Anda di halaman 1dari 5

Implikasi teori Orlando pada kasus CKS

Pada kasus Tn. R diatas maka perawat harus segera berekasi terhadap
perilaku pasien baik secara verbal maupun non verbal. Perawat
membantu pasien untuk mengurangi ketidaknyamanan baik fisik maupun
psikologis, ketidakmampuan pasien dalam menolong dirinya. Semua itu
dapat diterapkan melalui pendekatan disiplin proses keperawatan
Orlando sebagai berikut:
1. Fase Reaksi Perawat
Menurut George (1995) bahwa reaksi perawat dimana terjadi berbagai
reaksi perawat dan perilaku pasien dalam disiplin proses keperawatan
Orlando identic dengan fase pengkajian pada proses keperawatan.
Pengkajian difokuskan terhadap data-data yang relative menunjukkan
kondisi yang emergency dan membahayakan bagi kehidupan pasien.
Data pasien yang perlu dikaji adalah melalui perilaku pasien secara
verbal dan non verbal. Dari data perilaku pasien secara verbal
didapatkan bahwa pasien masih berespon terhadap nyeri, kemudian
ada muntah 1 kali. Selanjutnya perawat perlu mengkaji perilaku
pasien non verbal yang menunjukkan bahwa pasien memerlukan
pertolongan segera, seperti: tanda-tanda vital, pada kasus didapatkan
tekanan darah 140/80 mmHg, nadi 110x/menit, pernapasan 18
x/menit, pasien kesadaran somnolen, GCS 3-5-6, akral dingin,
keadaan umumnya lemah, pucat, CRT >3detik. Selanjutnya perawat
perlu mengetahui data-data lain seperti catatan dari tim kesehatan
lain, hasil laboratorium dan pemeriksaan diagnostik. Pada kasus
didapatkan data: kadar haemoglobin 10 gr/%, GDS 100 mg/%, pada
pemeriksaan fisik didapatkan data pada pemeriksaan kepala terdapat
hematoma di kepala bagian belakang dengan diameter sekitar 10cm.
Pada pemeriksaan ekstremitas terdapat luka abrasi di kaki kiri bawah
dengan diameter 5cm.
2. Fase Nursing Action
Fase perencanaan pada proses keperawatan, sesuai dengan fase
nursing action pada disiplin proses keperawatan mencakup sharing
reaction (analisa data), diagnose keperawatan, intervensi, dan
implementasi. Tujuannya adalah untuk mengurngi akan kebutuhan
pasien terhadap bantuan serta berhubungan dengan peningkatan
perilaku pasien. Setelah mendapatkan data-data yang menunjukkan
perilaku pasien menurut Orlando, perawat melakukan sharing reaction
yang identic dengan analisa data, sehingga dapat ditentukan diagnosa
keperawatan.

a. Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan difokuskan terhadap masalah
ketidakmampuan pasien untuk memenuhi kebutuhannya sehingga
perlu pertolongan perawat. Dari data yang didapatkan pada kasus
Tn. R ditemukan masalah:
1) Ketidakmampuan pasien menolong dirinya dalam memelihara
perfusi jaringan cerebri (berhubungan dengan terganggunya
aliran darah ke jaringan cerebral)
2) Ketidakmampuan pasien menolong dirinya dalam mengatasi
rasa nyeri (berhubungan dengan agen pencedera fisik atau
trauma)
3) Ketidakmampuan pasien menolong dirinya dalam merawat
integritas kulit (berhubungan dengan faktor mekanis atau
gesekan pada kulit)

b. Perencanaan keperawatan
Setelah masalah keperawatan pasien ditentukan disusun rencana
keperawatan, fokus perencanaan pada pasien Tn. R yaitu dengan
merumuskan tujuan yang saling menguntungkan baik pasien
maupun perawat sehingga terjadi peningkatan perilaku TN. R
kearah yang lebih baik. Adapun tujuannya yang diharapkan dalam
memberikan asuhan keperawatan Tn. R yaitu mampu menolong
dirinya memelihara perfusi jaringan cerebri, mengatasi rasa nyeri
dan merawat integritas kulit.

c. Implementasi keperawatan
Fokus implementasi adalah efektifitas tindakan untuk
menanggulangi yang sifatnya mendesak, terdiri dari tindakan-
tindakan otomatis seperti melaksanakan tidakan pengobatan atas
instruksi medis dan tindakan terencana yang dianggap sebagai
peran perawat professional. Adapun implementasi keperawatan
yang perlu dilakukan pada Tn. R adalah:
1) Ketidakmampuan pasien menolong dirinya dalam memelihara
perfusi jaringan cerebri (berhubungan dengan terganggunya
aliran darah ke jaringan cerebral)
Tindakan otomatis:
1. Berikan terapi oksigen
2. Kolaborasi pemberian obat-obatan seperti piracetam
Tindakan terencana:
1. Monitor kesadaran dan mencatat status neurologis klien
dengan GCS
2. Monitor tanda-tanda vital tiap 30 menit
3. Pertahankan posisi kepala head up 15-30C
4. Monitor perubahan MAP, perubahan warna kuku, mukosa
bibir dan CRT
2) Ketidakmampuan pasien menolong dirinya dalam mengatasi
rasa nyeri (berhubungan dengan peningkatan tekanan intra
cranial sekunder terhadap cidera kepala)
Tindakan otomatis:
1. Memberikan obat anti nyeri
2. Berikan terapi oksigen
3. Ciptakan lingkungan yang tenang dan nyaman
Tindakan terencana:
1. Posisikan semi fowler
2. Observasi tanda vital setiap 30 menit atau sesuai kebutuhan
3) Ketidakmampuan pasien menolong dirinya dalam merawat
integritas kulit (berhubungan dengan faktor mekanis atau
gesekan pada kulit)
Tindakan otomatis:
1. Kolaborasi untuk pemberian antibiotic
Tindakan terencana:
1. Lakukan perawatan luka secara aseptik

Pembahasan

Pada fase pengkajian pada proses keperawatan sesuai dengan berbagai pada reaksi
perawat dengan perilaku pasien dalam disiplin proses keperawatan Orlando.
Perilaku pasien mengawali pengkajian. Perilaku yang dikaji adalah perilaku verbal
yang dikatakan oleh pasien yaitu keluhan utama, bagaimana keluhan itu di rasakan.
Sedangkan perilaku non verbal yang perlu diketahui oleh perawat adalah tanda-
tanda dari gangguan fungsi tubuh sebagai respon pasien terhadap tidak
terpenuhinya kebutuhan yang membutuhkan pertolongan perawat seperti
perubahan tanda-tanda vital.

Berbagai reaksi perawat dalam disiplin nursing proses adalah komponen yang sama
dengan analisis proses keperawatan. Walaupun reaksi perawat adalah otomatis. Hal
ini sedikit berbeda dengan analisa data pada proses keperawatan dimana seorang
perawat untuk mampu melakukan analisa data perlu menggunakan dasar teori
keperawatan dan menggunakan prinsip dari pengetahuan fisik dan perilaku dan itu
harus benar-benar menjadi dasar dalam menganalisa berbagai tanda dan gejala yang
dirasakan atau ditemukan pada pasien.

Fase perencanaan pada proses keperawatan sesuai dengan fase nursing action pada
disiplin proses keperawatan. Tujuannya adalah selalu mengurangi akan kebutuhan
pasien terhadap bantuan. Tujuannya berhubungan dengan peningkatan perilaku
pasien. tujuan yang dirumuskan pada teori Orlando menurut penulis masih terlalu
umum yaitu fokuskan pada perubahan perilaku dalam menolong untuk memenuhi
kebutuhan dirinya sehingga kemungkinan keberhasilannya sulit untuk diukur
terutama terhadap masalah yang hanya diketahui oleh perawat tetapi tidak disadari
oleh pasien.

Implementasi meliputi seleksi akhir dan pelaksanaan dari tindakan keperawatan dan
ini juga merupakan bagian dari fase tindakan keperawatan pada proses disiplin
Orlando. Kedua proses memerintahkan bahwa tindakan harus sesuai bagi pasien
sebagai individu yang unik. Pada teori Orlando tindakan keperawatan ada 2 macam
yaitu tindakan otomatis yang sifatnya segera dan terencana. Kedua tindakan
tersebut lebih diarahkan terhadap penanggulangan masalah keperawatan yang
bersifat segera dan mengancam kehidupan pasien.

Anda mungkin juga menyukai