Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PENDAHULUAN PADA KLIEN DENGAN

KETIDAKEFEKTIFAN KOPING DIRUANG INSENTIF WANITA


RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SAMBANG LIHUM

Tanggal 15 April 2019 s/d 11 Mei 2019

Oleh :
Selly Resty Pratama, S.Kep
NIM 18NS269

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS SARI MULIA
BANJARMASIN
2019
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN PENDAHULUAN PADA KLIEN DENGAN


KETIDAKEFEKTIFAN KOPING DIRUANG INTENSIF WANITA
RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SAMBANG LIHUM

Tanggal 18 Maret 2019 s/d 18 April 2019

Oleh :
Selly Resty Pratama, S.Kep
NIM 18NS269

Banjarmasin, Maret 2019


Mengetahui,

PreseptorAkademik, PreseptorKlinik

………………………… ……………………….
NIK. NIK.
LAPORAN PENDAHULUAN
KETIDAKEFEKTIFAN KOPING

A. Definisi
Koping individu tidak efektif merupakan ketidakmampuan untuk
membentuk penilaian yang valid tentang stressor, ketidakadekuatan pilihan
respons yang dilakukan, dan atau ketidakmampuan untuk menggunakan.
Koping individu tidak efektif merupakan keadaan ketika seorang individu
mengalami atau berisiko mengalami suatu ketidakmampuan dalam
menangani stressor internal atau lingkungan dengan adekuat karena
ketidakadekuatan sumber-sumber (fisik, psikologis, perilaku dan kognitif)
(Carpenito, 2007).

B. Etiologi
Menurut(Carpenito, 2007) koping individu tidak efektif dapat disebabkan
karena adanya:
1. Gangguan dalam pola penilaian ancaman
2. Gangguan dalam pola melepaskan tekanan/ketegangan
3. Perbedaan gender dalam strategi koping
4. Derajat ancaman yang tinggi
5. Ketidakmampuan untuk mengubah energi yang adaptif
6. Tingkat persepsi kontrol yang tidak adekuat
7. Kesempatan yang tidak adekuat untuk menyiagakan diri terhadap
stressor
8. Sumber yang tersedia tidak adekuat
9. Dukungan sosial yang tidak adekuat yang diciptakan oleh karakteristik
hubungan
10. Krisis maturasional
11. Krisis situasional
12. Ragu/tidak percaya
13. Tingkat percaya diri yang tidak adekuat dalam kemampuan mengatasi
masalah
C. TandadanGejala
Menurut(Keliat,
2009)tandagejalapadakliendenganketidakefektifankopingyaitu:
1. Perasaan malu terhadap diri sendiri akibat penyakit dan tindakan
terhadap penyakit (rambut botak karena terapi)
2. Rasa bersalah terhadap diri sendiri (mengkritik/menyalahkan diri sendiri)
3. Gangguan hubungan sosial (menarik diri)
4. Percaya diri kurang (sukar mengambil keputusan)
5. Mencederai diri (akibat dari harga diri yang rendah disertai harapan yang
suram, mungkin klien akan mengakiri kehidupannya.

D. Karakteristik Koping Keluarga Tidak Efektif


Menurut (Carpenito, 2007) koping keluarga tidak efektif sering ditunjukkan
dengan:
1. Mayor
a. Pengungkapan ketidakmampuan untuk mengatasi atau meminta
bantuan
b. Penggunaan mekanisme pertahanan yang tidak sesuai
c. Ketidakmampuan memenuhi peran yang diharapkan
2. Minor
a. Rasa khawatir kronis dan ansietas
b. Melaporkan tentang kesukitan dengan stres kehidupan
c. Ketidakefektifan partisipasi sosial
d. Perilaku destruktif yang ditujukan pada diri sendiri atau orang lain
e. Tingginya insiden kecelakaan
f. Sering sakit
g. Ketidakmampuan untuk memenuhi kebutuhan dasar
h. Pola respons non asertif
i. Perubahan dalam pola komunikasi yang biasa
j. Penyalahgunaan obat-obatan terlarang
E. RentangRespon
Konsepdirimerupakanaspekkritikal dan dasar dari perilaku individu.
Individu dengankonsepdiri yang positif dapatberfungsilebihefektif yang terlihat
dari kemampuaninterpersonal, kemampuanintelektual dan
penguasaanlingkungan. Konsepdiri yang negatifdapatdilihat dari hubungan
individu dan sosial yang maladaptif.Konsepdiri
positifmerupakanbagaimanaseseorangmemandangapa yang ada
padadirinya meliputicitradirinya, idealdirinya, hargadirinya,
penampilanperansertaidentitasdirinyasecara positif. Hal ini akan
menunjukkan bahwa individu itu akan menjadi individu yang sukses.
Harga diri rendah merupakan perasaan negatif terhadap dirinya sendiri,
termasuk kehilangan percaya diri, tidak berharga, tidak berguna, pesimis,
tidak ada harapan dan putus asa. Adapun perilaku yang berhubungan
dengan harga diri yang rendah yaitu mengkritik diri sendiri dan/ atau orang
lain, penurunan produktivitas, destruktif yang diarahkan kepada orang lain,
gangguan dalam berhubungan, perasaan tidak mampu, rasa bersalah,
perasaan negatif mengenai tubuhnya sendiri, keluhan fisik, menarik diri
secara sosial, khawatir, serta menarik diri dari realitas.
Kerancuan identitas merupakan suatu kegagalan individu untuk
mengintegrasikan berbagai identifikasi masa kanak – kanak ke dalam
kepribadian psikososial dewasa yang harmonis. Adapun perilaku yang
berhubungan dengan kerancuan identitas yaitu tidak ada kode moral, sifat
kepribadian yang bertentangan, hubungan interpersonal eksploitatif,
perasaan hampa. Perasaan mengambang tentang diri sendiri, tingkat
ansietas yang tinggi, ketidak mampuan untuk empati terhadap orang lain.
Depersonalisasimerupakan suatu perasaan yang tidak realistis dimana
klien tidak dapat membedakan stimulus dari dalam atau luar dirinya (Stuart &
Sundeen, 2008). Individu mengalami kesulitan untuk membedakan dirinya
sendiri dari orang lain, dan tubuhnya sendiri merasa tidak nyata dan asing
baginya.
F. FaktorPredisposisi
1. Faktor Predisposisi
a. Biologis
1) Adanya riwayat ansietas dalam keluarga, ada komponen genetik
yang sedang dan dihubungkan dengan fobia sosial dan depresi
mayor
2) Ada riwayat gangguan status nutrisi (kurus, obesitas) atau
anoreksia dan tidak ada perbaikan nutrisi, BB tidak ideal
3) Paparan terhadap racun, sindrom alkhohol saat janin dalam
kandungan.
4) Riwayat kesehatan secara umum, misalnya menderita penyakit
kronis yang membutuhkan perawatan diri yang kompleks
5) Ada riwayat sering menderita sakit
6) Adanya efek samping pengobatan kemoterapi dan radiasi yang
menyebabkan perubahan penampilan, misalnya: rambot rontok,
penurunan BB
7) Ada riwayat penyalahgunaan agens kimial (obat antikolinergik,
nikotin, kafein, kokain, steroid atau halusinogen, alkhohol, narkotik
dan sedatif-hipnotik)
8) Sensitifitas biologi: mengkomsumsi zat yang mengubah mood,
tumor (otak, kimiawi tubuh, retardasi mental)
a) Secara anatomi : gangguan pada sistem limbik, talamus,
korteks frontal
b) Sistem neurokimia: GABA mengalami defisiensi relatif atau
ketidakseimbangan. Norephinefrin terlalu aktif atau kurang
aktif di bagian otak yang berkaitan dengan ansietas. Serotonin
kekurangan ayau ketidakseimbangan
b. Psikologis
1) Intelegensi rendah sehingga sulit memahami sebuah informasi
2) Ketidakmampuan mengungkapkan perasaan secara efektif atau
ketidakmampuan berkomunikasi secara verbal
3) Self kontrol:
 Ketidakmampuan untuk mengubah energi yang adaptif
 Tingkat kemampuan mempersepsikan stimulus dan kontrol diri
yang rendah
 Kesempatan yang tidak adekuat untuk menyiagakan diri
terhadap stressor
4) Pengalaman yang kurang baik tentang kondisi kesehatannya
sehingga mengalami ketidakpastian
5) Mengalami gangguan penglihatan dan pendegaran yang
menyulitkan untuk melakukan interaksi atau komunikasi dengan
orang lain atau membantu anggota keluarga yang sakit. Kesulitan
melakukan komunikasi verbal akibat pemasangan NGT, ETT,
trakeostomi dalam jangka panjang
6) Pengalaman masa lalu tidak menyenangkan: ada riwayat
penggunaan zat, retardasi mental, tumor otak yang menyebabkan
perubahan afek atau mood
7) Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan, misalnya
perceraian atau perpisahan, penjara, disersi, KDRT, perkosaan,
gagal sekolah, kehilangan pekerjaan yang menimbulkan perasaan
sedih dan putus asa , kehilangan orang yang dicintai, penculikan,
perampokan, kehamilan di luar nikah, perselingkuhan.
8) Menderita penyakit yang menyebabkan kehilangan anggota tubuh,
dan kerusakan bentuk tubuh sekunder akibat trauma yang
menyebabkan perubahan integritas tubuh, misalnya harga diri
rendah, gangguan citra tubuh, gangguan peran dan ideal diri yang
tidak realistis serta kerancuan identitas
9) Sumber psikologis yang adekuat yang dapat mengancam konsep
diri : tingkat percaya diri yang kurang adekuat dalam kemampuan
mengatasi masalah, harga diri rendah, ketidakberdayaan,
keuakinan negatif tentang diri yang berlebihan, model peran yang
negatif
10) Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan selama fase
perkembangan awal, misalnya:
a) Metode disiplin yang tidak konsisten
b) Takut kegagalan
c) Trauma masa kanak-kanak
d) Orang tua dengan penyalahgunaan obat-obat terlarang
e) Penolakan orang tua
f) Keterampilan sosial yang buruk
g) Penolakan sebaya
11) Moral: tinggal di lingkungan dengan kelebihan beban sensori
misalnya lingkungan perindustrian, urbanisasi (padat penduduk,
polusi udara, aktivitas yang berlebihan)
12) Motivasi: kurangnya pernghargaan dari orang lain pada masa
perkembangan yang terjadi secara berulang, kurangnya dukungan
sosial dan dari dukungan diri sendiri sehingga menyebabkan
kurangnya motivasi dalam menerima respons dari luar .
13) Kepribadian: mudah cemas. Ketidakmampuan mengatasi
kecemasan dengan cara yang memadai cenderung menguatkan
pertahanan sehingga sehingga memudahkan menggunakan
mekanisme pertahanan yang tidak adaptif, individu mempunyai
kerentanan yang tinggi, kepribadian narsistik, menghindar, obsesif
kompulsif, dependen
14) Pertahanan psikologis : adanya konflik antara dua elemen
kepribadian, id dan superego
c. Sosial budaya
1) Usia: Tidak dapat menjalankan tugas perkembangan dengan baik
terutama remaja dan dewasa awal.
2) Gender/jenis kelamin: perrbedaan gender dalam strategi koping
(wanita lebih banyak daripada pria (2:1)
3) Pekerjaan: bekerja tidak tetap, tidak mempunyai pekerjaan, tidak
mandiri dalam ekonomi, beban kerja yang telalu tinggi
4) Penghasilan/pendapatan: kurang mencukupi untuk kebutuhan
sehari-hari (sumber yang tersedia tidak adekuat), kemiskinan dan
ketidakcukupan keuangan
5) Pengalaman sosial: krisis situasi yang terjadi akibat stressor yang
dialaminya, tinggal di lingkungan bencana alam, perang,
pekerjaan musiman/pekerja pendatang, relokasi, kehilangan orang
terdekat karena kematian
6) Latar belakang budaya: adanya konflik yang berkaitan dengan
budaya misalnya hubungan seks pranikah dan aborsi
7) Status sosial : Penurunan penggunaan dukungan sosial yang ada
dan sumber pendukung yang tersedia tidak adekuat akibat
karakteristik hubungan, tinggal di panti asuhan, rumah orang tua
angkat, relokasi. Harus tinggal di panti asuhan, institusi
pendidikan, institusional, penjara. Belum bisa memisahkan diri dari
autokritas keluarga
8) Latar belakang budaya: adanya konflik yang berkaitan dengan
budaya misalnya hubungan seks pranikah dan aborsi
9) Agama dan keyakinan: kurang mengamalkan ajaran agama dan
keyakinannya/mempunyai religi dan nilai agama yang buruk
10) Keikutsertaan daam politik: sebagai pengurus atau post power
sindrome
11) Peran sosial: kurang mampu menjalankan perannya untuk
berpartisipasi lingkungan tempat tinggal dan kesulitan membina
hubungan interpersonal dengan orang lain:

G. FaktorPresipitasi
1. Faktor Presipitasi
a. Nature
1) Biologis
a) Adanya penyakit akut yang mempengaruhi fungsi tubuh
sehingga mengalami gangguan kemampuan untuk memenuhi
tanggung jawab peran, kehilangan salah satu anggota
tubuhnya
b) Kesehatan secara umum, misalnya didiagnosa menderita
penyakit kronis yang membutuhkan perawatan diri yang
kompleks, tindakan operasi yang menyebabkan kerusakan
anggota tubuh
c) Adanya efek samping pengobatan kemoterapi dan radiasi
yang menyebabkan perubahan penampilan, misalnya: rambot
rontok, penurunan BB
d) Status gizi, misalnya BB tidak ideal atau terlalu gemuk sebagai
akibat dari peningkatan asupan makanan sebagai respon dari
stress
e) Adanya kelainan kongenital: tuli atau buta
f) Adanya perubahan fisik akibat penuaan
g) Sensitifitas biologi: mengkomsumsi zat yang mengubah mood,
tumor (otak, kimiawi tubuh, retardasi mental)
2) Psikologis
a) Ketidakmampuan dalam melakukan penilaian terhadap
ancaman yang terjadi yang disebabkan karena kurangnya
kemampuan memahami (intelegensi yang rendah)
b) Adanya perubahan pola komunikasi yang biasa dan sehingga
tidak mampu melepaskan tekanan atau ketegangan yang
dialami akibat stressor yang datang
c) Pengalaman masa lalu tidak menyenangkan: penggunaan
zat, retardasi mental, tumor otak yang menyebabkan
perubahan afek atau mood
d) Pengalaman yang kurang baik tentang kondisi kesehatannya
sehingga mengalami ketidakpastian
e) Sumber psikologis yang tidak adekuat yang dapat mengancam
konsep diri : tingkat percaya diri yang kurang adekuat dalam
kemampuan mengatasi masalah, harga diri rendah,
ketidakberdayaan, keuakinan negatif tentang diri yang
berlebihan, model peran yang negatif
f) Menderita penyakit yang menyebabkan kehilangan anggota
tubuh, dan kerusakan bentuk tubuh sekunder akibat trauma
yang menyebabkan perubahan integritas tubuh, misalnya
harga diri rendah, gangguan citra tubuh, gangguan peran dan
ideal diri yang tidak realistis serta kerancuan identitas
g) Tindakan operasi yang menyebabkan kerusakan anggota
tubuh yang berdampak pada perubahan citra tubuh
h) Adanya efek samping pengobatan kemoterapi dan radiasi
yang menyebabkan perubahan penampilan, misalnya: rambot
rontok, penurunan BB sehingga menjadi harga diri rendah dan
gangguan citra tubuh karena terjadi perubahan penampilan
i) Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan, misalnya
perceraian atau perpisahan, penjara, disersi, KDRT,
perkosaan, gagal sekolah, kehilangan pekerjaan yang
menimbulkan perasaan sedih dan putus asa
j) Moral: tinggal di lingkungan dengan kelebihan beban sensori
misalnya lingkungan perindustrian, urbanisasi (padat
penduduk, polusi udara, aktivitas yang berlebihan)
k) Kepribadian: mudah cemas. Ketidakmampuan mengatasi
kecemasan dengan cara yang memadai cenderung
menguatkan pertahanan sehingga keluarga melakukan
penolakan pada klien dan terhadap pengobatan
l) Motivasi: kurangnya pernghargaan dari orang lain pada masa
perkembangan yang terjadi secara berulang, kurangnya
dukungan sosial dan dari dukungan diri sendiri sehingga
menyebabkan kurangnya motivasi dalam menerima respons
dari luar .
m) Self kontrol:
 Ketidakmampuan untuk mengubah energi yang adaptif
 Tingkat kemampuan mempersepsikan stimulus dan kontrol
diri yang rendah
 Kesempatan yang tidak adekuat untuk menyiagakan diri
terhadap stressor
n) Ketidakadekuatan sumber psikologis yang mengancam
konsep diri
(1) Masa remaja
 Perubahan fisik dan emosional
 Kemandirian dari keluarga
 Hubungan persahabatan
 Kesadaran seksual
 Kebutuhan pendidikan
 Pilihan karier
(2) Dewasa muda
 Pilihan karier
 Kebutuhan pendidikan
 Menjadi orang tua
 Meninggalkan rumah
 Menikah
(3) Usia paruh baya
 Tanda-tanda fisik penuaan
 Tekanan karier
 Masalah membesarkan anak
 Masalah dengan kerabat
 Kebutuhan status sosial
 Orang tua yang menjadi lansia
(4) Lansia
 Perubahan fisik
 Perubahan status finansial
 Perubahan tempat tinggal
 Pensiun
 Respons orang lain terhadap individu lansia
3) Sosial budaya
a) Usia: Krisis maturasional
b) Gender: jenis kelamin perempuan lebih berisiko mengalami
kegagalan menjalankan peran
c) Pendidikan: kebutuhan pendidikan, putus sekolah, gagal
sekolah
d) Penghasilan/pendapatan: kurang mencukupi untuk kebutuhan
sehari-hari (sumber yang tersedia tidak adekuat), kemiskinan
dan ketidakcukupan keuangan, adanya perubahan status
finansial
e) Pekerjaan: Pilihan karier, tidak tetap, penggangguran atau
baru terkena PHK, turun jabatan, memasuki masa pensiun
f) Status sosial :
1) Penurunan penggunaan dukungan sosial yang ada dan
sumber pendukung yang tersedia tidak adekuat
2) Perpisahan dengan keluarga karena harus dirawat di
rumah sakit atau perawatan di panti
3) Harus tinggal di panti asuhan, institusi pendidikan,
institusional, penjara
4) Adanya perubahan tempat tinggal
5) Latar belakang budaya: adanya konflik yang berkaitan dengan
budaya misalnya hubungan seks pranikah dan aborsi
6) Keikutsertaan partai politik dan organisasi: aktif mengikuti
kegiatan politik dan organisasi atau post power sindrom
7) Pengalaman sosial: krisis situasi yang terjadi akibat stressor
yang dialaminya, tinggal di lingkungan bencana alam, perang,
pekerjaan musiman/pekerja pendatang, relokasi, kehilangan
orang terdekat karena kematian
8) Peran sosial: keterlibatan individu dalam kegiatan sosial di
masyarakat yang kurang.
b. Origin
1) Internal: Persepsi individu yang tidak baik tentang dirinya, orang
lain dan lingkungannya
2) Eksternal: Kurangnya dukungan keluarga dan orang
sekitar/masyarakat serta peer group
c. Timing: Stres dapat terjadi dalam waktu yang berdekatan, stress
dapat berlangsung lama atau stres dapat berlangsung secara
berulang-ulang atau terus menerus
d. Number: Sumber stres dapat lebih dari satu dan terjadi selama usia
perkembangan dan pertumbuhan dan biasanya stressor dinilai
sebagai masalah yang sangat berat

e. MekanismeKoping
1. Konstruktif
Kecemasan dijadikan sebagai tanda dan peringatan. Individu
menerimanya sebagai suatu pilihan untuk memecahkan masalah seperti
dengan cara
a. Negosiasi/kompromi
b. Meminta saran
c. Perbandingan positif, penggantian rewards
2. Destruktif
Menghindari kecemasan dengan cara tanpa menyelesaikan
masalah atau konflik tersebut tetapi dengan cara :
a. Denial
b. Supresi
c. Proyeksi
d. Menyerang
e. Menarik diri
f. PohonMasalah
Effect RisikoPerubahansensori

Core Problem Isolasisosial : menarikdiri

Caused Gangguanhargadiri: hargadirirendah

Ketidakefektifankopingindividu

g. MasalahKeperwatan Dan Data Yang PerluDikaji


1. Kognitif
a. Kesulitan mengorganisasi informasi
b. Ketidakmampuan memperhatikan informasi
c. Konsentrasi buruk dan tidak berani mengambil resiko
d. Mengungkapkan ketidakmampuan meminta bantuan
e. Mengungkapkan ketidakmampuan untuk mengatasi masalah
f. Mengungkapkan sering menderita sakit
g. Mengungkapkan sering mengalami kecelakaan
h. Mengungkapkan tidak bisa memenuhi peran yang diharapkan
i. Mengungkapkan ketidakmampuan memenuhi kebutuhan dasar
j. Mengungkapkan ketidakmampuan untuk memecah masalah
k. Mengungkapkan kesulitan dengan stres kehidupan
2. Afektif
a. Merasa depresi
b. Merasa takut
c. Merasa mudah marah
d. Merasa frustasi
e. Merasa cemas yang berlebihan
f. Merasa tidak sabar
g. Merasa tidak bersemangat
3. Fisiologis
a. Perasaan letih
b. Gangguan tidur
c. Bukti adanya kekerasan fisik/psikologis
d. Peningkatan tekanan darah, pusing
e. Sakit kepala
f. Kurang napsu makan
g. Penurunan berat badan
h. Konstipasi/diare
i. Mual/muntah
j. Gangguan skilus haid
4. Perilaku
a. Penyalahgunaan agens kimia / obat-obat terlarang
b. Perilaku destruktif terhadap orang lain dan diri sendiri
c. Ketidakmampuan memenuhi kebutuhan dasar
d. Ketidakmampuan memenuhi harapan peran
e. Tidak dapat melakukan pemecahan masalah secara adekuat
f. Kurangnya perilaku yang berfokus pada pencapaian tujuan,
penyelesaian masalah, termasuk ketidakmampuan untuk mengikuti
dan mengalami kesulitan dalam mengorganisasikan informasi
g. Kurangnya upaya untuk mencari resolusi masalah
h. Menggunakan bentuk koping yang mengganggu perilaku adaptif
i. Ekspresi wajah tentang harapan yang tidak realistis
j. Ketidaktepatan penggunaan mekanisme pertahanan diri
k. Pengambilan keputusan /tindakan yang merusak keharmonisan
keluarga
l. Penyalahgunaan obat, alkhohol, rokok, menyalahkan diri sendiri
5. Sosial
a. Perubahan dalam pola komunikasi yang biasanya
b. Penurunan penggunaan dukungan sosial
c. Manipulasi verbal
d. Perubahan dalam partisipasi di lingkungan sosial
e. Pola respon non asertif atau ketidakmampuan mengekspresikan
perasaan kepada orang lain
f. Anggota keluarga berpisah atau membentuk koalisi yang tidak
mendukung
g. Interaksi dengan kata-kata antara keluarga dan pasien tidak ada atau
menurun
h. Orang yang berarti menarik diri atau memasuki komunikasi personal
dengan klien secara temporer atau terbatas pada saat dibutuhkan
i. Hubungan yang kejam dan melalaikan anggota keluarga lain

H. DiganosaKeperawatanJiwa
Koping Individu Tidak Efektif

I. RencanaTindakanKeperawatanJiwa
Ditujukan pada individu:
1. Tujuan:
a. Klien menunjukkan koping yang efektif dengan indikator:.
1) Mengidentifikasi pola koping yang efektif dan tidak efektif
2) Mencari informasi terkait dengan penyakit dan pengobatan
3) Menggunakan perilaku untuk menurunkan stres
4) Mengindentifikasi dan menggunakan berbagai strategi koping
5) Melaporkan penurunan perasaan negatif
b. Klien menunjukkan pengendalian impuls dengan mempertahankan
pengendalian diri tanpa pengawasan secara konsisten
c. Klien menunjukkan pemprosesan informasi yang normal dengan
menunjukkan proses berpikir logis secara konsisten
2. Tindakan keperawatan:
a. Pantau prilaku agresif
b. Identifikasi pandangan klien terhadap kondisinya dan kesesuaiannya
dengan pandangan pemberi pelayanan kesehatan
c. Peningkatan koping:
1) Nilai kesesuaian klien terhadap perubahan gambaran diri, sesuai
dengan indikasi
2) Nilai dampak dari situasi kehidupan klien terhadap peran dan
hubungannya dengan orang lain
3) Evaluasi kemampuan klien dalam membuat keputusan
4) Eksplorasi metode yang digunakan klien oada masa sebelumnya
dalam mengatasi masalah kehidupannya
5) Tentukan kemungkinan terjadinya resiko menyakiti diri
d. Berikan pendidikan kesehatan pada individu untuk meningkatkan
koping
1) Berikan informasi aktual yang terkait dengan diagnosis,
pengobatan dan prognosis
2) Anjurkan klien untuk menggunakan teknik relaksasi sesuai dengan
kebutuhan
3) Berikan latihan keterampilan sosial yang sesuai.
e. Berikan aktivitas lain yang dapat meningkatkan kemampuan koping
individu dalam menghadapi stressor
1) Bantu klien dalam mengembangkan rencana untuk menerima atau
mengubah situasi.
2) Bantu klien dalam ,mengidentifikasi kekuatan personal
3) Dukungan klien untuk terlibat dalam perencanaan aktivitas
perawatan, mengawali percakapan dengan orang lain dan
berpartisipasi dalam aktivitas.
4) Minta keluarga untuk mengunjungi bila memungkinkan.
5) Bantu klien meningkatkan kemampuan koping dengan cara
a) Anjurkan klien untuk mengidentifikasi gambaran perubahan
peran yang realistis
b) Gunakan pendekatan yang tenang dan menyakinkan
c) Turunkan rangsangan lingkungan yang dapat disalahartikan
sebagai suatu ancaman
d) Ciptakan suasana penerimaan
e) Hindari pembuatan keputusan pada saat klien berada dalam
stres berat
f) Bantu penyaluran kemarahan dan rasa bermusuhan secara
konstruktif
g) Eksplorasi alasan klien terhadap kritik diri
h) Atur situasi yang mendukung autonomi klien
i) Bantu klien dalamm mengidentifikadsi respons positif dari
orang lain
j) Dukung penggunaan mekanisme pertahanan yang sesuai
k) Dukung pengungkapan secara verbal tentang perasaan,
persepsi dan ketakutan
l) Bantu klien untuk mengklarifikasi kesalahpahaman
m) Bantu klien untuk mengidentifikasi sistem pendukung yang
tersedia
n) Nilai dan didiskusikan respons alternatif terhadap situasi
f. Lakukan aktivitas kolaburatif melalui:
1) Awali diskusi tentang perawatan pasien untuk melihat kembali
mekanisme koping yang dimiliki klien dan buat rencana perawatan
2) Libatkan sumber-sumber yang ada di rumah sakit dalam
memberikan dukungan emosional untuk klien dan keluarga
3) Fasilitasi klien untuk mengenal kelompok yang mendukungnya,
pemberi pelayanan kesehatan lainnya, dan sumber-sumber di
komunitas (misalnya: kelompok pendukung)
Ditujukan pada individu:
3. Tujuan:
d. Klien menunjukkan koping yang efektif dengan indikator:.
6) Mengidentifikasi pola koping yang efektif dan tidak efektif
7) Mencari informasi terkait dengan penyakit dan pengobatan
8) Menggunakan perilaku untuk menurunkan stres
9) Mengindentifikasi dan menggunakan berbagai strategi koping
10) Melaporkan penurunan perasaan negatif
e. Klien menunjukkan pengendalian impuls dengan mempertahankan
pengendalian diri tanpa pengawasan secara konsisten
f. Klien menunjukkan pemprosesan informasi yang normal dengan
menunjukkan proses berpikir logis secara konsisten
4. Tindakan keperawatan:
g. Pantau prilaku agresif
h. Identifikasi pandangan klien terhadap kondisinya dan kesesuaiannya
dengan pandangan pemberi pelayanan kesehatan
i. Peningkatan koping:
6) Nilai kesesuaian klien terhadap perubahan gambaran diri, sesuai
dengan indikasi
7) Nilai dampak dari situasi kehidupan klien terhadap peran dan
hubungannya dengan orang lain
8) Evaluasi kemampuan klien dalam membuat keputusan
9) Eksplorasi metode yang digunakan klien oada masa sebelumnya
dalam mengatasi masalah kehidupannya
10) Tentukan kemungkinan terjadinya resiko menyakiti diri
j. Berikan pendidikan kesehatan pada individu untuk meningkatkan
koping
4) Berikan informasi aktual yang terkait dengan diagnosis,
pengobatan dan prognosis
5) Anjurkan klien untuk menggunakan teknik relaksasi sesuai dengan
kebutuhan
6) Berikan latihan keterampilan sosial yang sesuai.
k. Berikan aktivitas lain yang dapat meningkatkan kemampuan koping
individu dalam menghadapi stressor
6) Bantu klien dalam mengembangkan rencana untuk menerima atau
mengubah situasi.
7) Bantu klien dalam ,mengidentifikasi kekuatan personal
8) Dukungan klien untuk terlibat dalam perencanaan aktivitas
perawatan, mengawali percakapan dengan orang lain dan
berpartisipasi dalam aktivitas.
9) Minta keluarga untuk mengunjungi bila memungkinkan.
10) Bantu klien meningkatkan kemampuan koping dengan cara
o) Anjurkan klien untuk mengidentifikasi gambaran perubahan
peran yang realistis
p) Gunakan pendekatan yang tenang dan menyakinkan
q) Turunkan rangsangan lingkungan yang dapat disalahartikan
sebagai suatu ancaman
r) Ciptakan suasana penerimaan
s) Hindari pembuatan keputusan pada saat klien berada dalam
stres berat
t) Bantu penyaluran kemarahan dan rasa bermusuhan secara
konstruktif
u) Eksplorasi alasan klien terhadap kritik diri
v) Atur situasi yang mendukung autonomi klien
w) Bantu klien dalamm mengidentifikadsi respons positif dari
orang lain
x) Dukung penggunaan mekanisme pertahanan yang sesuai
y) Dukung pengungkapan secara verbal tentang perasaan,
persepsi dan ketakutan
z) Bantu klien untuk mengklarifikasi kesalahpahaman
aa) Bantu klien untuk mengidentifikasi sistem pendukung yang
tersedia
bb) Nilai dan didiskusikan respons alternatif terhadap situasi
l. Lakukan aktivitas kolaburatif melalui:
4) Awali diskusi tentang perawatan pasien untuk melihat kembali
mekanisme koping yang dimiliki klien dan buat rencana perawatan
5) Libatkan sumber-sumber yang ada di rumah sakit dalam
memberikan dukungan emosional untuk klien dan keluarga
6) Fasilitasi klien untuk mengenal kelompok yang mendukungnya,
pemberi pelayanan kesehatan lainnya, dan sumber-sumber di
komunitas (misalnya: kelompok pendukung)

J. StrategiPelaksanaanPasienDenganRisikoBunuhDiri
Pasien Keluarga

SP I SP I

- Mengidentifikasi kemampuan dan - Mendiskusikan masalah yang


aspek positif yang dimiliki klien dirasakan keluarga dalam
- Membantu klien menilai merawat klien
kemampuan klien yang masih - Menjelaskan pengertian HDR,
dapat digunakan tanda dan gejala serta proses
- Membantu klien memilih kegiatan terjadinya HDR
yang akan dilatih sesuai dengan - Menjelaskan cara merawat klien
kemampuan klien dengan HDR
- Melatih klien sesuai dengan
kemampuan yang dipilih
- Memberikan pujian yang wajar SP II
terhadap keberhasian klien
- Menganjurkanklien memasukkan - Melatih keluarga
dalam jadwal kegiatan harian mempraktekkan cara merawat
klien dengan HDR

SP II
SP III
- Mengevaluasi jadwal kegiatan
harian klien - Melatih keluarga melakukan
- Melatih kemampuan kedua cara merawat langsung kepada
- Menganjurkan klien memasukkan klien dengan HDR
dalam jadwal kegiatan harian

SP IV

- Membantu keluarga membuat


jadwal aktivitas di rumah
termasuk minum obat (discharge
planning)
- Menjelskan follow up klien
setelah pulang
DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, L.J dan Moyet. (2007). Buku Saku Diagnosis Keperawatan. Edisi 10.
Jakarta : Penebit Buku Kedokteran EGC.

Doenges,M., Townsend, M., (2008) Nursing Diagnosis Manual ed.2. F.A Davis
Company: Philadelphia.

NANDA International. (2015). Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi


2009-2015. Cetakan I. Jakarta: Penebit Buku Kedokteran EGC.

Stuart, Gail W. (2009). Principles & Practice of Psychiatric Nursing ed.8.


Philadelphia: Elsevier Mosby.

Townsend, Mary C. (2008). Essentials of psychiatric mental health nursing _4th


ed. F. A. Davis Company: Philadelphia.

Townsend, M.C (2010). Buku Saku Diagnosis Keperawatan Psikiatri rencana


Asuhan & Medikasi Psikotropik. Edisi 5. Jakarta: Penebit Buku
Kedokteran EGC.

Varcarolis, Elizabeth M & Margareth Jordan Halter. (2010). Foundations of


psychiatric mental health nursing: a clinical approach. Canada: Saunders.

Wilkinson, J.M. (2007). Buku Saku Diagnosa Keperawatan dengan Intervensi


NIC dan Kriteria Hasil NOC. Edisi 7. Jakarta: Penebit Buku Kedokteran
EGC.

Anda mungkin juga menyukai