Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN PENDAHULUAN

TUMOR COLLI

A. Defenisi

Dalam pengertian umum tumor adalah benjolan atau pembengkakan dalam

tubuh. Dalam pengertian khusus tumor adalah benjolan yang disebabkan oleh

neoplasma.

Tumor atau Neoplasma adalah massa abnormal dari sel-sel yang mengalami

proliferasi. Sel-sel neoplasma berasal dari sel-sel yang sebelumnya adalah sel-sel

normal, namun selama mengalami perubahan neoplastik mereka memperoleh derajat

otonomi tertentu yaitu sel neoplastik tumbuh dengan kecepatan yang tidak

terkoordinasi dengan kebutuhan hospes dan fungsi yang sangat tergantung pada

pengawasan homeostatis sebagian besar sel tubuh lainnya.

Tumor colli adalah setiap massa baik congenital maupun didapat timbul di

segitiga anterior atau posterior leher diantara klavikula pada bagian inferior dan

mandibulae serta dasar tengkorak pada bagian superior. Pada 50% kasus benjolan

pada leher berasal dari tiroid 40% benjolan pada leher disebabkan oleh keganasan,

10% berasal dari peradangan atau kelainan congenital.

Secara umum tumor colli dapat dibedakan menjadi tiga kategori yaitu:

1. Kelainan kongenital : kista dan fistel leher lateral dan median, seperti hygroma

colli cysticum, kista dermoid

2. Inflamasi atau peradangan : limfadenitis sekunder karena inflamasi banal (acne

faciei, kelainan gigi dan tonsilitis) atau proses infamasi yang lebih spesifik

(tuberculosis, tuberculosis atipik, penyakit garukan kuku, actinomikosis,

toksoplasmosis). Disamping itu di leher dijumpai perbesaran kelenjar limfe pada

penyakit infeksi umum seperti rubella dan mononukleosis infeksiosa.


3. Neoplasma : Lipoma, limfangioma, hemangioma dan paraganglioma caroticum

yang jarang terdapat (terutama carotid body; tumor glomus caroticum) yang

berasal dari paraganglion caroticum yang terletak di bifurcatio carotis,merupakan

tumor benigna. Selanjutnya tumor benigna dari kutub bawah glandula parotidea,

glandula submandibularis dan kelenjar tiroid. Tumor maligna dapat terjadi primer

di dalam kelenjar limfe (limfoma maligna), glandula parotidea, glandula

submandibularis, glandula tiroidea atau lebih jarang timbul dari pembuluh darah,

saraf, otot, jaringan ikat, lemak dan tulang. Tumor maligna sekunder di leher pada

umumnya adalah metastasis kelenjar limfe suatu tumor epitelial primer disuatu

tempat didaerah kepala dan leher. Jika metastasis kelenjar leher hanya terdapat

didaerah suprac1avikula kemungkinan lebuh besar bahwa tumor primemya

terdapat ditempat lain di dalam tubuh.

B. Anatomi fisiologi

Leher adalah bagian tubuh yang terletak diantara inferno mandibula


dan linea suchae superior (di atas), dan inesura jugularis dan tepi superior
clavicula (di bawah). Jaringan tubuh di bungkus 3 fasia, fasia colli
superfisalis membungkus m.sternokleidomastoideus dan berlanjut ke garis
tengah di leher untuk bertemu dengan fasia sisi lain. Fasia colli media
membungkus otot pretrakea dan bertemu pula dengan fisia superfisialis. Ke
dorsal fisia colli media membungkus carotis communis, v.jugularis interna
dan n.vagus menjadi satu. Fasia colli profunda membungkus
m.prevertebralis dan bertemu ke lateral dengan fasia colli lateral.
C. Etiologi

1. Karsinogen kimiawi

Karsinogen yang memerlukan perubahan metobolisme agar menjadi karsinogen

aktif , sehingga, misalnya Aflatoksin B1 pada kacang, vinylklorida pada industri

plastik, benzoapiran pada asap kendaraan bermotor, kemoterapi dalam kesehatan.

2. Karsinogen fisik

Berkaitan dengan ultraviolet kangker kulit, karena terkana sinar.radiasi UV yang

dapat menimbulkan dimmer yang merusak rangka fasfodiester DNA, misalnya

sinar ionisasi pada nuklir, sinar radioaktif, sinar ultraviolet

3. Hormon,

Hormon merupkan zat yang dihasilkan kelenjer tubuh yang berfungsi

mengatur organ-organ tubuh, pemberian hormone tertentu secara berlebihan dapat

menyebabkan peningkatan terjadinya beberapa kangker.

4. Gaya hidup,

Gaya hidup yang tidak sehat merupakan salah satu factor pendukukng

kangker, misalnya diet, merokok, alcohol

5. Genetik

Walaupun tumor tidak termasuk tumor genetic tetapi kerentangan terhadap

tumor pada kelompok masyarakat tertentu relatif menonjol dan agregasi familiar.

Analisis korelasi menunjukan gen HLA (human leukocyteantigen) mungkin

bertanggung jawab atas aktivasi metabolik yang terkait karsinogen

6. Kelainan kongenital

Kelainan congenital adalah kelainan yang dibawa sejak lahir, benjolannya

dapat berupa benjolan yang timbul sejak lahir atau timbul pada usia kanak-kanak

bahkan terkadang muncul setelah usia dewasa. Pada kelainan ini ,benjolan yang
paling sering terletak di leher samping bagian kiri atau kanan di sebelah atas , dan

juga di tengah-tengah di bawah dagu. Ukuran benjolan bisa kecil beberapa cm

tetapi bisa juga besar seperti bola tenis

7. Penurunan imunitas,

Pada saat system imun menurun menyebabkan terjadinya gangguan sistem

kekebalan tubuh yang menyebabkan terjadinya peningkatan kerentanan terhadap

infeksi, dan perlambatan proses penyembuhan penyakit.

8. Usia dan jenis kelamin

Terdapat resiko malignasi apabila didapat nodul tiroid pada usia >45 tahun, dan

untuk wanita mempunyai resiko tiga kali lebih besar dari pada pria. Etiologi yang

terkait dengan tumor colli diantaranya yaitu :

D. Patofisiologi

Kelainan congenital, genetic, gender/ jenis kelamin, usia, rangsangan fisik

berulang, hormone infeksi, gaya hidup, karsinogenik (bahan kimia, virus, radiasi)

dapat menimbulkan tumbuh dan berkembangnyasel tumor. Sel tumor dapat bersifat

benigna (Jinak) atau bersifat maligna (ganas). Sel tumor pada tumor jinak bersifat

tumbuh lambat, sehingga tumor jinak pada umumnya tidak cepat membesar. Sel

tumor mendesak jaringan sehat sekitarnya secara serempak sehingga terbentuk

serabut pembungkus yang memisahkan jaringan tumor dari jaringan sehat.

Sel tumor ialah sel tubuh yang mengalami transformasi dan tumbuh secara

autonom lepas dari kendali pertumbuhan sel normal sehingga sel ini berbeda dari sel

normal dalam bentuk dan strukturnya. Perbedaan sifat sel tumor tergantung dari

besarnya penyimpangan dalam bentuk dan fungsinya, autonominya dalam

pertumbuhan, kemampuan dalam berinfiltrasi dan menyebabkan metastase


Pada umumnya tumor mulai tumbuh dari satu sel di suatu tempat (unisentrik), tetapi

kadang tumor berasal dari beberapa sel dalam satu organ (multisentrik) atau dari

beberapa organ (multiokuler) pada waktu bersamaan (sinkron) atau berbeda

(metakron).

Selama pertumbuhan tumor masih terbatas pada organ tempat asalnya maka

tumor dikatakan mencapai tahap local, namum bila telah infiltrasi ke organ sekitarnya

dikatakan mencapai tahap invasive atau infiltratif .

Sel tumor bersifat tumbuh terus sehingga makin lama makin besar dan mendesak

jaringan sekitarnya. Pada neoplasma sel tumbuh sambil menyusup dan merembes ke

jaringan sekitarnya dan dapat meninggalkan sel induk masuk ke pembuluh darah atau

pembuluh limfe, sehingga terjadi penyebaran hematogen dan limfatogen.

Tumor colli merupakan neoplasma yang berasal dari kelenjar yang terletak di

depan leher yang secara normal memproduksi hormone tiroid yang penting untuk

metabolisme tubuh. Infiltrasi ca colli dapat ditemukan di trachea, laring, faring,

esophagus, pembuluh darah karotis, vena jugularis, struktur lain pada leher dan kulit.

Metastase limfogen dapat meliputi semua region leher sedangkan metastase

hematogen biasanya di paru, tulang, otak dan hati. Kanker ini berdiferensiasi

mempertahankan kemampuan untuk menimbun yodium pembesaran kelenjar getah

bening. Lokasi kelenjar getah bening yang bisa membesar dan bisa teraba pada

perabaan yakni di ketiak, lipat paha. Ada juga kelenjar getah bening yang terdapat di

dalam tubuh yang mana tidak dapat diraba yakni didalam rongga perut. Penyebab dari

pembesaran kelenjar getah bening adalah infeksi non spesifik, infeksi spesifik (TBC),

keganasan (lymphoma).
E. Klasifikasi
Neoplasma dapat bersifat ganas atau jinak . neoplasma ganas
atau kanker terjadi karena timbul dan berkembang biaknya sel-sel
secara tidak terkendali sehingga sel-sel tumbuh terus merusak bentuk
dan organ tempat tumbuh kanker. Neoplasma jinak tumbuh dengan
batas tegas dan tidak menyusup, tidak merusak tetapi membesar dan
menekan jaringan sekitarnya (ekspansif) dan umumnya tidak
bermestase. Kalsifikasi

F. Manifestasi Klinik

Secara umum, manifestasi klinis dari tumor colli adalah :

1. Terapat lesi pada organ yang biasanya tidak nyeri terfiksasi dan keras dengan

batas yang tidak teratur.

2. Terjadi retraksi pada organ, karena tumor membesar sehingga terjadi penerikan

pada organ-organ yang berada dekat dengan tumor tersebut.

3. Pembengkakan organ yang terkena, dikarenakan pertumbuhan tumor yang secara

progresif dan invasive sehinga dapat merusak atau mengalami

pembengkakan,organ-organ di sekitar tumor.

4. Terjadi eritema atau pembengkakan lokal, di karenakan terjadinya peradangan

pada tumor sehingga daerah sekitar tumor akan mengalami eritema

5. Pada penyakit yang sudah stadium lanjut dapat terjadi pecahnya benjolan-

benjolan pada kulit atau ulserasi.

Kecurigaan klinis adanya ca colli didasarkan pada observasi yang

dikonfirmasikan dengan pemeriksaan patologis dan dibagi dalam kecurigaan

tinggi, sedang dan rendah.

a. Kecurigaan tinggi diantaranya:

1. Riwayat neoplasma endokrin multipel dalam keluarga.


2. Pertumbuhan tumor cepat.

3. Nodul teraba keras.

4. Fiksasi daerah sekitar.

5. Paralisis pita suara.

6. Pembesaran kelenjar limpa regional.

7. Adanya metastasis jauh.

b. Kecurigaan sedang diantaranya:

1. Usia > 60 tahun.

2. Riwayat radiasi leher.

3. Jenis kelamin pria dengan nodul soliter.

4. Tidak jelas adanya fiksasi daerah sekitar.

5. Diameter lebih besar dari 4 cm dan kistik.

c. Kecurigaan rendah diantaranya:

1. Tanda atau gejala diluar/selain yang disebutkan diatas.

2. Penekanan organ sekitar

3. Gangguan dan rasa sakit waktu menelan

4. Sulit benafas, suara serak,

5. Limfadenopati leher serta dapat terjadi metastasi jauh, paling sering ke

paru-paru, tulang dan hati.


G. Komplikasi

1. Perdarahan, resiko ini minimum, namun hati- hati dalam mengamankan hemostatis

dan penggunaan drain setelah operasi.

2. Masalah terbukanya vena besar (vena tiroidea superior) dan menyebabkan

embolisme udara. Dengan tindakan anestesi mutakhir, ventilasi tekanan positif

yang intermitten, dan teknik bedah yang cermat, bahaya ini dapat di minimalkan.

3. Trauma pada nervus laringeus rekurens yang menimbulkan paralisis sebagian atau

total (jika bilateral) laring.

4. Sepsis yang meluas ke mediastinum.

5. Hipokalsemi, karena terangkatnya kelenjarparatiroid saat operasi.

H. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang untuk tumor colli, antara lain :

1. Laboratorium

Pemeriksaan laboratorium yang membedakan tumor jinak dan ganas tiroid

belum ada yang khusus, kecuali kanker meduler, yaitu pemeriksaan kalsitonon

dalam serum. Pemeriksaan T3 dan T4 kadang-kadang diperlukan karena pada ca

colli dapat terjadi tiroktositosis walaupun jarang. Human Tiroglobulin (HTG) Tera

dapat dipergunakan sebagai tumor marker dan kanker tiroid diferensiasi baik.

Walaupun pemeriksaan ini tidak khas untuk kanker tiroid, namun peninggian HTG

ini setelah tiroidektomi total merupakan indikator tumor residif atau tumbuh

kembali (barsano). Kadar kalsitonin dalam serum dapat ditentukan untuk diagnosis

karsinoma meduler.

2. Radiology
a. Foto polos leher ap dan lateral dengan metode soft tissue technique dengan

posisi leher hiperekstensi , bila tumornya besar. Untuk melihat ada tidaknya

kalsifikasi.

b. Dilakukan pemeriksaan foto thorax pa untuk menilai ada tidaknya metastase

dan pendesakkan trakea.

c. Esofagogram dilakukan bila secara klinis terdapat tanda-tanda adanya infiltrasi

ke esophagus.

d. Pembuatan foto tulang belakang bila dicurigai adanya tanda-tanda metastase

ke tulang belakang yang bersangkutan. CT scan atau MRI untuk mengevaluasi

staging dari karsinoma tersebut dan bisa untuk menilai sampai di mana

metastase terjadi.

3. Ultrasonografi

Untuk mendeteksi nodul yang kecil atau yang berada di posterior yang

secara klinis belum dapat dipalpasi dan mendeteksi nodul yang multiple dan

pembesaran. Di samping itu dapat dipakai untuk membedakan yang padat dan

kistik serta dapat dimanfaatkan untuk penuntun dalam tindakan.

4. Scanning tiroid

Dengan sifat jaringan tiroid maka pemeriksaan scanning ini dapat

memberikan beberapa gambaran aktivitas, bentuk dan besar kelenjar tiroid.

Kegunaan pemeriksaan ini, yaitu:

a. Memperlihatkan nodul soliter pada tiroid.

b. Memperlihatkan multiple nodul pada struma yang klinis kelihatan seperti

nodul soliter.

c. Memperlihatkan retrosternal struma


d. Mencari occul neoplasma pada tiroid.

e. Mengindentifikasi fungsi dari jaringan tiroid setelah operasi tiroid.

f. Mengindentifikasi ektopik tiroid.

g. Mencari daerah metastase setelah total tiroidektmi.

h. Needle biopsy; dapat dilakukan dengan cara needle core biopsy atau fnab

(biopsy jarum halus).

5. Pemeriksaan potong beku

Dengan cara ini diharapkan dapat membedakan jinak atau ganas waktu

operasi berlangsung, dan sekaligus untuk menentukan tindakan operasi

definitive.

6. Pemeriksaan histopatologi dengan parafin coupe

Pemeriksaan ini merupakan pemeriksaan definitif atau gold standar.

7. Biopsi Aspirasi

Pada dekade ini biopsy aspirasi jarum halus banyak dipergunakan

sebagai prosedur diagnostik pendahuluan dari berbagai tumor terutama pada

tumor tiroid. Teknik dan peralatan sangat sederhana , biaya murah dan akurasi

diagnostiknya tinggi. Dengan mempergunakan jarum tabung 10 ml, dan jarum

no.22 – 23 serta alat pemegang, sediaan aspirator tumor diambil untuk

pemeriksaan sitologi. Berdasarkan arsitektur sitologi dapat diidentifikasi

karsinoma papiler, karsinoma folikuler, karsinoma anaplastik dan karsinoma

meduler.
I. Penatalaksanaan

1. Pembedahan (colli otomi, tiroidektomi)

a. Harus melaksakan pemerikasaan klinis untuk menentukan nodul benigna atau

maligna

b. Eksisi tidak hanya terbatas pada bagian utama tumor, tapi eksisi juga harus di

lakukan terhadap jaringan normal sekitar jaringan tumor. Cara ini memberikan

hasil operasi yang lebih baik.

c. Metastase ke kelanjar geteh bening umumnya terjadi pada setiap tumor

sehingga pengangkatan, kelenjar di anjurkan pada tindakan bedah.

d. Satu hal mutlak di lakukan sebelum bedah adalah menentukan stadium tumor

dan melihat pola pertumbuhan (growth pattern) tumor tersebut.

e. Tirodektomi adalah sebuah operasi yang dilakukan pada kelenjer

f. Colliotomi adalah operasi yang dilakukan pada leher yang terkena tumor

2. Obat-obatan

a. Immunoterapy : interleukin 1 dan alpha interferon

b. Kemoterapi : kemampuan dalam mengobati beberapa jenis tumor

c. Radioterapy : membenul sel kanker dan sel jaringan normal, dengan tujuan,

meninggikan kemampuan untuk membunuh sel tumor dengan kerusakan

serendah mungkin pada sel normal.


J. PATHWAYS

Hormone, genetic, gaya hidup, virus, heredite, dll

Tumor colli

Benjolan/pembengkakan

Perubahan jaringan sekitar Bengkak di leher kerusakan kulit

Gangguan fungsi muskuloskeletal Nyeri menelan invasive kuman Kerusakan


integritas kulit

Penurunan fungsi ekstremitas nafsu makan menurun terputusnya kontiniuitas


jaringan pembuluh darah dan
terputusnya syaraf perifer
Hambatan mobilitas fisik

Intake menurun, peningkatan asam lambung Risiko Infeksi

Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh Respon Hipotalamus

Rasa Nyeri

Sering terbangun, kurang tidur Nyeri Akut

Gangguan Pola Tidur


KOSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian

1. Identitas diri klien

a. Pasien (diisi lengkap) : Nama, Tempat/Tgl. Lahir, Umur, Jenis Kelamin,

Alamat, Status Perkawinan, Agama, Suku Bangsa, Pendidikan, Pekerjaan, Lama

bekerja, Tgl Masuk RS.

b. Penanggung Jawab (diisi lengkap) : Sumber informasi, Keluarga terdekat yang

dapat dihubungi, Pendidikan, Pekerjaan, Alamat.

2. Riwayat Kesehatan

a. Keluhan utama, biasanya ditemukan jantung berdebar-debar, kelemahan, sesak

napas, ataupun penurunan kesadaran.

b. Riwayat penyakit sekarang, yaitu tanda dan gejala yang menyertai keluhan

utama.

c. Riwayat penyakit dahulu, yaitu apakah klien pernah menderita penyakit yang

sama sebelumnya atau yang menjadi factor resiko seperti pernah terpapar

radiasi ataupun gaya hidup,

d. Riwayat penyakit keluarga, yaitu apakah ada anggota keluarga yang menderita

penyakit yang sama sebelummnya.

3. Pengkajian perkebutuhan dasar manusia

a. Aktivitas/ Istirahat

Gejala : Ketidakmampuan untuk melakukan aktivitas

Tanda : Keletihan, kelemahan umum


b. Sirkulasi

Gejala : Terdapat masalah tekanan darah

Tanda : pusing, gemetar

c. Integritas ego

Gejala : Perasaan cemas, takut, factor-faktor stress,misalnya: masalah

financial, gaya hidup

d. Eliminasi

Gejala : Perubahan eliminasi fekal

e. Makanan/ cairan

Gejala : penurunan berat badan, masalah dengan menelan, mengunyah.

Tanda : bibir kering, pecah,

g. Nyeri/ ketidaknyamanan

Gejala : Ada nyeri dengan derajat bervariasi, misalnya ketidaknyaman ringan

sampai berat,

Tanda : lokasi, intensitas, frekuensi, factor pencetus

h. Keamanan

Gejala : alergi atau sensitive (obat, makanan)

Tanda : munculnya proses infeksi, demam

i. Penyuluhan/ pembelajaran

Gejala : keterbatasan kognitf, tingkat pendidikan, factor resiko keluraga

j. Neurosensori

Keluhan pening hilang timbul, sakit kepala,pingsan. Temuan fisik : status

mental disorientasi,confusion,kehilangan memori, perubahan pola bicara.

k. Respirasi
Kaji terhadap fibrosis paru yang ditandai : Dispnoe, kering, batuk non

produktif – terutama bleomisin

B. Diagnosa Keperawatan

1. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan benjolan pada kulit

2. Nyeri akut berhubungan dengan terputusnya kontiunitas jaringan

3. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan intoleran aktivitas

4. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan penurunan nafsu makan

5. Gangguan pola tidur berhubungan dengan imobilisasi

6. Resiko infeksi

C. Intervensi

DIAGNOSA NOC NIC


1. Kerusakan integrits kulit NOC NIC
berhubungan dengan
         Tissue Integrity : Skin and Pressure Management
cedera kulit Mucous Membranes  Anjurkan pasien
         Hemodyalis akses untuk menggunakan
pakaian yang longgar
Kriteria Hasil :  Hindari kerutan pada
 Integritas kulit yang tempat tidur
baik bisa dipertahankan  Jaga kebersihan kulit
(sensasi, elastisitas, agar tetap bersih dan
temperatur, hidrasi, kering
pigmentasi)  Mobilisasi pasien
 Tidak ada luka/lesi (ubah posisi pasien)
pada kulit setiap dua jam sekali
 Perfusi jaringan baik  Monitor kulit akan
 Menunjukkan adanya kemerahan
pemahaman dalam  Oleskan lotion atau
proses perbaikan kulit minyak/baby oil pada
dan mencegah daerah yang tertekan
terjadinya cedera  Monitor aktivitas dan
berulang mobilisasi pasien
 Mampu melindungi  Monitor status nutrisi
kulit dan pasien
mempertahankan  Memandikan pasien
kelembaban kulit dan dengan sabun dan air
perawatan alami hangat
Insision site care
 Membersihkan,
memantau dan
meningkatkan proses
penyembuhan pada
luka yang ditutup
dengan jahitan, klip
atau straples
 Monitor proses
kesembuhan area
insisi
 Monitor tanda dan
gejala infeksi pada
area insisi
 Bersihkan area
sekitar jahitan atau
staples,
menggunakan lidi
kapas steril
 Gunakan preparat
antiseptic, sesuai
program
 Ganti balutan pada
interval waktu yang
sesuai atau biarkan
luka tetap terbuka
(tidak dibalut) sesuai
program

Nyeri Akut NOC : NIC :


berhubungan dengan - Pain Level, - Lakukan pengkajian
kompresi saraf local - Pain control, nyeri secara
- Comfort Level komprehensif
Setelah dilakukan tinfakan termasuk lokasi,
keperawatan Pasien tidak karakteristik, durasi,
mengalami nyeri, dengan frekuensi, kualitas
kriteria hasil: dan faktor presipitasi
- Mampu mengontrol - Observasi reaksi
nyeri (tahu penyebab nonverbal dari
nyeri, mampu ketidaknyamanan
menggunakan tehnik - Kontrol lingkungan
nonfarmakologi untuk yang dapat
mengurangi nyeri, mempengaruhi nyeri
mencari bantuan) - Kaji tipe dan sumber
- Melaporkan bahwa nyeri untuk
nyeri berkurang dengan menentukan
menggunakan intervensi
manajemen nyeri - Ajarkan tentang
- Mampu mengenali teknik non
nyeri (skala, intensitas, farmakologi: napas
frekuensi dan tanda dala, relaksasi
nyeri) - Tingkatkan istirahat
- Menyatakan rasa - Berikan informasi
nyaman setelah nyeri tentang nyeri seperti
berkurang penyebab nyeri,
- Tanda vital dalam berapa lama nyeri
rentang normal akan berkurang dan
- Tidak mengalami antisipasi
gangguan tidur ketidaknyamanan
dari prosedur
- Monitor vital sign

Gangguan pola tidur Anxiety reduction NIC


berhubungan dengan  Comfort level Sleep Enhancement
imobilisasi  Pain level a. Determinasi efek-
 Rest : Extent and efek medikasi
Pattern terhadap pola tidur
 Sleep : Extent an b. Jelaskan pentingnya
Pattern tidur yang adekuat
Kriteria Hasil : c. Fasilitas untuk
 Jumlah jam tidur dalam mempertahankan
batas normal 6-8 aktivitas sebelum
jam/hari tidur (membaca)
 Pola tidur, kualitas d. Ciptakan lingkungan
dalam batas normal yang nyaman
 Perasaan segar sesudah e. Kolaborasikan
tidur atau istirahat pemberian obat tidur
 Mampu f. Diskusikan dengan
mengidentifikasikan pasien dan keluarga
hal-hal yang tentang teknik tidur
meningkatkan tidur pasien
g. Instruksikan untuk
memonitor tidur
pasien
h. Monitor waktu
makan dan minum
dengan waktu tidur
i. Monitor/catat
kebutuhan tidur
pasien setiap hari dan
jam
Gangguan pola tidur NOC Anxiety Reduction
berhubungan dengan         Ansiety (penurunan
imobilisasi         Fear level kecemasan)
        Sleep Deprivation · Gunakan pendekatan
        Comfort, Readines for yang menenangkan
Enchanced · Nyatakan dengan
jelas harapan
Kriteria Hasil : terhadap pelaku
 Mampu mengontrol pasien
kecemasan · Jelaskan semua
 Status lingkungan yang prosedur dan apa
nyaman yang dirasakan
 Mengontrol nyeri selama prosedur
 Kualitas tidur dan · Pahami prespektif
istirahat adekuat pasien terhadap
 Agresi pengendalian situasi stres
diri · Temani pasien untuk
 Respon terhadap memberikan
pengobatan keamanan dan
 Control gejala mengurangi takut
 Status kenyamanan · Dorong keluarga
meningkat untuk menemani
 Dapat mengontrol anak
ketakutan · Lakukan back/neck
 Support social rub
 Keinginan untuk hidup · Dengarkan dengan
penuh perhatian
· Identifikasi tingkat
kecemasan
· Bantu pasien
mengenal situasi
yang menimbulkan
kecemasan
· Dorong pasien untuk
mengungkapkan
perasaan, ketakutan,
persepsi
· Instruksikan pasien
menggunakan teknik
relaksasi
· Berikan obat untuk
mengurangi
kecemasan
 Environment
Management Confort
 Pain Management
Resiko infeksi
 Immune Status NIC
 Knowledge : Infection Infection Control
control (Kontrol infeksi)
 Risk control  Bersihkan
Kriteria Hasil: lingkungan setelah
 Klien bebas dari tanda dipakai pasien lain
dan gejala infeksi  Pertahankan teknik
 Mendeskripsikan isolasi
proses penularan  Batasi pengunjung
penyakit, faktor yang bila perlu
mempengaruhi  Instruksikan pada
penularan serta pengunjung untuk
penatalaksanaannya mencuci tangan saat
 Menunjukkan berkunjung dan
kemampuan untuk setelah berkunjung
mencegah timbulnya meninggalkan pasien
infeksi  Gunakan sabun
 Jumlah leukosit dalam antimikrobia untuk
batas normal cuci tangan
 Menunjukkan perilaku  Cuci tangan setiap
hidup sehat sebelum dan sesudah
tindakan
keperawatan
 Gunakan baju,
sarung tangan
sebagai alat
pelindung
 Pertahankan
lingkungan aseptik
selama pemasangan
alat
 Ganti letak IV perifer
dan line central dan
dressing sesuai
dengan petunjuk
umum
 Gunakan kateter
intermiten untuk
menurunkan infeksi
kandung kencing
 Tingktkan intake
nutrisi
 Berikan terapi
antibiotik bila perlu
 Infection Protection
(proteksi terhadap
infeksi)
 Monitor tanda dan
gejala infeksi
sistemik dan lokal
 Monitor hitung
granulosit, WBC
 Monitor kerentangan
terhadap infeksi
 Batasi pengunjung
 Sering pengunjung
terhadap penyakit
menular
 Pertahankan teknik
aspesis pada pasien
yang beresiko
 Pertahankan teknik
isolasi k/p
 Berikan perawatan
kulit pada area
epidema
 Inspeksi kulit dan
membran mukosa
terhadap kemerahan,
panas, drainase
 Inspeksi kondisi luka
/ insisi bedah
 Dorong masukkan
nutrisi yang cukup
 Dorong masukan
cairan
 Dorong istirahat
 Instruksikan pasien
untuk minum
antibiotik sesuai
resep
 Ajarkan pasien dan
keluarga tanda dan
gejala infeksi
 Ajarkan cara
menghindari infeksi
 Laporkan kecurigaan
infeksi
 Laporkan kultur
positif

DAFTAR PUSTAKA
Bulechek, Gloria M, et al. 2013. Nursing Intervention Classification (NIC), Sith Edition.
USA: Elsevier
Brunner & Suddarth, 2001. Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8 Vol. 3. Jakarta : EGC.
Corwin, Elizabeth J. 2009. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta : EGC.

Junadi, P. 2000. Kapita Selekta Kedokteran Edisi ke III. FKUI: Jakarta.

Lestari, Puspita. 2015. Case Record of Ca Colli. Malang: Universitas Brawijaya

Mansjoer, Arif. Dkk. 2007. Kapita Selekta Kedokteran Jilid Dua. Jakarta : Media
Aesculapius.

Moorhead, Sue, et al. 2013. Nursing Outcome Classification. USA: Elsevier

Nanda Internasional. 2015. NANDA Internasional Inc. Nursing Diagnoses: Defenition and
Classification 2015-2017. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC

Price, S Sylvia. 2006. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-proses Penyakit Edisi 4. Jakarta:
EGC.

Sidik, M Hasanuddin. 2014. Tumor Leher. Bandung: Universitas Padjajaran

Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid III Edisi IV.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2007.

World Health Association. 2013

Anda mungkin juga menyukai