Anda di halaman 1dari 50

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Ibu dan anak adalah kelompok prioritas dalam penyelenggaraan upaya
kesehatan, karena kesehatan ibu dan anak merupakan indikator keberhasilan
pembangunan kesehatan suatu bangsa. Upaya pemeliharaan kesehatan anak
ditujukan untuk mempersiapkan generasi mendatang yang sehat, cerdas, dan
berkualitas serta untuk menurunkan angka kematian anak. Upaya ini dilakukan
sejak janin masih dalam kandungan, dilahirkan, setelah dilahirkan dan sampai
berusia 18 tahun. Inisiasi menyusu dini direkomendasikan oleh WHO segera
setelah bayi lahir dengan metode skin to skin, kepala bayi diletakkan diantara
payudara ibu kemudian membiarkan bayi dengan nalurinya sendiri mencari
papilla mamae ibunya (Kemenkes, 2020 dalam Zulala 2018, dkk diakses di
http://jurnal.unimus.ac.id/index.php/jur_bid/)
Di Indonesia pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini (IMD) disosialisasikan
pada saat Pekan ASI se-Dunia tahun 2007. Ibu Presiden Republik Indonesia
menghimbau agar para ibu memberi kesempatan pada bayinya untuk menyusu
dalam satu jam pertama setelah dilahirkan, serta menghimbau semua petugas
kesehatan yang terlibat dalam persalinan termasuk para dokter dan bidan untuk
membantu ibu-ibu melaksanakan IMD segera setelah melahirkan (Kementerian
Koordinator BidangKesejahteraan Rakyat. IMD menjadi begitu penting untuk
dilakukan karena sejak tahun 2008 dalam Asuhan Persalinan Normal (APN), IMD
merupakan langkah terakhir yang harus dilakukan oleh petugas kesehatan yang
membantu persalinan (Depkes, 2008 dalam Haerunisa 2012 diakses di
http://repositori.uin-alauddin.ac.id/)
Berdasarkan hasil penelitian dari WHO (World Health Organization)
tahun 2013, di enam negara berkembang resiko kematian bayi usia antara 9-12
bulan meningkat 40% jika bayi tersebut tidak disusui. Untuk bayi berusia dibawah
2 bulan, angka kematian ini meningkat menjadi 48% sekitar 40% kematian balita
terjadi satu bulan pertama kehidupan bayi. Inisiasi Menyusu Dini (IMD) dapat
mengurangi 22% kematian bayi 28 hari, berarti inisiasi menyusu dini (IMD)

1
mengurangi kematian balita 8,8%. Namun, di Indonesia hanya 8% ibu yang
memberikan ASI eksklusif kepada bayinya sampai berumur 6 bulan dan hanya
4% bayi disusui ibunya dalam waktu satu jam pertama setelah kelahirannya.
Padahal sekitar 21.000 kematian bayi baru lahir (usia dibawah 28 hari) di
Indonesia dapat dicegah melalui pemberian ASI pada satu jam pertama setelah
lahir (www. researchgate.net)
Hasil Riskesdas tahun 2018 melaporkan bahwa cakupan ASI dan IMD
meningkat dari 34,5% (2013) menjadi 58,2% (2018) sedangkan prevalensi ASI
eksklusif tahun 2018 hanya 37,3%. Pada tahun 2019, Direktorat Bina Gizi
Kemenker RI menargetkan 50% dan 80% untuk cakupan IMD dan ASI eksklusif.
Kenyataannya, kesenjangan antara cakupan IMD dan ASI eksklusif semakin
tinggi. Dampak dari rendahnya cakupan IMD akan berlanjut kepada rendahnya
cakupan ASI eksklusif dan meningkatkan kejadian diare, penyakit infeksi saluran
pernapasan (ISPA) dan juga gangguan pertumbuhan disertai gizi kurang pada
masa balita dan kematian balita (Kemenkes, 2018).
Pemerintah terus berkomitmen memberikan pembinaan dan dorongan
kepada para ibu agar berhasil dalam insiasi menyusu dini (IMD), memberikan asi
eksklusif (hanya ASI saja sampai usia 6 bulan) dan meneruskan pemberian ASI
sampai berumur 2 tahun atau lebih didampingi makanan pendamping yang tepat.
Berbagai upaya telah dilakukan Kementerian Kesehatan untuk menyadarkan
masyarakat dalam memberikan ASI secara optimal, diantaranya dengan penguatan
tenaga kesehatan difasilitas kesehatan untuk Inisiasi Menyusu Dini (IMD). IMD
menjadi langkah awal yang baikdalam memulai proses ibu menyusui. Semua
tenaga kesehatan yang menolong persalinan harus paham karena mereka yang
pertama kali menjaga dan melakukan IMD baik di RS, Puskesmas, bidan, semua
harus tahu IMD. Aksi bersama ini diperlukan untuk mencapai sasaran World
Health Assembly (WHA), yaitu minimal 50% pemberian ASI eksklusif selama 6
bulan pada tahun 2025 (Kemenkes RI, 2019).
Pada perayaan Pekan Menyusui Dunia yang jatuh pada tanggal 1-7
Agustus 2020, UNICEF dan WHO menyerukan pemerintah dan semua pemangku
kepentingan untuk mempertahankan dan mempromosikan akses kepada layanan

2
yang memungkinkan para ibu untuk menyusui selama pandemi Covid-19. Inisiasi
menyusu dini dan menyusui secara eksklusif membantu anak-anak bertahan hidup
dan membangun antibody yang mereka butuhkan agar terlindung dari berbagai
penyakit yang sering terjadi pada masa kanak-kanak, seperti diare dan pneumonia.
Bukti-bukti juga menunjukkan bahwa anak yang mendapatkan ASI
memperlihatkan hasil yang lebih baik pada tes intelegensi, kemungkinan
mengalami obesitas dan mengalami kelebihan berat badan lebih kecil dan
kerentanan mengalami diabetes semasa dewasa kelak lebih rendah. Peningkatan
angka ibu menyusui secara global berpotensi menyelamatkan nyawa lebih dari
820.000 anak usia balita dan dapat mencegah penambahan 20.000 kasus kanker
payudara pada perempuan setiap tahunnya (WHO, 2020 diakses di
www.unicef.org)
Inisiasi menyusu dini (IMD) bukan program ibu menyusui bayi, akan
tetapi bayi yang harus aktif menemukan sendiri puting susu ibu. Hal ini dilakukan
dengan cara langsung meletakkan bayi baru lahir di dada ibunya dan membiarkan
bayi ini merayap untuk menemukan puting susu ibu. IMD harus dilakukan saat
lahir tanpa boleh di tunda dengan kegiatan menimbang atau mengukur bayi.
Proses ini berlangsung harus skin to skin antara ibu dan bayi (JNPK-KR, 2008).
Pada hari pertama sebenarnya bayi belum memerlukan cairan atau makanan,
tetapi 30 menit setelah dilahirkan harus disusukan pada ibunya, bukan untuk
pemberian nutrisi tetapi untuk belajar menyusu atau membiasakan menghisap
puting susu dan juga guna mempersiapkan ibu untuk mulai memproduksi ASI.
Apabila bayi tidak menghisap puting susu pada setengah jam setelah persalinan,
prolactin (hormon pembuat ASI) akan turun dan sulit merangsang prolaktin
sehingga ASI baru akan keluar pada hari ketiga atau lebih dan memperlambat
pengeluaran kolostrum. Ada beberapa intervensi yang dapat menggangu
kemampuan alami bayi untuk mencari dan menemukan sendiri payudara ibunya.
Diantaranya obat kimiawi yang diberikan saat ibu melahirkan bisa sampai ke janin
melalui ari-ari dan mungkin menyebabkan bayi sulit menyusui pada payudara ibu.
Kelahiran dengan obat-obatan atau tindakan seperti operasi caesar, vakum, forcep

3
bahkan perasaan sakit di daerah kulit yang di gunting saat episiotomi dapat pula
menggangu (Roesli, 2008).
Persalinan dengan sectio caesarea menjadi penghalang utama dalam
pelaksanaan IMD, ibu menjadi kurang percaya diri untuk melakukan kontak kulit
ke kulit dengan bayi serta efek dari anastesi yang menjadikan tertunda atau tidak
terlaksananya IMD. Peningkatan kualitas asuhan antenatal serta upaya penurunan
kejadian sectio caesarea tanpa indikasi merupakan langkah yang efektif dalam
keberhasilan pelaksanaan IMD (Orun et al, 2010). Penyebab penundaan
pelaksanaan IMD pada ibu paling sering terjadi pada persalinan sectio caesarea
dan akibat kelelahan yang dialami ibu, penundaan IMD mengakibatkan
berkurangnya sekresi air susu ibu (Shwetal et al, 2012 dalam Zulala dkk, 2018
diaksesdiakseshttp://jurnal.unimus.ac.id/index.php/jur_bid/)
Bayi baru lahir dengan sectio caesarea yang tidak dilakukan kontak kulit
ke kulit dengan ibunya mengalami penurunan seuhu 0,6 °C, penelitian oleh Horn
et al (2014) menunjukkan 17 bayi dari 21 bayi yang tidak dilakukan kontak kulit
ke kulit menjadi hipotermi (35,9 °C) sedangkan 1 dari 19 bayi yang dilakukan
kontak kulit ke kulit menjadi hipotermi. Penelitian Crenshaw (2014) menyatakan
sebagian besar ibu yang menjalani persalinan dengan sectio caesarea dan
melakukan IMD tidak menyadari proses jalannya pembedahan karena mereka
terfokus pada bayi mereka, sehingga tidak ada bukti untuk menunda pelaksanaan
IMD pada persalinan sectio caesaria (Zulala dkk, 2018 diakses di
http://jurnal.unimus.ac.id/index.php/jur_bid/)
Berdasarkan hasil wawancara dan observasi yang dilakukan di RSUD dr.
Hasri Ainun Habibie, jumlah bayi lahir normal yang dilakukan IMD tahun 2020
berjumlah 127 bayi dan yang tidak dilakukan IMD berjumlah 25 bayi, karena
apgar score dibawah 7 sehingga bayi langsung di rawat di ruang nicu untuk di
dilakukan observasi sedangkan bayi lahir sectio caesarea berjumlah 232 bayi
dimana sebagian besar tidak dilakukan IMD pada sectio caesarea karena
disebabkan oleh proses persalinan serta keadaan ibu dan bayi sehingga peneliti
tertarik untuk meneliti “Gambaran Penatalaksanaan Inisiasi Menyusu Dini (IMD)
Pada Bayi Baru Lahir Normal di RSUD dr. Hasri Ainun Habibie Gorontalo”.

4
1.2 Identifikasi Masalah
a. Di enam negara berkembang resiko kematian bayi antara 9-12 bulan
meningkat 40% jika bayi tersebut tidak disusui, sedangkan untuk bayi
berusisa di bawah 2 bulan, angka kematian bayi meningkat menjadi 48%
b. Inisiasi Menyusu Dini (IMD) dapat mengurangi 22% kematian bayi 28 hari
dan mengurangi kematian balita 8,8%, namun di Indonesia hanya 8% ibu
yang memberikan ASI eksklusif pada bayinya sampai berumur 6 bulan dan
hanya 4% bayi disusui ibunya dalam waktu satu jam pertama setelah lahir.
1.3 Data yang diperoleh dari RSUD dr. Hasri Ainun Habibie Gorontalo jumlah
bayi lahir normal yang dilakukan IMD tahun 2020 berjumlah 127 bayi dan
yang tidak dilakukan IMD berjumlah 25 bayi, karena apgar score dibawah 7
sehingga bayi langsung di rawat di ruang nicu untuk di dilakukan observasi
sedangkan bayi lahir sectio caesarea berjumlah 232 bayi dimana sebagian
besar tidak dilakukan IMD pada sectio caesarea karena disebabkan oleh
proses persalinan serta keadaan ibu dan bayi.
1.4 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka peneliti merumuskan masalah
sebagai berikut “Bagaimana Gambaran Penatalaksanaan Inisiasi Menyusu Dini
(IMD) Pada Bayi Baru Lahir Normal di RSUD dr. Hasri Ainun Habibie Provinsi
Gorontalo”?
1.5 Tujuan Penelitian
1.5.1 Tujuan Umum
Diketahuinya gambaran penatalaksanaan inisiasi menyusu dini (IMD)
pada bayi baru lahir di RSUD dr. Hasri Ainun Habibie Provinsi Gorontalo.
1.6 Manfaat Penelitian
1.6.1 Manfaat Teoritis
1. Bagi Instansi Kesehatan
Diharapkan hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi instansi kesehatan
terutama RSUD dr. Hasri Ainun Habibie,dalam memberikan pelayanan
yang baik, khusunya dalam mendukung program pemerintah dalam
penatalaksanaan inisiasi menyusu dini (IMD).

5
2. Bagi Institusi Pendidikan
Diharapkan hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai sumber informasi
bagi mahasiswa perawat dan bidan tentang pentingnya penatalaksanaan
IMD pada bayi baru lahir sesuai dengan standar operasional prosedur
3. Bagi Organisasi Profesi
Diharapkan hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai sumber informasi
bagi organisasi profesi untuk meningkatkan pengetahuan petugas kesehatan
melalui pelatihan APN update atau seminar kesehatan tentang IMD
4. Bagi petugas kesehatan
Diharapakan dapat menambah pengetahuan petugas kesehatan untuk
memberikan pelayanan IMD kepada setiap bayi baru lahir sesuai standar
operasional prosedur
5. Bagi Peneliti
Diharapkan dapat menambah pengetahuan dalam memberikan pelayanan
kesehatan di tempat kerja.

6
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Konsep Teori


2.1.1 Persalinan Normal i

1. Defenisi
Persalinan normal (partus normal atau partus spontan atau biasa di sebut
i i i i i i i i i i

i dengan partus biasa adalah lahirnya bayi dengan presentasi belakang kepala tanpa
i i i i i i i i i i

i memakai alat-alat atau pertolongan istimewa serta tidak melukai ibu dan bayi serta
i i i i i i i i i i i

i berlangsung kurang dari 24 jam (Ridha, 2014)


i i i i i i

2. Tahapan Persalinan Normal i i

Menurut Ridha (2014) persalinan atau partus di bagi menjadi 4 kala, yaitu:
i i i i i i i i i i i

a. Kala I (Kala pembukaan)


i i i

Kala I disebut biasa disebut juga kala pembukaan karena pada kala I terjadi
i i i i i i i i i i i i

pembukaan serviks dari 1 s/d 10 cm atau pembukaan lengkap. Secara klinis


i i i i i i i i i i i i

kala I dimulai dari timbulnya his yang kemudian semakin lama semakin
i i i i i i i i i i i

teratur disertai dengan keluarnya lendir bercampur darah dari vagina (blood
i i i i i i i i i i

show). Lendir yang bercampur darah ini berasal dari canalis servikalis yang
i i i i i i i i i i i

mulai membuka dan mendatar. Pergeseran-pergeseran serviks ketika


i i i i i i i

membuka menyebabkan pecahnya pembuluh darah di sekitar canalis


i i i i i i i i

servikalis sehingga terjadilah perdarahan. Proses pembukaan serviks dari 0


i i i i i i i i i

sampai dengan 10 cm. Fase laten di bagi lagi ke dalam 3 fase yaitu :
i i i i i i i i i i i i i i i

1. Fase akselerasi berlangsung dalam waktu 2 jam pembukaan dari 3cm


i i i i i i i i i

menjadi 4 cm
i i i

2. Fase dilatasi maksimal berlangsung dalam waktu 2 jam pembukaan dari 4


i i i i i i i i i i

cm menjadi 9 cm
i i i i

3. Fase deselerasi berlangsung selama 2 jam, pembukaan kembali melambat


i i i i i i i i

yakni dari 9 cm menjadi 10 cm atau pembukaan lengkap


i i i i i i i i i i

Mekanisme membukanya serviks pada primigravida dan multigravida i i i i i i

berbeda. Pada primigravida ostium uteri internum akan membuka lebih dulu
i i i i i i i i i i

sehingga serviks akan mendatar dan menipis. Setelah itu baru disusul dengan
i i i i i i i i i i i

8
pembukaan ostium uteri eksternum. Sedangkan pada multigravida
i i i i i i i

pembukaan ostium internum dan eksternum terjadi hampir bersamaan.


i i i i i i i i

Kala I berakhir bila pembukaan serviks sudah lengkap atau 10 cm. Pada
i i i i i i i i i i i

primigravida kala I berlangsung sekitar 13 jam, pada multigravida


i i i i i i i i i

berlangsung sekitar 7 jam.


i i i i

b. Kala II (kala pengeluaran)


i i i

Kala II atau biasa disebut kala pengeluaran yaitu dimulai dari pembukaan
i i i i i i i i i i

lengkap dan berakhir sampai dengan lahirnya bayi. Pada kala II his menjadi
i i i i i i i i i i i i

lebih kuat, timbul sekitar 2-3 menit sekali dengan durasi sekitar 40 sampai 50
i i i i i i i i i i i i i

detik. Kala II pada primigravida berlangsung sekitar 1.5 jam dan pada multi
i i i i i i i i i i i i

sekitar ½ jam
i i i

c. Kala III (Kala uri)


i i i

Kala III atau biasa disebut kala uri, yaitu dimulai setelah lahirnya bayi sampai
i i i i i i i i i i i i

dengan lahirnya plasenta. Setelah bayi lahir, uterus teraba keras dengan
i i i i i i i i i i

fundus uteri berada agak diatas pusat. Beberapa menit kemudian uterus akan
i i i i i i i i i i i

berkontraksi kembali mengeluarkan plasenta. Pelepasan plasenta biasanya


i i i i i i i

berlangsung selama 6 sampai 15 menit setelah bayi lahir dan keluar spontan
i i i i i i i i i i i i

atau dengan tekanan pada fundus uteri. Pengeluaran plasenta dari Rahim
i i i i i i i i i i

biasanya disertai dengan pengeluaran darah. Perdarahan ini terjadi akibat


i i i i i i i i i

terlepasnya plasenta dari dinding uterus


i i i i i

d. Kala IV (Kala pengawasan)


i i i

Kala IV atau biasa disebut kala pengawasan yaitu dimulai dari lahirnya
i i i i i i i i i i

plasenta sampai degnan 2 jam post partum. Kala IV disebut juga kala
i i i i i i i i i i i i

pengawasan karena pada kala ini ibu post partum perlu diawasi tekanan
i i i i i i i i i i i

darahnya, kandung kemih, suhu dan jumlah perdarahan yang keluar melalui
i i i i i i i i i i

vagina.
i

3. Mekanisme persalinan normal i i

Pada akhirkehamilan biasanya janin berada dalam uterus dengan presentasi


i i i i i i i i

kepala. Keadaan ini mungkin disebabkan karena kepala relatif lebih besar dan
i i i i i i i i i i i

lebih berat. Atau mungkin karena volume bokong dan ekstremitas yang lebih
i i i i i i i i i i i

9
ibesar berada di atas, di ruangan yang lebih luas. Sedangkan kepala berada di
i i i i i i i i i i i i

ibawah, di ruangan yang lebih sempit (teori akomodasi).


i i i i i i i

Kepala janin masuk ke ruang panggul dalam keadaan fleksi dengan


i i i i i i i i i

idiameter suboksipitobregmatikus (9,5 cm) dan dengan sirkumferensia i i i i i i

isuboksipitobregmatikus (3,2 cm). Sampai di dasar panggul kepala janin i i i i i i i i

iberada dalam keadaan fleksi maksimal. Kombinasi elastisitas difragma pelvis


i i i i i i i i

itekanan intrauterine disebabkan oleh his yang berulang-ulang, kepala


i i i i i i i

imengadakan rotasi (putaran paksi dalam). Pada saat rotasi ubun-ubun kecil i i i i i i i i i

ialan berputar kea rah depan sehingga di dasar panggul ubun-ubun kecil
i i i i i i i i i i

iberada di bawah simfisis, maka dengan suboksiput sebagai hipomoklion,


i i i i i i i i

ikepala mengadakan gerakan defleksi untuk dapat melalui jalan lahir


i i i i i i i i

Kontraksi uterus (his) menyebabkan tekanan pada otot-otot dasar panggul i i i i i i i i

iyang secara reflektoris menimbulkan rasa mengedan. Pada tiap his vulva
i i i i i i i i i

ilebih membuka dan kepala janin mulai tampak di vulva. Perineum menjadi
i i i i i i i i i i

imakin lebar dan tipis, anus membuka dinding rektum. Dengan kekuatan his
i i i i i i i i i i

ibersama dengan kekuatan mengedan, berturut-turut tanpa bregma, dahi,


i i i i i i i

imuka dan akhirnya dagu. Sesudah kepala lahir, kepala segera mengadakan
i i i i i i i i i

irotasi untuk menyesuaikan kedudukan kepala dan punggung anak (putaran


i i i i i i i i

ipaksi luar). i

2.1.2 Sectio Caesarea i

1. Defenisi
Sectio Caesarea adalah suatu cara melahirkan janin dengan membuat
i i i i i i i i

i sayatan pada dinding uterus melalui dinding depan perut atau vagina
i i i i i i i i i

i (Nurjannah,dkk. 2013). i

2. Jenis-jenis sectio caesarea i i

Menurut Nurjannah, dkk (2013) ada beberapa jenis sectio caesarea, i i i i i i i i

i diantaranya sectio caesarea transperitonealis yang terbagi atas sectio caesarea


i i i i i i i i

i klasik, insisi dibuat di korpus uteri dan sectio caesarea profundal, insisi melintang
i i i i i i i i i i i

i konkaf pada segmen bawah rahim. Sectio caesarea vaginalis yaitu dibedakan
i i i i i i i i i

i menurut sayatan pada rahim,SC dapat dilakukan dengan cara sayatan memanjang
i i i i i i i i i

i (longitudinal), sayatan melintang (transversal) serta sayatan huruf T (T-incision).


i i i i i i i i

10
3. Etiologi sectio caesarea i i

Operasi sectio caesarea dilakukan jika kelahiran pervaginam mungkin akan


i i i i i i i i

i menyebabkan resiko pada ibuatau janin. Ada bebrapa indikasi yang terjadi i i i i i i i i i

i sehingga dilakukan SCantara lain : distorsia janin – panggul, gawat janin, plasenta
i i i i i i i i i i i

i previa totalis, riwayat sectio caesarea sebelumnya, kelahiran letak (utamanya letak
i i i i i i i i i

i lintang), hipertensi, pre eklampsia berat, eklampsia, serta janin besar (Winkjosasro,
i i i i i i i i i

i 2007).
2.1.3 Menyusui
1. Defenisi
Menyusui adalah proses pemberian air susu ibu (ASI) kepada bayi, dimana i i i i i i i i i i

i bayi memiliki reflex menghisap untuk mendapatkan dan menelan ASI. Menyusui
i i i i i i i i i

i merupakan proses alamiah yang keberhasilannya tidak di perlukan alat-alat khusus


i i i i i i i i i

i dan biaya yang mahal namun membutuhkan kesabaran, waktu dan pengetahuan
i i i i i i i i i

i tentang menyusui serta dukungan dari lingkungan keluarga terutama suami (Roesli,
i i i i i i i i i

i 2008).
2. Mekanisme Menyusui i

Menurut Saleha (2009) beberapa reflex yang memungkinkan bayi baru lahir
i i i i i i i i i

i untuk memperoleh ASI adalah sebagai berikut : refleks mencari (rooting reflex) :
i i i i i i i i i i i

i reflex ini memungkinkan bayi baru lahir untuk menemukan putting susu apabila ia
i i i i i i i i i i i

i di dekatkan di pipi sang bayi,kemudian refleks mengisap (sucking reflex) : yaitu


i i i i i i i i i i i

i saat bayi mengisi mulutnya dengan putting susu atau pengganti putting susu sampai
i i i i i i i i i i i

i kelangit-langit keras dan punggung lidah. Reflex ini melibatkan rahang, lidah dan i i i i i i i i i i

i pipi serta refleks menelan (swallowing reflex) yaitu gerakan pipi dan gusi dalam
i i i i i i i i i i i

i menekan aerola sehingga reflex ini merangsang pembentukan rahang bayi.


i i i i i i i i

3. Keuntungan Menyusui i

Menurut Saleha (2009) meyusui memiliki keuntungan bagi ibu dan bayi yaitu
i i i i i i i i i i

i bayi mendapat immunoglobulin untuk melindunginya dari banyak penyakit dan


i i i i i i i i

i infeksi, bayi lebih jarang menderita infeksi telinga dan saluran pernapasan atas,
i i i i i i i i i i

i bayi lebih jarang mengalami diare dan penyakit saluran cerna lain, resiko mendapat
i i i i i i i i i i i

i diabetes juvenile menurun, bayi memiliki lebih sedikit kemungkinan untuk


i i i i i i i i

i menderita limfoma tipe tertentu, jenis protein yang ditelan mengurangi


i i i i i i i i

11
i kemungkinan timbulnya reaksi alergi, bayi yang disusui memiliki lebih sedikit i i i i i i i i i

i masalah dengan pemberian makan yang berlebihan akibat harus menghabiskan


i i i i i i i i

i susu di botol, insiden bayi untuk mengalami obesitas dan hipertensi pada masa
i i i i i i i i i i i

i dewasa menurun, tidak perlu mencuci botol, menyiapkan formula dan


i i i i i i i i

i menyimpannya di lemari es, organ-organ ibu akan lebih cepat kembali ke keadaan i i i i i i i i i i i

i sebelum hamil serta menyusui meningkatkan kontak dekat ibu dan anak.
i i i i i i i i i

2.1.4 Inisiasi Menyusu Dini (IMD) i i i

1. Definisi
Inisiasi Menyusu Dini (IMD) adalah proses menyusu dimulai secepatnya i i i i i i i i

i segera setelah lahir. IMD dilakukan dengan cara kontak kulit ke kulit antara bayi
i i i i i i i i i i i i i

dengan ibunya segera setelah lahir dan berlangsung minimal satu jam atau proses
i i i i i i i i i i i

i menyusu pertama selesai, apabila proses menyusu pertama lebih dari satu jam
i i i i i i i i i i

i (Kemenkes, 2018). i i

Inisiasi Menyusu Dini (IMD) dimulai sedini mungkin. Segera setelah bayi i i i i i i i i i

i lahir setelah tali pusat di potong letakkan bayi tengkurap di dada ibu dengan kulit
i i i i i i i i i i i i i

i ke kulit biarkan selama 1 jam/ lebih sampai bayi menyusu sendiri, selimuti beri
i i i i i i i i i i i i

i topi. Pada jam pertama si bayi menemukan payudara ibunya dan ini merupakan
i i i i i i i i i i i

i awal hubungan menyusui yang berkelanjutan yang bisa mendukung kesuksesan


i i i i i i i i

i ASI Eksklusif selama 6 bulan (El Sinta dkk, 2019).


i i i i i i i i

2. Manfaat Inisiasi Menyusu Dini (IMD) i i i i

Menurut Prawiroharjo (2013) manfaat IMD bagi bayi adalah membantu i i i i i i i i

i stabilisasi pernapasan, mengendalikan suhu tubuh lebih baik dibandingkan dengan


i i i i i i i i

i incubator, menjaga kolonisasi kuman yang aman untuk bayi dan mencegah infeksi
i i i i i i i i i i

i nosocomial. Kadar bilirubin bayi juga lebih cepat normal karena pengeluarani i i i i i i i i

i meconium lebih cepat sehingga dapat menurunkan insiden icterus bayi baru lahir.
i i i i i i i i i i

i Kontak kulit ke kulit juga membuat bayi lebih tenang sehingga di dapat pola tidur
i i i i i i i i i i i i i

i yang lebih baik .


i i i

Manfaat inisiasi menyusu dini bagi bayi yaitu makanan dengan kualitas dan
i i i i i i i i i i

i kuantitas yang optimal agar kolostrum keluar yang disesuaikan dengan kebutuhan
i i i i i i i i i

i bayi, memberikan kesehatan bagi bayi dengan kekebalan pasif yang segera kepada
i i i i i i i i i i

i bayi karena kolostrum merupakan imunisasi pertama bagi bayi baru lahir,
i i i i i i i i i

12
i meningkatkan kecerdasan, membantu bayi mengkoordinasikan hisap, telan dan i i i i i i i

i nafas, meningkatkan jalinan kasih sayang ibu dan bayi, mencegah kehilangan
i i i i i i i i i

i panas, merangsang kolostrum segera keluar. Sedangkan manfaat inisiasi menyusu


i i i i i i i i

i dini bagi ibu yaitu : merangsang produksi oksitosin dan prolactin, meningkatkan
i i i i i i i i i i

i keberhasilan produksi ASI, meningkatkan jalinan kasih sayang ibu dan bayi,
i i i i i i i i i

i Sedangkan menurut Roesli (2008) menyusui juga akan memberikan beberapa


i i i i i i i i

i keuntungan bagi ibu, antara lain: i i i i i

1. Mengurangi perdarahan setelah melahirkan i i i

Hal ini karena pada ibu menyusui terjadi peningkatan kadar oksitosin yang
i i i i i i i i i i

i berguna untuk kontraksi pembuluh darah sehingga perdarahan akan lebih cepat
i i i i i i i i i

i berhenti.
2. Mengurangi terjadinya anemia i i

Karena menyusui mengurangi perdarhan, maka juga berarti dapat mengurangi


i i i i i i i i

i kemungkinan terjadinya anamia karena kekurangan zat besi i i i i i i

3. Menjarangkan kehamilan i

Menyusui merupakan cara kontrasepsi yang aman, murah dan cukup berhasil
i i i i i i i i i

i selama ibu memberi ASI Eksklusif, belum haid dan bayi belum berusia 6 bulan,
i i i i i i i i i i i i

i maka keberhasilan tidak hamil adalah 98%. Sedangkan bila menyusui bayi
i i i i i i i i i

i berusia 12 bulan tingkat keberhasilannya 96%.


i i i i i

4. Mengecilkan Rahim i

Kadar oksitosin ibu menyusui yang meningkat akan sangat membantu Rahim
i i i i i i i i i

i kembali ke ukuran sebelum hamil. Proses pengecilan ini akan lebih cepat
i i i i i i i i i i

i disbanding ibu yang tidak menyusui. i i i i

5. Lebih cepat langsing kembalii i i

Bagi ibu yang menyusui memerlukan energi yang akan diambilkan dari lemak
i i i i i i i i i i

i yang tertimbun selama hamil. Dengan demikian berat badan ibu yang menyusui
i i i i i i i i i i

i akan lebih cepat kembali ke berat badan sebelumnya


i i i i i i i

6. Mengurangi kemungkinan menderita kanker i i i

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa menyusui secara eksklusif akan


i i i i i i i

i mengurangi kemungkinan terjadinya kanker payudara. Dan apabila menyusui i i i i i i i

i dilanjutkan sampai bayi berumur 2 tahun atau lebih, diduga angka kejadian
i i i i i i i i i i

13
i kanker payudara akan berkurang sampai sekitar 25%. Sedangkan resiko terkena
i i i i i i i i i

i kanker ovarium (indung telur) pada ibu menyusui berkurang sampai 20-25%.
i i i i i i i i i

7. Lebih ekonomis /murah i i

Dengan memberi ASI berarti menghemat pengeluaran untuk susu formula, i i i i i i i i

i perlengkapan menyusui dan persiapan pembuatan minum susu formula. Selain i i i i i i i i

i itu juga menghemat biaya untuk berobat bayi (bayi yang diberi susu formula
i i i i i i i i i i i

i lebih sering sakit daripada yang diberi ASI eksklusif.


i i i i i i i

8. Tidak merepotkan dan hemat waktu i i i i

ASI dapat segera diberikan pada bayi tanpa harus menyiapkan atau memasak air,
i i i i i i i i i i i

i mencuci botol atau menunggu agar susu tidak terlalu panas i i i i i i i i

9. Portable danpraktis i

Portable artinya mudah dibawa kemana-mana. Sedangkan praktis karena ASI i i i i i i i i

i dapat diberikan dimana saja dan kapan saja dalam keadaan siap diminum serta
i i i i i i i i i i i

i dalam suhu yang selalu tepat. i i i i

10.Memberi kepuasan bagi ibu i i i

Ibu yang berhasil memberikan ASI eksklusif akan merasakan kepuasan,


i i i i i i i i

i kebanggan dan kebahagiaan yang mendalam. i i i i

Pada saat dilakukan inisiasi menyusu dini, Roesli (2008) menganjurkan ayah
i i i i i i i i i

i bayi mengumandangkan adzan dan iqomah pada telinga bayinya, sebagaimana


i i i i i i i i

i yang disunahkan Nabi Muhammad SAW dalam hadist yang diriwayatkan Ahmad,
i i i i i i i i i

i Abu Daud dan Tirmidzi yang artinya :


i i i i i i

“ Aku melihat Nabi SAW membacakan adzan sholat pada telinga Hasan Bin
i i i i i i i i i i i

Ali ketika Fatimah melahirkannya”.


i i i i

Hal ini bertujuan agar nama Allah yang pertama kali didengar oleh bayi dan bayi
i i i i i i i i i i i i i

i akan terhindar dari gangguan syaitan.


i i i i

Menurut Suryaprajoyo (2009) manfaat lain yang dapat diperoleh dari inisiasi i i i i i i i i i

i menyusu dini, diantaranya : i i i

a. Anak yang menyusu dini akan mendapatkan kolostrum yang bermanfaat


i i i i i i i i

untuk bayi, selain itu menyusu lebih dini akan mempermudah kelangsungan
i i i i i i i i i i

menyusu dikemudian hari sehingga akan mengurangi kegagalan menyusui


i i i i i i i i

14
b. Dengan melakukan IMD, pada jam-jam pertama saat bayi dilahirkan, ayah
i i i i i i i i i

iibu dan bayi bisa bersatu sehingga memudahkan keakraban satu keluarga.
i i i i i i i i i

iSambil bayi mencari puting susu ibunya, ayahnya bisa mengadzankan bayi di
i i i i i i i i i i

idada ibunya. i

c. IMD penting agar bayi mendapatkan kekebalan, sebab saat bayi bersentuhan
i i i i i i i i i

ilangsung dengan ibunya, bayi tertular kuman yang disalurkan oleh ibunya
i i i i i i i i i

ilewat ASI i

d. IMD juga dapat membuat ibu terstimulus untuk menyusui. Bayi yang
i i i i i i i i i

imenyentuh dada ibu akan membuat ibu mendapatkan rangsangan sensorik i i i i i i i i

iyang kemudian memerintah otak untuk memproduksi hormone oksitosin dan


i i i i i i i i

iprolaktin
e. IMD dapat menyukseskan program Millenium Development Goals (MDGs),
i i i i i i i

iyaitu merupakan program yang bertujuan untuk pengentasan kemiskinan dan


i i i i i i i i

ikelaparan i

3. Langkah Inisiasi Menyusu Dini (IMD) i i i i

Menurut Kemenkes (2018), langkah inisiasi menyusu dini (IMD) dalam


i i i i i i i i

i asuhan bayi baru lahir meliputi :


i i i i i i

a. Langkah I i

Lahirkan, lakukan penilaian bayi, keringkan : i i i i i

1. Saat bayi lahir, catat waktu kelahiran


i i i i i

2. Sambil meletakkan bayi di perut bawah ibu lakukan penilaian apakah i i i i i i i i i

i bayi perlu resusitasi atau tidak


i i i i

3. Jika bayi tidak memerlukan resusitasi, keringkan tubuh bayi mulai dari
i i i i i i i i i

i muka, kepala dan bagian tubuh lainnya dengan lembut tanpa i i i i i i i i

i menghilangkan verniks. Verniks akan membantu menyamankan dan i i i i i i

i menghangatkan bayi. Setelah dikeringkan, selimuti bayi dengan kain i i i i i i i

i kering untuk menunggu 2 menit sebelum tali pusat di klem


i i i i i i i i i

4. Hindari mengeringkan tangan bayi. Bau cairan amnion pada tangan bayi i i i i i i i i i

i membantu bayi mencari puting ibunya yang berbau sama. i i i i i i i

b. Langkah 2 i

Lakukan kontak kulit ibu dengan kulitbayi selama paling sedikit satu jam :
i i i i i i i i i i i

15
1. Setelah tali pusat di potong dan diikat, letakkan bayi tengkurap didada ibu
i i i i i i i i i i i

i tanpa pakaian/bedong. Kulit bayi melekat pada kulit ibu. Kepala bayi
i i i i i i i i i

i harus berada diantara payudara ibu tetapi lebih rendah dari puting
i i i i i i i i i

2. Selimuti ibu dan bayi dengan kain hangat dan pasang topi di kepala bayi
i i i i i i i i i i i i

3. Mintalah ibu untuk memeluk dan membelai bayinya. Jika perlu letakkan
i i i i i i i i i

i bantal di bawah kepala ibu untuk mempermudah kontal visual antara ibu
i i i i i i i i i i

i dan bayi
i

c. Langkah 3 i

Biarkan bayi mencari dan menemukan puting ibu dan mulai menyusu
i i i i i i i i i

1. Biarkan bayi mencari, menemukan putting dan mulai menyusu


i i i i i i i

2. Anjurkan ibu dan orang lainnya untuk tidak menginterupsi proses i i i i i i i i

i menyusu misalnya memindahkan bayi dari satu payudara ke payudara


i i i i i i i i

i lainnya. Bayi cukup menyusu dari satu payudara. Sebagaian besar bayi
i i i i i i i i i

i akan berhasil menemukan puting ibu dalam waktu 30-60 menit tapi tetap
i i i i i i i i i i

i biarkan kontak kulit bayi dan ibu setidaknya 1 jam walaupun bayi sudah
i i i i i i i i i i i

i menemukan puting kuran dari 1 Jam. i i i i i

3. Menunda semua asuhan bayi baru lahir normal lainnya hingga bayi i i i i i i i i i

i selesai menyusu setidaknya 1 jam atau lebih bila bayi baru menemukan
i i i i i i i i i i

i puting setelah 1 jam. i i i

4. Bila bayi harus dipindah dari kamar bersalin sebelum 1 jam atau sebelum
i i i i i i i i i i i

i bayi menyusu, usahakan ibu dan bayi dipindah bersama dengan


i i i i i i i i

i mempertahankan kontak kulit ibu dan bayi i i i i i

5. Jika bayi belum menemukan putting ibu dalam waktu 1 jam, posisikan
i i i i i i i i i i

i bayi lebih dekat dengan puting ibu dan biarkan kontak kulit dengan kulit
i i i i i i i i i i i

i selama 30-60 menit berikutnya i i i

6. Jika bayi masih belum menemukan puting ibu dalam waktu 2 jam,
i i i i i i i i i i

i pindahkan ibu ke ruang pemulihan dengan bayi tetap di dada ibu. i i i i i i i i i i

i Lanjutkan asuhan perawatan neonatal esensial lainnya (menimbang, i i i i i i

i pemberian vitamin K1, salep mata) dan kembalikan bayi pada ibu untuk i i i i i i i i i i

i menyusu
7. Selama proses IMD bayi harus dipantau setiap 15 menit
i i i i i i i i

16
d. Langkah 4 i

Pemantauan bayi saat IMD i i i

Selama IMD sebaiknya ibu dan bayi selalu didampingi dan dipantau.
i i i i i i i i i

Pemantauan bisa oleh tenaga medis atau keluarga dengan memperhatikan


i i i i i i i i i

hal-hal sebagai berikut :


i i i i

1. Posisi : bayi diposisikan dengan mulut dan hidung yang terlihat dan tidak
i i i i i i i i i i i

i terhalang
2. Warna kulit : warna pink (kulit dan / atau selaput lendir)
i i i i i i i i i i

3. Pernapasan : napas normal (tidak ada retraksi atau pernapasan cuping i i i i i i i i i

i hidung) dan laju pernapasan normal :40-60 kali/menit


i i i i i i

4. Suhu tubuh : pada 60 dan 120 menit setelah kelahiran (kisaran normal:
i i i i i i i i i i i

i 36,5 °C - 37,5 °C
i i i i

5. Ibu dan bayi tidak pernah ditinggal sendirian


i i i i i i

6. Sebaiknya pemantauan dilakukan dalam 15 menit, 30 menit, 45 menit, 60


i i i i i i i i i i

i menit, 75 menit, 90 menit dan 120 menit setelah dilakukan IMD


i i i i i i i i i i

e. Langkah 5 i

Pemantauan pasca IMD, menjaga bayi tetap hangat i i i i i i

1. Kenakan i pakaian atau


i i tetap diselimuti
i i bayi i untuk i menjaga
kehangatannya. Tutupi kepala bayi dengan topi selama beberapa hari
i i i i i i i i i

pertama. Bila suatu saat kaki bayi teraba dingin saat disentuh, buka
i i i i i i i i i i i

pakaiannya kemudian telungkupkan kembali di dada ibu dan selimuti


i i i i i i i i i

keduanya sampai bayi hangat kembali


i i i i i

2. Tempatkan ibu dan bayi di ruangan yang sama. Bayi harus selalu dalam i i i i i i i i i i i

jangkauan ibu 24 jam dalam sehari sehingga bayi bisa menyusu sesering
i i i i i i i i i i i

keinginannya.
i

Sembilan tahapan perilaku selama IMD : i i i i i

a. Bayi menangis tanda paru mulai berfungsi


i i i i i

b. Bayi memasuki tahap relaksasi i i i

c. Pada menit ke 1 s.d 5 bayi mulai bangun


i i i i i i i i

d. Menit ke 4 s.d 12 bayi mulai bergerak, gerakan awal sedikit, mungkin


i i i i i i i i i i i

i pada lengan, bahu dan kepala i i i i

17
e. Beberapa kali bayi mungkin ingin beristirahat sebelum memulai i i i i i i i

i gerakan berikutnya i

f. Bayi akan mulai bergerak merangkak kearah payudara. Saat telah


i i i i i i i i

i menemukan payudara, bayi cenderung beristirahat untuk sementara i i i i i i

i waktu. Seringkali hal ini dapat keliru sebagai bayi tidak lapar atau
i i i i i i i i i i

i tidak ingin menyusu i i

g. Setelah istirahat di menit ke-29 s.d 62 bayi akan mulai membiasakan


i i i i i i i i i i

i diridengan payudara, mungkin mengendus, mencium dan menjilati i i i i i i

i sebelum akhirnya menempel untuk menyusu. Proses pembiasaan ini i i i i i i i

i dapat memakan waktu 20 menit atau lebih


i i i i i i

h. Sekitar ke-49 s/d 90, untuk pertama kali bayi menyusu di payudara
i i i i i i i i i i

i selama beberapa waktu i i

i. Kemudian bayi akan tertidur hingga 1,5 s.d 2 jam i i i i i i i i

4. Inisiasi Menyusu Dini (IMD) yang kurang tepat


i i i i i i i

Saat ini, umumnya praktek inisiasi menyusu dini menurut Roesli, 2008
i i i i i i i i i

sebagai berikut :
i i i

a. Begitu lahir, bayi diletakkan di perut ibu yang sudah dialasi kain kering
i i i i i i i i i i i

b. Bayi segera dikeringkan dengan kain kering, tali pusat di potong lalu di
i i i i i i i i i i i

ikat
i

c. Karena takut kedinginan, bayi di bungkus (dibedong) dengan selimut bayi


i i i i i i i i i

d. Dalam keadaan dibedong, bayi diletakkan di dada ibu (tidak terjadi kontak
i i i i i i i i i i

dengan kulit ibu). Bayi dibiarkan di dada ibu (bonding) untuk beberapa
i i i i i i i i i i i

lama (10-15 menit) atau sampai tenaga kesehatan selesai menjahit


i i i i i i i i i

perineum
i

e. Selanjutnya, diangkat dan disusukan pada ibu dengan cara memasukkan i i i i i i i i

puting susu ibu ke mulut bayi


i i i i i i

f. Setelah itu, bayi di bawa ke kamar transisi atau kamar pemulihan


i i i i i i i i i i

(recovery room) untuk ditimbang, diukur, dicap, diazankan oleh ayah,


i i i i i i i i i

diberi suntikan vitamin K dan kadang diberi tetes mata


i i i i i i i i i

5. Inisiasi Menyusu Dini Yang Dianjurkan


i i i i i

18
Berikut ini langkah-langkah melakukan inisiasi menyusu dini yang dianjurkan
i i i i i i i i

i (Roesli, 2008) : i i

a. Begitu lahir, bayi diletakkan di perut ibuyang sudah dialasi kain i i i i i i i i i

i kering
b. Keringkan seluruh tubuh bayi termasuk kepala secepatnya, kecuali kedua i i i i i i i i

i tangannya
c. Tali pusat dipotong lalu di ikat i i i i i

d. Vernix (zat lemak putih) yang melekat di tubuh bayi sebaiknya tidak i i i i i i i i i i

i dibersihkan karena zat ini membuat nyaman kulit bayi i i i i i i i

e. Tanpa di bedong bayi langsung ditengkurapkan di dada atau perut ibu


i i i i i i i i i i

i dengan kontak kulit bayi dan kontak kulit ibu. Ibu dan bayi diselimuti i i i i i i i i i i i

i bersama-sama. Jika perlu, bayi diberi topi untuk mengurangi pengeluaran i i i i i i i i

i panas dari kepalanya. i i

Jika bayi lahir segera dikeringkan dan diletakkan di perut ibu dengan kontak
i i i i i i i i i i i

i kulit ke kulit dan tidak dipisahkan dari ibunya setidaknya satu jam, semua bayi
i i i i i i i i i i i i

i akan melalui lima tahapan perilaku (pre feeding behavior) sebelum ia berhasil
i i i i i i i i i i

i menyusui. Berikut lima tahap perilaku bayi tersebut :


i i i i i i i

a. Dalam 30 menit pertama : stadium istirahat / diam dalam keadaan siaga


i i i i i i i i i i i

i (rest/quitealert stage). Bayi diam tidak bergerak. Sesekali matanya terbuka i i i i i i i i

i lebar melihat ibunya. Masa tenang yang istimewa ini merupakan penyesuaian
i i i i i i i i i

i peralihan dari keadaan dalam kandungan ke keadaan di luar kandungan. i i i i i i i i i

i Bonding (hubungan kasih sayang) ini meruapakan dasar pertumbuhan bayi


i i i i i i i i

i dalam suasana aman. Hal ini meningkatkan kepercayaan diri ibu terhadap
i i i i i i i i i

i kemampuan menyusui dan mendidik bayinya. Kepercayaan diri ayah pun i i i i i i i i

i menjadi bagian keberhasilan menyusui dan mendidik anak bersama- sama


i i i i i i i i

i ibu. Langkah awal keluarga sakinah


i i i i

b. Antara 30-40 menit. Mengeluarkan suara, gerakan mulut seperti mau, minum,
i i i i i i i i i

i mencium dan menjilat tangan. Bayi mencium dan merasakan cairan ketuban
i i i i i i i i i

i yang ada di tangannya. Bau ini sama dengan bau cairan yang dikeluarkan
i i i i i i i i i i i

i payudara ibu. Bau dan rasa ini akan membimbing bayi untuk menemukan
i i i i i i i i i i

i payudara dan putting susu ibu i i i i

19
c. Mengeluarkan air liur i i

Saat menyadari bahwa ada makanan di sekitarnya. Bayi mulai mengeluarkan


i i i i i i i i i

air liurnya
i i

d. Bayi mulai bergerak ke arah payudara. Areola (kalang payudara) sebagai


i i i i i i i i i

sasaran, dengan kaki menekan perut ibu. Ia menjilat- jilat kulit ibu,
i i i i i i i i i i i

menghentak-hentakkan kepala ke dada ibu, menoleh ke kanan dan kiri serta


i i i i i i i i i i i

menyentuh meremas daerah puting susu dan sekitarnya dengan tangannya


i i i i i i i i i

yang mungil
i i

e. Menemukan, menjilat, mengulum puting, membuka mulut lebar, dan melekat i i i i i i i i

dengan baik
i i

6. Faktor Penghambat Inisiasi Menyusu Dini (IMD)


i i i i i

Berikut ini beberapa pendapat yang menghambat terjadinya kontak dini


i i i i i i i i

kulit ibu dengan kulit bayi


i i i i i

a. Bayi kedinginan – tidak benar i i i i

Bayi berada dalam suhu yang aman jika melakukan kontak kulit dengan
i i i i i i i i i i

sang ibu. Menakjubkan! Suhu payudara ibu meningkat 0.5 derajat dalam dua
i i i i i i i i i i i

menit jika bayi diletakkan di dada ibu


i i i i i i i

Berdasarkan hasil penelitian Dr. Niels Bergman (2005), ditemukan bahwa i i i i i i i i

suhu dada ibu yang melahirkan menjadi 1°C lebih panas daripada suhu dada
i i i i i i i i i i i i

ibu yang tidak melahirkan. Jika bayi yang diletakkan di dada ibu ini
i i i i i i i i i i i i

kepanasan, suhu dada ibu akan turun 1°C jika bayi kedinginan, suhu dada ibu
i i i i i i i i i i i i i

akan meningkat 2°C untuk menghangatkan bayi. Jadi, dada ibu yang
i i i i i i i i i i

melahirkan merupakan tempat terbaik bagi bayi yang baru lahir


i i i i i i i i i

dibandingkan tempat tidur yang canggih dan mahal.


i i i i i i i

b. Setelah melahirkan, ibu terlalu lelah untuk segera menyusui bayinya- tidak
i i i i i i i i i

benar
i

Seorang ibu jarang terlalu lelah untuk memeluk bayinya segera setelah i i i i i i i i i

lahir. Keluarnya oksitosin saat kontak kulit ke kulit serta saat bayi menyusu
i i i i i i i i i i i i

dini membantu memenangkan ibu


i i i i

c. Tenaga kesehatan kurang tersedia –tidak masalah i i i i i

20
Saat bayi di dada ibu, penolong persalinan dapat melanjutkan tugasnya.
i i i i i i i i i

Bayi dapat menemukan sendiri payudara ibu. Libatkan ayah atau keluarga
i i i i i i i i i i

terdekat untuk menjaga bayi sambil memberi dukungan pada ibu


i i i i i i i i i

d. Kamar bersalin atau kamar operasi sibuk – tidak masalah


i i i i i i i i

Dengan bayi di dada ibu, ibu dapat dipindahkan ke ruang pulihatau kamar
i i i i i i i i i i i

perawatan. Beri kesempatan pada bayi untuk meneruskan usahanya


i i i i i i i i

mencapai payudara dan menyusu dini


i i i i i

e. Ibu harus di jahit – tidak masalah


i i i i i i

Kegiatan merangkak mencari payudara terjadi di area payudara. Yang di


i i i i i i i i i

jahit adalah bagian tubuh ibu.


i i i i i

f. Suntikan vitamin K dan tetes mata untuk mencegah penyakit gonore i i i i i i i i i

(gonorrhea) harus segera diberikan setelah lahir –tidak benar


i i i i i i i i

Menurut American College of Obstetrics and Gynecology dan Academy


i i i i i i i i

Breastfeeding Medicine (2007), tindakan pencegahan ini dapat ditunda


i i i i i i i i

setidaknya selama satu jam sampai bayi menyusu sendiri tanpa


i i i i i i i i i

membahayakan bayi
i i

g. Bayi harus segera dibersihkan, dimandikan, `ditimbang dan diukur – tidak


i i i i i i i i i

benar
i

Menunda memandikan bayi berarti menghindarkan hilangnya panas badan i i i i i i i

bayi. Selain itu, kesempatan vernix meresap, melunakkan, dan melindungi


i i i i i i i i i

kulit bayi lebih besar. Bayi dapat dikeringkan segera setelah lahir.
i i i i i i i i i i

Penimbangan dan pengukuran dapat ditunda samapai menyusu awal selesai.


i i i i i i i i i

h. Bayi kurang siaga – tidak benar i i i i i

Justru ada 1-2 jam pertama kelahirannya, bayi sangat siaga (alert). Setelah
i i i i i i i i i i

itu, bayi tidur dalam waktu yang lama. Jika bayi mengantuk akibat obat yang
i i i i i i i i i i i i i

diasup ibu, kontak kulit akan lebih penting lagi karena bayi memerlukan
i i i i i i i i i i i

bantuan lebih untuk bonding


i i i i

i. Kolostrum tidak keluar atau jumlah kolostrum tidak memadai sehingga i i i i i i i i

diperlukan catatan lain (cairan pre-laktal) – tidak benar


i i i i i i i i

21
Kolostrum cukup dijadikan makanan pertama bayi baru lahir. Bayi i i i i i i i i

dilahirkan dengan membawa bekal air dan gula yang dapat dipakai pada saat
i i i i i i i i i i i i

itu
i

j. Kolostrum tidak baik, bahkan berbahaya untuk bayi – tidak benar i i i i i i i i i

Kolostrum sangat diperlukan untuk tumbuh-kembang bayi. Selain sebagai i i i i i i i

imunisasi pertama dan mengurangi kuning pada bayilahir, kolostrum


i i i i i i i i

melindungi dan mematangkan dinding usus yang masih muda


i i i i i i i i

7. Faktor yang Mendukung Terlaksananya Inisiasi Menyusu Dini (IMD)


i i i i i i i

Dalam pelaksanaan IMD yang dilakukan pada bayi baru lahir, tidak berjalan
i i i i i i i i i i

i sebagaimana diharapkan, dalam hal pelaksanaannya yang mendukung untuk i i i i i i i

i terlaksananya IMD adalah sebagai berikut : i i i i i

a. Peran petugas kesehatan i i

Ibu yang mengalami masalah dalam menyusui memerlukan bimbingan agar


i i i i i i i i

i dapat mengatasi masalahnya dan terus menyusui, petugas kesehatan yang


i i i i i i i i

i membantu ibu dengan latar belakang pengalaman berhasil menyusui sendiri


i i i i i i i i

i tentunya dapat menjadi nilai tambah dalam melaksanakan tugasnya (Roesli, 2008).
i i i i i i i i i

Permasalahan yang sering ditemukan di lapangan yakni belum semua petugas i i i i i i i i i

i kesehatan di beri pesan dan di berik cukup informasi agar menganjurkan setiap ibu
i i i i i i i i i i i i

i untuk menyusui bayi mereka, serta adanya praktek yang keliru dengan memberi
i i i i i i i i i i

i susu botol kepada bayi yang baru lahir. Petugas kesehatan harus mengajarkan ibu
i i i i i i i i i i i

i tentang perawatan bayi, melatih ibu menyusui dengan baik dan benar, manfaat IMF
i i i i i i i i i i i

i dan pemberian ASI dengan baik dan tepat, sehingga dapat menambah pengetahuan
i i i i i i i i i i

i ibu dan juga harus mampu menumbuhkan motivasi dan rasa percaya diri bahwa ibu
i i i i i i i i i i i i

i menyusui secara eksklusif (Siregar, 2004). i i i i

b. Pengetahuan
Pengetahuan yaitu hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan i i i i i i i i i i

i penginderaan terhadap objek tertentu. Menurut Roesli (2008), bahwa faktor utama
i i i i i i i i i

i kurang tercapainya pelaksanaan IMD yang benar adalah karena kurang sampainya
i i i i i i i i i

i pengetahuan yangbenar tentang IMD pada para ibu. Seorang ibu harus mempunyai
i i i i i i i i i i

22
i pengetahuan baik dalam menyusui. Kehilangan pengetahuan tentang menyusui
i i i i i i i

i berarti kehilangan besar akan kepercayaan diri seorang ibu untuk dapat
i i i i i i i i i

i memberikan perawatan terbaik untuk bayinya dan seorang ibu akan kehilangan
i i i i i i i i i

i sumber makanan yang vital dan cara perawatan yang optimal. Pengetahuan yang
i i i i i i i i i i

i kurang mengenai IMD dan pemberian ASI terlihat dari pemanfaatan susu formula
i i i i i i i i i i

i secara dini di perkotaan dan pemberian nasi sebagai tambahan ASI di pedesaan.
i i i i i i i i i i i

c. Sikap
Sikap ibu terhadap lingkungan sosial dan kebudayaan dimana dididik, apabila
i i i i i i i i i

i pemikiran tentang menyusui dianggap tidak sopan, make let down reflex(reflex
i i i i i i i i i

i keluar) akan terhambat. Sama halnya suatu kebudayaan tidak mencela penyusuan,
i i i i i i i i i

i maka pengisapan akan tidak terbatas dan permintaan akan menolong pengeluaran
i i i i i i i i i

i ASI. Sikap negatif terhadap menyusui antra lain dengan menyusui merupakan
i i i i i i i i i

i beban bagi kebebasan pribadinya atau hanya memperburuk potongan dan ukuran
i i i i i i i i i

i tubuhnya (Roesli, 2008) i i

d. Dukungan keluarga i

Lingkungan keluarga merupakan lingkungan yang sangat berpengaruh i i i i i i

i terhadap keberhasilan ibu menyusui bayinya secara eksklusif. Terutama dukungan


i i i i i i i i

i suami dan orang-orang terdekat (Roesli, 2008).


i i i i i

8. Tatalaksana Inisiasi Menyusu Dini (IMD) i i i i

a. Tatalaksana IMD pada Bayi Baru Lahir Normal i i i i i i

Tatalaksana inisiasi menyusu dini secara umum yaitu : i i i i i i i

1. Dianjurkan suami atau keluarga mendampingi ibu saat persalinan i i i i i i i

2. Disarankan untuk tidak atau mengurangi penggunaan obat kimiawi saat i i i i i i i i

persalinan. Dapat diganti dengan cara non-kimiawi, misalnya pijat,


i i i i i i i i

aromaterapi, gerakan atau hypnobirthing


i i i i

3. Biarkan ibu menentukan cara melahirkan yang diinginkan, misalnya i i i i i i i

melahirkan normal, di dalam air atau dengan jongkok


i i i i i i i i

4. Seluruh badan dan kepala bayi dikeringkan secepatnya, kecuali kedua i i i i i i i i

tangannya. Lemak putih (vernix) yang menyamankan kulit bayi sebaiknya


i i i i i i i i i

dibiarkan
i

23
5. Bayi ditengkurapkan di dada atau perut ibu. Biarkan kulit bayi melekat
i i i i i i i i i i

dengan kulit ibu. Posisi kontak kulit dengan kulit ini dipertahankan
i i i i i i i i i i

minimum satu jam atau setelah menyusu awal selesai. Keduanya


i i i i i i i i i

diselimuti. Jika perlu gunakan topi bayi


i i i i i i

6. Bayi dibiarkan mencari putting susu ibu. Ibu dapat merangsang bayi
i i i i i i i i i

dengan sentuhan lembut, tetapi tidak memaksakan bayi ke puting susu


i i i i i i i i i i

7. Ayah didukung agar membantu ibu untuk mengenali tanda-tanda atau


i i i i i i i i

perilaku bayi sebelum menyusu. Hal ini dapat berlangsung beberapa menit
i i i i i i i i i i

atau satu jam, bahkan lebih. Dukungan ayah akan meningkatkan rasa
i i i i i i i i i i

percaya diri ibu. Biarkan bayi dalam posisi kulit bersentuhan dengan kulit
i i i i i i i i i i i

ibunya setidaknya selama satu jam, walaupun ia telah berhasil menyusu


i i i i i i i i i i

pertama sebelum satu jam. Jika belum menemukan puting payudara


i i i i i i i i i

ibunya dalam waktu satu jam, biarkan kulit bayi tetap bersentuhan dengan
i i i i i i i i i i i

kulit ibunya sampai berhasil menyusu pertama.


i i i i i i

8. Dianjurkan untuk memberikan kesempatan kontak kulit dengan kulit pada i i i i i i i i

ibu yang melahirkan dengan tindakan misalnya operasi Caesar


i i i i i i i i

9. Bayi dipisahkan dari ibu untuk ditimbang, diukur, dan dicap setelah satu
i i i i i i i i i i

jam atau menyusu awal selesai. Prosedur yang invasif, misalnya suntikan
i i i i i i i i i i

vitamin K dan tetesan mata bayi dapat di tunda


i i i i i i i i i

10. Rawat gabung – ibu dan bayi dirawat dalam satu kamar. Selama 24 jam
i i i i i i i i i i i i

ibu-bayi tetap tidak dipisahkan dan bayi selalu dalam jangkauan ibu.
i i i i i i i i i i

Pemberian minuman pre-laktal (cairan yang diberikan sebelum ASI


i i i i i i i i

keluar) di hindarkan.
i i i

b. Tatalaksana IMD pada bayi lahir lewat Operasi Caesar i i i i i i i

Usaha bayi merangkak mencari payudara secara standar pasti tidak dapat
i i i i i i i i i

i dilakukan pada persalinan operasi caesar. Namun, jika diberikan anastesi spinal
i i i i i i i i i

i atau epidural, ibu dalam keadaan sadar sehingga dapatsegera memberi respons
i i i i i i i i i

i pada bayi. Bayi dapat segera diposisikan sehingga kontak kulit ibu dan bayi dapat
i i i i i i i i i i i i

i terjadi. Usahakan menyusu pertama dilakukan di kamar operasi. Jika keadaan ibu
i i i i i i i i i i

i atau bayi belum memungkinkan, bayi diberikan pada ibu pada kesempatan yang
i i i i i i i i i i

i tercepat.

24
Jika dilakukan anastesi umum, kontak dapat terjadi di ruang pulih saat ibu
i i i i i i i i i i i

i sudah dapat merespons walaupun masih mengantuk atau dalam pengaruh obat bius.
i i i i i i i i i i

i Sementara menunggu ibu sadar, ayah dapat menggantikan ibu untuk memberikan
i i i i i i i i i

i kontak kulit dengan kulit sehingga bayi tetap hangat.


i i i i i i i

Untuk mendukung terjadinya inisiasi menyusu dini pada persalinan Caesar,


i i i i i i i i

i berikut ini tatalaksananya


i i

1. Tenaga dan pelayanan kesehatan yang suportif i i i i i

2. Jika mungkin diusahakan suhu ruangan 20-25°C. Disediakan selimut untuk


i i i i i i i i

i menutupi punggung bayi dan badan ibu. Disiapkan juga topi bayi untuk i i i i i i i i i i

i mengurangi hilangnya panas dari kepala bayi i i i i i

3. Tatalaksana selanjutnya sama dengan tatalaksana umum i i i i i

4. Jika inisiasi dini belum terjadi di kamar bersalin, kamar operasi atau bayi harus
i i i i i i i i i i i i

i dipindah sebelum satu jam maka bayi tetap diletakkan di dada ibu ketika
i i i i i i i i i i i

i dipindahkan ke kamar perawatan atau pemulihan. Menyusu dini dilanjutkan di i i i i i i i i i

i kamar perawatan ibu atau kamar pulih. i i i i i

9. Tinjauan Agama Tentang Inisiasi Menyusu Dini (IMD) i i i i i i

Anak adalah amanah dari Allah kepada orang tuanya . oleh karena itu orang
i i i i i i i i i i i i

i tua harus bersyukur dan berkewajiban memenuhhi hak anak yang diantaranya
i i i i i i i i i

i adalah mendidik, dan memberikanterbaik untuk anak ataupun menempatkan


i i i i i i i

i pada posisi yang baik dapat dilakukan orang tua terutama ibu, sejak awal
i i i i i i i i i i i

i kehidupan anaknya, diantaranya : melakukan inisiasi menyusu dini, i i i i i i i

i memberikan air susu ibu (ASI) eksklusif serta melanjutkan menyusui hingga i i i i i i i i i

i berumur dua tahun. i i

Setelah ibu berhasil inisiasi menyusu dini dan memberikan asi eksklusif
i i i i i i i i i

i selama 6 bulan, sebaiknya ibu melanjutkan pemberian ASI sampai anak


i i i i i i i i i

i berumur 2 tahun. Hal ini sesuai dengan firman Allah Q.S. Al- Baqarah /2 :223
i i i i i i i i i i i i i

i yang artinya : i i

“ Para ibu hendaklah menyusukan anak- anaknya selama dua tahun penuh
i i i i i i i i i i

i yaitu bagi yang ingin menyempurnakan penyusuan. Dan kewajiban ayah


i i i i i i i i

i memberi makan dan pakaian kepada pada ibu dengan cara ma’ruf. Seseorang
i i i i i i i i i i

i tidak dibebani melainkan menurut kadar kesanggupannya. Janganlah seorang


i i i i i i i

25
i ibu menderita kesengsaraan karena anaknya dan seorang ayah karena
i i i i i i i i

i anaknya, dan warispun berkewajiban demikian. Apabila keduanya ingin


i i i i i i i

i menyapih i (sebelum i dua i tahun) i dengan i kerelaan i keduanya i dan


i permusyawaratan, maka tidak ada dosa atas keduanya. Dan jika kamu ingin i i i i i i i i i i

i anakmu disusukan oleh orang lain, maka tidak ada dosa bagimu apabila kamu
i i i i i i i i i i i

i memberikan pembayaran menurut yang patut, bertakwalah kamu kepada i i i i i i i

i Allah dan ketahuilah bahwa Allah Maha melihat apa yang kamu kerjakan”
i i i i i i i i i i

Berdasarkan terjemahan ayat Al-Quran di atas, bisa dipahami secara jelas i i i i i i i i i

i bahwa menyusui adalah perintah langsung dari Allah SWT. Perintah tersebut
i i i i i i i i i

i akan sempurna jika ibu menyusui anaknya selama dua tahun, senada dengan
i i i i i i i i i i

i anjuran WHO. Namun Allah tidak memaksakan jika ibu berhalangan


i i i i i i i i

i menyusui selama dua tahun penuh. Apabila karena beberapa alas an anda
i i i i i i i i i i

i akhirnya harus menyapih si kecil, anda diperbolekan untuk melakukannya. Al


i i i i i i i i i

i Quran bahkan sudah mengatur jelas bahwa anak boleh di beri ASI dari ibu
i i i i i i i i i i i i

i donor dengan perjanjian yang jelas.


i i i i

Rasulullah dalam banyak sabdanya juga mengingatkan tentang pentingnya


i i i i i i i

i menyusui. Bagi ibu yang menyusui anak-anaknya, Allah menjanjikan jauh dari
i i i i i i i i i

i siksa neraka. Ini seperti penegasan Rasulullah dalam HR Ibnu Hibban,


i i i i i i i i i

i “Kemudian Malaikat mengajakku melanjutkan perjalanan, tiba-tiba aku i i i i i i

i melihat beberapa wanita yang payudaranya dicabik-cabik ular yang ganas.


i i i i i i i i

i Aku bertanya : “ Mengapa mereka? Malaikat Menjawab : “Mereka adalah para


i i i i i i i i i i i

i wanita yang tidak mau menyusui anak-anaknya (tanpa alasan syar’i)”


i i i i i i i i

Memberi ASI bagi sang buah hati membawa pahala bagi sang ibu. Rasulullah
i i i i i i i i i i i

i SAW bersabda, “Ketika seorang wanita menyusui anaknya, Allah membalas


i i i i i i i i

i setiap isapan air susu ibu yang diisap anak dengan pahala memerdekakan
i i i i i i i i i i

i seorang budak dari keturunan Nabi Ismail, dan manakala wanita selesai
i i i i i i i i i

i menyusui anaknya malaikat pun meletakkan tangannya ke atas sisi wanita itu
i i i i i i i i i i

i seraya berkata,” Mulailah hidup dari baru, karena Allah telah mengampuni
i i i i i i i i i

i semua dosa-dosamu”. i

Sementara itu, Ali bin Abi Thalib pernah berkata, “Tidak ada satu pun susu
i i i i i i i i i i i i

i yang lebih bermanfaat dan lebih sesuai bagi anak dari air susu ibu”. Sedangkan
i i i i i i i i i i i i

26
i menurut M. Quraish Shihab dalam tafsir Al- Mishbah penyusuan (radha’ah)
i i i i i i i i i

i sangat penting dilakukan oleh ibu kandungnya dengan menggunakan ASI


i i i i i i i i

i tujuan menyusui bukan hanya sekedar untuk memelihara kelangsungan hidup


i i i i i i i i

i anak tetapi juga bahkan dapat menumbuhkembangkan anak dalam segi fisik
i i i i i i i i i

i dan psikologis yang prima. Oleh sebab itu, berdosalah ibu di hadapan Allah
i i i i i i i i i i i

i SWT kalau mengabaikan masalah persusuan dengan ASI bila ia mampu


i i i i i i i i i

i melaksanakannya.

Tabel 1. SOP INISIASI MENYUSU DINI (IMD)


PENGERTIAN Merupakan proses memberikan kesempatan pada bayi baru lahir
untuk menyusui sendiri kepada ibunya dalam 1 jam setelah bayi
baru lahir
TUJUAN  Untuk meningkatkan kekebalan tubuh bayi sehingga mengurangi
tingkat kematian bayi baru lahir serta ikatan batin antara ibu dan
bayi akan lebih erat terjamin

KEBIJAKAN Dilakukan pada bayi baru lahir


BAHAN DAN1. 1. Selimut
ALAT 2. 2. Penutup Kepala Bayi

PROSEDUR 1. Anjurkan suami atau keluarga untuk mendampingi ibu di


PELAKSANAAN kamar bersalin
2. Bila bayi tidak memerlukan resusitasi, keringkan tubuh bayi
terkecuali tangan bayi, tanpa menghilangkan verniks
3. Bayi di tengkurapkan di dada ibu dengan kulit bayi melekat
pada kulit ibu dan mata bayi setinggi puting susu ibu
4. Selimuti ibu dan bayi dengan kain hangat dan pasang topi di
kepala bayi
5. Mintalah ibu untuk memeluk dan membelai bayinya dan
biarkan bayi mencari, menemukan puting dan mulai menyusu
6. Biarkan kontak kulit bayi dan ibu setidaknya selama 1 jam,
walaupun bayi sudah menemukan puting kurang dari 1 jam
7. Jika bayi belum menemukan puting ibu dalam waktu 1 jam,
posisikan bayi lebih dekat dengan puting ibudan biarkan
kontak kulit dengan kulit selama 30-60 menit berikutnya
8. Ibu dan bayi dirawat dalam satu kamar dalam jangkauan ibu
selama 24 jam
Sumber : (Kemenkes RI, 2018)

27
2.2. Penelitian yang Relevan

Tabel 2 Penelitian yang Relevan


Judul (Tahun) Metode Hasil Persamaan Perbedaan
Penelitian Deskriptive Hasil Persamaan Perbedaan
Haerunnisa (2012) dengan penelitian ini antara antara
dengan judul tehnik menunjukan penelitian penelitian
“Gambaran pengambilan dari total 30 Haerunnisa Haerunnisa
Pelaksanaan sampel total persalinan dengan dengan
Inisiasi Menyusu sampling yang penelitian ini
penelitian ini
Dini di Rumah dilakukan yaitu yaitu
Sakit Ibu dan Anak IMD dengan penatalaksanaan
penelitian
Pertiwi Makassar tepat Inisiasi Haerunnisa
sebanyak 3 Menyusu Dini dilakukan di
persalinan (IMD) rumah sakit
(10%) dan 27 khusus ibu
% persalinan dan anak di
tidak Makassar
dilakukan sedangkan
IMD dengan pada
tepat penelitian ini
di lakukan di
Rumah Sakit
Umum
Daerah
Provinsi
Gorontalo
Penelitian Fara Deskriptive Hasil Persamaan Perbedaan
Yumastura (2017) dengan penelitian ini antara antara
dengan judul “ tehnik menunjukkan penelitian Fara penelitian
Gambaran pengambilan dari total 36 Yumastura Fara
PelaksanaanInisias sampel responden ibu dengan Yumastura
i Menyusu Dini accidental inpartu penelitian ini dengan
(IMD) di Bidan sampling sebanyak yaitu penelitian ini
Praktik Mandiri 69,4% pelaksanaan yaitu
Wilayah Kerja melaksanakan Inisiasi penelitian
Puskesmas Air IMD kurang Menyusu Dini Fara

28
Dingin Kota dari 60 menit (IMD) Yamastura
Padang menggunakan
tehnik
pengambilan
sampel
accidental
sampling,
sedangkan
penelitian ini
menggunakan
tehnik
pengambilan
sampel total
sampling

2.3 Kerangka Berpikir


1. Kerangka Teori

Pasca Persalinan

Bounding Attachment

Cara Melakukan bounding attachment


1. Pemberian Asi Ekskusif
2. Rawat Gabung
3. Kontak Mata (eye to eye
contact)
4. Suara (voice) Penatalaksanaan
5. Aroma (odor)
6. Gaya bahasa (entrainment)
7. Bioritme
8. Sentuhan (Touch)
9. Inisiasi Menyusu Dini
(IMD)

Gambar 1. Kerangka Teori ; Sumber : (Nurjannah dkk, 2013)


2. Kerangka Konsep

Inisiasi Menyusu Dini (IMD) Penatalaksanaan

29
Gambar 2. Kerangka Konsep

BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Tempat dan waktu penelitian


3.1.1 Tempat penelitian
Penelitan ini dilakukan di Ruangan VK RSUD dr. Hasri Ainun Habibie
Provinsi Gorontalo.
3.1.2 Waktu penelitan
Waktu penelitan dilaksanakan pada bulan Mei s/d Juni 2021
3.2 Desain penelitan
Jenis penelitian yang digunakan penelitian deskriptif.
3.3 Variabel Penelitian
3.3.1 Variabel Tunggal
Variabel dalam penelitian ini adalah Inisiasi Menyusu Dini (IMD) pada
bayi baru lahir.
3.3.2 Defenisi Operasional Variabel
Tabel 1 Definisi Operasional

30
Definisi
No Variabel Alat ukur Hasil Ukur Skala
Operasional
Inisiasi Proses Lembar Dilakukan Ordinal
Menyusu menyusu Observasi sesuaiprosedur
Dini dimulai Tidak
(IMD). secepatnya dilakukan sesuai
segera setelah prosedur
bayi lahir

3.4 Populasi dan sampel


3.4.1 Populasi
Populasi adalah keseluruhan subyek penelitian yang akan diteliti (Setiadi,
2013). Populasi dalam penelitian ini adalah ibu inpartu kala II di RSUD dr. Hasri
Ainun Habibie Provinsi Gorontalo.
3.4.2 Sampel
Sampel adalah sebagian dari keseluruhan obyek yang akan diteliti dan
dianggap mewakili seluruh populasi (Setiadi, 2013). Pengambilan sampel dalam
penelitian ini menggunakan total sampling yaitu seluruh ibu inpartu kala II
dengan bayi yang memiliki apgar skor ≥ 7 di RSUD dr. Hasri Ainun Habibie
Provinsi Gorontalo yaitu sebanyak 15 responden.
3.5 Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah
lembar observasi.. Peneliti melihat langsung pelaksanaan insiasi menyusu dini
pada bayi baru lahir di RSUD dr. Hasri Ainun Habibie Provinsi Gorontalo.
Instrumen penelitian yang digunakan adalah lembar observasi yang disusun
berdasarkan SOP Inisiasi Menyusu Dini (IMD) dengan menggunakan skala
Gutman, dimana jika dilakukan sesuai prosedur diberi nilai satu (skor = 1)
sedangkan tidak dilakukan sesuai prosedurdiberi nilai nol (skor : 0) dan jika total
skor persentasenya ≥ 75% maka gambaran penatalaksanan IMD pada bayi baru
lahir di RSUD dr. Hasri Ainun Habibie Provinsidilakukan sesuai prosedur
sedangkan jika total skor presentasenya < 75% maka kesimpulannya tidak
dilakukan sesuai prosedur.
3.6 Teknik Pengumpulan Data
3.6.1 Sumber data

31
Data primer yaitu data yang diperoleh langsung dari hasil observasi yang
kepada responden dan data sekunder yaitu data yang diperoleh dari hasil
wawancara langsung dengan tenaga kesehatan yang membantu persalinan.
3.6.2 Pengolahan data
Setelah data terkumpul dari lembar kuesioner yang ada, maka dilakukan
pengolahan data. Pengolahan data tersebut dengan menggunakan tahap-tahap
sebagai berikut :
1. Editing
Proses editing dilakukan setelah data terkumpul dan dilakukan dengan
memeriksa kelengkapan data dalam pengisian pertanyaan dan kesalahan
pengisian dari setiap jawaban yang diberikan respoonden.
2. Koding
Dilakukan untuk memudahkan dalam pengolahan data, semua jawaban
atau dat perlu di sederhanakan yaitu dengan simbol-simbol tertentu, untuk
setiap jawaban (pengkodean). Pengkodean dilakukan dengan memberi
nomor halaman, daftar pertanyaan, nomor variabel, nama variabel dan kode.
3. Scoring
Setelah pengkodean maka dilakukan pemberian nilai sesuai dengan skor
yang telah ditentukan.
4. Tabulasi data
Tabulasi data merupakan kelanjutan dari pengkodean pada proses
pengolahan data dimana data dimasukkan dalam bentuk tabel, untuk
menghitung jumlah data caranya dengan teknik manual dengan
menggunakan kalkulator.
3.7 Teknik Analisis Data
Pengolahan data analisis data ini dilakukan dengan system
komputermenggunakan aplikasi SPSS.
3.7.1 Analisis univariat
Analisis univariat dilakukan untuk memperoleh gambaran distribusi
frekuensi dan persentase dari setiap variabel yang di teliti. Adapun rumus yang
digunakan menurut Machfoedz (2004:15) adalah:

32
F F
P= xP=100%
x 100%
Rumus : N N

Keterangan: P= Persentase
F= Jumlah skor yang didapat
N= Total Skor
3.8 Etika Penelitian
Dalammelakukanpenelitian, peneliti terlebih dahulu mengurus
rekomendasidari instansi tempat penelitian dalam hal ini adalah RSUD dr. Hasri
Ainun Habibie, setelah mendapatpersetujuan barulah peneliti melakukan
penelitian dengan menekankan masalah etika yang meliputi:

a. Informed consent (lembar persetujuan)


Yaitulembar persetujuan untukresponden yang diedarkan sebelum penelitian
dilaksanakanpadaseluruhrespondenyangbersedia diteliti. Jika responden
bersediauntukditelitimakarespondenharusmencantumkan tanda tangan
padalembar persetujuanmenjadi responden. Jika responden `menolak untuk
ditelitimaka penelititidakakan memaksa dantetapmenghormatihak-hak
responden.
b. Anonimity (tanpa nama)
Untuk menjaga kerahasiaan responden, maka dalam lembar data penelitian
tidak dicantumkan nama melainkan hanya inisial responden.
c. Confidentiality (kerahasian)
Kerahasiaaninformasiyangtelahdikumpulkandariresponden dijaga oleh
peneliti. Datahanyaakan disajikan atau dilaporkandalam bentuk kelompok
yang berhubungan denganpenelitian ini.
d. Protection from discomfort
Responden mendapat perlindungan dan merasa nyaman.
e. Persetujuan
Penelitiandilakukansetelahmendapatpersetujuan dari Program Studi Ilmu
KeperawatanUMGdanpihakDirekturRSUD dr.Hasri Ainun Habibie Provinsi
Gorontalo.

33
f. Hak untuk menarik diri
Responden berhak mengundurkan diri selama proses penelitian dan tidak
ada sanksi apapun.

BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian


4.1.1 Gambaran umum lokasi penelitian
RSUD dr Hasri Ainun Habibie Provinsi Gorontalo diresmikan pada tahun
2013 oleh Gubernur Provinsi Gorontalo Bapak Rusli Habibie, beralamat di jalan
Kusno Tongkodu Kelurahan Dutulanaa Kecamatan Limboto Kabupaten
Gorontalo. Adapun penamaan Rumah Sakit sesuai dengan Peraturan daerah
Provinsi Gorontalo No 8 Tahun 2013 Tentang Penamaan Rumah Sakit Umum
Daerah Provinsi Gorontalo. Tipe RSUD dr Hasri Ainun Habibie ditetapkan
Melalui SK Menteri Kesehatan No : HK.02.03./I/3625/2014 dengan Tipe/Kelas
D.
Pada awal berdirinya, RSUD dr Hasri Ainun Habibie Provinsi Gorontalo
adalah salah satu SKPD dalam Struktur Organisasi Tata Kerja Pemerintah
Provinsi Gorontalo, namun setelah dalam perkembangannyadan dengan
adanya perubahan Struktur Organisasi Tata Kerja di lingkungan Provinsi
Gorontalo maka pada tahun 2016 RSUD dr. Hasri Ainun Habibie berubah
status menjadi UPTD Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo. Sejak
diresmikannya pada tahun 2013 hingga tahun 2017 RSUD dr. Hasri ainun

34
Habibie di pimpin oleh seorang direktur yaitu “dr. Hj. Rosina Kiu. Tahun
2017 sampai dengan Juli 2021 direktur RSUD dr. Hasri Ainun Habibie yaitu
dr. Yana yanti Suleman, SH dan sejak bulan Juli 2021 direktur RSUD dr.
Hasri Ainun Habibie adalah dr. Fitriyanto Radjak. Dalam menjalankan
pelayanan kesehatan kepada masyarakat RSUD dr. Hasri Ainun Habibie
mempunyai visi yaitu menjadikan RSUD Hasri Ainun Habibie sebagai pusat
rujukan kesehatan di Provinsi Gorontalo, sedangkan misi rumah sakit ada 3
yaitu : melaksanakan proses rujukan yang berjenjang, mengemban amanah
pemerintah dalam memberikan pelayanan kesehatan serta memberikan
pelayanan dengan tulus dan professional.
Identitas Rumah Sakit dr. Hasri Ainun Habibie Provinsi Rumah Sakit,
terletak di jalan Kusno Tongkodu No 149, Kelurahan Dutulanaa, Kecamatan
Limboto, Kabupaten Gorontalo. Pemilik rumh sakit ini adalah pemerintah
Provinsi Gorontalo dengan luas lahan 6,4 Ha dan luas bangunan 6192.052 M²
Rumah sakit beroperasional sejak tahun 2013 dimana awalnya merupakanrumah
kelas tipe D, kemudian seiring berjalannya waktu naik kelas menjadi tipe C yang
memiliki 9 bangunan dengan 228 tempat tidur. ruangan VK awal berdirinya
rumah sakit memiliki 5 tempat tidur dengan jumlah petugas sebanyak 16 orang.
4.1.2. Karakteristik Responden
4.1.2.1. Distribusi Frekuensi Umur Responden di RSUD dr. Hasri Ainun
HabibieProvinsi Gorontalo
Tabel 4.1 Distribusi Responden Berdasarkan Umur di RSUD dr. Hasri
Ainun Habibie Provinsi Gorontalo
No Umur n %
1. 17 Tahun - 25 Tahun 9 60
2. 26 Tahun - 35 Tahun 4 26.7
3. 36 Tahun - 45 Tahun 2 13.3
To Total 15 100
Sumber : Data Primer, 2021

Berdasarkan tabel 4.1 dapat dijelaskan bahwa distribusi frekuensi umur


dari total 15 responden di RSUD dr. Hasri Ainun Habibieyaitu yang
tertinggi berada pada umur 17 tahun – 25 tahun sebanyak 9 responden
dengan persentase 60%, kemudian di ikuti responden yang berumur 26

35
tahun – 35 tahun sebanyak 4 responden dengan persentase 26,7 %, dan
yang terendah ada pada responden yang berumur 36 tahun - 45 tahun
sebanyak 2 responden dengan persentase 13,3 %.

4.1.2.2 Distribusi Frekuensi Tingkat Pendidikan Responden di RSUD


dr. Hasri Ainun Habibie Provinsi Gorontalo
Tabel 4.2 Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan
di RSUD dr. Hasri Ainun Habibie Provinsi Gorontalo
No Tingkat Pendidikan n %
1. SD 3 20
2. SMP 1 6.7
3. SMA 7 46.7
4. Perguruan Tinggi 4 26.7
TTTotal 15 100
Sumber : Data Primer, 2021

Berdasarkan tabel 4.2 dapat dijelaskan bahwa distribusi frekuensi


tingkat pendidikan dari total 15 responden di RSUD dr. Hasri Ainun
Habibie Provinsi Gorontalo, yaitu yang tertinggi pada tingkat pendidikan
SMA sebanyak 7 responden dengan persentase 46,7 %, kemudian di
ikutitingkat pendidikan perguruan tinggi sebanyak 4 responden dengan
persentase 26,7%, tingkat pendidikan SD sebanyak 3 responden dengan
persentase 20% dan yang terendah pada tingkat pendidikan SD sebanyak
3 responden dengan persentase 20%.
4.1.2.3 Distribusi Frekuensi Pekerjaan Responden di RSUD dr. Hasri Ainun
Habibie Provinsi Gorontalo

Tabel 4.3 Distribusi Responden Berdasarkan Pekerjaan di RSUD


dr. Hasri Ainun Habibie Provinsi Gorontalo
No Pekerjaan n %
1. IRT 11 73.3
2. Honorer 1 6.7
3. PNS 2 13.3

36
4. Guru 1 6.7
To Total 15 100
Sumber : Data Primer, 2021

Berdasarkan tabel 4.3 dapat dijelaskan bahwa distribusi frekuensi


pekerjaan dari total 15 responden di RSUD dr. Hasri Ainun Habibie
Provinsi Gorontalo yaitu yang tertinggi pekerjaan ibu rumah tangga
(IRT) sebanyak 11 responden dengan persentase 73,3 %, kemudian
diikuti pekerjaan PNS sebanyak 2 responden dengan persentase 13,3%
dan yang terendah pekerjaan honorer dan guru masing-masing sebanyak
1 responden dengan persentase 6,7%
4.1.2.4 Distribusi Pendidikan Tenaga Kesehatan (Bidan) di RSUD dr. Hasri
Ainun Habibie Provinsi Gorontalo

Tabel 4.4 Distribusi Tenaga Kesehatan (Bidan) Berdasarkan Pendidikan


di RSUD dr. Hasri Ainun Habibie Provinsi Gorontalo

No Pendidikan N %
1. D III Kebidanan 5 50
2. D IV Kebidanan 5 50
TTTotal 10 100
Sumber : Data Primer, 2021
Berdasarkan tabel 4.4 dapat dijelaskan bahwa distribusi frekuensi
pendidikan tenaga kesehatan (bidan) dari total 10 responden yang bekerja
di ruang persalinanRSUD dr. Hasri Ainun Habibie Provinsi
Gorontalo,bidan dengan latar belakang pendidikan diploma III kebidanan
berjumlah 5 orang dengan persentase 50% dan bidan dengan latar
belakang pendidikan Diploma IV Kebidanan juga sebanyak 5 responden
dengan persentase 50 %.

37
4.1.2.5 Distribusi Lama Kerja Tenaga Kesehatan (Bidan) di RSUD dr. Hasri
Ainun Habibie Provinsi Gorontalo

Tabel 4.5 Distribusi Tenaga Kesehatan (Bidan) Berdasarkan Lama Kerja


di RSUD dr. Hasri Ainun Habibie Provinsi Gorontalo
No Lama Kerja N %
1. < 1 Tahun 1 10
2. 1 – 5 Tahun 7 70
3. > 5 Tahun 2 20
To Total 15 100
Sumber : Data Primer, 2021

Berdasarkan tabel 4.5 dapat dijelaskan bahwa distribusi frekuensi


lama kerja tenaga kesehatan (bidan) dari total 10 responden yang bekerja
di ruang persalinanRSUD dr. Hasri Ainun Habibie Provinsi Gorontalo
yaitu yang tertinggi lama kerja 1-5 tahun sebanyak 7 orang dengan
persentase 79 %, kemudian di ikuti lama kerja > 5 tahun sebanyak 2
orang dengan persentase 20% dan yang terendah lama kerja < 1 tahun
sebanyak 1 orang dengan persentase 10%.
4.1.3 Gambaran Penatalaksanaan IMD
4.1.3.1 Distribusi Frekuensi Penatalaksaanan IMD Responden Berdasarkan SOP
di RSUD dr. Hasri Ainun Habibie Provinsi Gorontalo
Tabel 4.4 Distribusi Responden Berdasarkan Penatalaksanaan
IMD berdasarkan SOPdi RSUD dr. Hasri Ainun Habibie
Provinsi Gorontalo
No SOP Penatalaksanaan IMD Ya Tidak
1. Anjurkan suami atau keluarga untuk mendampingi 7 8
ibu
2. Keringkan tubuh bayi terkecuali tangan bayi tanpa 0 15
menghilangkan verniks
3. Bayi di tengkurapkan di dada ibu dengan kulit bayi 8 7
melekat pada kulit ibu dan mata bayi setinggi
putting ibu
4. Selimuti ibu dan bayi dengan kain hangat dan 7 8
pasang topi di kepala bayi
5. Mintalah ibu untuk memeluk dan membelai bayi 15 0
dan biarkan bayi mencari sendiri puting kurang dari
1 jam
6. Biarkan kontak kulit bayi dan ibu setidaknya sela 10 5

38
ma 1 jam, walaupun bayi sudah menemukan puting
ibu kurang dari 1 jam
7. Jika bayi belum menemukan putting ibu dalam 1 4 11
jam, posisikan bayi lebih dekat dengan putting dan
biarkan kontak kulit dengan kulit selama 30-60
menit berikutnya
8. Ibu dan bayi dirawat dalam satu kamar 15 0

TTTotal 66 54
Sumber : Data Primer, 2021

4.1.3.2 Distribusi Frekuensi Penatalaksaanan IMD Responden di RSUD dr. Hasri


Ainun Habibie Provinsi Gorontalo

Tabel 4.4 Distribusi Responden Berdasarkan Penatalaksanaan IMD di


RSUD dr. Hasri Ainun Habibie Provinsi Gorontalo
No Penatalaksanaan IMD n %
1. Dilakukan sesuai prosedur 5 33.3
2. Tidak Dilakukan sesuai prosedur 10 66.7
TTTotal 15 100
Sumber : Data Primer, 2021

Berdasarkan tabel 4.4 dapat dijelaskan bahwa dari 15 responden ibuyang

melahirkan di RSUD dr. Hasri Ainun Habibie Provinsi Gorontalo, yaitu

yang tertinggi pada penalaksanaan IMD tidak dilakukan sesuai prosedur

yaitu 10 responden dengan persentase 66.7% dan terendah pada

penalaksanaan IMD dilakukan sesuai prosedur yaitu 5 responden dengan

persentase masing-masing 33.3%.

4.2 Pembahasan
4.2.1 Karakteristik responden

39
Keberhasilan pelaksanaan inisiasi menyusu dini (IMD) diepengaruhi
beberapa faktor, diantaranya karakteristik responden ibu post partum yang
meliputi usia, pendidikan dan pekerjaan sedangkan karakteristik tenaga
kesehatan yang menolaong persalinan diantaranya dipengaruhi oleh
pendidikan dan lama kerja.
1. Usia
Dari 15 responden yang dilakukan penelitian di RSUD dr. Hasri Ainun
Habibie Provinsi Gorontalo, rentang usia responden tertinggi ada pada usia
17-25 tahun sebanyak 9 responden, usia 26-35 tahun sebanyak 4 responden
dan usia 36-45 tahun sebanyak 2 responden.
Usia ibu adalahlamanya waktu hidup atau keberadaan di dunia, sejak
dilahirkan sampai pada waktu dilakukan penelitian. Usia seorang wanita
pada saat melahirkan harusnya tidak terlalu muda dan juga tidak terlalu tua.
Menurut Departemen Kesehatan RI (1992), penelitian telah membuktikan
bahwa kehamilan yang terjadi pada usia yang terlalu dini (remaja), pada usia
terlalu tua (lebih dari 35 tahun), membuat kehamilan menjadi beresiko
tinggi. Umur yang kurang dari 20 tahun maupun di atas 35 tahun beresiko
tinggi untuk melahirkan. Menurut Ruswana (2006), kesiapan seorang
perempuan untuk hamil dan melahirkan harus siap fisik, emosi, psikologi,
sosial dan ekonomi.
2. Pendidikan

Dari 15 responden yang dilakukan penelitian di RSUD dr. Hasri Ainun


Habibie Provinsi Gorontalo, tingkat pendidikan tertinggi adalah SMA
sebanyak 7 responden, perguruan tinggi sebanyak 4 responden, tingkat
pendidikan SD sebanyak 3 responden dan yang terendah pada tingkat
pendidikan SD sebanyak 3 responden.
Semakin tinggi tingkat pendidikan seseoarang maka semakin tinggi
pengetahuan yang dimiliki. Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini
terjadi setelah seseorang melakukan pengideraan melalui panca indra baik
indra penglihatan, indra pendengaran, indra penciuman, indra rasa dan
rabaterhadap objek tertentu.

40
Menurut Rosita (2008) menyatakan bahwa ibu yang memiliki
pengetahuan tinggi biasanya akan lebih cepat memahami dan menerima
sebuah informasi, salah satunya mengenai mengenai pentingnya pelaksanan
IMD setelah bayi baru lahir sehingga pada saat ibu melahirkan ibu bersedia
dilakukan proses inisiasi menyusu dini. Menurut Nusawakan, Dary dan
Lodibgkene (2018), ibu yang menikah di bawah umur 21 tahun memiliki
pengetahuan tentang IMD yang masih sangat kurang karena rata-rata
pendidikan ibu hanya sampaijenjang SD dan SMP yang membuat ibu masih
berfokus kepada dirinya sendiri serta belum memikirkantentang nikah dan
hamil.
3. Pekerjaan
Dari 15 responden yang dilakukan penelitian di RSUD dr. Hasri
Ainunyang tertinggi pekerjaan ibu rumah tangga (IRT) sebanyak 11
responden kemudian diikuti pekerjaan PNS sebanyak 2 responden yang
terendah pekerjaan honorer dan guru masing-masing sebanyak 1 responden.
Pekerjaan adalah sesuatu yang dikerjakan untuk mendapatkan nafkahatau
pencaharian masyarakat, kegiatan atau pekerjaan sehari-hari akan memiliki
waktu yang lebih untuk memperoleh informasi (Depkes RI, 2001). Menurut
beberapa penelitian pelaksanaan inisiasi menyusu dini lebih banyak
dilakukan oleh ibu yang tidak bekerja dibandingkan dengan ibu yang
bekerja.
4. Pendidikan tenaga kesehatan
Dari 10 responden yang bekerja di ruang persalinanRSUD dr. Hasri
Ainun Habibie Provinsi Gorontalo,bidan dengan latar belakang pendidikan
diploma III kebidanan berjumlah 5 orang dan bidan dengan latar belakang
pendidikan Diploma IV Kebidanan juga sebanyak 5 responden.
Dalam PP RI No. 33 Tahun 2012 tentang Pemberian Ais Susu Ibu
Eksklusif tenaga kesehatan wajib melakukan IMD terhadap bayi yang baru
lahir kepada ibunya paling singkat selama 1 (satu) jam dan wajib
memberikan informasi dan edukasi ASI eksklusif kepada ibu dan/atau
anggota keluarga dari bayi yang bersangkutan sejak pemeriksaan kehamilan

41
sampai dengan periode pemberian ASI eksklusif selesai (Kemenkes, 2013).
Oleh karena itu semakin tinggi tingkat pendidikan tenaga kesehatan, maka
semakin tinggi juga pengetahuan yang dimiliki dalam memberikan
pelayanan praktik kebidanan.
5. Lama Kerja
Dari total 10 responden yang bekerja di ruang persalinanRSUD dr. Hasri
Ainun Habibie Provinsi Gorontalo yaitu yang tertinggi lama kerja 1-5 tahun
sebanyak 7 orang dengan persentase 79 %, kemudian di ikuti lama kerja > 5
tahun sebanyak 2 orang dengan persentase 20% dan yang terendah lama
kerja < 1 tahun sebanyak 1 orang dengan persentase 10%.
Menurut Anderson (1994) dalam Hajrah (2012) mengatakan semakin
lama pengalaman kerja seseorang, makin semakin terampil seseorang
melakukan pekerjaannya. Seseorang yang sudah lama bekerja mempunyai
wawasan yang lebih luas dan pengalaman yang banyak yang akan
memegang peranan penting dalam pelaksanaan inisiasi menyusu dini
(IMD).
4.2.2 Gambaran Penatalaksanaan Inisiasi Menyusu Dini (IMD) pada Bayi
Baru Lahir Normal di RSUD dr. Hasri Ainun Habibie Provinsi
Gorontalo.
1. Anjurkan suami atau keluarga untuk mendampingi ibu di kamar bersalin
Dari 15 responden ibu melahirkan di RSUD dr. Hasri Ainun Habibie
Provinsi Gorontalo, 7 responden tidak di dampingi suami pada saat
melahirkan, hal ini di karenakan pada saat ibu melahirkan suami pasien
sementara bekerja.
Menurut Suryani (2012), bidan harus melibatkan suami atau keluarga yang
mendampingi persalinan untuk turut mendukung ibu agar IMD berhasil.
Suami juga turut berperan dalam keberhasilan IMD dengan hadir dan
memberikan dukungan kepada ibu saat melahirkan dan membangun percaya
diri ibu agar mau dan mampu menyusui.
2. Bila bayi tidak memerlukan resusitasi, keringkan tubuh bayi terkecuali
tangan bayi, tanpa menghilangkan verniks

42
Dari 15 responden ibu melahirkan di RSUD dr. Hasri Ainun Habibie
Provinsi Gorontalo, petugas mengeringkan tubuh bayi seluruhnya sampai ke
tangan bayi, karena masih kurangya pengetahuan petugas kesehatan terkait
standar pelayanan IMD.
Menurut Yuliarti (2010) verniks jangan dihilangkan, karena verniks
berfungsi untuk membuat kulit bayi tetap nyaman.
3. Bayi di tengkurapkan di dada ibu dengan kulit bayi melekat pada kulit ibu
dan mata bayi setinggi puting susu ibu.
Dari 15 responden ibu melahirkan di RSUD dr. Hasri Ainun Habibie
Provinsi Gorontalo, 7 bayi langsung di dekatkan pada puting ibu. Hal ini
disebabkan oleh kurangnya tenaga kesehatan yang bertugas tidak sebanding
dengan jumlah pasien. Selain itu juga dari faktor ibu yang sudah mengalami
kelelahan.
Pada dasarnya bayi memiliki naluri yang kuat untuk menemukan puting
susu ibu.
4. Selimuti ibu dan bayi dengan kain hangat dan pasang topi di kepala bayi
Dari 15 responden ibu melahirkan di RSUD dr. Hasri Ainun Habibie
Provinsi Gorontalo, didapatkan 8 bayi tidak dipasangkan topi hal ini
disebabkan karena ibu tidak membawa topi bayi saat masuk rumah sakit.
Menurut Depkes (2009), penggunaan selimut dan topi dikepala bayi untuk
mencegah kehilangan panas pada tubuh bayi atau mencegah bayi
kedinginan.
5. Mintalah ibu untuk memeluk dan membelai bayinya dan biarkan bayi
mencari, menemukan puting kurang dari 1 jam
Dari 15 responden ibu melahirkan di RSUD dr. Hasri Ainun Habibie
Provinsi Gorontalo, semua bayi di biarkan mencari puting kurang dari 1
jam.
Menurut Sudarti dan Endang Khaerunissa (2010), dalam proses pelaksanaan
inisiasi menyusu dini (IMD), adanya kontak antara ibu dan bayi dapat
meningkatkan ikatan kasih sayangantara keduanya.

43
6. Biarkan kontak kulit bayi dan ibu setidaknya selama 1 jam, walaupun bayi
sudah menemukan puting kurang dari 1 jam
Dari 15 responden ibu melahirkan di RSUD dr. Hasri Ainun Habibie
Provinsi Gorontalo, 5 bayi kontak dengan ibunya kurang dari 1 jam.
Menurut Siradjudin (2010), inisiasi menyusu dini adalah prosedur awal
yang harus dilakukan antara ibu dan bayi dengan cara membiarkan kulit
bayi melekat pada kulit ibu (skin to skin). Kontak kulit dibiarkan selama 1
jam untuk memberi kesempatan pada bayi untuk dapat langsung menyusu
segera setelah bayi dilahirkan.
7. Jika bayi belum menemukan puting ibu dalam waktu 1 jam, posisikan bayi
lebih dekat dengan puting ibu dan biarkan kontak kulit dengan kulit selama
30-60 menit berikutnya.
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Syafiq (2008) menjelaskan bahwa
bayi yang diberi kesempatan menyusu dini dengan meletakkan bayi sampai
terjadi kontak kulit bayi dengan kulit ibu selama kurang lebih 1 jam,
memperoleh hasildua kali lebih lama bayi disusui (Ifalahma dkk, 2008).
Dari 15 responden ibu melahirkan di RSUD dr. Hasri Ainun Habibie
Provinsi Gorontalo, 4 bayi langsung menemukan puting kurang dari 1 jam
8. Ibu dan bayi dirawat dalam satu kamar dalam jangkauan ibu selama 24 jam.
Dari 15 responden ibu melahirkan di RSUD dr. Hasri Ainun Habibie
Provinsi Gorontalo, semuanya di rawat gabung dalam satu kamar.
Menurut Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak RI
(2010), menyatakan bahwa rawat gabung adalah upaya menempatkan ibu
dan bayi di tempat yang sama selama 24 jam. Untuk mewujudkannya, setiap
fasilitas kesehatan harus melakukan lima langkah pelaksanaan rawat
gabung. Pertama, mengupayakan penyediaan rawat gabung dengan sarana
dan prasarana yang memadai. Kedua, mempraktekkan rawat gabung selama
24 jam kecuali bayi mengalami indikasi medis harus dirawat secara terpisah.
Ketiga menjamin kebersihan dan kenyamanan ruangan rawat gabung.
Keempat menjamin kebersihan waktu kunjungan. Kelima, mengupayakan

44
agar ibu tetap dapat menyusui walaupun bayi harus di rawat terpisah karena
indikasi medis.
Secara keseluruhan, penatalaksanaan inisiasi menyusu dini (IMD) pada bayi
baru lahir normal dari 15 responden ibu yang melahirkan di RSUD dr. Hasri
Ainun Habibie hanya 5 responden yang dilakukan IMD sesuai prosedur,
sedangkan sisanya 10 responden tidak dilakukan sesuai prosedur. Hal in
menunjukkan bahwa penatalaksanaan IMD di RSUD dr. Hasri Ainun Habibie
belum efektif. Padahal dampak inisiasi menyusu dini (IMD) bagi bayi adalah
sebagai makanan dengan kualitas dan kuantitas yang optimal agar ASI segera
keluar yang disesuaikan dengan kebutuhan bayi, memberikan kesehatan bayi
dengan kekebalan pasif yang segera kepada bayi, meningkatkan kecerdasan,
membantu bayi mengkoordinasikan hisap, telan dan nafas, meningkatkan jalinan
kasih sayang ibu dan bayi, mencegah kehilangan panas (Ambarwati, 2009).
Menurut PP No 33 tahun 2012 tentang pemberian Air Susu Ibu Eksklusif,
pasal 9 menyebutkan tenaga kesehatan dan penyelenggara kesehatan wajib
melakukan IMD terhadap bayi yang baru lahir kepada ibunya paling singkat
selama 1 (satu) jam, pelanggaraan terhadap aturan ini dikenakan sangsi mulai dari
peringatan hingga pencabutan izin praktek bidan sesuai kewenangannya yang
diatur dalam Permenkes No. 369 tentang standar profesi bidan pada kompetensi
ke 4 mengenai asuhan persalinan dan kelahiran bidan harus memiliki pengetahuan
dasar transisi bayi baru lahir terhadap kehidupan di luar rahim, pemenuhan
kebutuhan fisik BBL meliputi pernapasan, kehangatan, termasuk memfasilitasi
IMD (Zulala dkk, 2018).
Inisiasi Menyusu Dini (IMD) dimulai sedini mungkin, segera setalah bayi
lahir, setelah tali pusat di potong, letakkan bayi tengkurap di dada ibu dengan
kulit ke kulit biarkan selama 1 jam / lebih sampai bayi menyusu sendiri, selimuti
dan bertopi. Suami dan keluarga beri dukungan san siap membantu selama proses
menyusui (El Sinta dkk, 2019).
Menurut Hegar dkk (2008) inisiasi dini adalah meletakkan bayi di atas dada
atau perut ibu segera setelah persalinan dan membiarkan bayi mencari puting susu
ibu dan menghisapnya setidaknya satu jam setelah kelahiran. Masih ada sebagian

45
persalinan yang belum mendapat pelaksanaan IMD pada waktu yang tepatsetelah
melahirkan. Padahal dampak Inisiasi Menyusu Dini (IMD) bagi bayi adalah
sebagai makanan dengan kualitas dan kuantitas yang optimal agar ASI segera
keluar yang disesuaikan dengan kebutuhan bayi, memberikan kesehatan bayi
dengan kekebalan pasif yang segera kepada bayi, meningkatkan kecerdasan,
membantu bayi mengkoordinasikan hisap, telan dan nafas, meningkatkan jalinan
kasih sayang ibu dan bayi serta mencegah kehilangan panas (Haerunisah, 2012).
Inisiasi Menyusu Dini (IMD) merupakan intervensi sederhana yang mampu
meningkatkan neonatal outcome secara signifikan yaitu mengurangi resiko
kematian neonatal, membantu dalam keberlangsungan pemberian ASI eksklusif
dan periode lama menyusui. Penelitian di Ghana menyebutkan IMD dapat
menyelamatkan 22% dari bayi yang meninggal sebelum usia satu bulan, menunda
pelaksanaan IMD dalam pencegahan hipotermi pada bayi baru lahir meningkatkan
6 kali resiko kematian neonatal (Roesli, 2008).
Menurut UNICEF (2006) dalam Haerunisa (2012) banyak sekali masalah
yang dapat menghambat pelaksanaan IMD antara lain : kurangnya kepedulian
terhadap pentingnya IMD, kurangnya konseling oleh tenaga kesehatan dan
kurangnya praktek IMD, adanya pendapat bahwa suntikan vitamin K dan tetes
mata untuk mencegah penyakit gonorrhea harus segera diberikan setelah lahir,
padahal sebenarnya tindakan ini dapat di tunda setidaknya selama satu jam sampai
bayi menyusu sendiri, masih kuatnya kepercayaan keluarga bahwa ibu
memerlukan istirahat yang cukup setelah melahirkan dan menyusui sulit
dilakukan, kepercayaan masyarakat yang menyatakan bahwa kolostrum yang
keluar pada hari pertama tidak baik untuk bayi serta kepercayaan masyarakat yang
tidak mengizinkan menyusu dini sebelum payudara dibersihkan.
Menurut Roesli (2008) salah satu faktor yang mempengaruhi keberhasilan
inisiasi menyusu dini adalah pengetahuan. Pendidikan yang tinggi dapat
mempengaruhi tingkat pengetahuan seseorang. Notoadmodjo (2010) menyatakan
bahwa paparan informasi, pendidikan, lingkungan sekitar dan pengalaman
mempengaruhi pengetahuan seseorang. Hal ini sejalan dengan penelitian yang
dilakukan oleh Wahyuningsih (2009) dan Rahmawati (2008) menyatakan bahwa

46
ada hubungan yang bermakana antara pengetahuan ibu dengan pelaksanaan IMD
yang berarti bahwa semakin baik pengetahuan ibu semakin baik pula tindakan ibu
dalam pelaksanaan IMD. Pendidikan ibu juga memiliki peranan yang penting
dalam menyerap informasi yang baik tentang IMD sehingga IMD dapat dilakukan
dengan tepat (Lisnawati, 2017).
Seorang bidan yang menolong persalinan baik di fasilitas pelayanan
kesehatan ataupun praktik mandiri berkewajiban memberikan pelayanan
kebidanan salah satunya melaksanakan inisiasi menyusu dini saat menolong
persalinan. Roesli (2008) juga mengatakan bahwa masih banyak juga tenaga
kesehatan yang tidak melakukan inisiasi menyusu dini (IMD) meskipun tahu
tentang program IMD mempunyai manfaat yang besar untuk bayi maupun ibu
yang baru melahirkan.Tidak semua bidan maupun ibu post partum bisa
mengimplementasikan program inisiasi menyusu dini. Hal ini bisa saja di
pengaruhi oleh tingkat pendidikan, lama kerja, usia, dan juga faktor lingkungan
itu sendiri sehingga kesadaran dan kemauan tenaga kesehatan dan ibu post partum
sangat mempengaruhi keberhasilan pelaksanaan inisiasi menyusu dini pada bayi
baru lahir. Tenaga kesehatan dengan latar belakang pendidikan DIV kebidanan
dengan lama kerja diatas lima tahun biasanya lebih terampildalampelaksanaan
pratik kebidanan salah satunya pelaksanaan IMD. Selain Pengetahuan yang
diperoleh dari bangku kuliah juga di tambah dari pengalaman kerja, dan juga
seringmengikutipelatihan terkait praktik kebidanan seprtiAPN maupun seminar
kesehatan terkait IMD itu sendiri.
Keberhasilan pelaksanaan IMD tergantung dari kerjasama antara
ibumelahirkan, keluarga dan tenaga kesehatan (bidan). Setiap tindakan medis
yang dilakukan oleh tenaga kesehatan baik di seluruh fasilitas kesehatan maupun
di rumah dalam hal ini tenaga kesehatan yakni bidan desa yang sering membantu
persalinan di rumah-rumah penduduk harus meminta persetujuan kepada keluarga
sebelum melakukan tindakan begitupun dengan pemberian IMD. Sebelum IMD
dilakukan harus diberitahukan terlebih dahulu kepada keluarga tentang manfaat
dan pentingnya ASI. Sosialisasi IMD dapat dilakukan oleh tenaga kesehatan baik
dokter, perawat maupun bidan sebelum ibu melahirkan, yaitu pada saat ibu hamil

47
melakukan kunjungan ANC di Puskesmas maupun rumah sakit, terutama pada
umur kehamilan memasuki trimester ke tiga. Tenaga kesehatan memberikan
sosialisasi mengenai gambaran saat persalinan nanti terutama bagi ibuhamil yang
belum ada pengalaman dalam persalinan.
Peneliti berasumsi bahwa penatalaksanaan IMD di RSUD dr. Hasri Ainun
Habibie belum efektif karena disebabkan oleh masih adanya tenagakesehatan
penolong persalinan yang belum mengetahui secara jelas mengenai standar
pelayanan IMD, tenaga kesehatan yang mengetahui standar pelayanan IMD akan
tetapi tidak melaksanakan sesuai standar hal ini terjadi karena biasanya jumlah
tenaga kesehatan penolong persalinan di rumah sakit tidak sebanding dengan
jumlah pasien yang menyebabkan menyebabkan tenaga kesehatan kelelahan
karena tenaga ksesehatan di fasilitas kesehatanseperti rumah sakit, biasanaya
bertugas di shift sore malam hanya 2 atau 3 orang, tenaga kesehatan maupun ibu
post partum tidak mau menunggu proses IMD selama 1-2 jamserta kurangya
pengetahuan pasien dan keluarga tentang pentingnya IMD sehingga biasanya
setelah melahirkan ibu mau segera istirahat. Sedangkan menurut UNICEF (2006)
IMD antara lain :
1. Kurangnya kepedulian terhadap pentingnya IMD
2. Kurangnya konseling oleh tenaga kesehatan dan kurangnya praktek IMD
3. Adanya pendapat bahwa suntikan vitamin K dan tetes mata untuk mencegah
penyakit gonorrhea harus diberikan segera setelah lahir, padahal sebenarnya
tindakan ini dapat ditunda setidaknya selama 1 jam sampai bayi menyusu
sendiri
4. Masih kuatnya kepercayaan keluarga bahawa ibu memerlukan istirahat yang
cukup setelah melahirkan dan menyusui sulit dilakukan
5. Kepercayaan masyarakat yang menyatakan bahwa kolostrum yang keluar pada
hari pertama tidak baik untuk bayi
6. Kepercayaan masyarakat yang tidak mengizinkan ibu untuk menyusu dini
sebelum payudara di bersihkan.
4.3 Hambatan Penelitian

48
Penelitian ini mempunyai hambatan-hambatanyang dapat mempengaruhi
hasil penelitian, hambatantersebut diantaranya:
1. Kesulitan berinteraksi langsung dengan responden karena harus tetap
melaksanakan prosedur covid 19, salah satunya menjaga jarak.
2. RSUD dr. Hasri Ainun Habibie yang menjadi salah satu rumah sakit rujukan
covid 19, menyebabkan kunjungan pasien non covid ke rumah sakit
menurun karena pasien ibu hamil masuk rumah sakit di skrining terlebih
dahulu di ruang IGD dan kemudian berdasarkan hasil skoring masuk ke
ruang persalinan non covid atau ruang isolasi.
3. Tenaga kesehatan yan bertugas di ruangan persalinan, sebagian dipindahkan
ke ruangan isolasi.

BAB V
PENUTUP

5.1Simpulan
1. Penelitian ini dilakukan di RSUD dr. Hasri Ainun Habibie dengan sampel
sebanyak 15 responden. Dari hasil penelitian di peroleh sebanyak 5 responden
dilakukan IMD sesuai prosedur (33.3%) dan 10 responden tidak dilakukan
sesuai prosedur (66.7%)
5.2Saran
1. Bagi Instansi Kesehatan
Dapat bermanfaat bagi instansi kesehatan dalam memberikan pelayanan
yang baik, khusunya dalam mendukung program pemerintah dalam
penatalaksanaan inisiasi menyusu dini (IMD) sesuai standar operasional
prosedur
2. Bagi Institusi Pendidikan

49
Dapat dijadikan sebagai sumber informasi bagi mahasiswa perawat dan
bidan tentang pentingnya penatalaksanaan IMD pada bayi baru lahir
3. Bagi Organisasi Profesi
Dapat dijadikan sebagai sumber informasi bagi organisasi profesi untuk
meningkatkan pengetahuan petugas kesehatan melalui pelatihan APN
update atau seminar kesehatan tentang IMD
4. Bagi petugas kesehatan
Diharapakan dapat menambah pengetahuan petugas kesehatan untuk
memberikan pelayanan IMD kepada setiap bayi baru lahir sesuai standar
operasional prosedur
5. Bagi Peneliti
Dapat menambah pengetahuan dalam memberikan pelayanan kesehatan di
tempat kerja.

50

Anda mungkin juga menyukai