Anda di halaman 1dari 2

KOMUNIKASI EFEKTIF KEBIDANAN

A. Komunikasi Positif
1. Suatu hari ada seorang ibu datang ke PMB untuk berkonsultasi terkait kontrasepsi. Ibu
mengatakan saat ini anaknya sudah 4 dengan jarak yang relative dekat. Ibu mengatakan
dalam hatinya tidak ingin memiliki anak lagi karena berbagai pertimbangan, namun
suaminya tidak mengizinkan karena alasan hal tersebut dilarang oleh agama. Bidan
memberikan saran kepada ibu untuk kunjungan ulang dengan mengajak suaminya. Hari
berikutnya ibu pun datang kembali ke PMB bersama suami. Bidan pun menyambut
dengan ramah, kemudian memberikan edukasi kepada ibu dan suami terkait perencanaan
KB dan alat kontrasepsi mulai dari pengertian, manfaat, efek samping, dan argument
yang mendukung alat kontrasepsi. Awalnya masih ada penolakan dari suami, setelah
diberikan penjelasan yang panjang suami pun akhirnya mengizinkan ibu untuk
menggunakan alat kontrasepsi. Tidak lupa suami dilibatkan dalam membuat keputusan
alat kontrasepsi apa yang akan digunakan.
2. Disebuah tempat dipinggiran kota ada seorang ibu bernama Ibu Ana. Ibu Ana kini tengah
hamil anak pertama dengan usia kandungan memasuki trimester 3. Suatu sore Bu Ana
sedang berkumpul bersama tetangganya. Mereka saling bertukar kabar hingga cerita
tentang proses melahirkan masing-masing ibu. Salah satu teman Ibu Ana
mengatakan bahwa proses persalinan normal lebih sakit dan lebih lama daripada operasi
sesar. Setelah pertemuan itu Bu Ana sempat berfikir bahwa apa yang disampaikan
temannya ada benarnya. Suatu hari Bu Ana berinisiatif mengunjungi bidan di daerahnya
untuk konsultasi terkait perencanaan persalinan. Bidan memberikan penjelasan dengan
jelas dan lengkap terkait proses persalinan normal dan sesar. Setelah konsultasi dengan
bidan Bu Ana berbicara dengan dirinya sendiri mengenai kebimbangannya dalam
perencanaan persalinan kedepan. Lalu Bu Ana berfikir dalam hatinya, “sepertinya aku
akan mencoba unutk bersalin normal dulu deh, kan kata bu bidan kehamilanku sehat dan
tidak ada penyulit apapun. Lagi pula kalo sesar penyembuhannya lama, banyak resiko
dan pantangannya. Aku yakin aku bisa lahiran normal!”

B. Komunikasi Negatif
1. Di sebuah PMB sedang menangani pasien bersalin yang datang sejak 14 jam yang lalu
didampingi oleh suaminya. Status pasien yaitu G1P0A0 usia kehamilan 40 minggu dalam
proses persalinan pembukaan 8. Ibu mengeluh nyeri pada bagian tulang kemaluan dan
sudah tidak sabar untuk mengakhiri proses persalinan karena tidak tahan akan nyeri yang
dirasakan. Bidan memberikan dukungan emosional kepada ibu untuk lebih bersabar
dalam menjalani proses persalinan, bidan memberikan edukasi terkait kondisi fisiologis
dari keluhan ibu. Bahwa keluhan nyeri yang dialami ibu terjadi secara fisiologis akibat
dari proses penurunan kepala janin, seiring bertambahnya pembukaan dan penurunan
kepala maka sebagian besar ibu akan mengalami nyeri pada tulang kemaluan atau pada
simphisis pubis. Bidan juga memberikan edukasi terkait teknik pengurangan nyeri yaitu
dengan melakukan relaksasi nafas dalam dan teknik akupresur di pinggang ibu bagian
belakang dengan tergesa-gesa karena ada pasien baru. Setelah dilakukan observasi bidan
mendapati suami pasien hanya mengusap-usap bagian pinggang belakang ibu. Lalu bidan
mengedukasi kembali kepada suami pasien bagaimana teknik akupresur yang benar, tidak
lupa memberikan kesempatan kepada suami pasien untuk mempraktekkan dan menilai
apakah sudah benar tekniknya.
2. Seorang ibu datang ke PMB dengan keluhan nyeri pada payudara, dan ASI tidak keluar.
Ibu mengatakan menyusui bayinya hanya saat bayi menangis dan saat bayi bangun tidur.
Bidan melakukan pemeriksaan fisik pada payudara ibu, hasilnya payudara teraba keras.
Bidan memberikan edukasi kepada ibu agar memberikan kompres hangat dingin pada
payudara dan memberikan pijatan-pijatan untuk mengeluarkan ASI.
3 hari kemudian ibu datang kembali ke PMB dengan keluhan tidak ada perubahan dalam
payudaranya, malah bertambah sakit. Setelah dilakukan anamnesa ternyata ibu tidak
menyusukan bayinya pada payudara yang sakit. Tindakan yang dilakukan bidan
berikutnya yaitu mengedukasi ibu untuk melakukan perawatan payudara dan
menganjurkan ibu untuk tetap menyusui bayi pada payudara yang sakit atau setidaknya
melakukan pumping untuk membantu mengeluarkan ASI yang terbendung.

Anda mungkin juga menyukai