
3) Teori King merupakan serangkaian konsep yang saling berhubungan dengan
jelas dan dapat diamati dalam praktek keperawatan.
4) Manfaat dari teori ini adalah: mengkontribusi pada pengembangan tubuh ilmu
pengetahuan (Body of Knowledge), dapat dijadikan sebagai rujukan dalam
memperbaiki praktek keperawatan, konsep teori ini dapat dimanfaatkan oleh
pelajar, guru dan juga peneliti. Teori ini dapat menyesuaikan pada setiap
perubahan, perkembangan iptek, sosial, ekonomi dan politik.
5) Imogene King berkontribusi terhadap kemajuan pengetahuan keperawatan
melalui pengembangan sistem konseptual dan Teori middle – range
Pencapaian Tujuan. Pencapaian Tujuan dengan berfokus pada pencapaian
tujuan, atau hasil, dengan kemitraan perawat – pasien, King menyediakan
sebuah sistem konseptual dan teori middle – range yang telah menunjukkan
kegunaannya untuk perawat. Perawat yang bekerja di berbagai tatanan
dengan pasien dari seluruh dunia terus menggunakan karya King untuk
meningkatkan kualitas perawatan pasien.
6) Kekuatan teori Imogene M.King pada analisa kasus MCI ini adalah teori
Imogene M.King ini dapat menyesuaikan pada setiap perubahan, teori ini
dapat dipergunakan dan menjelaskan atau memprediksi sebagian besar
fenomena dalam kasus keperawatan khususnya pasien myocardial infarction
dalam melakukan interaksi dan transaksi komunikasi terapeutik untuk
mengatasi nyeri dada pasien, saaat membantu pasien melakukan toileting atau
ADL maka komunikasi (transaksi).

50
7) Dan kelemahan Teori M.King pada analisa kasus MCI ini adalah pada kasus
ini teori Imogene M.King berfokus pada sistem personal saja. Sehingga
tujuan yang akan dicapai sangat bergantung pada persepsi perawat dan pasien
yang terlibat dalam hubungan interpersonal dan hanya pada saat itu saja.

5.2. Rekomendasi

1. Melibatkan partisipasi aktif klien dan keluarga klien dalam penyusunan


tujuan bersama, mengambil keputusan, dan interaksi untuk mencapai tujuan
dan kriteria hasil yang diinginkan, di berbagai tatanan pelayanan keperawatan
baik di klinik, rumah sakit, keluarga dan komunitas.
2. Perawat-perawat yang ingin mengaplikasikan teori ini pada praktek
keperawatan, harus mempunyai pengetahuan dari konsep-konsep yang ada
dalam teori pencapaian tujuan (Goal Attainment) dan memiliki kemampuan
untuk membuat perencanaan keperawatan individu sambil mendorong
partisipasi aktif pasien dalam fase pengambilan keputusan.

51
DAFTAR PUSTAKA

Alligood, Martha Raile.(2006). Nursing Theory :Utilization and Application 3th

edition.mosbyelseiver : United Stated of America.

Christensen, Paula J. (2009): Nursing Process:Aplication of Conceptual Models, 4th

ed. St.Louis: Mosby-Year Book, Inc.

Hidayat, Aziz Alimul. 2004. Pengantar Konsep Dasar Keperawatan, Penerbit

Salemba Medika: Jakarta.

Kozier, B. Et al. (1995). Fundamentals of nursing; concepts, process, and practice.

Fifth Edition, California; Addison Wesley.

Marriner-Tomey &Alligood (2006).Nursing Theorist and Their Work.Seventh

Edition.St.Louis: Mosby-Year Book, Inc.

Meleis Ibrahim A., (1997). Theoretical nursing: development and progress, 3rd

Edition, Philadelphia: Lippincott.

Muwarni A.(2009). Pengantar Konsep Dasar Keperawatan. Fitramaya : Yogyakarta.

Perry & Potter. 2005. Fundamental of Nursing, Concept, Process, and Practice:

Edisi4,PenerbitBuku Kedokteran EGC: Jakarta.

Current nursing.com/nursing_theory/goal_attainment_theory.html.

52

Anda mungkin juga menyukai