Anda di halaman 1dari 23

1

COVER

1
2

LEMBAR PENGESAHAN

ASUHAN KEPERAWATAN

Disusun Oleh:

Telah memenuhi persyaratan dan disetujui untuk dipresentasikan di


Program studi Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan

Oleh:
Pembimbing :
3

KATA PENGANTAR

Puji Syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT., atas segala berkah,
rahmat, dan nikmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah seminar
yang berjudul “Asuhan Keperawatan Hiperglikemi” dengan tepat waktu dan
sebagai salah satu syarat menyelesaikan Pendidikan Keperawatan.
Dalam penyusunan makalah ini, penulis mendapatkan banyak bantuan dari
pihak yang membimbing, menyemangati, dan menuntun serta memberikan
penjelasan dengan baik. Maka dari itu penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Pembimbing yang telah membimbing, memberikan pengarahan sehingga
tugas ini dapat terselesaikan.
Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna , oleh
karena itu penulis mengharapakan kritik dan saran yang bersifat membangun
untuk kedepannya, semoga dengan tersusunya makalah ini dapat memberikan
manfaat untuk pembaca.

Tarakan, November 2022

Penulis
4

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ii
KATA PENGANTAR iii
DAFTAR ISI iv
DAFTAR GAMBAR v
BAB I 1
PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang 1
B. Tujuan 2
BAB II 4
TINJAUAN TEORI 4
A. Pengertian 4
B. Etiologi 4
C. Patofisiologi 4
D. Pathway Keperawatan 6
E. Manifestasi Klinik 7
F. Klasifikasi 8
G. Pemeriksaan Penungjang 8
H. Komplikasi 9
I. Penatalaksanaan 10
J. Proses Keperawatan 11
5

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Pathway Hiperglikemi..........................................................................6


6
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Hiperglikemia merupakan pengertian dari suatu kondisi ketika
kadar glukosa darah meningkat melebihi batas normalnya. Hiperglikemia
menjadi salah satu gejala awal seseorang mengalami gangguan metabolik
yaitu diabetes mellitus (Kementerian Kesehatan RI, 2014).
Hiperglikemia dapat disebabkan oleh ketidakmampuan pancreas
dalam menghasilkan insulin maupun ketidakmampuan tubuh dalam
menggunakan insulin yang dihasilkan dengan baik (Kementerian
Kesehatan RI, 2014).
WHO mengatakan bahwa hiperglikemia dapat disebabkan oleh
berbagai hal, namun hiperglikemia paling sering disebabkan oleh DM.
Pada DM gula menumpuk dalam darah sehingga gagal masuk ke dalam
sel. Kegagalan tersebut terjadi akibat hormon insulin jumlahnya kurang
atau cacat fungsi. Hormon insulin merupakan hormon yang membantu
masuknya gula darah (PERKENI, 2021)
Dampak dari hiperglikemia dapat beresiko terjadi komplikasi yaitu
komplikasi mikrovaskuler dan komplikasi makrovaskuler. Komplikasi
jangka pendek yang akan terjadi diabetes berupa peningkatan kadar
glikemik yang dapat menimbulkan ketoasidosis, kerusakan jaringan organ
tubuh, dan tubuh akan kekurangan insulin dikarenakan glukosa yang
tersedia tidak dapat digunakan oleh tubuh. Sedangkan komplikasi jangka
panjang berupa neuropati, stroke, kerusakan mata dan gangguan pada
jantung serta pembuluh darah (Kurniawan, 2021).
Prevalensi diabetes melitus setiap tahun mengalami peningkatan
diseluruh dunia. Menurut Internasional Diabetes Federation tahun 2019,
diperkirakan orang yang menderita diabetes sebanyak 463 juta orang.
Angka tersebut diperkirakan akan terus meningkat pada tahun 2030
mencapai 578 juta orang, dan 700 juta orang pada tahun 2045.
Diperkirakan pada tahun 2019, lebih dari 4 juta orang berusia 20 sampai

1
2

79 tahun meninggal akibat diabetes. Indonesia menduduki peringkat ke-7


dari 10 negara dengan pederita diabetes melitus terbanyak diusia 20
sampai 79 tahun sebanyak 10,7 juta penderita (IDF, 2019)
Bedasarkan Riskesdas (2018) menunjukkan prevalensi diabetes
melitus di Indonesia untuk semua usia >15 tahun menjadi sedikit lebih
rendah yaitu sebesar 1,5%. Berdasarkan diagnosis dokter, prevalensi DM
pada penduduk usia >15 tahun mengalami peningkatan sebanyak 2%.
Penderita DM berdasarkan kategori usia berada pada rentang usia 55
sampai 64 tahun dan 65 sampai 74 tahun. Di Indonesia penderita DM
lebih banyak didominasi oleh perempuan dibandingkan laki-laki dengan
presentase perempuan sebanyak 1,8% dan laki-laki 1,2% (Kementrian
Kesehatan Republik Indonesia, 2019).
Dengan terjadinya peningkatan jumlah penderita DM, maka
jumlah peningkatan  penyakit hiperglikemia bisa dikatakann meningkat
sesuai dengan angka kejadian diabetes mellitus atau bahkan lebih.
Peningkatan dapat diturunkan dengan melakukan pencegahan,
penanggulangan baik secara medis maupun non medis, baik oleh
pemerintah maupun masyarakat sesuai dengan porsinya masing-masing.
Perawat sebagai salah satu tim kesehatan mempunyai peran yang sangat
besar dalam mengatasi hiperglikemi. diperlukan peran perawat sebagai
pelaksana dan pendidik dengan tidak mengabaikan kolaboratif.
Pentingnya peran  perawat sebagai pendidik agar penderita hiperglikemi
mau dan mampu untuk melakukan latihan jasmani secara teratur dan
mengatur pola makannya yang dapat mencegah terjadinya komplikasi dari
hiperglikemi (Kementerian Kesehatan RI., 2020).
Berdasarkan pemaparan diatas, keadaan hiperglikemia akan
menyebabkan stress oksidatif yang menyebabkan komplikasi serius pada
sebagian besar penderita DM. Sehingga, diperlukan asuhan keperawatan
lebih lanjut pada pasien dengan hiperglikemi.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
3

Memberikan gambaran mengenai Asuhan Keperawatan Klien dengan


Hiperglikemi secara teori.
2. Tujuan bagi Perawat
a. Dapat melakukan pengkajian pada klien dengan masalah
Hiperglikemi 
b. Dapat menganalisa data untuk menentukan diagnosa keperawatan
pada klien dengan masalah Hiperglikemi
c. Dapat merencanakan tindakan keperawatan yang akan dilakukan
pada klien dengan Hiperglikemi
d. Dapat melakukan implementasi asuhan keperawatan pada klien
dengan Hiperglikemi
e. Dapat mengevaluasi tindakan keperawatan yang sudah diberikan
pada klien dengan Hiperglikemi
3. Tujuan bagi Klien
a. Mendapatkan asuhan yang yang tepat
b. Meningkatkan wawasan klien terhadap hiperglikem
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Pengertian
Hiperglikemia adalah keadaan dimana kadar glukosa darah di dalam
tubuh tinggi ditandai dengan poliuria, polidipsia, polifagia, kelelahan yang
parah (fatigue), dan pandangan kabur (Depkes, 2005). Menurut consensus
hiperglikemia ditandai dengan kadar glukosa puasa yaitu lebih dari sama
dengan 100 mg/dL (Soelistijo, 2021).
B. Etiologi
Sedangkan etiologi hipoglikemia adalah pengunaan insulin atau obat
glikemik oral, hiperinsulinnemia, endokrinopati, disvungsi hati, difungsi ginjal
kronis, efek agen farmakologi, tindakan pembedahan neoplasma dan
gangguan metabolic bawah Tanda dan gejala mayor hiperglikemia berupa data
subjektif meliputi pasien mengatakan lelah atau lesu, sedangkan data
objektifnya meliputi kadar glukosa dalam darah/urin tinggi (Ham & Saraswati,
2018).
C. Patofisiologi
Insulin adalah hormon yang diproduksi oleh sel beta yang terdapat di
pancreas. Pada keadaan normal, kadar insulin dalam darah akan berfluktuasi
tergantung kadar gula dalam darah. Fungsi utama insulin yaitu
mendistribusikan glukosa yang terdapat dalam darah ke seluruh tubuh untuk
dimetabolisme untuk menghasilkan energi (Fattorusso et al., 2018).
Glukosa merupakan karbohidrat sederhana yang terdapat dalam darah
dan perangsang atau stimulator utama pelepasan insulin dari sel beta (Bilous
dkk, 2014). Pada resistensi insulin, terjadi peningkatan produksi glukosa dan
penurunan penggunaan glukosa sehingga mengakibatkan hiperglikemia (Sari,
2022)
Gula yang tidak dapat masuk ke dalam sel mengakibatkan kadar
glukosa dalam darah meningkat dan menyebabkan hiperglikemi. Pengobatan
yang tidak teratur serta ketidakpatuhan dalam diit mengakibatkan glukosa

4
5

dalam darah tidak dapat menjadi energi sehingga menyebabkan terjadinya


ketidakstabilan kadar glukosa darah (Tandra, 2020).
Hiperglikemi akan mengakibatkan seseorang mengalami glukosuria,
yang menyebabkan osmotik diuresis. Osmotik diuresis akan menimbulkan
sesuatu keadaan di mana ginjal tidak dapat meningkatkan glukosa yang
difiltrasi. Ginjal tidak mengikat glukosa yang difiltrasi akan mengakibatkan
cairan diikat oleh glukosa, sehingga cairan dalam tubuh akan berlebihan yang
akan dimanifestasikan dengan banyak mengeluarkan urin (Manurung, 2020).
D. Pathway Keperawatan
HIPERGLIKEMIA

Herediter, sel B pankreas rusak/terganggu, obesitas

Produksi insulin terganggu

Katabolisme protein Glukagon Liposis

BUN Asam amino Hiperglikemi (>100 mg) Asam lemak bebas

Asam laktat Glukosuria Hiperosmolaritas Ketonuria Ketonemia

Glukoneogenesis Diuretik osmotik Penurunan kesadaran Menumpuk dlm darah

Poliuria Koma Ketoasidosis

Resiko syok Dehidrasi Polidipsi Asidosis Metabolik

Defisit volume cairan dan elektrolit

Sel kelaparan

Selera makan Produksi energi metabolisme Hilangnya protein tubuh

Polifagia Kelelahan Resiko infeksi

Perubahan nutrisi < kebutuhan tubuh

Gambar 1.1 Pathway Hiperglikemi

6
E. Manifestasi Klinik
Manifestasi klinik utama hiperglikemia berdasarkan Manurung (2020) :
1. Poliuri (banyak kencing )
Poliuri merupakan keadaan dimana volume air kemih selama 24 jam
meningkat melebihi batas normal. Poliuri ini timbul sebagai gejala DM
karena kadar gula dalam tubuh relatif tinggi sehingga tubuh tidak sanggup
untuk mengurainya dan berusaha untuk mengeluarkannya melalui urin.
Pengeluaran urin ini lebih sering terjadi pada malam hari dan urin yang
dikeluaarkan mengandung glukosa.
2. Polidipsi (banyak minum)
Meningkatnya difusi cairan dari intrasel kelam vaskuler menyebabkan
penurunan volume intrasel sehingga mengakibatkan dehidrasi sel.
Akibatnya mulut menjadi kering dan sensor haus teraktivasi menyebabkan
seseorang haus terus menerus dan ingin selalu minum.
3. Polipaghi (banyak makan)
Pasien DM akan cepat merasakan lapar dan lemas, hal ini disebabkan
karena glukosa dalam tubuh semakin habis sedangkan glukosa dalam
darah cukup tinggi.
4. Gangguan penglihatan
Tingginya kadar gula darah dapat mengakibatkan gangguan penglihatan
berupa lesi mikrovaskuler pada retina dan akan menyebabkan penurunan
fungsi macula. Gangguan penglihatan yang umum terjadi pada orang DM
antara lain : katarak, retinopati dan glaukoma, selain itu gangguan
penglihatan daapat terjadi karena penebalan dan penyempitan pembuluh
darah, sehingga nutrisi yang seharusnya didapat oleh sel-sel mata
terhambat.
5. Kelelahan
Kelelahan merupakan perasaan letih yang luar biasa dan pada orang
sengan DM dapat disebabkan karena faktor fisik seperti metabolisme yang
tinggi dan faktor depresi dan ansietas.
6. Penyusutan berat badan
8

Karena glukosa tidak dapatdi transport kedalam sel maka sel kekurangan
cairan dan tidak mampu mengadakan metabolisme, akibatnya sel akan
menciut, sehingga seluruh jaringan terutama otot mengalami atrofidan
penurunan secara otomatis (Suzanne C. Smeltzer, Brenda G. Bare, 2013).
F. Klasifikasi
Hiperglikemia terdiri atas 2 yakni akut dan kronis. Hiperglikemia akut
terjadi jika kadar glukosa darah meningkat atau menurun tajam dalam waktu
singkat. Komplikasi akut yang biasanya terjadi adalah hipoglikemia, keadaan
kadar glukosa darah kurang dari 50 mg/dL. Hiperglikemia kronis
mengakibatkan kelompok sel noninsulin dependent seperti sel endotel
pembuluh darah kebanjiran glukosa (hiperglisemia). Hiperglisolia kronik
mengakibatkan perubahan homeostatis biokimia intra sel sehingga sel endotel
rusak. Glukosa diubah menjadi zat yang sangat hidrofilik yaitu sorbitol dan
fruktosa sehingga membrane pembuluh darah menjadi bengkak dan tebal
(Yasa dkk, 2022)
G. Pemeriksaan Penungjang
Pemeriksaan penunjang menurut PERKENI (2021) :
1. Pemeriksaan glukosa plasma sewaktu >200 mg/dL
2. Pemeriksaan glukosa plasma puasa ≥ 126 mg/dL dengan adanya keluhan
klasik.
3. Tes toleransi glukosa oral (TTGO). Meskipun TTGO dengan beban 75 g
glukosa lebih sensitif dan spesifik dibanding dengan pemeriksaan glukosa
plasma puasa, namun pemeriksaan ini memiliki keterbatasan tersendiri.
TTGO sulit untuk dilakukan berulang-ulang dan dalam praktek sangat
jarang dilakukan karena membutuhkan persiapan khusus.
4. Pengukuran tekanan darah, termasuk pengukuran tekanan darah dalam
posisi berdiri untuk mencari kemungkinan adanya hipotensi ortostatik,
serta ankle brachial index (ABI),untuk mencari kemungkinan penyakit
pembuluh darah arteri tepi
a. Pemeriksaan funduskopi
b. Pemeriksaan rongga mulut dan kelenjar tiroid
9

c. Pemeriksaan jantung
d. Evaluasi nadi, baik secara palpasi maupun dengan stetoskop
e. Pemeriksaan ekstremitas atas dan bawah, termasuk jari
f. Pemeriksaan kulit (acantosis nigrican dan bekas tempat penyuntikan
insulin) dan pemeriksaan neurologis
g. Tanda-tanda penyakit lain yang dapat menimbulkan DM tipe-lain
h. Glukosa darah puasa dan 2 jam post prandial
i. Pemeriksaan A1C
j. Profil lipid pada keadaan puasa (kolesterol total, HDL, LDL, dan
trigliserida)
k. Kreatinin serum, albuminuria, keton, sedimen, dan protein dalam uri
H. Komplikasi
Komplikasi hiperglikemi menurut Dafriani, (2022) adalah sebagai berikut:
1. Komplikasi akut
a. Ketoasidosis diabetic
b. Koma hiperglikemik hiperismoler non ketotik
c. Hipoglikemia
d. Asidosis lactate
e. Infeksi berat
2. Komplikasi kronik
f. Komplikasi vaskuler
g. Makrovaskuler : PJK, stroke , pembuluh darah perifer
h. Mikrovaskuler : retinopati, nefropati
i. Komplikasi neuropati
Neuropati sensorimotorik, neuropati otonomik gastroporesis, diare
diabetik, buli-buli neurogenik, impotensi, gangguan refleks
kardiovaskuler.
j. Campuran vascular neuropati
k. Komplikasi pada kulit
10

I. Penatalaksanaan
Menurut PERKENI 2021 komponen dalam penatalaksan hiperglikemi
yaitu:
1. Diet
Syarat diet hendaknya dapat:
a. Memperbaiki kesehatan umum penderita
b. Mengarahkan pada berat badan normal
c. Menekan dan menunda timbulnya penyakit angiopati diabetic
d. Memberikan modifikasi diit sesuai dengan keadaan penderita
Prinsip diet DM,adalah:
a. Jumlah sesuai kebutuhan
b. Jadwal diet ketat
c. Jenis: boleh dimakan/ tidak
Dalam melaksanakan diet diabetes sehari hari hendaknya diikuti
pedoman 3 J yaitu:
a. Jumlah kalori yang diberikan harus habis,jangan dikurangi atau
ditambah
b. 2) Jadwal diet harus sesuai dengan intervalnya
c. 3) Jenis makanan yang manis harus dihindari
Penentuan jumlah kalori diet DM harus disesuaikan oleh status gizi
penderita,penetuan gizi dilaksankan dengan menghitung percentage of
relative body weight( BPR=berat badan normal) dengan rumus:
BPR= BB(kg) X 100%
TB(cm) -100

Keterangan :
1) Kurus (underweight) :BPR<90%
2) Normal (ideal) :BPR 90% -110%
3) Gemuk (overweight) :BPR >110%
4) Obesitas apabila :BPR> 120%
a) Obesitas ringan :BPR 120% -130%
b) Obesitas sedang :BPR 130% - 140%
11

c) Obesitas berat :BPR 140 – 200%


d) Morbid :BPR > 200%
2. Olahraga
Beberapa kegunaan olahraga teratur setiap hari bagi penderita
hiperglikemi adalah:
a. Meningkatkan kepekaan insulin, apabila dikerjakan setiap 11/2 jam
sesudah makan, berarti pula mengurangi insulin resisten pada
penderita dengan kegemukan atau menambah jumlah reseptor insulin
dan meningkatkan sensivitas insulin dengan reseptornya
b. Mencegah kegemukan bila ditambah olahraga pagi dan sore
c. Memperbaiki aliran perifer dan menanbah suplai oksigen
d. Meningkatkan kadar kolestrol – high density lipoprotein
e. Kadar glukosa otot dan hati menjadi berkurang, maka olahraga akan
dirangsang pembentukan glikogen baru
f. Menurunkan kolesterol(total) dan trigliserida dalam darah karena
pembakaran asam lemak menjadi lebih baik
3. Edukasi/penyuluhan
Harus rajin mencari banyak informasi mengenai diabetes dan
pencegahannya. Misalnya mendengarkan pesan dokter, bertanya pada
dokter, mencari artikel mengenai diabetes
4. Pemberian obat-obatan
Pemberian obat obatan dilakukan apabila pengcegahan dengan cara
(edukasi,pengaturan makan,aktivitas fisik) belum berhasil, bearti harus
diberikan obat obatan
5. Pemantauan gula darah
Pemantauan gula darah harus dilakukan secara rutin ,bertujuan untuk
mengevaluasi pemberian obat pada diabetes. Jika dengan melakukan lima
pilar diatas mencapai target,tidak akan terjadi komp
J. Proses Keperawatan
1. Pengkajian keperawatan
12

Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan dan


merupakan suatu proses pengumpulan data yang sistematis dari berbagai
sumber untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan klien.
Tahap pengkajian merupakan dasar utama dalam memberikan asuhan
keperawatan sesuai dengan kebutuhan klien. Oleh karena itu pengkajian
yang benar, akurat, lengkap sangat penting dalam merumuskan suatu
diagnosis keperawatan (Suzanne C. Smeltzer, Brenda G. Bare, 2013).
Pada pasien dengan ketidakstabilan kadar glukosa darah perawat
harus mengkaji data mayor dan minor yang tercantum dalam buku Standar
Diagnosa Keperawatan (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2017). Data dibagi
menjadi dua yaitu tanda dan gejala mayor hiperglikemi serta tanda dan
gejalan mayor hipoglikemi yang masing- masing memiliki data mayor dan
minor serta dilihat dari data subjektif dan data objektif. Tanda dan gejala
mayor hiperblikemia berupa data sebjektif meliputi pasien mengatakan
lelah atau lesu, sedangkan data objektifnya meliputi kadar glukosa dalam
darah/urin tinggi.Tanda dan gejala minor hiperblikemia berupa data
subjektif meliputi pasien mengatakan mulut kering,haus, meningkat,
sedangkan data objektifnya meliputi jumlah urin mengingkat.
Tanda dan gejala mayor hipoglikemia berupa data subjektif
meliputi pasien mengatakan mengantuk, pusing, sedangkan data
objektifnya meliputi gangguan koordinasi, kadar glukosa/urin rendah.
Tanda dan gejala minor hipoglikemia berupa data objektif meliputi
kalpitasi, mengeluh lapar sedangkan data objektifnya meliputi
gemetar,kesadaran menurun perilaku aneh, sulit bicara, dan berkeringat.
2. Diagnosa keperawatan
Diagosa kerawatan merupakan penelitian klinis mengenai respon
klien terhadap masalah kesehatan baik yang berlangsung aktual maupun
potesial (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2017). Diagnosis keperawatan
bertujuan untuk mengidetifikasi respon klien individu, keluarga, atau
komunitas terhadap yang berkaitan dengan kesehatan.
13

Ketidak stabilan glukosa darah merupakan diagnose aktual yang


terdiri dari tiga bagian yaitu problem, etiyology, sign dan symptom
Problem yaitu masalah keperawatan, etiology yaitu faktor yang
berhubungan serta sign dan symptom adalah tanda dan gejala.
Ketidakstabilan kadar glukosa darah adalah variasi kadar glukosa darah
naik/turun dalam rentang normal. Adapun etiologi ketidak stabilan kadar
glukosa darah dibagi menjadi 2 bagian yaitu etiologi hiperglikemia dan
etiologi hipoglikemia.Etiologi hiperglikemia adalah disfungsi pankreas,
resistensi insulin, gangguan toleransi glukosa darah dan gangguan glukosa
darah puasa.
Tanda dan gejala minor hiperglikemi berupa data subjektif meliputi
pasien mengatakana mulut kering, haus meningkat, sedangkan data
objektifnya meliputi jumlah urin meningkat.Tanda dan gejala mayor
hipoglikemia berupadta subjektif meliputi pasien mengatakan mengantuk,
pusing, sedangkan data objektifnya meliputi gangguan kordinasi, kadar
glukosa dalam darah/urin rendah.Tanda dan gejala minor hipoglikemia
berupa data subjektif meliputi palpitasi, mengeluh lapar sedangkan data
objektifnya meliputi gemetar kesadaran menurun, perilaku aneh, sulit
bicara, dan berkeringat.
3. Perencanaan keperawatan
Setelah merumuskan diagnosis dilanjutkan dengan perencanaan
dan aktivitas keperawatan untuk mengurangi, menghilangkan serta
mencegah masalah keperawatan klien. Dalam tahap perencanaan
keperawatan terdiri dari dua rumusan utama yaitu rumusan luaran
keperawatan dan rumusan intervensi keperawatan (Hastuti & dkk, 2022).
Luaran (Outcome) Keperawatan merupakan aspek-aspek yang
dapat diobservasi dan diukur meliputi kondisi, perilaku, atau persepsi
pasien, keluarga atau komunitas sebagai respon terhadap intervensi
keperawatan. Luaran keperawatan menunjukkan status diagnosis
keperawatan setelah dilakukan intervensi keperawatan. Hasil akhir
intervensi keperawatan yang terdiri dari indikator-indikator atau kriteria-
14

kriteria hasil pemulihan masalah. Terdapat dua jenis luaran keperawatan


yaitu luaran positif dan luaran negative. Luaran positif menunjukkan
kondisi, perilaku atau persepsi yang sehat sehingga penetapan luaran
keperawatan ini akan mengarahkan pemberian intervensi keperawatan
yang bertujuan untuk meningkatkan atau memperbaiki. Sedangkan luaran
negative menunjukkan kondisi, perilaku atau persepsi yang tidak sehat,
sehingga penetapan luaran keperawatan ini akan mengarahkan pemberian
intervensi keperawatan yang bertujuan untuk menurunkan (Tim Pokja
SLKI DPP PPNI, 2019).
Adapun komponen luaran keperawatan diantaranya label (nama
luaran keperawatan berupa kata-kata kunci informasi luaran), ekspetasi
(terdiri dari ekspetasi meningkat yang artinya bertambah baik dalam
ukuran, jumlah, maupun derajat atau tingkatan, menurun artinya berkurang
baik dalam ukuran, jumlah maupun derajat atau tingkatan, membaik
artinya menimbulkan efek yang lebih baik, adekuat, atau efektif), kriteria
hasil (karakteristik pasien yang dapat diamati atau diukur dan dijadikan
sebagai dasar untuk menilai pencapaian hasil intervensi). Penulisan kriteria
hasil dapat dilakukan dengan dua metode yaitu menggunakan metode
pendokumentasian manual/tertulis maka setiap kriteria hasil perlu
dituliskan angka atau nilai yang diharapkan untuk tercapai, sedangkan jika
menggunakan metode pendokumentasian berbasis computer, maka setiap
criteria hasil ditetapkan dalam bentuk skor dengan skala 1 s.d. 5.
Pemilihan luaran keperawatan tetap harus didasarkan pada penilaian klinis
dengan mempertimbangkan kondisi pasien, keluarga, kelompok, atau
komunitas (Tim Pokja SLKI DPP PPNI, 2019).
Intervensi keperawatan adalah segala treatment yang dikerjakan
oleh perawat yang didasarkan pada pengetahuan dan penilaian klinis untuk
mencapai luaran (outcome) yang diharapkan. Intervensi keperawatan
memiliki tiga komponen yaitu label, definisi dan tindakan. Label
merupakan kata kunci untuk memperoleh informasi mengenai intervensi
keperawatan. Label terdiri atas satu atau beberapa kata yang diawali
15

dengan kata benda (nomina) yang berfungsi sebagai deskriptor atau


penjelas dari intervensi keperawatan. Terdapat 18 deskriptor pada label
intervensi keperawatan yaitu dukungan, edukasi, kolaborasi, konseling,
konsultasi, latihan, manajemen, pemantauan, pemberian, pemeriksaan,
pencegahan, pengontrolan, perawatan, promosi, rujukan, resusitasi,
skrining dan terapi. Definisi merupakan komponen yang menjelaskan
makna dari label intervensi keperawatan. Tindakan merupakan rangkaian
aktivitas yang dikerjakan oleh perawat untuk mengimplementasikan
intervensi keperawatan. Tindakan pada intervensi keperawatan terdiri dari
empat komponen meliputi tindakan observasi, tindakan terapeutik,
tindakan edukasi dan tindakan kolaborasi (Tim Pokja SIKI DPP PPNI,
2018).
Klasifikasi intervensi keperawatan ketidakstabilan kadar glukosa
darah termasuk dalam katagori fisiologis yang merupakan intervensi
keperawatan yang ditunjukan untuk mendudung fungsi fisik dan regulasi
homeostatis dan termasuk sub katagori nutrisi dan cairan (Tim Pokja SIKI
DPP PPNI, 2018).
Sebelum menentukan perencanaan keperawatan, perawat terlebih
dahulu menetapkan luaran (outcome). Adapun luaran yang digunakan
pada pasien dengan ketidakstabilan kadar glukosa darah adalah luaran
utama dan luaran tambahan. Luaran utama yaitu kestabilan kadar glukosa
darah dengan kriteria hasil meliputi Koordinasi meningkat Kesadaran
meningkat, mengantuk menurun, pusing menurun, lelah/lesu menurun,
keluhan lapar menurun, gemetar menurun, berkeringat menurun, mulut
kering menurun, rasa haus menurun, prilaku aneh menurun, kesulitan
berbicara menurun, kadar glukosa dalam darah membaik, kadar glukosa
dalam urine membaik, palpitasi membaik, prilaku membaik, jumlah urine
membaik (Tim Pokja SLKI DPP PPNI, 2019). Setelah menetapkan tujuan
dilanjutkan dengan perencanaan keperawatan. Intervensi keperawatan
terdiri dari intervensi utama dan intervensi pendukung. Intervensi utama
pasien dengan ketidakstabilan kadar glukosa darah yaitu manajemen
16

hiperglikemia danmanajemen hipoglikemia. Intervensi pendukung


diantaranya dukungan dukungan kepatuhan program pengobatan, edukasi
diet, edukasi kesehatan, edukasi latihan fisik, edukasi program
pengobatan, edukasi prosedur tindakan, edukasi proses penyakit,
identifikasi risiko, konseling nutrisi, konsultasi, manajemen medikasi,
manajemen teknologi kesehatan, pelibatan keluarga, pemantauan nutrisi
(Hastuti & dkk, 2022).
17

DAFTAR PUSTAKA

Dafriani, P. (2022). Pengelolaan Non Farmakologi untuk Diabetes Mellitus.


Global Aksara Pers.
Fattorusso, V., Nugnes, R., Casertano, A., Valerio, G., Mozzillo, E., & Franzese,
A. (2018). Non-Diabetic Hyperglycemia in the Pediatric Age: Why, How,
and When to Treat? Current Diabetes Reports, 18(12), 1–6.
https://doi.org/10.1007/s11892-018-1115-0
Ham, M. F., & Saraswati, M. (2018). Buku Ajar Patologi Robbin. Elsevier.
Hastuti, P., & dkk. (2022). Proses Dokumentasi Keperawatan. Yayasan Kita
Menulis.
Kementerian Kesehatan RI. (2020). Infodatin tetap produktif, cegah, dan atasi
Diabetes Melitus 2020. In Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan
RI (pp. 1–10).
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. (2019). Laporan Riskesdas 2018
Nasional.pdf (p. 674).
Kurniawan, S. (2021). Terapi Antioksidan dan Neuropati Diabetes. UB Press.
Manurung, N. (2020). Modul Sistem Endokrin. Guepedia.
Sari, M. (2022). Gizi Dalam Kebidanan. Yayasan Kita Menulis.
Soelistijo, S. (2021). Pedoman Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Melitus
Tipe 2 Dewasa di Indonesia 2021. Global Initiative for Asthma, 46.
www.ginasthma.org.
Suzanne C. Smeltzer, Brenda G. Bare, A. W. . [e. al. . (2013). Buku Ajar
Keperawatan Medikal-Bedah Brunner&Suddarth. EGC.
Tandra, H. (2020). Diabetes (Bisa) Sembuh Tanpa Obat. Rapha Publishing.
Yasa, I., & Rismayanti, I. (2022). Tatalaksana Diabetes Melitus Berbasis
Evidence-Based Practice. Media Sains Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai