Fertilisasi diampula
tuba
Kurang pengetahuan
Hipotensi Hipovolemia
Cemas
Perdarahan vaskuler Gangguan keseimbangan
darah cairan elektrolit
Diagnose Keperawatan
1. Nyeri berhubungan dengan kemajuan kehamilan tuba.
2. Berduka berhubungan dengan kehamilan dan efek pada kehamilan berikutnya.
3. Cemas berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang pengobatan dan dampak
pada kehamilan berikutnya.
Intervensi Keperawatan
Diagnose : nyeri berhubungan dengan kemajuan kehamilan tuba
Tujuan : nyeri berkurang
Intervensi :
1. Kaji skala nyeri.
2. Medikasi para anastetik (jika pasien mau menjalani pembedahan).
3. Preparat analgetik (periode pasca operativ).
4. Anjurkan dan ajarkan tehnik relaksasi dan distraksi.
Diagnose :
Berduka berhubungan dengan kehamilan dan efek pada kehamilan berikutnya.
Tujuan : pasien biasa menerima kenyataan dengan baik.
Intervensi :
1. Dengarkan keluhan-keluhan pasien
2. Beri dukungan psikologis
3. Anjurkan terapi dengan psikoterapis/penasehat spiritual
Diagnose :
Cemas berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang pengobatan dan dampak pada
kehamilan berikutnya.
Tujuan :pasien dan keluarga tidak cemas
Intervensi :
1. Kaji skala ansietas
2. Beri pendidikan kesehatan mengenai proses perawatan dan pengobatan yang
diberikan kepada pasien dan keluarga
3. Jelaskan pada pasien dan keluarga tentang efek pengobatan.
Implementasi
Implementasi disesuaikan dengan perencanaan
Evaluasi
1. Nyeri berkurang
2. Pasien dapat menerima kenyataan
3. Pasien dan keluarga tidak cemas
ASUHAN KEPERAWATAN PADA MOLA HIDATIDOSA
A. Pengertian
Mola hidatidosa adalah kelahiran abnormal dengan ciri-ciri stoma vilus kapilaris langka
vaskularisasi dan edematous. Janin biasanya meninggal tapi vilus-vilusnya membesar dan
mengalami udematus, tetap hidup dan tumbuh terus. Vilu-vilus ini digambarkan dalam
bentuk gugusan anggur, jaringan trofoblas vilus kadang-kadang berproliferasi ringan,
kadang-kadang keras dan mengeluarkan hormone HCG dalam jumlah yang sangat besar dari
kehamilan biasa.
Mola hidatidosa merupakan suatu neoplasma trofoblas yang jinak. Mola hidatidosa
adalah jonjot korion tumbuh berganda menyerupai gelembung kecil mengandung banyak
cairan dan bentuknya menyerupai bentuk anggur atau mata ikan.
B. Etiologi
Penyebab terjadinya mola hidatidosa adalah pembengkakan pada vili (degenerasi pada
hidrofik) dan proliferasi trofoblas. Faktor yang dapat menyebabkan mola antara lain :
1. Faktor ovum : ovum patologik sehingga mati dan terlambat dikeluarkan
2. Imunoselektif dari trofoblas
3. Keadaan sosial ekonomi yang rendah
4. Parietas tinggi
5. Kekurangan protein
6. Infeksi virus dan faktor kromosom belum jelas
C. Patofisiologi
Ovum Y telah dibuahi mengalami proses segmentasi sehingga terjadi blastomer
kemudian terjadi pembelahan dan sel telur membelah menjadi 2 buah sel. Masing-masing sel
membelah lagi menjadi 4,8,16,32, dan seterusnya hingga membentuk kelompok sel yang
disebut morula. Morula bergerak ke kavum uteri kurang lebih 3 hari dan didalam morula
terdapat exozeolum. Sel-sel morula terbagi dalam 2 jenis yaitu trofoblas (sel yang berada
disebelah luar yang merupakan dinding telur) sel kedua yaitu bintik benih atau nodus
embrionale (sel yang terdapat disebelah dalam yang akan membentuk bayi). Pada fase ini sel
seharusnya mengalami nidasi tetapi karena adanya proliferasi dari trofoblas atau
pembengkakan vili atau degenerasi hidrifilik dari stoma vili dan hilangnya pembuluh darah
stoma vili maka nidasi tidak terjadi. Trofoblas kadang berproliferasi ringan kadang keras
sehingga saat proliferasi keras uterus menjadi semakin besar. Selain itu trofoblas juga
mengeluarkan hormone HCG yang akan mengeluarkan rasa mual dan muntah. Pada mola
hidatidosa tidak jarang terjadi perdarahan pervaginam, ini juga dikarenakan proliferasi
trofoblas yang berlebihan. Pengeluaran darah ini kadang disertai gelembung vilus yang dapat
memastikan diagnose mola hidatidosa.
D. Pathways
Resiko komplikasi
Kurang pengetahuan
Efek anastesi Luka insisi tentang prosedur tindakan
F. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan rontgen: tidak ditemukan kerangka bayi
2. HCG : meningkat dari biasa
3. USG : tidak ada gambaran janin dan denyut jantung janin
4. Uji sonde : tidak ada tahanan
G. Penatalaksanaan
1. Test oksitosin dosis tinggi (Synrocion sampai 50 unit per 500 ml larutan)
2. Bersihkan uterus dengan hati-hati
3. Histerektomi
4. Kuretase
5. Tranfuse darah
6. Antibiotik
7. Pengobatan lanjut : pada kasus yang tidak menjadi ganas, kadar HCG menjadi turun
dan menjadi negative. Pada awal pasca mola dapat dilakukan test hamil, akan tetapi
setelah test hamil biasa menjadi negative, perlu dilakukan pemeriksaan
radioimunoassay HCG dalam serum. Pemeriksaan ini dapat membantu menemukan
hormone dalam kualitas rendah. Selain kadar HCG pasien dapat dianjurkan untuk
tidak hamil dan bisa menggunakan kondom, diafragma pil kontrasepsi. Dan
dilakukan kemoterapi. Tujuan dari terapi lanjutan ini adalah menghindari timbulnya
tumor ganas, menghindari metastase dari trofoblas, pemeriksaan hormone HCG
kembali.
H. Komplikasi
1. Syok hipovolemia
2. Anemia
3. Infeksi sekunder
4. Perforasi
5. Moladesruen / karoikarsinoma
Diagnose : gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan outout yang
berlebihan
Tujuan : kebutuhan nutrisi tercukupi
Intervensi :
a. Kaji pola makan
b. Timbang berat badan tiap hari
c. Beri makan sedikit tapi sering
d. Hindari makanan yang merangsang muntah
e. Kolaborasi dengan ahli gizi tentang dietnya
4. Pelaksanaan
Disesuaikan dengan rencana
5. Evaluasi
a. Rasa nyeri berkurang
b. Tidak terjadi komplikasi
c. Nutrisi terpenuhi
d. Pasien tidak cemas
e. Tidak terjadi infeksi
DAFTAR PUSTAKA