PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Ibu dan anak adalah kelompok prioritas dalam penyelenggaraan upaya
kesehatan, karena kesehatan ibu dan anak merupakan indikator keberhasilan
pembangunan kesehatan suatu bangsa. Upaya pemeliharaan kesehatan anak
ditujukan untuk mempersiapkan generasi mendatang yang sehat, cerdas, dan
berkualitas serta untuk menurunkan angka kematian anak. Upaya ini dilakukan
sejak janin masih dalam kandungan, dilahirkan, setelah dilahirkan dan sampai
berusia 18 tahun. Inisiasi menyusu dini direkomendasikan oleh WHO segera
setelah bayi lahir dengan metode skin to skin, kepala bayi diletakkan diantara
payudara ibu kemudian membiarkan bayi dengan nalurinya sendiri mencari
papilla mamae ibunya (Kemenkes, 2020 dalam Zulala 2018, dkk diakses di
http://jurnal.unimus.ac.id/index.php/jur_bid/)
Di Indonesia pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini (IMD) disosialisasikan
pada saat Pekan ASI se-Dunia tahun 2007. Ibu Presiden Republik Indonesia
menghimbau agar para ibu memberi kesempatan pada bayinya untuk menyusu
dalam satu jam pertama setelah dilahirkan, serta menghimbau semua petugas
kesehatan yang terlibat dalam persalinan termasuk para dokter dan bidan untuk
membantu ibu-ibu melaksanakan IMD segera setelah melahirkan (Kementerian
Koordinator BidangKesejahteraan Rakyat. IMD menjadi begitu penting untuk
dilakukan karena sejak tahun 2008 dalam Asuhan Persalinan Normal (APN), IMD
merupakan langkah terakhir yang harus dilakukan oleh petugas kesehatan yang
membantu persalinan (Depkes, 2008 dalam Haerunisa 2012 diakses di
http://repositori.uin-alauddin.ac.id/)
Berdasarkan hasil penelitian dari WHO (World Health Organization)
tahun 2013, di enam negara berkembang resiko kematian bayi usia antara 9-12
bulan meningkat 40% jika bayi tersebut tidak disusui. Untuk bayi berusia dibawah
2 bulan, angka kematian ini meningkat menjadi 48% sekitar 40% kematian balita
terjadi satu bulan pertama kehidupan bayi. Inisiasi Menyusu Dini (IMD) dapat
mengurangi 22% kematian bayi 28 hari, berarti inisiasi menyusu dini (IMD)
1
mengurangi kematian balita 8,8%. Namun, di Indonesia hanya 8% ibu yang
memberikan ASI eksklusif kepada bayinya sampai berumur 6 bulan dan hanya
4% bayi disusui ibunya dalam waktu satu jam pertama setelah kelahirannya.
Padahal sekitar 21.000 kematian bayi baru lahir (usia dibawah 28 hari) di
Indonesia dapat dicegah melalui pemberian ASI pada satu jam pertama setelah
lahir (www. researchgate.net)
Hasil Riskesdas tahun 2018 melaporkan bahwa cakupan ASI dan IMD
meningkat dari 34,5% (2013) menjadi 58,2% (2018) sedangkan prevalensi ASI
eksklusif tahun 2018 hanya 37,3%. Pada tahun 2019, Direktorat Bina Gizi
Kemenker RI menargetkan 50% dan 80% untuk cakupan IMD dan ASI eksklusif.
Kenyataannya, kesenjangan antara cakupan IMD dan ASI eksklusif semakin
tinggi. Dampak dari rendahnya cakupan IMD akan berlanjut kepada rendahnya
cakupan ASI eksklusif dan meningkatkan kejadian diare, penyakit infeksi saluran
pernapasan (ISPA) dan juga gangguan pertumbuhan disertai gizi kurang pada
masa balita dan kematian balita (Kemenkes, 2018).
Pemerintah terus berkomitmen memberikan pembinaan dan dorongan
kepada para ibu agar berhasil dalam insiasi menyusu dini (IMD), memberikan asi
eksklusif (hanya ASI saja sampai usia 6 bulan) dan meneruskan pemberian ASI
sampai berumur 2 tahun atau lebih didampingi makanan pendamping yang tepat.
Berbagai upaya telah dilakukan Kementerian Kesehatan untuk menyadarkan
masyarakat dalam memberikan ASI secara optimal, diantaranya dengan penguatan
tenaga kesehatan difasilitas kesehatan untuk Inisiasi Menyusu Dini (IMD). IMD
menjadi langkah awal yang baikdalam memulai proses ibu menyusui. Semua
tenaga kesehatan yang menolong persalinan harus paham karena mereka yang
pertama kali menjaga dan melakukan IMD baik di RS, Puskesmas, bidan, semua
harus tahu IMD. Aksi bersama ini diperlukan untuk mencapai sasaran World
Health Assembly (WHA), yaitu minimal 50% pemberian ASI eksklusif selama 6
bulan pada tahun 2025 (Kemenkes RI, 2019).
Pada perayaan Pekan Menyusui Dunia yang jatuh pada tanggal 1-7
Agustus 2020, UNICEF dan WHO menyerukan pemerintah dan semua pemangku
kepentingan untuk mempertahankan dan mempromosikan akses kepada layanan
2
yang memungkinkan para ibu untuk menyusui selama pandemi Covid-19. Inisiasi
menyusu dini dan menyusui secara eksklusif membantu anak-anak bertahan hidup
dan membangun antibody yang mereka butuhkan agar terlindung dari berbagai
penyakit yang sering terjadi pada masa kanak-kanak, seperti diare dan pneumonia.
Bukti-bukti juga menunjukkan bahwa anak yang mendapatkan ASI
memperlihatkan hasil yang lebih baik pada tes intelegensi, kemungkinan
mengalami obesitas dan mengalami kelebihan berat badan lebih kecil dan
kerentanan mengalami diabetes semasa dewasa kelak lebih rendah. Peningkatan
angka ibu menyusui secara global berpotensi menyelamatkan nyawa lebih dari
820.000 anak usia balita dan dapat mencegah penambahan 20.000 kasus kanker
payudara pada perempuan setiap tahunnya (WHO, 2020 diakses di
www.unicef.org)
Inisiasi menyusu dini (IMD) bukan program ibu menyusui bayi, akan
tetapi bayi yang harus aktif menemukan sendiri puting susu ibu. Hal ini dilakukan
dengan cara langsung meletakkan bayi baru lahir di dada ibunya dan membiarkan
bayi ini merayap untuk menemukan puting susu ibu. IMD harus dilakukan saat
lahir tanpa boleh di tunda dengan kegiatan menimbang atau mengukur bayi.
Proses ini berlangsung harus skin to skin antara ibu dan bayi (JNPK-KR, 2008).
Pada hari pertama sebenarnya bayi belum memerlukan cairan atau makanan,
tetapi 30 menit setelah dilahirkan harus disusukan pada ibunya, bukan untuk
pemberian nutrisi tetapi untuk belajar menyusu atau membiasakan menghisap
puting susu dan juga guna mempersiapkan ibu untuk mulai memproduksi ASI.
Apabila bayi tidak menghisap puting susu pada setengah jam setelah persalinan,
prolactin (hormon pembuat ASI) akan turun dan sulit merangsang prolaktin
sehingga ASI baru akan keluar pada hari ketiga atau lebih dan memperlambat
pengeluaran kolostrum. Ada beberapa intervensi yang dapat menggangu
kemampuan alami bayi untuk mencari dan menemukan sendiri payudara ibunya.
Diantaranya obat kimiawi yang diberikan saat ibu melahirkan bisa sampai ke janin
melalui ari-ari dan mungkin menyebabkan bayi sulit menyusui pada payudara ibu.
Kelahiran dengan obat-obatan atau tindakan seperti operasi caesar, vakum, forcep
3
bahkan perasaan sakit di daerah kulit yang di gunting saat episiotomi dapat pula
menggangu (Roesli, 2008).
Persalinan dengan sectio caesarea menjadi penghalang utama dalam
pelaksanaan IMD, ibu menjadi kurang percaya diri untuk melakukan kontak kulit
ke kulit dengan bayi serta efek dari anastesi yang menjadikan tertunda atau tidak
terlaksananya IMD. Peningkatan kualitas asuhan antenatal serta upaya penurunan
kejadian sectio caesarea tanpa indikasi merupakan langkah yang efektif dalam
keberhasilan pelaksanaan IMD (Orun et al, 2010). Penyebab penundaan
pelaksanaan IMD pada ibu paling sering terjadi pada persalinan sectio caesarea
dan akibat kelelahan yang dialami ibu, penundaan IMD mengakibatkan
berkurangnya sekresi air susu ibu (Shwetal et al, 2012 dalam Zulala dkk, 2018
diaksesdiakseshttp://jurnal.unimus.ac.id/index.php/jur_bid/)
Bayi baru lahir dengan sectio caesarea yang tidak dilakukan kontak kulit
ke kulit dengan ibunya mengalami penurunan seuhu 0,6 °C, penelitian oleh Horn
et al (2014) menunjukkan 17 bayi dari 21 bayi yang tidak dilakukan kontak kulit
ke kulit menjadi hipotermi (35,9 °C) sedangkan 1 dari 19 bayi yang dilakukan
kontak kulit ke kulit menjadi hipotermi. Penelitian Crenshaw (2014) menyatakan
sebagian besar ibu yang menjalani persalinan dengan sectio caesarea dan
melakukan IMD tidak menyadari proses jalannya pembedahan karena mereka
terfokus pada bayi mereka, sehingga tidak ada bukti untuk menunda pelaksanaan
IMD pada persalinan sectio caesaria (Zulala dkk, 2018 diakses di
http://jurnal.unimus.ac.id/index.php/jur_bid/)
Berdasarkan hasil wawancara dan observasi yang dilakukan di RSUD dr.
Hasri Ainun Habibie, jumlah bayi lahir normal yang dilakukan IMD tahun 2020
berjumlah 127 bayi dan yang tidak dilakukan IMD berjumlah 25 bayi, karena
apgar score dibawah 7 sehingga bayi langsung di rawat di ruang nicu untuk di
dilakukan observasi sedangkan bayi lahir sectio caesarea berjumlah 232 bayi
dimana sebagian besar tidak dilakukan IMD pada sectio caesarea karena
disebabkan oleh proses persalinan serta keadaan ibu dan bayi sehingga peneliti
tertarik untuk meneliti “Gambaran Penatalaksanaan Inisiasi Menyusu Dini (IMD)
Pada Bayi Baru Lahir Normal di RSUD dr. Hasri Ainun Habibie Gorontalo”.
4
1.2 Identifikasi Masalah
a. Di enam negara berkembang resiko kematian bayi antara 9-12 bulan
meningkat 40% jika bayi tersebut tidak disusui, sedangkan untuk bayi
berusisa di bawah 2 bulan, angka kematian bayi meningkat menjadi 48%
b. Inisiasi Menyusu Dini (IMD) dapat mengurangi 22% kematian bayi 28 hari
dan mengurangi kematian balita 8,8%, namun di Indonesia hanya 8% ibu
yang memberikan ASI eksklusif pada bayinya sampai berumur 6 bulan dan
hanya 4% bayi disusui ibunya dalam waktu satu jam pertama setelah lahir.
1.3 Data yang diperoleh dari RSUD dr. Hasri Ainun Habibie Gorontalo jumlah
bayi lahir normal yang dilakukan IMD tahun 2020 berjumlah 127 bayi dan
yang tidak dilakukan IMD berjumlah 25 bayi, karena apgar score dibawah 7
sehingga bayi langsung di rawat di ruang nicu untuk di dilakukan observasi
sedangkan bayi lahir sectio caesarea berjumlah 232 bayi dimana sebagian
besar tidak dilakukan IMD pada sectio caesarea karena disebabkan oleh
proses persalinan serta keadaan ibu dan bayi.
1.4 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka peneliti merumuskan masalah
sebagai berikut “Bagaimana Gambaran Penatalaksanaan Inisiasi Menyusu Dini
(IMD) Pada Bayi Baru Lahir Normal di RSUD dr. Hasri Ainun Habibie Provinsi
Gorontalo”?
1.5 Tujuan Penelitian
1.5.1 Tujuan Umum
Diketahuinya gambaran penatalaksanaan inisiasi menyusu dini (IMD)
pada bayi baru lahir di RSUD dr. Hasri Ainun Habibie Provinsi Gorontalo.
1.6 Manfaat Penelitian
1.6.1 Manfaat Teoritis
1. Bagi Instansi Kesehatan
Diharapkan hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi instansi kesehatan
terutama RSUD dr. Hasri Ainun Habibie,dalam memberikan pelayanan
yang baik, khusunya dalam mendukung program pemerintah dalam
penatalaksanaan inisiasi menyusu dini (IMD).
5
2. Bagi Institusi Pendidikan
Diharapkan hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai sumber informasi
bagi mahasiswa perawat dan bidan tentang pentingnya penatalaksanaan
IMD pada bayi baru lahir sesuai dengan standar operasional prosedur
3. Bagi Organisasi Profesi
Diharapkan hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai sumber informasi
bagi organisasi profesi untuk meningkatkan pengetahuan petugas kesehatan
melalui pelatihan APN update atau seminar kesehatan tentang IMD
4. Bagi petugas kesehatan
Diharapakan dapat menambah pengetahuan petugas kesehatan untuk
memberikan pelayanan IMD kepada setiap bayi baru lahir sesuai standar
operasional prosedur
5. Bagi Peneliti
Diharapkan dapat menambah pengetahuan dalam memberikan pelayanan
kesehatan di tempat kerja.
6
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Defenisi
Persalinan normal (partus normal atau partus spontan atau biasa di sebut
i i i i i i i i i i
i dengan partus biasa adalah lahirnya bayi dengan presentasi belakang kepala tanpa
i i i i i i i i i i
i memakai alat-alat atau pertolongan istimewa serta tidak melukai ibu dan bayi serta
i i i i i i i i i i i
Menurut Ridha (2014) persalinan atau partus di bagi menjadi 4 kala, yaitu:
i i i i i i i i i i i
Kala I disebut biasa disebut juga kala pembukaan karena pada kala I terjadi
i i i i i i i i i i i i
kala I dimulai dari timbulnya his yang kemudian semakin lama semakin
i i i i i i i i i i i
teratur disertai dengan keluarnya lendir bercampur darah dari vagina (blood
i i i i i i i i i i
show). Lendir yang bercampur darah ini berasal dari canalis servikalis yang
i i i i i i i i i i i
sampai dengan 10 cm. Fase laten di bagi lagi ke dalam 3 fase yaitu :
i i i i i i i i i i i i i i i
menjadi 4 cm
i i i
cm menjadi 9 cm
i i i i
berbeda. Pada primigravida ostium uteri internum akan membuka lebih dulu
i i i i i i i i i i
sehingga serviks akan mendatar dan menipis. Setelah itu baru disusul dengan
i i i i i i i i i i i
8
pembukaan ostium uteri eksternum. Sedangkan pada multigravida
i i i i i i i
Kala I berakhir bila pembukaan serviks sudah lengkap atau 10 cm. Pada
i i i i i i i i i i i
Kala II atau biasa disebut kala pengeluaran yaitu dimulai dari pembukaan
i i i i i i i i i i
lengkap dan berakhir sampai dengan lahirnya bayi. Pada kala II his menjadi
i i i i i i i i i i i i
lebih kuat, timbul sekitar 2-3 menit sekali dengan durasi sekitar 40 sampai 50
i i i i i i i i i i i i i
detik. Kala II pada primigravida berlangsung sekitar 1.5 jam dan pada multi
i i i i i i i i i i i i
sekitar ½ jam
i i i
Kala III atau biasa disebut kala uri, yaitu dimulai setelah lahirnya bayi sampai
i i i i i i i i i i i i
dengan lahirnya plasenta. Setelah bayi lahir, uterus teraba keras dengan
i i i i i i i i i i
fundus uteri berada agak diatas pusat. Beberapa menit kemudian uterus akan
i i i i i i i i i i i
berlangsung selama 6 sampai 15 menit setelah bayi lahir dan keluar spontan
i i i i i i i i i i i i
atau dengan tekanan pada fundus uteri. Pengeluaran plasenta dari Rahim
i i i i i i i i i i
Kala IV atau biasa disebut kala pengawasan yaitu dimulai dari lahirnya
i i i i i i i i i i
plasenta sampai degnan 2 jam post partum. Kala IV disebut juga kala
i i i i i i i i i i i i
pengawasan karena pada kala ini ibu post partum perlu diawasi tekanan
i i i i i i i i i i i
darahnya, kandung kemih, suhu dan jumlah perdarahan yang keluar melalui
i i i i i i i i i i
vagina.
i
kepala. Keadaan ini mungkin disebabkan karena kepala relatif lebih besar dan
i i i i i i i i i i i
lebih berat. Atau mungkin karena volume bokong dan ekstremitas yang lebih
i i i i i i i i i i i
9
ibesar berada di atas, di ruangan yang lebih luas. Sedangkan kepala berada di
i i i i i i i i i i i i
imengadakan rotasi (putaran paksi dalam). Pada saat rotasi ubun-ubun kecil i i i i i i i i i
ialan berputar kea rah depan sehingga di dasar panggul ubun-ubun kecil
i i i i i i i i i i
iyang secara reflektoris menimbulkan rasa mengedan. Pada tiap his vulva
i i i i i i i i i
ilebih membuka dan kepala janin mulai tampak di vulva. Perineum menjadi
i i i i i i i i i i
imakin lebar dan tipis, anus membuka dinding rektum. Dengan kekuatan his
i i i i i i i i i i
imuka dan akhirnya dagu. Sesudah kepala lahir, kepala segera mengadakan
i i i i i i i i i
ipaksi luar). i
1. Defenisi
Sectio Caesarea adalah suatu cara melahirkan janin dengan membuat
i i i i i i i i
i sayatan pada dinding uterus melalui dinding depan perut atau vagina
i i i i i i i i i
i (Nurjannah,dkk. 2013). i
i klasik, insisi dibuat di korpus uteri dan sectio caesarea profundal, insisi melintang
i i i i i i i i i i i
i konkaf pada segmen bawah rahim. Sectio caesarea vaginalis yaitu dibedakan
i i i i i i i i i
i menurut sayatan pada rahim,SC dapat dilakukan dengan cara sayatan memanjang
i i i i i i i i i
10
3. Etiologi sectio caesarea i i
i menyebabkan resiko pada ibuatau janin. Ada bebrapa indikasi yang terjadi i i i i i i i i i
i sehingga dilakukan SCantara lain : distorsia janin – panggul, gawat janin, plasenta
i i i i i i i i i i i
i previa totalis, riwayat sectio caesarea sebelumnya, kelahiran letak (utamanya letak
i i i i i i i i i
i lintang), hipertensi, pre eklampsia berat, eklampsia, serta janin besar (Winkjosasro,
i i i i i i i i i
i 2007).
2.1.3 Menyusui
1. Defenisi
Menyusui adalah proses pemberian air susu ibu (ASI) kepada bayi, dimana i i i i i i i i i i
i bayi memiliki reflex menghisap untuk mendapatkan dan menelan ASI. Menyusui
i i i i i i i i i
i dan biaya yang mahal namun membutuhkan kesabaran, waktu dan pengetahuan
i i i i i i i i i
i tentang menyusui serta dukungan dari lingkungan keluarga terutama suami (Roesli,
i i i i i i i i i
i 2008).
2. Mekanisme Menyusui i
Menurut Saleha (2009) beberapa reflex yang memungkinkan bayi baru lahir
i i i i i i i i i
i untuk memperoleh ASI adalah sebagai berikut : refleks mencari (rooting reflex) :
i i i i i i i i i i i
i reflex ini memungkinkan bayi baru lahir untuk menemukan putting susu apabila ia
i i i i i i i i i i i
i saat bayi mengisi mulutnya dengan putting susu atau pengganti putting susu sampai
i i i i i i i i i i i
i kelangit-langit keras dan punggung lidah. Reflex ini melibatkan rahang, lidah dan i i i i i i i i i i
i pipi serta refleks menelan (swallowing reflex) yaitu gerakan pipi dan gusi dalam
i i i i i i i i i i i
3. Keuntungan Menyusui i
Menurut Saleha (2009) meyusui memiliki keuntungan bagi ibu dan bayi yaitu
i i i i i i i i i i
i infeksi, bayi lebih jarang menderita infeksi telinga dan saluran pernapasan atas,
i i i i i i i i i i
i bayi lebih jarang mengalami diare dan penyakit saluran cerna lain, resiko mendapat
i i i i i i i i i i i
11
i kemungkinan timbulnya reaksi alergi, bayi yang disusui memiliki lebih sedikit i i i i i i i i i
i susu di botol, insiden bayi untuk mengalami obesitas dan hipertensi pada masa
i i i i i i i i i i i
i menyimpannya di lemari es, organ-organ ibu akan lebih cepat kembali ke keadaan i i i i i i i i i i i
i sebelum hamil serta menyusui meningkatkan kontak dekat ibu dan anak.
i i i i i i i i i
1. Definisi
Inisiasi Menyusu Dini (IMD) adalah proses menyusu dimulai secepatnya i i i i i i i i
i segera setelah lahir. IMD dilakukan dengan cara kontak kulit ke kulit antara bayi
i i i i i i i i i i i i i
dengan ibunya segera setelah lahir dan berlangsung minimal satu jam atau proses
i i i i i i i i i i i
i menyusu pertama selesai, apabila proses menyusu pertama lebih dari satu jam
i i i i i i i i i i
i (Kemenkes, 2018). i i
Inisiasi Menyusu Dini (IMD) dimulai sedini mungkin. Segera setelah bayi i i i i i i i i i
i lahir setelah tali pusat di potong letakkan bayi tengkurap di dada ibu dengan kulit
i i i i i i i i i i i i i
i ke kulit biarkan selama 1 jam/ lebih sampai bayi menyusu sendiri, selimuti beri
i i i i i i i i i i i i
i topi. Pada jam pertama si bayi menemukan payudara ibunya dan ini merupakan
i i i i i i i i i i i
i incubator, menjaga kolonisasi kuman yang aman untuk bayi dan mencegah infeksi
i i i i i i i i i i
i nosocomial. Kadar bilirubin bayi juga lebih cepat normal karena pengeluarani i i i i i i i i
i meconium lebih cepat sehingga dapat menurunkan insiden icterus bayi baru lahir.
i i i i i i i i i i
i Kontak kulit ke kulit juga membuat bayi lebih tenang sehingga di dapat pola tidur
i i i i i i i i i i i i i
Manfaat inisiasi menyusu dini bagi bayi yaitu makanan dengan kualitas dan
i i i i i i i i i i
i kuantitas yang optimal agar kolostrum keluar yang disesuaikan dengan kebutuhan
i i i i i i i i i
i bayi, memberikan kesehatan bagi bayi dengan kekebalan pasif yang segera kepada
i i i i i i i i i i
i bayi karena kolostrum merupakan imunisasi pertama bagi bayi baru lahir,
i i i i i i i i i
12
i meningkatkan kecerdasan, membantu bayi mengkoordinasikan hisap, telan dan i i i i i i i
i nafas, meningkatkan jalinan kasih sayang ibu dan bayi, mencegah kehilangan
i i i i i i i i i
i dini bagi ibu yaitu : merangsang produksi oksitosin dan prolactin, meningkatkan
i i i i i i i i i i
i keberhasilan produksi ASI, meningkatkan jalinan kasih sayang ibu dan bayi,
i i i i i i i i i
Hal ini karena pada ibu menyusui terjadi peningkatan kadar oksitosin yang
i i i i i i i i i i
i berguna untuk kontraksi pembuluh darah sehingga perdarahan akan lebih cepat
i i i i i i i i i
i berhenti.
2. Mengurangi terjadinya anemia i i
3. Menjarangkan kehamilan i
Menyusui merupakan cara kontrasepsi yang aman, murah dan cukup berhasil
i i i i i i i i i
i selama ibu memberi ASI Eksklusif, belum haid dan bayi belum berusia 6 bulan,
i i i i i i i i i i i i
i maka keberhasilan tidak hamil adalah 98%. Sedangkan bila menyusui bayi
i i i i i i i i i
4. Mengecilkan Rahim i
Kadar oksitosin ibu menyusui yang meningkat akan sangat membantu Rahim
i i i i i i i i i
i kembali ke ukuran sebelum hamil. Proses pengecilan ini akan lebih cepat
i i i i i i i i i i
Bagi ibu yang menyusui memerlukan energi yang akan diambilkan dari lemak
i i i i i i i i i i
i yang tertimbun selama hamil. Dengan demikian berat badan ibu yang menyusui
i i i i i i i i i i
i dilanjutkan sampai bayi berumur 2 tahun atau lebih, diduga angka kejadian
i i i i i i i i i i
13
i kanker payudara akan berkurang sampai sekitar 25%. Sedangkan resiko terkena
i i i i i i i i i
i kanker ovarium (indung telur) pada ibu menyusui berkurang sampai 20-25%.
i i i i i i i i i
i itu juga menghemat biaya untuk berobat bayi (bayi yang diberi susu formula
i i i i i i i i i i i
ASI dapat segera diberikan pada bayi tanpa harus menyiapkan atau memasak air,
i i i i i i i i i i i
9. Portable danpraktis i
i dapat diberikan dimana saja dan kapan saja dalam keadaan siap diminum serta
i i i i i i i i i i i
Pada saat dilakukan inisiasi menyusu dini, Roesli (2008) menganjurkan ayah
i i i i i i i i i
i yang disunahkan Nabi Muhammad SAW dalam hadist yang diriwayatkan Ahmad,
i i i i i i i i i
“ Aku melihat Nabi SAW membacakan adzan sholat pada telinga Hasan Bin
i i i i i i i i i i i
Hal ini bertujuan agar nama Allah yang pertama kali didengar oleh bayi dan bayi
i i i i i i i i i i i i i
Menurut Suryaprajoyo (2009) manfaat lain yang dapat diperoleh dari inisiasi i i i i i i i i i
untuk bayi, selain itu menyusu lebih dini akan mempermudah kelangsungan
i i i i i i i i i i
14
b. Dengan melakukan IMD, pada jam-jam pertama saat bayi dilahirkan, ayah
i i i i i i i i i
iibu dan bayi bisa bersatu sehingga memudahkan keakraban satu keluarga.
i i i i i i i i i
iSambil bayi mencari puting susu ibunya, ayahnya bisa mengadzankan bayi di
i i i i i i i i i i
idada ibunya. i
c. IMD penting agar bayi mendapatkan kekebalan, sebab saat bayi bersentuhan
i i i i i i i i i
ilangsung dengan ibunya, bayi tertular kuman yang disalurkan oleh ibunya
i i i i i i i i i
ilewat ASI i
d. IMD juga dapat membuat ibu terstimulus untuk menyusui. Bayi yang
i i i i i i i i i
iprolaktin
e. IMD dapat menyukseskan program Millenium Development Goals (MDGs),
i i i i i i i
ikelaparan i
a. Langkah I i
3. Jika bayi tidak memerlukan resusitasi, keringkan tubuh bayi mulai dari
i i i i i i i i i
4. Hindari mengeringkan tangan bayi. Bau cairan amnion pada tangan bayi i i i i i i i i i
b. Langkah 2 i
Lakukan kontak kulit ibu dengan kulitbayi selama paling sedikit satu jam :
i i i i i i i i i i i
15
1. Setelah tali pusat di potong dan diikat, letakkan bayi tengkurap didada ibu
i i i i i i i i i i i
i tanpa pakaian/bedong. Kulit bayi melekat pada kulit ibu. Kepala bayi
i i i i i i i i i
i harus berada diantara payudara ibu tetapi lebih rendah dari puting
i i i i i i i i i
2. Selimuti ibu dan bayi dengan kain hangat dan pasang topi di kepala bayi
i i i i i i i i i i i i
3. Mintalah ibu untuk memeluk dan membelai bayinya. Jika perlu letakkan
i i i i i i i i i
i bantal di bawah kepala ibu untuk mempermudah kontal visual antara ibu
i i i i i i i i i i
i dan bayi
i
c. Langkah 3 i
Biarkan bayi mencari dan menemukan puting ibu dan mulai menyusu
i i i i i i i i i
i lainnya. Bayi cukup menyusu dari satu payudara. Sebagaian besar bayi
i i i i i i i i i
i akan berhasil menemukan puting ibu dalam waktu 30-60 menit tapi tetap
i i i i i i i i i i
i biarkan kontak kulit bayi dan ibu setidaknya 1 jam walaupun bayi sudah
i i i i i i i i i i i
3. Menunda semua asuhan bayi baru lahir normal lainnya hingga bayi i i i i i i i i i
i selesai menyusu setidaknya 1 jam atau lebih bila bayi baru menemukan
i i i i i i i i i i
4. Bila bayi harus dipindah dari kamar bersalin sebelum 1 jam atau sebelum
i i i i i i i i i i i
5. Jika bayi belum menemukan putting ibu dalam waktu 1 jam, posisikan
i i i i i i i i i i
i bayi lebih dekat dengan puting ibu dan biarkan kontak kulit dengan kulit
i i i i i i i i i i i
6. Jika bayi masih belum menemukan puting ibu dalam waktu 2 jam,
i i i i i i i i i i
i pemberian vitamin K1, salep mata) dan kembalikan bayi pada ibu untuk i i i i i i i i i i
i menyusu
7. Selama proses IMD bayi harus dipantau setiap 15 menit
i i i i i i i i
16
d. Langkah 4 i
Selama IMD sebaiknya ibu dan bayi selalu didampingi dan dipantau.
i i i i i i i i i
1. Posisi : bayi diposisikan dengan mulut dan hidung yang terlihat dan tidak
i i i i i i i i i i i
i terhalang
2. Warna kulit : warna pink (kulit dan / atau selaput lendir)
i i i i i i i i i i
4. Suhu tubuh : pada 60 dan 120 menit setelah kelahiran (kisaran normal:
i i i i i i i i i i i
i 36,5 °C - 37,5 °C
i i i i
e. Langkah 5 i
pertama. Bila suatu saat kaki bayi teraba dingin saat disentuh, buka
i i i i i i i i i i i
2. Tempatkan ibu dan bayi di ruangan yang sama. Bayi harus selalu dalam i i i i i i i i i i i
jangkauan ibu 24 jam dalam sehari sehingga bayi bisa menyusu sesering
i i i i i i i i i i i
keinginannya.
i
17
e. Beberapa kali bayi mungkin ingin beristirahat sebelum memulai i i i i i i i
i gerakan berikutnya i
i waktu. Seringkali hal ini dapat keliru sebagai bayi tidak lapar atau
i i i i i i i i i i
h. Sekitar ke-49 s/d 90, untuk pertama kali bayi menyusu di payudara
i i i i i i i i i i
Saat ini, umumnya praktek inisiasi menyusu dini menurut Roesli, 2008
i i i i i i i i i
sebagai berikut :
i i i
a. Begitu lahir, bayi diletakkan di perut ibu yang sudah dialasi kain kering
i i i i i i i i i i i
b. Bayi segera dikeringkan dengan kain kering, tali pusat di potong lalu di
i i i i i i i i i i i
ikat
i
d. Dalam keadaan dibedong, bayi diletakkan di dada ibu (tidak terjadi kontak
i i i i i i i i i i
dengan kulit ibu). Bayi dibiarkan di dada ibu (bonding) untuk beberapa
i i i i i i i i i i i
perineum
i
18
Berikut ini langkah-langkah melakukan inisiasi menyusu dini yang dianjurkan
i i i i i i i i
i (Roesli, 2008) : i i
i kering
b. Keringkan seluruh tubuh bayi termasuk kepala secepatnya, kecuali kedua i i i i i i i i
i tangannya
c. Tali pusat dipotong lalu di ikat i i i i i
d. Vernix (zat lemak putih) yang melekat di tubuh bayi sebaiknya tidak i i i i i i i i i i
i dengan kontak kulit bayi dan kontak kulit ibu. Ibu dan bayi diselimuti i i i i i i i i i i i
Jika bayi lahir segera dikeringkan dan diletakkan di perut ibu dengan kontak
i i i i i i i i i i i
i kulit ke kulit dan tidak dipisahkan dari ibunya setidaknya satu jam, semua bayi
i i i i i i i i i i i i
i akan melalui lima tahapan perilaku (pre feeding behavior) sebelum ia berhasil
i i i i i i i i i i
i lebar melihat ibunya. Masa tenang yang istimewa ini merupakan penyesuaian
i i i i i i i i i
i dalam suasana aman. Hal ini meningkatkan kepercayaan diri ibu terhadap
i i i i i i i i i
b. Antara 30-40 menit. Mengeluarkan suara, gerakan mulut seperti mau, minum,
i i i i i i i i i
i mencium dan menjilat tangan. Bayi mencium dan merasakan cairan ketuban
i i i i i i i i i
i yang ada di tangannya. Bau ini sama dengan bau cairan yang dikeluarkan
i i i i i i i i i i i
i payudara ibu. Bau dan rasa ini akan membimbing bayi untuk menemukan
i i i i i i i i i i
19
c. Mengeluarkan air liur i i
air liurnya
i i
sasaran, dengan kaki menekan perut ibu. Ia menjilat- jilat kulit ibu,
i i i i i i i i i i i
yang mungil
i i
dengan baik
i i
Bayi berada dalam suhu yang aman jika melakukan kontak kulit dengan
i i i i i i i i i i
sang ibu. Menakjubkan! Suhu payudara ibu meningkat 0.5 derajat dalam dua
i i i i i i i i i i i
suhu dada ibu yang melahirkan menjadi 1°C lebih panas daripada suhu dada
i i i i i i i i i i i i
ibu yang tidak melahirkan. Jika bayi yang diletakkan di dada ibu ini
i i i i i i i i i i i i
kepanasan, suhu dada ibu akan turun 1°C jika bayi kedinginan, suhu dada ibu
i i i i i i i i i i i i i
akan meningkat 2°C untuk menghangatkan bayi. Jadi, dada ibu yang
i i i i i i i i i i
b. Setelah melahirkan, ibu terlalu lelah untuk segera menyusui bayinya- tidak
i i i i i i i i i
benar
i
Seorang ibu jarang terlalu lelah untuk memeluk bayinya segera setelah i i i i i i i i i
lahir. Keluarnya oksitosin saat kontak kulit ke kulit serta saat bayi menyusu
i i i i i i i i i i i i
20
Saat bayi di dada ibu, penolong persalinan dapat melanjutkan tugasnya.
i i i i i i i i i
Bayi dapat menemukan sendiri payudara ibu. Libatkan ayah atau keluarga
i i i i i i i i i i
Dengan bayi di dada ibu, ibu dapat dipindahkan ke ruang pulihatau kamar
i i i i i i i i i i i
membahayakan bayi
i i
benar
i
kulit bayi lebih besar. Bayi dapat dikeringkan segera setelah lahir.
i i i i i i i i i i
Justru ada 1-2 jam pertama kelahirannya, bayi sangat siaga (alert). Setelah
i i i i i i i i i i
itu, bayi tidur dalam waktu yang lama. Jika bayi mengantuk akibat obat yang
i i i i i i i i i i i i i
diasup ibu, kontak kulit akan lebih penting lagi karena bayi memerlukan
i i i i i i i i i i i
21
Kolostrum cukup dijadikan makanan pertama bayi baru lahir. Bayi i i i i i i i i
dilahirkan dengan membawa bekal air dan gula yang dapat dipakai pada saat
i i i i i i i i i i i i
itu
i
Dalam pelaksanaan IMD yang dilakukan pada bayi baru lahir, tidak berjalan
i i i i i i i i i i
i tentunya dapat menjadi nilai tambah dalam melaksanakan tugasnya (Roesli, 2008).
i i i i i i i i i
i kesehatan di beri pesan dan di berik cukup informasi agar menganjurkan setiap ibu
i i i i i i i i i i i i
i untuk menyusui bayi mereka, serta adanya praktek yang keliru dengan memberi
i i i i i i i i i i
i susu botol kepada bayi yang baru lahir. Petugas kesehatan harus mengajarkan ibu
i i i i i i i i i i i
i tentang perawatan bayi, melatih ibu menyusui dengan baik dan benar, manfaat IMF
i i i i i i i i i i i
i dan pemberian ASI dengan baik dan tepat, sehingga dapat menambah pengetahuan
i i i i i i i i i i
i ibu dan juga harus mampu menumbuhkan motivasi dan rasa percaya diri bahwa ibu
i i i i i i i i i i i i
b. Pengetahuan
Pengetahuan yaitu hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan i i i i i i i i i i
i penginderaan terhadap objek tertentu. Menurut Roesli (2008), bahwa faktor utama
i i i i i i i i i
i kurang tercapainya pelaksanaan IMD yang benar adalah karena kurang sampainya
i i i i i i i i i
i pengetahuan yangbenar tentang IMD pada para ibu. Seorang ibu harus mempunyai
i i i i i i i i i i
22
i pengetahuan baik dalam menyusui. Kehilangan pengetahuan tentang menyusui
i i i i i i i
i berarti kehilangan besar akan kepercayaan diri seorang ibu untuk dapat
i i i i i i i i i
i memberikan perawatan terbaik untuk bayinya dan seorang ibu akan kehilangan
i i i i i i i i i
i sumber makanan yang vital dan cara perawatan yang optimal. Pengetahuan yang
i i i i i i i i i i
i kurang mengenai IMD dan pemberian ASI terlihat dari pemanfaatan susu formula
i i i i i i i i i i
i secara dini di perkotaan dan pemberian nasi sebagai tambahan ASI di pedesaan.
i i i i i i i i i i i
c. Sikap
Sikap ibu terhadap lingkungan sosial dan kebudayaan dimana dididik, apabila
i i i i i i i i i
i pemikiran tentang menyusui dianggap tidak sopan, make let down reflex(reflex
i i i i i i i i i
i keluar) akan terhambat. Sama halnya suatu kebudayaan tidak mencela penyusuan,
i i i i i i i i i
i maka pengisapan akan tidak terbatas dan permintaan akan menolong pengeluaran
i i i i i i i i i
i ASI. Sikap negatif terhadap menyusui antra lain dengan menyusui merupakan
i i i i i i i i i
i beban bagi kebebasan pribadinya atau hanya memperburuk potongan dan ukuran
i i i i i i i i i
d. Dukungan keluarga i
dibiarkan
i
23
5. Bayi ditengkurapkan di dada atau perut ibu. Biarkan kulit bayi melekat
i i i i i i i i i i
dengan kulit ibu. Posisi kontak kulit dengan kulit ini dipertahankan
i i i i i i i i i i
6. Bayi dibiarkan mencari putting susu ibu. Ibu dapat merangsang bayi
i i i i i i i i i
perilaku bayi sebelum menyusu. Hal ini dapat berlangsung beberapa menit
i i i i i i i i i i
atau satu jam, bahkan lebih. Dukungan ayah akan meningkatkan rasa
i i i i i i i i i i
percaya diri ibu. Biarkan bayi dalam posisi kulit bersentuhan dengan kulit
i i i i i i i i i i i
ibunya dalam waktu satu jam, biarkan kulit bayi tetap bersentuhan dengan
i i i i i i i i i i i
9. Bayi dipisahkan dari ibu untuk ditimbang, diukur, dan dicap setelah satu
i i i i i i i i i i
jam atau menyusu awal selesai. Prosedur yang invasif, misalnya suntikan
i i i i i i i i i i
10. Rawat gabung – ibu dan bayi dirawat dalam satu kamar. Selama 24 jam
i i i i i i i i i i i i
ibu-bayi tetap tidak dipisahkan dan bayi selalu dalam jangkauan ibu.
i i i i i i i i i i
keluar) di hindarkan.
i i i
Usaha bayi merangkak mencari payudara secara standar pasti tidak dapat
i i i i i i i i i
i dilakukan pada persalinan operasi caesar. Namun, jika diberikan anastesi spinal
i i i i i i i i i
i atau epidural, ibu dalam keadaan sadar sehingga dapatsegera memberi respons
i i i i i i i i i
i pada bayi. Bayi dapat segera diposisikan sehingga kontak kulit ibu dan bayi dapat
i i i i i i i i i i i i
i terjadi. Usahakan menyusu pertama dilakukan di kamar operasi. Jika keadaan ibu
i i i i i i i i i i
i atau bayi belum memungkinkan, bayi diberikan pada ibu pada kesempatan yang
i i i i i i i i i i
i tercepat.
24
Jika dilakukan anastesi umum, kontak dapat terjadi di ruang pulih saat ibu
i i i i i i i i i i i
i sudah dapat merespons walaupun masih mengantuk atau dalam pengaruh obat bius.
i i i i i i i i i i
i Sementara menunggu ibu sadar, ayah dapat menggantikan ibu untuk memberikan
i i i i i i i i i
i menutupi punggung bayi dan badan ibu. Disiapkan juga topi bayi untuk i i i i i i i i i i
4. Jika inisiasi dini belum terjadi di kamar bersalin, kamar operasi atau bayi harus
i i i i i i i i i i i i
i dipindah sebelum satu jam maka bayi tetap diletakkan di dada ibu ketika
i i i i i i i i i i i
Anak adalah amanah dari Allah kepada orang tuanya . oleh karena itu orang
i i i i i i i i i i i i
i tua harus bersyukur dan berkewajiban memenuhhi hak anak yang diantaranya
i i i i i i i i i
i pada posisi yang baik dapat dilakukan orang tua terutama ibu, sejak awal
i i i i i i i i i i i
i memberikan air susu ibu (ASI) eksklusif serta melanjutkan menyusui hingga i i i i i i i i i
Setelah ibu berhasil inisiasi menyusu dini dan memberikan asi eksklusif
i i i i i i i i i
i berumur 2 tahun. Hal ini sesuai dengan firman Allah Q.S. Al- Baqarah /2 :223
i i i i i i i i i i i i i
i yang artinya : i i
“ Para ibu hendaklah menyusukan anak- anaknya selama dua tahun penuh
i i i i i i i i i i
i memberi makan dan pakaian kepada pada ibu dengan cara ma’ruf. Seseorang
i i i i i i i i i i
25
i ibu menderita kesengsaraan karena anaknya dan seorang ayah karena
i i i i i i i i
i anakmu disusukan oleh orang lain, maka tidak ada dosa bagimu apabila kamu
i i i i i i i i i i i
i Allah dan ketahuilah bahwa Allah Maha melihat apa yang kamu kerjakan”
i i i i i i i i i i
i bahwa menyusui adalah perintah langsung dari Allah SWT. Perintah tersebut
i i i i i i i i i
i akan sempurna jika ibu menyusui anaknya selama dua tahun, senada dengan
i i i i i i i i i i
i menyusui selama dua tahun penuh. Apabila karena beberapa alas an anda
i i i i i i i i i i
i Quran bahkan sudah mengatur jelas bahwa anak boleh di beri ASI dari ibu
i i i i i i i i i i i i
i menyusui. Bagi ibu yang menyusui anak-anaknya, Allah menjanjikan jauh dari
i i i i i i i i i
Memberi ASI bagi sang buah hati membawa pahala bagi sang ibu. Rasulullah
i i i i i i i i i i i
i setiap isapan air susu ibu yang diisap anak dengan pahala memerdekakan
i i i i i i i i i i
i seorang budak dari keturunan Nabi Ismail, dan manakala wanita selesai
i i i i i i i i i
i menyusui anaknya malaikat pun meletakkan tangannya ke atas sisi wanita itu
i i i i i i i i i i
i seraya berkata,” Mulailah hidup dari baru, karena Allah telah mengampuni
i i i i i i i i i
i semua dosa-dosamu”. i
Sementara itu, Ali bin Abi Thalib pernah berkata, “Tidak ada satu pun susu
i i i i i i i i i i i i
i yang lebih bermanfaat dan lebih sesuai bagi anak dari air susu ibu”. Sedangkan
i i i i i i i i i i i i
26
i menurut M. Quraish Shihab dalam tafsir Al- Mishbah penyusuan (radha’ah)
i i i i i i i i i
i anak tetapi juga bahkan dapat menumbuhkembangkan anak dalam segi fisik
i i i i i i i i i
i dan psikologis yang prima. Oleh sebab itu, berdosalah ibu di hadapan Allah
i i i i i i i i i i i
i melaksanakannya.
27
2.2. Penelitian yang Relevan
28
Dingin Kota dari 60 menit (IMD) Yamastura
Padang menggunakan
tehnik
pengambilan
sampel
accidental
sampling,
sedangkan
penelitian ini
menggunakan
tehnik
pengambilan
sampel total
sampling
Pasca Persalinan
Bounding Attachment
29
Gambar 2. Kerangka Konsep
BAB III
METODE PENELITIAN
30
Definisi
No Variabel Alat ukur Hasil Ukur Skala
Operasional
Inisiasi Proses Lembar Dilakukan Ordinal
Menyusu menyusu Observasi sesuaiprosedur
Dini dimulai Tidak
(IMD). secepatnya dilakukan sesuai
segera setelah prosedur
bayi lahir
31
Data primer yaitu data yang diperoleh langsung dari hasil observasi yang
kepada responden dan data sekunder yaitu data yang diperoleh dari hasil
wawancara langsung dengan tenaga kesehatan yang membantu persalinan.
3.6.2 Pengolahan data
Setelah data terkumpul dari lembar kuesioner yang ada, maka dilakukan
pengolahan data. Pengolahan data tersebut dengan menggunakan tahap-tahap
sebagai berikut :
1. Editing
Proses editing dilakukan setelah data terkumpul dan dilakukan dengan
memeriksa kelengkapan data dalam pengisian pertanyaan dan kesalahan
pengisian dari setiap jawaban yang diberikan respoonden.
2. Koding
Dilakukan untuk memudahkan dalam pengolahan data, semua jawaban
atau dat perlu di sederhanakan yaitu dengan simbol-simbol tertentu, untuk
setiap jawaban (pengkodean). Pengkodean dilakukan dengan memberi
nomor halaman, daftar pertanyaan, nomor variabel, nama variabel dan kode.
3. Scoring
Setelah pengkodean maka dilakukan pemberian nilai sesuai dengan skor
yang telah ditentukan.
4. Tabulasi data
Tabulasi data merupakan kelanjutan dari pengkodean pada proses
pengolahan data dimana data dimasukkan dalam bentuk tabel, untuk
menghitung jumlah data caranya dengan teknik manual dengan
menggunakan kalkulator.
3.7 Teknik Analisis Data
Pengolahan data analisis data ini dilakukan dengan system
komputermenggunakan aplikasi SPSS.
3.7.1 Analisis univariat
Analisis univariat dilakukan untuk memperoleh gambaran distribusi
frekuensi dan persentase dari setiap variabel yang di teliti. Adapun rumus yang
digunakan menurut Machfoedz (2004:15) adalah:
32
F F
P= xP=100%
x 100%
Rumus : N N
Keterangan: P= Persentase
F= Jumlah skor yang didapat
N= Total Skor
3.8 Etika Penelitian
Dalammelakukanpenelitian, peneliti terlebih dahulu mengurus
rekomendasidari instansi tempat penelitian dalam hal ini adalah RSUD dr. Hasri
Ainun Habibie, setelah mendapatpersetujuan barulah peneliti melakukan
penelitian dengan menekankan masalah etika yang meliputi:
33
f. Hak untuk menarik diri
Responden berhak mengundurkan diri selama proses penelitian dan tidak
ada sanksi apapun.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
34
Habibie di pimpin oleh seorang direktur yaitu “dr. Hj. Rosina Kiu. Tahun
2017 sampai dengan Juli 2021 direktur RSUD dr. Hasri Ainun Habibie yaitu
dr. Yana yanti Suleman, SH dan sejak bulan Juli 2021 direktur RSUD dr.
Hasri Ainun Habibie adalah dr. Fitriyanto Radjak. Dalam menjalankan
pelayanan kesehatan kepada masyarakat RSUD dr. Hasri Ainun Habibie
mempunyai visi yaitu menjadikan RSUD Hasri Ainun Habibie sebagai pusat
rujukan kesehatan di Provinsi Gorontalo, sedangkan misi rumah sakit ada 3
yaitu : melaksanakan proses rujukan yang berjenjang, mengemban amanah
pemerintah dalam memberikan pelayanan kesehatan serta memberikan
pelayanan dengan tulus dan professional.
Identitas Rumah Sakit dr. Hasri Ainun Habibie Provinsi Rumah Sakit,
terletak di jalan Kusno Tongkodu No 149, Kelurahan Dutulanaa, Kecamatan
Limboto, Kabupaten Gorontalo. Pemilik rumh sakit ini adalah pemerintah
Provinsi Gorontalo dengan luas lahan 6,4 Ha dan luas bangunan 6192.052 M²
Rumah sakit beroperasional sejak tahun 2013 dimana awalnya merupakanrumah
kelas tipe D, kemudian seiring berjalannya waktu naik kelas menjadi tipe C yang
memiliki 9 bangunan dengan 228 tempat tidur. ruangan VK awal berdirinya
rumah sakit memiliki 5 tempat tidur dengan jumlah petugas sebanyak 16 orang.
4.1.2. Karakteristik Responden
4.1.2.1. Distribusi Frekuensi Umur Responden di RSUD dr. Hasri Ainun
HabibieProvinsi Gorontalo
Tabel 4.1 Distribusi Responden Berdasarkan Umur di RSUD dr. Hasri
Ainun Habibie Provinsi Gorontalo
No Umur n %
1. 17 Tahun - 25 Tahun 9 60
2. 26 Tahun - 35 Tahun 4 26.7
3. 36 Tahun - 45 Tahun 2 13.3
To Total 15 100
Sumber : Data Primer, 2021
35
tahun – 35 tahun sebanyak 4 responden dengan persentase 26,7 %, dan
yang terendah ada pada responden yang berumur 36 tahun - 45 tahun
sebanyak 2 responden dengan persentase 13,3 %.
36
4. Guru 1 6.7
To Total 15 100
Sumber : Data Primer, 2021
No Pendidikan N %
1. D III Kebidanan 5 50
2. D IV Kebidanan 5 50
TTTotal 10 100
Sumber : Data Primer, 2021
Berdasarkan tabel 4.4 dapat dijelaskan bahwa distribusi frekuensi
pendidikan tenaga kesehatan (bidan) dari total 10 responden yang bekerja
di ruang persalinanRSUD dr. Hasri Ainun Habibie Provinsi
Gorontalo,bidan dengan latar belakang pendidikan diploma III kebidanan
berjumlah 5 orang dengan persentase 50% dan bidan dengan latar
belakang pendidikan Diploma IV Kebidanan juga sebanyak 5 responden
dengan persentase 50 %.
37
4.1.2.5 Distribusi Lama Kerja Tenaga Kesehatan (Bidan) di RSUD dr. Hasri
Ainun Habibie Provinsi Gorontalo
38
ma 1 jam, walaupun bayi sudah menemukan puting
ibu kurang dari 1 jam
7. Jika bayi belum menemukan putting ibu dalam 1 4 11
jam, posisikan bayi lebih dekat dengan putting dan
biarkan kontak kulit dengan kulit selama 30-60
menit berikutnya
8. Ibu dan bayi dirawat dalam satu kamar 15 0
TTTotal 66 54
Sumber : Data Primer, 2021
4.2 Pembahasan
4.2.1 Karakteristik responden
39
Keberhasilan pelaksanaan inisiasi menyusu dini (IMD) diepengaruhi
beberapa faktor, diantaranya karakteristik responden ibu post partum yang
meliputi usia, pendidikan dan pekerjaan sedangkan karakteristik tenaga
kesehatan yang menolaong persalinan diantaranya dipengaruhi oleh
pendidikan dan lama kerja.
1. Usia
Dari 15 responden yang dilakukan penelitian di RSUD dr. Hasri Ainun
Habibie Provinsi Gorontalo, rentang usia responden tertinggi ada pada usia
17-25 tahun sebanyak 9 responden, usia 26-35 tahun sebanyak 4 responden
dan usia 36-45 tahun sebanyak 2 responden.
Usia ibu adalahlamanya waktu hidup atau keberadaan di dunia, sejak
dilahirkan sampai pada waktu dilakukan penelitian. Usia seorang wanita
pada saat melahirkan harusnya tidak terlalu muda dan juga tidak terlalu tua.
Menurut Departemen Kesehatan RI (1992), penelitian telah membuktikan
bahwa kehamilan yang terjadi pada usia yang terlalu dini (remaja), pada usia
terlalu tua (lebih dari 35 tahun), membuat kehamilan menjadi beresiko
tinggi. Umur yang kurang dari 20 tahun maupun di atas 35 tahun beresiko
tinggi untuk melahirkan. Menurut Ruswana (2006), kesiapan seorang
perempuan untuk hamil dan melahirkan harus siap fisik, emosi, psikologi,
sosial dan ekonomi.
2. Pendidikan
40
Menurut Rosita (2008) menyatakan bahwa ibu yang memiliki
pengetahuan tinggi biasanya akan lebih cepat memahami dan menerima
sebuah informasi, salah satunya mengenai mengenai pentingnya pelaksanan
IMD setelah bayi baru lahir sehingga pada saat ibu melahirkan ibu bersedia
dilakukan proses inisiasi menyusu dini. Menurut Nusawakan, Dary dan
Lodibgkene (2018), ibu yang menikah di bawah umur 21 tahun memiliki
pengetahuan tentang IMD yang masih sangat kurang karena rata-rata
pendidikan ibu hanya sampaijenjang SD dan SMP yang membuat ibu masih
berfokus kepada dirinya sendiri serta belum memikirkantentang nikah dan
hamil.
3. Pekerjaan
Dari 15 responden yang dilakukan penelitian di RSUD dr. Hasri
Ainunyang tertinggi pekerjaan ibu rumah tangga (IRT) sebanyak 11
responden kemudian diikuti pekerjaan PNS sebanyak 2 responden yang
terendah pekerjaan honorer dan guru masing-masing sebanyak 1 responden.
Pekerjaan adalah sesuatu yang dikerjakan untuk mendapatkan nafkahatau
pencaharian masyarakat, kegiatan atau pekerjaan sehari-hari akan memiliki
waktu yang lebih untuk memperoleh informasi (Depkes RI, 2001). Menurut
beberapa penelitian pelaksanaan inisiasi menyusu dini lebih banyak
dilakukan oleh ibu yang tidak bekerja dibandingkan dengan ibu yang
bekerja.
4. Pendidikan tenaga kesehatan
Dari 10 responden yang bekerja di ruang persalinanRSUD dr. Hasri
Ainun Habibie Provinsi Gorontalo,bidan dengan latar belakang pendidikan
diploma III kebidanan berjumlah 5 orang dan bidan dengan latar belakang
pendidikan Diploma IV Kebidanan juga sebanyak 5 responden.
Dalam PP RI No. 33 Tahun 2012 tentang Pemberian Ais Susu Ibu
Eksklusif tenaga kesehatan wajib melakukan IMD terhadap bayi yang baru
lahir kepada ibunya paling singkat selama 1 (satu) jam dan wajib
memberikan informasi dan edukasi ASI eksklusif kepada ibu dan/atau
anggota keluarga dari bayi yang bersangkutan sejak pemeriksaan kehamilan
41
sampai dengan periode pemberian ASI eksklusif selesai (Kemenkes, 2013).
Oleh karena itu semakin tinggi tingkat pendidikan tenaga kesehatan, maka
semakin tinggi juga pengetahuan yang dimiliki dalam memberikan
pelayanan praktik kebidanan.
5. Lama Kerja
Dari total 10 responden yang bekerja di ruang persalinanRSUD dr. Hasri
Ainun Habibie Provinsi Gorontalo yaitu yang tertinggi lama kerja 1-5 tahun
sebanyak 7 orang dengan persentase 79 %, kemudian di ikuti lama kerja > 5
tahun sebanyak 2 orang dengan persentase 20% dan yang terendah lama
kerja < 1 tahun sebanyak 1 orang dengan persentase 10%.
Menurut Anderson (1994) dalam Hajrah (2012) mengatakan semakin
lama pengalaman kerja seseorang, makin semakin terampil seseorang
melakukan pekerjaannya. Seseorang yang sudah lama bekerja mempunyai
wawasan yang lebih luas dan pengalaman yang banyak yang akan
memegang peranan penting dalam pelaksanaan inisiasi menyusu dini
(IMD).
4.2.2 Gambaran Penatalaksanaan Inisiasi Menyusu Dini (IMD) pada Bayi
Baru Lahir Normal di RSUD dr. Hasri Ainun Habibie Provinsi
Gorontalo.
1. Anjurkan suami atau keluarga untuk mendampingi ibu di kamar bersalin
Dari 15 responden ibu melahirkan di RSUD dr. Hasri Ainun Habibie
Provinsi Gorontalo, 7 responden tidak di dampingi suami pada saat
melahirkan, hal ini di karenakan pada saat ibu melahirkan suami pasien
sementara bekerja.
Menurut Suryani (2012), bidan harus melibatkan suami atau keluarga yang
mendampingi persalinan untuk turut mendukung ibu agar IMD berhasil.
Suami juga turut berperan dalam keberhasilan IMD dengan hadir dan
memberikan dukungan kepada ibu saat melahirkan dan membangun percaya
diri ibu agar mau dan mampu menyusui.
2. Bila bayi tidak memerlukan resusitasi, keringkan tubuh bayi terkecuali
tangan bayi, tanpa menghilangkan verniks
42
Dari 15 responden ibu melahirkan di RSUD dr. Hasri Ainun Habibie
Provinsi Gorontalo, petugas mengeringkan tubuh bayi seluruhnya sampai ke
tangan bayi, karena masih kurangya pengetahuan petugas kesehatan terkait
standar pelayanan IMD.
Menurut Yuliarti (2010) verniks jangan dihilangkan, karena verniks
berfungsi untuk membuat kulit bayi tetap nyaman.
3. Bayi di tengkurapkan di dada ibu dengan kulit bayi melekat pada kulit ibu
dan mata bayi setinggi puting susu ibu.
Dari 15 responden ibu melahirkan di RSUD dr. Hasri Ainun Habibie
Provinsi Gorontalo, 7 bayi langsung di dekatkan pada puting ibu. Hal ini
disebabkan oleh kurangnya tenaga kesehatan yang bertugas tidak sebanding
dengan jumlah pasien. Selain itu juga dari faktor ibu yang sudah mengalami
kelelahan.
Pada dasarnya bayi memiliki naluri yang kuat untuk menemukan puting
susu ibu.
4. Selimuti ibu dan bayi dengan kain hangat dan pasang topi di kepala bayi
Dari 15 responden ibu melahirkan di RSUD dr. Hasri Ainun Habibie
Provinsi Gorontalo, didapatkan 8 bayi tidak dipasangkan topi hal ini
disebabkan karena ibu tidak membawa topi bayi saat masuk rumah sakit.
Menurut Depkes (2009), penggunaan selimut dan topi dikepala bayi untuk
mencegah kehilangan panas pada tubuh bayi atau mencegah bayi
kedinginan.
5. Mintalah ibu untuk memeluk dan membelai bayinya dan biarkan bayi
mencari, menemukan puting kurang dari 1 jam
Dari 15 responden ibu melahirkan di RSUD dr. Hasri Ainun Habibie
Provinsi Gorontalo, semua bayi di biarkan mencari puting kurang dari 1
jam.
Menurut Sudarti dan Endang Khaerunissa (2010), dalam proses pelaksanaan
inisiasi menyusu dini (IMD), adanya kontak antara ibu dan bayi dapat
meningkatkan ikatan kasih sayangantara keduanya.
43
6. Biarkan kontak kulit bayi dan ibu setidaknya selama 1 jam, walaupun bayi
sudah menemukan puting kurang dari 1 jam
Dari 15 responden ibu melahirkan di RSUD dr. Hasri Ainun Habibie
Provinsi Gorontalo, 5 bayi kontak dengan ibunya kurang dari 1 jam.
Menurut Siradjudin (2010), inisiasi menyusu dini adalah prosedur awal
yang harus dilakukan antara ibu dan bayi dengan cara membiarkan kulit
bayi melekat pada kulit ibu (skin to skin). Kontak kulit dibiarkan selama 1
jam untuk memberi kesempatan pada bayi untuk dapat langsung menyusu
segera setelah bayi dilahirkan.
7. Jika bayi belum menemukan puting ibu dalam waktu 1 jam, posisikan bayi
lebih dekat dengan puting ibu dan biarkan kontak kulit dengan kulit selama
30-60 menit berikutnya.
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Syafiq (2008) menjelaskan bahwa
bayi yang diberi kesempatan menyusu dini dengan meletakkan bayi sampai
terjadi kontak kulit bayi dengan kulit ibu selama kurang lebih 1 jam,
memperoleh hasildua kali lebih lama bayi disusui (Ifalahma dkk, 2008).
Dari 15 responden ibu melahirkan di RSUD dr. Hasri Ainun Habibie
Provinsi Gorontalo, 4 bayi langsung menemukan puting kurang dari 1 jam
8. Ibu dan bayi dirawat dalam satu kamar dalam jangkauan ibu selama 24 jam.
Dari 15 responden ibu melahirkan di RSUD dr. Hasri Ainun Habibie
Provinsi Gorontalo, semuanya di rawat gabung dalam satu kamar.
Menurut Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak RI
(2010), menyatakan bahwa rawat gabung adalah upaya menempatkan ibu
dan bayi di tempat yang sama selama 24 jam. Untuk mewujudkannya, setiap
fasilitas kesehatan harus melakukan lima langkah pelaksanaan rawat
gabung. Pertama, mengupayakan penyediaan rawat gabung dengan sarana
dan prasarana yang memadai. Kedua, mempraktekkan rawat gabung selama
24 jam kecuali bayi mengalami indikasi medis harus dirawat secara terpisah.
Ketiga menjamin kebersihan dan kenyamanan ruangan rawat gabung.
Keempat menjamin kebersihan waktu kunjungan. Kelima, mengupayakan
44
agar ibu tetap dapat menyusui walaupun bayi harus di rawat terpisah karena
indikasi medis.
Secara keseluruhan, penatalaksanaan inisiasi menyusu dini (IMD) pada bayi
baru lahir normal dari 15 responden ibu yang melahirkan di RSUD dr. Hasri
Ainun Habibie hanya 5 responden yang dilakukan IMD sesuai prosedur,
sedangkan sisanya 10 responden tidak dilakukan sesuai prosedur. Hal in
menunjukkan bahwa penatalaksanaan IMD di RSUD dr. Hasri Ainun Habibie
belum efektif. Padahal dampak inisiasi menyusu dini (IMD) bagi bayi adalah
sebagai makanan dengan kualitas dan kuantitas yang optimal agar ASI segera
keluar yang disesuaikan dengan kebutuhan bayi, memberikan kesehatan bayi
dengan kekebalan pasif yang segera kepada bayi, meningkatkan kecerdasan,
membantu bayi mengkoordinasikan hisap, telan dan nafas, meningkatkan jalinan
kasih sayang ibu dan bayi, mencegah kehilangan panas (Ambarwati, 2009).
Menurut PP No 33 tahun 2012 tentang pemberian Air Susu Ibu Eksklusif,
pasal 9 menyebutkan tenaga kesehatan dan penyelenggara kesehatan wajib
melakukan IMD terhadap bayi yang baru lahir kepada ibunya paling singkat
selama 1 (satu) jam, pelanggaraan terhadap aturan ini dikenakan sangsi mulai dari
peringatan hingga pencabutan izin praktek bidan sesuai kewenangannya yang
diatur dalam Permenkes No. 369 tentang standar profesi bidan pada kompetensi
ke 4 mengenai asuhan persalinan dan kelahiran bidan harus memiliki pengetahuan
dasar transisi bayi baru lahir terhadap kehidupan di luar rahim, pemenuhan
kebutuhan fisik BBL meliputi pernapasan, kehangatan, termasuk memfasilitasi
IMD (Zulala dkk, 2018).
Inisiasi Menyusu Dini (IMD) dimulai sedini mungkin, segera setalah bayi
lahir, setelah tali pusat di potong, letakkan bayi tengkurap di dada ibu dengan
kulit ke kulit biarkan selama 1 jam / lebih sampai bayi menyusu sendiri, selimuti
dan bertopi. Suami dan keluarga beri dukungan san siap membantu selama proses
menyusui (El Sinta dkk, 2019).
Menurut Hegar dkk (2008) inisiasi dini adalah meletakkan bayi di atas dada
atau perut ibu segera setelah persalinan dan membiarkan bayi mencari puting susu
ibu dan menghisapnya setidaknya satu jam setelah kelahiran. Masih ada sebagian
45
persalinan yang belum mendapat pelaksanaan IMD pada waktu yang tepatsetelah
melahirkan. Padahal dampak Inisiasi Menyusu Dini (IMD) bagi bayi adalah
sebagai makanan dengan kualitas dan kuantitas yang optimal agar ASI segera
keluar yang disesuaikan dengan kebutuhan bayi, memberikan kesehatan bayi
dengan kekebalan pasif yang segera kepada bayi, meningkatkan kecerdasan,
membantu bayi mengkoordinasikan hisap, telan dan nafas, meningkatkan jalinan
kasih sayang ibu dan bayi serta mencegah kehilangan panas (Haerunisah, 2012).
Inisiasi Menyusu Dini (IMD) merupakan intervensi sederhana yang mampu
meningkatkan neonatal outcome secara signifikan yaitu mengurangi resiko
kematian neonatal, membantu dalam keberlangsungan pemberian ASI eksklusif
dan periode lama menyusui. Penelitian di Ghana menyebutkan IMD dapat
menyelamatkan 22% dari bayi yang meninggal sebelum usia satu bulan, menunda
pelaksanaan IMD dalam pencegahan hipotermi pada bayi baru lahir meningkatkan
6 kali resiko kematian neonatal (Roesli, 2008).
Menurut UNICEF (2006) dalam Haerunisa (2012) banyak sekali masalah
yang dapat menghambat pelaksanaan IMD antara lain : kurangnya kepedulian
terhadap pentingnya IMD, kurangnya konseling oleh tenaga kesehatan dan
kurangnya praktek IMD, adanya pendapat bahwa suntikan vitamin K dan tetes
mata untuk mencegah penyakit gonorrhea harus segera diberikan setelah lahir,
padahal sebenarnya tindakan ini dapat di tunda setidaknya selama satu jam sampai
bayi menyusu sendiri, masih kuatnya kepercayaan keluarga bahwa ibu
memerlukan istirahat yang cukup setelah melahirkan dan menyusui sulit
dilakukan, kepercayaan masyarakat yang menyatakan bahwa kolostrum yang
keluar pada hari pertama tidak baik untuk bayi serta kepercayaan masyarakat yang
tidak mengizinkan menyusu dini sebelum payudara dibersihkan.
Menurut Roesli (2008) salah satu faktor yang mempengaruhi keberhasilan
inisiasi menyusu dini adalah pengetahuan. Pendidikan yang tinggi dapat
mempengaruhi tingkat pengetahuan seseorang. Notoadmodjo (2010) menyatakan
bahwa paparan informasi, pendidikan, lingkungan sekitar dan pengalaman
mempengaruhi pengetahuan seseorang. Hal ini sejalan dengan penelitian yang
dilakukan oleh Wahyuningsih (2009) dan Rahmawati (2008) menyatakan bahwa
46
ada hubungan yang bermakana antara pengetahuan ibu dengan pelaksanaan IMD
yang berarti bahwa semakin baik pengetahuan ibu semakin baik pula tindakan ibu
dalam pelaksanaan IMD. Pendidikan ibu juga memiliki peranan yang penting
dalam menyerap informasi yang baik tentang IMD sehingga IMD dapat dilakukan
dengan tepat (Lisnawati, 2017).
Seorang bidan yang menolong persalinan baik di fasilitas pelayanan
kesehatan ataupun praktik mandiri berkewajiban memberikan pelayanan
kebidanan salah satunya melaksanakan inisiasi menyusu dini saat menolong
persalinan. Roesli (2008) juga mengatakan bahwa masih banyak juga tenaga
kesehatan yang tidak melakukan inisiasi menyusu dini (IMD) meskipun tahu
tentang program IMD mempunyai manfaat yang besar untuk bayi maupun ibu
yang baru melahirkan.Tidak semua bidan maupun ibu post partum bisa
mengimplementasikan program inisiasi menyusu dini. Hal ini bisa saja di
pengaruhi oleh tingkat pendidikan, lama kerja, usia, dan juga faktor lingkungan
itu sendiri sehingga kesadaran dan kemauan tenaga kesehatan dan ibu post partum
sangat mempengaruhi keberhasilan pelaksanaan inisiasi menyusu dini pada bayi
baru lahir. Tenaga kesehatan dengan latar belakang pendidikan DIV kebidanan
dengan lama kerja diatas lima tahun biasanya lebih terampildalampelaksanaan
pratik kebidanan salah satunya pelaksanaan IMD. Selain Pengetahuan yang
diperoleh dari bangku kuliah juga di tambah dari pengalaman kerja, dan juga
seringmengikutipelatihan terkait praktik kebidanan seprtiAPN maupun seminar
kesehatan terkait IMD itu sendiri.
Keberhasilan pelaksanaan IMD tergantung dari kerjasama antara
ibumelahirkan, keluarga dan tenaga kesehatan (bidan). Setiap tindakan medis
yang dilakukan oleh tenaga kesehatan baik di seluruh fasilitas kesehatan maupun
di rumah dalam hal ini tenaga kesehatan yakni bidan desa yang sering membantu
persalinan di rumah-rumah penduduk harus meminta persetujuan kepada keluarga
sebelum melakukan tindakan begitupun dengan pemberian IMD. Sebelum IMD
dilakukan harus diberitahukan terlebih dahulu kepada keluarga tentang manfaat
dan pentingnya ASI. Sosialisasi IMD dapat dilakukan oleh tenaga kesehatan baik
dokter, perawat maupun bidan sebelum ibu melahirkan, yaitu pada saat ibu hamil
47
melakukan kunjungan ANC di Puskesmas maupun rumah sakit, terutama pada
umur kehamilan memasuki trimester ke tiga. Tenaga kesehatan memberikan
sosialisasi mengenai gambaran saat persalinan nanti terutama bagi ibuhamil yang
belum ada pengalaman dalam persalinan.
Peneliti berasumsi bahwa penatalaksanaan IMD di RSUD dr. Hasri Ainun
Habibie belum efektif karena disebabkan oleh masih adanya tenagakesehatan
penolong persalinan yang belum mengetahui secara jelas mengenai standar
pelayanan IMD, tenaga kesehatan yang mengetahui standar pelayanan IMD akan
tetapi tidak melaksanakan sesuai standar hal ini terjadi karena biasanya jumlah
tenaga kesehatan penolong persalinan di rumah sakit tidak sebanding dengan
jumlah pasien yang menyebabkan menyebabkan tenaga kesehatan kelelahan
karena tenaga ksesehatan di fasilitas kesehatanseperti rumah sakit, biasanaya
bertugas di shift sore malam hanya 2 atau 3 orang, tenaga kesehatan maupun ibu
post partum tidak mau menunggu proses IMD selama 1-2 jamserta kurangya
pengetahuan pasien dan keluarga tentang pentingnya IMD sehingga biasanya
setelah melahirkan ibu mau segera istirahat. Sedangkan menurut UNICEF (2006)
IMD antara lain :
1. Kurangnya kepedulian terhadap pentingnya IMD
2. Kurangnya konseling oleh tenaga kesehatan dan kurangnya praktek IMD
3. Adanya pendapat bahwa suntikan vitamin K dan tetes mata untuk mencegah
penyakit gonorrhea harus diberikan segera setelah lahir, padahal sebenarnya
tindakan ini dapat ditunda setidaknya selama 1 jam sampai bayi menyusu
sendiri
4. Masih kuatnya kepercayaan keluarga bahawa ibu memerlukan istirahat yang
cukup setelah melahirkan dan menyusui sulit dilakukan
5. Kepercayaan masyarakat yang menyatakan bahwa kolostrum yang keluar pada
hari pertama tidak baik untuk bayi
6. Kepercayaan masyarakat yang tidak mengizinkan ibu untuk menyusu dini
sebelum payudara di bersihkan.
4.3 Hambatan Penelitian
48
Penelitian ini mempunyai hambatan-hambatanyang dapat mempengaruhi
hasil penelitian, hambatantersebut diantaranya:
1. Kesulitan berinteraksi langsung dengan responden karena harus tetap
melaksanakan prosedur covid 19, salah satunya menjaga jarak.
2. RSUD dr. Hasri Ainun Habibie yang menjadi salah satu rumah sakit rujukan
covid 19, menyebabkan kunjungan pasien non covid ke rumah sakit
menurun karena pasien ibu hamil masuk rumah sakit di skrining terlebih
dahulu di ruang IGD dan kemudian berdasarkan hasil skoring masuk ke
ruang persalinan non covid atau ruang isolasi.
3. Tenaga kesehatan yan bertugas di ruangan persalinan, sebagian dipindahkan
ke ruangan isolasi.
BAB V
PENUTUP
5.1Simpulan
1. Penelitian ini dilakukan di RSUD dr. Hasri Ainun Habibie dengan sampel
sebanyak 15 responden. Dari hasil penelitian di peroleh sebanyak 5 responden
dilakukan IMD sesuai prosedur (33.3%) dan 10 responden tidak dilakukan
sesuai prosedur (66.7%)
5.2Saran
1. Bagi Instansi Kesehatan
Dapat bermanfaat bagi instansi kesehatan dalam memberikan pelayanan
yang baik, khusunya dalam mendukung program pemerintah dalam
penatalaksanaan inisiasi menyusu dini (IMD) sesuai standar operasional
prosedur
2. Bagi Institusi Pendidikan
49
Dapat dijadikan sebagai sumber informasi bagi mahasiswa perawat dan
bidan tentang pentingnya penatalaksanaan IMD pada bayi baru lahir
3. Bagi Organisasi Profesi
Dapat dijadikan sebagai sumber informasi bagi organisasi profesi untuk
meningkatkan pengetahuan petugas kesehatan melalui pelatihan APN
update atau seminar kesehatan tentang IMD
4. Bagi petugas kesehatan
Diharapakan dapat menambah pengetahuan petugas kesehatan untuk
memberikan pelayanan IMD kepada setiap bayi baru lahir sesuai standar
operasional prosedur
5. Bagi Peneliti
Dapat menambah pengetahuan dalam memberikan pelayanan kesehatan di
tempat kerja.
50