Dosen Pengampu:
DISUSUN OLEH:
Jelisa laxmi lovy
Nim : G1B118029
Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan
berkat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan literatur ini dengan
judul “Terapi Komplementer Spiritual Pada Perawatan Hiv/Aids”
Penulisan literatur ini adalah salah satu syarat untuk menyelesaikan tugas
mata kuliah Keperawatan HIV AIDS Program Studi S1- Keperawatan. Pada
kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada pembimbing, Ns.YOSI
OKTARINA, S.Kep,M.Kep yang telah meluangkan waktunya dan memberikan
banyak masukan dalam penyusunan literature ini sehingga penulis dapat
menyelesaikan tepat pada waktunya.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...............................................................................................i
DAFTAR ISI ............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
A.Latar Belakang..................................................................................................1
B.Rumusan Masalah.............................................................................................2
C.Tujuan................................................................................................................2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A.Pengertian terapi komplementer.......................................................................3
B.Tujuan terapi komplementer.............................................................................3
C.Jenis terapi komplementer................................................................................4
D.terapi komplementer pada pasien HIV AIDS...................................................5
BAB III RIVIEW JURNAL...................................................................................10
A. Pembahsan......................................................................................................22
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan...................................................................................................23
B. Saran.............................................................................................................23
LAMPIRAN............................................................................................................24
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................25
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
HIV dan AIDS sering dianggap penyakit yang tidak ada obatnya dan
dikaitkan dengan kematian secara cepat. Padahal, kita bisa hidup sehat dengan
HIV di dalam tubuh untuk waktu yang sangat lama, bahkan melebihi pikiran
yang umum yaitu lima sampai sepuluh tahun. Banyak cara yang bisa ditempuh
agar kekebalan tubuh tidak berkurang dan kita tidak rentan terhadap serangan
penyakit.
Ketika kita baru memulai terapi alternative, barangkali kita sedikit
kebingungan. Ada akupuntur, yoga, jamu-jamuan, pijat, refleksi, meditasi,
vitamin,olahraga pernapasan dan lain-lain. Sebelum memilih tarapi tertentu, ada
baiknya kita perjelas lagi apa yang kita harapkan dari terapi tersebut. Proses
belajar ini bemanfaat untuk dijalani, karena akan memperluas wawasan kita
mengenai HIV dan kesehatan secara keseluruhan.
Penting bagi kita untuk mengerti manfaat terapi alternatf bagi seseoang
yang HIV-positif. Walapun kita tidak boleh menutup kemungkina adanya
keajaiban dan terjadi kesembuhan, sampai saat ini belum terjadi status oran ang
HIV-positif berubah menjadi HIV-negatif. Leh karena itu, pelajari terapi
alternative yang ditawarkan pada kita.
B. Rumusan masalah
a. Apa yang dimaksud dengan terapi komplementer ?
b. Apa terapi komplementer bagi pasien HIVdan AIDS ?
C. Tujuan
1. Mahasiswa mampu mengetahui pengertian dari terapi komlementer
2. Mahasiswa mampu mengetahu terapi koplementer pada pasien HIV dan
AIDS.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Terapi komplementer
1. pengertian terapi komplementer
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI). Terapi merupakan usaha
untuk memulihkan kesehatan orang yang sedang sakit. Pengobatan penyakit,
perawatan penyakit. Komplementer adalah bersifat melengkapi, bersifat
menyempurnakan.
Menurut WHO (World Health Organization). Pengobatan komplementer
adalah pengobatan non-konvensional yang bukan berasal dari Negara yang
bersangkutan. Misalnya jamu yang merupakan produk Indonesia dikategorikan
sebagai pengobatan komplementer di Negara Singapura. Di Indonesi sendiri, jamu
dikategorikan sebagai pengobatan tradisional. Pengobatan tradisional yang
dimaksud adalah pengobatan yang sudah dari zaman dahulu digunakan dan
diturunkan secara turun-temurun pada suatu Negara.
Terapi komplementer adalah cara penanggulangan penyakit yang dilakuka
sebagai pendukung atau pendamping kepada pengobatan makro nutrient dan
mikro nutrient.
c. Meditasi : praktik yang ditujukan pada diri untuk merelaksas tubuh dan
menekankan pikiran menggunakan ritme pernapasan yang berfokus.
2. Terapi spiritual
Dewasa ini konsep kedokteran moderen mengenai pengobatan ialah
dengan pertimbangan aspek biopsikososial. Artinya pengobatan tidak hanya
berusaha untuk mengembalikan fungsi fisik seseorang tetapi juga fungsi psikis
dan social. Pendekatan ini menepatkna kembali pengobatan spiritual sebagai salah
satu cara pengobatan dalam upaya penyembuhan penderita.
Di Indonesia pengobatan spiritual biasanya dikaitkan dengan agama.
Seseorang pemeluk agama islam misalnya cenderung untuk menjalani pengobatan
spiritual yang dilaksanakan sesuai ajaran agama islam, misalnya berzikir, berdoa,
berpuasa, sholat hajat dll. Dalam agama lain juga terdapat kegiatan ritual untuk
penyembuhan baik yang dibimbing oleh rohaniawan maupun yang dilakukan
sendiri. Odha dapat memilih untuk menjalankana pengobata spiritual yang sesuai
dengan agamanya atau pengobatan spiritual yang berlaku umum. Bila dia memilih
pengobatan spiritual yang sesuai dengan agamanya maka kegiatan tersebut tidak
asing lagi baginya serta mendukung jemaah yang dikenal dan akrab akan
mempermudah sosialisasi.
3. Terapi nutrisi
Nutrisi yang sehat dan seimbang diperlukan pasien HIV /AIDS untuk
mempertahankan kekuatan, meningkatkan fungsi system imun, meningkatkan
kemampuan tubuh untuk memerangi infeksi, dan menjaga orang yang hidup
dengan HIV/AIDS tetap aktif dan produktif. Defisiensi vitamin dan mineral bisa
dijumpai pada orang degan HIV, dan defisiensi sudah terjadi sejak dini walaupun
pada ODHA mengonsumsi makanan dengan gizi berimbang. Defisiensi terjadi
karena HIV menyebabkan kehilangan nafsu makan dan gangguan absorbs zat gizi.
Di unti perawatan intermediet penyakit terdapat 87% ODHA dengan berat badan
di bawah normal.
Sebagian besar para ODHA dan keluarga mengatakan bahwa nafsu
makanya menurun sehingga frekuensi makan juga berkurang. Keadaan ini
dimanfaatkan oleh HIV untuk berkembang lebih cepat. Di samping itu daya tahan
tubuh untuk melawan HIV menjadi berkurang. Untuk mendapatkan nutrisi yang
sehat dan berimbang, ODHA sebaiknya mengosumsi makanan yang bervariasi,
seperti makanan pokok, kacang-kacangan, produk susu, daging, serta sayur dan
buah-buahan setiap hari, lemak dan gula, dan meminum banyak air bersih dan
aman. Bila diperlukan bisa diberikan zat gizi mikro dalam bentuk supleme
makanan sera jus buah dan sayur.
Abdullah, S. & Shukla, A. (2014). Depression, anxiety and stress among people living
with HIV/AIDs. Indian Journal of Health and Wellbeing, Vol.5, p. 437-442.Diakses
pada Jumat, 24 Februari 2017 Pukul 21.47 wib. Anwar, Z. & Niagara, S. T. (2011).
Alemu, H., Haile, M. D., Tsui, A., Ahmed,S., & Shewamare, A. (2011.). Effect of
depressive symptoms and social support on weight and CD4 count increase at HIV
clinic in Ethiopia. Psychology and Bahavioral Sciences Colletion,24, 866–876. Beck, T.
A., & Alford, B. A. (2009). Depression: Causes and Treatment. Philadelphia: University
of Pennsylvania. Diunduh dari http://books.google.co.id pada tanggal 22 Desember
2014.
Resvita. Influence of green color therapy to decrease the level of stress in thesis on
student DIV Physiotherapy Program. UMY Surakarta. 2014. 3