Anda di halaman 1dari 33

TUGAS LITERATURE REVIEW

“TERAPI KOMPLEMENTER PADA PASIEN HIV/AIDS”

Dosen Pengampu:

Ns. Yosy Oktarina S,kep.,M,kep

DISUSUN OLEH:
Jelisa laxmi lovy
Nim : G1B118029

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS JAMBI
2019/2020
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan
berkat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan literatur ini dengan
judul “Terapi Komplementer Spiritual Pada Perawatan Hiv/Aids”

Penulisan literatur ini adalah salah satu syarat untuk menyelesaikan tugas
mata kuliah Keperawatan HIV AIDS Program Studi S1- Keperawatan. Pada
kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada pembimbing, Ns.YOSI
OKTARINA, S.Kep,M.Kep yang telah meluangkan waktunya dan memberikan
banyak masukan dalam penyusunan literature ini sehingga penulis dapat
menyelesaikan tepat pada waktunya.

Penulis menyadari bahwa penulisan makalah ini masih jauh dari


kesempurnaan, baik isi maupun susunan bahasanya, untuk itu penulis
mengharapkan saran dan kritik dari pembaca sebagai koreksi dalam penulisan
makalah selanjutnya. Semoga makalah ini bermanfaat, akhir kata penulis
mengucapkan terima kasih.

Jambi, April 2020

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................i
DAFTAR ISI ............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
A.Latar Belakang..................................................................................................1
B.Rumusan Masalah.............................................................................................2
C.Tujuan................................................................................................................2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A.Pengertian terapi komplementer.......................................................................3
B.Tujuan terapi komplementer.............................................................................3
C.Jenis terapi komplementer................................................................................4
D.terapi komplementer pada pasien HIV AIDS...................................................5
BAB III RIVIEW JURNAL...................................................................................10
A. Pembahsan......................................................................................................22
BAB IV PENUTUP

A. Kesimpulan...................................................................................................23
B. Saran.............................................................................................................23

LAMPIRAN............................................................................................................24

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................25
BAB I
PENDAHULUAN
A.   Latar belakang
HIV dan AIDS sering dianggap penyakit yang tidak ada obatnya dan
dikaitkan dengan kematian secara cepat. Padahal, kita bisa hidup sehat dengan
HIV di dalam tubuh untuk waktu yang sangat lama, bahkan melebihi pikiran
yang umum yaitu lima sampai sepuluh tahun. Banyak cara yang bisa ditempuh
agar kekebalan tubuh tidak berkurang dan kita tidak rentan terhadap serangan
penyakit.
Ketika kita baru memulai terapi alternative, barangkali kita sedikit
kebingungan. Ada akupuntur, yoga, jamu-jamuan, pijat, refleksi, meditasi,
vitamin,olahraga pernapasan dan lain-lain. Sebelum memilih tarapi tertentu, ada
baiknya kita perjelas lagi apa yang kita harapkan dari terapi tersebut. Proses
belajar ini bemanfaat untuk dijalani, karena akan memperluas wawasan kita
mengenai HIV dan kesehatan secara keseluruhan.
Penting bagi kita untuk mengerti manfaat terapi alternatf bagi seseoang
yang HIV-positif. Walapun kita tidak boleh menutup kemungkina adanya
keajaiban dan terjadi kesembuhan, sampai saat ini belum terjadi status oran ang
HIV-positif berubah menjadi HIV-negatif. Leh karena itu, pelajari terapi
alternative yang ditawarkan pada kita.

B. Rumusan masalah
a.    Apa yang dimaksud dengan terapi komplementer ?
b.    Apa terapi komplementer bagi pasien HIVdan AIDS ?

C. Tujuan
1.    Mahasiswa mampu mengetahui pengertian dari terapi komlementer
2.    Mahasiswa mampu mengetahu terapi koplementer pada pasien HIV dan
AIDS.
BAB II
PEMBAHASAN
A.   Terapi komplementer
1.    pengertian terapi komplementer
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI). Terapi merupakan usaha
untuk memulihkan kesehatan orang yang sedang sakit. Pengobatan penyakit,
perawatan penyakit. Komplementer adalah bersifat melengkapi, bersifat
menyempurnakan.
Menurut WHO (World Health Organization). Pengobatan komplementer
adalah pengobatan non-konvensional yang bukan berasal dari Negara yang
bersangkutan. Misalnya jamu yang merupakan produk Indonesia dikategorikan
sebagai pengobatan komplementer di Negara Singapura. Di Indonesi sendiri, jamu
dikategorikan sebagai pengobatan tradisional. Pengobatan tradisional yang
dimaksud adalah pengobatan yang sudah dari zaman dahulu digunakan dan
diturunkan secara turun-temurun pada suatu Negara.
Terapi komplementer adalah cara penanggulangan penyakit yang dilakuka
sebagai pendukung atau pendamping kepada pengobatan makro nutrient dan
mikro nutrient.

2.    Tujuan Terapi Komplementer


Terapi komplementer bertujuan untuk memperbaiki fungsi dari sistem-
sistem tubuh. Terutama sistem kekebalan dan pertahanan tubuh agar tubuh dapat
menyembuhkan dirinya sendiri yang sedang sakit. Karena tubuh kita sebenarya
mempunyai kemampuan untuk menyembuhkan dirinya sendiri, asalkan kita mau
mendengarkanya dan memberikan respon dengan asupan nutrisi yang baik
lengkap serta perawatan yang tepat.

3.    Jenis-Jenis Terapi Komplementer


Jenis pelayanan pengobatan komplementer-alternatif berdasarkan
permenkes RI Nomor: 1109/Menkes/2007 adalah:
1) . Intervensi tubuh dan pikiran : hipnoterapi, mediasi, penyembuhan spiritual,
dan dan yoga.
2). Sistem pelayanan pengobatan alternative : akupuntur, akupresur, natropati,
aromaterapi.
3) .Pengobatan farmaklogi dan biologi : jamu, herbal
4). Diet dan nutrisi untuk pencegahan dan pengobatan : diet makro nutrient dan
diet mikro nutrient.

a.Akuputur : suatu metode tradisional china yang menghasilkan analgesia


atau perubahan fungsi sistem tubuh dengan cara memasukan jarm tipis di
sepanjang rangkaian garis atau jalur yang disebut meridian. Manipulasi
jarum langsung pada meridian energy akan mempengaruhi organ interna
dalam dengan pengalihan qi (shi)

b.Akupresur : sebuah ilmu penyembuhan dengan menekan, memijat,


mengurut bagian dari tubuh untuk mengurangi rasa nyeri, menghasikan
analgesia, atau mengatur fungsi tubuh.

c. Meditasi : praktik yang ditujukan pada diri untuk merelaksas tubuh dan
menekankan pikiran menggunakan ritme pernapasan yang berfokus.

d. Psikoterapi : pengobatan kelainan mental dan emosional dengan teknik


psikologi.

e.Yoga : teknik yang berfokus pada susunan otot, postur, mekanisme


pernapasan, dan kesadaran tubuh. Tujuan yoga adalah memperoleh
kesejahteraan mental dan fisik melalui pencapaian kesempurnaan tubuh
dengan olahraga, mempertahankan postur tubuh, pernapasan yang benar,
dan meditasi.
f. Terapi relaksasi : tehnik terapi relaksasi meliputi meditasi, hipnotis dan
relaksasi otot. Walaupun tehinik-tehnik ini bisa mengurangi stress dan
membuat tubuh lebih bugar, tetapi masih belum jelas efektifitas tekhnik
terapi relakasasi terhadap penyakit asma.

B. Terapi komplementer pada pasien HIV dan AIDS


1. Terapi informasi
Untuk mengetahui ‘terapi informasi’, mungkin kita harus mencari arti kata
‘terapi’ terlebih dahulu. Dalam kamus, definisi terapi adalah “usaha untuk
memulihkan kesehatan orang yang sedang sakit”. Tidak disebut “usaha medis”
dan juga tidak disebut penyembuhan penyakit. Maka kita bisa paham bahwa terapi
adalah lebih luas daripada sekedar pengobatan atau perawatan.. apa yang dapat
memberi kesenangan, baik fisik maupun mental, pada seseorang yang sedang
sakit dapat dianggap terapi.
Kita cenderung menganggap ‘terapi’ sebagai suatu yang fisik: pil, jamu, pijat,
akupuntur. Terapi informasi bukan sekedar penegtahuan. Kita ambil contoh
seseorang yang baru dites HIV dan hasilnya ternyata positif. Setelah lewat rasa
terkejut (shock), Konseling pasca (atau sesudah) tes yang paling sempurna pun
tidak mungkin dapat menjawab semua pertanyaan kita dan kita tidak berada dalam
keadaan untuk bertanya, atau pun menangkapi jawaban. Pasti kita merasa muram,
kita tidak dapat membayangkan masa depan. Apa pengobatan untuk dperesi ini?
Bukan obta, bukan pengobatan medis, tetapi jawaban terhadap pertanyaan kita.
Informasi, dengan bentuk dan bahasa yang dapat kita pahami dn pada waktu kita
perlukan. Informasi akan mengobati ketidakpahaman kita, depresi kita,
memulihkan dan menyelakan jiwa kita. Dan seperti halnya berbagai macam
terapi, terapi informasi adalah suatu perjalanan, sebuah proses yang akan
berlangsung secara terus-menerus.
Ketakutan terhadap hal yang tak dikenal adalah macam ketakutan yang buruk.
Kita semua pernah mengalami kekhawatiran yang diakibatkan oleh ketakutan kita
tahu dampaknya terhadap tidur, nafsu makan, terhadap kemampuan kita untuk
melanjutkan kehidupan kita sehari-hari. Kita semua tahu bagaimana ketakutan ini
dapat memepengaruhi kesehatan kita sendiri. Adalah terkenal bahwa stres dapat
mempengaruhi system kekebalan tubuh kita, jadi dalam keadaan stres, kita lebih
mungkin terinfeksi penyakit seperti flu dan ini juga akan menambah rasa khawatir
dan takut, terutama bagi odha.
Pertolongan perta auntuk mengobati ketakutan terhadap hal yang tak diketahui
adalah informasi yang jelas dan tepat. Bila kita mulai memahami apa arti menjadi
HIV-positif, kita dapat mulai menerima penyakit ini, mungkin bahwa itu bukan
vonis mati, dan mulai merencanakan tanggapan kita sendiri yaitu kumpulan terapi
lain yang kita akan mengukutinya. Dengan perncanaan begitu dan tindakanya dan
rasa ketakutan kita akan berkurang dan stress yang terkait denganya akan mulai
menurun juga. Jadi, informasi untuk membantu kita jadi paham.

2. Terapi spiritual
Dewasa ini konsep kedokteran moderen mengenai pengobatan ialah
dengan pertimbangan aspek biopsikososial. Artinya pengobatan tidak hanya
berusaha untuk mengembalikan fungsi fisik seseorang tetapi juga fungsi psikis
dan social. Pendekatan ini menepatkna kembali pengobatan spiritual sebagai salah
satu cara pengobatan dalam upaya penyembuhan penderita.
Di Indonesia pengobatan spiritual biasanya dikaitkan dengan agama.
Seseorang pemeluk agama islam misalnya cenderung untuk menjalani pengobatan
spiritual yang dilaksanakan sesuai ajaran agama islam, misalnya berzikir, berdoa,
berpuasa, sholat hajat dll. Dalam agama lain juga terdapat kegiatan ritual untuk
penyembuhan baik yang dibimbing oleh rohaniawan maupun yang dilakukan
sendiri. Odha dapat memilih untuk menjalankana pengobata spiritual yang sesuai
dengan agamanya atau pengobatan spiritual yang berlaku umum. Bila dia memilih
pengobatan spiritual yang sesuai dengan agamanya maka kegiatan tersebut tidak
asing lagi baginya serta mendukung jemaah yang dikenal dan akrab akan
mempermudah sosialisasi.

3. Terapi nutrisi
Nutrisi yang sehat dan seimbang diperlukan pasien HIV /AIDS untuk
mempertahankan kekuatan, meningkatkan fungsi system imun, meningkatkan
kemampuan tubuh untuk memerangi infeksi, dan menjaga orang yang hidup
dengan HIV/AIDS tetap aktif dan produktif. Defisiensi vitamin dan mineral bisa
dijumpai pada orang degan HIV, dan defisiensi sudah terjadi sejak dini walaupun
pada ODHA mengonsumsi makanan dengan gizi berimbang. Defisiensi terjadi
karena HIV menyebabkan kehilangan nafsu makan dan gangguan absorbs zat gizi.
Di unti perawatan intermediet penyakit terdapat 87% ODHA dengan berat badan
di bawah normal.
Sebagian besar para ODHA dan keluarga mengatakan bahwa nafsu
makanya menurun sehingga frekuensi makan juga berkurang. Keadaan ini
dimanfaatkan oleh HIV untuk berkembang lebih cepat. Di samping itu daya tahan
tubuh untuk melawan HIV menjadi berkurang. Untuk mendapatkan nutrisi yang
sehat dan berimbang, ODHA sebaiknya mengosumsi makanan yang bervariasi,
seperti makanan pokok, kacang-kacangan, produk susu, daging, serta sayur dan
buah-buahan setiap hari, lemak dan gula, dan meminum banyak air bersih dan
aman. Bila diperlukan bisa diberikan zat gizi mikro dalam bentuk supleme
makanan sera jus buah dan sayur.

a.  Pentingnya nutrsi bagi pasien HIV/AIDS


Nutrisi yang sehat dan sembang harus selalu diberikan pada klien dengan
HIV/AIDS pada semua tahap infeksi HIV. Perawatan dan dukungan nutrisi bagi
pasien berfungsi untuk:
(1) mempertahankan kekuatan tubuh dan berat badan,
(2) mengganti kehilangan vitamin dan minerl,
(3) meningkatkan fungsi sitem imun dan kemampuan tubuh untuk memerangi
infeksi, (4) memperpanjang periode dari infeksi hingga perkembangan menjadi
panyakit AIDS,
(5) meningkatkan respon terhadap pengobatan, mengurangi waktu dan uang yang
dihabiskan untuk perawatan kesehatan,
(6) menjaga orang yang hidup dengan HIV/AIDS agar dapat tetap aktif, sehingga
memungkinkan mereka untuk merawat diri sendiri, keluarga dan anak-anak
mereka, dan
(7) menjaga orang dengan HIV/AIDS agar tetap produktif, mampu berkerja,
tumbuh baik dan tetap berkontribusi terhadap pemasukan kelurga mereka (FAO-
WHO, 2002).

Makanan penting bagi tubuh kita untuk:


(1) berkembang, mengganti dan memperbaiki sel-sel dan jaringan,
(2) memproduksi energy agar tetap hangat, bergerak dan berkerja,
(3) membawa proses kimia misalnya pencernaan makanan,
(4)melindungi melawan, bertahan terhadap infeksi serta mambantu proses
penyembuhan penyakit. Makan terdiri atas zat gizi mikro dan makro. Zat gizi
mikro dibutuhkan tubuh dalam jumlah kecil, sedangkan zat gizi makro
(kabohidrat, protein dan lemak) dibutuhkan dalam jumlah yang lebih banyak
(FAO-WHO, 2002).

b. Bahan makanan yang dianjurkan dikonsumsi pasien


Berbagai bahan makanan yang banyak di dapatkan di Indonesia seperti
tempe, kelapa, wortel, kembang kol, sayuran dan kacang-kacangan dapat
diberikan dalam penatalaksanaan gizi pada pasien.
1.Tempe atau produknya mengandung protein dan vitamin B12 untuk
mencukupi kebutuhan pasien dan mengandung bakterisida yang dapat
mengobati dan mencegah diare.
2.Kelapa dan produknya dapat memenuhi kebutuhan lemak sekaligus
sebagai sumber energy karena mengandung medium chain trigliserida
(MCT) yang mudah diserap dan tidak menyebabkan diare. MCT
merupakan sumber energy yang dapat digunakan untuk pembentukan
sel.
3. Wortel kaya kandungan beta karoten sehingga dapat meningkatkan daya
tahan tubuh dan sebagai bahan pembentukan CD4, vitamin C, vitamin E,
dan beta karoten berfungsi sebagai antiradical bebas yang dihasilkan oleh
perusakan oleh HIV pada sel tubuh.
4. Sayuran hijau dan kacang-kacangan, mengandung vitamin neurotropik
yakni vitamin B1, B6, B12 dan zat gizi mikro lainya yang berfungsi untuk
pembentukan CD4 dan pencegahan anemia.
5. Buah alpukat mengandung banyak lemak yang sangat tinggi dan dapat
dikonsumsi sebagai bahan makanan tambahan. Lemak tersebut dalam
bentuk MUFA (mono unsaturated fatty acid) yang 63% dari jumlah
tersebut berfungsi sebagai antioksidan dan dapat menurunkan HDL, selain
itu alpukat juga mengandung glutation untuk menghambat replikasi HIV.

c. Jus buah dan sayur


Orang yang terinfeksi HIV akan kehilangan selerah makan dan sulit
menguyah makanan, daya serap pencernaan dan tubuh juga lemah, oleh
karenyanya pasien membutuhkan makanan yang mudah dikunya dan diserap
tubuh serta meningkatlkan nafsu makan. Olahan berupa jus dibutuhkan agar
kandungan gizinya mudah dan cepat diserap oleh tubuh sehingga energy akan
meningkatnkan dan tuuh lebih sehat. Gizi yang terkandung dalam jus buah dan
sayuran tergolong lengkap seperti protein, kabohidrat, asam lemak esensial,
vitamin, dan mineral. Lemak yang terkandung dalam buah dan sayur termaksud
lemak yang menguntungkan yang berperan sebagai komponen sel saraf,
membrane sel, homon dalam tubuh.
Jus mengandung enzim alami yang bermanfaat untuk pencernaan
sehinggah tubuh tidak mengeluarkan enzim pencernaan dan energy dapat dihemat
untukperbaikan peremajaan sel. Jus hanya memerlukan waktu penyerapan 5 menit
sedangkan makanan yang lain memerlukan waktu 3-5 jam (putu, oka 2005).
4. Terapi fisik
Terapi fisik adalah upaya yang bisa dijadikan alternatif pelengkap dalam
upaya memperbaiki disfungi yang berikatan dengan tubuh yang disebabkan HIV,
virus penyebab AIDS. Ada beberapa jenis terapi fisik yang bisa dilakukan. Antara
lain terapi makanan dan jamani. Pada asanya terapi yang dilakukan bisa membuat
daya tahan tubuh atau keadaan kekebalan ODHA bisa dipertahankan secara
maksimal, juga kondisi fisiknya tetap dilatih agar lebih kuat. Misalnya massa otot
orang pada masa AIDS yang biasanya akan menurun drastis, semakin kurus. Saat
seseorang mulai menunjukan gejala, masa otot dan lemak berkurang perlahan
namun pasti. Kalau dari awalnya masa otot tidak diperhatikan, maka penampilan
serta daya tahan akan sangat berpengaruh.
Beberapa penelitian melaporkan bahwa olahraga dengan tigkat/ kadar
sedang ternyata bisa meningkatkan system kekebalan tubuh menjadi lebih tinggi.
Selama berolahraga, tubuh mengelurkan berbagai hormon. Antara lain yang
berfungsi meningkatnkan mutu dan jumlah limfosit B dan T, serta endfrin, dan
enkafalin, serta homon yang berfungsi menurunkan kekebalan seperti suatu
hormone yang disebut ACTH. ACTH bekerja meningkatkan kadar kortisol yang
berperan menekan produksi sel kekebalan.Keluarnya hormen tersebut sangat
beraneka ragam tergantung beberapa factor, antara lain beratnya latihan. Latihan
ringan sampai sedang akan mengelurkan hormone yang merangsang pembentukan
system kekebalan. Sementara latihan berat yang menimbulkan kelelahan justru
sebaliknya, yaitu menekan produksi sel kekebalan.
Agar keadaan tubuh tetap stabil lebih baik memilih jenis olahraga yang
tidak menimbulkan stress. Seperti jalan kaki dan renag. Terapi jenis jasmani lain
yang bisa dilakukan adalah tehnik aromaterapi. Beberapa alhi menyarankan
penggunaan wewangian berbagai jenis tumbuhan, seperti lavender. Yoga,
meditasi, dan pemijatan merupakan tehnik yang baik untuk dipilih sebagai
alternative terapi fisik-jasmani yang lain. Beberapa penelitian membuktikan
bahwa jenis olah fisik tersebut mampu menghilangkan stress dan membuat tubuh
tenang. Ketenangan yang diperoleh bisa meningkat pembuatan sel kekebalan
tubuh di dalam tubuh
HASIL LITERATURE REVIEW
No. Judul Peniliti Nama dan Latar belakang Sampel Metode Hasil Kesimpulan
identitas
jurnal
1. PENGARU Christi https://doi.o Penyakit mematikan sebanyak 20 Jenis menunjukkan Karakteristik responden
H TERAPI na rg/10.7454/j yang menjadi wabah orang penelitian ini karakteristik berdasarkan usia paling
SPIRITUA Dinda ki.v12i1.200 internasional sejak adalah responden pada 22 banyak adalah berusia
L Permat pertama kali muncul kuantitatif. sampel penelitian 25-49 tahun yaitu 14
EMOTION a di dunia salah dimana berdasarkan orang (64%), jenis
AL Kasih, satunya adalah HIV- pada karakteristik usia kelamin paling banyak
FREEDOM Arina AIDS (Arriza, Dewi responden terbanyak berjenis kelamin laki-
TECHNIQ Nurfia & Kaloeti, 2011). yaitu rentang usia 25- laki yaitu 20 orang
UE (SEFT) nti, HIV adalah virus 49 yaitu dengan (91%), pendidikan
TERHADA Jaka yang menyerang sel- jumlah 14 orang terbanyak adalah SMA
P Pradika sel darah putih yang (64%), jenis kelamin yaitu 12 orang (55%),
PERUBAH berperan pada sistem terbanyak pada pekerjaan terbanyak
AN SKOR kekebalan tubuh responden yaitu laki- wiraswasta yaitu 18
DEPRESI manusia, seseorang laki orang (82%), jumlah
PADA yang terserang virus sebanyak 20 orang CD4 terbanyak adalah
ORANG HIV tidak dapat (91%), pendidikan responden dengan
DENGAN melawan berbagai responden terbanyak jumlah CD4 > 200 sel/
HIV-AIDS jenis penyakit yang pada SMA yaitu mm3yaitu 17 orang
(ODHA) menyerang sebanyak 12 orang (77%). 2. Skor depresi
DI tubuhnya. HIV dapat (55%), pekerjaan responden sebelum
RUMAH menyebabkan AIDS responden terbanyak diberikan terapi SEFT
SAKIT (Katiandagho, 2015). pada wiraswasta yaitu terbanyak mengalami
JIWA Menurut Pusat Data sebanyak 18 orang depresi ringan
SUNGAI dan Informasi (82%) dan jumlah (skorpenelitian dan
BANGKO Kementerian CD4 terbanyak > 200 diharapkan bagi peneliti
NG Kesehatan RI sel/ mm3 dimana selanjutnya dapat
(InfoDATIN) tahun terdapat 17 orang melakukan tindak lanjut
2016, jumlah kasus (77%). dalam observasi pada
HIV di dunia pada mekanisme koping serta
tahun 2015 sebesar faktor-faktor lain yang
36,7 juta (34,0-39,8
juta) dan World
Health Organization
(WHO) mencatat
sejak AIDS
ditemukan hingga
akhir 2015 terdapat
34 juta orang
meninggal. Jumlah
kasus HIV di
Indonesia cenderung
mengalami
peningkatan dimana
jumlah kumulatif
penderita HIV
sampai Juni 2016
sebanyak 208.920
orang dan total
kumulatif kasus
AIDS sebanyak
82.566 orang.
2. Pengaruh Reini jkp.fkep.unp Pola penularan HIV 24 quasi- pada kelompok Simpulan pada
ad.ac.id ›
Intervensi Astuti, di Indonesia responden experimental intervensi sebanyak penelitian ini bahwa
index.php ›
SEFT Iyus jkp › article didominasi oleh yang dengan pretest 33,3 % mengalami pada kelompok
› view
(Spiritual Yosep, orang yang diteliti. and posttest depresi pada garis intervensi dan
Emotional Raini berhubungan seks design, batas depresi klinis, kelompok kontrol
Freedom Diah heteroseksual bukan menggunakan kemudian sebanyak sebelum diberikan
Technique) Susanti homoseksual seperti kelompok 46,7% mengalami perlakuan SEFT
terhadap yang menjadi stigma kontrol untuk depresi sedang dan 20 (Spiritual Emotional
Penurunan selama ini, sehingga dapat menguji % responden Freedom Technique)
Tingkat kelompok ini adanya sebab mengalami depresi mengalami depresi dari
Depresi Ibu mendominasi dan akibat berat. Kelompok tingkat depresi pada
Rumah penyebaran HIV di pada sebuah kontrol didapatkan batas garis klinis,
Tangga Indonesia dan fenomena. data bahwa sebanyak depresi sedang sampai
dengan akhirnya penyakit ini 27,8% resonden depresi berat. Pada
HIV dapat mengenai mengalami depresi kelompok intervensi
siapa saja. pada batas klinis. setelah diberikan
Perkembangan Sedangkan perlakuan SEFT
terakhir ini 72,2%.responden mengalami penurunan
ditemukan kasus yang mengalami tingkat depresi,
HIV pada kelompok depresi sedang. Tabel sedangkan pada
ibu rumah tangga 3 memperlihatkan kelompok kontrol
yang tidak memiliki gambaran tingkat terdapat perubahan
perilaku berisiko depresi pada yang tidak begitu
tinggi dan hanya kelompok intervensi signifikan dan
berhubungan seksual post test adalah cenderung mengalami
dengan suaminya sebagai berikut, peningkatan. Terdapat
(Kemenkes, 2010). sebanyak 33,3% perbedaan yang
Awal ditemukannya responden wajar, signifikan pada tingkat
yaitu tahun 1987 kemudian sebanyak depresi ibu rumah
sampai dengan 1997, 53,3% responden tangga dengan HIV
penularan HIV- mengalami gangguan setelah dilakukan
AIDS didominasi mood dan sebanyak intervensi SEFT
oleh populasi 13,3 % responden (Spiritual Emotional
berisiko kaum mengalami depresi Freedom Technique).
homoseksual. Tahun sedang.
1997 sampai 2007,
penularan HIV/AIDS
didominasi oleh
populasi berisiko
IDU (Injections
Drugs Use). Tahun
2007 sampai
sekarang penularan
didominasi oleh
pelaku seks
heteroseksual, yaitu
laki-laki yang
melakukan hubungan
seksual dengan
wanita pekerja.
Akibatnya penularan
HIV kini
berkembang melalui
hubungan seksual
antara pelanggan
pekerja seksual dan
pasangan resminya
(istrinya) dan dari
ibu ke anaknya
(KPA Nasional,
2009 ). Sementara
Komisi
Penanggulangan
AIDS Provinsi Jawa
Barat mencatat
jumlah ibu rumah
tangga yang tertular
HIV sejak 2006
hingga 2012
sebanyak 763 orang
(KPA Jawa Barat,
2013)
3. EFEKTIVI Gita Human perempuan penelitian Hasil penelitian yang 1. Terjadi penurunan
e-
TAS VCT Nirmal Immunodeficiency dan laki- kuantitatif telah dilakukan tingkat kecemasan
journal.ibi.
DAN a Sari, or.id Virus (HIV) dan laki yang dengan desain mengenai efektifitas pasien berisiko tinggi
TERAPI Nurjas Acquired Immune berisiko penelitian VCT dan terapi warna HIV setelah dilakukan
WARNA mi, Deficiency HIV dan quasi dalam penurunan VCT dan terapi warna.
DALAM Aticeh, Syndrome (AIDS) ibu hamil eksperimental. tingkat kecemasan dan Dan tidak terjadi
PENURUN Diana merupakan sebanyak 20 Model yang pengambilan penurunan tingkat
AN Hartaty permasalahan sampel digunakan keputusan melakukan kecemasan pada pasien
TINGKAT , Erika kesehatan yang dalam tes HIV pada pasien berisiko HIV yang
KECEMAS Yulita cukup besar di rancangan berisiko tinggi di hanya diberikan VCT
AN DAN Ichwan Indonesia. Selain itu penelitian ini Klinik VCT saja.
PENGAM HIV/AIDS adalah pre dan Puskesmas Cakung 2. Terjadi perubahan
BILAN merupakan post test Jakarta Timur, sebagai pengambilan keputusan
KEPUTUS permasalahan dengan control berikut: menjadi mau dilakukan
AN kesehatan group yaitu 1. Perbedaan tes HIV pada pasien
masyarakat yang melibatkan dua tingkat berisiko HIV yang
sangat penting di kelompok kecemasan diberikan VCT dan
beberapa negara dan penelitian pada pasien terapi warna. Dan tidak
bahkan memiliki kelompok berisiko tinggi terjadi perubahan
dampak yang intervensi dan terinfeksi HIV signifikans proses
bersifat internasional kelompok sebelum dan pengambilan keputusan
(global). HIV/AIDS kontrol, dan sesudah tes HIV pada pasien
terjadi pada setiap memberikan diberikan VCT berisiko HIV yang
periode umur, tidak pre test dan terapi hanya diberikan VCT
hanya pada sebelum warna di saja.
kelompok tertentu perlakuan dan Klinik VCT 3. VCT dan terapi
tetapi terjadi juga diberikan post Puskesmas warna efektif dalam
pada dewasa muda test setelah Cakung pengambilan keputusan
dan anak-anak dan perlakuan pada Jakarta tes HIV dan penurunan
juga pada kelompok kelompok Timur . tingkat kecemasan
yang dianggap tidak intervensi. 2. Kelompok pasien berisiko tinggi
berisiko 3. intervensi terinfeksi HIV.
Perkembangan kasus memiliki
HIV/AIDS perbedaan
merupakan kecemasan
fenomena gunung es, sebelum
yang tampak di intervensi dan
permukaan hanya setelah
bagian kecilnya saja, intervensi.
tetapi sesungguhnya Sebelum
kasus yang tidak intervensi
nampak jumlahnya terdapat 45%
lebih banyak dan memiliki
tersembunyi kecemasan
sehingga sulit untuk berat dan
ditemukan.Tidak setelah
semua orang dengan intervensi
HIV mengetahui terjadi
bahwa dirinya telah penurunan
terinfeksi virus HIV. kecemasan
Sebagian penderita menjadi 15%
HIV mengetahui dengan
bahwa dirinya telah kecemasan
terinfeksi saat berat.
mereka dalam
perawatan di rumah
sakit. Sampai saat ini
masih sulit
meningkatkan
kesadaran kelompok
berisiko untuk
melakukan
pemeriksaan HIV
secara sukarela,
diantaranya
dikarenakan HIV
masih selalu
dihubungkan dengan
perbuatan negatif,
kriminalitas dan
stigmatisasi
masyarakat.
4. PENGARU Peristi Indonesia secara 60 tinjauan Pada kelompok jamu, Ramuan jamu
e-
H wan kumulatif responden langsung atau terlihat adanya imunostimulan dapat
riset.litban
PEMBERI Ridha g.kemkes.g berdasarkan laporan penelitian peningkatan rata-rata meningkatkan kualitas
o.id ›
AN Widhi dari seluruh provinsi kuantitatif skor WHOQOL-HIV hidup penderita
RAMUAN Astana download › yang dikeluarkan BREV. Sedangkan HIV/AIDS pada
file=1.
JAMU dkk secara triwulan oleh pada kelompok kelompok jamu setelah
Lapor...
IMUNOSTI Kementerian placebo terjadi sedikit 28 hari perlakuan.
MULAN Kesehatan RI, secara penurunan skor. Kualitas hidup
SEBAGAI www.resea kumulatif dari bulan Perhitungan secara penderita HIV/AIDS
rchgate.net
TERAPI April 1987 sampai statistik menggunakan antara kelompok jamu

KOMPLEM publication September 2013, uji wilcoxon, pada dan placebo tidak

ENTER tercatat 118.792 kelompok didapatkan berbeda nyata pada
332760857
TERHADA _Peruba... kasus HIV dan nilai p>0,05 pada pengukuran hari ke-0,
P 45.650 kasus AIDS analisis skor 14 dan 28. Setelah 28
KUALITAS dengan kematian WHOQOL HIV hari, kadar CD4
HIDUP mencapai 8.553 BREF hari ke-0 penderita HIV/AIDS
PENDERIT orang. Presentase dengan hari ke-14. kelompok jamu tidak
A laki-laki sebanyak Sehingga perbedaan mengalami perbedaan
HIV/AIDS 62%, perempuan yang terjadi tidak yang signifikan.
DI 30% dan tidak signifikan. Sedangkan Sedangkan pada
KABUPAT diketahui 8 %. antara hari ke-0 kelompok placebo,
EN Proporsi dari dengan hari ke-56 kadar CD4 mengalami
SRAGEN penderita dalam didapatkan nilai penurunan yang
golongan usia p<0,05. pada kedua signifikan. Selama 28
produktif (20-39 kelompok. Sehingga hari intervensi ramuan
tahun) mencapai 50% peningkatan skor jamu imunostimulan
lebih. Indonesia WHOQOL-HIV dan placebo, tidak
sudah menjadi negara BREV pada kelompok ditemukan gejala efek
urutan ke 5 di Asia jamu dapat dikatakan samping yang serius.
paling berisiko signifikan secara Pemberian ramuan
HIV/AIDS. Situasi statistik. Pada jamu imunostimulan
demikian kelompok placebo. dan placebo pada
menunjukkan bahwa Hasil uji wilcoxon subjek penelitian
pada umumnya menunjukkan hasil selama 28 hari tidak
Indonesia berada p>0,05 pada analisis mengganggu fungsi hati
pada tahap antara pengukuran dan fungsi ginjal
concentrated hari ke-0 dengan hari
epidemic. Jawa ke-14 dan 28.
Tengah menempati Sehingga dapat
peringkat 6 setelah disimpulkan bahwa
Papua, Jawa Timur, penurunan yang
DKI Jakarta, Jawa terjadi tidaklah
Barat dan Bali signifikan secara
sebagai propinsi statistik.
dengan jumlah
kumulatif HIV/AIDS
terbanyak. Di antara
kabupaten/kotamady
a di Jawa Tengah,
Kabupaten Sragen
menjadi salah satu
kabupaten dengan
risiko tinggi
penyebaran
HIV/AIDS. Jumlah
ODHA mencapai 126
orang berdasarkan
data dari KPA. Di
Sragen terdapat 12
titik yang wajib
diwaspadai atau
daerah resiko tinggi
(risti) HIV/AIDS.
5. Intervensi Zakarij Jurnal Stigma merupakan 430 pendektn Stigma adalah Stigma merupakan
Perempuan
care support a pandangan yang keluarga humanistik perilaku maupun pandangan yang buruk
treatment Achma dan Anak, buruk dan merugikan kepercayaan yang dan merugikan yang
1(1):
bersasaran t1), yang dialami oleh salah terhadap dialami oleh penderita
Januari
anak dengan Ameli 2015 penderita HIV dalam seseorang ataupun HIV dalam hubungan
ISSN 2442-
HIV/AIDS: a hubungan sosial sesuatu. HIV/AIDS sosial masyarakat. Pada
2614
Sebuah Pramo Hal. 1 - 7 masyarakat. Pada terkait stigma secara anak-anak penderita
model no2) anak-anak penderita langsung menunjuk HIV/AIDS, pastilah hal
pendekatan HIV/AIDS, pastilah pada orang dengan ini sangat merugikan
humanistik hal ini sangat HIV/AIDS (ODHA) proses tumbuh kembang
bagi anak merugikan proses atau pada orang-orang mereka. Apalagi,
dan tumbuh kembang yang dirasa dapat bukanlah hal yang
lingkungann mereka. Apalagi, terinfeksi. Dampak mudah untuk membuat
ya dalam bukanlah hal yang stigma pada anak anak-anak mengerti apa
menghadapi mudah untuk adalah munculnya yang terjadi pada
stigma membuat anak-anak perilaku diskriminatif dirinya dikaitkan
mengerti apa yang dan menghindar dari dengan stigma terhadap
terjadi pada dirinya lingkungannya baik penyakitnya.
dikaitkan dengan lingkungan keluarga
stigma terhadap maupun teman
penyakitnya. bermain.
Sebagian besar anak Pendekatan
di bawah usia 10 humanistik
tahun yang terinfeksi menawarkan model
HIV tertular oleh dukungan psikologis
ibunya, yang dapat bagi anak dalam
terjadi selama dalam menghadapi stigma ,
kandungan, waktu dimana konsep ini
melahirkan atau telah tertuang dalam
melalui proses sumber dasar Islam
pemberian ASI. yaitu Al-Qur‟an Surat
Sebagian kecil anak Al-Baqarah (2): 30-
yang terinfeksi agak 32; yang substansinya
dini pada kehamilan adalah: (1) manusia
akan adalah pilihan Tuhan;
mengembangkan (2) keberadaan
tanda dan gejala manusia dengan
penyakit pada usia 1- segala kelebihannya
2 tahun. Anak akan dimaksudkan sebagai
melaju ke masa wakil Tuhan di atas
AIDS secara sangat bumi dan (3) manusia
cepat dan kadar CD4 adalah pribadi yang
akan cepat merosot bebas yang
menjadi dibawah 100 menanggung segala
sebelum usia 2 tahun. risiko atas
Keadaan ini akan perbuatannya.
diikuti gejala gagal Strategi yang
tumbuh, ensefalopati disarankan pada
dan/atau infeksi program Care Support
oportunistik umum. dan Treatmen (CST)
Perubahan fisik anak menekankan fungsi
yang semakin lemah, anak (individu) yang
dapat memperkuat memiliki potensi
stigma di untuk dikembangkan,
lingkungannya tatalaksana terapi
bahwa penyakit ini ARV dan gizi,
mengerikan dan si sosialisasi, edukasi
anak harus dihindari. pada lingkungan dan
Oleh karena itu, konseling orang tua.
pendekatan yang Upaya yang sungguh-
lebih menghargai sungguh diharapkan
eksistensi anak, mampu mengurangi
apapun keadaan stigma masyarakat
mereka, menjadi terhadap penderita
sangat dibutuhkan. HIV/AIDS,
Makalah ini khususnya pada anak.
menyajikan sebuah
gagasan pemberian
dukungan psikologis
dalam proses
intervensi di klinik
Voluntary
Counseling and
Therapy (VCT)
dalam program Care-
Support Treatment
(CST) dengan
sasaran anak dan
keluarga. Layanan
klinik VCT dengan
pendekatan prevensi
merupakan pintu
gerbang bagi
pelayanan medik dan
dukungan lainnya
bagi penderita
HIV/AIDS, namun
layanan ini belum
sepenuhnya
memformulasikan
strategi dukungan
psikologis bagi anak
penderita HIV/AIDS
serta edukasi bagi
lingkungannya.
Pendekatan
humanistik dalam
bidang psikologi
dapat menjadi acuan
dalam membuat
suatu pola
penanganan yang
komprehensif bagi
anak penderita
HIV/AIDS.
Pendekatan ini
diharapkan dapat
meningkatkan
pemahaman anak
terhadap
penyakitnya, serta
terhadap problem
kesehatan mental
yang dialami.
Pemahaman anak
akan keadaannya
diharapkan dapat
membentuk
ketahanan psikologis
pada diri anak dan
lingkungannya dalam
menghadapi stigma
di masyarakat.
Pendekatan ini
sekaligus
menawarkan model
edukasi kepada
lingkungan baik
sekolah maupun
keluarga. Data
pendukung diperoleh
melalui wawancara
terhadap penderita
dan keluarganya serta
observasi di
lingkungannya.
DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, S. & Shukla, A. (2014). Depression, anxiety and stress among people living
with HIV/AIDs. Indian Journal of Health and Wellbeing, Vol.5, p. 437-442.Diakses
pada Jumat, 24 Februari 2017 Pukul 21.47 wib. Anwar, Z. & Niagara, S. T. (2011).

Model Terapi SEFT (Spritual Emotional Freedom Technique) untuk Mengatasi


Gangguan Fobia Spesifik. Malang : Universitas Muhammadiyah. Naskah Publikasi.
Diakses pada Jumat, 23 September 2016 Pukul 10.21 wib.

Alemu, H., Haile, M. D., Tsui, A., Ahmed,S., & Shewamare, A. (2011.). Effect of
depressive symptoms and social support on weight and CD4 count increase at HIV
clinic in Ethiopia. Psychology and Bahavioral Sciences Colletion,24, 866–876. Beck, T.

A., & Alford, B. A. (2009). Depression: Causes and Treatment. Philadelphia: University
of Pennsylvania. Diunduh dari http://books.google.co.id pada tanggal 22 Desember
2014.

Resvita. Influence of green color therapy to decrease the level of stress in thesis on
student DIV Physiotherapy Program. UMY Surakarta. 2014. 3

Anda mungkin juga menyukai