Anda di halaman 1dari 4

PERSEPSI TENTANG SEHAT-SAKIT

November 26, 2008 dr. Cinta

A. Persepsi Tentang Sehat-Sakit

Secara ilmiah, penyakit (disease) itu diartikan sebagai gangguan fungsi fisiologis dari suatu
organisme sebagai akibat dari infeksi atau tekanan dari lingkungan. Jadi, penyakit itu bersifat
obyektif. Sebaliknya, sakit (illness) adalah penilaian individu terhadap pengalaman menderita
suatu penyakit.

Di negara-negara maju, banyak orang yang sangat tinggi kesadarannya akan kesehatan dan
takut terkena penyakit sehingga jika dirasakan sedikit saja kelainan pada tubuhnya, maka dia
akan langsung pergi ke dokter, padahal ternyata tidak terdapat gangguan fisik yang nyata
(hypochondriacal). Keluhan psikosomatis seperti ini lebih banyak ditemukan di negara maju
daripada di kalangan masyarakat tradisional. Umumnya masyarakat tradisional memandang
seseorang mengalami sakit apabila orang itu kehilangan nafsu makannya atau gairah kerjanya,
tidak dapat lagi menjalankan tugasnya sehari-hari secara optimal atau kehilangan kekuatan
sehingga harus tinggal di tempat tidur (Sudarti, 1998). Selama seseorang masih mampu
melaksanakan fungsinya seperti biasa maka orang itu masih dikatakan sehat. Batasan “sehat”
yang diberikan WHO adalah :

“A state of complete physical, mental and social wellbeing”

Dari batasan ini jelas terlihat bahwa sehat itu tidak hanya menyangkut kondisi fisik, melainkan
juga kondisi mental dan sosial seseorang.

Konsep sehat-sakit ini berbeda-beda antara kelompok masyarakat. Oleh sebab itu,
petugas kesehatan perlu menyelidiki persepsi masyarakat setempat tentang sehat dan sakit,
mencoba mengerti mengapa persepsi tersebut sampai berkembang sedemikian rupa dan setelah
itu mengusahakan mengubah persepsi tersebut agar mendekati konsep yang lebih obyektif.
Dengan cara ini, penggunaan sarana kesehatan diharapkan dapat lebih ditingkatkan.
B. Perilaku Sakit

Seorang ahli sosiologi dan psikologi sosial yang lain, Mechanic, mengambangkan teori
tentang perilaku sakit yang dinamakannya teori respons bertahan (coping response theory)
(Notoatmodjo & Sarwono, 1986). Menurut Mechanic, perilaku sakit adalah reaksi optimal dari
individu jika dia terkena suatu penyakit. Dan reaksi ini sangatlah ditentukan oleh sistem
sosialnya. Perilaku sakit erat hubungannya dengan konsep diri, penghayatan situasi yang
dihadapi pengaruh petugas kesehatan, serta pengaruh birokrasi. Misalnya karyawan yang
mendapat jaminan perawatan kesehatan yang baik akan cenderung lebih cepat merasa sakit
daripada mereka yang justru kehilangan nafkah hariannya jika tidak masuk kerja karena sakit.

Ada dua faktor utama yang menentukan perilaku sakit : persepsi atau defenisi individu
tentang suatu situasi/penyakit, serta kemampuan individu untuk melawan serangan penyakit
tersebut. Dengan demikian dapatlah dimengerti mengapa ada orang yang dapat mengatasi
ganguan kesehatan yang cukup berat , sedangkan orang lain yang gangguannya lebih ringan
malah memperoleh berbagai masalah, bukan saja fisik, melainkan masalah psikis dan sosial.

Banyak faktor yang menyebabkan orang bereaksi terhadap penyakit, antara lain sebagai
berikut :

· Dikenalinya atau dirasakannya gejala-gejala / tanda-tanda yang menyimpang dari keadaan biasa.

· Banyaknya gejala yang dianggap serius dan diperkirakan menimbulkan bahaya.

· Dampak gejala itu terhadap hubungan dengan keluarga, hubungan kerja dalam kegiatan sosial
lainnya.

· Frekuensi dari gejala dan tanda-tanda yang tampak dan persistensinya.

· Nilai ambang dari mereka yang terkena gejala itu (susceptibility atau kemungkinan individu
untuk diserang penyakit itu).

· Informasi, pengetahuan dan asumsi budaya tentang penyakit itu.

· Perbedaan interpretasi terhadap gejala yang dikenalnya.

· Adanya kebutuhan untuk bertindak / berperilaku mengatasi gejala sakit itu.


· Tersedianya sarana kesehatan, kemudahan mencapai sarana tersebut, tersedianya biaya dan
kemampuan untuk mengatasi stigma dan jarak sosial (rasa malu, takut, dsb).

Menurut Suchman, terdapat 5 macam reaksi dalam proses mencari pengobatan yaitu
sebagai berikut :

1. Shopping adalah proses mencari alternatif sumber pengobatan guna menemukan seseorang
yang dapat memberikan diagnosa dan pengobatan sesuai dengan harapan si sakit.
2. Fragmentation adalah proses pengobatan oleh beberapa fasilitas keshatan pada lokasi yang
sama. Contoh : berobat ke dokter sekaligus ke sinse atau dukun.
3. Procrastination adalah proses penundaan pencarian pengobatan meskipun gejala
penyakitnya sudah dirasakan.
4. Self medication adalah pengobatan sendiri dengan menggunakan berbagai ramuan atau
obat-obatan yang dinilainya tepat baginya.
5. Discontinuity adalah penghentian proses pengobatan.

PERILAKU KESEHATAN

Masalah kesehatan masyarakat, terutama di negara-negara berkembang, pada dasarnya


menyangkut dua aspek utama. Yang pertama ialah aspek fisik, seperti misalnya tersedianya
sarana kesehatan dan pengobatan penyakit. Sedangkan yang kedua adalah aspek non fisik yang
menyangkut perilaku kesehatan. Faktor perilaku ini mempunyai pengaruh besar terhadap status
kesehatan individu maupun masyarakat.

Perilaku manusia merupakan hasil daripada segala macam pengalaman serta interaksi
manusia dengan lingkungannya yang terwujud dalam bentuk pengetahuan, sikap dan tindakan.
Dengan kata lain, perilaku merupakan respons / reaksi seorang individu terhadap stimulus yang
berasal dari luar maupun dari dalam dirinya. Respons ini dapat bersifat pasif (tanpa tindakan :
berfikir, berpendapat, bersikap) maupun aktif (melakukan tindakan). Sesuai dengan batasan
ini, perilaku kesehatan dapat dirumuskan sebagai segala bentuk pengalaman dan interaksi
individu dengan lingkungannya, khususnya yang menyangkut pengetahuan dan sikap tentang
kesehatan, serta tindakannya yang berhubungan dengan kesehatan.
Biasanya orang terlibat dengan kegiatan medis karena 3 alasan pokok (Kasl dan
Cobb,1996), yaitu : (1) Untuk pencegahan penyakit atau pemeriksaan kesehatan pada gejala
penyakit belum dirasakan (perilaku sehat) ; (2) untuk mendaptkan diagnosis penyakit dan
tindakan yang diperlukan jika ada gejala penyakit yang dirasakan (perilaku sakit) ; (3) untuk
mengobati penyakit, jika penyakit tertentu telah dipastikan, agar sembuh dan sehat seperti
sediakala, atau agar penyakit tidak bertambah parah (peran sakit – sick role behaviour)

Orang tidak akan mencari pertolongan medis atau pencegahan penyakit bila mereka kurang
mempunyai pengetahuan dan motivasi minimal yang relevan dengan kesehatan, bila mereka
memandang keadaan tidak cukup berbahaya, bila tidak yakin terhadap keberhasilan suatu
intervensi medis, dan bila mereka melihat adanya beberapa kesulitan dalam melaksanakan
perilaku kesehatan yang disarankan (Robertsenstock,1974).

Anda mungkin juga menyukai