Anda di halaman 1dari 26

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Diare adalah pembalikan status serapan bersih normal penyerapan air
dan elektrolit ke sekresi. Kandungan air yang ditambah pada tinja (di atas
nilai normal kira-kira 10 mL / kg / d pada bayi dan anak kecil, atau 200 g / d
pada remaja dan orang dewasa) adalah karena ketidakseimbangan fisiologi
kecil dan kecil. Proses usus besar yang terlibat dalam penyerapan ion, substrat
organik, dan dengan demikian air.
Episode diare secara klasik dibedakan menjadi akut dan kronis (atau
persisten) berdasarkan durasi mereka. Diare akut didefinisikan sebagai
episode yang memiliki onset akut dan berlangsung tidak lebih dari 14 hari;
Diare kronis atau persisten didefinisikan sebagai episode yang berlangsung
lebih lama dari 14 hari. Perbedaannya, yang didukung oleh Organisasi
Kesehatan Dunia (WHO), memiliki implikasi tidak hanya untuk studi
klasifikasi dan epidemiologi tetapi juga dari sudut pandang praktis karena
diare yang berlarut-larut seringkali memiliki serangkaian penyebab yang
berbeda, memiliki masalah manajemen yang berbeda, dan memiliki prognosis
yang berbeda.
Selama anak diare terjadi peningkatan hilangnya cairan dan elektrolit
(natrium, kalium dan bikarbonat) yang terkandung dalam tinja cair anak.
Maka dari itu dengan pembuatan makalah ini bisa menjelaskan lebih lanjud
lagi tentang penyakit diare yang terjadi pada anak dan bagaimana asuhan
keperawatan yang dilakukan.

1.2. Rumusan Masalah


1 Bagaimana Tinjauan Medik Tentang Diare pada anak?
2 Bagaimana Tinjauan keperawatn mulai dari proses pengkajian hingga
evaluasi untuk penyakit diare?
1.3. Tujuan Penulisan Makalah
1 Untuk Mengetahui Tinjauan Medik Tentang Penyakit Diare
2 Untuk Mengetahui Tinjauan Keperawatan Tentang Diare Dan Juga Proses
Keperawatannya.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Tinjauan Medik


A. Definisi diare
Definisi kamus "diare" adalah "kelainan usus yang ditandai dengan
frekuensi abnormal dan fluiditas evakuasi tinja". Diare adalah pembalikan
status serapan bersih normal penyerapan air dan elektrolit ke sekresi.
Kandungan air yang ditambah pada tinja (di atas nilai normal kira-kira 10
mL / kg diare pada bayi dan anak kecil, atau 200 g diare pada remaja dan
orang dewasa) adalah karena ketidakseimbangan fisiologi kecil dan kecil.
Proses usus besar yang terlibat dalam penyerapan ion, substrat organik,
dan dengan demikian air.
Diare akut didefinisikan sebagai onset mendadak dari 3 atau lebih
tinja longgar per hari dan berlangsung tidak lebih dari 14 hari; Diare kronis
atau persisten didefinisikan sebagai episode yang berlangsung lebih lama
dari 14 hari. Perbedaannya memiliki implikasi tidak hanya untuk studi
klasifikasi dan epidemiologi tetapi juga dari sudut pandang praktis, karena
diare berlarut-larut sering memiliki etiologi yang berbeda, menimbulkan
masalah manajemen yang berbeda, dan memiliki prognosis yang berbeda.
Disentri adalah diare yang disertai darah . sebagian besar episode di
sebabkan oleh shigella dan hampir semuanyaq memerlukan pengobatan
antibiotic.
B. Klasifikasi diare
1. Diare Akut
Diare akut merupakan diare yang di diagnose lebih dari tiga kali sehari
berlangsung kurang dari 14 hari dan tidak mengandung darah. Semua
anak dengan diare harus di periksa. Apakah menderita dehidrasi dan di
klasifikasikan status dehidrasi sebagai berikut :
a. Dehidrasi berat
Terdapat dua atau lebih dari tanda di bawah ini :
1) Letargis atau tidak sadar
2) Mata cekung
3) Tidak bisa minum atau malas minum
4) Cubitan kulit perut kembali sangat lambat (≥ 2 detik)
b. Dehidrasi ringan / sedang
Terdapat dua atau lebih tanda di bawah ini :
1) Rewel, gelisah
2) Mata cekung
3) Minum dengan lahap, haus
4) Cubitan kulit kembali lambat
c. Tanpa dehidrasi
Pada tahap ini tidak terdapat cukup tanda untuk di klasifikasikan
sebagai dehidrasi ringan atau berat
2. Diare Persisten
Diare persisten merupakan diare akut dengan atau tanpa disertai
darah yang berlangsung selama ≥ 14 hari, jika terdapat dehidrasi berat
atau sedang diare persisten di klasifikasikan sebagai “berat”. Jadi diare
persisten adalah bagian dari diare kronik yang disebabkan oleh berbagai
penyebab.
a. Diare persisten berat
Berlangsung selama ≥ 14 hari dengan tanda dehidrasi. Anak yang
menderita diare persisten berat memerlukan perawatan di RS.
b. Diare persisten tidak berat
Anak ini tidak memerlukan perawatan di RS tetapi memerlukan
pemberian makan khusus dan cairan tambahan di rumah. Anak
dengan diare ini tidak menunjukan tanda dehidrasi dan tidak
menderita gizi buruk walaupan diarenya sudah berlangsung selama
14 hari.
c. Disenteri
Disenteri adalah diare yang di sertai darah. Sebagian besar episode di
sebabkan oleh shigella dan hampir semuanya memerlukan
pengobatan antibiotic. Tanda untuk diagnosis disenteri adalah BAB
cair, sering dan disertai dengan darah yang dapat dilihat dengan
jelas.
Di RS diharuskan pemeriksaan feses untuk mengidentifikasi
trofozoit amuba dan giardia.
Shigellosis menimbulkan tanda radang akut meliputi :
a. Nyeri perut
b. Demam
c. Kejang
d. Letargis
e. Prolapse rectum
C. Anatomi dan fisiologi
1. Mulut
Mulut atau oris adalah permulaan saluran pencernaan yang
terdiri dari dua bagian yaitu;
a. Bagian luar yang sempit atau vestibula yaitu ruang di antara
gusi, gigi, bibir,dan pipi.
b. Bagian rongga mulut bagian dalam,yaitu rongga mulut yang
dibatasi sisinya oleh tulang maksilaris,palatu dan
mandibularis,disebelah belakang yang bersambung dengan
faring
2. Geliigi
Geligi dibagi atas dua yaitu:
a. Gigi sulung,mulai tumbuh pada anak-anak 6-7 bulan.
Lengkap pada umur 2 ½ tahun 20 buah disebut juga gigi
susu,terdiri dari: 8 buha gigi seri (dens insisivius), 4 buah
gigi taring (dens kaninus) dan8 buah gigi rahang (molare).
b. Gigi tetap (gigi permanen) tumbuh pada umur 6-18 tahun
,jumlahnya 32 buah ,terdiri dari: 8 buah gigi seri (dens
insisivus),4 buah gigi taring (dens kaninus) 18 buah gigi
gerahang (malore),dan 12 buah gigi gerahang (premolare).
Gigi Memiliki Fungsi:
 Gigi seri: memotong makanan
 Gigi taring: memutuskan makanan yang keras dan liat
 Gigi geraham: Mengunyah makanan yang sudah
dipotong.
3. Lidah
Lidah terdiri dari otot serat lintang dan di lapisi oleh
selaput lendir,kerja otot lidah ini dapat digerakan diseluru arah.
Lidah dibagi atas 3 bagian, Radikslingoa (pangkal
lidah) ,Dorsulingoa (punggung lidah),dan apekslingoa (ujung
lidah). Pada pangkal lidah yang belakang terdapat Epiglotis
yang berfungsi untuk menutupi jalan napas pada waktu kita
menelan makanan,supaya makanan jangan masuk kedalam
jalan napas. Punggung lidah (dorsulingoa) terdapat puting-
puting mengecap atau ujung saraf mengecap. Frenulung lingoa
merupakan selaput lendir yang terdapat pada bagian bawah kira-
kira ditengah, jika lida digerakan keatas nampak selaput lendir.
Flikas sublingoa terdapat di sebelah kiri dan kanan
frenulunglingoa,di sini terdapat pula lipatan selaput lendir. Pada
pertengahan flika sublingoa terdapat saluran dari glandula
parotis, sumaksilaris, dan glandula sublingalis.
Fungsi lidah berfungsi untuk mengaduk makanan,
pembentuk suara,sebagai alat mengecap dan menelan,serta
merasakan makanan.
4. Kelenjar Ludah
Kelenjar luda merupakan kelenjarmempunyai duktus yang
bernama duktus wartonik dan duktus stensonik. Kelenjar ludah
ini ada dua yakni
a. Kelenjar ludah bawa rahang (kelenjar submaksilaris),yang
terdapat pada bawah tulang rahang atas pada bagian tengah.
b. Kelenjar ludah bawah luda(kelenjar suplingualis) yang
terdapat dibawah lidah.
Kelenjar ludah (saliva ) dihasilkan didalam rongga mulut.
Di sekitar rongga mulut terdapat 3 buah kelenjar ludah yaitu:
a. Parotis ,letaknya dibawah depan telinga di antara prosesus
matoit kiri dan kanan os mandibular, duktusnya duktus
stesoni. Duktus ini keluar dari glandula parotis menuju ke
rongga mulut melalui pipi (muskulus buksinator)
b. Kelenjar supmaksilaris,wartoni,bermuara di rongga mulut
dekat dengan frenulum lingoa.
c. Kelenjar sublingualis,letaknya dibawa selaput lendir dasar
rongga mulut bermuara di dasar rongga mulut. Kelenjar luda
disarafi oleh saraf-saraf tak sadar.
5. Faring
Faring merupakan organ yang menghubungkan organ
mulut dengan keronkongan (esovagus ). Di dalam lengkungan
faring terdapat tongsil (amandel) yaitu kumpulan kelenjar limfe
yang banyak mengandung limfosit dan merupakan pertahanan
pada infeksi.
6. Esofagus
Esofagus merupakan saluaran yang menghubungkan tekak
denga lambung, pnjangnya ±25 cm,mulai dari faring samapai
pintu masuk kardiak di bawah lammbun. Lapisan di dinding dari
dalam kel luar: lapsan saleput lendir ( mulkosa), lpisan
sukmukosa, lapisa otot melinggkar sekuler, dan lapisan otot
memanjang longgitudinal.
7. Lambung
Terdiri dari:
a. Fundus fendrikulin, bagian yang menonjol ke atas terletak
diatas bagian kiri osteum kardium dan biasanya terpenuh
berisi gas.
b. Korpus fentrikuli,setinggi osetum kardium ,suatu lekukan
bagian bawa kurfaturaminor.
c. Antrum pilorus, bagian lambung berbentuk tabung
mempunyai otot yang tebal membentuk swingter pilorus.
d. Kurfatura minor,terdapat di sebelah kanan
lambung,terbentang dari osetum kardia samapai ke pilorius
e. Kurfatura mayor,lebih panjang dari kurfatura minor terbentan
dari sisi kiri osetum kardiak melalui fundus fertikuli sampai
ke pilorius inferior. Liga mentum gastrolienalis terbentang
dari bagian atas kulfatura mayor sampai ke limpa.
f. Osetum kardiak, merupakan tempat esofagus bagian
abdomen masuk ke lambung. Pada bagian ini terdapat
orifasium piloril.
Fungsi lambung
1. Menampung makanan ,menghancurkan dan menghaluskan
makanan oleh pristaltik lambung dengan getah lambung.
2. Getah cerna lambung yang dihasilkan:
a. Pepsin,fungsinya memecah putih telur menjadi asam
amino (albumin dan pepton).
b. Asam garam ( HCI), fungsinya mengasam makanan
sebagai antiseptik dan sesinfekta, dan me,buat suasana
asam pada pepsinogen sehingga menjagi pepsin.
c. Renin fungsinya , sebagai ragi yang membekukan susu
dan membentuk kasein dari kasinogen ( kasinogen dan
protein susu).
d. Lapisan lambung jumlahnya sedikit memesah lemak
menjadi asam lemak yang merangsang sekresi getah
lambung.
8. Usus halus
Usus halus atau intesinun minor adalah bagian dari sistem
pencernaan makandan lapisan yang berpankal pada pilorus dan
berakhir pada sekum panjangya ± 6 m, merupakan saluran
paling panjang tempat p oroses pencernana dan opservasi hasil
pencernaa yang terdiri dari usus halus ( lapisan mukosa
[sebelah dalam], lapisan melingkaran [M. Sikuler], lapisan otot
memanjang [M. Longitudinal],dan lapisan serason [sebelah
luar]. Fungsi usus halus meliputi :
a. Menerima zat-zat makanan yang sudah dicernah untuk
diserapi melalui kapiler –kapiler darah dalam saluran –
saluran limfe.
b. Menyerap protein dalam bentuk asam amino.
c. Karbonhidrat diserap dalam bentuk monosakarida.
Di dalam usus halus terdapat kelenjar yang menghasilkan
getah usus yang menyempurnakan makanan :
1. Enterokinase, mengaktifkan enzim proteolitik.
2. Eripsin menyempurnakan pencernaan protein menjadi asam
amino.
a. Laktase mengubah laktase menjadi monosakarida.
b. Maltose mengubah maltose menjadi monosakarida.
c. Sukrose mengubah sukrose menjadi monosakarida.
9. Usus besar
Usus besar atau intessinum mayor panjangnya ± 1 ½ m,
lebarnya 5-6 cm. Lapisan –lapisan dari dalam ke luar: selaput
lendir, lapisan otot melingkar , lapisan otot memanjang, jarinag
ikat. Fungsi usus besar dalah menyerp air dari makanan, tempat
tinggal bakteri koli, tempat feses.
10. Anus
Anus adalah bagian daari saluran pencernaan yang
menghubungkan rektum dengan dunia luar 9udara luar).
Terletak di dasar pelvis, dindingnya di perkuat oleh 3 sfingter:
 Sfingter ani internus ( sebelah atas ), bekerja tidak menurut
kehendak.
 Sfingter levator ani, bekerja juga tidak menurut kehendak.
 Sfingter ani eksternus ( sebelah baeah), bekerja menurut
kehdendak.
11. Hati
Hati merupakan organ yang paling besar dalam tubuh
kita.Warnanya coklat dan beratnya ± 1 ½ kg. Letaknya di bagian
atas rongga abdomen disebelah kanan bawah diafragma.
Memiliki fungsi sebagai berikut:
a. Mengubah zat makanan yang diabsorbsi dari usus dan
disimpan disuatu tempat dalam tubuh, dikeluarkan sesuai
dengan Pemakaiannya dalam jaringan.
b. Mengubah zat buangan dan bahan racun untuk diekskresi
dalam empedu dan urine
c. Menghasilkan enzim glikogenik glukosa menjadi glikogen.
d. Sekresi empedu, garam empedu dibuat dihati, dibentuk dalam
system retikuleondotelium, dialirkan ke empedu
e. Pembentukan ureum, hati menerima asam amino diubah
menjadi ureum, dikeluarkan dari darah oleh ginjal dalam
bentuk urine
f. Menyiapkan lemak untuk pemecahan terakhir asam karbonat
dan air.
12. Kandung empedu
Fungsinya:
a. Sebagai persediaan getah empedu, membuat getah
empedu menjadi rental
b. Getah empedu adalah cairan ang dihasilkan oleh sel-sel hati,
jumlah setiap hari dari setiap orang dikeluarkan 500-1000
cc. Sekresi digunakan untuk mencerna lemak.
13. Pankreas
Fungsinya:
a. Fungsi eksokrin, membentuk getah pankreas yang berisi
enzim dan elektolit
b. Fungsi endokrin, sekelompok kecil sel epitelium yang
berbentuk pulau-pulau kecil atau pulau Langerhans, yang
bersama-sama membentuk organ endokrin yang
menyekresian insulin.
c. Fungsi sekskresi eksternal, cairan pancreas dialirkan ke
duodenum yang berguna untuk proses pencernaan makanan
di intestinum.
d. Fungsi sekskresi internal, sekresi yang dihasilkan oleh
pulau-pulau Langerhans sendiri langsung dialirkan kedalam
peredaran darah. Sekresinya disebut hormone insulin dan
hormom glukago. Hormon tersebut dibawah kejaringan
untuk membantu metabolisme karbohidrat.

D. Etiologi diare
Kemungkinan penyebab diare tergantung pada apakah
berlangsung kurang dari 2 minggu (akut) atau lebih dari 2 minggu
(kronis). Sebagian besar kasus diare akut.
Penyebab umum
1. Diare akut biasanya disebabkan oleh
a. Infectious gastroenteritis
b. Keracunan makanan
c. Penggunaan antibiotic
d. Alergi makanan
Gastroenteritis biasanya disebabkan oleh virus, namun
bisa disebabkan oleh bakteri atau parasit.
Keracunan makanan biasanya mengacu pada diare,
muntah, atau keduanya disebabkan oleh makan makanan yang
terkontaminasi oleh racun yang dihasilkan oleh bakteri tertentu,
seperti stafilokokus atau clostridia.
Antibiotik tertentu bisa mengubah jenis dan jumlah
bakteri dalam usus. Akibatnya, diare bisa terjadi. Terkadang
menggunakan antibiotik memungkinkan bakteri yang sangat
berbahaya, Clostridium difficile, untuk berkembang biak.
Clostridium difficilereleases toksin yang dapat menyebabkan
radang selaput usus besar (kolitis-lihat Clostridium difficile
-Induced Colitis).
2. Diare kronis biasanya disebabkan oleh
a. Faktor makanan, seperti intoleransi laktosa atau konsumsi
makanan tertentu secara berlebihan
b. Infeksi (terutama yang disebabkan oleh parasit)
c. Penyakit celiac
d. Penyakit radang usus
Penyebab yang kurang umum
1. Diare akut juga bisa diakibatkan oleh gangguan yang lebih
serius seperti radang usus buntu, intususepsi, dan sindrom
hemolitik-uremik (komplikasi beberapa jenis infeksi bakteri).
Kelainan serius ini biasanya terkait dengan gejala lain yang
mengkhawatirkan selain diare, seperti sakit perut parah atau
pembengkakan, tinja berdarah, demam, dan penampilan buruk.
2. Diare kronis juga bisa diakibatkan oleh kelainan yang
mengganggu penyerapan makanan (kelainan malabsorpsi),
seperti cystic fibrosis, dan sistem kekebalan tubuh yang lemah
(karena adanya gangguan seperti AIDS atau penggunaan obat
tertentu).
Diare terkadang terjadi akibat konstipasi. Saat mengeras
menumpuk di rektum, tinja lunak bisa bocor disekitarnya dan
masuk ke dalam celana dalam anak.
E. Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala yang terkait dengan diare dapat meliputi:
1. Kotoran longgar dan berair
2. Kram perut
3. Sakit perut
4. Demam
5. Darah di bangku
6. Kembung
7. Mual
8. Mendesak perlu buang air besar
9. Pada anak-anak, terutama anak kecil, diare bisa cepat
menyebabkan dehidrasi. Hubungi jika diare anak tidak
membaik dalam waktu 24 jam atau jika bayi menjadi dehidrasi,
memiliki demam di atas 102 f (39 c), memiliki tinja berdarah
atau hitam

F. Patofisiologi
Sekitar 8-9 L cairan memasuki usus setiap hari - 1-2 L
mewakili asupan makanan dan cairan, dan sisanya berasal dari
sumber endogen seperti sekret liur, lambung, pankreas, empedu,
dan usus. Sebagian besar cairan, sekitar 6-7 L, diserap di usus
kecil, dan hanya sekitar 1-2 L yang dipresentasikan ke usus besar.
Sebagian besar diserap saat melewati usus besar, meninggalkan
keluaran tinja sekitar 100-200 g / hari. Meskipun banyak
organisme hanya mengganggu proses penyerapan normal di usus
kecil dan usus besar, organisme lain, seperti Vibrio cholerae,
mengeluarkan toksin yang menyebabkan sel-sel usus kecil
mengeluarkan, daripada menyerap, cairan dan elektrolit.
Akibatnya, diare berat bisa terjadi.
Diare menyebabkan patogen biasanya ditularkan melalui
jalur fecal-oral. Faktor risiko untuk jenis penularan ini termasuk
pembuangan kotoran yang tidak tepat, kurang mencuci tangan
dengan benar setelah buang air besar, dan kontak dengan kotoran
sebelum menangani makanan. Faktor risiko lainnya termasuk
kebersihan makanan yang tidak tepat, pendinginan makanan yang
tidak memadai, paparan makanan terhadap lalat, dan konsumsi air
yang terkontaminasi. Beberapa faktor inang yang menentukan
tingkat penyakit yang pernah terpapar oleh agen infeksi telah
terjadi meliputi: usia, kebersihan pribadi, keasaman lambung dan
hambatan lainnya, motilitas usus, mikroflora enterik, kekebalan
tubuh, dan reseptor usus.
Virus (mis., Adenovirus, astrovirus, rotavirus, virus Norwalk)
adalah penyebab paling umum diare di Amerika Serikat. Yang
paling umum pada anak-anak adalah rotavirus dan pada orang
dewasa norovirus. Escherichia coli, Clostridium difficile, dan
Campylobacter, Salmonella, dan Shigella spp. adalah penyebab
bakteri yang umum. Bacillus cereus, Clostridium perfringens,
Staphylococcus aureus, Salmonella spp., Dan lainnya
menyebabkan keracunan makanan. Entamoeba histolytica dan
Giardia, Cryptosporidium, dan Cyclospora spp. adalah agen parasit
atau protozoa yang menyebabkan diare.
Diare berair akut paling sering terlihat pada diare
pengembara yang disebabkan oleh E. coli enterotoksigenik
(ETEC), diare akibat parasit dari Giardia dan Cryptosporidium spp.
dan, dalam kasus keracunan makanan (menelan racun sebelum
terbentuk), dari B. cereus dan S. aureus.
Beberapa agen infeksi menyebabkan peradangan mukosa,
yang mungkin ringan atau parah. Bakteri seperti enteroadheren
atau enteropatogen E. coli dan virus seperti rotavirus, agen
Norwalk, dan HIV dapat menyebabkan peradangan minimal
sampai sedang. Bakteri yang menghancurkan enterosit seperti
Shigella, E. coli enteroinvasive, parasit E. histolytica, dan bakteri
yang menembus mukosa seperti Salmonella, Campylobacter jejuni,
dan Yersinia enterocolitica menghasilkan peradangan sedang
sampai parah dengan atau tanpa ulserasi.
Penelanan toksin preformed yang dihasilkan oleh bakteri
seperti B. cereus, S. aureus, dan Clostridium perfringens dapat
menyebabkan jejunitis akut. Aeromonas, Shigella, dan Vibrio spp.
(misalnya, V. parahaemolyticus) menghasilkan enterotoksin dan
juga menyerang mukosa usus. Pasien karenanya sering hadir
dengan diare berair, diikuti beberapa jam atau hari dengan diare
berdarah. Bakteri yang menghasilkan peradangan dari sitotoksin
meliputi Clostridium difficile dan hemorrhagic E. coli O157: H7.
Diare eksudatif diakibatkan oleh luka parah pada usus kecil
atau mukosa usus besar akibat pembengkakan atau pembengkakan,
yang menyebabkan hilangnya lendir, protein serum, dan darah ke
dalam lumen usus. Peningkatan kotoran dan ekskresi elektrolit
akibat gangguan air dan penyerapan elektrolit oleh usus yang
meradang dan bukan dari sekresi air dan elektrolit ke eksudat.
Penyebab diare yang tidak menular antara lain: penyakit radang
usus, sindrom iritasi usus besar, penyakit usus iskemik, obstruksi
usus kecil parsial, abses pelvis di daerah rektosigmoid, impaksi
tinja, sindrom karsinoid, alergi makanan, konsumsi gula rendah
yang mudah diserap seperti laktulosa, dan konsumsi alkohol akut
Diare adalah salah satu efek samping obat resep yang paling sering
terjadi; penting untuk dicatat bahwa diare terkait obat biasanya
terjadi setelah obat baru dimulai atau kenaikan dosis
G. Komplikasi
1. Dehidrasi
2. Hipokalemia
3. Hipokalsemia
4. Cardiac dyshrythmias akibat hipoalemi dan hipokalsemi
5. Hiponatremia
6. Syok hipovolemik
7. Asidosis
H. Penatalaksanaan
1. Studi laboratorium feses meliputi:
 Pemeriksaan untuk ova dan parasite
 Jumlah leukosit
 Tingkat pH: Tingkat pH 5,5 atau kurang atau adanya zat
pereduksi mengindikasikan intoleransi karbohidrat, yang
biasanya disebabkan oleh penyakit virus.
 Pemeriksaan eksudat karena ada / tidak adanya leukosit
 Kultur: Selalu kultur untuk Salmonella, Shigella, dan
Campylobacter spp dan Y enterocolitica dengan adanya tanda
klinis kolitis atau jika leukosit fekal hadir; carilah
Clostridium difficile pada orang dengan diare yang ditandai
dengan kolitis dan / atau kotoran berdarah; menilai
Escherichia coli, khususnya O157: H7, dengan diare berdarah
dan riwayat makan daging sapi; layar untuk Vibrio dan
Plesiomonas spp dengan sejarah makan seafood mentah atau
perjalanan mancanegara
 Enzim immunoassay untuk rotavirus atau antigen
adenovirus
 Uji aglutinasi lateks untuk rotavirus
2. Studi laboratorium lainnya mungkin meliputi:
 Tingkat albumin serum: Rendah pada enteropati protein-
kehilangan dari infeksi usus enteroinvasive (misalnya
Salmonella spp, enteroinvasif E coli)
 Tingkat alpha1-antitripsin fekal: tinggi pada infeksi usus
enteroinvasive
 Anion gap untuk menentukan sifat diare (yaitu osmolar vs
secretory)
 Biopsi usus: Dapat diindikasikan dengan adanya diare kronis
atau berlarut-larut, dan juga pada kasus di mana pencarian
penyebab diyakini sebagai wajib (misalnya pada pasien
dengan acquired immunodeficiency syndrome [AIDS] atau
pasien yang menderita berat immunocompromised)
3. Pengelolaan
Diare onset akut biasanya terbatas pada diri sendiri; Namun,
infeksi akut bisa memiliki jalur yang berlarut-larut.
Manajemen umumnya mendukung: Pada kebanyakan kasus,
pilihan terbaik untuk pengobatan diare onset akut adalah
penggunaan awal terapi rehidrasi oral (oral rehydration therapy
/ ORT). [1]
4. Farmakoterapi
Vaksin (misalnya rotavirus) dapat membantu meningkatkan
ketahanan terhadap infeksi. Agen antimikroba dan antiparasit
dapat digunakan untuk mengobati diare yang disebabkan oleh
organisme dan / atau keadaan klinis tertentu. Obat tersebut
meliputi:
 Cefixime
 Ceftriaxone
 Cefotaxime
 Eritromisin
 Furazolidone
 Iodoquinol
 Metronidazol
 Paromomisin
 Kuinakrin
 Sulfametoksazol dan trimetoprim
 Vancomycin
 Tetrasiklin
 Nitazoxanide
 Rifaximin
I. Epidemiologi

2.2. Tinjauan Keperawatan (konsep Askep)


A. Pengkajian
1) Anamnesis
 Identitas :
Perlu diperhatikan adalah usia.Episode diare terjadi pada dua tahun
pertama keidupan. Insiden paling tinggi adalah golongan umur 6-11
bulan. Kebanyakan kuman usus merangsang kekebalan terhada
infeksi, hal ini membantu menjelaskan penurunan insiden penyakit
pada anak yang lebih besar. Pada umur 2 tahun atau lebih imunitas
aktif mulai terbentuk. Kebanyakan kasus karena infeksi usus
asimptomatik dan kuman enteric menyebar terutama klien tidak
menyadari adanya infeksi.Status ekonomi juga berpengaruh
terutama dilihat dai pola makan dan perawatannya.
 Keluhan
Riwayat Pemberian Makanan anak sangat Penting dalam
melakukan tatalaksana anak dengan diare. Hal yang perlu
ditanyakan ialah:
a. Diare
Frekuensi buang air besar (BAB) anak
Lamanya diare Terjadi (berapa hari?)
Apakah ada darah dalam tinja?
Apakah ada muntah?
b. Laporan setempat mengenai kejadian luar biasa kolera
c. Pengobatan antibiotic yang baru diminum anak atau pengobatan
lainnya.
d. Gejala invanigasi ( tangisan keras dan kepucatan pada bayi).
 Riwayat Penyakit sekarang
BAB warna kuning kehijauan bercampur lender dan darah atau
lendir saja. Konsistensi encer, frekuensi lebih dari 3 kali,waktu
pengeluaran: 3-5 hari ( diare akut ),lebih dari 7 hari ( diare
berkepanjangan ),lebih dari 14 hari ( diare kronik ).
 Riwayat penyakit dahulu
Pernah mengalami diare sebelumnya,pemakaian antibiotic atau
kortikostiroid jangka panjang (perubahan candida albicans dari
saprofit menjadi parasit); alergi makanan, ISPA,ISK,OMA campak.
 Riwayat nutrisi
Pada anak usia toddler makanan yang diberikan seperti orang
dewasa,porsi yang diberikan 3 kali setiap hari dengan tamahan
buah dan susu.Kekurangan gizi pada anak usia toddler sangat
rentan,cara pengelolahan makanan yang bai, menjaga kebersihan
dan sanitasi makanan,dan kebiasaan cuci tangan.
 Riwayat kesehatan keluarga
Ada salah satu keluarga yang mengalami diare.
 Riwayat kesehatan lingkungan
Penyimpanan makanan pada suhu kamar kurang menjaga
kebersihan tempat tinggal.
2) Pemeriksaan fisik
Cari:
a. Tanda-tanda dehidrasi ringan atau dehidrasi berat:
Rewel atau gelisah
Letargis/ kesadaran berkurang
Mata : Cekung, kering, sangat cekung
Cubitan kulit perut Kembalinya lambat atau sangat lambat
Sistem pencernaan : Haus/ minum dengan lahap atau malas
minum atau tidak bisa minum, mukosa mulut kering,distensi
abdomen,peristaltic meningkat lebih dari 35 kali/menit,napsu
makan menurun,mual muntah,
Kepala: ubun-ubun tak teraba cekung karena sudah menutup
pada anak umur satu tahun lebih.
Sistem pernapasan: dispnea,pernapasan cepat lebih dari 40 kali/
menit,karena asidosis metabolic( kontraksi otot pernapasan )
Sistem kardiovaskuler: nadi cepat lebih dari 120 kali /menit dan
lemah, tensi menurun pada diare sedang.
Sistem integument: warna kulit pucat,turgor menurun lebih dari
2 detik,suhu meningkat lebih dari 37,5ºC,akra hangat,akral
dingin( waspada syok )CRT memanjang lebih dari 2
detik,Kemerahan pada daerah perineal.
Sistem perkemihan: urin produksi oliguria sampai anuria (200-
400 ml/24 jam),Frekuensi berkurang dari sebelum sakit.
b. Darah dalam tinja
c. Tanda invanigasi ( masa intra-abdominal,tinja hanya lendir dan
darah)
d. Tanda-tanda gizi buruk
e. Perut Kembung
3) Pemeriksaan penunjang.
a. Laboratorium:
 Feses kultur: Bakteri, virus, parasit, candida.
 Serum Elektrolit: hiponatremi,hipermatremi, hipokalemi.
 AGD: asidosis metabolic (Ph menurun,PO₂ meningkat,PCO₂
Meningkat,HCO₃ menurun)`
 FAAL ginjal: UC meningkat ( GGA)
b. Radiologi:
Mungkin ditemukan bronchopemoni.
B. Diagnosa
1. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan
kehilangan cairan sekunder terhadap diare
2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan diare
atau output berlebihan dan intake yang kurang
3. Resiko peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses infeksi
sekunder terhadap diare
4. Resiko gangguan integritas kulit berhubungan dengan peningkatan
frekuensi diare
5. Kecemasan anak berhubungan dengan tindakan status kesehatan
6. Perubahan proses keluarga berhubungan dengan krisis situasi kurang
pengetahuan.
C. Intervensi Keperawatan
Diagnosa 1: Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan
dengan kehilangan cairan sekunder terhadap diare
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan Keperawatan selama 3 x 24 jam
keseimbangan dan elektrolit dipertahankan secara maksimal
Kriteria hasil:
 Tanda vital dalam batas normal (N : 120-160x/mnt, S: 36-37,5ºC,
RR:kurang dari 40 x/mnt)
 Turgor elastic membran mukosa bibir basah, mata tidak cekung, UUB
tidak cekung.
 Konsistensi BAB lembek, frekuensi 1 kali/hari.
Intervensi:
1. Pantau tanda dan gejala kekurangan cairan dan elektrolit
Rasional:Penurunan sirkulasi volume cairan menyebabkan kekeringan
mukosa dan pemekatan urine.Dwteksi dini memungkinkan terapi
pergantian cairan segera untuk memperbaiki devisit
2. Beri LRO( Larutan Rehidrasi Oral)
Rasional: Untuk Rehidrasidan penggantian kehilangan cairan melalui
feses
3. Berikan LRO sedikit tapi sering/anjurkan keluarga untuk memberi
minum bayak pada klien 2-3 liter/hari.
Rasional: mengganti cairan dan elektrolit secara oral
4. Setelah rehidrasi berikan diet regular pada anak sesuai toleransi
Rasional: Karena penelitian menunjukan pemberian ulang diet normal
secara dini bersifat menguntungkan untuk menurunkan jumlah defekasi
dan penurunan BB dan pemendekan durasi penyakit.
5. Pantau intake dan output ( urine, feses, dan emesis)
Rasional: Untuk mengevaluasi kefektivan intervensi
6. Timbang BB setiap hari
Rasional: mendeteksi kehilangan cairan,penurunan 1kgBB= Kehilangan
cairan satu liter.
7. Kaji TTV,turgor kulit, membrane mukosa, dan status mental setiap 4
jam atau sesuai indikasi
Rasional: untuk mengkaji hidrasi
8. Hindari masukan cairan jernih seperti jus buah, minuman berkarbonat
dan gelatin,
Rasional: karena cairan ini biasanya tinggi karbohidrat dan rendah
elektrolit dan mempunyai osmolaritas yang tinggi.
Kolaborasi:
 pemeriksaaan laboratorium serum elektrolit ( Na,K,Ca,BUN)
Rasional: koreksi keseimbangan airan dan elektrolit BUN untuk
mengetahui FAAL ginjal ( kompensasi )
 Cairan parenteral Cairan parenteral ( IV line ) sesuai dengan umur
Rasional :Mengganti cairan dan elektrolit secara adekuat dan cepat.
 Obat-obatan : (antisekresin, antispasmolitik, antibiotik)
Rasional : anti sekresi untuk menurunkan sekresi cairan dan
elektrolit agar simbang, antispasmolitik untuk proses absorbsi
normal, antibiotik sebagai anti bakteri berspektrum luas untuk
menghambat endotoksin.
9. Instruksikan keluarga dalam memberikan terapi yang tepat, pemantauan
masukkan dan keluaran, dan mengkaji tanda-tanda dehidrasi
Rasional : Untuk menjamin hasil optimum dan memperbaiki kepatuhan
terhadap aturan terapeutik

Diagnosa 2 : Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan


dengan tidak adekuatnya intake dan out put
Tujuan: setelah dilakukan tindakan perawatan selama dirumah di RS
kebutuhan nutrisi terpenuhi
Kriteria Hasil :
 Nafsu makan meningkat
 BB meningkat atau normal sesuai umur
Intervensi :
1. Diskusikan dan jelaskan tentang pembatasan diet (makanan berserat
tinggi, berlemak dan air terlalu panas atau dingin)
Rasional: Serat tinggi, lemak,air terlalu panas / dingin dapat
merangsang mengiritasi lambung dan saluran usus.
2. Ciptakan lingkungan yang bersih, jauh dari bau yang tak sedap atau
sampah, sajikan makanan dalam keadaan hangat
Rasional: situasi yang nyaman, rileks akan merangsang nafsu makan.
3. Berikan jam istirahat (tidur) serta kurangi kegiatan yang berlebihan
Rasional : Mengurangi pemakaian energi yang berlebihan
4. Observasi dan catat respos terhadap pemberian makan
Rasional : Untuk mengkaji toleransi pemberian makan
Kolaborasi dengan tim kesehatan lain :

a. terapi gizi : Diet TKTP rendah serat, susu


b. obat-obatan atau vitamin ( A)
Rasional : Mengandung zat yang diperlukan , untuk proses
pertumbuhan
5. Instruksikan keluarga dalam memberikan diet yang tepat
Rasional untuk meningkatkan kepatuhan terhadap program terpautik

Diagnosa 3 : Resiko peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses


infeksi dampak sekunder dari diare
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan perawatan selama 3x 24 jam
tidak terjadi peningkatan suhu tubuh
Kriteria hasil : suhu tubuh dalam batas normal ( 36-37,5 C Tidak terdapat
tanda infeksi (rubur, dolor, kalor, tumor, fungtio leasa)
Intervensi :

1) Monitor suhu tubuh setiap 2 jam


Rasional : Deteksi dini terjadinya perubahan abnormal fungsi
tubuh ( adanya infeksi)
2) Berikan kompres hangat
Rasional: merangsang pusat pengatur panas untuk menurunkan
produksi panas tubuh
3) Kolaborasi pemberian antipirektik
Rasional: Merangsang pusat pengatur panas di otak
Diagnosa 4 :Resiko gangguan integritas kulit perianal berhubungan dengan
peningkatan frekwensi BAB (diare)
Tujuan : setelah dilakukan tindaka keperawtan selama di rumah sakit
integritas kulit tidak terganggu
Kriteria hasil :
 Tidak terjadi iritasi : kemerahan, lecet, kebersihan terjaga
 Keluarga mampu mendemontrasikan perawatan perianal dengan baik
dan benar
Intervensi :

1) Diskusikan dan jelaskan pentingnya menjaga tempat tidur


Rasional: Kebersihan mencegah perkembang biakan kuman
2) Demontrasikan serta libatkan keluarga dalam merawat perianal
(bila basah dan mengganti pakaian bawah serta alasnya)
Rasional: Mencegah terjadinya iritassi kulit yang tak diharapkan
oleh karena kelembaban dan keasaman feces
3) Atur posisi tidur atau duduk dengan selang waktu 2-3 jam
Rasional: Melancarkan vaskulerisasi, mengurangi penekanan yang
lama sehingga tak terjadi iskemi dan irirtasi .
Diagnosa 5 : Kecemasan anak berhubungan dengan tindakan invasive
Tujuan : setelah dilakukan tindakan perawatan selama di rumah sakit,
klien mampu beradaptasi
Kriteria hasil : Mau menerima tindakan perawatan, klien tampak
tenang dan tidak rewel
Intervensi :

1) Libatkan keluarga dalam melakukan tindakan perawatan


Rasional : Pendekatan awal pada anak melalui ibu ataukeluarga

2) Hindari persepsi yang salah pada perawat dan RS


Rasional : mengurangi rasa takut anak terhadap perawat dan
lingkungan RS
3) Berikan pujian jika klien mau diberikan tindakan perawatan dan
pengobatan
Rasional: menambah rasa percaya diri anak akan keberanian dan
kemampuannya

4) Lakukan kontak sesering mungkin dan lakukan komunikasi baik


verbal maupun non verbal (sentuhan, belaian dll)
Rasional: Kasih saying serta pengenalan diri perawat akan
menunbuhkan rasa aman pada klien.

Diagnosa 6 : Perubahan proses keluarga berhubungan dengan krisis situasi,


kurang pengetahuan.
Tujuan : Keluarga memahami tentangg penyakit anaknya dan
pengobatannya serta mampu memberikan perawatan.
Kriteria hasil : Keluarga menunjukkan kemampuan untuk merawat
anak, khususnya di rumah.

Intervensi :
1) Berikan informasi pada keluarga tentang penyakit anak dan
tindakan terapeutik
Rasional : Untuk mendorong kepatuhan terhadap program
terapeutik, khususnya jika sudah berada di rumah.
2) Bantu keluarga dalam memberikan rasa nyaman dan dukungan
pada anak.
Rasional: Untuk memenuhi kebutuhan rasa aman dan nyaman pada
anak serta mau kooperatif
3) Izinkan anggota keluarga untuk berpartisipasi dalam perawatan
anak sebanyak yang mereka inginkan
Rasional: Untuk memenuhi kebutuhan anak dan keluarga.
4) Instruksikan keluarga mengenai pencegahan
Rasional: Untuk mencegah penyebaran infeksi.
5) Atur perawatan kesehaan pascahospitalisasi
Rasional: Untuk menjamin pengkajian dan pengobatan yang
kontinu.
6) Rujuk keluarga pada lembaga perawatan kesehatan komunitas
Rasional: Untuk pengawasan perawata di rumah sesuai kebutuhan.
D. Implementasi
1. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan
dengan kehilangan cairan sekunder terhadap diare
 Memantau tanda dan gejala kekurangan cairan dan elektrolit
 Memberi LRO (larutan rehidrasi oral)
 Memberikan LRO sedikit tapi sering/menganjurkan
keluarga untuk memberi minum banyak pada kien, 2-3 lt/hr
 memberikan diet regular pada anak sesuai toleransi setelah
rehidrasi
 Memantau intake dan output (urin, feses, dan emesis)
 Menimbang berat badan setiap hari
 Mengkaji TTV, turgor kulit, membrane mukosa, dan status
mental setiap 4 jam atau sesuai indikasi
 Meminta pasien untuk Menghindari masukan cairan jernih
seperti jus buah, minuman berkarbonat, dan gelatin
 Melakukan Pemeriksaan laboratorium serum elektrolit (Na,
K,Ca, BUN)
 Memberikan Cairan parenteral ( IV line ) sesuai dengan
umur
 Memberikan Obat-obatan : (antisekresin, antispasmolitik,
antibiotik)
 Menginstruksikan keluarga dalam memberikan terapi yang
tepat, pemantauan masukkan dan keluaran, dan mengkaji
tanda-tanda dehidrasi
2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan
diare atau output berlebihan dan intake yang kurang

 Mendiskusikan dan menjelaskan tentang pembatasan diet


(makanan berserat tinggi, berlemak dan air terlalu panas
atau dingin)
 Menciptakan lingkungan yang bersih, jauh dari bau yang
tak sedap atau sampah, sajikan makanan dalam keadaan
hangat
 Memberikan jam istirahat (tidur) serta kurangi kegiatan
yang berlebihan
 Mengobservasi dan catat respos terhadap pemberian makan
 Melakukan Kolaborasi dengan tim kesehatan lain :
 terapi gizi : Diet TKTP rendah serat, susu
 obat-obatan atau vitamin ( A)
 Menginstruksikan keluarga dalam memberikan diet yang
tepat
3. Resiko peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses
infeksi sekunder terhadap diare

 Memonitor suhu tubuh setiap 2 jam


 Memberikan kompres hangat
 Melakukan kolaborasi pemberian antipirektik
4. Resiko gangguan integritas kulit berhubungan dengan
peningkatan frekuensi diare

 Mendiskusikan dan jelaskan pentingnya menjaga tempat


tidur
 Mendemontrasikan serta libatkan keluarga dalam merawat
perianal (bila basah dan mengganti pakaian bawah serta
alasnya)
 Mengatur posisi tidur atau duduk dengan selang waktu 2-3
jam
5. Kecemasan anak berhubungan dengan tindakan status kesehatan

 Melibatkan keluarga dalam melakukan tindakan perawatan


 Menghindari persepsi yang salah pada perawat dan RS
 Memberikan pujian jika klien mau diberikan tindakan
perawatan dan pengobatan
 Melakukan kontak sesering mungkin dan lakukan
komunikasi baik verbal maupun non verbal (sentuhan,
belaian dll)
 Memberikan mainan sebagai rangsang sensori anak.
6. Perubahan proses keluarga berhubungan dengan krisis situasi
kurang pengetahuan.
 Memberikan informasi pada keluarga tentang penyakit anak
dan tindakan terapeutik
 Membantu keluarga dalam memberikan rasa nyaman dan
dukungan pada anak
 Mengizinkan anggota keluarga untuk berpartisipasi dalam
perawatan anak sebanyak yang mereka inginkan
 Menginstruksikan keluarga mengenai pencegahan
 Mengatur perawatan kesehaan pascahospitalisasi
 Merujuk keluarga pada lembaga perawatan kesehatan
komunitas

BAB III
PENUTUP

Anda mungkin juga menyukai