DI SUSUN OLEH :
Noor Laila Sari, S.Kep
NIM: 18NS265
JUDUL KASUS :
Banjarmasin,………………........2019
Menyetujui,
…………………………………. ………………………………….
NIK/NIP. ................................ NIK. .......................................
LEMBAR PENGESAHAN
JUDUL KASUS :
Banjarmasin,………………........2019
Menyetujui,
…………………………………. …………………………………
NIK/NIP. ................................ NIK. .....................................
Mengetahui,
Ketua Program Studi Ners
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
Sari Mulia Banjarmasin
Katup trikuspid berada diantara atrium kanan dan ventrikel kanan. Bila katup
ini terbuka, maka darah akan mengalir dari atrium kanan menuju ventrikel
kanan. Katup trikuspid berfungsi mencegah kembalinya aliran darah menuju
atrium kanan dengan cara menutup pada saat kontraksi ventrikel. Sesuai
dengan namanya, katup trikuspid terdiri dari 3 daun katup.
2) Katup pulmonal
Setelah katup trikuspid tertutup, darah akan
mengalir dari dalam ventrikel kanan melalui
trunkus pulmonalis. Trunkus pulmonalis
bercabang menjadi arteri pulmonalis kanan
dan kiri yang akan berhubungan dengan
jaringan paru kanan dan kiri. Pada pangkal trunkus pulmonalis terdapat katup
pulmonalis yang terdiri dari 3 daun katup yang terbuka bila ventrikel kanan
berkontraksi dan menutup bila ventrikel kanan relaksasi, sehingga
memungkinkan darah mengalir dari ventrikel kanan menuju arteri pulmonalis.
3) Katup bikuspid
Katup bikuspid atau katup mitral mengatur
aliran darah dari atrium kiri menuju ventrikel
kiri.. Seperti katup trikuspid, katup bikuspid
menutup pada saat kontraksi ventrikel. Katup bikuspid terdiri dari dua daun
katup.
4) Katup Aorta
Katup aorta terdiri dari 3 daun katup yang
terdapat pada pangkal aorta. Katup ini akan
membuka pada saat ventrikel kiri
berkontraksi sehingga darah akan mengalir
keseluruh tubuh. Sebaliknya katup akan
menutup pada saat ventrikel kiri relaksasi, sehingga mencegah darah masuk
kembali kedalam ventrikel kiri.
7. Komponen Sistem Induksi Jantung
a) Sinoatrial
b) Atrioventrikular
c) RA, LA, RV, LV
8. Peace Meker ( Pusat Picu Jantung )
Fungsi utama jantung adalah memompa
darah ke seluruh tubuh dimana pada saat
memompa jantung otot-otot jantung
(miokardium) yang bergerak. Untuk fungsi
tersebut, otot jantung mempunyai
kemampuan untuk menimmbulkan
rangsangan listrik.
Aktifitas kontraksi jantung untuk memompa
darah keseluruh tubuh selalu didahului oleh aktifitas listrik. Aktifitas listrik
inidimulai pada nodus sinoatrial (nodus SA) yang terletak pada celah antara
vena cava suiperior dan atrium kanan. Pada nodus SA mengawali
gelombang depolarisasi secara spontan sehingga menyebabkan timbulnya
potensial aksi yang disebarkan melalui sel-sel otot atrium, nodus
atrioventrikuler (nodus AV), berkas His, serabut Purkinje dan akhirnya ke
seluruh otot ventrikel.
B. Definisi
Hipertensi adalah tekanan darah tinggi yang bersifat abnormal dan diukur
paling tidak pada tiga kesempatan yang berbeda. Secara umum, seseorang
dianggap mengalami hipertensi apabila tekanan darahnya lebih tinggi dari
140/90 mmHg (Elizabeth dalam Ardiansyah,M. 2012). Hipertensi Heart Disease
(HHD) adalah istilah yang diterapkan untuk menyebutkan penyakit jantung
secara keseluruhan, mulai dari left ventricle hyperthrophy (LVH), aritmia jantung,
penyakit jantung koroner, dan penyakit jantung kronis, yang disebabkan karena
peningkatan tekanan darah, baik secara langsung maupun tidak langsung.
(Morton, 2012).
C. Etiologi
1. Hipertensi essensial (hipertensi primer) yaitu hipertensi yang tidak diketahui
Hipertensi Esensial atau Hipertensi Primer. Penyebab dari hipertensi ini
belum diketahui, namun faktor risiko yang diduga kuat adalah karena
beberapa faktor berikut ini (Riyadi,S. 2011):
a. Keluarga dengan riwayat hipertensi
b. Kurang aktivitas fisik dan Olahaga
c. Pemasukkan alkohol berlebih
d. Psikososial atau stress
e. Pola Makan
Selain faktor-faktor diatas adapula faktor yang diduga berkaitan dengan
berkembangnya hipertensi esensial diantaranya( Ardiansyah,M. 2012) :
a. Umur
b. Jenis kelamin
c. Berat badan atau obesitas
d. Kebiasaan merokok
2. Menurut Oman (2008), hipertensi sekunder yaitu hipertensi yang di sebabkan
oleh penyakit lain.
a. Ginjal : Glomerulonefritis, Pielonefritis, Nekrosis tubular akut, Tumor.
b. Vascular : Aterosklerosis, Hiperplasia, Trombosis, Aneurisma, Emboli
kolestrol, Vaskulitis.
c. Kelainan endokrin : DM, Hipertiroidisme, Hipotiroidisme.
d. Saraf : Stroke, Ensepalitis, SGB.
e. Obat – obatan : Kontrasepsi oral, Kortikosteroid.
3. Menurut Mansjoer (2010), penyebab hipertensi pada orang dengan lanjut
usia adalah terjadinya perubahan-perubahan pada :
a. Elastisitas dinding aorta menurun.
b. Katub jantung menebal dan menjadi kaku.
c. Kemampuan jantung memompa darah menurun 1% setiap tahun
sesudah berumur 20 tahun kemampuan jantung memompa darah
menurun menyebabkan menurunnya kontraksi dan volumenya.
d. Kehilangan elastisitas pembuluh darah. Hal ini terjadi karena kurangnya
efektifitas pembuluh darah perifer untuk oksigenasi.
e. Meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer.
D. Klasifikasi
Fronlich membagi kelainan jantung akibat hipertensi menjadi empat tingkatan
yaitu;
1. Tingkat I : Besarnya jantung masih normal, belum terlihat kelainan
jantung pada pemeriksaan EKG maupun radiology.
2. Tingkat II : Tampak kelainan atrium kiri pada pemeriksaan EKG dan
adanya suara jantung ke-4 (atrial gallop) sebagai tanda
adanya hypertrophy ventrikel kiri.
3. Tingkat III : Tampak adanya hypertrophy ventrikel kiri pada pemeriksaan
EKG dan radiology.
4. Tingkat IV : Adanya kegagalan jantung kiri.
E. Patofisiologi
Penyulit utama pada penyakit jantung hipertensif adalah hipertrofi
ventrikel kiri yang terjadi sebagai akibat langsung dari peningkatan bertahap
tahanan pembuluh darah perifer dan beban akhir ventrikel kiri. Faktor yang
menentukan hipertrofi ventrikel kiri adalah derajat dan lamanya peningkatan
diastole. Pengaruh beberapa faktor humoral seperti rangsangan simpato-adrenal
yang meningkat dan peningkatan aktivasi system renin-angiotensin-aldosteron
(RAA) belum diketahui, mungkin sebagai penunjang saja. Fungsi pompa
ventrikel kiri selama hipertensi berhubungan erat dengan penyebab hipertrofi
dan terjadinya aterosklerosis primer (Chang, 2010).
Pada stadium permulaan hipertensi, hipertrofi yang terjadi adalah difus
(konsentrik). Rasio massa dan volume akhir diastolik ventrikel kiri meningkat
tanpa perubahan yang berarti pada fungsi pompa efektif ventrikel kiri. Pada
stadium selanjutnya, karena penyakir berlanjut terus, hipertrofi menjadi tak
teratur, dan akhirnya eksentrik, akibat terbatasnya aliran darah koroner. Khas
pada jantung dengan hipertrofi eksentrik menggambarkan berkurangnya rasio
antara massa dan volume, oleh karena meningkatnya volume diastolik akhir. Hal
ini diperlihatkan sebagai penurunan secara menyeluruh fungsi pompa
(penurunan fraksi ejeksi), peningkatan tegangan dinding ventrikel pada saat
sistol dan konsumsi oksigen otot jantung. Hal-hal yang memperburuk fungsi
mekanik ventrikel kiri berhubungan erat bila disertai dengan
penyakit jantung coroner (Chang, 2010).
Walaupun tekanan perfusi koroner meningkat, tahanan pembuluh
koroner juga meningkat. Jadi cadangan aliran darah koroner berkurang.
Perubahan-perubahan hemodinamik sirkulasi koroner pada hipertensi
berhubungan erat dengan derajat hipertrofi otot jantung. Ada 2 faktor utama
penyebab penurunan cadangan aliran darah koroner, yaitu :
1. Penebalan arteriol koroner, yaitu bagian dari hipertrofi umum otot polos
pembuluh darah resistensi arteriol (arteriolar resistance vessels) seluruh
badan. Kemudian terjadi retensi garam dan air yang mengakibatkan
berkurangnya compliance pembuluh-pembuluh ini dan mengakibatkan
tahanan perifer;
2. Hipertrofi yang meningkat mengakibatkan kurangnya kepadatan kepiler per
unit otot jantung bila timbul hipertrofi eksentrik. Peningkatan jarak difusi
antara kapiler dan serat otot yang hipertrofik menjadi factor utama pada
stadium lanjut dari gambaran hemodinamik ini.
Jadi, faktor koroner pada hipertensi berkembang menjadi akibat penyakit,
meskipun tampak sebagai penyebab patologis yang utama dari gangguan
aktifitas mekanik ventrikel kiri. (Chang, 2010).
Pathway
F. Manifestasi Klinis
Menurut Mansjoer (2010) manifestasi klinis pada pasien HHD yaitu:
1. Tekanan darah yang tinggi
2. Sesak nafas pada gangguan fungsi sistolik
3. Dapat pula ditemukan perubahan pada retina seperti perdarahan, eksudat
(kumpulan cairan) dan penyenpitan pembuluh darah.
4. Pada kasus berat, edema pupil (edema pada diskus optikus).
5. Hipertrofi ventrikel kiri terjadi sebagai respons peningkatan beban kerja
ventrikel saat dipakai berkontrasi melawan tekanan sistemik yang meningkat.
Apabia jantung tidak mampu lagi menahan peningkatkan beban kerja, maka
dapat terjadi gagal jantung kiri.
G. Pemeriksaan Penunjang
Menurut Smeltzer (2013) pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan yaitu:
1. Pemeriksaan laboratorium
Untuk memeriksa kelainan pada ginjal dan jantung
2. Pemeriksaan EKG (Elektrokardiogram)
Menunjukan tanda-tanda hipertrofi diventrikel kiri
3. Pemeriksaan Elektrokardiografi
Untuk memantau terjadinya hipertrofi ventrikel, hemodinamik kardiovaskuler
dan tanda-tanda iskemia miokard yang menyertai penyakit jantung hipertensi
pada stadium lanjut.
4. Pemeriksaan Radiologi
Pada posisi posterior- anterior (PA) terlihat pembesaran jantung kekiri, dan
elongasi aorta (pembuluh darah yang terlihat memanjang pada pemeriksaan
radiologi dan terlihat ada penonjolan).
H. Penatalaksanaan
Pengobatan pasien dengan penyakit jantung hipertensi terbagi dalam
dua kategori pengobatan dan pencegahan tekanan darah yang tinggi dan
pengobatan penyakit jantung hipertensi. Tekanan darah ideal adalah kurang dari
140/90 pada pasien tanpa penyakit diabetes dan penyakit ginjal kronik dan
kurang dari 130/90 pada pasien dengan penyakit diatas. Berbagai macam
strategi pengobatan penyakit jantung hipertensi menurut Oman (2008), yaitu :
1. Pengaturan Diet
Berbagai studi menunjukkan bahwa diet dan pola hidup sehat dan atau
dengan obat-obatan yang menurunkan gejala gagal jantung dan bisa
memperbaiki keadaan LVH. Beberapa diet yang dianjurkan, yaitu :
a. Rendah garam,beberapa studi menunjukan bahwa diet rendah garam
dapat menurunkan tekanan darah pada pasien hipertensi.Dengan
pengurangan komsumsi garam dapat mengurangi stimulasi system renin-
angiotensin sehingga sangat berpotensi sebagai anti hipertensi.Jumlah
intake sodium yang dianjurkan 50–100 mmol atau setara dengan 3-6
gram garam per hari.
b. Diet tinggi potassium,dapat menurunkan tekanan darah tapi
mekanismenya belum jelas.Pemberian Potassium secara intravena dapat
menyebabkan vasodilatasi,yang dipercaya dimediasi oleh nitric oxide
pada dinding vascular.
c. Diet kaya buah dan sayur.
d. Diet rendah kolesterol sebagai pencegah terjadinya jantung koroner.
e. Tidak mengkomsumsi Alkohol.
2. Olahraga Teratur
Olahraga teratur seperti berjalan, lari, berenang, bersepeda bermanfaat
untuk menurunkan tekanan darah dan dapat memperbaiki keadaan jantung.
Olaharaga isotonik dapat juga bisa meningkatkan fungsi endotel, vasodilatasi
perifer, dan mengurangi katekolamin plasma. Olahraga teratur selama 30
menit sebanyak 3-4 kali dalam satu minggu sangat dinjurkan untuk
menurunkan tekanan darah.
a. Penurunan Berat Badan
Pada beberapa studi menunjukkan bahwa obesitas berhubungan dengan
kejadian hipertensi dan LVH. Jadi penurunan berat badan adalah hal
yang sangat efektif untuk menurunkan tekanan darah. Penurunan berat
badan (1kg/minggu) sangat dianjurkan. Penurunan berat badan dengan
menggunakan obat-obatan perlu menjadi perhatian khusus karena
umumnya obat penurun berat badan yang terjual bebas mengandung
simpatomimetik, sehingga dapat meningkatan tekanan darah,
memperburuk angina atau gejala gagal jantung dan terjainya eksaserbasi
aritmia. Menghindari obat-obatan seperti NSAIDs, simpatomimetik, dan
MAO yang dapat meningkatkan tekanan darah atau menggunakannya
dengan obat antihipertensi.
b. Farmakoterapi
Pengobatan hipertensi atau penyakit jantung hipertensi dapat
menggunakan berbagai kelompok obat antihipertensi seperti thiazide,
beta-blocker dan kombinasi alpha dan beta blocker, calcium channel
blockers, ACE inhibitor, angiotensin receptor blocker dan vasodilator
seperti hydralazine. Hampir pada semua pasien memerlukan dua atau
lebih obat antihipertensi untuk mencapai tekanan darah yang diinginkan.
Brunner & Suddart, (2013). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Vol 3, Edisi 8,
Penerbit RGC, Jakarta.
Chang, E., Daly, J., dan Elliott, D., (2010), Patofisiologi Aplikasi Pada Praktik
Keperawatan, 112-113, Jakarta, EGC.
Mansjoer, Arif. (2010). Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta : EGC Buku Kedokteran
Nanda. (2018). Diagnosis Keperawatan Definisi & Klasifikasi 2018 - 2020 Edisi 11
editor T Heather Herdman, Shigemi Kamitsuru. Jakarta: EGC.
Smeltzer C Suzanne. (2013). Buku Ajar Keperawatan Medical Bedah, Brunner and
Suddarth’s, Ed 8 Vol 1. Jakarta: EGC.