Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

Asuhan Keperawatan Anak dengan (Kelainan Kongenital Pada Sistem


Urinaria “Wilem’s Tumor”)

Disusun Oleh :

Kelompok 3

Irvan Tuhuteru P1813012

Lipeon Aruman P1813015

Hilda Shela Istia P1712018

Ivonila K Belseran P1813013

Iin Syane Tuhumury P1813010

Asmi Arsi Hesemahu P1813003

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN GRAHA EDUKASI

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

MAKASSAR

2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat TUHAN yang maha esa atas
rahmat-NYA sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada
waktunya dengan judul “KELAINAN KONGIETAL PADA SISTEM
URINARI : WILM’S TUMOR”. Penulisan makalah ini merupakan salah satu
syarat untuk melengkapi tugas Mata Kuliah.

Pada kesempatan ini kami menyampaikan terima kasih kepada Dosen


dan Keluarga tercinta yang telah memberikan dorongan dan bantuan serta
pengertian yang besar kepada kami, baik selama mengikuti perkuliahan
maupun dalam menyelesaikan makalah ini.

Kami menyadari dalam penulisan makalah ini masih banyak kekurangan-


kekurangan baik pada teknis penulisan maupun materi, mengingat akan
kemampuan yang kami miliki. Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak
saya harapkan demi penyempurnaan pembuatan makalah ini. Semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi semua.

Piru, 19 Desember 2020


DAFTAR ISI

PENDAHULUAN

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN.................................................................................1

1.1 RUMUSAN MASALAH............................................................................2

1.2 TUJUAN...................................................................................................3

1.3 MANFAAT................................................................................................4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA.......................................................................5

A. PENGERTIAN...........................................................................................6

B. ETIOLOGI.................................................................................................7

C. MANIFESTASI KLINIS.............................................................................8

D. PATOFISIOLOGI......................................................................................9

E. PATHWAY................................................................................................10

F. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK................................................................11

G. PENATALAKSANAAN............................................................................12

H. ASKEP SECARA TEORI.........................................................................13

BAB III KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN.........................................................................................14

B. SARAN....................................................................................................15

BAB IV PENUTUP
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sistem perkemihan merupakan sistem pengeluaran zat-zat
metabolisme tubuh yang tidak berguna lagi bagi tubuh yang harus
dikeluarkan (dieliminasi) dari dalam tubuh karena dapat menjadi racun.
proses eliminasi ini dapat dibagi menjadi eliminasi unrine (buang air kecil)
dan eliminasi alvi (buang air besar).
Gangguan saluran kemih adalah gangguan dari kandung kemih atau
uretra. Ginjal, Uretra, kandung kemih adalah organ-organ yang menyusun
saluran kemih. Fungsi utama dari saluran ini adalah untuk membuang air
dan sisa metabolisme dan mengeluarkannnya sebagai urin. 
Proses ini berlangsung terus. Hanya pada kasus luka, infeksi atau
penyakit pada organ dari saluran kemih, fungsinya menjadi terganggu dan
karenanya menganggu biokimia dari aliran bawah. Ginjal adalah organ
vital penyangga kehidupan.
Kanker merupakan salah satu jenis penyakit yang menyebabkan
kematian. Kanker tidak hanya menyerang orang dewasa, tetapi juga
menyerang anak-anak. Menurut Union for International Cancer Control
(UICC) (2012) jumlah penderita kanker anak setiap tahunnya sekitar
176.000 dan sebagian besar berasal dari negara dengan penghasilan
rendah dan menengah.
Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013
yang dikeluarkan Kementerian Kesehatan jumlah kasus kanker di
Indonesia berjumlah 1,4% per mil, jumlah kanker tertinggi di Provinsi DI
Yogyakarta sekitar 4,1% kasus, diikuti Jawa Tengah 2,1% kasus, Bali 2%,
Bengkulu dan DKI Jakarta masing-masingnya 1,9% per mil (Departemen
Kesehatan, 2015).
Kasus kanker pada anak usia dibawah satu tahun berjumlah 0,3 kasus
per 1000 penduduk, usia satu sampai empat tahun sejumlah 0,1 kasus
per 1000 penduduk, usia lima sampai empat belas tahun berjumlah 0,1
kasus per 1000 penduduk, dan usia lima belas tahun sampai usia delapan
belas tahun berjumlah 0,3 kasus per 1000 penduduk (Departemen
Kesehatan, 2015)
Secara umum kanker yang menyerang anak-anak meliputi kanker
darah (leukemia), kanker retina mata (retinoblastoma), kanker otak,
kanker kelenjar getah bening (limfoma), kanker saraf (neuroblastoma),
kanker ginjal (tumor 2 Wilms), kanker otot lurik (rabdomiosarkoma), dan
kanker tulang (osteosarkoma) (Yogasmara dkk, 2010) .
Wilms’ tumor atau nefroblastoma, keganasan ginjal tersering, memiliki
insidensi mencapai 6% dari seluruh kasus keganasan. Saat ini, overall
survival kasus Wilms’ tumor mencapai 90%, di mana paradigma terapi
mulai bergeser dari semula meningkatkan angka kesembuhan saja
menjadi meningkatkan angka kesembuhan dengan efek samping yang
seminimal mungkin. Sehingga diharapkan kualitas hidup pasien
meningkat pada survivor Wilms’ tumor. Terdapat dua grup besar yang
melakukan studi untuk meningkatkan optimalisasi manajemen dari Wilms’
tumor yaitu Children’s Oncology Group (COG) dan International Society of
Pediatric Oncology (SIOP).
COG merekomendasikan pembedahan terlebih dahulu kecuali pada
kasus tertentu seperti synchronous bilateral disease, sedangkan SIOP
menyarankan pem-berian kemoterapi pra operasi terlebih dahulu kecuali
pada anak < 6 bulan. Keluaran klinis pada kedua studi sama baiknya.
2.1 Rumusan Masalah
Bagaimana perjalanan penyakit kongenital pada system urinaria “Wilem’s
Tumor”?

3.1 Tujuan
1. Untuk mengetahui kelainan kongenital pada system urinaria “Wilm’s
Tumor”
2. Untuk mengetahui perjalanan penyakit pada kelainan kongenital pada
system urinaria “Wilm’s Tumor”
4.1 Manfaat
1. Makalah ini diharapkan dapat menjadi sumber informasi bersama
kedepannya.
2. Diharapkan setelah membaca makalah ini setiap mahasiswa bisa
memahami isi dari makalah ini.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian
Kelainan kongenital sistem urogenital merupakan kelainan yang
sudah ada sejak lahir pada sistem urinarius dan sistem genitalia. Kelainan
tersebut dapat disebabkan oleh faktor genetik maupun non genetik.
Hampir semua bayi prematur dan bayi lahir cukup bulan (aterm)
mengeluarkan tinja dan air kencing dalam waktu 24 jam pertama sesudah
lahir. Jika bayi tidak mengeluarkan tinja atau kencing pada akhir hari
pertama kehidupannya, perlu dilakukan penyelidikan terhadap adanya
abnormalitas anatomis penyebabnya.
Nama Willms pada tumor ini berasal dari Max Willms, seorang dokter
berkebangsaan Jerman yang merupakan penemunya. Tumor ini pertama
kali ditemukan pada tahun 1899.
Tumor Wilms atau nefroblastoma adalah jenis tumor ginjal yang
menyerang anak-anak usia 3-4 tahun, terutama laki-laki. Tumor ini
umumnya hanya menyerang satu ginjal saja, namun tidak menutup
kemungkinan tumor dapat menyerang kedua ginjal dalam tubuh sang
anak. Tumor Wilms merupakan salah satu jenis tumor yang jarang terjadi.
Meskipun demikian, tumor ini merupakan tumor ginjal yang paling sering
dialami oleh anak-anak dibandingkan jenis tumor lainnya

B. Etiologi
 Secara pasti belum diketahui
 Predisposisi genetic
 Dapat dikaitkan dengan konginetal anomali yang sering adalah spradik
aniridia, genitourinary anomaly, hemyhypertrophy, microcephaly dan
cryptorchidism.
C. Manifestasi Klinis
 Ada masa pada abdominal
 Haematuri
 Hipertensi
 Nyeri abdomen
 Anemia
 Demam
 Metastase ke paru, nafas pendek, dyspnea, batuk nyeri dada
 Pucat
 Lethargi
 Anorexia

D. Patofisiologi
Wilms tumor terjadi pada parenchyema renal, tumor tersebut tumbuh
dengan cepat pada lokasi unilateral atau bilateral. Pertumbuhan tumor
tersebut akan meluas atau menyimpang luar renal. Mempunyai gambaran
khas, berupa glomelurus dan tubulus yang primitive atau abortif, dengan
ruangan bowman yang tidak nyata, dan tubulus abotif di kelilingi stroma sel
kumparan. Pertama-tama jaringan ginjal hanya mengalami distorasi, tetapi
kemudian di invasi oleh tumor.
 Tumor ini pada sayatan memperlihatkan warna yang putih atau ke abua-
abuan homogeny, lunak dan encepaloid (mempunyai jaringan otak).
 Tumor tersebut akan menyebar atau meluas hingga ke abdomen dan di
katakan sebagai suatu massa abdomen. Akan teraba pada abdominal
saat dilakukan palpasi.
 Munculnya tumor wilms sejak dalam perkembangan embrio dan akan
tumbuh dengan cepat setelah lahir.
 Pertumbuhan tumor akan mengenai ginjal atau pembuluh vena renal
dan menyebar ke organ lain. Tumor yang biasanya baik terbatas dan
sering terjadi nekrosis, cystic dan perdarahan.
E. Pathway
F. Pemeriksaan Diagnostik
 USG perut
Merupakan pemeriksaan non invasif yang dapat membedakan
tumor solid dengan tumor yang mengandung cairan. Dengan
pemeriksaan USG, tumor Wilms nampak sebagai tumor padat di daerah
ginjal. USG juga dapat digunakan sebagai pemandu pada biopsi. Pada
potongan sagital USG bagian ginjal yang terdapat tumor akan tampak
mengalami pembesaran, lebih predominan digambarkan sebagai massa
hiperechoic dan menampakkan area yang echotekstur heterogenus.
 CT scan
Memberi beberapa keuntungan dalam mengevaluasi tumor Wilms.
Ini meliputi konfirmasi mengenai asal tumor intrarenal yang biasanya
menyingkirkan neuroblastoma; deteksi massa multipel; penentuan
perluasan tumor, termasuk keterlibatan pembuluh darah besar dan
evaluasi dari ginjal yang lain. CT scan memperlihatkan massa
heterogenus di ginjal kiri danmetastasis hepar multiple. CT scan dengan
level yang lebih tinggi lagi menunjukkan metastasishepar multipel
dengan thrombus tumor di dalam vena porta.
 Rontgen dada (untuk melihat adanya penyebaran tumor ke dada)
Merupakan pemeriksaan untuk mengevaluasi ada tidaknya
metastasis ke paru-paru. Arteriografi khusus hanya diindikasikan untuk
pasien dengan tumor Wilms bilateral atau termasuk horseshoe kidney.
 Laboratorium
Hasil pemeriksaan laboratorium yang penting yangmenunjang untuk
tumor Wilms adalah kadar lactic dehydro genase (LDH) meninggi dan
Vinyl mandelic acid (VMA) dalam batas normal. Urinalisis juga dapat
menunjukkan bukti hematuria, LED meningkat, dan anemia dapat juga
terjadi, terlebih pada pasien dengan perdarahan subkapsuler. Pasien
dengan metastasis di hepar dapat menunjukkan abnormalitas pada
analisa serum.
 Biopsy
 Pielogram intravena
 Urinalisis (pemeriksaan air kemih, bisa menunjukan adanya darah atau
protein dalam air kemih)
 Magnetic Resonance Imaging (MRI)
MRI dapat menunjukkan informasi penting untuk menentukan
perluasan tumor di dalam vena cava inferior termasuk perluasan ke
daerah intarkardial. Pada MRI tumor Wilms akanmemperlihatkan
hipointensitas (low density intensity) dan hiperintensitas (high density
intensity).

G. Penatalaksanaan

Terapi pilihan adalah nefrektomi, kemoterapi dan radioterapi di


lakukan sesuai stadium. Pada tumor bilateral dengan gambaran
histopatologi ganas di lakukan nefrektomi bilateral, kemoterapi, dan
radioterapi, kemudian dialysis atau transplantasi ginjal.
Tindakan operasi merupakan tindakan terapi sekaligus penentuan
stadium tumor. Nefrektomi primer dikerjakan pada semua keadaan kecuali
pada tumor unilateral yang unrectestable, tumor bilateral dan tumor yang
sudah berekstensi ke vena cava inferior di atas vena hepatica. Tumor yang
unrectestable dinilai intra operatif, diberikan kemoterapi seperti pada
stadium III dan pengangkatan tumor dilakukan setelah 6 minggu. Pada
tumor bilateral, dilakukan biopsy untuk menentukan jenis tumor dan
diberikan kemoterapi biasanya dalam 8-10 minggu. Nefrektomi dilakukan
pada kasus tumor bilateral jika diberikan sisa parenkim ginjal setelah
reseksi tumor masih lebih dari 2/3. Hal penting dalam pembedahan
meliputi insisi transperitoneal, explorasi ginjal kontra lateral, dilakukan
nefrektomi radikal, hindari tumpahan tumor, dan biopsy kelenjar getah
bening yang di curigai.
Terapi lanjutan dengan kemoterapi atau radioterapi tergantung pada
hasil staging dan histology dari tumor. Nefrektomi parsial pada pasien
dengan tumor bilateral, solitary kidney, dan insufisiensi renal pada kasus
tumor wilms bilateral yang perlu dilakukan nefrektomi bilateral, transpalasi
dilakukan setelah satu tahun pemberiam kemoterapi.
ASUHAN KEPERAWATAN WILM’S TUMOR

Askep secara teori SDKI, SIKI, dan SLKI

Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia

Penulis menganalisa data dari hasil pengkajian sehingga penulis


mendapatkan masalah keperawatan dengan diagnose :

 Diagnosa Keperawatan
 Pre operasi
a) Nyeri akut berhubungan dengan efek fisiologis dari neoplasia.
b)  Perubahan Nutrisi : Kurang dari Kebutuhan berhubungan dengan
peningkatan kebutuhan metabolime, kehilangan protein dan
penurunan intake.
c) Kecemasan berhubungan dengan kurangnya pengetahuan orang tua
tentang penyakit dan prosedur pembedahan.
d) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kurangnya nutrisi tubuh.
 Pasca operasi
a) Nyeri berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan.
b) Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan adanya luka operasi.

Standar Intervensi keperawatan Indonesia


Dari ketiga diagnosa pre operasi, Nyeri akut berhubungan dengan efek
fisiologis dari neoplasia, perubahan Nutrisi Kurang dari Kebutuhan tubuh
berhubungan dengan peningkatan kebutuhan metabolime, kehilangan protein
dan penurunan intake.
Kecemasan berhubungan dengan kurangnya pengetahuan orang tua tentang
penyakit dan prosedur pembedahan, intoleransi aktivitas berhubungan
dengan kurangnya nutrisi tubuh. Penulis melakukan tindakan keperawatan
berupa Kaji tingkat nyeri Lakukan teknik  pengurangan nyeri nonfarmakologis
Berikanan analgesik sesuai ketentuan Berikan obat dengan jadwal preventif
Hindari aspirin atau senyawanya .       
Catat intake dan output makanan secara akurat Kaji adanya tanda-tanda
perubahan nutrisi : Anoreksi, Letargi, hipoproteinemia. Beri diet yang bergizi
Beri makanan dalam porsi keciltapi sering beri suplemen vitamin dan besi
sesuai instruksi Kaji tingkat kecemasan klien Gunakan media untuk
menjelaskan mengenai penyakit Jelaskan tentang pengobatan yang
diberikan dan prosedur tindakan Dorong orang tua untuk mengungkapkan
perasaan dan dengarkan dengan penuh perhatian.
Macam-macam kelainan kongenital pada sistem urogenital dapat dijelaskan
sebagai berikut:

a. Agenesis ginjal unilateral


Agenesis ginjal unilateral terjadi karena kegagalan tunas ureter
membentuk ginjal atau blastema metanefrik pada satu sisi. Insidennya 1
dari 500 kelahiran hidup. 18 Agenesis ini lebih sering terjadi dan
kompatibel dengan kehidupan yang panjang. Ginjal soliter menjadi
hipertrofik dan hipertrofi glomerulus serta hiperfusi mungkin bertanggung
jawab atas perkembangan sklerosis glomerulus, proteinuria dan gagal
ginjal kronis di kemudian hari. Agenesis unilateral dilaporkan merupakan
predisposisi untuk nefrolitiasis dan infeksi, yang berkaitan dengan
frekuensi ektopia serta obstruksi ginjal soliter yang tinggi.
b. Agenesis ginjal bilateral
Agenesis bilateral, keadaan dimana sama sekali tidak didapatkan
adanya jaringan ginjal dan dapat berakibat buruk di kehidupan
ekstrauterin. Kondisi ini terjadi pada sekitar satu dalam 4000 kelahiran,
dengan 2:1 dominasi laki-laki. Kelainan ini disertai dengan
oligohidramnion, amnion nodosum, deformitas posisi tungkai dan wajah
aneh dengan lipatan, hidung menyerupai paruh, serta deformitas dan
telinga letak rendah. Kumpulan kelainan ini dikenal sebagai rangkaian
Potter, yang diduga terjadi akibat oligohidramnion. Bayi yang terkena
biasanya terlahir prematur dan sering juga kecil untuk usia kehamilan.
Masalah klinik utama pada bayi baru lahir adalah distress pernapasan
akibat hipoplasia paru. Upaya resusitasi biasanya mengakibatkan
emfisema interstitial paru dan pneumotoraks.
c. Hipoplasia ginjal
Hipoplasia ginjal adalah istilah yang digunakan untuk ginjal berukuran
kecil yang terjadi akibat defisiensi perkembangan jumlah atau ukuran
nefron. Ginjal kecil dangan parenkim normal (ginjal “kerdil”) sering
unilateral dan sering kali ditemukan bersama kelainan kongenital lain.
1) Hipoplasia ginjal unilateral
Walaupun biasanya tidak bergejala selama masa bayi, kelainan
unilateral dikatakan akan mempredisposisi pielonefritis kronis dan
hipertensi. Namun literatur telah gagal membedakan secara jelas ginjal
yang mengalami defisiensi akibat perkembangan dari ginjal yang
mengalami defisiensi sekunder akibat parut atau atrofi. Tipe ginjal kecil
yang paling lazim pada masa anak mungkin terjadi akibat atrofi
segmental dan kehilangan parenkim berat pada nefropati refluks suatu
kondisi yang disebut sebagai ginjal AskUpmark, yang biasanya meliputi
pielonefritis kronis dan berkaitan dengan hipertensi.
2) Hipoplasia ginjal bilateral
Suatu kelainan yang tidak lazim, biasanya ditandai dengan
kehilangan sejumlah nefron yang secara individual mengalami hipertrofi.
Ginjal berukuran sangat kecil dan dapat memiliki jumlah lobus yang
kurang. Nefron dapat berjumlah hanya seperlima normal dan sangat
membesar, menimbulkan sebutan yang tidak lazim tetapi diterima umum
yaitu oligomeganefronia atau hipoplasia oligonefron.
Manifestasi klinis hipoplasia oligonefron adalah gangguan
kemampuan memekatkan urin, dengan poliuria, polidipsia dan serangan
dehidrasi. Proteinuria biasanya sedang. Retardasi pertumbuhan
merupakan kondisi yang menonjol dan sering anemia. Hipoplasia
oligonefron telah dilaporkan merupakan penyebab gagal ginjal masa
anak paling lazim ke-4, bertanggung jawab atas 10-15% total kasus.
Terkadang, hipoplasia oligonefron disertai kelainan kongenital lain.
d. Hidronefrosis
Hidronefrosis biasanya mungkin terdapat pada janin dengan
obstruksi aliran keluar, terdiri dari hidronefrosis unilateral dan bilateral.
Hidronefrosis 19 unilateral atau bilateral dapat berupa parenkim ginjal yang
dapat normal atau mengalami kelainan atau displastik, dilatasi ureter
dan/atau kandung kemih, serta berkurangnya atau tidak adanya volume
cairan amnion. Hidronefrosis unilateral biasanya berupa dilatasi sistem
pengumpul proksimal. Hidronefrosis ini merupakan kelainan paling umum
yang didiagnosis antenatal dan merupakan 50% dari semua kelainan
kongenital sistem urogenital yang terdeteksi sebelum kelahiran. Kelainan
ini terjadi pada 1 dari 500-700 bayi. Penyebab paling umum adalah
hidronefrosis fisiologik, namun dapat juga disebabkan oleh obstruksi pada
persambungan ureteropelvik atau vesikoureterik atau refluks urin.
Sebagian sembuh secara spontan namun tidak semuanya. Prognosis
bergantung pada derajat kerusakan ginjal yang disebabkan oleh distensi
berlebihan. Jika diameter anteroposterior tidak melebihi 15 mm baik ketika
antenatal maupun postnatal, maka intervensi jarang diperlukan.
Hidronefrosis bilateral kurang umum dibandingkan hidronefrosis unilateral
namun lebih besar kemungkinannya bersifat serius. Dapat disebabkan
obstruksi leher kandung kemih atau katup uretra posterior.
e. Hipospadia
Hipospadia adalah kelainan kongenital yang meatusnya mempunyai
posisi abnormal di sebelah proksimal ujung glans. Meatus dapat terletak di
setiap titik sepanjang uretra dan digolongkan sebagai koronal, subkoronal,
penis, penoskrotal atau perineal. Kulit depan dorsal tebal/banyak dan
terdapat sedikit kulit depan ventral, yang menyebabkan apa yang dikenal
sebagai kerudung prepusial dorsal. 20 Korde ventral sering terjadi.
Insidens hipospadia adalah sekitar 8 dari 1000 kelahiran anak laki-laki.
Hipospadia disebabkan oleh kurangnya fusi lipatan uretra selama
perkembangn embriologi. Risiko rekurensi adalah 12%, tetapi meningkat
sampai 27% jika ayahnya juga terkena. Perbaikan operatif dilakukan pada
sekitar umur 1 tahun. Orang tua harus diberitahu bahwa sirkumsisi
merupakan kontraindikasi karena kulit depan akan digunakan selama
bedah rekonstruksi.
f. Hidrokel
Hidrokel adalah akumulasi cairan di dalam tunika vaginalis dan tunika
albuginea yang membungkus testis.18 Apabila jumlah cairan berubah
sesuai dengan waktu, akan ada hubungan dengan rongga peritoneum.
Hidrokel kecil dapat menghilang pada umur 1 tahun, tetapi hidrokel yang
lebih besar seringkali menetap dan memerlukan pengobatan bedah.
Hidrokel yang mempunyai hubungan harus diobati seperti hernia inguinalis
indirek. 21 Perjalanan testis dari posisi intraabdomen ke dalam skrotum
terjadi melalui prosesus vaginalis, yang normalnya kemudian menutup
pada saat lahir atau masa bayi awal. Prosesus yang tetap terbuka akan
menghasilkan hernia inginalis indirek atau hidrokel. Benjolan ingunal dan
massa skrotum pada anak biasanya terjadi sekunder akibat hernia atau
hidrokel. Tetap terbukanya prosesus vaginalis memungkinkan cairan
peritoneum, omentum atau visera masuk ke dalam kanalis inguinalis atau
skrotum. Inkarserasi usus di dalam sakus hernia dan cedera iskemi
terhadap testis potensial bisa mempersulit hernia inguinalis. Defek yang
lebih kecil hanya memungkinkan lewatnya cairan, menghasilkan hidrokel.
21 Secara klinis, hidrokel akan bertransluminasi, sedangkan sebagian
besar hernia tidak. Hidrokel bisa bersifat komunikans atau non-
komunikans. Hidrokel nonkomunikans biasanya muncul saat lahir dan
cenderung akan sembuh dalam tahap pertama kehidupan. Hidrokel
komunikans memperlihatkan fluktuasi khas dalam ukuran: mengecil saat
pasien berbaring (malam hari atau ketika pasien tidur) dan membesar
ketika beraktivitas. Hidrokel yang bertahan setelah usia 1 tahun harus
diperbaiki secara bedah.
BAB III

KESIMPULAN DAN SARAN

1. Kesimpulan

Kelainan kongenital sistem urogenital merupakan kelainan yang sudah


ada sejak lahir pada sistem urinarius dan sistem genitalia. Kelainan
tersebut dapat disebabkan oleh faktor genetik maupun non genetic.

Tumor Wilms atau nefroblastoma adalah jenis tumor ginjal yang


menyerang anak-anak usia 3-4 tahun, terutama laki-laki. Tumor ini
umumnya hanya menyerang satu ginjal saja, namun tidak menutup
kemungkinan tumor dapat menyerang kedua ginjal dalam tubuh sang
anak.

2. Saran

Sebagai mahasiswa keperawatan diharapkan dapat memahami dan


mengetahui penyebab, bahaya serta cara pencegahan yang
ditimbulkan dari kelainan system kongenital pada system urinaria “Wilms
Tumor” sehingga dalam melakukan tindakan keperawatan di masa
mendatang dapat memberikan asuhan keperawatan sesuai dengan
standar asuhan keperawatan yang sudah ditetapkan.
DAFTAR PUSTAKA

Departemen Kesehatan RI. Profil Kesehatan Indonesia 2015. Jakarta

Kemenkes RI. 2013. Riset Kesehatan Dasar RISKESDAS. Jakarta: Balitbang


Kemenkes RI.

Yogasmara, Erryga., & Lestari, Puji. (2010). Buku Pintar Keluarga Sehat :
Panduan Praktis Hidup Sehat Bagi Seluruh Anggota Keluarga. Jakarta :
Gramedia Pustaka Utama

Anda mungkin juga menyukai