Anda di halaman 1dari 19

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

CA PARU DI RUANG PARU RSUD ULIN


BANJARMASIN

DISUSUN OLEH :

Lita Wulandari,S.Kep

18NS254

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS SARI MULIA
BANJARMASIN
2019
LEMBAR PERSETUJUAN

JUDUL KASUS : CA PARU


NAMA MAHASISWA : LITA WULANDARI
NIM : 18NS254

Banjarmasin, ………………. 2019

MENYETUJUI,

RSUD Ulin Banjarmasin Program Studi Profesi Ners


Preseptor Klinik Universitas Mulia
Preseptor Akademik

........................................................ ......................................................
NIP. NIK.
LEMBAR PENGESAHAN

JUDUL KASUS : CA PARU


NAMA MAHASISWA : LITA WULANDARI
NIM : 18NS254

Banjarmasin, ……………. 2019

MENYETUJUI

RSUD Ulin Banjarmasin Program Studi Profesi Ners


Preseptor Klinik Universitas Sari Mulia
Preseptor Akademik

........................................................... ........................................................
NIP. NIK.

MENGETAHUI

Ketua Program Studi Profesi Ners


Fakultas Kesehatan
Universitas Sari Mulia

Dini Rahmayani.S.Kep.,Ns.MPH
NIK.1166122004007
A. Anatomi dan Fisiologi
1. Anatomi paru-paru
Menurut Guyton (2009) Paru-paru terletak di dalam rongga dada
(mediastinum), dilindungi oleh struktur tulang selangka. Rongga dada dan perut
dibatasi oleh suatu sekat disebut diafragma. Berat paru-paru kanan sekitar 620
gram, sedangkan paru-paru kiri sekitar 560 gram. Masing-masing paru-paru
dipisahkan satu sama lain oleh jantung dan pembuluh-pembuluh besar serta
struktur-struktur lain di dalam rongga dada. Selaput yang membungkus paru-paru
disebut pleura. Paru-paru terbenam bebas dalam rongga pleuranya sendiri. Paru-
paru dibungkus oleh selaput yang bernama pleura. Pleura dibagi menjadi dua
yaitu:
a. Pleura visceral (selaput dada pembungkus), yaitu selaput paru yang
langsung membungkus paru.
b. Pleura parietal, yaitu selaput yang melapisi rongga dada luar.
Antara kedua pleura ini terdapat ronggga (kavum) yang disebut kavum
pleura. Pada keadaan normal, kavum pleura ini hampa udara, sehingga paru-
paru dapat berkembang kempis dan juga terdapat sedikit cairan (eksudat) yang
berguna untuk meminyaki permukaan pleura, menghindari gesekan antara paru-
paru dan dinding dada sewaktu ada gerakan bernafas.
Paru-paru kanan sedikit lebih besar dari paru-paru kiri dan terdiri atas tiga
gelambir (lobus) yaitu gelambir atas (lobus superior), gelambir tengah (lobus
medius), dan gelambir bawah (lobus inferior). Sedangkan paru-paru kiri terdiri
atas dua gelambir yaitu gelambir atas (lobus superior) dan gelambir bawah
(lobus inferior). Tiap-tiap lobus terdiri dari belahan yang lebih kecil bernama
segmen. Paru-paru kiri mempunyai sepuluh segmen, yaitu lima buah segmen
pada lobus superior, dan lima buah segmen pada inferior. Paru-paru kanan
mempunyai sepuluh segmen, yaitu lima buah segmen pada lobus superior, dua
buah segmen pada lobus medial, dan tiga buah segmen pada lobus inferior.
Tiap-tiap segmen ini masih terbagi lagi menjadi belahan-belahan yang bernama
lobulus. Diantara lobulus satu dengan yang lainnya dibatasi oleh jaringan ikat
yang berisi pembuluh darah getah bening dan saraf, dalam tiap-tiap lobulus
terdapat sebuah bronkeolus. Di dalam lobulus, bronkeolus ini bercabang-cabang
yang disebut duktus alveolus. Tiap-tiap duktus alveolus berakhir pada alveolus
yang diameternya antara 0,2 – 0,3 mm.
2. Fisiologi Paru-Paru
Fungsi paru-paru adalah pertukaran gas oksigen dan karbon dioksida.
Pada pernapasan melalui paru-paru, oksigen dipungut melalui hidung dan mulut.
Pada waktu bernapas, oksigen masuk melalui trakea dan pipa bronkhial ke
alveoli, dan dapat erat dengan darah di dalam kapiler pulmonaris. Hanya satu
lapisan membran , yaitu membran alveoli-kapiler, memisahkan oksigen dari
darah. Oksigen menembus membran ini dan dipungut oleh hemoglobin sel darah
merah dan dibawa ke jantung. Dari sini, dipompa di dalam arteri ke semua
bagian tubuh. Darah meninggalkan paru-paru pada tekanan oksigen 100 mmHg
dan pada tingkat ini hemoglobinnya 95 persen jenuh oksigen. Di dalam paru-
paru, karbon dioksida adalah salah satu hasil buangan metabolisme, menembus
membran alveoler-kapiler dari kapiler darah ke alveoli dan setelah melalui pipa
bronkhial dan trakhea, dinapaskan keluar melalui hidung dan mulut.
Oksigen dalam tubuh dapat diatur menurut keperluan. Manusia sangat
membutuhkan oksigen dalam hidupnya, kalau tidak mendapatkan oksigen
selama 4 menit akan mengakibatkan kerusakan pada otak yang tak dapat
diperbaiki dan bias menimbulkan kematian. Kalau penyediaan oksigen berkurang
akan menimbulkan kacau pikiran dan anoksia serebralis, misalnya orang bekerja
pada ruangan yang sempit, tertutup, ruang kapal, ketel uap, dll. bila oksigen tidak
mencukupi maka warna darah merahnya hilang berganti menjadi kebiru-biruan
misalnya di bibir, telinga, lengan, dan kaki (sianosis).
Pengambilan udara pernapasan dikenal dengan inspirasi dan
pengeluaran udara pernapasan disebut dengan ekspirasi. Mekanisme pertukaran
udara pernapasan berlangsung di alveolus disebut pernapasan eksternal. Udara
pernapasan selanjutnya diangkut oleh hemoglobin dalam eritrosit untuk
dipertukarkan ke dalam sel. Peristiwa pertukaran udara pernapasan dari darah
menuju sel disebut pernapasan internal. Aktivitas inspirasi dan ekspirasi pada
saat bernapas selain melibatkan alat-alat pernapasan juga melibatkan beberapa
otot yang ada pada tulang rusuk dan otot diafragma (selaput pembatas rongga
dada dengan rongga perut). Masuk keluarnya udara dalam paru-paru
dipengaruhi oleh perbedaan tekanan udara dalam rongga dada dengan tekanan
udara di luar tubuh. Jika tekanan di luar rongga dada lebih besar maka udara
akan masuk. Sebaliknya, apabila tekanan dalam rongga dada lebih besar maka
udara akan keluar.
3. Bagian-Bagian Paru-Paru
Berikut adalah bagian-bagian paru-paru. Semua penjelasannya
menggunakan Bahasa Indonesia.
Berdasarkan gambar sistem pernapasan tersebut, kita dapat menyimpulkan
bahwa paru-paru terdiri dari:
1. Trakea
2. Bronkus
3. Rongga pleura
4. Paru-paru kanan
5. Paru-paru kiri
6. Tulang rusuk
7. Otot intercosta
8. Diafragma

Berikut adalah penjelasan dari beberapa bagian penting paru-paru:


1. Trachea atau batang tenggorokan berupa pipa tempat lalunya udara.
Udara yang dihirup dari hidung dan mulut akan ditarik ke trachea menuju
paru-paru.
2. Bronchi merupakan batang yang menghubungkan paru-paru kanan dan
kiri dengan trachea. Udara dari trachea akan di bawa keparu-paru lewat
batang ini.
3. Bronchioles merupakan cabang-cabang dari bronchi berupa tabung-
tabung kecil yang jumlahnya sekitar 30.000 buah untuk satu paru-paru.
Bronchioles ini akan membawa oksigen lebih jauh ke dalam paru-paru.
4. Alveoli merupakan ujung dari bronchioles yang jumlahnya sekitar 600 juta
pada paru-paru manusia dewasa. Pada aveoli ini oksigen akan didifusi
menjadi karbondioksida yang diambil dari dalam darah.

B. Definisi
Kanker paru adalah pertumbuhan sel kanker yang tidak terkendali dalam jaringan
paru-paru yang dapat disebabkan oleh sejumlah karsinogen lingkungan,
terutama asap rokok (Suryo, 2010).
Menurut World Health Organization (WHO), kanker paru-paru merupakan
penyebab kematian utama dalam kelompok kanker baik pada pria maupun
wanita. Sebagaian besar kanker paru-paru berasal dari sel-sel di dalam paru-
paru, tetapi bisa juga berasal dari kanker di bagian tubuh lain yang menyebar ke
paru-paru (Suryo, 2010).
Karsinoma bronkogenik atau kanker paru dapat berupa metastasis atau lesi
primer. Kebanyakan tumor ganas primer dari sistem pernapasan bawah bersifat
epithelial dan berasal dari mukosa percabangan bronkhus (Muttaqin, 2008).

C. Etiologi
Beberapa penyebab kanker paru menurut Arif Muttaqin (2008: 198-199) tersebut
yaitu :
1. Merokok
Kanker paru beresiko 10 kali lebih tinggi dialami perokok berat dibandingkan
dengan bukan perokok. Peningkatan faktor resiko ini berkaitan dengan
riwayat jumlah merokok dalam tahun (jumlah bungkus rokok yang digunakan
setiap hari dikali jumlah tahun merokok) serta faktor saat mulai merokok
(semakin muda individu mulai merokok, semakin besar resiko terjadinya
kanker paru). Faktor lain yang juga dipertimbangkan termasuk didalamnya
jenis rokok yang diisap (kandungan tar, rokok filter, dan kretek).
2. Polusi udara
Ada berbagai karsinogen telah diidentifikasi, termasuk didalamnya adalah
sulfur, emisi kendaraan bermotor, dan polutan dari pengolahan dan pabrik.
Bukti-bukti menunjukkan bahwa insiden kanker paru lebih besar didaerah
perkotaan sebagai akibat penumpukan polutan dan emisi kendaraan.
3. Polusi lingkungan kerja
Pada keadaan tertentu, karsinoma bronkogenik tampaknya merupakan
suatu penyakit akibat polusi di lingkungan kerja. Dari berbagai bahaya
industri, yang paling berbahaya adalah asbes yang kini banyak sekali
diproduksi dan digunakan pada bangunan. Resiko kanker paru diantara para
pekerja yang berhubungan atau lingkungannya mengandung asbes ±10 kali
lebih besar daripada masyarakat umum. Peningkatan resiko ini juga dialami
oleh mereka yang bekerja dengan uranium, kromat, arsen (misalnya
insektisida yang digunakan untuk pertanian), besi, dan oksida besi. Resiko
kanker paru akibat kontak dengan asbes maupun uranium akan menjadi
lebih besar lagi jika orang itu juga perokok.
4. Rendahnya asupan vitamin A
Beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa perokok yang dietnya rendah
vitamin A dapat memperbesar resiko terjadinya kanker paru. Hipotesis ini
didapat dari berbagai penelitian yang menyimpulkan bahwa vitamin A dapat
menurunkan resiko peningkatan jumlah sel-sel kanker. Hal ini berkaitan
dengan fungsi utama vitamin A yang turut berperan dalam pengaturan
diferensiasi sel.
5. Faktor herediter
Terdapat juga bukti bahwa anggota keluarga dari penderita kanker paru
memiliki resiko yang lebih besar mengalami penyakit yang sama. Walaupun
demikian masih belum diketahui dengan pasti apakah hal ini benar-benar
herediter atau karena faktor-faktor familial.
C. Patofisiologi Kanker Paru
Dari etiologi yang menyerang percabangan segmen/sub bronkus menyebabkan
cilia hilang dan deskuamasi sehingga terjadi pengendapan karsinogen. Dengan
adanya pengendapan karsinogen maka menyebabkan metaplasia, hyperplasia
dan displasia. Bila lesi perifer yang disebabkan oleh metaplasia, hyperplasia dan
displasia menembus ruang pleura, biasa timbul efusi pleura, dan bisa diikuti
invasi langsung pada kosta dan korpus vertebra.
Lesi yang letaknya sentral berasal dari salah satu cabang bronkus yang terbesar.
Lesi ini menyebabkan obstuksi dan ulserasi bronkus dengan diikuti dengan
supurasi di bagian distal. Gejala – gejala yang timbul dapat berupa batuk,
hemoptysis, dispneu, demam, dan dingin.Wheezing unilateral dapat terdengan
pada auskultasi. Pada stadium lanjut, penurunan berat badan biasanya
menunjukkan adanya metastase, khususnya pada hati. Kanker paru dapat
bermetastase ke struktur – struktur terdekat seperti kelenjar limfe, dinding
esofagus, pericardium, otak, tulang rangka.
D. Komplikasi
Menurut Novit Widya Rahayu (2012) kanker paru-paaru dapat menyebabkan
beberapa komplikasi, misalnya:
1. Batuk darah
2. Cairan di dada (efusi pleura)
3. Kanker yang menyebar ke bagian lain dari tubuh (metastasis)
4. Kematian

E. Klasifikasi Kanker Paru


Menurut Tim Cancer Helps (2010) Kanker paru terdiri atas dua jenis yaitu, Small
Cell Lung Cancer (SCLC) dan Non-Small Cell Lung Cancer (NSCLC). Lebih dari
80% kasus kanker paru merupakan NSCLC dengan subkategori
adenokarsinoma, karsinoma, squamosa dan karsinoma sel besar.
1. Non-Small Cell Lung (NSCLC)
Kanker paru jenis ini terbagi menjadi tiga, yaitu sebagai berikut.
a. Karsinoma squamosa
Merupakan jenis kanker yang paling umum terjadi.proses ini berkembang
di dalam sel yang menggarisi saluran udara. NSCLC merupakan jenis
kanker yang sering terjadi. Penyebab utamanya adalah rokok.
b. Adenokarsinoma
Merupakan jenis kanker paru yang berkembang dari sel-sel yang
memproduksi lender atau dahak di permukaan saluran udara, jenis ini
lebih umum terjadi.
c. Karsinoma sel besar
Merupakan salah satu jenis sel kanker paru yang apabila dilihat di bawah
mikroskop bentuk bundar besar. Sering juga di sebut undiferentiated
carcinoma.
2. Small Cell Lung (SCLC)
Lebih dari 80% kasus kanker paru merupakan golongan NSCLC.
F. Manifestasi
Sudoyo Aru dalam Kusuma 2015 memaparkan bahwa pada fase awal
kebanyakan kanker paru tidak menunjukkan gejala-gejala klinis. Bila sudah
menampakkan gejala berarti pasien dalam stadium lanjut.
Gejala-gejala dapat bersifat :
1. Lokal (tumor setempat) :
a. Batuk baru atau batuk lebih hebat pada batuk kronis
b. Hemoptisis
c. Mengi (wheezing, stridor) karena ada obstruksi saluran napas
d. Kadang terdapat kavitas seperti abses paru
e. Aelektasis
f. Nyeri dada
g. Dispnea karena efusi pleura
h. Invasi ke pericardium, terjadi temponade atau aritmia
i. Sindrom Paraneoplastik : Terdapat pada 10% kanker paru, dengan
gejala:
o Sistemik : penurunan berat badan, anoreksia, demam
o Hematologi : leukositosis, anemia, hiperkoagulasi
o Hipertrofi : osteoartropati
o Neurologic : dementia, ataksia, tremor, neuropati perifer
o Neuromiopati
o Endokrin : sekresi berlebihan hormone paratiroid (hiperkalsemia)
o Dermatologi : eritema multiform, hyperkeratosis, jari tabuh
o Renal : syndrome of inappropriate andiuretic hormone (SIADH)

G. Penatalaksanaan Medis
Pengobatan pasien kanker paru-paru biasanya mempertimbangkan aspek
riwayat pasien, stadium kanker, dan kondisi kesehatan umum pasien. Berikut ini
akan dijelaskan beberapa pengobatan yang umumnya dilakukan pada penderita
kanker paru-paru.
1. Pembedahan
a. Reseksi baji, yaitu pengangkatan sebagian kecil lobus dari paru-paru.
b. Lobektomi, yaitu pengangkatan beberapa lobus dari paru-paru.
c. Pneumonectomi, yaitu pengangkatan seluruh bagian paru-paru.
2. Kemoterapi
Penderita SCLC terutama diobati dengan kemoterapi dan radiasi karena
tindakan pembedahan biasanya tidak terpengaruh besar terhadap survival
(kelangsungan hidup). Kemoterapi primer biasanya juga diberikan paada
kasus NSCLC yang sudah bermetastasis atau menyebar.
3. Radioterapi
Radiasi kadang-kadang digunakan sebagai pengobatan utama kanker paru-
paru. Mungkin digunakan untuk orang yang tidak cukup sehat untuk
menjalani operasi. Untuk pasien kanker lainnya, radiasi dilakukan untuk
mengecilkan kankernya (dilakukan sebelum operasi).
Menurut Arif Muttaqin (2008) pemeriksaan diagnostik pada kanker
paru meliputi :
a. Pemeriksaan radiologi
b. Bronkhoskopi
c. Sitologi
Penatalaksanaan Non-bedah (Nonsurgical Management)
a. Terapi Oksigen
b. Terapi Obat
Jika klien mengalami bronkospasme, dokter dapat memberikan obat
golongan bronkodilator (seperti pada klien asma) dan kortikosteroid untuk
mengurangi, bronkospasme, inflamasi, dan edema.

H. Pemeriksaan Penunjang
a. Carcino embryonic antigen
adalah protein yang dihasilkan oleh epitel saluran cerna janin yang juga
dapatdiekstraksi dari tumor saluran cerna orang de1asa. Pemeriksaan &0A ini
bertujuan untuk mengetahui adanya kanker usus besar, khususnya
ardenocarcinoma. Pemeriksaan &0A merupakan uji laboratorium yang tidak
spesipik karena hanya 70 %kasus didapatkan peningkatan pada kanker usus
besar dan pankreas. Peningkatan kadar CEA dilaporkan pula padakeganasan
oesophagus, lambung, usus halus, dubur, kanker payudara, kanker serviks,
kanker paru, sirosis hati, pneumonia, pankreas hepatitis akut, gagal ginjal,
penyakit in/lamasi dan trauma pasca operasi, yang penting diketahui pula
bahwa CEA dapat meningkat pada perokok.
b. Fine Needle Aspirasi Biopsi (FNAB)
aspirasi jarum halus adalah pemeriksaan langsung pada benjolan penderita
tumor menggunakan jarum kecil, mulai ukuran 23 sampai dengan 27
tergantung pada ukuran, lokasi serta sifat tumor. Syarat dari pemeriksaan
FNAB ini adalah tumor harus teraba dan dapat dijangkau jarum. Apabila tumor
terlalu dalam atau tidak terlihat dari luar, sebagai contoh tumor paru, maka
dapat dilakukan FNAB dengan tuntunan CT scan atau USG. Kelebihan dari
pemeriksaan FNAB adalah cepat (selesai dalam 1 hari), tidak perlu puasa
sehingga bisa dilakukan kapan saja, tidak terlalu sakit, dan bisa memberikan
diagnosa yang akurat untuk penanganan lanjutan. Penderita dengan benjolan
di leher, baik struma ataupun limfadenopati tercatat paling banyak dikirim ke
laboratorium Patologi Anatomi (PA) untuk dilakukan FNAB, disusul benjolan
payudara. Usia pasien beragam, mulai dari bayi sampai dewasa. Jenis
kelamin didominasi oleh wanita.
Hasil pemeriksaan FNAB dapat membantu klinisi dalam menegakkan
diagnosa untuk kelanjutan terapi. Karena itulah bisa disebut sebagai triple
diagnosis, berdasar diagnosa klinik dari klinisi, pemeriksaan modalitas lain
seperti radiologi, dan akhirnya ditegakkan dengan diagnosa PA (FNAB),
walaupun golden standard tetap adalah dengan pemeriksaan histopatologi
jaringan.
c. EFGR
Gen EGFR berperan dalam patogenesis adenokarsinoma paru yang berawal
dari lesi pre neoplastik yang disebut sebagai hiperplasia adenomatosa atipikal
yang kemudian berkembang menjadi bronchioloalveolar carcinoma (BAC).
Fokus invasi berkembang dari pusat fibrotik BAC yang kemudian berubah
menjadi adenokarsinoma invasif walaupun elemen non invasif masih berada
di perbatasan tumor. Pada beberapa penelitian ditemukan mutasi gen EGFR
sudah terjadi pada awal patogenesis dengan ditemukan mutasi ini pada epitel
saluran napas normal yang berdekatan dengan tumor. Walaupun demikian,
mutasi gen EGFR tetap lebih banyak ditemukan di lesi pre neoplastik dan lesi
pre invasif dibandingkan dengan epitel normal. Heterogenitas mutasi pada
tumor sangat kecil sehigga mutasi gen EGFR berkontribusi besar dalam
patogenesis tumor. Sementara itu amplifikasi gen EGFR ternyata terjadi pada
fase akhir karsinogenesis dan lebih sering ditemukan pada saat metastasis
yang mencerminkan amplifikasi gen EGFR lebih berperan pada fenotip
metastasis.
I. Penatalaksanaan Keperawatan
1. Pengkajian
Pengkajian dilaukan dengan mengidentifikasi riwayat kesehatan klien atau
pasien yakni:
a. Kaji Riwayat penggunaan tembakau, termasuk jumlah lamanya merokok,
usia, mulai, jumlah sigaret per hari, sigaret atau rokok pipa, dan lamanya
waktu sejak berhenti merokok.
b. Identifikasi apakah klien mengalami batuk menetap (produktif atau non-
produktif), produksi sputum, nyeri dada, dan serangan ulang pnemonia
ataupun bronkitis.
c. Idenfitifikasi apakah klien bekerja pada lingkungan yang mengandung
polutan (contoh asbes, debu batubara, serbuk knalpot, iritan kimia).
d. Identifikasi apakah banyak perokok lain ditempat kerja atau dirumah klien.
e. Kaji ulang riwayat keluarga klien untuk adanya kanker, tuberkulosis,
ataupun penyakit paru obstruksi kronik.
f. Aktivitas/ istirahat
Gejala : Kelemahan, ketidakmampuan mempertahankan kebiasaan rutin,
dispnea karena aktivitas.
Tanda : Kelesuan( biasanya tahap lanjut).
g. Sirkulasi
Gejala : JVD (obstruksi vana kava). Bunyi jantung : gesekan pericardial
(menunjukkan efusi). Takikardi/ disritmia. Jari tabuh.
h. Integritas ego
Gejala : Perasaan taku. Takut hasil pembedahan Menolak kondisi yang
berat/ potensi keganasan.
Tanda : Kegelisahan, insomnia, pertanyaan yang diulang – ulang.
i. Eliminasi
Gejala : Diare yang hilang timbul (karsinoma sel kecil). Peningkatan
frekuensi/ jumlah urine (ketidakseimbangan hormonal, tumor epidermoid)
j. Makanan/ cairan
Gejala : Penurunan berat badan, nafsu makan buruk, penurunan
masukan makanan. Kesulitan menelan. Haus/ peningkatan masukan
cairan.
Tanda : Kurus, atau penampilan kurang berbobot (tahap lanjut). Edema
wajah/leher, dada punggung (obstruksi vena kava), edema
wajah/periorbital (ketidakseimbangan hormonal, karsinoma sel kecil).
Glukosa dalam urine (ketidakseimbangan hormonal, tumor epidermoid).
k. Nyeri/ kenyamanan
Gejala : Nyeri dada (tidak biasanya ada pada tahap dini dan tidak selalu
pada tahap lanjut) dimana dapat/ tidak dapat dipengaruhi oleh perubahan
posisi.
Nyeri bahu/ tangan (khususnya pada sel besar atau adenokarsinoma)
Nyeri abdomen hilang timbul.
l. Pernafasan
Gejala : Batuk ringan atau perubahan pola batuk dari biasanya dan atau
produksi sputum. Nafas pendek. Pekerja yang terpajan polutan, debu
industri. Serak, paralysis pita suara. Riwayat merokok.
Tanda : Dispnea, meningkat dengan kerja. Peningkatan fremitus taktil
(menunjukkan konsolidasi). Krekels/ mengi pada inspirasi atau ekspirasi
(gangguan aliran udara), krekels/ mengi menetap; pentimpangan trakea
(area yang mengalami lesi). Hemoptisis.
m. Keamanan
Tanda : Demam mungkin ada (sel besar atau karsinoma). Kemerahan,
kulit pucat (ketidakseimbangan hormonal, karsinoma sel kecil)
n. Seksualitas
Tanda : Ginekomastia (perubahan hormone neoplastik, karsinoma sel
besar). Amenorea/ impotent (ketidakseimbangan hormonal, karsinoma sel
kecil)
2. Diagnosa Keperawatan
No. Diagnosa NOC NIC
1. Gangguan Setelah dilakukan tindakan
1) Posisikan pasien
pertukaran gas keperawatan selama….
untuk
berhubungan gangguan pertukaran
memaksimalkan
dengan pasien teratasi dengan ventilasi
penurunan kriteria hasil: 2) Pasang mayo bila
kapasistas 1) Respiratory Status: gas
perlu
paru sekunder exchange 3) Lakukan fisioterapi
terhadap a. Mendemonstrasikan dada jika perlu
destruksi batuk efektif dan suara
4) Keluarkan sekret
jaringan nafas yang bersih, dengan batuk atau
tidak ada sianosis dan
suction
dyspneu (mampu
5) Auskultasi suara
mengeluarkan nafas, catat adanya
sputum, mampu
suara tambahan
bernafas dengan
6) Berikan bronkodilator
mudah, tidak ada
7) Barikan pelembab
pursed lips) udara
8) Atur intake untuk
2) Keseimbangan asam cairan
basa, elektrolit mengoptimalkan
a. AGD dalam batas keseimbangan.
normal 9) Monitor respirasi dan
status O2
3) Respiratory Status : 10) Catat pergerakan
ventilation dada,amati
a. Mendemonstrasikan kesimetrisan,
peningkatan ventilasi penggunaan otot
dan oksigenasi yang tambahan, retraksi
adekuat otot supraclavicular
b. Memelihara dan intercostal
kebersihan paru paru 11) Monitor suara nafas,
dan bebas dari tanda seperti dengkur
tanda distress 12) Monitor pola nafas :
pernafasan bradipena, takipenia,
kussmaul,
4) Vital Sign Status hiperventilasi, cheyne
a. Tanda tanda vital stokes, biot
dalam rentang 13) Auskultasi suara
normal nafas, catat area
penurunan / tidak
adanya ventilasi dan
suara tambahan
14) Monitor TTV, AGD,
elektrolit dan ststus
mental
15) Observasi sianosis
khususnya membran
mukosa
16) Jelaskan pada pasien
dan keluarga tentang
persiapan tindakan
dan tujuan
penggunaan alat
tambahan (O2,
Suction, Inhalasi)
17) Auskultasi bunyi
jantung, jumlah,
irama dan denyut
jantung

2. Ketidak Setelah dilakukan tindakan 1) Pastikan kebutuhan


keperawatan selama….., oral/tracheal
efektifan
pasien menunjukkan suctioning.
bersihan jalan keefektifan jalan nafas 2) Berikan O2
dibuktikan dengan kriteria 3) Anjurkan pasien
napas
hasil: untuk istirahat dan
berhubungan 1. Respiratory status : napas dalam
Airway patency 4) Posisikan pasien
dengan
a. Menunjukkan jalan untuk
obstruksi tumor nafas yang paten memaksimalkan
(klien tidak merasa ventilasi
dan
tercekik, irama 5) Lakukan fisioterapi
peningkatan nafas, frekuensi dada jika perlu
pernafasan dalam 6) Keluarkan sekret
sekresi
rentang normal, dengan batuk atau
tidak ada suara suction
trakeobronkial nafas abnormal) 7) Auskultasi suara
b. Mendemonstrasika nafas, catat adanya
n batuk efektif dan suara tambahan
suara nafas yang 8) Berikan
bersih, tidak ada bronkodilator
sianosis dan 9) Monitor status
dyspneu (mampu hemodinamik
mengeluarkan 10) Berikan antibiotik
sputum, bernafas 11) Atur intake untuk
dengan mudah, cairan
tidak ada pursed mengoptimalkan
lips) keseimbangan.
c. Saturasi O2 dalam 12) Monitor respirasi dan
batas normal status O2
d. Foto thorak normal 13) Pertahankan hidrasi
yang adekuat untuk
mengencerkan
secret
14) Jelaskan pada
pasien dan keluarga
tentang penggunaan
peralatan : O2,
Suction, Inhalasi

3. Nyeri akut Setelah dilakukan tindakan 1) Lakukan pengkajian


keperawatan selama….., nyeri secara
berhubungan
pasien tidak mengalami komprehensif
dengan nyeri, dengan kriteria hasil: termasuk lokasi,
1) Pain Level, karakteristik, durasi,
tekanan tumor
a. Tanda vital dalam frekuensi, kualitas
pada jaringan rentang normal dan faktor presipitasi
b. Tidak mengalami 2) Observasi reaksi
penunjang dan
gangguan tidur nonverbal dari
erosi jaringan c. Melaporkan bahwa ketidaknyamanan
nyeri berkurang3) Bantu pasien dan
dengan keluarga untuk
menggunakan mencari dan
manajemen nyeri menemukan
d. Mampu mengenali dukungan
nyeri (skala,
4) Kontrol lingkungan
intensitas, frekuensi yang dapat
dan tanda nyeri) mempengaruhi nyeri
e. Menyatakan rasa seperti suhu ruangan,
nyaman setelah pencahayaan dan
nyeri berkurang kebisingan
5) Kurangi faktor
2) pain control, presipitasi nyeri
a. Mampu 6) Kaji tipe dan sumber
mengontrol nyeri nyeri untuk
(tahu penyebab menentukan
nyeri, mampu intervensi
menggunakan 7) Ajarkan tentang
tehnik teknik non
nonfarmakologi farmakologi: napas
untuk mengurangi dala, relaksasi,
nyeri, mencari distraksi, kompres
bantuan) hangat/ dingin
8) Berikan analgetik
untuk mengurangi
nyeri
9) Tingkatkan istirahat
10) Berikan informasi
tentang nyeri seperti
penyebab nyeri,
berapa lama nyeri
akan berkurang dan
antisipasi
ketidaknyamanan dari
prosedur
11) Monitor vital sign
sebelum dan sesudah
pemberian analgesik
pertama kali
DAFTAR PUSTAKA

Guyton, A. C. & John, E. Hall (2009) Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 11.
Editor: Irawati Setiawan. Jakarta : EGC.

Soemantri (2007) Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Gangguan Sistem


Pernafasan. Jakarta : Salemba Medika.

Wilkinson, Judith M. & Nancy R. Ahern. (2012). Buku Saku Diagnosis


Keperawatan: Diagnosis NANDA, Intervensi NIC, Kriteria Hasil NOC.
Edisi 9. Jakarta : EGC

Elizabeth, J. Corwin.2008. Buku Saku Patofisiologis. Jakarta: ECG.

Suryo, Joko. 2010. Herbal Penyembuhan Gangguan Sistem Pernapasan.


Yogyakarta: B First.

Anda mungkin juga menyukai