Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

TERAPI KOMPLEMENTER
“Mind Body Spirit Therapies:Imagery, music intervention, humor, yoga dan
biofeedback”
Dosen Pengampu : Ns.Tri Wahyuni, M.Kep

Disusun oleh :
Kelompok 3

Adia Ranita (SR19213051)


Cantika Geni Estri (SR19213050)
Devi Tiara Angraini (SR19213048)

PROGRAM STUDI NERS S-1 KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI KEPERAWATAN MUHAMMADIYAH PONTIANAK

TAHUN AJARAN 2020/2021


KATA PENGANTAR

Assalamualaikum warahmahtullahi wabarakatuh, syukur alhamdulillah senantiasa


kami panjatkan kehadirat ALLAH SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
karuniaNya. Sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini guna memenuhi tugas
kelompok untuk mata kuliah Terapi Komplementer dengan judul “mind body spirit
therapies:imagery, music intervention, humor, yoga, dan biofeedback”
Kami menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih jauh sempurna
dikarenakan pengalaman dan pengetahuan yang kami miliki belum sempurna. Oleh
karena itu, kami mengharapkan segala saran maupun kritik. Kami berharap makalah ini
dapat memberikan manfaat untuk teman-teman semua

Pontianak, 15 Februari 2021

Kelompok 3

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................................ii

DAFTAR ISI...................................................................................................................iii

BAB I................................................................................................................................1

PENDAHULUAN............................................................................................................1

A. Latar Belakang..............................................................................................1

B. Rumusan Masalah.........................................................................................1

C. Tujuan Penulisan..........................................................................................2

BAB II...............................................................................................................................3

PEMBAHASAN...............................................................................................................3

A. Pengertian Terapi Komplementer...............................................................3

B. Pengertian Mind Body Therapy..................................................................4

C. Jenis Mind Body Therapy (Imagery, music, humor, yoga dan


biofeedback).............................................................................................................4

D. Manfaat Mind Body Therapy....................................................................13

E. Aplikasi Klinik di Indonesia.......................................................................14

BAB III...........................................................................................................................15

PENUTUP......................................................................................................................15

A. Kesimpulan..................................................................................................15

B. Saran............................................................................................................15

DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................16

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pengobatan komplementer adalah pengobatan tradisional yang sudah diakui
dan dapat dipakai sebagai pendamping terapi konvesional/medis. Sedangkan
pengobatan alternatif adalah jenis pengobatan yang tidak dilakukan oleh
paramedis/dokter pada umumnya, tetapi oleh seorang ahli atau praktisi yang
menguasai keahliannya tersebut melalui pendidikan yang lain/non medis.
Obat-obat komplementer yang dipergunakan adalah obat bersifat natural yaitu
mengambil bahan dari alam. Bahan-bahan yang dipergunakan dalam pengobatan
komplementer sebelumnya harus dikaji dan diteliti keefektivitasannya dan
keamanannya. Terapi komplementer bertujuan untuk memperbaiki fungsi dari
sistem-sistem tubuh, terutama sistem kekebalan dan pertahanan tubuh agar tubuh
dapat menyembuhkan dirinya sendiri yang sedang sakit, karena tubuh kita
sebenarnya mempunyai kemampuan untuk menyembuhkan dirinya sendiri, asalkan
kita mau mendengarkannya dan memberikan respon dengan asupan nutrisi yang
baik dan lengkap serta perawatan yang tepat.
Obat pikiran-tubuh, yang juga disebut sebagai obat perilaku, bersatu strategi
biomedis, perilaku, dan psikososial untuk promosi kesehatan. Dan pemahaman
tentang penyakit. Faktor mempengaruhi pikiran, dan oleh karena itu respon dan
penyembuhan seseorang. Obat pikiran-tubuh dipandang sebagai holistik, filsafat
penyembuhan berdasarkan pada interkoneksi antara pikiran dan tubuh,
penyembuhan bawaan kapasitas tubuh, dan potensi seseorang untuk berolahraga
secara pribadi.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian terapi komplementer?
2. Apa pengertian mind body therapy?
3. Apa saja jenis mind body therapy?
4. Apa saja manfaat dari mind body therapy?
5. Apa saja kontraindikasi dari mind body therapy?

1
6. Bagaimana aplikasi klinik di indonesia?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian terapi komplementer
2. Untuk mengetahui pengertian mind body therapy
3. Untuk mengetahui jenis mind body therapy
4. Untuk mengetahui manfaat dari mind body therapy
5. Untuk mengetahui kontraindikasi dari mind body therapy
6. Untuk mengetahui aplikasi klinik diindonesia

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Terapi Komplementer


Menurut WHO, pengobatan komplementer adalah pengobatan non
konvesional yang bukan berasal dari negara yang bersangkutan, sehingga untuk
indonesia jamu misalnya, bukan terasuk pengobatan komplementer tetapi
merupakan pengobatan tradisional. Pengobatan tradisional yang dimaksud adalah
pengobatan yang sudah dari zaman dahulu digunakan dan diturunkan secara turun-
menurun pada suatu negara. Tetapi di Philipina misalnya, jamu indonesia bisa
dikategorikan sebagai pengobatan komplementer.
Terapi komplementer adalah cara penanggulangan penyakit yang dilakukan
sebagai pendukung kepaa pengobatan medis konvesional atau sebagai pengobatan
pilihan lain diluar pengobatan medis konvesional.
Sesuai dengan peraturan menteri kesehatan definisi pengobatan komplementer
tradisional alternatif adalah pengobatan nonkonvesional yang ditunjukan untuk
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, meliputi upaya promotiv,
preventive,kuratif dan rehabilitatif yang di peroleh melalui pengobatan terstruktur
dengan kualitas, keamanan dan efektivitas yang tinggi berandaskan ilmu
pengetahuan biomedik tapi belum diterima dalam kedokteran konvesional.dalam
penyelenggaraannnya harus sinergis dan terintegrasi dengan pelayanan pengobatan
konvesional degan tenaga pelaksanaanya dokter, dokter gigi, dan tenaga kesehatan
lainnya yang memiliki pendidikan dalam bidang pengobatan komplementer
tradisional alternatif. Jenis pengobatan komplementer tradisional alternatif yang
dapat diselenggarakan secara sinergis dan terintegrasi harus ditetapkan oleh menteri
kesehatan setelah melalui pengkajian.

3
B. Pengertian Mind Body Therapy
Pada terapi pikiran tubuh, inividu berfokus pada penyejajaranatau penciptaan
keseimbangan proses mental guna menimbulkan penyembuhan. Advokat terapi ini
perlu menghindari mempromosikan gagasan pikiran menyembukan melalui
“kendali” kesadaran. Fokus terapi pikiran tubuh adalah menciptakan kesembuhan
pikiran, emosi, atau pernafasan tersebut. karena individu adalah satu kesatuan yang
utuh hal ini dapat membantu memulihkan kedamaian dan keseimbangan.

C. Jenis Mind Body Therapy (Imagery, music, humor, yoga dan biofeedback)
Terapi keseimbangan tubuh meliputi:
1. Imajinasi/ imagery
Imajinasi di definisikan sebagai “penggunaan manfaat kekuatan secara sadar
dengan maksud mengaktifkan penyembuhan biologis, psikologis, atau
spiritual”(Schaub&Dossey,2000,hlm541) individu berespon baik terhadap citra
yang dapat menghasilkan perubahan fisik, mental, emosional dan spiritual.
Imajinasi yang didasari melibatkan penciptaan citra mental apa yang diinginkan
dan dapat dibangkitkan dari ingatan, mimpi, khayalan, dan harapan.

Menurut Johnson JY (2005) terapi imajinasi terpimpin ,e,iliki prosedur berikut:


a. Kaji suatu imajinasi keadaan yang membuat pasien senang dan rileks seperti
suasanan keindahan pegunungan, deburan ombak di pantai, pesona air terjun,
dan kebersamaan dengan keluarga tercinta.
b. Bimbing pasien untuk bernapas secara rileks

4
c. Mulai bimbing pasien untuk melakukan relaksasi progresif
d. Bimbing pasien untuk memasuki imajinasi yang telah disepakati diawal dan
secara perlahan mendiskripsikan mengalami imajinasi tersebut
e. Selesaikan terapi imajinasi ini dengan menghitung 1 sampai 3
2. Yoga
Kata yoga berasal dari bahasa sansakerta yug yang berarti “mengikat”atau
“menyatukan” adalah penyatuan semua kekuatan tubuh, fikiran, dan jiwa.yoga
merupakan pendekatan dalam mencapai keseimbangan hidup menurut ajaran
kuno yang ditemukan dirilasat spiritual hindu yang ditulis pada 800-400
sebelum masehi. Berlatih yoga juga memerlukan disiplin yang keras untuk
mengatasi masalah ini yoga memberikan delapan tahapan berjenjang untuk
mendisiplinkan tubuh dan pikiran. De;apan tangga tersebut disebut astangga
yoga yaitu: yama, niyama, asana, pranayama, prathyahara, dharana, dhyana, dan
samadhi.

5
Dua yang pertama yaitu yama dan niyama dipandang sebagai etika toga
yang harus dilaksanakan sebelum menginjak tahapan berikutnya. Yama artinya
pantangan yang mencakup pantang menyakiti makhluk lain baik dalam pikiran,
kata-kata maupun perbuatan (ahimsa), pantang berbuat salah (satya), pantng
mencuri (asteya), pantang mengumbar nafsu (brahmacharya), dan pantang
memiliki hak orang lain (aprigraha). Niyama artinya pembudayaan diri dan
termasuk penyucian (sauca), eksternal dan internal, kedamaian (santosa), bertapa
(tapa), belaja (svadhyaya), dan pemujaan kehadapan tuhan (isvharapranidhana).
Asana adalah sikap duduk pada waktu melaksanakan yoga. Buku
yogasutra tidak mengharukan sikap duduk yang paling disenangi dan relax,
asalkan dapat menguatkan konsentrasi dan pikiran dan tidak tergganggu karena
badan merasa sakit akibat duduk yang dipaksakan. Selain itu sikap duduk yang
dipilih agar dapat berlangsung lama,serta mampu mengendalikan sistem saraf
sehingga tehindar dari goncangan-goncangan pikiran. Sikap duduk yang relax
antara lain: silasana(bersila), bagi laki-laki dan bajrasana(metimpuh-bhs. Bali,
menduduki tumit) bagi wanita, dengan punggung yang lurus dan tangan berada
diatas kedua paha, telapak tangan berada diatas kedua paha, telapak tangan
menghadap keatas.
Pranayama adalah pengaturan nafas keluar masuk paru-paru melalui
lobang hidung dengan tujuan menyebarkan prana(energi)keseluruh tubuh.
Pranayama terdiri dari: puraka yaitu memasukan nafas, kumbhaka yaitu
menahan nafas, dan recaka yaitu mengeluarkan nafas. Puraka, kumbhaka dan
recaka dilaksanakan pelan-pelan bertahap masing-masing dalam tujuh detik.
Hitungan tujuh detik ini dimaksudkan untuk menguatkan kedudukan ketujuh
cakra yang ada dalam tujuh manusia yaitu: muladhara yang terletak dipangkal
tulang punggung didalam dubur dan kemaluan, svadishhana yang terletak diatas
kemaluan, manipura yang terletak dipusar, anahata yang terletak
dijantung,vishudda yang terletak dileher, ajna yang terletak di tengah-tengah
kedua mata dan sahasrara yang terletak di ubun-ubun.

6
Prathyahara, artinya mengontrol indra-indra dan terdiri atas penarikan
indra-indra dari objek-objeknya. Indra-indra kita mempunyai kecendrungan
yang besar bergerak ke luar untuk memenuhi keinginannya. Indra-indra tersebut
harus selalu dicek dan diarahkan agar bergerak kedalam, revolusi kedalam . ini
merupakan proses introversi diri.
Dharana, artinya memusatkan pikiran pada satu objek meditasi seperti
ujung hidung atau tengah-tengah jidat atau bayangan suatu deva, dan
sebagainya. Pikiran harus ditegakkan, kuat dan terfokusseperti nyala lili, ia
tenang , tega, tak tergoyahkan oleh flutuasi-fluktuasinya.
Dhyana artinya meditasi dan terdiri atas aliran yang tak terganggu
pikiran disekitar objek meditasi. Ini adalahkontemplasi teguh tanpa adanya
istirahat. Samadhi artinya konsentrasi ini merupakan tahapan terakhirdidalam
sistem yoga. Disini pikiran benar-benar diserap didalam objek meditasi.
Didalam dhyana tindakan meditasi dan objek meditasi tinggal terpisah. Tetapi
disini mereka menjadi satu. Ini merupakan alat bantu tertinggi untuk
merealisasikan penghilangan modifikasi–modifikasi mental yang merupakan
tujuannya.
3. Terapi musik
Terapi musik dapat disebut sebagai ilmu perilaku yang berkaitan dengan
pemakaian musik yang sistematik untuk menimbulkan musik yang rilaksasi dan
perubahan emosi,perilaku, dan fisiologis yang diinginkan
(Guzzeta,2000,hlm.585). melalui terapi musik individu dapat mengalihkan
pesepsi waktu mereka dari waktu jam, menit, dan detik sebenarnya menjadi
waktu yang dipersepsikan lewat ingatan. Musik yang tenang tanpa lirik sering
kali digunakan untuk menginduksi relaksasi.
Ketika mendengarkan terapi music klien berbaring dengan posisi nyaman,
sedangkan tempo harus sedikit lambat, 50-70 ketukan/menit, menggunakan
iraman yang tenang (Sehou 2007 dalam Mahanani 2013). Terapi music didengar
minimal 30 menit seriao hari sampai semua rasa yang dikeluhkan hilang
sepenuhnya dan tidak kembali lagi. Jka diputar saat rasa sakit muncul, maka rasa
sakit akan berkurang atau bahkan hilang sepenuhnya (Eka 2009).

7
4. Humor
Profesional baru-baru ini telah memusatkan perhatian pada pengaruh
positif humor dan tertawa terhadap kesehatan dan penyakit. Humor melibatkan
kemampuan untuk menemukan, mengungkapkan, atau menghargai
ketidakpatutan secara menggelikan atau kocak menertawakan ketidak
sempurnaan diri atau aspek kehidupan yang aneh dan melihat sisi lucu situasi
yang serius. Humor dalam keperawatan didefinisikan sebagai membantu klien
“menerima, menghargai, dan mengungkapkan sesuatu yang lucu, dapat
ditertawakan atau menggelikan dan upaya membina hubungan, meredakan
ketenangan, melepaskan kemarahan, memfasilitasi belajar, atau mengatasi

perasaan yang menyakitkan.

8
Masing-masing sesi dalam terapi adalah kombinasi antara latihan
pernapasan, peregangan dan berbagai teknik tawa stimulus. Satu sesi tawa
memakan waktu antara 20 – 30 menit. Sedangkan satu putaran tawa memakan
waktu antara 30 – 40 detik (Firmanto, 2006).
a. Langkah Pertama Pamanasan dengan tepuk tangan serentak semua peserta,
sambil mengucapkan “Ho ho ho… Ha ha ha… “Tepuk tangan di sini sangat
bermanfaat bagi peserta karena saraf-saraf di telapak tangan akan ikut
terangsang sehingga menciptakan rasa aman dan meningkatkan energi dalam
tubuh.
b. Langkah Kedua Pernapasan dilakukan seperti pernapasan biasa yang
dilakukan semua cabang-cabang olahraga pada awal latihan yaitu :
melakukan pernapasan dengan mengambil napas melalui hidung, lalu napas
ditahan selama 15 detik dengan pernapasan perut. Kemudian keluarkan
perlahan-lahan melalui mulut. Hal ini dilakukan lima kali berturut-turut.
c. Langkah Ketiga Memutar engsel bahu ke depan dan kearah belakang.
Kemudian menganggukan kepala ke bawah sampai dagu hamper menyentuh
dada, lalu mendongakkan kepala ke atas belakang. Lalu menoleh ke kiri dan
ke kanan. Lakukan secara perlahan. Tidak dianjurkan untuk melakukan
gerakan memutar leher, karena bisa terjadi cidera pada otot leher.
Peregangan dilakukan dengan memutar pinggang kearah kanan kemudian
ditahan beberapa saat, lalu kembali ke posisi semula. Peregangan ini juga
dapat dilakukan dengan otot-otot bagian tubuh lainnya. Semua gerakan ini
dilakukan masing-masing lima kali.
d. Langkah Keempat Tawa bersemangat. Tutor memberikan aba-aba untuk
memulai tawa, “1, 2, 3…. Semua orang tertawa serempak. Jangan ada yang
tertawa lebih dulu atau belakangan, harus kompak seperti nyanyian koor”.
Dalam tawa ini tangan diangkat ke atas beberapa saat lalu diturunkan dan
diangkat kembali, sedangkan kepala agak mendonggak ke belakang.
Melakukan tawa ini harus bersemangat. Jika tawa bersemangat akan berakhir
maka sang tutor mengeluarkan kata, ho ho ho….. ha ha ha….. beberapa kali
sambal bertepuk tangan.

9
e. Langkah Kelima Tawa sapaan. Tutor memberikan aba-aba agar peserta tawa
tertawa dengan suara-suara sambal mendekat dan bertegur sapa satu sama
lainnya. Dalam melakukan sesi ini mata peserta diharapkan saling
memandang satu sama lain. Peserta dianjurkan menyapa sambal tertawa
pelan. Cara menyapa ini sesuai dengan kebiasaan masing-masing. Setelah itu
peserta menarik napas secara pelan dan dalam.
f. Langkah Keenam Tawa penghargaan. Peserta membuat lingkaran kecil
dengan menghubungkan ujung jari telunjuk dengan ujung ibu jari. Kemudian
tangan digerakkan ke depan dan kebelakang sekaligus memandang anggota
lainnya dengan melayangkan tawa yang manis sehingga seperti memberikan
penghargaan kepada yang dituju. Kemudian bersama-sama tutor
mengucapkan, ho ho ho….. ha ha ha….. sekaligus bertepuk tangan. Setelah
melakukan tawa ini kembali menarik napas secara pelan dan dalam agar
kembali tenang.
g. Langkah Ketujuh Tawa satu meter. Tangan kiri dijulurkan ke samping tegak
lurus dengan badan, sementara tangan kanan melakukan gerakan seperti
melepaskan anak panah, lalu tangan di Tarik ke belakang seperti menarik
anak panah dan dilakukan dalam tiga gerakan pendek, seraya mengucapkan
ae…… ae……. aeee…… lalu tertawa lepas seraya merentangkan kedua
tangan dan kepala agak mendonggak serta tertawa dari perut. Gerakan
seperti ini dilakukan kearah kiri lalu kearah kanan. Ulangi hal serupa antara
2 hingga 4 kali. Setelah selesai kembali menarik napas secara pelan dan
dalam.
h. Langkah Kedelapan Tawa milk shake. Peserta seolah-olah memegang dua
gelas berisi susu, yang satu di tangan kiri dan satu di tangan kanan. Saat
tutor memberikan instruksi lalu susu dituang dari gelas yang satu ke gelas
yang satunya sambal mengucapkan Aeee…. dan kembali dituang ke gelas
yang awal sambal mengucapkan aeee…. setelah selesai melakukan gerakan
itu, para anggota klub tertawa sambil melakukan gerakan seperti minum
susu. Hal serupa dilakukan sebanyak empat kali, lalu bertepuk tangan seraya
mengucapkan, ho ho ho…. ha ha ha…. Kembali lakukan Tarik nafas pelan
dan dalam.

10
i. Langkah Kesembilan Tawa hening tanpa suara. Harus dilakukan hati-hati,
sebab tawa ini tidak bisa dilakukan dengan tenaga berlebihan, dapat
berbahaya jika beban di dalam perut mendapat tekanan secara berlebihan.
Perasaan lebih banyak berperan dari pada penggunaan tenaga berlebihan.
Pada tawa ini mulut di buka selebar-lebarnya seolah-olah tertawa lepas tetapi
tanpa mengeluarkan suara, sekaligus saling memandang satu sama lainnya
dan membuat berbagai gerakan dengan telapak tangan serta menggerak-
gerakkan kepala dengan mimic-mimic lucu. Dalam melakukan tawa hening
ini otot-otot perut bergerak cepat seperti melakukan gerak tawa lepas.
Kemudian kembali menarik napas pelan dan dalam.
j. Langkah Kesepuluh Tawa bersenandung dengan bibir tertutup. Ini adalah
gerakan tawa yang harus hati-hati dilakukan sebab tertawa tanpa suara,
sekaligus mengatupkan mulut yang dipaksakan akan berdampak buruk
karena menambah tekanan yang tidak baik dalam rongga perut. Dalam
pelaksanaan gerak ini pserta dianjurkan bersenandung hmmmmm…….
dengan mulut tetap tertutup, sehingga akan terasa bergema di dalam kepala.
Dalam melakukan senandung ini diharapkan semua peserta saling
berpandangan dan saling membuat gerakan-gerakan yang lucu sehingga
memacu peserta lain semakin tertawa. Kemudian kembali menarik napa
dalam dan pelan.
k. Langkah Kesebelas Tawa ayunan. Peserta berada dalam formsi melingkar
dan harus mendengar aba-aba tutor. Kemudian peserta mundur dua meter
sambil tertawa, untuk memperbesar lingkaran dan kembali maju sekaligus
mengeluarkan ucapan, ae ae aeeeeeeee….. seluruh peserta menangkat tangan
dan serempak tertawa lepas dan pada saat yang sama semua bertemu di
tengah-tengah dan melambaikan tangan masingmasing. Tahap berikutnya,
peserta kembali pada posisi semula, dan melanjutkan gerakan maju ke
tengah dan mengeluarkan ucapak, Aee…. Oooo… Ee-Uu…. dan sekaligus
tertawa lepas dan serupa dilakukan bisa sampai empat kali. Setelah selesai
kembali menarik napas dalam dan pelan
l. Langkah Keduabelas Tawa singa. Ini merupakan tawa yang sangat
bermanfaat buat otot-otot wajah, lidah, dan memperkuat kerongkongan serta

11
memperbaiki saluran dan kelenjar tiroid sekaligus peserta dapat
menghilangkan rasa malu dan takut. Dalam gerakan ini mulut dibuka lebar-
lebar dan lidah dijulurkan ke luar semaksimal mungkin, mata dibuka lebar
seperti melotot, seolah-olah seperti singa mau mencakar mangsanya. Pada
saat itulah peserta tertawa dari perut. Setelah selesai lakukan kembali
gerakan menarik napas secara dalam dan pelan.
m. Langkah Ketigabelas Tawa ponsel. Peserta dibagi dalam dua kelompok yang
saling berhadapan dan masing-masing seolah-olah memegang handphone.
Tutor meminta peserta saling menyeberang sambil memegang handphone.
Pada saat itulah peserta tertawa sambil saling berpandangan dan setelah itu
kembali lagi ke posisi semula. Setelah selesai Tarik napas dalam dan pelan.
n. Langkah Keempatbelas Tawa bantahan. Anggota kelompok dibagi dalam
dua bagian yang bersaing dengan dibatasi jarak. Biasanya mereka dibagi
dengan kelompok pria dan wanita. Dalam kelompok itu mereka saling
berpandangan sekaligus tertawa dan saling menuding dengan jari telunjuk
kepada kelompok yang dihadapannya. Gerakan ini sangat menarik para
peserta karena mereka akan bisa tertawa lepas. Setelah selesai Tarik napas
dalam dan pelan agar kembali segar dan tenang.
o. Langkah Kelimabelas Tawa memaafkan. Peserta klub memegang cuping
telinga masingmasing sekaligus menyilangkan lengan dan berlutut diikuti
dengan tawa. Muatan dari tawa ini adalah saling memaafkan jika ada
perselisihan. Setelah selesai Tarik napas dalam dan pelan.
p. Langkah Keenambelas Tawa bertahap. Di sini tutor menginstruksikan agar
peserta mendekatinya. Tutor mengajak peserta untuk tersenyum kemudian
secara bertahap menjadi tertawa ringan, berlanjut menjadi tawa sedang dan
terakhir menjadi tertawa lepas penuh semangat. Tawa ini dilakukan selama
satu menit. Setelah selesai tarik napas dalam pelan.
q. Langkah Ketujuhbelas Tawa dari hati ke hati. Tawa ini merupakan sesi
terakhir dari tahapan terapi. Semua peserta terapi saling berpegangan tangan
sambil berdekatan sekaligus bersama-sama tertawa dengan saling bertatapan
dengan perasaan lega. Peserta juga bisa saling bersalaman atau berpelukan
sehingga terjalin rasa keakraban yang mendalam.

12
5. Biofeedback
Biofeedback merupakan suatu kelompok prosedur terapeutik yang
menggunakan alat elektronik atau elektromekanik untuk mengukur, memproses,
dan memberikan informasi bagi individu tentang aktivitas sistem saraf otonom
dan neutomuskuler. Informasi atau umpan balik diberikan dalam bentuk tanda
fisik, fisiologis, pendengaran, dan umpan balik (Rakel dan Faas,2006)

a. Tiga bentuk yang paling umum digunakan terapi biofeedback adalah:


b. Elektromiografi (EGM), yang mengukur ketegangan otot
c. Thermal biofeedback, yang mengukur suhu tubuh
d. Neurofeedback atau electroencephalography (EEG), yang mengukur
aktivitas gelombang otak
Setiapsesi umumnya berlangsung kurang dari 1 jam. Jumlah sesi yang
dibutuhkan tergantung pada kondisi yang sedang dirawat. Banyak orang mulai
melihat hasil dalam waktu sesi 8-10 sesi.

D. Manfaat Mind Body Therapy


Beberapa manfaat dari terapi pikiran tubuh:
a. Sisanya sedalam
diukur dengan
tingkat

13
metabolisme menurun, denyut jantung lebih rendah dan mengurangi beban kerja
jantung.
b. Menurunkan kadar kortisol dan laktat dua bahan kimia yan terkait dengan stress
c. Pengurangan radikal bebas-molekul oksigen tidak stabil yang dapat
menyebabkan kerusakan jaringan. Mereka sekarang dianggap sebagai faktor
utama dalam penuaan dan dalam berbagai penyakit.
d. Penurunan tekanan darah tinggi
e. Tinggi resistensi kulit. Resistensi kulit yang rendah berkorelasi dengan stress
tinggi dan tingkatr kecemasan.
f. Penurunan kadar kolesterol. Kolesterol tinggi berhubungan dengan penyakit
kardiovaskular.
g. Peningkatan aliran udara ke paru-paru sehingga bernafas lebih mudah ini telah
sangat membantu untuk pasien asma.
h. Biologis lebih muda usia. Pada ukuran standar penuaan jangka panjang meditasi
transedental (TM) praktisi (lebih dari lima tahun) diukur 12 tahun lebih muda
dari usia kronologis mereka.
i. Timggi tingkat DHEAS pada orang tua. Tanda tambahan kemudaan melalui
meditasi transendental (TM): tingkat lebih rendah dari DHEAS berhubungan
dengan penuaan.

E. Aplikasi Klinik di Indonesia


Perawat berperan untuk memberikan asuhan keperawatan yang bersifat
komprehensif pada klien. Oleh karena itu, perhatian perawat tidak hanya berfokus
pada perubahan-perubahan fisik yang ada pada klien, namun juga berfokus pada
aspek etik dan juga psikososial klien. Mengingat penting dan eratnya hubungan
antara pengaruh aspek psikososial dan aspek fisik, maka intervensi psikososial
merupakan intervensi yang tidak dapat dibaikan oleh perwat, bahkan oleh perawat
yang berada pada tatanan klinis.
Intervensi keperawatan yang bertujuan untuk mengurangi kecemasan
(psikososial) dianggap dapat mempertahankan imunitas dan dapat memperlambat
proses penyakit klien.intervensi yang dilakukan akan dapat mencapai hal tersebut

14
dengan cara mengarahkan neuroendokrin ke arah yang lebih kondusif sehingga
dapat meningkatkan respon kekebalan tubuh yang optimal.
Terapi meditasi merupakan slah satu dari sekian banyak terapi komplementer
yang ada, merupakan salah satu alternatif yang dapat dilakukan oleh perawat dengan
memfokuskan perhatian, pikiran, emosi, sensasi,dan persepsi secara rutin maka
klien dapat merasakan ketenangan, kedamain, tentunya hal ini dapat menyebabkan
kestabilan pada hormon tubuh sehingga kecemasan dapat berkurang atau dihindari.

15
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Pada terapi pikiran tubuh, individu berfokus pada penyejajaran atau penciptaan
keseimbangan proses mental guna menimbulkan penyembuhan. Advokat terapi ini
perlu menghindari mempromosikan gagasan pikiran menyembuhkan melalui
“kendali” kesadarn. Fokus terapi pikiran tubuh adalah menciptakan keseimbagnan
pikiran, emosi, atau pernafasan tersebut, karena individu adalah satu kesatuan yang
utuh hal ini dapat membantu memulihkan kedamaian dan keseimbangan.

B. Saran
Makalah ini diharapkan dapat menjadi bahan mapun referensi pengetahuan
mengenai berbagai budaya terkait peran perilaku pasien. Namun, kritik dan saran
yang membangun sangat diharapkan, karena melihat masih banyak hal-hal yang
belum bisa dikaji lebih mendalam dari makalah ini.

15
DAFTAR PUSTAKA

Ariasa Giri, I Made.2006, Yoga Asanas, Pranayama, dan Meditasi. Denpasar: IHDN
Denpasar
Somvir, Dr. 2006. Sehat Dengan Yoga dan Ayur weda. Paramita Surabaya
Swami Satya Prakas Saraswati, Patanjali Raja Yoga, Paramita Surabaya. 1996
http://www.library.upnvj.ac.id/pdf/4s1keperawatan/0910712032/BAB%20II.pdf
NUGROHO, W. W. C. 2011. Terapi Humor Untuk Menurunkan Tingkat Kecemasan
Menghadapi Ujian Skripsi (Doctoral dissertation, Prodi Psikologi Unika
Soegijapranata Semarang) http://repository.unika.ac.id/9600/
Putri, D. S., dkk. 2014. Pengaruh Terapi Humor Terhadap Penurunan Kecemasan Pada
Pasien Pre Operasi dengan General Anestesi Di RS Telogorejo
Semarang. Karya Ilmiah.
http://ejournal.stikestelogorejo.ac.id/index.php/ilmukeperawatan/article/view/26
0
Afdila, J. N. (\2016. Pengaruh Terapi Guided Imagery Terhadap Tingkat Stres Pada
Mahasiswa Tingkat Akhir Dalam Menyelesaikan Skripsi (Doctoral dissertation,
Universitas Airlangga). http://repository.unair.ac.id/50614/
Yusiana, M. A., & Rejeki, A. S. 2015. Terapi Guided Imagery dan deep Breathing
efektif menurunkan tekanan darah pada penderita hipertensi. Jurnal Stikes Rs
Baptis Kediri, 8(2).
http://jurnal.stikesbaptis.ac.id/index.php/STIKES/article/view/116
Faradisi, F. 2012. Efektivitas Terapi Murotal Dan Terapi Musik Klasik Terhadap
Penurunan Tingkat Kecemasan Pasien Pra Operasi Di Pekalongan. Jurnal
ilmiah kesehatan, 5(2).
https://www.academia.edu/download/32622252/Efektivitas_Terapi_Murotal_da
n_Terapi_Musik_Klasik_terhadap_Penurunan.pdf
Savitri, W., dkk. 2016. Terapi Musik Dan Tingkat Kecemasan Pasien Preoperasi. Media
Ilmu Kesehatan, 5(1), 1-6.
https://www.researchgate.net/profile/Wenny_Savitri/publication/316668184_TE
RAPI_MUSIK_DAN_TINGKAT_KECEMASAN_PASIEN_PREOPERASI/lin

16
ks/590b1e84aca272f6580e8061/TERAPI-MUSIK-DAN-TINGKAT-
KECEMASAN-PASIEN-PREOPERASI.pdf
Surya, D. P., dkk. 2018. Pengaruh Terapi Yoga Terhadap Stres Pada Lanjut Usia Yang
Mengalami Penurunan Fungsi Pendengaran Di BPSTW Yogyakarta Unit
Abiyoso. Jurnal Keperawatan Respati Yogyakarta, 5(3), 463-466.
http://nursingjurnal.respati.ac.id/index.php/JKRY/article/view/257
Widyatuti, W. 2008. Terapi Komplementer Dalam Keperawatan. Jurnal Keperawatan
Indonesia, 12(1), 53-57. http://jki.ui.ac.id/index.php/jki/article/view/200

17

Anda mungkin juga menyukai