Anda di halaman 1dari 23

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Tindakan operasi atau pembedahan merupakan pengalaman yang sulit bagi
hampir semua pasien. Berbagai kemungkinan buruk bisa saja terjadi yang akan
membahayakan bagi pasien. Maka tak heran jika seringkali pasien dan keluarganya
menunjukkan sikap yang agak berlebihan dengan kecemasan yang mereka alami.
Kecemasan yang mereka alami biasanya terkait dengan segala macam prosedur asing
yang harus dijalani pasien dan juga ancaman terhadap keselamatan jiwa akibat segala
macam prosedur pembedahan dan tindakan pembiusan.
Perawat mempunyai peranan yang sangat penting dalam setiap tindakan
pembedahan baik pada masa sebelum, selama maupun setelah operasi. Intervensi
keperawatan yang tepat diperlukan untuk mempersiapkan klien baik secara fisik maupun
psikis. Tingkat keberhasilan pembedahan sangat tergantung pada setiap tahapan yang
dialami dan saling ketergantungan antara tim kesehatan yang terkait (dokter bedah,
dokter anstesi dan perawat) di samping peranan pasien yang kooperatif selama proses
perioperatif.
Ada tiga faktor penting yang terkait dalam pembedahan, yaitu penyakit pasien,
jenis pembedahan yang dilakukan dan pasien sendiri. Dari ketiga faktor tersebut
faktor pasien merupakan hal yang paling penting, karena bagi penyakit tersebut tidakan
pembedahan adalah hal yang baik/benar. Tetapi bagi pasien sendiri pembedahan
mungkin merupakan hal yang paling mengerikan yang pernah mereka alami. Mengingat
hal terebut diatas, maka sangatlah pentig untuk melibatkan pasien dalam setiap langkah
langkah perioperatif. Tindakan perawatan perioperatif yang berkesinambungan dan
tepat akan sangat berpengaruh terhadap suksesnya pembedahan dan kesembuhan
pasien.

1
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Keperawatan Kooperatif?
2. Bagaimana Keperawatan Preoperasi?
3. Bagaimana Keperawatan Preintraoperasi?
4. Bagaimana Keperawatan Pascaoperasi?
C. TUJUAN
1. Untuk Mengetahui Bagaimana Keperawatan Kooperatif.
2. Untuk Mengetahui Bagaimana Keperawatan Preoperasi.
3. Untuk Mengetahui Bagaimana Keperawatan Preintraoperasi.
4. Untuk Mengetahui Bagaimana Keperawatan Pascaoperasi.

2
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Definisi Keperawatan Perioperatif


Asuhan keperawatan perioperative adalah perawatan yang diberikan sebelum
(praoperasi), selama (intraoperasi), dan setelah operasi (pascaoperasi).Ini terjadi di
rumah Sakit, di pusat-pusat bedah yang ada di rumah sakit, di pusat-pusat bedah yang
berdiri sendiri, atau di kantor-kantor penyedia layanan kesehatan.
Keperawatan perioperatif adalah instilah yang digunakan untuk
menggambarkankeragaman fungsi keperawatan yang berkaitan dengan pengalaman
bedah pasien. Factor-faktor penting yang terkaitan dalam pembedahan yaitu penyakit
pasien, pembedahan yang dilakukan dan factor pasien sendiri. Dari ketiga factor
tersebut factor pasien merupakan hal yang peling penting, karena pada factor penyakit
tertentu dan factor tindakan pembedahan adalah hal yang sudah berjalandengan baik
dan benar.
Hal ini didasarkan pada pemahaman perawat tentang prinsip-prinsip penting,
termasuk hal-hal berikut :
1. Pelayanan yang berkualitas tinggi dan perawatan yang berfokus pada
keselamatan klien.
2. Kerja tim multidisiplin.
3. Komunikasi terapeutik yang efektif dan kolaborasi dengan klien, keluarga klien,
dan tim bedah.
4. Pengkajian dan intervensi dalamsemua tahap operasi dengan efektif dan efisien.
5. Advokasi untuk klien dan keluarga klien.
6. Memahami pengendalian biaya.
Tahap-tahap di dalam keperawatan perioperatif :
1. Fase pra operasi
Fase pra operasi dimulai ketika dilakukan intervensi bedah dan diakhiri ketika
pasien berada di meja operasi sebelum pembedahan dilakukan. Lingkup
aktivitas keperawatan selam waktu tersebut dapat mencangkup pengkajian dasar

3
pasien di tatanan klinik ataupun rumah, wawancara praoperasi dan menyiapakan
pasien untuk anestesi yang diberikan dan pembedahan.
Tujuan perawatan praoperasi :
a. Menciptakan hubungan yang baik dengan pasien, memberika
penyuluhan tentang tindakan anesthesia.

b. Mengkaji, merencanakandan memenuhim kebutuhan pasien

c. Mengetahu akibat tindakan anesthesia yang akan dilakukan

d. Mengantisipasi dan menggulangi kesulitan yang mungin timbul.

2. Fase intra operasi


Fase intar operasi dimulai ketika asien masuk atau dipindahkan ke instalasi
bedah (meja operasi) dan berakhir saat pasien dipindahkan ke ruangan
pemulihan (recovery room) atau istilah lainnya adalah post anestesi care unit
(PACU). Pada fase ini ruangna lingkup aktivitas keperawatan mencangkup
pemasangan intarvena kateter, pemberian medifikasi intarvena, melakukan
pemantaun kondisi fisiologis menyeluruh sepanjang prosedur pembedah dan
menjaga keselametan pasien.
Perawatan anestesi dimulai sejak pasien berada di meja operasi sampai dengan
pasien dipindahkan ke ruangan pulih sadar.
Tujuan :
Mengupayaan fungsi vital pasien selama anestesi berada dalam kondisi optimal
agar pembedah dapat berjalan lancar dengan baik.

3. Fase pasca operasi


Fase pasca operasi dimulai dengan masuknya pasien ke ruangan pemulihan dan
berakhir dengan evaluasi tindakan lanjut pada tatanan klinik atau ruang
perawatan bedah atau dirumah. Ringkup ativitas keperawatan melipti rentang
aktivitas yang luas selama periode ini. Pada fase ini focus pengkajian efek agen
atau obat anestesi dan memantau fungsi vital serta mencegah komplikasi.

4
Aktivitas perawat berfokus pada peningkatan penyembuhan dan rehabilitasi dan
pemulangna pasien.
Perawatan pasca anestesi atau pembedahan di mulai sejak pasien dipindahkan
ke ruangan pulih sadar sampai diserah terimakan kembali pada perawat di
rungan rawat inap. Jika kondisi klien tetap kritis pasien dipindahkan ke ICU.

Tujuan :
a. Mengawasi kemajuan pasien sewaktu masa pulih.
b. Mecegah dan segera mengatasi komplikasi yang terjadi.
c. Menilai kesadaran fungsi vital tubuh pasien untuk menentukan saat
pemindahan / pemulangan pasien.
Pengkajian yang dilakukan perawat pada periode perioperatif diantaranya adalah
:
1. Rumah atau klinik.
a. Melakukan pengkajian periopertif awal.
b. Merencanankan metode penyuluhan yang sesuai dengan kebutuhan
pasien.
c. Melibatakan keluarga dalam wawancara.
d. Memastika kelengkapan pemeriksaan pra-operatif.
e. Mengkaji kebutuhan klien terhadap transpotasi da perawatan pasca
operasi
2. Unit perawatan bedah
a. Melengkapi pengkajian pre-operatif.
b. Koordinasi penyuluhan terhadap pasien dengan staf kepewaratan lain.
c. Menjelaskan fase-fase dalam periode perioperatif dan hal-hal
mungkin akan terjadi.
d. Membuat rencana asuhan keperawatan.
3. Ruang operasi.
a. Mengkaji tingkat esadaran klien.
b. Melakukan penilaian ulang lembar observasi pasien atau rekam
medis.

5
c. Mengidentifikasi pasien.
d. Memastiakn daerah pembedahan.

B. Indikasi Pembedahan
Tindakan pembedahan (operasi) dilakukan berdasarkan tau sesuai berdasarkan
indikasi. Beberapa indikasi yang dapat dilakukan pembedahan diantaranya adalah
indikasi :
1. Diagnostik, misalnya eksisi tumor atau laparotomi eksplorasi.
2. Kuratif, misalnya infeksi tumor atau mengangkat afendiks yang mengalami
inflamasi.
3. Reparatif, misalnya memperbaiki luka multiple.
4. Rekontruksi atau kosmetik, misalnya mammoplasty atau bedah plastic.
5. Paliatif, misalnya menghilangkan nyeri atau memperbaiki masalah, seperti
pemasangan selang gastrostomi yang dipasang untuk mengkonpensasi terhadap
ketidakmampuan menelan makanan.

C. Klasifikasi Pemedahan
Jenis-jenis prosedur bedah di klasifikasikan menurut keseriusan, urgensi, dan
tujuan. Beberapa prosedur dapat bergabung ke dalam lebih dari satu klasifikasi.
Misalnya, operasi pengangkatan dan bekas luka adalah minor dalam keseriusan, elektif
di urgensi, dan rekonstruksi di tujuan. Seringnya pembagian kelas-kelas tersebut
tumpang tindih. Prosedur yang mendesak adalah juga penting dalam tingkat
keseriusannya. Kadang-kadang operasi yang sama dilakukan untuk alasan yang berbeda
pada klien yang berbeda. Sebagai contoh, gastrektomi mungkin dilakukan sebagai
prosedur darurat untuk reseksi tukak yang telah berdarah atau sebagai prosedur
mendesak untuk menghapus pertumbuhan kanker. Klasifikasi menunjukkan kepada
perawat tingkat perawatan yang dibituhkan oleh klien.

6
Tipe Deskripsi Contoh

Keseriusan Menyangkut tindakan Bypass arteri coroner,


rekonstruksi yang luas reseksi
Mayor atau perubahan di dalam kolon,pengangkatan laring,
bagian tubuh; memiliki reseksi lobus paru.
risiko besar terhadap
kehidupan.

Minor Menyangkut perubahan Ekstraksi katarak, bedah


minimal dalam bagian plastic wajah, ekstraksi
tubuh; sering digunakan gigi.
untuk mengoreksi
deformitas; termasuk
risiko minimal dibanding
dengan bprosedur mayor.

Kedaruratan
Dilakukan atas kebutuhan Bunionektomi, bedah
Elektif
dasar klien; tidak terlalu plastic wajah, perbaikan
esensial dan tidak selalu hernia, rekonstruksi
penting untuk kesehatan. payudara.

Mendesak Penting untuk kesehatan Pemotongan tumor kanker


klien, sering dilakukan pengangkatan kantung
untuk mencegah masalah empedu disebabkan oleh
tambahan lainnya menjadi batu empedu, perbaikan
berkembang (misalnya: vascular dari arteri yang
kerusakan jaringan atau tersumbat.

7
kegagalan fungsi organ);
tetapi tidak darurat.

Darurat Memperbaiki usus buntu


Harus diselesaikan dengan yang berlubang,
segera untuk memperbaiki luka
menyelamatkan jiwa atau amputasi, mengontrol
mempertahankan fungsi hemoragi internal
bagian tubuh.

Tujuan

Diagnostik Pembedahan eksplorasi Eksplorasi laparotomy


yang memungkinkan (insisi kedalam ruang
penyedia layanan peritoneal untuk melihat
kesehatan untuk organ abdominal).
menegakkan diagnosis;
biasanya termasuk
pengangkatan jaringan
untuk pemeriksaan
diagnostik selanjutnya

Ablatif
Eksisi atau pengangkatan Amputasi, pengangkatan
bagian tubuh yang usus buntu, kolesistektomi.
terserang penyakit
Kolostomi, debridemen
Paliatif
Menghilangkan atau (pembersihan) jaringan
mengurangi intensitas nekrotik, reseksi akar saraf
gejala penyakit; tidakakan
menyembuhkan

8
D. KEPERAWATAN BEDAH PRAOPERASI
Semua bayi dan anak yang dijadwalnya untuk menjalani tindakan pembedahan harus
dinilai prabedah, baik untuk mendeteksi dini keadaan yang memerlukan terapi spesifik,
maupun untuk optimasi, serta untuk menesehati orang tuanyamengenai kemungkinan
keadaan selama anestesi dan pemedahan.
Dalam preopratif klien yang menjalani operasi masuk kedalam tempat pelayanan
kesehatan dalam berbagai tingkat kesehatan. Klien mungkin masuk rumah sakit atau
pusat bedah rawat jalan pada hari yang telah di tentukan dengan perasaan yang relatif
sehat dan siap menghadapi operasi elektif. Sebaliknya, seseorang dalam kecelakaan
bermotor mungkin menghadapi operasi darurat tanpa memiliki waktu untuk persiapan.
Kemampuan untuk menjalin hubungan dan memelihara hubungan profesional dengan
klien merupakan komponen penting dari fase perioperatif. Perawat harus melakukan ini
dengan cepat, tetapi penuh kasih dan efektif.
Klien telah melakukan berbagai uji dan prosedur untuk mengonfirmasi atau
menyingkirkan perubahan yang dibutuhkan dalam pembedahan. Kebanyakan pengujian
terjadi sebelum hari operasi. Biasanya klien yang dijadwalkan untuk operasi rawat jalan
harus menjalani tes yang dilakukan beberapa hari sebelum operasi. Pengujian yang
dilakukan pada hari operasi biasanya terbatas untuk tes seperti pemantauan glukosa untuk
klien dengan diabetes. Perawat perlu mengenali dengan baik tes tersebut, tujuannya, dan
bagaimana cara memonitor hasil.
1. Pengkajian
a. Riwayat Keperawatan.
b. Riwayat Kesehatan.
c. Faktor Resiko
Meliputi :
 Umur
 Nutrisi
 Obesitas

9
 Ketidakseimbanagan Cairan dan Elektrolit
d. Riwayat Pengobatan
e. Pengkajian Nyeri Preoperasi
f. Pemeriksaan Fisik
g. Pemeriksaan Penunjang

2. Diagnosa Keperawatan
Kelompokan pola dalam mendefinisikan karakteristik yang dikumpulkan
selama pengajian untuk mendefinisikan diagnosis keperawatan untuk klien
bedah. Klien dengan masalah kesehatan yang sudah ada sebelumnya
cenderung memiliki berbagai diagnosis berisiko. Sebagai contoh, klien yang
sudah menderita bronkitis, memiliki suara nafas tidak normal dan batuk
produktif, akan berisiko untuk tidakefektifnya bersihan jalan nafas. Sifat
operasi dan status kesehatan klien memberikan definisi karakteristik untuk
beberapa diagnosis keperawatan. Sebagai contoh klien yang sedang
mengalami pembedahan yang berisiko dalam berkembangnya infeksi di
lokasi bedah, di lokasi IV, atau dalam aliran darah (sepsis). Diagnosis risiko
infeksi akan membutuhkan perhatian anda dari saat masuk sampai masa
pemulihan.

3. Intervensi
Intervensi untuk keperawatan perioperatif menyedikan klien /keluarga
pemahaman lengkap tentang operasi dan menekankan klien secra fisik dan
psikologis untuk intervensi bedah.
a. Invormed consent. Operasi tidak dapat di lakukan secara legal atau
etik sampai klien memahami kebutuhan prosedur, langkah-langkah
yang terlibat risiko, hasil yang diharapkan dan pengobatan alternative.

b. Promosi kesehatan. Kegiatan promosi kesehatan selama fase


praoperasi focus pada pemeliharaan kesehatan, pencegahan
komplikasi, dan dukungan rehabilitasi yang mungkin dibutuhkan
pascaoperasi.
10
a) Pendidikan praoperatif
Pendidikan untuk klien merupakan aspek penting dari
pengalaman bedah klien, disediakan dalam format yang
sistematis dan terstruktur dengan prinsip-prinsip mengajara dan
belajar, pendidikan praoperatif berkaitan dengan harapan klien
pascaoperasi dan memberikan pengaruh positif terhadap
pemulihan klien. Perawat memanggil klien sampai dengan 1
minggu sebelum operasi untuk memperjelas pertanyaan dan
memperkuat penjelasan.
b) Klien menyebut alasan intruksi praoperasi dan latihan.Dengan
memberikan dasar pemikiran untuk prosedur praoperasi dan
pascaoperasi, klien lebih siap untuk berpartisipasi dalam
perawatan, setiap program pengajaran praoperasi termasuk
didalamnya penjelasan dan demonstrasi latihan pascaoperasi, yaitu
pernafasan diafragma, spirometri insentif, batuk, berbalik, dan
olahraga kaki. Latihan ini membantuk .mencegah komplikasi
pascaoperasi.
c) Klien menjelaskan prosedur bedah dan perawatan pascaoperasi.
Setelah dokter bedah menjelaskan tujuan dasar dari prosedur
bedah. Beberapa klien akan mengajukan pertanyaan tambahan
untuk menjelaskan informasi. Pertama, klarifikasi tentang apa
yang di dikusikan klien dengan dokter bedah, ketik aklien
memiliki sedikit atau tidak ada pemahaman tentang operasi, ahli
bedah memberitahu bahwa klien membutuhkan penjelasan lebih
lanjutan dapat menambah penjelasannya.
d) Klien menjelaskan kegiatan pascaoperasi jelisoperasi yang klien
jalani menentukan seberapa cepat mereka dapat melanjutkan
aktivitas fisik normal dan kebiasaan makan yang teratur, jelaskan
bahwa kemajuan bertahap dalam aktivitas dan makan adalah hal
yang normal. Jika menoleransi dengan baik aktivitas dan diet,
tingka taktivitas akan maju lebih cepat.

11
E. KEPERAWATAN BEDAH INTAROPERATIF
1. Tahap Bedah Intraoperatif
Anestesi dapat dipertahankan dengan obat intravena, anestesi inhalasi, atau
kombinasi keduanya. Pada bayi dan anak yang sakit berat, terutama yang diduga
harus mendapatkan ventilasi pasca bedah, opioids sintesis dosis tinggi, seperti
fentalin atau sufentalin, memberikan anestesi dengan kestabilan hemodinamik
dengan sangat baik.
Perawatan klien selama operasi membutuhkan persiapan yang hati-hati dan
pengetahuan tentang peristiwa yang terjadi selama prosedur pembedahan. Perawat
biasanya berfungsi dalam salah satu dari dua peran dalam ruang operasi, perawat
sirkulasi atau perawat scrub. Perawat sirkulasi haruslah seorang RN. Tanggung
jawab perawat sirkulasi meliputi penelaahan terhadap pengkajian praoperasi,
menetapkan, dan melaksanakan rencana perawatan intraoperatif, mengevaluasi
perawatan, serta mematikan kesinambungan perawatan pascaoperasi. Perawat
sirkulasi membantu prosedur yang dibutuhkan seperti intubasi endotrakeal dan
administrasi darah. Selain itu, perawat sirkulasi memonitor teknik streril dan
lingkungan ruang operasi yang aman, membantu ahli bedah dan tim bedah dengan
mengoperasikan peralatan nonstreril, menyediakan pasokan tambahan, verifikasi
spons dan jumlah instrument, serta memastikan catatan tertulis yang akurat dan
lengkap.
a) Area Preoperatif
Di beberapa RS, klien memasuki area holding, yang juga dikenal
sebagai unit perawatan preanestesi atau unit perawatan praoperasi
(Presurgical Care Unit PSCU), di luar kamar operasi. Di dalam
PSCU, jelaskan langkah yang akan diambil dalam mempersiapkan
klien untuk bedah, pastikan bahwa data yang diperoleh telah tepat,
kaji kesiapan klien baik secara fisik dan emosional, dan perkuat
pengajaran. Perawat di PSCU adalah anggota staf kamar operasi
dan memakai jas, topi, dan sepatu scrub bedah sesuai dengan

12
kebijakan pengendalian infeksi. Dalam beberapa tempat bedah rawat
jalan, perawat primerperioperatif menerima klien, bersikulasi untuk
prosedur operasi, dan mengelola pemulihan klien dan proses
keluar.Di area preoperatif, perawat atau ahli anestesi memasang
selang IV ke lengan untuk membuat rute pengganti cairan dan obat
IV. Sebuah tabung besar (18 gauge) kateter IV digunakan untuk
memudahkan cairan infuse dan produk darah jika diperlukan.
Perawat memasang manset tekanan darah, yang tetap di tempatnya
selama operasi sehingga operator anestesi dapat membaca tekanan
darah. Perawat biasanya meninjau daftar praoperasi, dan penyedia
anestesi dapat melakukan pengkajian klien saat ini.
Karena pengobatan praoperasi, klien mulai merasa mengantuk. Suhu
di PSCU dan ruang operasi yang berdekatan biasnya dingin.
Tawarkan selimut tambahan pada klien. Kesadaran mulai menurun
saat ini. Lama tinggal klien dalam PSCU biasanya singkat.

b) Penerimaan di Ruang Operasi


Pindahkan klien ke ruang operasi melalui brankar. Klien biasanya
masih terjaga dan akan melihat perawat dan pemberi layanan
kesehatan memakai masker bedah lengkap, gaun, dan kacamata. Staf
dengan hati-hati memindahkan klien ke meja ruang operasi, pastikan
bahwa brankar dan meja operasi terkunci di tempatnya. Setelah klien
di atas meja, kencangkan tali pengaman di sekitar klien. Dukung
klien dengan menjelaskan prosedur dan mendorong klien untuk
mengajukan pertanyaan. Pemandangan dan suara di kamar bedah
kadang- kadang menakutkan bagi klien.

2. Proses keperawatan di tahap bedan intraoperatif


Dalam PSCU, lakukan pengkajian berfokus pada praoperasi untuk memverifikasi
bahwa klien siap untuk operasi dan rencana perawatan intraoperatif. Karena
klien tidak akan mampu berbicara sendiri selagi di bawah anestesi umum, pengkajian
praoperasi di dalam ruang operasi adalah penting untuk keselamatan klien.

13
3. Implementasi
Fokus utama dari Asuhan Intraoperatif adalah untuk mencegah cedera dan
komplikasi berhubungan dengan anestesi, operasi, posisi, dan penggunaan peralatan
Perawat perioperatif adalah pembela klien selama operasi dan melindungi
mertabat dan hak-hak klien setiap saat.
1. Perawatan Akut
a. Persiapan Fisik : Setelah mengamankan klien di meja kamar operasi,
pasang perangkat monitor untuk klien sebelum operasi. Klien yang
menerima anestesi umum dan regional mendapatkan pemantauan EKG
kontinu. Tempatkan elektroda pada dada dan kaki untuk merekam
aktivitas listrik jantung. Sebuah monitor di kamar operasi menampilkan
aktivitas listrik jantung. Oksimetri pulsasi memonitor saturasi
oksigen. Pasang alas pada kauterisasi listrik pada kulit. Terapkan
stoking antiemboli (Misalnya stoking elastis) atau stoking kompresi
sekuensial intraoperatif (terutama untuk kasus- kasus yang berdurasi
lama) atau pascaoperasi sesuai dengan kebijakan institusi.
Dokumentasikan perangkat aplikasi, pengisisan kembali kapiler, dan
toleransi klien terhadap prosedur. Untuk operasi ekstremitas, nilai
denyut perifer distal di lokasi operasi. Ukur suhu secara kontinu melalui
kandung kemih, kerongkongan, atau rektum.
b. Pengenalan Anestesi ; Klien menjalani prosedur bedah menerima
satu dari empat tipe anestesi yaitu :
a) Anestesi umum : Agen anestesi modern lebih mudah untuk
pemulihan dan memungkinkan klien untuk sembuh dengan efek
negatif yang lebih sedikit. Menghasilkan imobilisasi klien yang
tenang dan tak bergerak dan tidak ingat prosedur bedah. Durasi
anestesi bergantung pada lamanya operasi. Risiko terbesar dari
anestesi umum adalah efek samping dari agen anestesi
termasuk depresi kardiovaskuler atau iritabilitas, depresi
pernapasan, serta kerusakan hati dan ginjal.

14
b) Anestesi Regional : Induksi anestesi regional menghasilkan
hilangnya sensasi di daerah tubuh. Metode induksi, seperti
tulang belakang, epidural, atau blok saraf perifer memengaruhi
porsi jalur sensorik yang dibius. Tidak ada kehilangan kesadaran
yang terjadi akibat anestesi regional, tetapi klien sering
mengantuk. Operator anestesi memberikan anestesi regional
dengan infiltrasi dan aplikasi lokal. Risiko dapay terjadi pada
anestesi ini, karena tingkat anestesi bisa meningkat yang
berarti bahwa agen anestesi bergeral ke atas di tulang belakang,
hal ini mungkin akan mempengaruhi pernapasan.
Meninggikan posisi atas tubuh mencegah paralisisis
pernapasan.
c) Anestesi Lokal : Melibatkan hilangnya sensasi di tempat yang
diinginkan (misalnya bagian kulit yang tumbuh atau kornea
mata). Agen obat bius (misalnya lidokain) menghambat
konduksi saraf sampai obat tersebut berdifusi ke dalam
sirkulasi. Agen disuntikkan secara lokal atau dioleskan.
Klien mneglami kehilangan dalam sensasi nyeri dan sentuhan
serta aktivitas motorik dan otonom (misalnya mengosongkan
kandung kemih). Anestesi lokal umum dilakukan untuk
prosedur minor dalam operasi rawat jalan. Penyedia
perawatan kesehatan sering masuk ke daerah operasi dengan
memberikan anetesi lokal untuk mempromosikan nyeri
pascaoperasi.
d) Sedasi Sadar : Secara rutin digunakan untuk prosedur yang tidak
memerlukan anestesi lengkap melainkan tingkat kesadaran yang
ditekan. Seorang klien dibawah sedasi sadar independen harus
mempertahankan jalan napas yang paten dan ventilasi yang
memadai dan mampu merespon dengan tepat terhadap
rangsangan verbal atau stimulasi taktil ringan (Rothrock, 2007).
15
Sedative IV yang bekerja singkat, seperti midazolam (Versed)
diberikan. Keuntungan dari sedasi sadar meliputi sedasi yang
memadai dan mengurangi rasa takut dan kecemasan dengan
risiko minimal,amnesia, menghilangkan rasa sakit dan
rangsangan berbahaya, tanda-tanda vital klien stabil, serta
pemulihan cepat.

F. KEPRAWATAN BEDAH PASCA OPERATIF


1. Tahap bedah pascaoperatif
Faslitas ruangan pemulihan dan ruangan perawatan anak harus
dapat memberiakan pengawasan berkesinambungan patensi jalan nafas,
ventilasi yang cukup, dan stabilitas sirkulasi. Sekuele anestesi umum yang
sering terjadi pada bayi dan anak meliputi eksitasi pasca anestesi, muntah dan
nyeri. Pada kebanyakn kasus muntah dapat diredahkan dengan pemberian
butirofenon (droferidol), fenotiazin (proklorferasi), metoklopranid atau
ondasentron.
Dimana dalam tahap ini, setelah operasi perawatan klien menjadi
kompleks sebagai akibat dari perubahan fisiologi yang terjadi klien yang
menjalani anestesi umu lebih cendrung mengadapi komplikasi dari pada
mereka yang hanya bius lokal atau sedasi sadar. Klien yang membutuhkan
anestesi umum juga memiliki area operasi yang luas. Sebaliknya, klien bedah
rawat jalan yang telah mandapat anestesi lokal dengan tidak adanya sedasi
dan memiliki tanda-tanda vital stabil biasanya segara eluar dari rumah sakit.
Seorang lien yang telah mengalami anestesi regional atau umm biasanya
ditransfer ke PACU akan stabil keluar dari RS, sedangkan klien yang
mendapatkan anestesi lokal pergi langsung ke unit perawatan atau kembali ke
pusat operasi berjalan.
Sebelum program pascaoperasi klien melibatkan dua tahap, yaitu : periode
pemulihan segera dan pemulihan pascaoperasi. Untuk klien bedah rawat jalan,
pemulihan berlangsung hanya 1-2 jam, dan pemulihan terjadi dirumah untuk
klien dirawat dirumah sakit, pemulihan terjadi selama beberapa jam dan

16
menjalani proses penyembuhan terjadi 1 atu lebih, tergantung pada tingkat
operasi dan respon klien.
 Pemulihan segera pascaoperatif
 Keluar dari PACU
 Pemulihan bedah rawat jalan
 Pemulihan Operasi

2. Proses Keperawatan Dalam Perawatan Pascaoperatif


a. Pengkajian
Setelah menyelesaikan pengkajian pada area perawatan akut, segera
penuhi kebutuhan klien, mungkinkan kelurga untik mengujungi,
jelaskan tujuan prosedur pascaoperasi atau peralatan dan status klien.
Keluarga perlu tahu bahwa klien akan tertidur selama hamper seluruh
sisa hari itu sebagai efek dari anestesiumum dan pengobatan nyeri.
Ingkan keluarga bahwa hilangnya sensasi dan gerakan di kaki akan
tetap hiang beberapa jam jika klien mendapatkan anestesi spinal atau
epidural.
 Jalan nafas dan pernafasan
Pada bayi yang lebih muda, terutama usia kurang dari 6 bulan,
pemeliharan jalan nafas dan kecukupan upaya bernafas lebih
menimbulan masalah, sesehingga lebih banyak menggunakan
endotrakeal pada kasus-kasus ini, kecuali untuk operasi yang
sangat singkat Agen anestesi tertentu menyebabkan depresi
pernafasan. Jadi waspadi pernafasan dangkal, lamabat, dan
batuk lemah. Kaji patensi jalan nafas, irama, kedalam ventilasi,
simetris gerakan ding-ding dada, suara nafas dan warna
mukosa. Jika bernafas tida biasa dangkal, letakan tangan anda
didekat hidung atau mulut klien merasa hembusan udara. Nilai
normal oksimetri pulsa berkisar antara 92% dan 100% saturasi
17
kebingungan pascaoperasi marupakan efek sekuder dari
hipoksi, terutama pada anak.
 Transfuse darah
Kriteria transfusi perioperatif pada anak telah di modifikasi,
sebagaian karena semakinmeningkatkan keamanan hemodilusi
ringan serta, makin tinggi terhadap insfeksi yang ditularkan
melalui darah. Keputusan dalam melakukan transfuse tidak
hanya tergantung pada hematokrit saja tetapi, pada perkiraan
atau perhitungan kehilangna darah, perhitugan volume darah,
tahap tentu operasi, dan factor resiko penderita. Misalnya : jika
seorang bayi kehilangna 30% volume daranya selama
pemotongan awal kraniotomi atau reseksi hati., yang
mengantisipasi terjadi pendarahan lebih lanjut yang mungkin
saja terjadi dengan cepat maka transfuse tiak boleh ditunda.
Sebaliknya anak sehat berusia 12 tahun dengan berat 45 kg yang
kehilangna 30% volume darahnya (sekitar 1200 ml) pada akhir
osteotomi panggul, dengan hemodinamik stabil, keluaran urin
sangat baik dan hematokrit 22% setelah penggantian kristaloid
cukup makan transfuse dapat dihindari.

 Kontrol Suhu
Biasanya pada bayi akan terjadi hipotermi atau hipertermi,
jika ruang operasi dan lingkungan kamar pemulihan sangat
dingin. Klien secara anestesi menurunkan tingkat fungsi tubuh
dan akhirnya menurunkan metabolisme dan suhu tubuh.
Ketika klien mulai terbangun, mereka mengeluh mersa diingin
dan tidak nyaman. Lama waktu yang dihabiskan di rungan
operasi dan rungan lama berkontribusi terhadap kehilangan
panas. Operasi yang mengharuskan rongga tubuh terbuka juga
berkontribusi terhada kehilangna panas. Monitor suhu dengan
teliti dibagian perawatan akut, karena suhu tinggia mengkin

18
merupakan indikasi pertama infeksi, evaluasi klien untuk
potensi sumber infeksi termasuk lokasi IV, sayatan luka bedah,
serta saluran pernafasan dan saluran kemih.
 Keseimbangan cairan dan elektrolit
Proses pembedahan klien berisiko untuk mengalami
abnormalitas cairan dan elektrolit. Kaji status hidrasi dan fungsi
jantung dan saraf untuk tanda-tanda perubahan elektrolit.
Monitor dan bandingkan nilai-nilai laboratorium dan nilai- nilai
dasar dari klien. Satu-satunya sumber asupan cairan klien segera
setelah pembedaha adalah kateter IV. Periksa lokasi
insersi kateter klien untuk memastikan bahwa kateter benar
diposisikan dalam pembuluh darah sehingga cairan mengalir
bebas. Catatan yang akurat dari asupan dan keluaran dapat
menilai fungsi ginjal dan peredaran darah. Ukur semua
sumber keluaran, termasuk urine, keluaran dari pembedahan,
darinase lambung, dan drainase dari luka, dan perhatikan
setiap keluaran yang tidak terlihat dari diaphoresis. Kaji
berat badan setiap hari untuk waktu beberapa hari pertama
setelah operasi dan bandingkan dengan berat preoperative.
b. Diagnosis Keperawatan
Tentukan status dari dignosa keperawatan praoperasi melalui
pembagian pengkajian data baru pascaoperasi dan mengidentifikasi
diagnose baru yang relevan. Diagnosis sebelumnya seprti gangguan
integritas kulit, dapat beranjut setelah masalah pascaoperasi.
Identifikasi factor-faktor resiko baru yang mengarah ke identifikasi
diagnosa keperawatan tambahan.
c. Intervensi
Selama fase penyembuhan, gunakan data pengkajian fisi saat ini, dan
analisis perawatan praoperasi untuk renaca perawatan klien.
Intruksikan dokter bedah pascaoperasi juga menjadi pedoman. Instruksi
pascaoperasi yang khas meliputi :

19
1.Pantau tanda vital dan pengkajian khusus dengan sering
2.Jenis cairan IV dan kecepatan cairan.
3. Penerusan obat sebelum operasi sebagai kondisi yang
memungkinkan
4.Cairan dan makanan yang diperoleh lewat mulut.
5.Tingkat aktivitas klien yang diperbolehkan untuk dilanjutkan
6. Posisis klien yang harus dipertahakan sementara di tempat tidur
7. Masukan dan keluaran
8.Laboratorium tes dan foto sinar – x
Tujuan dan hasil :
Setelah mendapatkan hasil akhir, klien pada akhirnya akan mencapai
tujuan mobilitas independen pada tingkat praoperasi atau lebih baik.
Maka hasil yang diharapkan adalah sebagai berikut :
1.Tanda-tanda vital klien kembali seperti fase preoperative
2.Saluran respirasi klien paten dan tidak dibantu
3. Cairan dan elektrolit klien tetap seimbang
4.Suhu klien kembali ke awal dan tetap stabil
Menetapkan prioritas
Dalam PACU, prioritas perawatan meliputi pengkajian dan stabiitas
jalan nafas, intervensi untuk saluran uadara mengalami penurunan serta
pengkajian pernafasan klien, status sirkulasi dan nuerologi, dan
control nyeri. Selagi klien baik fokuskan prioritas pada kemajuan
kegiatan klien untuk mengembalikan lien pada fungsi preopratif atau
lebih baik.
Perawatan kelaborasi :
d. Pada tahapan pemulihan, berkolaborasi pada rencana perawatan dengan
terapi pernafasan,makanan, pekerjaan sosial, perawatan rumah dan hal
lain untuk memenuhi kebutuhan multidispliner klien. Tujuan dan semua
disiplin ilmu ini adalah membatu klien untuk kembali ke
tinngkatterbaik yang mungkin pada fungsi dengan transisi yang lancar

20
kembali kerumah. Peran keluarga dalam rencana perawatan penting
untuk pemulihan.
e. Implementasi
Penyebab utan komplikasi pascaoperasi meliputi luka bedah, efek
imobilisasi dan menjalani proses penyembuhan, resiko praoperasi
seperti uasia, serta pengaruh anestesi dan analgesic. Intervensi
keperawatan langsung pada komplikasi pada pascaoperasi sehinggan
mencegah klien kembali ketingkat tertinggi dalam fungsi sebisa
mungkin. Kegagalan klien untuk menjadi lebih aktif dalam pemulihan
manembah resiko komplikasi. Hamper semua sistem tubuh terpengaruh.
Pertimabngan keterkaitan semua sistem dan terapiyang diberiakan.

21
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Asuhan keperawatan perioperative adalah perawatan yang diberikan sebelum
(praoperasi), selama (intraoperasi), dan setelah operasi (pascaoperasi). Ini terjadi di
rumah Sakit, di pusat-pusat bedah yang ada di rumah sakit, di pusat-pusat bedah yang
berdiri sendiri, atau di kantor-kantor penyedia layanan kesehatan.
Keperawatan perioperatif adalah instilah yang digunakan untuk menggambarkan
keragaman fungsi keperawatan yang berkaitan dengan pengalaman bedah pasien.
Selain itu tahapan bedah / perioperati itu sendiri di bagi menjadi 3 tahapan (praoperasi),
selama (intraoperasi), dan setelah operasi (pascaoperasi), dn makalah ini juga
menjelaskan indikasi pembedahan dan klasifikasi pembedahannya.

B. Saran
Bagi para pembaca dan khususnya tenaga kesehatan dengan adanya makalah ini semoga
dapat menambah wawasannya mengenai perioperatif care pada pediatric sendiri, dan
saat kita memberikan asuhan keperawatan agar bisa memberikan asuhan yang optimal.

22
23

Anda mungkin juga menyukai