Anda di halaman 1dari 16

1

LAPORAN PENDAHULUAN
ASMA

GI ILMU
NG K
TI

ES
H
SEKOLA

E HATAN
S T I K E S
C

SA

A
H G
B AY
A BAN
A
NJ IN
ARMAS

OLEH :

TARANIA LESTARI, S. Kep.


NIM 18.31.1332

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


STIKES CAHAYA BANGSA BANJARMASIN
TAHUN 2019

1
2

LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN PENDAHULUAN
ASMA

GI ILMU
I NG K
T

ES
H
SEKOLA

E HATAN
S T I K E S
C

SA
A
H G
B AY
A BAN
A
NJ IN
ARMAS

OLEH :

TARANIA LESTARI, S. Kep.


NIM 18.31.1332

Banjarmasin, 23 Desember 2019


Mengetahui,

Preseptor Akademi Preseptor Klinik

( ) ( )

2
STASE KEPERAWATAN ANAK
LAPORAN PENDAHULUAN ASMA

1. Konsep Dasar Asma


A. Definisi
Asma merupakan gangguan radang kronik saluran napas. Saluran
napas yang mengalami radang kronik bersifat hiperresponsif sehingga
apabila terangsang oleh faktor risiko tertentu, jalan napas menjadi
tersumbat dan aliran udara terhambat karena konstriksi bronkus,
sumbatan mukus, dan meningkatnya proses radang (Almazini, 2012).
Asma adalah suatu keadaan di mana saluran nafas mengalami
penyempitan karena hiperaktivitas terhadap rangsangan tertentu, yang
menyebabkan peradangan, penyempitan ini bersifat sementara. Asma
dapat terjadi pada siapa saja dan dapat timbul disegala usia, tetapi
umumnya asma lebih sering terjadi pada anak-anak usia di bawah 5 tahun
dan orang dewasa pada usia sekitar 30 tahunan (Saheb, 2011).
B. Eiologi
1) Faktor Predisposisi
Genetik merupakan faktor predisposisi dari asma bronkhial.
2) Faktor Presipitasi
a) Alergen
Alergen dapat dibagi menjadi 3 jenis, yaitu :
(1) Inhalan, yang masuk melalui saluran pernapasan.
Contohnya: debu, bulu binatang, serbuk bunga, spora jamur,
bakteri, dan polusi.
(2) Ingestan, yang masuk melalui mulut. Contohnya: makanan
dan obat-obatan.
(3) Kontaktan, yang masuk melalui kontak dengan kulit.
Contohnya: perhiasan, logam, dan jam tangan.

1
2

b) Perubahan cuaca
Cuaca lembab dan hawa pegunungan yang dingin sering
mempengaruhi asma.
c) Stress
Stress/gangguan emosi dapat menjadi pencetus serangan
asma. Stress juga bisa memperberat serangan asma yang sudah
ada.
d) Lingkungan kerja
Lingkungan kerja mempunyai hubungan langsung dengan
sebab terjadinya serangan asma. Misalnya orang yang bekerja di
laboratorium hewan, industri tekstil, pabrik asbes, polisi lalu
lintas.
e) Olah raga/ aktivitas jasmani yang berat
Sebagian besar penderita asma akan mendapat serangan jika
melakukan aktifitas jasmani atau olah raga yang berat.
C. Manifestasi Klinis
1) Gejala awal:
a) Batuk.
b) Dipsnea.
c) Mengi (whezzing).
d) Gangguan kesadaran.
e) Hyperinflasi dada.
f) Takikardi.
g) Pernapasan cepat dangkal.
2) Gejala lain:
a) Takipnea.
b) Gelisah.
c) Diaphoresis.
d) Nyeri di abdomen karena terlihat otot abdomen dalam
pernapasan.
e) Fatigue (kelelahan).

1
3

f) Tidak toleran terhadap aktivitas: makan, berjalan, bahkan


berbicara.
g) Serangan biasanya bermula dengan batuk dan rasa sesak dalam
dada disertai pernapasan lambat.
h) Ekspirasi selalu lebih susah dan panjang disbanding inspirasi
i) Sianosis sekunder.
j) Gerak-gerak retensi karbondioksida seperti: berkeringat,
takikardia, dan pelebaran tekanan nadi.
D. Klasifikasi
Berdasarkan etiologinya asma dapat diklasifikasikan menjadi 3 tipe,
yaitu
1) Ekstrinsik (alergik) : Ditandai dengan reaksi alergik yang disebabkan
oleh faktor-faktor pencetus yang spesifik, seperti debu, serbuk
bunga, bulu binatang, obat-obatan (antibiotic dan aspirin) dan spora
jamur. Asma ekstrinsik sering dihubungkan dengan adanya suatu
predisposisi genetik terhadap alergi.
2) Intrinsik (non alergik) : Ditandai dengan adanya reaksi non alergi
yang bereaksi terhadap pencetus yang tidak spesifik atau tidak
diketahui, seperti udara dingin atau bisa juga disebabkan oleh adanya
infeksi saluran pernapasan dan emosi.
3) Asma gabungan: bentuk asma yang paling umum. Asma ini
mempunyai karakteristik dari bentuk alergik dan non-alergi.
Berdasarkan keparahan penyakit:
1) Asma intermiten: gejala muncul < 1 kali dalam 1 minggu.
2) Asma persisten ringan: gejala muncul > 1 kali dalam 1 minggu tetapi
< 1 kali dalam 1 hari.
3) Asma persisten sedang (moderate): gejala muncul tiap hari,
eksaserbasi mengganggu aktifitas atau tidur, gejala asma malam hari
terjadi >1 kali dalam 1 minggu.

1
4

4) Asma persisten berat (severe): gejala terus menerus terjadi,


eksaserbasi sering terjadi, gejala asma malam hari sering terjadi,
aktifitas fisik terganggu oleh gejala asma, PEF dan PEV1 < 60%.
E. Patofisiologi (patway)
Tiga unsur yang ikut serta pada obstruksi jalan udara penderita asma
adalah spasme otot polos, edema dan inflamasi membran mukosa jalan
udara, dan eksudasi mucus intraliminal, sel-sel radang dan debris selular.
Obstruksi menyebabkan pertambahan resistensi jalan udara yang
merendahkan volume ekspresi paksa dan kecepatan aliran, penutupan
prematur jalan udara, hiperinflasi paru, bertambahnya kerja pernapasan,
perubahan sifat elastik dan frekuensi pernafasan. Walaupun jalan udara
bersifat difus, obstruksi menyebabkan perbedaaan satu bagian dengan
bagian lain, ini berakibat perfusi bagian paru tidak cukup mendapat
ventilasi dan menyebabkan kelainan gas-gas darah terutama penurunan
pCO2 akibat hiperventilasi.
Pada respon alergi di saluran nafas, antibodi IgE berikatan dengan
alergen menyebabkan degranulasi sel mast. Akibat degranulasi tersebut,
histamin dilepaskan. Histamin menyebabkan konstriksi otot polos
bronkiolus. Apabila respon histamin berlebihan, maka dapat timbul
spasme asmatik. Karena histamin juga merangsang pembentukan mukkus
dan meningkatkan permiabilitas kapiler, maka juga akan terjadi kongesti
dan pembengkakan ruang iterstisium paru.
Individu yang mengalami asma mungkin memiliki respon IgE yang
sensitif berlebihan terhadap sesuatu alergen atau sel-sel mast-nya terlalu
mudah mengalami degranulasi. Di manapun letak hipersensitivitas
respon peradangan tersebut, hasil akhirnya adalah bronkospasme,
pembentukan mukus, edema dan obstruksi aliran udara.

1
5

Patway

Faktor Pencetus

Alergi Idiopatik

Edema dinding Spasme otot Sekresi mukus


bronkiolus polos bronkiolus bronkiolus
didalam lumen
Diameter bronkiolus
bronkiolus
mengecil Bersihan jalan
Dispnea napas tidak efektif

Gangguan Perfusi paru tidak


pertukaran gas cukup mendapat
ventilasi

F. Komplikasi
1) Mengancam pada gangguan keseimbangan asam basa dan gagal
napas
2) Chronic persisten bronchitis
3) Bronchitis
4) Pneumonia
5) Emphysema
6) Meskipun serangan asma jarang ada yang fatal, kadang terjadi reaksi
kontinu yang lebih berat, yang disebut “status asmatikus”, kondisi ini
mengancam hidup
G. Pemeriksaan fisik
1) Pernapasan
Observasi pergerakan dada dan masukan udara dengan
cermat. Lakukan auskultasi bila perlu lalu kaji pola pernafasan
abnormal, seperti pergerakan dada asimetris, nafas tersengal,

1
6

atau mendengkur. Tentukan apakah pernapasannya adekuat


(frekuensi baik dan teratur), tidak adekuat (lambat dan tidak
teratur), atau tidak sama sekali.
2) Denyut jantung
Kaji frekuensi jantung dengan mengauskultasi denyut apeks
atau merasakan denyutan umbilicus. Klasifikasikan menjadi >100
atau <100 kali per menit. Angka ini merupakan titik batas yang
mengindikasikan ada atau tidaknya hipoksia yang signifikan.
3) Warna
Kaji bibir dan lidah yang dapat berwarna biru atau merah
muda. Sianosis perifer (akrosianosis) merupakan hal yang
normal pada beberapa jam pertama bahkan hari. Bayi pucat
mungkin mengalami syok atau anemia berat. Tentukan apakah bayi
berwarna merah muda, biru, atau pucat. Ketiga observasi tersebut
dikenal dengan komponen skor apgar. Dua komponen lainnya
adalah tonus dan respons terhadap rangsangan menggambarkan
depresi SSP pada bayi baru lahir yang mengalami asfiksia
kecuali jika ditemukan kelainan neuromuscular yang tidak
berhubungan.
H. Pemeriksaan Penunjang
1) Spirometri
Spirometri adalah mesin yang dapat mengukur kapasitas vital
paksa (KVP) dan volume ekspirasi paksa detik pertama (VEP1).
Pemeriksaan ini sangat tergantung kepada kemampuan pasien
sehingga diperlukan instruksi operator yang jelas dan kooperasi
pasien. Untuk mendapatkan nilai yang akurat, diambil nilai tertinggi
dari 2-3 nilai yang diperiksa. Sumbatan jalan napas diketahui dari
nilai VEP1 < 80% nilai prediksi atau rasio VEP1/KVP < 75%.
Selain itu, dengan spirometri dapat mengetahui reversibiliti
asma, yaitu adanya perbaikan VEP1 > 15 % secara spontan, atau
setelah inhalasi bronkodilator (uji bronkodilator), atau setelah

1
7

pemberian bronkodilator oral 10-14 hari, atau setelah pemberian


kortikosteroid (inhalasi/oral) 2 minggu.Pemeriksaan spirometri tidak
saja penting untuk menegakkan diagnosis tetapi juga penting untuk
menilai berat obstruksi dan efek pengobatan.
2) Peak expiratory flow meter (PEF meter)
Sumbatan jalan napas diketahui dari nilai APE < 80% nilai
prediksi. Selain itu juga dapat memeriksa reversibiliti, yang ditandai
dengan perbaikan nilai APE > 15 % setelah inhalasi bronkodilator,
atau setelah pemberian bronkodilator oral 10-14 hari, atau setelah
pemberian kortikosteroid (inhalasi/oral) 2 minggu.
Variabilitas APE ini tergantung pada siklus diurnal (pagi dan
malam yang berbeda nilainya), dan nilai normal variabilitas ini <
20%.
3) Pemeriksaan tes kulit (skin test)
Dilakukan untuk mencari faktor alergi dengan berbagai alergen
yang dapat menimbulkan reaksi yang positif pada asma.
4) Pemeriksaan darah
Analisa gas darah pada umumnya normal akan tetapi dapat pula
terjadi hipoksemia, hiperkapnia, atau asidosis.Pemeriksaan ini hanya
dilakukan pada penderita dengan serangan asma berat atau status
asmatikus.
I. Penatalaksanaan
Pengobatan asma secara garis besar dibagi dalam pengobatan non
farmakologik dan pengobatan farmakologik:
1) Pengobatan non farmakologik
a) Penyuluhan
Penyuluhan ini ditujukan pada peningkatan pengetahuan
pasien tentang penyakit asma sehingga pasien secara sadar
menghindari faktor-faktor pencetus, serta menggunakan obat
secara benar dan berkonsoltasi pada tim kesehatan.

1
8

b) Menghindari faktor pencetus


Pasien perlu dibantu mengidentifikasi pencetus serangan
asthma yang ada pada lingkungannya, serta diajarkan cara
menghindari dan mengurangi faktor pencetus, termasuk
pemasukan cairan yang cukup bagi pasien.
c) Fisioterapi
Fisioterapi dapat digunakan untuk mempermudah
pengeluaran mukus. Ini dapat dilakukan dengan drainage
postural, perkusi dan fibrasi dada.
2) Pengobatan farmakologik
a) Agonis beta
Bentuk aerosol bekerja sangat cepat diberika 3-4 kali
semprot dan jarak antara semprotan pertama dan kedua adalan
10 menit. Yang termasuk obat ini adalah metaproterenol
(alupent, metrapel).
b) Metil xantin
Golongan metil xantin adalan aminophilin dan teopilin, obat
ini diberikan bila golongan beta agonis tidak memberikan hasil
yang memuaskan. Pada orang dewasa diberikan 125-200 mg
empatkali sehari.
c) Kortikosteroid
Jika agonis beta dan metil xantin tidak memberikan respon
yang baik, harus diberikan kortikosteroid. Steroid dalam bentuk
aerosol (beclometason dipropinate) dengan disisi 800 empat kali
semprot tiap hari. Karena pemberian steroid yang lama
mempunyai efek samping maka yang mendapat steroid jangka
lama harus diawasi dengan ketat.
d) Kromolin
Kromolin merupakan obat pencegah asma, khususnya anak-
anak. Dosisnya berkisar 1-2 kapsul empat kali sehari.
e) Ketotifen

1
9

Efek kerja sama dengan kromolin dengan dosis 2 x 1 mg


perhari. Keuntunganya dapat diberikan secara oral.
f) Iprutropioum bromide (atroven)
Atroven adalah antikolenergik, diberikan dalam bentuk
aerosol dan bersifat bronkodilator.
2. Asuhan Keperawatan
A. Pengkajian primer asma
1) Airway
a) Peningkatan sekresi pernapasan
b) Bunyi napas krekles, ronchi, weezing
2) Breathing
a) Distress pernapasan: pernapasan cuping hidung,
takipneu/bradipneu, retraksi.
b) Menggunakan otot aksesoris pernapasan
c) Kesulitan bernapas: diaforesis, sianosis
3) Circulation
a) Penurunan curah jantung: gelisah, latergi, takikardi
b) Sakit kepala
c) Gangguan tingkat kesadaran: ansietas, gelisah
d) Papiledema
e) Urin output meurun
4) Dissability
Mengetahui kondisi umum dengan pemeriksaan cepat status
umum dan neurologi dengan memeriksa atau cek kesadaran, reaksi
pupil.
B. Pengkajian sekunder asma
1) Anamnesis
Anamnesis pada penderita asma sangat penting, berguna untuk
mengumpulkan berbagai informasi yang diperlukan untuk menyusun
strategi pengobatan. Gejala asma sangat bervariasi baik antar
individu maupun pada diri individu itu sendiri (pada saat berbeda),

1
10

dari tidak ada gejala sama sekali sampai kepada sesak yang hebat
yang disertai gangguan kesadaran.
Keluhan dan gejala tergantung berat ringannya pada waktu
serangan. Pada serangan asma bronkial yang ringan dan tanpa
adanya komplikasi, keluhan dan gejala tak ada yang khas. Keluhan
yang paling umum ialah: napas berbunyi, sesak, batuk, yang timbul
secara tiba-tiba dan dapat hilang segera dengan spontan atau dengan
pengobatan, meskipun ada yang berlangsung terus untuk waktu yang
lama.
2) Pemeriksaan Fisik
Berguna selain untuk menemukan tanda-tanda fisik yang
mendukung diagnosis asma dan menyingkirkan kemungkinan
penyakit lain, juga berguna untuk mengetahui penyakit yang
mungkin menyertai asma, meliputi pemeriksaan:
a) Status kesehatan umum
Perlu dikaji tentang kesadaran klien, kecemasan, gelisah,
kelemahan suara bicara, tekanan darah nadi, frekuensi
pernapasan yang meningkatan, penggunaan otot-otot pembantu
pernapasan sianosis batuk dengan lendir dan posisi istirahat
klien.
b) Integumen
Dikaji adanya permukaan yang kasar, kering, kelainan
pigmentasi, turgor kulit, kelembapan, mengelupas atau bersisik,
perdarahan, pruritus, ensim, serta adanya bekas atau tanda
urtikaria atau dermatitis pada rambut di kaji warna rambut,
kelembaban dan kusam.
c) Thorak
(1) Inspeksi
Dada di inspeksi terutama postur bentuk dan
kesemetrisan adanya peningkatan diameter anteroposterior,

1
11

retraksi otot-otot interkostalis, sifat dan irama pernapasan


serta frekuensi peranfasan.
(2) Palpasi
Pada palpasi di kaji tentang kosimetrisan, ekspansi dan
taktil fremitus.
(3) Perkusi
Pada perkusi didapatkan suara normal sampai
hipersonor sedangkan diafragma menjadi datar dan rendah.
auskultasi.
(4) Sistem pernapasan
(a) Batuk mula-mula kering tidak produktif kemudian
makin keras dan seterusnya menjadi produktif yang
mula-mula encer kemudian menjadi kental. Warna
dahak jernih atau putih tetapi juga bisa kekuningan atau
kehijauan terutama kalau terjadi infeksi sekunder.
(b) Frekuensi pernapasan meningkat
(c) Otot-otot bantu pernapasan hipertrofi.
(d) Bunyi pernapasan mungkin melemah dengan ekspirasi
yang memanjang disertai ronchi kering dan wheezing.
(e) Ekspirasi lebih daripada 4 detik atau 3x lebih panjang
daripada inspirasi bahkan mungkin lebih.
(f) Pada pasien yang sesaknya hebat mungkin ditemukan:
 Hiperinflasi paru yang terlihat dengan peningkatan
diameter anteroposterior rongga dada yang pada
perkusi terdengar hipersonor.
 Pernapasan makin cepat dan susah, ditandai
dengan pengaktifan otot-otot bantu napas (antar
iga, sternokleidomastoideus), sehingga tampak
retraksi suprasternal, supraclavikula dan sela iga
serta pernapasan cuping hidung.

1
12

(g) Pada keadaan yang lebih berat dapat ditemukan


pernapasan cepat dan dangkal dengan bunyi pernapasan
dan wheezing tidak terdengar(silent chest), sianosis.
d) Sistem kardiovaskuler
(1) Tekanan darah meningkat, nadi juga meningkat
(2) Pada pasien yang sesaknya hebat mungkin ditemukan:
(a) takhikardi makin hebat disertai dehidrasi.
(b) Timbul Pulsus paradoksusdimana terjadi penurunan
tekanan darah sistolik lebih dari 10 mmHg pada waktu
inspirasi. Normal tidak lebih daripada 5 mmHg, pada
asma yang berat bisa sampai 10 mmHg atau lebih.
(c) Pada keadaan yang lebih berat tekanan darah menurun,
gangguan irama jantung.
C. Diagnosa Keperawatan
1) Bersihan jalan napas tidak efektif
2) Gangguan pertukaran gas
D. Nursing Care Planning (NCP)

NIC
NOC
Diagnosa (Nursing Intervention
No
Keperawatan (Nursing Outcome)
Clasification)
1. Bersihan jalan Setelah dilakukan tindakan 1. Observasi RR dan
nafas tidak efektif keperawatan selama 1 x 30 menit status oksigen klien/
berhubungan diharapkan bersihan jalan napas jam
dengan obstruksi tidak efektif berhubungan dengan 2. Berikan O2
jalan nafas sekresi tertahan dapat teratasi 3. Buka jalan napas,
Kriteria Hasil: gunakan teknik chin lift
Indikator IR ER atau jaw thrust bila
1) Tidak didapatkan 5 perlu
kecemasan 4. Posisikan klien untuk
2) Frekuensi 5 memaksimalkan
pernapasan ventilasi identifikasi
sesuai yang klien perlunya
diharapkan pemasangan alat jalan
3) Pengeluaran 5 napas buatan
sputum pada 5. Keluarkan sekret

1
13

jalan napas dengan batuk atau


4) Bebas dari suara 5 suction
napas tambahan

Ket:
1. Keluhan ekstrim
2. Keluhan berat
3. Keluhan sedang
4. Keluhan ringan
5. Tidak ada keluhan

2 Gangguan Setelah dilakukan asuhan (.....x.....


pertukaran gas menit) diharapkan ventilasi pasien
tidak terganggu dengan
Kriteria hasil :
Indikator IR ER
1) GDA dalam 5
rentang normal
2) Tidak ada 5
sianosis
3) Pasien tidak 5
sesak dan rileks

Keterangan :
1) Keluhan ekstrem
2) Keluhan berat
3) Keluhan sedang
4) Keluhan ringan
5) Tidak ada keluhan

1
14

DAFTAR PUSTAKA

Almazini, P. 2012. Bronchial Thermoplasty Pilihan Terapi Baru untuk Asma


Berat.Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Saheb, A. 2011. Penyakit Asma. Bandung: CV Medika.

Anda mungkin juga menyukai