Hemodialisis berasal dari kata “hemo” artinya darah, dan “dialisis ” artinya pemisahan zat-zat
terlarut. Hemodialisis berarti proses pembersihan darah dari zat-zat sampah, melalui proses
penyaringan di luar tubuh. Hemodialisis menggunakan ginjal buatan berupa mesindialisis.
Hemodialisis dikenal secara awam dengan istilah ‘cuci darah’.
Cuci darah atau hemodialisis adalah prosedur medis yang bertujuan untuk
menggantikan fungsi ginjal akibat kerusakan pada organ tersebut. Selama proses
cuci darah, darah akan dialirkan oleh mesin dari dalam tubuh pasien melalui
saluran steril dan melewati membran dialisis khusus. Melalui membran tersebut,
zat-zat sisa metabolisme tubuh akan dibuang dan ditampung di dalam cairan
khusus.
Penyebab gagal ginjal kronis yang umumnya terjadi, antara lain adalah:
Hipertensi
Diabetes
Peradangan pada ginjal (glomerulonefritis)
Peradangan pada pembuluh darah atau (vaskulitis)
Kista pada ginjal atau penyakit ginjal polikistik
Ginjal juga dapat mengalami kerusakan secara tiba-tiba (akut) yang dapat disebabkan
oleh komplikasi pasca pembedahan, serangan jantung, serta dehidrasi.
Efek samping setelah melakukan cuci darah
Hernia
Orang yang menjalani dialisis peritoneal memiliki risiko lebih tinggi mengalami
hernia. Hal ini disebabkan karena adanya cairan yang bertahan selama berjam-
jam pada rongga peritoneal yang menyebabkan terjadinya ketegangan otot
perut. Hal ini dapat yang memicu terjadinya hernia.
Tidak efektif
Jika Anda telah melakukan dialisis peritoneal selama bertahun-tahun,
kemungkinan dokter akan menyarankan berganti ke hemodialisis. Sebab, dalam
jangka panjang, dialisis peritoneal tidak lagi bekerja secara efektif.
Penyebab paling umum (75%) dari CKD pada orang dewasa adalah diabetes mellitus, hipertensi,
dan glomerulonefritis.[5] Penyebab lainnya adalah infeksi ginjal dan sumbatan batu ginjal. Wilayah
geografis tertentu memiliki insiden tinggi nefropati HIV. Sedangkan pada anak-anak CKD umumya
disebabkan oleh infeksi ginjal.[6]