DOWN SYNDROME
Adapun tanda dan gejala fisik pada anak dengan down syndrome antara lain brakisefali,
celah antara jari kaki pertama dan kedua, kulit berlebih di pangkal leher, hiperfleksibilitas,
telinga yang abnormal (letak rendah, terlipat, stenosis meatus), protursi lidah akibat palatum Sumber :
kecil dan sempit, batang hidung datar, jari kelima pendek dan bengkok kedalam, tangan Soetjiningsih
pendek dan lebar, gemuk dan garis transversal tunggal pada telapak tangan.
(2016)
PENYEBAB DOWN SYNDROME
Sumber :
(Kemenkes RI,
2015)
PATOGENESIS
Sel manusia mengalami pembelahan dalam dua cara yaitu pertama adalah
pembelahan mitosis, dimana tubuh tumbuh dalam metode ini, satu sel menjadi dua
sel yang mempunyai jumlah dan jenis kromosom yang sama dengan sel induk.
Metode kedua pembelahan sel terjadi pada ovarium dan testis "meiosis" dan terdiri
dari satu sel membelah menjadi dua, dengan sel-sel yang dihasilkan memiliki
setengah jumlah kromosom sel induk. Jadi, telur normal dan sel-sel sperma hanya
memiliki 23 kromosom, bukan 46. Ini merupakan gambaran satu set kromosom atau
kariotip normal. Terdapat 22 pasang kromosom ditambah kromosom seks. XX berarti
bahwa orang ini adalah perempuan. Banyak kesalahan dapat terjadi selama
pembelahan sel. Pada meiosis, pasangan kromosom yang seharusnya berpisah dan
pergi ke kutub berlawanan saat pembelahan (disjunction) ,kadang-kadang satu
pasang tidak membagi, dan pergi ke satu kutub yang sama. Ini berarti bahwa dalam
sel-sel yang dihasilkan, seseorang akan memiliki 24 kromosom dan yang lain akan
memiliki 22 kromosom. Kejadian ini disebut "nondisjunction”. Jika sperma atau
telur dengan jumlah abnormal kromosom menyatu dengan pasangan yang normal,
dihasilkan telur yang dibuahi akan memiliki jumlah kromosom abnormal. Pada
sindrom down, 95% dari semua kasus disebabkan oleh: satu sel memiliki dua sel
kromosom 21, bukan satu, sehingga telur dibuahi yang dihasilkan memiliki tiga
kromosom 21. karena itu nama ilmiah, trisomy (Bernstein & Shelov, 2017).
PREVALENSI
INDONESIA
Jumlah penderita down syndrome
JAWA BARAT
mengalami peningkatan sejumlah Menurut Dinkes Provinsi Jawa
0,01% dibandingkan pada tahun Barat tahun 2015 prevalensi down
2010. Pada tahun 2010, penderita syndrome terbanyak terjadi di kota
down syndrome ini menempati Bandung (52,94%), dengan jenis
posisi ketiga dengan penderita kelamin laki-laki (55,89%) dan
terbanyak setelah tuna daksa dan pada rentang umur 0 – 5 tahun
tuna wicara yaitu sebesar 0,12% (25,87%). Distribusi proporsi
dan pada tahun 2013 menduduki tertinggi kejadian down
posisi keempat sebagai penderita syndrome berdasarkan umur
terbanyak yaitu sebesar 0,13%.. ibu > 35 tahun (32%) dan
Pada tahun 2018 jumlah penderita berdasarkan umur ayah adalah
down syndrome mengalami
umur > 35 tahun (40%).
peningkatan sejumlah 0,08%
sehingga menjadi 0,21%
(Riskesdas, 2018).
TATAKELOLA
MANDIRI (PERAWAT) KOLABORASI (MEDIS)
DATA PERSEPSI
1) Persepsi masyarakat
Persepsi masyarakat yang dikaji terkait tempat tinggal yaitu bagaimana
perasaan masyarakat tentang kehidupan bermasyarakat yang dirasakan di
lingkungan tempat tinggal mereka, apa yang menjadi kekuatan mereka,
permasalahan, tanyakan pada masyarakat dalam kelompok yang berbeda.
2) Persepsi perarawat
Persepsi perawat berupa pernyataan umum tentang kondisi kesehatan dari
masyarakat apa yang menjadi kekuatan, apa masalahnya atau potensial
masalah yang dapat diidentifikasi.
DIAGNOSA KEPERAWATAN KOMUNITAS