Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PENDHAULUAN

A. Latar Belakang
Etika adalah kode perilaku yang memperlihatkan perbuatan yang baik bagi
kelompok tertentu. Etika berhubungan dengan peraturan untuk perbuatan atau
tindakan yang mempunyai prinsip benar dan salah, serta prinsip moralitas
karena etika mempunyai tanggung jawab moral, menyimpang dari kode etik
berarti tidak memiliki perilaku yang baik dan tidak memiliki moral yang baik.
Etika bisa diartikan juga sebagai, yang berhubungan dengan pertimbangan
keputusan, benar atau tidaknya suatu perbuatan karena tidak ada undang-
undang atau peraturan yang menegaskan hal yang harus dilakukan (Kustanto,
2014).
Etika berbagai profesi digariskan dalam kode etik yang bersumber dari
martabat dan hak manusia (yang memiliki sikap menerima) dan kepercayaan
dari profesi. Profesi menyusun kode etik berdasarkan penghormatan atas nilai
dan situasi individu yang dilayani. Kode etik disusun dan disahkan oleh
organisasi yang membina profesi tertentu baik secara nasional maupun
internasional. Kode etik menerapkan konsep etis karena profesi bertanggung
jawab pada manusia dan menghargai kepercayaan serta nilai individu. Kata
seperti etika, hak asasi, tanggung jawab, mudah didefinisikan, tetapi kadang-
kadang tidak jelas letak istilah tersebut diterapkan dalam suatu situasi (Suhaeni,
2010).
Kode etik keperawatan merupakan suatu pernyataan tertulis yang
mengungkapkan kepedulian moral, nilai dan tujuan keperawatan. Kode etik
keperawatan sebagai landasan bagi seorang yang berprofesi sebagai perawat
untuk memberikan asuhan keperawatan serta menjadi suatu ciri atau
persyaratan profesi yang berarti penting dalam penentuan, pertahanan dan
peningkatan standar profesi keperawatan (Nasrullah, 2014).
Perawat professional dalam menjalankan peran dan fungsinya harus
mengacu pada standar profesi, standar profesi yang berlaku mencakup beberapa
aspek diantaranya standar ilmu keperawatan, standar akuntabilitas, standar
pelaksanaan asuhan keperawatan. Pada standar akuntabilitas maka perawat
dihadapkan pada tanggungjawab dan tanggunggugat dengan demikian
pendokumentasian parktek keperawatan menjadi unsur penting dalam semua
pelaksanaan aspek standar professional keperawatan (Darwin, 2014).

Menurut Potter dan Perry (2010) dalam pemberian asuhan, perawat


dihadapkan pada situasi yang memerlukan keputusan untuk mengambil
tindakan. Perawat memberi asuhan kepada klien, keluarga dan masyarakat;
menerima tanggung jawab untuk membuat keadaan lingkungan fisik, sosial dan
spiritual yang memungkinkan untuk penyembuhan dan menekankan
pencegahan penyakit; serta meningkatkan kesehatan dengan penyuluhan
Kesehatan.
Pelayanan kepada umat manusia merupakan fungsi utama perawat dan dasar
adanya profesi keperawatan. Kebutuhan pelayanan keperawatan adalah
universal. Pelayanan profesional berdasarkan kebutuhan manusia- karena itu
tidak membedakan kebangsaan, warna kulit, politik, status sosial dan lain-
lain. Keperawatan adalah pelayanan vital terhadap manusia yang menggunakan
manusia juga, yaitu perawat. Pelayanan ini berdasarkan kepercayaan bahwa
perawat akan berbuat hal yang benar, hal yang diperlukan, dan hal yang
mnguntungkan pasien dan kesehatannya. Oleh karena manusia dalam interaksi
bertingkah laku berbeda-beda maka diperlukan pedoman untuk mengarahkan
bagaimana harus bertindak (Notoatmodjo, 2018).

B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu berwawasan luas memahami etik dan legal dalam
asuhan keperawatan komunitas.
2. Tujuan khusus
a. Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami etika keperawatan
b. Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami kode etik keperawatan
c. Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami aspek legal
keperawatan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Etika Keperawatan


1. Pengertian etika Keperawatan
Etika berasal dari bahasa Yunani yaitu “ETHOS” menurut berarti
“kebiasaan”, “model perilaku”atau “standar” yang diharapkan dan
kriteria tertentu untuk suatu tindakan. Sedangkan dalam bentuk jamak (ta
etha) berarti adat kebiasaan; dengan kata lain etika diartikan sebagai ilmu
tentang apa yang biasa dilakukan atau ilmu tentang adat kebiasaan.Menurut
Kamus Webster, Etika adalah suatu ilmu yang mempelajari tentang apa
yang baik dan buruk secara moral.Penggunaan istilah etika dewasa ini
banyak diartikan sebagai“motif atau dorongan” yang mempengaruhi suatu
perilaku manusia (Suhaemi, 2010).
Menurut Cooper (1991), dalam Potter dan Perry (2010), etika
keperawatan dikaitkan dengan hubungan antar masyarakat dengan karakter
serta sikap perawat terhadap orang lain.
Etika keperawatan merupakan standar acuan untuk mengatasi segala
macam masalah yang dilakukan oleh praktisi keperawatan terhadap para
pasien yang tidak mengindahkan dedikasi moral dalam pelaksanaan
tugasnya (Amelia, 2013).Etika keperawatan merujuk pada standar etik yang
menentukan dan menuntun perawat dalam praktek sehari-hari.
Misalnya seorang perawat sebelum melakukan tindakan
keperawatan pada pasien, harus terlebih dahulu menjelaskan tujuan dari
tindakan yang akan dilakukannya serta perawat harus menanyakan apakah
pasien bersedia untuk dilakukan tindakan tersebut atau tidak. Dalam hal ini
perawat menunjukkan sikap menghargai otonomi pasien. Jika pasien
menolak tindakan maka perawat tidak bisa memaksakan tindakan tersebut
sejauh pasien paham akan akibat dari penolakan tersebut.
2. Kegunaan etika keperawatan
a. Perkembangan teknologi dalam bidang medis dan reproduksi,
perkembangan tentang hak-hak klien, perubahan sosial dan hukum, serta
perhatian terhadap alokasi sumber-sumber pelayanan kesehatan
yang terbatas tentunya akan memerlukan pertimbangan-pertimbangan
etis.
b. Profesionalitas perawat ditentukan dengan adanya standar perilaku yang
berupa “Kode Etik”. Kode Etik ini disusun dan disahkan oleh organisasi/
wadah yang membina profesi keperawatan. Dengan pedoman Kode Etik
ini perawat menerapkan konsep-konsep etis. Perawat bertindak secara
bertanggung jawab, menghargai nilai-nilai dan hak-hak individu.
c. Pelayanan kepada umat manusia merupakan fungsi utama perawat dan
dasar adanya profesi keperawatan. Pelayanan profesional berdasarkan
kebutuhan manusia, karena itu tidak membeda-bedakan. Pelayanan
keperawatan ini juga didasarkan atas kepercayaanbahwa perawat akan
berbuat hal yang benar/baik dan dibutuhkan, hal yang menguntungkan
pasien dan kesehatannya. Oleh karena itu bilamana menghadapi masalah
etis, dalam membuat keputusan/tindakan perawat perlu mengetahui,
menggunakan serta mempertimbangkan prinsip-prinsip dan aturan-
aturan etis tersebut.
d. Dalam membuat keputusan etis ada banyak faktor yang berpengaruh
antara lain : nilai dankeyakinan klien, nilai dan keyakinan anggota
profesi lain, nilai dan keyakinan perawat itu sendiri, serta hak dan
tanggung jawab semua orang yang terlibat.
e. Perawat berperan sebagai advokasi, memiliki tanggung jawab utama
yaitu untuk melindungi hak-hak klien. Peran perawat sebagai advokasi
berasal dari prinsip etis “beneficience = kewajiban untuk berbuat baik”
dan “nonmaleficence = kewajiban untuk tidak
merugikan/mencelakakan” (Amelia, 2013).
3. Tujuan Etika Keperawatan
Tujuan dari etika keperawatan pada dasarnya adalah agar para
perawat dalam menjalankan tugas dan fungsinya serta dapat menghargai
dan menghormati martabat manusia. Secara umum tujuan etika
keperawatan yaitu menciptakan dan mempertahankan kepercayaan antara
perawat dan klien, perawat dengan perawat, perawat dengan profesi lain,
juga antara perawat dengan masyarakat (Potter dan Perry, 2010).

4. Fungsi Etika Keperawatan


Etika keperawatan juga memiliki fungsi penting bagi perawat dan
seluruh individu yang menikmati pelayanan keperawatan. Fungsi-fungsi
tersebut adalah:
a. Menunjukkan sikap kepemimpinan dan bertanggung jawab dalam
mengelola asuhan keperawatan
b. Mendorong para perawat di seluruh Indonesia agar dapat berperan serta
dalam kegiatan penelitian dalam bidang keperawatan dan menggunakan
hasil penelitian serta perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
untuk meningkatkan mutu dan jangkauan pelayanan atau asuhan
keperawatan
c. Mendorong para perawat agar dapat berperan serta secara aktif dalam
mendidik dan melatih pasien dalam kemandirian untuk hidup sehat, tidak
hanya di rumah sakit tetapi di luar rumah sakit.
d. Mendorong para perawat agar bisa mengembangkan diri secara terus
menerus untuk meningkatkan kemampuan profesional, integritas dan
loyalitasnya bagi masyarakat luas
e. Mendorong para perawat agar dapat memelihara dan mengembangkan
kepribadianserta sikap yang sesuai dengan etika keperawatan dalam
melaksanakan profesinya
f. Mendorong para perawat menjadi anggota masyarakat yang responsif,
produktif, terbuka untuk menerima perubahan serta berorientasi ke masa
depan sesuai dengan perannya (Amelia, 2013).
B. Konsep Kode Etik Keperawatan
1. Pengertian Kode Etik Keperawatan
Menurut Dalami (2010), kode etik adalah asas dan nilai yang
berhubungan erat dengan moral sehingga bersifat normatif dan tidak
empiris, sehingga penilaian dari segi etika memerlukan tolok ukur.
Menurut PPNI (2003), Kode Etik Perawat adalah suatu pernyataan
atau keyakinan yang mengungkapkan kepedulian moral, nilai dan tujuan
keperawatan. Kode Etik Keperawatan adalah pernyataan standar
profesional yang digunakan sebagai pedoman perilaku perawat dan
menjadi kerangka kerja untuk membuat keputusan.Aturan yang berlaku
untuk seorang perawat Indonesia dalam melaksanakan tugas/fungsi
perawat adalah kode etik perawat nasional Indonesia, dimana seorang
perawat selalu berpegang teguh terhadap kode etik sehingga kejadian
pelanggaran etik dapat dihindarkan.
Dengan adanya kode etik, diharapkan para profesional perawat
dapat memberikan jasa sebaik-baiknya kepada pasien. Adanya kode etik
akan melindungi perbuatan yang tidak profesional. Kode etik
keperawatan disusun oleh organisasi profesi, dalam hal ini di Indonesia
adalah Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI).

2. Tujuan Kode Etik Keperawatan


Adapun tujuan kode etik perawat sebagai berikut :
a. Merupakan dasar dalam mengatur hubungan antar perawat, klien
atau pasien, teman sebaya, masyarakat, dan unsur profesi, baik
dalam profesi keperawatan maupun dengan profesi lain di luar
profesi keperawatan.
b. Merupakan standar untuk mengatasi masalah yang dilakukan oleh
praktisi keperawatan yang tidak mengindahkan dedikasi moral
dalam pelaksanaan tugasnya.
c. Untuk mendukung profesi perawat yang dalam menjalankan
tugasnya diperlakukan secara tidak adil oleh institusi maupun
masyarakat
d. Merupakan dasar dalam menyusun kurikulum pendidikan
keperawatan agar dapat menghasilkan lulusan yang berorientasi
pada sikap profesional keperawatan
e. Untuk memberikan pemahaman kepada masyarakat pengguna jasa
pelayanan keperawatan akan pentingnya sikap profesional dalam
melaksanakan tugas praktek keperawatan.

3. Kode Etik Keperawatan di Indonesia


a. Hubungan perawat dengan klien
Berikut ini hal-hal yang perlu anda perhatikan dalam menjaga
hubungan antara perawat dan klien
1) Perawat dalam memberikan pelayanan keperawatan menghargai
harkat dan martabat manusia, keunikan klien dan tidak
terpengaruh oleh pertimbangan kebangsaan, kesukuan, warna
kulit, umur, jenis kelamin, aliran politik dan agama yang dianut
serta kedudukan sosial. Artinya perawat tidak pandang bulu
dalam melayani pasiennya.
2) Perawat dalam memberikan pelayanan keperawatan senantiasa
memelihara suasana lingkungan yang menghormati nilai-nilai
budaya, adat istiadat dan kelangsungan hidup beragama klien.
3) Tanggung jawab utama perawat adalah kepada mereka yang
membutuhkan asuhan keperawatan.
4) Perawat wajib merahasiakan segala sesuatu yang dikehendaki
sehubungan dengan tugas yang dipercayakan kepadanya kecuali
jika diperlukan oleh yang berwenang sesuai dengan ketentuan
hukum yang berlaku.
b. Hubungan perawat dengan praktek
Berikut ini adalah hal-hal yang perlu diperhatikan sebagai
seorang perawat terhadap praktek keperawatan.
1) Perawat memelihara dan meningkatkan kompetensi dibidang
keperawatan melalui belajar terus-menerus
2) Perawat senantiasa memelihara mutu pelayanan keperawatan
yang tinggi disertai kejujuran profesional yang menerapkan
pengetahuan serta ketrampilan keperawatan sesuai dengan
kebutuhan klien.
3) Perawat dalam membuat keputusan didasarkan pada informasi
yang akurat dan mempertimbangkan kemampuan serta
kualifikasi seseorang bila melakukan konsultasi, menerima
delegasi dan memberikan delegasi kepada orang lain.
4) Perawat senantiasa menjunjung tinggi nama baik profesi
keperawatan dengan selalu menunjukkan perilaku profesional.
c. Hubungan perawat dengan masyarakat
Perawat mengemban tanggung jawab bersama masyarakat untuk
memprakarsai dan mendukung berbagai kegiatan dalam memenuhi
kebutuhan dan kesehatan masyarakat. Contohnya upaya
peningkatan kesehatan dan pencegahan penyakit misalnya
memberikan penyuluhan-penyuluhan kesehatan, pelaksanaan
Posyandu Lansia, Pelaksanaan Posyandu Balita, melakukan
Pelatihan Kader kesehatan dan sebagainya. Berikut ini adalah hal
yang yang perlu anda perhatikan dalam meningkatkan hubungan
anda sebagai perawat dengan masyarakat.
d. Hubungan perawat dengan teman sejawat
Hal-hal di bawah ini harus menjadi perhatian anda agar hubungan
dengan teman sejawat tetap harmonis.
1) Perawat senantiasa memelihara hubungan baik dengan sesama
perawat maupun dengan tenaga kesehatan lainnya, dan dalam
memelihara keserasian suasana lingkungan kerja maupun dalam
mencapai tujuan pelayanan kesehatan secara keseluruhan.
2) Perawat bertindak melindungi klien dari tenaga kesehatan yang
memberikan pelayanan kesehatan secara tidak kompeten, tidak
etis dan ilegal.
e. Hubungan perawat dengan profesi
Sebagai profesi, perawat tentunya perlu meningkatkan ilmu
pengetahuan dan ketrampilannya dengan menempuh pendidikan
yang lebih tinggi.Perawat harus selalu ter-update dengan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi terkini di bidang
keperawatan.Perawat juga harus selalu berupaya untuk
mengembangkan profesi dengan berfokus pada peningkatan kualitas
pelayanan keperawatan. Perawat mempunyai peran utama dalam
menentukan standar pendidikan dan pelayanan keperawatan serta
menerapkannya dalam kegiatan pelayanan dan pendidikan
keperawatan.
1) Perawat berperan aktif dalam berbagai kegiatan pengembangan
profesi keperawatan
2) Perawat berpartisipasi aktif dalam upaya profesi untuk
membangun dan memelihara kondisi kerja yang kondusif demi
terwujudnya asuhan keperawatan yang bermutu tinggi (PPNI,
2010)

4. Kode Etik Keperawatan di dunia


ICN (International Council of Nurses) merupakan organisasi
profesional wanita pertama di dunia, didirikan pada tanggal 1 Juli 1899,
yang dimotori oleh Mrs Bedford Fenwick. ICN merupakan federasi
perhimpunan perawat internasional di seluruh dunia. Tujuan pendirian
ICN adalah memperkokoh silaturahmi para perawat di seluruh dunia,
memberi kesempatan bertemu bagi perawat di seluruh dunia untuk
membicarakan berbagai masalah tentang keperawatan, menjunjung
tinggi peraturan dalam ICN agar dapat mencapai kemajuan dalam
pelayanan pendidikan keperawatan berdasarkan kode etik profesi
keperawatan. Kode etik keperawatan menurut ICN (1973) menegaskan
bahwa keperawatan bersifat universal.Keperawatan menjunjung tinggi
hak asasi manusia.Kode etik keperawatan yang dirumuskan oleh ICN
diadopsi oleh kode etik keperawatan hampir seluruh negara di dunia.
Berikut adalah rumusannya:
a. Perawat melaksanakan pelayanan dengan menghargai hakikat
manusia dan keunikan klien, tidak membedakan sosial ekonomi,
keadaan pribadi, atau hakikat masalah kesehatan
b. Perawat menyelamatkan hak klien dengan memelihara hak klien
c. Perawat menyelamatkan klien atau masyarakat bila asuhan dan
keamanan kesehatan klien dijamah oleh orang yang tidak
berwenang, tidak sesuai etik, atau tidak resmi
d. Perawat bertanggung jawab atas kegiatan dan pertimbangan
keperawatan kepada seseorang
e. Perawat membina kompetensi keperawatan
f. Perawat menggunakan pertimbangan akan kualifikasi kompetensi
orang yang akan diminta konsultasi atau diberi tanggung jawab dan
menerima delegasi tugas
g. Perawat turut serta dalam usaha profesi untuk mengadakan dan
membina keadaan tugas tenaga kerja yang memungkinkan untuk
mencapai kualitas keperawatan yang tinggi
h. Perawat turut serta dalam kegiatan pengembangan profesi ilmu
pengetahuan
i. Perawat turut serta dalam usaha profesi untuk melindungi umum
dari informasi yang salah dan penyajian yang salah untuk
memelihara integrasi keperawatan
j. Perawat berkolaborasi dengan anggota profesi kesehatan dan warga
lain dalam meningkatkan usaha nasional dan masyarakat untuk
memperoleh kebutuhan kesehatan masyarakat (Amelia, 2013).
5. Prinsip-Prinsip Moral dan Etika Keperawatan
Prinsip Etik/Moral yang sering di gunakan dalam keperawatan
(Johnstone, 1989, Baird et,at 1991 dalam PPNI, 2010) yaitu :
a. Autonomi (Otonomi)/Respek
Autonomi yaitu menghormati keputusan pasien untukmenentukan
nasibnya, dalam hal ini setiap keputusan medis ataupun keperawatan
harus memperoleh persetujuan dari pasien atau keluarga terdekat.
b. Beneficience (berbuat baik)
Beneficience yaitu keharusan untuk berbuat baik kepada pasien,
setiap tindakan medis dan keperawatan harus ditujukan untuk
kebaikan pasien. Berarti melakukan yang baik yaitu
mengimplementasikan tindakan yangmenguntungkan pasien dan
keluarga
c. Justice (keadilan)
Justice yaitu sikap dan tindakan medis dan keperawatan harus
bersifat adil, dokter dan perawat harus menggunakan rasa keadilan
apabila akan melakukan tindakan kepada pasien.
d. Confidentiality (kerahasiaan)
Confidentiality ketika pasien harus dapat menerima bahwa informasi
yang diberikan kepada tenaga profesional kesehatan akan dihargai
dan tidak disampaikan/ diberbagikan kepada pihak lain secara tidak
tepat.
e. Veracity(kejujuran)
Veracity merupakan prinsip ini berkaitan dengan kewajiban perawat
untuk mengatakan suatu kebenaran, tidak berbohong atau menipu
orang.
f. Avoiding Killing/Non Maleficience (tidak merugikan)
Maleficience yaitu keharusan untuk menghindari berbuat yang
merugikan pasien, setiap tindakan medis dan keperawatan tidak
boleh memperburuk keadaan pasien.
g. Fidelity (menepati janji)
Kesetiaan berkaitan dengan kewajiban untuk selalu setia pada
kesepakatan dan tanggung jawab yang telah dibuat . Berarti setia
terhadap kesepakatan dan tanggung jawab yang dimiliki oleh
seseorang pemerintah dan masyarakat.
h. Akuntabilitas
Dalam pelayanan kesehatan petugas dalam hal ini dokter dan perawat
tidak boleh membeda-bedakan pasien dari status sosialnya, tetapi
melihat dari penting atau tidaknya pemberian tindakan tersebut pada
Pasien.

C. Konsep Legal Keperawatan


1. Pengertian Legal Keperawatan
Legal atau syah (sah) adalah tindakan yang tidak bertentangan
dengan aturan atau undang-undang yang berlaku (Frans, 2012). Aspek legal
keperawatan adalah aspek peraturan perawatan dalam memberikan asuhan
keperawatan sesuai lingkup wewenang dan tanggung jawabnya yang diatur
dalam undang-undang keperawatan. Aspek legal profesi keperawatan
meliputi kewenangan yang berkaitan dengan izin melaksanakan praktek
profesi (Suhaeni, 2010).
Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) Pada tahun 2005
dalam Standar Profesi Perawat Indonesia mengatakan praktek keperawatan
yaitu perawat peran sebagai pelaksana keperawatan, pengelola keperawatan
dan atau kesehatan, pendidik dan peneliti. Dalam melaksanakan tugasnya
berfungsi secara mandiri dan Kerjasama (kolaborasi). Dalam Undang-
Undang Keperawatan yang disahkan pada anggal 25 September 2014
praktek keperawatan juga didefinisikan wujud nyata dari Pelayanan
Keperawatan yang diselenggarakan oleh Perawat dalam bentuk asuhan
keperawatan.
Berikut beberapa dasar perawat bisa praktek:
a. Pembangunan kesehatan ditujukan untuk meningkatkan kesadaran,
kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang dalam rangka
mewujudkan derajat kesehatan yang optimal sebagai salah satu unsur
kesejahteraan sebagaimana dimaksud dalam Pembukaan Undang-
Undang Dasar 1945. Kesehatan sebagai hak asasi manusia harus
diwujudkan dalam bentuk pemberian berbagai upaya pelayanan
kesehatan yang berkualitas dan terjangkau oleh masyarakat. Pelayanan
keperawatan merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan
ditujukan kepada individu, kelompok dan masyarakat yang memiliki
masalah fisik, mental maupun sosial di berbagai tatanan pelayanan
kesehatan.
b. UU No. 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan Pasal 32 ayat (4)
menyebutkan bahwa; Pelaksanaan pengobatan dan atau perawatan
berdasarkan ilmu kedokteran dan atau ilmu keperawatan, hanya dapat
dilaksanakan oleh tenaga kesehatan yang mempunyai keahlian dan
kewenangan untuk itu. Pasal 53, ayat (1) juga menyebutkan bahwa
tenaga kesehatan berhak memperoleh perlindungan hukum dalam
melaksanakan tugas sesuai dengan profesinya. Pasal 53, ayat (2)
menyebutkan bahwa tenaga kesehatan dalam melakukan tugasnya
berkewajiban untuk mematuhi standar profesi dan menghormati hak
pasien.
c. Keperawatan merupakan suatu bentuk pelayanan professional yang
merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan yang didasarkan
pada ilmu dan kiat keperawatan, berbentuk pelayanan biopsikososial
dan spiritual yang komprehansif, ditunjukan kepada ndividu, keluarga
dan masyarakat baik sakit maupun sehat yang mencakup seluruh proses
kehidupan manusia
d. Pada hakekatnya keperawatan merupakan suatu ilmu dan kiat profesi
yang berorientasi pada pelayanan yang memiliki empat tingkatan
klien(individu, keluarga, kelompok dan masyarakat) serta pelayanan
yang mencakup seluruh rentang pelayanan kesehatan secara
keseluruhan.

2. Fungsi legalitas (hukum) dalam Praktek Perawat


a. Memberikan kerangka untuk menentukan tindakan keperawatan mana
yang sesuai atau tidak sesuai dengan hukum
b. Membedakan tanggung jawab perawat dengan profesi lain
c. Membantu menentukan batas-batas kewenangan tindakan keperawatan
mandiri
d. Membantu mempertahankan standar praktik keperawatan dengan
meletakan posisi perawat memiliki akuntabilitas dibawah hukum
(Suhaeni, 2010).

3. Dasar Hukum dan Perlindungan Hukum Praktek Perawat


a. UU Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan
b. UU Nomor 36 Tahun 2014 Tentang Tenaga Kesehatan
c. UU Nomor 38 Tahun 2014 Tentang Keperawatan
d. Peraturan Mentri Kesehatan Nomor HK.02.02/MENKES/148/I/2010
Tentang Izin dan Penyelenggaraan Praktek Perawat
e. Keputusan Mentri Kesehatan Nomor 1239/Menkes/SK/XI/2001
Tentang Registrasi dan Praktek Perawat.

4. Batas Tanggungjawab dalam Keperawatan


Menurut Henny (2011) batas tanggungjawab dalam keperawatan adalah :
a. Menjalankan pendelegasian Dari Tim lain, hal yang harus di tanyakan
perawat untuk melindungi perawat secara hukum
1) Lakukan validasi pasien ketika menjalankan order
2) Evaluasi kondisi pasien saat setelah menjalankan pendelegasian
3) Tanyakan dan catat pesan verbal untuk mencegah kesalahan
komunikasi.
b. Melaksanakan Intervensi keperawatan Mandiri atau yang di delegasi
Dalam melaksanakan intervensi keperawatan, perawat memperhatikan
beberapa perkausi:
1) Ketahui pembagian tugas (job description) mereka
2) Ikuti kebijakan dan prosedur yang ditetapkan di tempat kerja
3) Selalu identifikasi pasien, terutama sebelum melaksanakan
intervensi utama
4) Pastikan obat yang benar diberikan dengan dosis, rute, waktu dan
pasien yang benar
5) Lakukan setiap prosedur secara tepat
6) Catat semua pengkajian dan perawatan yang diberikan dengan cepat
dan akurat
7) Catat semua kecelakan yang mengenai pasien
8) Jalin dan pertahankan hubungan saling percaya yang baik (rapport)
dengan pasien
9) Pertahankan kompetisi praktik keperawatan
10) Mengetahui kekuatan dan kelemahan perawat
11) Sewaktu mendelegasikan tanggungjawab keperawatan, pastikan
bahwa orang yang diberikan delegasi tugas mengetahui apa yang
harus dikerjakan dan oeang tersebut memiliki pengetahuan dan
keterampilan yang dibutuhkan
12) Selalu waspada saat melakukan intervensi keperawatan dan
perhatikan secara penuh setiap tugas yang dilaksanakan.

5. Aspek Legal Keperawatan meliputi Kewajiban dan hak Perawat


1. Kewajiban Perawat
a. Setiap perawat wajib mempunyai:
- Sertifikat kompetensi
- Surat Tanda Registrasi
- Surat ijin Kerja (SIK)
- Memperbaharui sertifikat kompetensi
b. Menghormati hak pasien
c. Merujuk kasus pasien yang tidak bisa ditangani
d. Menyimpan rahasia pasien sesuai dengan aturan undang-undang
keperawatan
e. Wajib memberikan informasi kepada pasien sesuai dengan
kewenangan
f. Meminta persetujuan setiap tindakan yang akan dilakukan perawat
sesuai dengan kondisi pasien baik secara tertulis.
g. Mencatat semua tindakan keperawatan secara akurat sesuai
peraturan dan SOP yang berlaku
h. Memakai standar profesi dan kode etik perawat Indonesia dalam
melaksanakan praktik
i. Meningkatkan pengetahuan berdasarkan IPTEK
j. Melakukan pertolongan darurat yang mengancam jiwa sesuai
dengan kewenangan
k. Melaksanakan program pemerintah dalam meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat
l. Mentaati semua peraturan perundang-undangan
m. Menjaga hubungan kerja yang baik antara sesama perawat maupun
dengan anggota tim kesehatan lainnya.
2. Hak perawat
a. Hak mengendalikan praktik keperawatan sesuai yang diatur oleh
hukum.
b. Hak mendapat upah yang layak.
c. Hak bekerja di lingkungan yang baik
d. Hak terhadap pengembangan profesional.
e. Hak menyusun standar praktik dan pendidikan keperawatan (PPNI,
2010).
BAB III
KONSEP ETIK DAN LEGAL DALAM ASUHAN KEPERAWATAN
KOMUNITAS

Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan professional yang merupakan


bagian integral dari pelayanan kesehatan. Didasarkan pada ilmu dan kiat
keperawatan ditujukan kepada individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat baik
sehat maupun sakit yang mencakup seluruh proses kehidupan manusia.(Kozier,
2009). Menurut UU no 38 Tahun 2014 Tentang Keperawatan dalam memberikan
pelayanan keperawatan harus sesuai dengan kode etik, standar pelayanan
keperawatan, standar profesi, standar prosedur operasional, dan ketentuan peraturan
perundang- undangan sebagai pedoman perilaku dan menjadi kerangka kerja dalam
membuat keputusan. Aturan yang berlaku untuk seorang perawat Indonesia dalam
melaksanakan tugas/fungsi perawat adalah kode etik perawat nasional indonesia,
dimana seorang perawat selalu berpegang teguh terhadap kode etik sehingga
kejadian pelanggaran etik dapat dihindarkan. Misalnya seorang perawat sebelum
melakukan tindakan keperawatan pada pasien, harus terlebih dahulu menjelaskan
tujuan dari tindakan yang akan dilakukannya serta perawat harus menanyakan
apakah pasien bersedia untuk dilakukan tindakan tersebut atau tidak. Dalam hal ini
perawat menunjukkan sikap menghargai otonomi pasien. Jika pasien menolak
tindakan maka perawat tidak bisa memaksakan tindakan tersebut sejauh pasien
paham akan akibat dari penolakan tersebut.
Praktek keperawatan adalah tindakan mandiri perawat melalui kolaborasi
dengan sistem klien dan tenaga kesehatan lain dalam memberikan asuhan
keperawatan sesuai lingkup wewenang dan tanggung jawabnya pada berbagai
tatanan pelayanan, termasuk praktik keperawatan individual dan berkelompok.
(Kozier, 2009). Tanggung jawab perawat harus dilihat dari peran perawat. Dalam
peran perawatan dan koordinatif, perawat mempunyai tanggung jawab yang
mandiri. Perawat mengemban tanggung jawab bersama masyarakat untuk
memprakarsai dan mendukung berbagai kegiatan dalam memenuhi kebutuhan dan
kesehatan masyarakat. Contohnya upaya peningkatan kesehatan dan pencegahan
penyakit misalnya memberikan penyuluhan-penyuluhan kesehatan, pelaksanaan
Posyandu Lansia, Pelaksanaan Posyandu Balita, melakukan Pelatihan Kader
kesehatan dan sebagainya. Berikut ini adalah hal yang yang perlu anda perhatikan
dalam meningkatkan hubungan anda sebagai perawat dengan masyarakat.
Dalam peran terapeutik maka berlaku verlengle arm van de arts/prolonge
arm/extended role doctrine (doktrin perpanjangan tangan dokter). Tanpa delegasi
atau pelimpahan, perawat tidak diperbolehkan mengambil inisiatif sendiri. Akan
tetapi dalam lingkup modern dan pandangan baru itu, selain adanya perubahan
status yuridis dari “perpanjangan tangan” menjadi “kemitraan” atau “kemandirian”,
seorang perawat juga telah dianggap bertanggung jawab hukum untuk malpraktik
keperawatan yang dilakukannya, berdasarkan standar profesi yang berlaku. Dalam
hal ini dibedakan tanggung jawab untuk masing-masing kesalahan atau kelalaian,
yakni dalam bentuk malpraktik medik (yang dilakukan oleh dokter) dan malpraktik
keperawatan (Darwin, 2014).

Wewenang dalam melaksanakan praktik keperawatan diatur dalam

Permenkes No.148 Tahun 2010 tentang Izin dan Penyelenggaraan Praktik

Keperawatan dan Undang-Undang kesehatan nomor 39 tahun 2009 tentang praktik

kesehatan. Praktik keperawatan dilaksanakan melalui kegiatan pelaksanaan asuhan

keperawatan, pelaksanaan upaya promotif, preventif, pemulihan dan pemberdayaan

masyarakat, dan pelaksanaan tindakan keperawatan komplementer.

Pertanggungjawaban perawat dalam penyelenggaraan pelayanan kesehatan dapat

dilihat berdasarkan tiga bentuk pembidangan hukum yakni pertanggungjawaban

secara hukum keperdataan, hukum pidana dan hukum administrasi (Darwin, 2014).

Gugatan keperdataan terhadap perawat bersumber pada dua bentuk yakni

perbuatan melanggar hukum (onrechtmatigedaad) sesuai dengan ketentuan Pasal

1365 KUHPerdata dan perbuatan wanprestasi (contractual liability) sesuai dengan

ketentuan Pasal 1239 KUHPerdata. Dan Pertanggungjawaban perawat bila dilihat


dari ketentuan dalam KUHPerdata maka dapat dikatagorikan ke dalam 4 (empat)
prinsip sebagai berkut: (a). Pertanggungjawaban langsung dan mandiri (personal

liability) berdasarkan Pasal 1365 BW dan Pasal 1366 BW. Berdasarkan ketentuan

pasal tersebut maka seorang perawat yang melakukan kesalahan dalam

menjalankan fungsi independennya yang mengakibatkan kerugian pada pasien

maka ia wajib memikul tanggungjawabnya secara mandiri.(b).

Pertanggungjawaban dengan asas respondeat superior atau vicarious liability atau

let's the master answer maupun khusus di ruang bedah dengan asas the captain of

ship melalui Pasal 1367 BW. Bila dikaitkan dengan pelaksanaan fungsi perawat

maka kesalahan yang terjadi dalam menjalankan fungsi interdependen perawat akan

melahirkan bentuk pertanggungjawaban di atas. Sebagai bagian dari tim maupun

orang yang bekerja di bawah perintah dokter/rumah sakit, maka perawat akan

bersama-sama bertanggung gugat kepada kerugian yang menimpa pasien. (c).

Pertanggungjawaban dengan asas zaakwarneming berdasarkan Pasal 1354 BW.

Dalam hal ini konsep pertanggungjawaban terjadi seketika bagi seorang perawat

yang berada dalam kondisi tertentu harus melakukan pertolongan darurat dimana

tidak ada orang lain yang berkompeten untuk itu. Perlindungan hukum dalam

tindakan zaarwarneming perawat tersebut tertuang dalam Pasal 10 Permenkes No.

148 Tahun 2010 (Darwin, 2014).


DAFTAR PUSTAKA

Buku
Amelia, Nindy. (2013). Prinsip Etika Keperawatan, Yogyakarta: D-Medika.
Dalami, E. (2010). Etika Keperawatan. Jakarta : Trans Info Media
Darwin, Eryanti, dkk. (2014). Etika Profesi Kesehatan, Yogyakarta: Deepublish
Frans Maramis. (2012). Hukum Pidana Umum dan Tertulis di Indonesia, Raja
Grafindo Persada, Jakarta
Henny Yulianita. (2011). Legalitas Perawat dalam Tindakan Medis, EGC, Jakarta
Kozier, Barbara.(2009). Fundamental Of Nursing : Concept, Process, and Practise
: Four Edition, volume 2, Jakarta:EGC.
Kusnanto. (2014). Pengantar Profesi dan Praktik Keperawatan Profesional, EGC,
Jakarta
Notoatmodjo, Soekidjo. (2018). Etika Dan Hukum Kesehatan, Jakarta: Rineka
Cipta.
Potter & perry. (2009). Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses dan
Praktek. Edisi ke 4. Jakarta: EGC.
Suhaemi, M.E. (2010). Etika Keperawatan Aplikasi Pada Praktik. Jakarta: EGC.

Peraturan Perundang-Undangan
Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan.
Undang-Undang No. 36 Tahun 2014 tentang Tenaga Kesehatan
Undang-Undang No. 38 tahun 2014 tentang Keperawatan.
Permenkes RI Nomor 2052/MENKES/PER/X/2011 tentang Ijin Praktik dan
Pelaksanaan Praktik Kedokteran.
Permenkes RI Nomor HK 02.02/MENKES/148/1/2010 tentang Ijin dan
Penyelenggaraan Praktik Perawat. Kepmenkes RI No.
1239/MenKes/SK/XI/2001 tentang Registrasi dan Praktik Perawat.

Anda mungkin juga menyukai