Anda di halaman 1dari 7

PROPOSAL

PENGARUH DISCHARGE PLANNING BERBASIS FAMILY


CENTERED NURSING TERHADAP KUALITAS HIDUP
PASIEN STROKE

DI SUSUN OLEH:

EKA WATI (14201.09.17014)

PROGRAM STUDY SARJANA KEPERAWATAN

STIKES HAFSHAWATY PESANTREN ZAINUL HASAN GENGGONG

PAJARAKAN – PROBOLINGGO

2020
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Stroke adalah suatu kondisi yang terjadi ketika pasokan darah ke
suatu bagian otak tiba-tiba terganggu, karena sebagian sel-sel otak
mengalami kematian akibat gangguan aliran darah karena sumbatan
atau pecahnya pembuluh darah otak. Dalam jaringan otak, kurangnya
aliran darah menyebabkan serangkaian reaksi biokimia yang dapat
merusakan atau mematikan sel-sel saraf otak. Kematian jaringan otak
dapat menyebabkan hilangnya fungsi yang dikendalikan oleh jaringan
itu. Aliran darah yang berhenti membuat suplai oksigen dan zat
makanan ke otak berhenti, sehingga sebagian otak tidak bisa
berfungsi sebagaimana mestinya (Nabyl, 2012)
Stroke, menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), merupakan
tanda klinis permanen karena gangguan sirkulasi darah ke otak yang
berlangsung sekitar 24 jam atau lebih dan dapat menyebabkan akut
gangguan otak dan bahkan kematian tanpa gejala yang jelas selain
vaskuler, yang dapat terjadi kapan saja dan siapa saja dan dapat
menyebabkan kelumpuhan dan bahkan kematian. Stroke atau cedera
serebrovaskular (CVA) adalah kehilangan fungsi otak secara
mendadak akibat gangguan suplai darah ke bagian otak (Smeltzer,
2010, p.177).
Stroke merupakan penyebab kematian ketiga di dunia setelah
penyakit jantung koroner dan kanker baik di negara maju maupun
negara berkembang. Satu dari 10 kematian disebabkan oleh stroke
(Ennen, 2004; Marsh&Keyrouz, 2010; American Heart Association,
2014; Stroke forum, 2015). Secara global, 15 juta orang terserang
stroke setiap tahunnya, satu pertiga meninggal dan sisanya
mengalami kecacatan permanen (Stroke forum, 2015). Stroke
merupakan penyebab utama kecacatan yang dapat dicegah
(American Heart Association, 2014).
Menurut WHO, setiap tahun 15 juta orang di seluruh dunia
mengalami stroke. Sekitar lima juta menderita kelumpuhan permanen.
Di kawasan Asia tenggara terdapat 4,4 juta orang mengalami stroke
(WHO, 2010). Pada tahun 2020 diperkirakan 7,6 juta orang akan
meninggal dikarenakan penyakit stroke ini (Misbach, 2010).
Berdasarkan data yang berhasil dikumpulkan oleh Yayasan Stroke
Indonesia (Yastroki), masalah stroke semakin penting dan mendesak
karena kini jumlah penderita stroke di Indonesia adalah terbanyak dan
menduduki urutan pertama di Asia. Jumlah kematian yang disebabkan
oleh stroke menduduki urutan kedua pada usia diatas 60 tahun dan
urutan kelima pada usia 15-59 tahun (Yastroki, 2012).
Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Nasional tahun
2013, prevalensi stroke di Indonesia berdasarkan diagnosis tenaga
kesehatan sebesar tujuh per mil dan yang terdiagnosis oleh tenaga
kesehatan (nakes) atau gejala sebesar 12,1 per mil. Jadi, sebanyak
57,9 persen penyakit stroke telah terdiagnosis oleh nakes. Prevalensi
stroke berdasarkan diagnosis nakes tertinggi di Sulawesi Utara
(10,8%), diikuti DI Yogyakarta (10,3%), Bangka Belitung dan DKI
Jakarta masing-masing 9,7 per mil sedangkan Sumatera Barat 7,4 per
mil. Prevalensi stroke berdasarkan diagnosis nakes dan gejala
tertinggi terdapat di Sulawesi Selatan (17,9%), DI Yogyakarta (16,9%),
Sulawesi Tengah (16,6%), diikuti Jawa Timur sebesar 16 per mil
sedangkan Sumatera Barat sebesar 12,2 per mil.
Kualitas hidup individu dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu
faktor fisiologis, status gejala, status fungsional, persepsi kesehatan
secara umum, karakteristik individu dan karakteristik lingkungan.
Menurut penelitian Carod et al (2007) yang mengatakan bahwa pasien
stroke akan terjadi perubahan fisik, gangguan mental, gangguan
koqnitif dan perunan interaksi sosial. Pasien stroke agar kualitas
hidupnya lebih baik sangat tergantung pada penatalaksanaan, asuhan
sehingga dibutuhkan peran serta tenaga kesehatan yang handal dan
keluarga yang memiliki pengetahuan tentang penyakit, cara
penanganan dan perawatan serta adaptasi yang disusun dalam
Discharge planning (Almborg, 2010). Pemberian Discharge planning
dapat meningkatkan pengetahuan pasien, efektifitas perawatan di
rumah sakit, mengurangi kunjungan ulang ke rumah sakit serta dapat
mengurangi biaya perawatan.
Pada fase lanjutan atau perawatan lanjutan, diperlukan
penanganan yang tepat karena dapat menimbulkan komplikasi-
komplikasi. Seringkali ketika pasien pulang dari rumah sakit, pasien
pasca stroke masih mengalami gejala sisa, misalnya dengan keadaan
: kehilangan motorik (hemiplegi/hemiparese) atau pasien yang pulang
dengan keadaan bedrest total, kehilangan komunikasi atau kesulitan
berbicara (disatria), gangguan persepsi, kerusakan fungsi kognitif dan
efek psikologik, sehingga akan berdampak pada aktivitas hidup
sehari-hari (Activitas Of DailyLiving = ADL) dalam pemenuhan
kebutuhan dasar manusia. Pemberian pelayanan perawatan yang
baik di rumah sakit akan mempercepat proses penyembuhan pasien
stroke. Lama standar minimal perawatan pasien stroke rata-rata 2
sampai 4 minggu. Setelah itu pasien stroke akan melakukan
perawatan rawat jalan. Kondisi pasien yang diizinkan pulang secara
medis sudah membaik namun dalam pemenuhan kebutuhan dan
keperawatan masih sangat terbatas, sehingga diperlukan penanganan
perawatan rumah paska rawat di rumah sakit (Milya Novera, 2019).
Stroke merupakan gangguan fungsi saraf yang disebabkan oleh
gangguan aliran darah pada otak yang dapat timbul secara mendadak
dalam beberapa detik atau secara cepat dalam beberapa detik atau
secara cepat dalam beberapa menit dan jam (Sofwan Rudianto,2013).
Ada beberapa dampak stroke, tergantung pada bagian otak yang
terkena serangan. Kerusakan yang parah dapat menyebabkan
kematian permanen yang akan menimbulkan gangguan mulai dari
pengelihatan, becara , bahasa, kelumpuhan kondisi tubuh, penurunan
kemampuan kognitif, sampai kehilangan memori. Tanda-tanda stroke
sudah dapat diketahui seperti orang yang pendiam tiba-tiba menjadi
implusif, namun ketidaktahuan sering membuat orang yang tidak
cepat mendeteksi berbagai gejala perubahan perilaku ini sebagai
dampak dari stroke. Cepat dan lambatnya penanganan stroke dapat
mempengeruhi kualitas hidup selanjutnya (Nadesul, 2011).
Gejala neurologis yang timbul tergantung berat gangguan
pembuluh darah dan lokasinya. Manifestasi klinis stroke akut dapat
berupa perubahan status mental, gangguan penglihatan, afasis,
vertigo, mual-muntah, nyeri kepala dan penurunan fungsi motoric
(Mansjoer, 2010). Perubahan tersebut mempengaruhi struktur fisik
maupun mentalnya (psikologi). Sehingga denga adanya perubahan
tersebut mobilisasi penderita stroke akut akan mengalami
kemunduran aktivitas seperti kelemahan menggerakkan kaki,
kelemahan menggerakkan tangan, ketidakmampuan bicara dan
ketidakmampuan fungsi-fungsi motoric lainnya. Kondisi ini
mengakibatkan terjadinya penurunan fungsi individu secara ekonomi
dan social, karena stroke banyak terjadi pada usia produktif
(Muttaqin,2013).
Ketidaktahuan atau ketidakmampuan pasien dan keluarga
mengenai cara perawatan di rumah berdampak pada masalah
kesehatan atau ketidaksiapan pasien menghadapi pemulangan
setelah dirawat di rumah sakit. Peran keluarga sangat penting dalam
tahap-tahap perawatan kesehatan, mulai dari tahapan peningkatan
kesehatan, pencegahan, pengobatan, sampai dengan rehabilitasi.
Pengaruh discharge planning berbasis family centerd nursing atau
Dukungan sosial dan psikologis sangat diperlukan oleh setiap individu
di dalam setiap siklus kehidupan, dukungan sosial akan semakin
dibutuhkan pada saat seseorang sedang menghadapi masalah atau
sakit, disinilah peran anggota keluarga diperlukan untuk menjalani
masa-masa sulit dengan cepat. Salah satu dukungan keluarga yang
dapat di berikan yakni dengan melalui perhatian secara emosi,
diekspresikan melalui kasih sayang dan motivasi anggota keluarga
yang sakit agar terus berusaha mencapai kesembuhan, Dalam
penerapan proses keperawatan di rumah terjadi proses alih peran dari
perawat kepada klien dan keluarga (sasaran) secara bertahap dan
berkelanjutan untuk mencapai kemandirian klien dan keluarga
sasaran dalam menyelesaikan masalah kesehatannya. Peningkatan
kualitas hidup adalah tujuan utama yang diharapkan dalam perawatan
pasien stroke iskemik paska rawat inap (Milya Novera, 2019).
Berdasarkan fenomena diatas, pengaruh discharge planning
berbasis family centerd nursing pada pemulihan pada pasien stroke,
oleh karena itu peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang
“Pengaruh discharge planning berbasis family centerd nursing
terhadap kualitas hidup pasien stroke”

B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan uraian latar belakang diatas maka peneliti merumuskan
masalah pada penelitian ini “Pengaruh discharge planning berbasis
family centerd nursing terhadap kualitas hidup pasien stroke?

C. MANFAAT
1. Bagi Instusi Pendidikan
Hasil penelitian ini dapat berguna sebagai sumber data baru yang
bisa di gunakan sebagai pemecahan yang ada kaitannya dengan
Pengaruh discharge planning. Dan sebagai tambahan
pengetahuan dari hasil penelitian untuk dikembangkan pada
penelitian berikutnya.
2. Bagi Lahan Penelitian
Hasil penelitian ini dapat menjadi informasi baru bagi lahan
penelitian tentang pengaruh discharge planning berbasis family
centerd nursing terhadap kualitas hidup pasien stroke.
3. Bagi Responden
Dapat digunakan untuk kualitas hidup pasien stroke dengan
discharge planning berbasis family centerd nursing.
4. Peneliti
Dapat menambahkan pemahaman terhadap ilmu pengetahuan
tentang Pengaruh discharge planning berbasis family centerd
nursing terhadap kualitas hidup pasien stroke.

Anda mungkin juga menyukai