Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PENDAHULUAN

AKTIVITAS LATIHAN

Oleh:
Rialista Anjili
115090

PROGRAM STUDI PROFESI


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN TELOGOREJO
SEMARANG 2019

A. Pengertian

Mobilisasi adalah kemampuan seseorang untuk bergerak secara bebas, mudah dan teratur

yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehat. Mobilisasi diperlukan untuk
meninngkatkan kesehatan, memperlambat proses penyakit khususnya penyakit degeneratif

dan untuk aktualisasi (Mubarak, 2008).

Mobilisasi menyebabkan perbaikan sirkulasi, membuat napas dalam dan menstimulasi

kembali fungsi gastrointestinal normal, dorong untuk menggerakkan kaki dan tungkai

bawah sesegera mungkin, biasanya dalam waktu 12 jam.

Imobilisasi adalah suatu kondisi yang relatif, dimana individu tidak saja kehilangan

kemampuan geraknya secara total, tetapi juga mengalami penurunan aktifitas dari

kebiasaan normalnya (Mubarak, 2008).

B. ETIOLOGI
Faktor-faktor yang mempngaruhi mobilisasi
1. Gaya hidup
Mobilitas seseorang dipengaruhi oleh latar belakang budaya, nilai-nilai yang dianut,

serta lingkungan tempat ia tinggal (masyarakat).


2. Ketidakmampuan
Kelemahan fisik dan mental akan menghalangi seseorang untuk melakukan aktivitas

hidup sehari-hari. Secara umum ketidakmampuan dibagi menjadi dua yaitu :


a. Ketidakmampuan primer yaitu disebabkan oleh penyakit atau trauma (misalnya :

paralisis akibat gangguan atau cedera pada medula spinalis).


b. Ketidakmampuan sekunder yaitu terjadi akibat dampak dari ketidakmampuan primer

(misalnya : kelemahan otot dan tirah baring). Penyakit-penyakit tertentu dan kondisi

cedera akan berpengaruh terhadap mobilitas.


3. Tingkat energi
Energi dibutuhkan untuk banyak hal, salah satunya mobilisasi. Dalam hal ini

cadangan energi yang dimiliki masing-masing individu bervariasi.


4. Usia
Usia berpengaruh terhadap kemampuan seseorang dalam melakukan mobilisasi.

Pada individu lansia, kemampuan untuk melakukan aktifitas dan mobilisasi

menurun sejalan dengan penuaan (Mubarak, 2008).

C. Klasifikasi
Menurut Mubarak (2008) secara umum ada beberapa macam keadaan imobilitas antara

lain:
1. Imobilitas fisik : kondisi ketika seseorang mengalami keterbatasan fisik yang

disebabkan oleh faktor lingkungan maupun kondisi orang tersebut.


2. Imobilitas intelektual : kondisi ini dapat disebabkan oleh kurangnya pengetahuan

untuk dapat berfungsi sebagaimana mestinya, misalnya pada kasus kerusakan otak
3. Imobilitas emosional : kondisi ini bisa terjadi akibat proses pembedahan atau

kehilangan seseorang yang dicintai


4. Imobilitas sosial : kondisi ini bisa menyebabkan perubahan interaksi sosial yang

sering terjadi akibat penyakit.(Mubarak, 2008).

Rentang Gerak dalam mobilisasi dalam mobilisasi terdapat tiga rentang gerak yaitu :
a. Rentang gerak pasif
Rentang gerak pasif ini berguna untuk menjaga kelenturan otot-otot dan persendian

dengan menggerakkan otot orang lain secara pasif misalnya perawat mengangkat dan

menggerakkan kaki pasien.


b. Rentang gerak aktif
Hal ini untuk melatih kelenturan dan kekuatan otot serta sendi dengan cara

menggunakan otot-ototnya secara aktif misalnya berbaring pasien menggerakkan

kakinya.
c. Rentang gerak fungsional
Berguna untuk memperkuat otot-otot dan sendi dengan melakukan aktifitas yang

diperlukan (Carpenito, 2000).


D. Anatomi Fisiologi
Muskuloskeletal terdiri dari kata Muskulo yang berarti otot dan kata Skeletal yang berarti
tulang.
a. Otot ( Muskulus / Muscle )
Otot merupakan organ tubuh yang mempunyai kemampuan mengubah energi kimia
menjadi energi mekanik/gerak sehingga dapat berkontraksi untuk menggerakkan
rangka, sebagai respons tubuh terhadap perubahan lingkungan.
Otot disebut alat gerak aktif karena mampu berkontraksi, sehingga mampu
menggerakan tulang. Semua sel-sel otot mempunyai kekhususan yaitu untuk
berkontraksi.
a. Fungsi Sistem Otot
1) Pergerakan
2) Penopang tubuh dan mempertahankan postur
3) Produksi panas
b. Jenis-Jenis Otot
1) Berdasarkan letak dan struktur selnya, dibedakan menjadi:
 Otot Rangka (Otot Lurik)
Otot rangka merupakan otot lurik, volunter (secara sadar atas perintah dari
otak), dan melekat pada rangka, misalnya yang terdapat pada otot paha, otot
betis, otot dada. Kontraksinya sangat cepat dan kuat.
 Otot Polos
Otot polos merupakan otot tidak berlurik dan involunter (bekerja secara tak
sadar). Jenis otot ini dapat ditemukan pada dinding berongga seperti kandung
kemih dan uterus, serta pada dinding tuba, seperti pada sistem respiratorik,
pencernaan, reproduksi, urinarius, dan sistem sirkulasi darah. Kontraksinya
kuat dan lamban.
 Otot Jantung
Otot Jantung juga otot serat lintang involunter, mempunyai struktur yang sama
dengan otot lurik. Otot ini hanya terdapat pada jantung. Bekerja terus-menerus
setiap saat tanpa henti, tapi otot jantung juga mempunyai masa istirahat, yaitu
setiap kali berdenyut.
2) Berdasarkan gerakannya dibedakan menjadi :
 Otot Antagonis, yaitu hubungan antarotot yang cara kerjanya bertolak
belakang/tidak searah, menimbulkan gerak berlawanan.
 Otot Sinergis, yaitu hubungan antar otot yang cara kerjanya saling
mendukung/bekerjasama, menimbulkan gerakan searah. Contohnya pronator
teres dan pronator kuadrus.

c. Mekanisme Kontraksi Otot


Dari hasil penelitian dan pengamatan dengan mikroskop elektron dan difraksi sinar
X, Hansen dan Huxly (1995) mengemukakan teori kontraksi otot yang disebut model
Sliding Filamens. Model ini menyatakan bahwa kontraksi terjadi berdasarkan
adanya dua set filamen didalam sel otot kontraktil yang berupa filamen aktin dan
miosin.
Ketika otot berkontraksi, aktin dan miosin bertautan dan saling menggelincir satu
sama lain, sehingga sarkomer pun juga memendek.
Dalam otot terdapat zat yang sangat peka terhadap rangsang disebut asetilkolin. Otot
yang terangsang menyebabkan asetilkolin terurai membentuk miogen yang
merangsang pembentukan aktomiosin. Hal ini menyebabkan otot berkontraksi
sehingga otot yang melekat pada tulang bergerak.

2. Rangka (skeletal)
Sistem rangka adalah bagian tubuh yang terdiri dari tulang, sendi, dan tulang
rawan (kartilago) sebagai tempat menempelnya otot dan memungkinkan tubuh
untuk mempertahankan sikap dan posisi.
Tulang sebagai alat gerak pasif karena hanya mengikuti kendali otot. Akan tetapi
tulang tetap mempunyai peranan penting karena gerak tidak akan terjadi tanpa
tulang.
a. Fungsi Rangka
1) Penyangga; berdirinya tubuh, tempat melekatnya ligamen-ligamen, otot,
jaringan lunak dan organ.
2) Penyimpanan mineral (kalsium dan fosfat) dan lipid (yellow marrow)
3) Produksi sel darah (red marrow)
4) Pelindung; membentuk rongga melindungi organ yang halus dan lunak.
5) Penggerak; dapat mengubah arah dan kekuatan otot rangka saat bergerak
karena adanya persendian.
b. Jenis Tulang
1) Berdasarkan jaringan penyusun dan sifat-sifat fisiknya, yaitu:
Tulang Rawan (kartilago)
a) Tulang Rawan Hyalin: kuat dan elastis terdapat pada ujung tulang pipa.
b) Tulang Rawan Fibrosa: memperdalam rongga dari cawan-cawan (tl.
Panggul) dan rongga glenoid dari skapula.
c) Tulang Rawan Elastik: terdapat dalam daun telinga, epiglotis dan
faring.
2) Berdasarkan matriksnya, yaitu:
a) Tulang kompak, yaitu tulang dengan matriks yang padat dan rapat.
b) Tulang Spons, yaitu tulang dengan matriksnya berongga.
3) Berdasarkan bentuknya, yaitu:
a) Ossa longa (tulang pipa/panjang), yaitu tulang yang ukuran panjangnya
terbesar. Contohnya os humerus dan os femur.
b) Ossa brevia (tulang pendek), yaitu tulang yang ukurannya pendek.
Contohnya tulang yang terdapat pada pangkal kaki, pangkal lengan, dan
ruas-ruas tulang belakang.
c) Ossa plana (tulang pipih), yaitu tulang yang ukurannya lebar.
Contohnya os scapula (tengkorak), tulang belikat, tulang rusuk.
d) Ossa irregular (tulang tak beraturan), yaitu tulang dengan bentuk yang
tak tentu. Contohnya os vertebrae (tulang belakang).
e) Ossa pneumatica (tulang berongga udara). Contohnya os maxilla.

d. Organisasi Sistem Rangka


Sistem skeletal dibentuk oleh 206 buah tulang yang membentuk suatu kerangka
tubuh. Rangka digolongkan kedalam tiga bagian sebagai berikut.
1) Rangka Aksial
Rangka Aksial terdiri dari 80 tulang yang membentuk aksis panjang tubuh dan
melindungi organ-organ pada kepala, leher, dan dada.
a) Tengkorak (cranium), yaitu tulang yang tersusun dari 22 tulang; 8 tulang
kranial dan 14 tulang fasial.
b) Tulang Pendengaran (Auditory) terdiri dari 6 buah
c) Tulang Hioid, yaitu tulang yang berbentuk huruf U, terdapat diantara
laring dan mandibula, berfungsi sebagai pelekatan beberapa otot mulut
dan lidah 1 buah
d) Tulang Belakang (vertebra), berfungsi menyangga berat tubuh dan
memungkinkan manusia melakukan berbagai macam posisi dan gerakan,
misalnya berdiri, duduk, atau berlari. Tulang belakang berjumlah 26 buah
e) Tulang Iga/Rusuk (costae), yaitu tulang yang bersama-sama dengan tulang
dada membentuk perisai pelindung bagi organ-organ penting yang
terdapat di dada, seperti paru-paru dan jantung. Tulang rusuk juga
berhubungan dengan tulang belakang, berjumlah 12 ruas
2) Rangka Apendikular
Rangka apendikuler merupakan rangka yang tersusun dari tulang-tulang
bahu, tulang panggul, dan tulang anggota gerak atas dan bawah terdiri atas
126 tulang.
Secara umum rangka apendikular menyusun alat gerak, tangan dan kaki.
Tulang rangka apendikular dibagi kedalam 2 bagian yaitu ekstrimitas atas dan
ekstrimitas bawah.

E. Patofisiologi
Mobilisasi sangat dipengaruhi oleh sistem neuromuskular, meliputi sistem otot, skeletal,

sendi, ligament, tendon, kartilago, dan saraf. Otot Skeletal mengatur gerakan tulang

karena adanya kemampuan otot berkontraksi dan relaksasi yang bekerja sebagai sistem

pengungkit. Ada dua tipe kontraksi otot: isotonik dan isometrik. Pada kontraksi isotonik,

peningkatan tekanan otot menyebabkan otot memendek. Kontraksi isometrik

menyebabkan peningkatan tekanan otot atau kerja otot tetapi tidak ada pemendekan atau

gerakan aktif dari otot, misalnya, menganjurkan klien untuk latihan kuadrisep. Gerakan

volunter adalah kombinasi dari kontraksi isotonik dan isometrik. Meskipun kontraksi

isometrik tidak menyebabkan otot memendek, namun pemakaian energi meningkat.

Perawat harus mengenal adanya peningkatan energi (peningkatan kecepatan pernafasan,

fluktuasi irama jantung, tekanan darah) karena latihan isometrik. Hal ini menjadi kontra

indikasi pada klien yang sakit (infark miokard atau penyakit obstruksi paru kronik). Postur

dan Gerakan Otot merefleksikan kepribadian dan suasana hati seseorang dan tergantung
pada ukuran skeletal dan perkembangan otot skeletal. Koordinasi dan pengaturan dari

kelompok otot tergantung dari tonus otot dan aktifitas dari otot yang berlawanan, sinergis,

dan otot yang melawan gravitasi. Tonus otot adalah suatu keadaan tegangan otot yang

seimbang.
Ketegangan dapat dipertahankan dengan adanya kontraksi dan relaksasi yang bergantian

melalui kerja otot. Tonus otot mempertahankan posisi fungsional tubuh dan mendukung

kembalinya aliran darah ke jantung.


Immobilisasi menyebabkan aktifitas dan tonus otot menjadi berkurang. Skeletal adalah

rangka pendukung tubuh dan terdiri dari empat tipe tulang: panjang, pendek, pipih, dan

ireguler (tidak beraturan). Sistem skeletal berfungsi dalam pergerakan, melindungi organ

vital, membantu mengatur keseimbangan kalsium, berperan dalam pembentukan sel darah

merah.
Sendi adalah hubungan di antara tulang, diklasifikasikan menjadi:
- Sendi sinostotik mengikat tulang dengan tulang mendukung kekuatan dan stabilitas.

Tidak ada pergerakan pada tipe sendi ini. Contoh: sakrum, pada sendi vertebra.
- Sendi kartilaginous/sinkondrodial, memiliki sedikit pergerakan, tetapi elastis dan

menggunakan kartilago untuk menyatukan permukaannya. Sendi kartilago terdapat

pada tulang yang mengalami penekanan yang konstan, seperti sendi, kostosternal antara

sternum dan iga.


- Sendi fribrosa/sindesmodial, adalah sendi di mana kedua permukaan tulang disatukan

dengan ligamen atau membran. Serat atau ligamennya fleksibel dan dapat diregangkan,

dapat bergerak dengan jumlah yang terbatas. Contoh: sepasang tulang pada kaki bawah

(tibia dan fibula) .


- Sendi sinovial atau sendi yang sebenarnya adalah sendi yang dapat digerakkan secara

bebas dimana permukaan tulang yang berdekatan dilapisi oleh kartilago artikular dan

dihubungkan oleh ligamen oleh membran sinovial. Contoh: sendi putar seperti sendi

pangkal paha (hip) dan sendi engsel seperti sendi interfalang pada jari.
- Ligamen adalah ikatan jaringan fibrosa yang berwarna putih, mengkilat, fleksibel

mengikat sendi menjadi satu sama lain dan menghubungkan tulang dan kartilago.
Ligamen itu elastis dan membantu fleksibilitas sendi dan memiliki fungsi protektif.

Misalnya, ligamen antara vertebra, ligamen non elastis, dan ligamentum flavum

mencegah kerusakan spinal kord (tulang belakang) saat punggung bergerak.


- Tendon adalah jaringan ikat fibrosa berwarna putih, mengkilat, yang menghubungkan

otot dengan tulang. Tendon itu kuat, fleksibel, dan tidak elastis, serta mempunyai

panjang dan ketebalan yang bervariasi, misalnya tendon akhiles/kalkaneus.


- Kartilago adalah jaringan penghubung pendukung yang tidak mempunyai vaskuler,

terutama berada disendi dan toraks, trakhea, laring, hidung, dan telinga. Bayi

mempunyai sejumlah besar kartilago temporer. Kartilago permanen tidak mengalami

osifikasi kecuali pada usia lanjut dan penyakit, seperti osteoarthritis.


- Sistem saraf mengatur pergerakan dan postur tubuh. Area motorik volunteer utama,

berada di konteks serebral, yaitu di girus prasentral atau jalur motorik.


- Propriosepsi adalah sensasi yang dicapai melalui stimulasi dari bagian tubuh tertentu

dan aktifitas otot. Proprioseptor memonitor aktifitas otot dan posisi tubuh secara

berkesinambungan. Misalnya proprioseptor pada telapak kaki berkontribusi untuk

memberi postur yang benar ketika berdiri atau berjalan. Saat berdiri, ada penekanan

pada telapak kaki secara terus menerus. Proprioseptor memonitor tekanan,

melanjutkan informasi ini sampai memutuskan untuk mengubah posisi.

F. Pathway
Perdarahan
Oklusi
Penurunan perfusi jaringan
Hipoksia
Iskemia
Metabolisme anaerob aktivitas elektrolit terganggu
Penurunan asam laktat pompa Na dan K gagal
Asidosis lokal, H meningkat, PCO meningkat, PCO2 menurun

edema serebral TIK meningkat

perfusi otak menurun herniasi otak


Gangguan nekrosis jaringan otak kematian
perfusi jaringan
defisit neurologis
lobus frontalis lobus temporalis lobus parietalis lobus oksipitalis

Intoleransi aktivitas
Defisit perawatan
diri
Gangguan mobilisasi
G. Pengkajian Keperawatan
1. Aspek biologis
a. Usia. Faktor usia berpengaruh terhadap kemampuan melakukan aktifitas, terkait

dengan kekuatan muskuloskeletal. Hal yang perlu dikaji diantaranya adalah postur

tubuh yang sesuai dengan tahap pekembangan individu.


b. Riwayat keperawatan. Hal yang perlu dikaji diantaranya adalah riwayat adanya

gangguan pada sistem muskuloskeletal, ketergantungan terhadap orang lain dalam

melakukan aktivitas, jenis latihan atau olahraga yang sering dilakukan klien dan

lain-lain.
c. Pemeriksaan fisik, meliputi rentang gerak, kekuatan otot, sikap tubuh, dan dampak

imobilisasi terhadap sistem tubuh.


2. Aspek psikologis
Aspek psikologis yang perlu dikaji di antaranya adalah bagaimana respons psikologis

klien terhadap masalah gangguan aktivitas yang dialaminya, mekanisme koping yang

digunakan klien dalam menghadapi gangguan aktivitas dan lain-lain.


3. Aspek sosial kultural
Pengkajian pada aspek sosial kultural ini dilakukan untuk mengidentifikasi dampak

yang terjadi akibat gangguan aktifitas yang dialami klien terhadap kehidupan sosialnya,

misalnya bagaimana pengaruhnya terhadap pekerjaan, peran diri baik dirumah, kantor

maupun sosial dan lain-lain


4. Aspek spiritual
Hal yang perlu dikaji pada aspek ini adalah bagaimana keyakinan dan nilai yang dianut

klien dengan kondisi kesehatan yang dialaminya sekarang, seperti apakah klien

menunjukan keputusasaannya? Bagaimana pelaksanaan ibadah klien dengan

keterbatasan kemampuan fisiknya? Dan lain-lain (Asmadi, 2008).


H. Diagnosa Keperawatan
1. Intoleransi aktivitas
2. Gangguan mobilitas fisik
3. Defisit perawatan diri (Tarwoto & Wartonah, 2003)
I. Intervensi Keperawatan
1. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan Kelemahan umum

No Diagnosa Tujuan Keperawatan Rencana Tindakan


Keperawatan ( NOC ) (NIC )
(NANDA)

Intoleransi aktivitas Setelah dilakukan Asuhan Managemen Energi


berhubungan dengan keperawatan selama …. Tentukan penyebab
Kelemahan umum x 24 jam : keletihan: :nyeri, aktifitas,
perawatan , pengobatan
Klien mampu Kaji respon emosi,
mengidentifikasi aktifitas sosial dan spiritual terhadap
dan situasi yang aktifitas.
menimbulkan kecemasan Evaluasi motivasi dan
yang berkonstribusi pada keinginan klien untuk
intoleransi aktifitas. meningkatkan aktifitas.
Klien mampu Monitor respon
berpartisipasi dalam kardiorespirasi terhadap
aktifitas fisik tanpa disertai aktifitas : takikardi,
peningkatan TD, N, RR disritmia, dispnea,
dan perubahan ECG diaforesis, pucat.
Klien mengungkapkan Monitor asupan nutrisi
secara verbal, pemahaman untuk memastikan ke
tentang kebutuhan adekuatan sumber energi.
oksigen, pengobatan dan Monitor respon terhadap
atau alat yang dapat pemberian oksigen : nadi,
meningkatkan toleransi irama jantung, frekuensi
terhadap aktifitas. Respirasi terhadap aktifitas
Klien mampu perawatan diri.
berpartisipasi dalam Letakkan benda-benda
perawatan diri tanpa yang sering digunakan pada
bantuan atau dengan tempat yang mudah
bantuan minimal tanpa dijangkau
menunjukkan kelelahan Kelola energi pada klien
dengan pemenuhan
kebutuhan makanan, cairan,
kenyamanan / digendong
untuk mencegah tangisan
yang menurunkan energi.
Kaji pola istirahat klien
dan adanya faktor yang
menyebabkan kelelahan.

Terapi Aktivitas
Bantu klien melakukan
ambulasi yang dapat
ditoleransi.
Rencanakan jadwal
antara aktifitas dan istirahat.
Bantu dengan aktifitas
fisik teratur : misal:
ambulasi, berubah posisi,
perawatan personal, sesuai
kebutuhan.
Minimalkan anxietas
dan stress, dan berikan
istirahat yang adekuat
Kolaborasi dengan
medis untuk pemberian
terapi, sesuai indikasi

2. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan : Kerusakan sensori persepsi.

No Diagnosa Keperawatan Tujuan Keperawatan Rencana Tindakan


(NANDA) ( NOC ) (NIC )
Gangguan mobilitas Setelah dilakukan asuhan Latihan Kekuatan
fisik berhubungan keperawatan selama ...x 24- Ajarkan dan berikan
dengan : Kerusakan jam klien menunjukkan: dorongan pada klien untuk
sensori persepsi. - Mampu mandiri total melakukan program latihan
- Membutuhkan alat bantu secara rutin
- Membutuhkan bantuan Latihan untuk ambulasi
orang lain - Ajarkan teknik Ambulasi &
- Membutuhkan bantuan perpindahan yang aman
orang lain dan alat kepada klien dan keluarga.
- Tergantung total - Sediakan alat bantu untuk
klien seperti kruk, kursi
Dalam hal : roda, dan walker
Penampilan posisi- Beri penguatan positif untuk
tubuh yang benar berlatih mandiri dalam
Pergerakan sendi dan batasan yang aman.
otot Latihan mobilisasi dengan
Melakukan kursi roda
perpindahan/ ambulasi :- Ajarkan pada klien &
miring kanan-kiri, keluarga tentang cara
berjalan, kursi roda pemakaian kursi roda &
cara berpindah dari kursi
roda ke tempat tidur atau
sebaliknya.
- Dorong klien melakukan
latihan untuk memperkuat
anggota tubuh
- Ajarkan pada klien/
keluarga tentang cara
penggunaan kursi roda
Latihan Keseimbangan
- Ajarkan pada klien &
keluarga untuk dapat
mengatur posisi secara
mandiri dan menjaga
keseimbangan selama
latihan ataupun dalam
aktivitas sehari hari.
Perbaikan Posisi Tubuh
yang Benar
- Ajarkan pada klien/
keluarga untuk mem
perhatikan postur tubuh yg
benar untuk menghindari
kelelahan, keram & cedera.
- Kolaborasi ke ahli terapi
fisik untuk program latihan.

3. Defisit perawatan diri berhubungan dengan :Kerusakan neurovaskuler

No Diagnosa Keperawatan Tujuan Keperawatan Rencana Tindakan


(NANDA) ( NOC ) (NIC )
Defisit perawatan diri Setelah dilakukan asuhan Bantuan Perawatan Diri:
berhubungan keperawatan selama... x24 Mandi, higiene mulut,
dengan :Kerusakan jm penil/vulva, rambut, kulit
neurovaskuler Klien mampu : Kaji kebersihan kulit, kuku,
Melakukan ADL mandiri : rambut, gigi, mulut,
mandi, hygiene mulut perineal, anus
,kuku, penis/vulva, Bantu klien untuk mandi,
rambut, berpakaian, tawarkan pemakaian lotion,
toileting, makan-minum, perawatan kuku, rambut,
ambulasi gigi dan mulut, perineal dan
Mandi sendiri atau dengan anus, sesuai kondisi
bantuan tanpa kecemasan Anjurkan klien dan keluarga
Terbebas dari bau badan untuk melakukan oral
dan mempertahankan kulit hygiene sesudah makan dan
utuh bila perlu
Mempertahankan Kolaborasi dgn Tim Medis /
kebersihan area perineal dokter gigi bila ada lesi,
dan anus iritasi, kekeringan mukosa
Berpakaian dan mulut, dan gangguan
melepaskan pakaian integritas kulit.
sendiri Bantuan perawatan diri :
Melakukan keramas, berpakaian
bersisir, bercukur, Kaji dan dukung
membersihkan kuku, kemampuan klien untuk
berdandan berpakaian sendiri
Makan dan minum sendiri, Ganti pakaian klien setelah
meminta bantuan bila personal hygiene, dan
perlu pakaikan pada ektremitas
Mengosongkan kandung yang sakit/ terbatas terlebih
kemih dan bowel dahulu, Gunakan pakaian
yang longgar
Berikan terapi untuk
mengurangi nyeri sebelum
melakukan aktivitas
berpakaian sesuai indikasi
Bantuan perawatan diri :
Makan-minum
Kaji kemampuan klien
untuk makan : mengunyah
dan menelan makanan
Fasilitasi alat bantu yg
mudah digunakan klien
Dampingi dan dorong
keluarga untuk membantu
klien saat makan
Bantuan Perawatan Diri:
Toileting
Kaji kemampuan toileting:
defisit sensorik
(inkontinensia),kognitif(men
ahan untuk toileting), fisik
(kelemahan fungsi/
aktivitas)
Ciptakan lingkungan yang
aman(tersedia pegangan
dinding/ bel), nyaman dan
jaga privasi selama toileting
Sediakan alat bantu (pispot,
urinal) di tempat yang
mudah dijangkau
Ajarkan pada klien dan
keluarga untuk melakukan
toileting secara teratur

DAFTAR PUSTAKA
Asmadi. 2008. Konsep dan aplikasi kebutuhan dasar klien. Jakarta : Salemba Medika.

Perry & Potter. 2006. Buku ajar fundal mental keperawatan konsep, proses dan praktik.
Edisi 4. Jakarta : EGC.

Tarwoto & Wartonah, 2003. Kebutuhan dasar manusia & proses keperawatan. Jakarta :
Salemba Medika.

Wilkinson, Judith M. 2007. Buku saku diagnosa keperawatan dengan intervensi NIC dan
kriteria hasil NOC. Jakarta : EGC.

Anda mungkin juga menyukai