PENDAHULUAN
1
darah perifer, gangguan ginjal, perdarahn retina dan gangguan penglihatan.
Sedangkan dampak makro dari hipertensi yaitu menurunkan kualitas hidup penderita
dan dampak paling buruk adalah kematian pada penderita akibat komplikasi
hipertensi yang dimilikinya (Rahmitha, 2008) dalam jurnal Sugiarti (2018).
Menurut Word Health Organization (WHO) dan The Internasional Society of
Hipertensi (ISH), saat ini terdapat 600 juta penderita hipertensi diseluruh dunia
setiap tahunnya.WHO mencatat terdapat satu miliyar orang di dunia menderita
Hipertensi, dua pertiga di antranya berada di Negara berkembang yang
berpenghasilan rendah-sedang. Prevelensi hipertensi akan terus meningkat tajam,
diprediksi pada tahun 2025 nanti, sekitar 29% orang dewasa di seluruh dunia
menderita hipertensi. Hipertensi telah mengakibatkan kematian sekitar 8 juta orang
setiap tahun, 1,5 juta kematian terjadi di asia tenggara, yang sepertiga populasinya
menderita hipertensi (Ekarini, Heryati, and Maryam 2019).
Indonesia prevelensi hipertensi pada lansia dari hasil Nasional Rikesdas
tahun 2013 menunjukan cukup tinggi yaitu 45,9% pada kelompok umur 55-64 tahun,
57,6% pada umur 65-74 tahun dan 63,8% pada kelompok umur 75 tahun keatas.
Riset kesehatan dasar (Riskesdas) tahun 2013 prevalensi hipertensi di Indonesia
berdasarkan umur ≥18 tahun sebesar 25,8% dengan diagnosis dari cakupan tenaga
kesehatan hanya 36,8% dan sebagian besar kasus hipertensi dimasyarakat tidak
terdiagnosis yaitu sebesar 63,2% pada tahun 2018 provinsi tertinggi mengalami
hipertensi yakni Kalimantan selatan yakni 44,1% berada di nol tertinggi, Sulawesi
barat dengan presentasi 34,1%. (Kemenkes RI 2017).
Berdasarkan data dari dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo merupakan bahwa
prevalensi hipertensi pada lansia di provinsi gorontalo tahun 2021 tertinggi berada di
kabupaten Gorontalo taitu sebanyak 192 lansia, selanjutnya di Kabupaten
Bonebolango sebanyak 172 lansia, Kabupaten Pohuwato sebanyak 1005 lansia,
Kabupaten Gorontalo Utara sebanyak 102 lansia, Kabupaten Bualemo sebanyak 84
Lansia, dan Kota Gorontalo Sebanyak 50 lansia.
Pengobatan hipertensi bisa diatasi dengan 2 cara yaitu dengan
farmakologis atau dengan obat-obatan anti hipertensi dengan jangka panjang
bahkan seumur hidup. Pengobatan nonfarmakologis yaitu dapat menurunkan
2
tekanan darah sehingga pengobatan farmakologis menjadi tidak diperlukan atau
setidaknya ditunda.Penatalaksanaann secara nonfarmakologis yang dapat
menurunkan hipertensi adalah tanaman herbal yang salah satunya adalah bawang
putih (Depkes RI 2008) dalam Mohanis (2015).
Pemberian bawang putihdapat menuruntakn tekanan darah pada penderita
hipertensi.Bawang putih mengandung senyawa-senyawa kimia.Beberapa diantara
senyawa tersebut memiliki efek farmakologi, yaitu efek terhadap pencegahan,
perawatan, dan pengobatan penyakit.Berikut ini beberapa efek farmakologi, yaitu
efek farmakologi senyawa aktif pada bawang putih alil-metil-sulfida sebagai anti
Hipertensi, anti bakteri, vinil-diatin sebagai anti oksidan, kardioprotektif, alistant
sebagai fungsida, antibiotik, allixin anti tumor dan anti radikal bebas, scordinin
sebagai anti kanker, anti potensif, anti hiperkolestrol.Kandungan bawang putih
berkhasiat sebagai anti hipertensi, seperti alisin dan alil-metil-sulfida. Sekaligus
mencegah kenan darah tinggi bagi orang yang tekanan darahnya normal
(Kuswardani,2016).
Sebagian dalam penelitian terdahulu, terdapat beberapa penelitian yang
terkait dengan masalah ini diantaranya penelitian yang dilakukan oleh Sugiarti
(2018) yang berjudul Pemberian Seduhan Bawang Putih Terhadap Tekanan Darah
Lansia Wanita Dengan Hipertensi, dengan hasil penelitian bahwa ada pengaruh
pemberian seduhan bawang putih terhadap tekana darah lansia wanita dengan
hipertensi. Hal ini juga diperkuat oleh penelitian yang dilakukan oleh
Rahayuningrum, dkk (2020) mengenai “Pengaruh Pemberian Air Perasan Bawang
Putih (Allium sativum) terhadap tekanan darah pada penderita hipertensi, dengan
hasil penelitian bahwa didapatkan rata-rata tekanan darah sistolik (Pretest Kontol)
151.50 mmHg dan diastolik (Pretest Kontrol) 99.75 mmHg. Rata-rata tekanan darah
sistolik (pretest intervensi) 152.88 mmHg dan diastolik (pretest intervensi) 101.25
mmHg. rata-rata tekanan darah sistolik (posttest kontrol) 151.50 mmHg dan diastolik
(posttest kontrol) 99.75 mmHg. rata-rata tekanan darah sistolik (posttest intervensi)
144.25 mmHg dan diastolic (posttest intervensi) 91.88 mmHg. ada pengaruh
pemberian air person bawang putih (allium sativum) terhadap tekanan darah pada
penderita hipertensi.
3
Dalam Al-Quran dicantumkan ayat yang berkaitan dengan kesehatan yaitu
yang berbunyi :
4
tertinggi berada di kabupaten Gorontalo taitu sebanyak 192 lansia,
selanjutnya di Kabupaten Bonebolango sebanyak 172 lansia, Kabupaten
Pohuwato sebanyak 1005 lansia, Kabupaten Gorontalo Utara sebanyak 102
lansia, Kabupaten Bualemo sebanyak 84 Lansia, dan Kota Gorontalo
Sebanyak 50 lansia.
2. Berdasarkan hasil observasi data awal yang diperoleh dari Griya Lansia
Jannati Di Kota Gorntalo bahwa terdapat 23 orang lansia. Hasil wawancara
yang diwakili oleh 12 orang penderita hipertensi di Griya Lansia Jannati Kota
Gorontalo didapatkan bahwa pola hidup yang kurang sehat, seperti jarang
berolahraga, kebiasaan merokok, terlalu banyak mengonsumsi makanan
yang bergaram, dan masih makan makanan tinggi kolestrol. Penangana yang
dilakukan oleh lansia untuk mencegah Hipertensi Di Griya Lansia Jannati
yaitu dengan mengonsumsi obat catopril dan amlodipin.
1.3 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian
ini adalah “Adakah pengaruh pemberian seduhan bawang putih terhadap
penurunan tekanan darah pada penderita hipertensi Di Panti Sosial Provinsi
Gorontalo.
1.4 Tujuan Penelitian
1.4.1 Tujuan Umum
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui adanya pengaruh pemberian
seduhan bawang putih terhadap penurunan tekanan darah pada penderita
hipertensi Di Panti Sosial Provinsi Gorontalo.
1.4.2 Tujuan Khusus
1. Untuk mengidentifikasi tekanan darah sebelum dilakukan teknik pemberian
seduhan bawang putih terhadap penurunan tekanan darah pada penderita
hipertensi di Panti Sosial Provinsi Gorontalo.
2. Untuk mengidentifikasi sesudah dilakukan teknik pemberian seduhan
bawang putih terhadap penurunan tekanan darah pada penderita hipertensi
Di Panti Sosial Provinsi Gorontalo.
5
3. Untuk Menganalisis pengaruh pemberian seduhan bawang putih terhadap
penurunan tekanan darah pada penderita hipertensi Di Panti Sosial Provinsi
Gorontalo.
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
7
penyebabnya (idiopati). Bebrapa faktor diduga berkaitan dengan
berkembangnya hipertensi esensial seperti berikut :
a) Genetik : individu yang mempunyai riwayat keluarga dengan
hipertensi, beresiko tinggi untuk mendapatkan penyakit ini.
b) Jenis kelamin dan usia : laki-laki berusia 35-50 tahun dan wanita
pasca menopause beresiko tinggi untuk mengalami hioertensi.
c) Diet : konsumsi diet tinggi garam atau lemak secara langsung
berhubungan dengan berkembangnya hipertensi.
d) Berat badan : obesitas (> 25% di atas BB ideal) dikaitkan dengan
berkembangnya hipertensi.
2. Hipertensi sekunder
Menempatkan 10% dari seluruh kasus hipertensi adalah hipertensi sekunder,
yang didefinisikan sebagai peningkatan tekanan darah karena suatu kondisi
fisik yang ada sebelumnya seperti penyakit ginjal atau gangguan tiroid.
2.1.3 Klassifikasi Hipertensi
Klasifikasi hipertensi menurut (Brunner & Suddarth, 2017)
1. Normal sistolik kurang dari 120 mmHg diastolic kurang dari 80 mmHg
2. Prahipertensi: sistolik 120 sampai 139 mmHg diastolic 80-90 mmHg.
3. Stadium 1: sistolik 140 sampai 159 mmHg diastolic 90-99 mmHg.
4. Stadium 2: sistolik > 160 mmHg diastolic > 100 mmHg.
2.1.4 Etiologi Hipertensi
Penyebab terjadinya hipertensi pada lanjut usia dikarenakan terjadi
perubahan pada elastisitas dinding aorta menurun, katub jantung menebal dan
menjadi kaku, kemampuan jantung memompa darah menurun, sehingga kontraksi
dan volumenya pun ikut menurun, kehilangan elastisitas pembuluh darah karena
kurang efektivitas pembuluh darah perifer untuk oksigen, meningkatnya resistensi
pembuluh darah perifer. (Mulyadi, Sepdianto and Hernanto, 2019).
Adapun penyebab yang mempengaruhi tekanan darah pada lanjut usia
adalah usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, aktivitas fisik, faktor genetic
(keturunan), asupan makan, kebiasaan merokok dan stress (Sumarni, Sampurno,
and Aprilia, 2016).
8
2.1.5 Faktor Resiko Hipertensi
Beberapa faktor resiko yang dapat menyebabkan terjadinya tekanan darah
tinggi yaitu usia lanjut dan adanya riwayat tekanan darah tinggi dalam keluarga,
obesitas, kadar garam tinggi, dan kebiasaan hidup seperti merokok dan minuman
beralkoho. Selain itu juga terdapat faktor-faktor yang dapat menyebabkan terjadinya
tekanan darah tinggi yaitu kelebihan berat badan yang di ikuti dengan kurangnya
berolahraga, serta mengonsumsi makanan berlemak dan berkadar garam tinggi
(Haswan, 2017).
2.1.6 Patofisiologi Hipertensi
Patofisologi terjadinya hipertensi primer bersifat kompleks saling
berpengaruh terhadap berbagai faktor. Faktor yang mendominasi terjadinya
hipertensi ada 3, antara lain yaitu peran volume intravascular, peran kendali sistem
saraf simpatis, dan peran refleks baroreseptor. Volume intravaskuler berperan
terhadap kejadian hipertensi.Volume intravaskuler merupakan determinan utama
untuk kestabilan tekanan darah, tergantung pada keadaan resistensi perifer total.
Bila asupan NaCl meningkat maka ginjal akan meningkat eksresi garam melalui urin.
Apabila eksresi tersebut melampaui ambang batas, maka ginjal akan meretensi H2O
sehingga volume intravaskuler meningkat. Pada gilirannya curah jantung juga akan
meningkat yang mengakibatkan terjadi ekspansi volume intravaskuler sehingga
menyebabkan tekanan darah menjadi tinggi (Setiati et al, 2014).
Selanjutnya neurotransmiter akan meningkatkan denyut jantung. Denyut
jantung yang meningkat akan mempengaruhi peningkatan curah jantung sehingga
terjadi kenaikan pada tekanan darah (Setiati et al, 2014).
2.1.7 Manisfestasi Klinis
Hipertensi tidak memiliki tanda atau gejala khusus sehingga sulit untuk
mendeteksi seseorang terkena hipertensi.Gejala-gejala yang mudah untuk diamati
seperti terjadi pada gejala ringan yaitu pusing atau sakit kepala, cemas, wajah
tampak kemerahan, cepat marah, tinnitus, sulit tidur, sesak napas, rasa berat di
tengkuk, mudah lelah, mata berkunang-kunang, dan epistaksis (Fauzi, 2014).
Hipertensi biasanya bersifat asimtomatik, sampai terjadi kerusakan organ target
(Aaronson et al, 2010).
9
Sebagai besar manifestasi klinis hipertensi dapat muncul setelah mengalami
hipertensi selama bertahun-tahun. Manifestasi klinis yang timbul dapat berupa nyeri
kepala di sertai mual dan muntah akibat peningkatan tekanan darah intracranial,
langkah menjadi tidak seimbang karena kerusakan susunan saraf, penglihatan kabur
akibat kerusakan retina, edema dependen akibat peningkatan tekanan kapiler, dan
nokturi karena peningkatan aliran darah ginjal. Stroke atau serangan iskemik
transien dapat timbul akibat adanya keterlibatan pembuluh darah otak yang
bermanifestasi sebagai hemiplegia atau gangguan tajam penglihatan (Nuraini,
2015).
2.1.8 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan hipertensi ada dua macam yaitu farmakologi dan
nonfarmakologi.Terapi farmakologi harus dilakukan oleh semua pasien hipertensi
dengan tujuan menurunkan tekanan darah dan mengendalikan faktor-faktor resiko
serta penyakit penyerta lainnya.Terapi farmakologi dapat menimbulkan beberapa
efek samping seperti, pada penggunaan obat antagonis angiotensin dapat
mengakibatkan mual, muntah, diare, sakit kepala, pusing, letih, insomnia dan
takikardi, sehingga terapi nonfarmakologi dapat dianjurkan untuk mengurangi efek
samping tersebut. Disamping itu penggunaan terapi farmakologis untuk hipertensi
juga digunakan secara terus menerus, sehingga ada kemungkinan pasien untuk
putus obat (Asih, 2010).
Salah satu penangana hipertensi non farmakologi dalam mengatasi
hipertensi adalah dengan terapi komplementer, efektif diberikan minimal selama satu
minggu.Selama satu minggu tersebut efek dari terapi dapat terlihat hasilnya, terapi
komplementer yang dapat diberikan pada pasien hipertensi salah satunya adalah
terapi herbal (Yulia, 2013).
2.1.9 Komplikasi
Menurut Wijaya (2013, h. 58) komplikasi hipertensi dapat terjadi pada organ-
organ sebagai berikut :
1. Jantung
Tekanan darah tinggi dapat menyebabkan terjadinya gagal jantung dan
penyakit jantung koroner. Pada penderita hipertensi, beban kerja jantung
10
akan meningkat, otot jantung akan mengendor dan berkurang elastisitasnya,
yang di sebut dekompensasi.
2. Otak
Komplikasi hipertensi pada otak, menimbulkan resiko stroke apabila tidak
diobati resiko terkena stroke tujuh kali lebih besar.
3. Ginjal
Tekanan darah tinggi juga menyebabkan kerusakan ginjal, tekanan darah
tinggi dapat menyebabkan kerusakkan system penyaringan didalam ginjal
akibatnya lambat laun ginjal tidak mampu membuang zat-zat yang tidak
dibutuhkan tubuh yang masuk melalui aliran darah dan terjadi penumpukan
di dalam tubuh.
4. Mata
Pada mata hipertensi dapat mengakibatkan terjadinya retinopati hipertensi
dan dapat menimbulkan kebutaan.
2.1.10 Pencegahan Hipertensi
Agar terhindar dari komplikasi fatal hipertensi, harus diambil dari tindakan
pencegahan yang baik (stop high blood presurre), antara lain menurut (Crea, 2015),
dengan cara sebagai beikut :
1. Mengurangi konsumsi garam
Pembatasan konsumsi garam sangat dianjurkan, maksimal 2 g gram dapur
untuk diet setiap hari.
2. Menghindari kegemukan (obesitas)
Hindarkan kegemukan (obesitas) dengan menjaga berat badan normal atau
tidak berlebihan.Batasan kegemukan adalah jika berat badan lebih 10% dari
berat badan normal.
3. Membatasi konsumsi lemak
Membatasi konsumsi lemak dilakukan agar kadar kolestrol darah tidak terlalu
tinggi. Kadar kolestrol darah yang tinggi dapat mengakibatkan terjadinya
endapan kolestrol dalam dinding pembuluh darah. Lama kelamaan, jika
11
endapan kolestrol bertambah akan menyumbat pembuluh darah nadi dan
mengganggu peredaran darah. Dengan demikian, akan memperberat kerja
jantung dan secara tidak langsung memperparah hipertensi.
4. Olahraga Teratur
Menurut penelitian, olahraga teratur dapat menyerap atau menghilangkan
endapan kolestrol dan pembuluh nadi.Olahraga yang dimaksud adalah
latihan menggerakan semua sendi dan otot tubuh (latihan isotonik atau
dinamik), seperti gerak jalan, berenang, naik sepeda.Tidak dianjurkan
melakukan olahraga yang menegangkan seperti tinju, gulat, atau angkat
besi, karena latihan yang berat bahkan dapat menimbulkan hipertensi.
5. Makan Banyak Buah Dan Sayur Segar
Buah dan sayur segar mengandung banyak vitamin dan mineral, buah yang
banyak mengandung mineral kalium dapat membantu menurunkan tekanan
darah.
6. Tidak merokok dan minum alkohol.
2.2 Hipertensi Pada Lansia
Hipertensi pada lansia merupakan suatau penyakit degenerative berdampak
pada kesehatan Menurut The Seventh Join National Comitte (JNC 7), hipertensi
dikategorikan menjadi dua tahap pada pengukuran tekanan darah sistoli dan
diastolik. Hipertensi tahap 1 sistolik 140-159 mmHg dan diastolic 90-99
mmHg.Sedangkan tahap 2 yaitu sistol ≥160 mmHg dan diastolik ≥100
mmHg.Apabila sistolik ≥180 mmHg dan diastolic ≥110 mmHg.Hipertensi dalam
catatan khusus perlu mendapatkan penanganan lebih serius.Secara fisiologi pada
lansia mengalami penurunan curah jantung dan peningkatan resistensi faskuler
perifer.Pada lansia hipertensi menglami peningkatan curah jantung, sehingga
tekanan darah meningkat.Secara patofisiologi peningkatan darah pada lansia
disebabkan karena kekakuan dinding arteri, asupan sodium berlebihan, konsentrasi
renin meningkat, perubahan arteromatfus, dan lain sebagainya (Darmojo, 2014).
Usia merupakan salah satu faktor resiko hipertensi. Lebih banyak lagi di
jumpai bahwa penderita penyakit tekanan darah tinggi atau hipertensi pada usia
12
senja. Nilai normal tekanan darah seseorang dengan ukuran tinggi badan, berat
badan, tinggi aktivitas normal dan kesehatan secara umum.Tekanan darah tinggi
(hipertensi) menyebabkan meningkatnya resiko stroke, gagal jantung, serangan
jantung, dan kerusakan ginjal (Martha, 2012).
Novitaningtyas 2014 membernarkan bahwa semakin bertambahnya umur
semakin beresiko juga seseorang mengalami Hipertensi Umur 60-64 tahun terjadi
Peningkatan resiko hipertensi sebesar 2,18 kali, umur 65-69 tahun 2,45 kali dan
umur >70 tahun 2,97 kali. Hal ini terjadi karena pada usia tersebut arteri besar
kehilangan kelenturannya dan menjadi kaku karena itu denyut jantung dipaksa untuk
melalui pembuluh darah yang sempit dari pada bisanya dan menyebabkan naiknya
tekanan darah (Novitaningtyas 2014).
Perempuan sangat beresiko mengalami hipertensi untuk lebih memberikan
penjelasan tentang lanjut usia yang berjenis kelamin perempuan beresiko
mengalami hipertensi ada penelitian menjelaskan yaitu perempuan yang belum
menopause dilindungi oleh hormone estrogen yang berperan dalam meningkatkan
kadar High Density Lipoprotein (HDL). Kadar Kolestrol HDL Rendah tingginya
kolestrol LDL (Low Density Lipoprotein) mempengaruhi terjadinya proses
aterosklerosis dan mengakibatkan tekanan darah tinggi (Novitaningtyas, 2014).
Lansia sering terkena hipertensi disebabkan oleh kekakuan pada arteri
sehingga tekanan darah cenderung meningkat (Mardiana, 2014).
Selain itu penyebab hipertensi pada lansia juga disebabkan oleh perubahan
gaya hidup dan yang lebih penting lagi kemungkinan terjadinya peningkatan tekanan
darah tinggi karena bertambahnya usia lebih besar pada orang yang banyak
mengonsumsi makanan yang banyak mengandung garam (Kenia, 2013).
Kekambuhan hipertensi pada lansia dengan muncul gejala peningkatan
tekanan darah kembali disebabkan oleh beberapa hal yang tidak terkontrol secara
teratur, tidak menjalankan hidup sehat berupa tidur tidak teratur, kurang olahraga
dan lansia mengalami stress.Adapun tanda-tanda terjadi kekambuhan hipertensi
yang seperti sakit kepala, nafas pendek, pusing, nyeri dada, palpitasi dan
epitaksis.Gejala-gejala tersebut berbahaya jika diabaikan, tetapi bukan merupakan
tolak ukur keparahan dari penyakit hipertensi (Yuliantari, 2014).
13
Cara mencegah kekambuhan hipertensi dengan menurunkan berat badan,
menghindari minuman berkafein, rokok, dan minuman beralkohol, melakukan
olahraga ringan, mencukupi kebutuhan istirahat dengan tidur selama 6-8 jam per
hari dan mengendalikan stress (Rahma, 2012).
Klasifikasi hipertensi menurut RI (2014), klasifikasi hipertensi dibagi menjadi
dua yaitu :
1. Berdasarkan penyebabnya
a. Hipertensi primer/hipertensi esensial
Hipertensi primer merupakan hipertensi yang tidak diketahui
penyebabnya, biasanya dikaitkan dengan gaya hidup seperti kurang
bergerak dan pola makan.
b. Hipertensi sekunder/hipertensi non esensial
Hipertensi sekunder merupakan hipertensi yang diketahui
penyebabnya.
2. Berdasarkan bentuk hipertensi
Hipertensi diastolik (diastolic hypertension), hipertensi campuran (sistol dan
diastole yang tinggi), hipertensi sistolik (isolated systolic hypertension).
14
memasok oksigen dan makanan ke jaringan tubuh, akibatnya dinding arteri
terdesak dan menyebabkan terjadinya tekanan darah (Arifin dkk, 2016).
3. Aktivitas fisik
Resiko hipertensi lebih tinggi dari pada individu yang tidak berolahraga dari
pada yang melakukan olahraga.Berolahraga secara teratur merupakan
sebuah intervensi pertama untuk mengendalikan berbagai penyakit tidak
menular.Kegiatan olahraga menjadikan jantung bekerja secara
efisien.Frekuensi denyut nadi berkurang dan membuat jantung memompa
semakin kuat, penurunan berat badan dan menurunkan tekanan darah (Arifin
dkk, 2016).
4. Spiritualitas
Hipertensi dapat terjadi oleh beberapa faktor yang mempengaruhi lansia
yang mengalaminya, ketika seseorang mengalami kondisi sakit atau stress
maka agama dan spiritualitas dapat bertingkat sebagai bentuk mekanisme
koping yang positif bagi lansia. Kedekatan antara lansia dengan tuhan yang
diperantarai oleh berdoa dan beribadah yang dilakukan lansia dengan iklas
dapat membawa pengaruh positif yang membwa ketenangan, kedamaian,
dan mendatangkan kekuatan bagi lansia untuk menjalani hidup yang akan
berdampak baik bagi kesehatan lansia. Kedekatan spiritualitas yang tinggi
dapat membuat individu percaya tentang penyembuhan tuhan.Spiritual yang
mereka alami akan member efek relaksasi pada lansia yang akan
mengaktifkan lobus prefrontal yang merupakan lokasi god spot pada otak.
Aktivitas god spot akan mempengaruhi hipotalamus dan mengaktifasi sistem
limbik, dari sistem limbic akan mempengaruhi sistem imunitas tubuh yang
selanjutnya akan terjadi fasodilatasi pembeuluh darah yang dapat membantu
menurunkan tekanan darah pada lansia yang mempunyai riwayat hipertensi
(Dewi, 2016).
5. Stress
15
Stress merupakan respon psikologi, fisiologi, dan perilaku sesorang untuk
penyesuaian diri terhadap tekanan. Stress dapat merangsang ginjal
melepaskan hormon adrenalin yang menyebabkan tekanan darah naik dan
meningkatkan kekentalan darah. Hormon adrenalin berperan dalam
mempercepat denyut jantung serta berpengaruh pada penyempitan
pembuluh darah. Akibatnya jantung akan berdenyut lebih kuat sehingga
dapat meningkatkan tekanan darah (Arifin dkk, 2016).
2.3 Konsep Bawang Putih
2.3.1 Pengertian Bawang Putih
Bawang putih merupakan anggota bawang-bawangan yang paling popular di
dunia. Jenis umbi yang memiliki nama ilmiah Allium sativum linn ini merupakan
keturunan bawang liar allium longicurpis regel, yang tumbuh di asia tengah yang
beriklim sub tropis. Pada tahun 1921, de Bray dan Loeper telah membuktikan
khasiat bawang putih untuk pengobatan hipertensi (Astawan, 2016).Senyawa alisin
dalam bawang putih berkhasiat menghancurkan pembentukan pembekuan darah
dalam arteri, mengulangi gejala diabetes dan mengurangi tekanan darah (Andareto,
2015).
Bawang putih memiliki nama latin Allium sativum linn.Sativum berarti
dibudidayakan, karena allium yang satu ini diduga merupakan keturunan dari
bawang liar Allium sebenarnya ada sekitar 500 jenis, lebih dari 250 jenis diantaranya
termasuk bawang-bawangan.Bawang putih mengandung senyawa-senyawa
kimia.Beberapa diantara senyawa tersebut memiliki efek farmakologi, yaitu efek
terhadap pencegahan, perawatan dan pengobatan penyakit. Berikut ini beberapa
efek farmakologi senyawa aktif pada bawang putih Alil-metil-sulfida sebagai
Antihipertensi, anti bakteri, vinil-diatin sebagai anti oksidan, kardioprotektif, alistatin
sebagai fungsida, antibiotic,allixin anti tumor dan anti radikal bebas, scordinin
sebagai anti kanker, anti potensif, seperti allisn dan alil-metil-sulfida. Sekaligus
mencegah tekanan darahnya normal (Kuswardani, 2016).
Pemberian bawang putih tunggal (Allium Sativum) dapat menurunkan
tekanan darah pada penderita. Kandungan alami dari bawang putih yang
mengandung senyawa kimia yang sengat penting, salah satunya termasuk volatile
16
oil (0,1-0,36%) yang mengandung sulfur, termasuk didalamnya adalah adalah alliin,
ajoene dan vinyldithiines yang dihasilkan secara non enzimatik dari allicin yang
dapat mengencerkan darah dan berperan dalam mengatur tekanan darah sehingga
dapat memperlancar peredaran darah (Kuswardani, 2016).
17
2.3.4 Cara Pengolahan Bawang Putih
Macam-macam cara pengolahan bawang putih yaitu :
1. Rahayu Ningrum (2020), Pengolahan bawang putih untuk hipertensi yaitu :
dengan terlebih dahulu membuat air bawang putih dengan cara bersihkan 4
gram bawang putih, blender bawang putih sampai halus campurkan dengan
2 sendok makan air putih, saring air bawang putih dan minum hasil perasan
tersebut 1 kali sehari sebanyak 200 cc air perasan bawang putih selama 7
hari.
2. Proses eksrasi bawang putih menggunakan metode Proses eksrasi bawang
putih mentah dibuat dengan cara menghancurkan bawang putih yang sudah
dikupas dan di cincang dengan blender, hasilnya diperas menggunakan kain
saring. Kelompok bawang putih rebus dibuat dengan cara merebus hasil
cincangan bawang putih kupas dengan air sampai mendidih (± 6 menit),
kemudian bawang putih diblender dan hasilnya diperas menggunakan kain
saring (Oktaviantie, el al, 2017).
3. Menurut Kuswardani (2016), pengolahan bawang putih untuk hipertensi
yaitu : menumbuk 3 siung bawang putih secara halus kemudian diperas
untuk diambil airnya lalu bisa di tambah dengan air sebanyak 1-2 sendok
makan. Ekstrak bawang putih dapat dikonsumsi 1 kali setiap hari selama
seminggu.
18
2.4 Penelitian Yang Relevan
19
Baleh Kota Bukit sampel secara wilayah kerja
Tinggi” purposive puskesmas tigo
sampling. bale bukit tinggi
Komplikasi
hipertensi
Kejadian hipertensi 1. Payah jantung
2. Kerusakan ginjal
pada lansia
3. Stroke
4. Keruasakan
Penanganan hipertensi penglihatan
Keterangan :
20
: Diteliti
: Tidak diteliti
: garis penghubung
2.5.2 Kerangka Konsep
Keterangan :
: Variabel Independen
: Variabel Dependen
: Berpengaruh
2.6 Hipotesis
Adapun Hipotesis statistik dalam penelitian ini adalah:
Ha : Ada Pengaruh pemberian seduhan bawang putih terhadap penurunan
tekanan darah pada penderita hipertensi Di Panti Sosial Provinsi Gorontalo.
21
BAB III
METODE PENELITIAN
Keterangan :
X : Intervensi (Seduhan bawang putih terhadap penurunan tekanan darah
pada penderita hipertensi)
- : Tidak dilakukan intervensi (seduhan bawang putih terhadap penurunan
tekanan darah pada penderita hipertensi).
01 : Observasi sebelum dilakukan intervensi seduhan bawang putih terhadap
penurunan tekanan darah pada penderita hipertensi dan yang tidak
dilakukan intervensi seduhan bawang putih terhadap penurunan tekanan
darah pada penderita hipertensi.
22
02 : Observasi setelah dilakuan intervensi seduhan bawang putih terhadap
penurunan tekanan darah pada penderita hipertensi dan yang tidak
dilakukan intervensi seduhan bawang putih terhadap penurunan tekanan
darah pada penderita hipertensi
23
membuat air bawang
putih dengan cara
bersihkan 4 gram
bawang putih,
blender bawang
putih sampai halus
campurkan dengan 2
sendok makan air
putih, saring air
bawang putih dan
minum hasil perasan
tersebut 1 kali sehari
sebanyak 200 cc air
perasan bawang
putih selama 7 hari.
Dependen : Kondisi dimana Tensimeter, Angka Interval
Penurunan tekanan darah stetoskop penurunan
Tekanan seseorang berada di tekanan darah
darah pada atas batas normal dalam satuan
pendeita yang telah mmHg
hipertensi ditetapkan
24
lansia. Jadi total sampel adalah 36 responden yang diambil dari kelompok intervensi
dan kelompok kontrol yang masing-masing berjumlah 18 responden.
Besar sampel dalam penelitian ini menggunakan Rumus Federer :
(n-1) x (t-1) ≥ 15
(n – 1) x (t – 1) ≥ 15
(n – 1) x (2 – 1) ≥ 15
(n – 1) x (1) ≥ 15
n – 1 ≥ 15
n ≥ 15 + 1
n ≥ 16
keterangan :
n =Besar sampel tiap kelompok
t = Banyaknya kelompok
untuk menghindari responden yang mengalami drop out, maka dilakukan
koreksi menggunakan rumus :
Keterangan :
n = Jumlah sampel sebelumnya
N = Besar sampel Koreksi
f = Prediksi sampel Drop Out Digunakan 10%(f=0,1)
n
N=
(1−f )
16
N=
(1−0,1)
N = 17,7
N = 18
3.4.3 Teknik Pengambilan Sampel
25
Teknik pengambilan sampel atau teknik sampling adalah cara-cara yang di
tempuh untuk pengambilan sampel, agar memperoleh sampel yang benar-benar
sesuai dengan keseluruhan subjek penelitian Penelitian ini menggunakan Non
Probability sampling dengan teknik Purposive Sampling. Teknik ini merupakan teknik
pengambilan sampel dimana subjek yang termasuk populasi dijadikan sampel
tersebut sesuai yang dikehendaki peneliti dan dipilih sesuai kriteria inklusi dan
ekslusi sebagai objek penelitan.
Adapun kriteria sampel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Kriteria inklusi
a. Lansia yang megalami hipertensi
b. Lansia hipertensi yang bersedia menjadi responden
c. Tidak sedang menggunakan terapi herbal lain
2. Kriteria eksklusi
a. Lansia yang tidak bersedia menjadi responden
b. Lansia dengan penyakit penyerta
3.5 Teknik Pengumpulan Data
3.5.1 Jenis Data
1. Data Primer
Data primer dalam penelitian ini di peroleh dari hasil lembar yang berisi
pernyataan bersedia menjadi responden dan lembar observasi yang berisihasil
pepemeriksaan tekanan darah.
2. Data Sekunder
Data sekunder dalam penelitian ini adalah data lansia Di Panti Sosial
Provinsi Gorontalo.
3.5.2 Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data pada penelitian ini di mulai dari meminta data
lansia Di Panti Sosial Provinsi Gorontalo, kemudian memilih sampel penelitian
dengan teknik purposive sampling. Pemilian sampel di pilih sesuai criteria inklusi dan
eksklusi sebanyak 36 orang Kemudian sampel diberikan informed konsen jika setuju
menjadi responden. Setelah itu peneliti melakukan pengukuran tekanan darah (pre
test) dan setelah itu peneliti melakukan intervensi berupa pemberian seduhan
26
bawang putih. Pemberian seduhan bawang putih diberikan dengan cara terlebih
dahulu membuat air bawang putih dengan cara bersihkan 4 gram bawang putih,
blender bawang putih sampai halus campurkan dengan 2 sendok makan air putih,
saring air bawang putih dan minum hasil perasan tersebut 1 kali sehari sebanyak
200 cc air perasan bawang putih selama 7 hari kemudian dilakukan pengukuran
tekanan darah kembali (Post test).
27
4. Apabila semua data dari semua sumber data atau respnden selesai
dimasukkan perlu dicek kembali untuk melihat kemungkinan-kemungkinan
adanya kesalahan-kesalahan kode, ketidak lengkapan data dan sebagainya,
kemudian dilakukan pembetulan atau koreksi.
3.6.2 Analisa Data
1. Analisa univariat
Analisa univariat bertujuan untuk menjelaskan atau mendeskripsikan
karakteristik dari setiap variabel penelitian. Pada umumnya pada analisis ini
hanya menggunakan distribusi dan presetase dari tiap variabel (Variabel
bebas (independent variabel) dalam penelitian ini pemberian seduhan
bawang putih, sedangkan variabel terikat (dependent variabel) dalam
penelitian ini adalah penurunan tekanan darah pada penderita hipertensi.
2. Analisa Bivariat
Tujuan dari analisa bivariat dalam penelitian ini adalah untuk menganalisis
penurunan hipertensi sebelum dan sesudah melakukan intervensi
menggunakan uji paired t-test dengan kemaknaan a = 0,05. Jika hasil analisa
data didapatkan nilai probabilitas p ≤ 0,05 Ho ditolak dan Ha diterima yang
artinya ada pengaruh pemberian seduhan bawang putih terhadap penurunan
tekanan darah pada penderita hipertensi Di Panti Sosial Provinsi Gorontalo.
3.7 Hipotesis Statistik
H0 : tidak ada pengaruh pemberian seduhan bawang putih terhadap
penurunan tekanan darah pada penderita hipertensi.
Ha : ada pengaruh pemberian seduhan bawang putih terhadap penurunan
tekanan darah pada penderita hipertensi.
3.8 Etika Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan memperhatikan etik penelitian yang meliputi :
a. Informed Consent
Informed consent merupakan bentuk persetujuan antara penelitian dengan
responden berupa lembar persetujuan. Lembar persetujuan ini diberikan
pada responden yang akan diteliti yang memenuhi kriteria inklusi.
b. Nonmalefecience
28
Penelitian yang dilakukan tidak boleh memberikan dampak yang serius pada
responden. Jika ditemukan bahaya saat pengumpulan data, maka segera
akhiri pengumpulan data dan bantu responden mengatasi dampak tersebut.
c. Beneficience
Penelitian yang dilakukan harus memberikan manfaat kepada responden,
baik secara langsung maupun secara tidak langsung.
d. Autonomy
Responden bebas menentukan apakah ia akan ikut berpatisipasi dalam
penelitian tanpa paksaan dan sewaktu-waktu responden boleh
mengundurkan diri tanpa saksi apapun.
e. Ananomity
Untuk menjaga kerahasiaan identitas responden, peneliti tidk akan
mencantumkan nama responden pada lembar pengumpulan data, lembar
tersevut hanya diberi inisial yang diketahui oleh peneliti saja.
f. Confidentiality
Kerahasiaan informasi maupun masalah-masalah lain yang diberikan
responden dijamin oleh peneliti.
g. Protect Discomfort
Selama proses penelitian berlangsung responden dilindungi dari
ketidaknyamanan yang mungkin terjadi.
29
3.9 Alur Penelitian
Permohonan Penelitian
Informed Consent
Tanpa Nama
Pemberian seduhan bawang putih pada
penderita hipertensi selama 7 Hari
Kerahasiaan
Melakukan kembali pengukuran
tekanan darah pada penderita hipertensi
sesudah di berikan seduhan bawang putih
(Post Test)
30
Catat hasilnya di lembar
Observasi
Interpretasi Hasil
Sumartini, N. P., Zulkifli, Z., & Adhitya, M. A. P. (2019). Pengaruh Senam Hipertensi
Lansia Terhadap Tekanan Darah Lansia Dengan Hipertensi Di Wilayah Kerja
Puskesmas Cakranegara Kelurahan Turinda Tahun 2019. Jurnal
Keperawatan Terpadu (Integrated Nursing Journal), 1(2), 47.
Http://Doi.Org/10.32807/Jkt.V1i2.37
Carolina, Putria, Yelstria Ulina Taringan, Belle Novita, Desi Indrini, Enteng Pandi
Yangan, Marsiane Afiana, Dosen Program, Et Al. 2019. “Posyandu Eka
Harapan Kelurahan Pahandut Palang Karaya” 4 (2). Data, Mapili. 2019.
“Data Mapili”.
Fredy, Akbar, Syamsidar, And Widya Nengsih. 2020. “Karakteristik Lanjut Usia
Dengan Hipertensi Di Desa Banua Baru.” Bina Generasi : Jurnal Kesehatan
11 (2): 6-8. https://doi.org/10.35907/bgjk.V11 i2.1 41
Purwono, Rita Sari, Ati Ratnasari, Apri Budianto. 2020. “Pola Konsumsi Garam
Dengan Kejadian Hipertensi Pada Lansia Salt Consumption Pattern With
Hypertension In Elderly”.
Udjianti, W. 2010 keperawatan kardiovaskular: Jakarta: Salemba Medika.
Sugiarti Ely Tjahjani, Rachel Dwi Wilujeng. 2018. “Perbedaan Efektifitas Pemberian
Seduhan Bawang Putih Dan Teh Rosella (Hibiscus Sabdarifa Linn) Terhadap
Penurunan Tekanan Darah Pada Penderita Hipertensi Di Posyandu Lansia
Kelurahan Dukuh Pakis Wilayah Kerja Puskesmas Dukuh Kupang”.
31
Ekarini, Ni Luh Putu, Heryati Heryati, And Raden Siti Maryam. 2019. “Pengaruh
Terapi Relaksasi Otot Progresif Terhadap Respon Fisiologis Pasien
Hipertensi.” Jurnal Kesehatan 10 (1): 47. https://doi.org10.26630/jk.v10i1.
1139.
Kemenkes RI, 2017. “Lansia & Hipertensi,” no. 2015: 1-10.
Mohanis. 2015. Pengaruh Bawang Putih Terhadap Penurunan Tekanan Darah Pada
Penderita Hipertensi Di Desa Wedoroklurak Kecamatan Candi Kabupaten
Sidoarjo Jurnal Keperawatan Volume 1 / Nomor 1 /Januari 2015-Desember
2015 Diperoleh 23 November 2018.
Kuswardani, D., Sukma. 2016. Sehat Tanpa Obat dengan Bawang Putih.
Putra, Yudiana. 2019. “Tabanan Description of Blood Sugar In Elderly In Nursing
Home Wana Sraya Denpasar and Nursing Home Santi Tabanan” 6(1): 50-
55.
Hanum, Prida, and Rahayu Lubis. 2017. “Hubungan Karakteristik Dan Dukungan
Keluarga Lansia Dengan Kejadian Stroke Pada Lansia Hipertensi Dirumah
Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan Support Fro.” Jumantik 3 (1):
72-88.
Udjianti, Wajan Juni. 2011. Keperawatan Kardiovaskular. Jakarta: Salemba Medika
Bruner & Sudarth. 2017. Keperawatan Medical Bedah. 12th ed. Jakarta: EGC
Mulyadi, Arif, Tri Cahyo Sepdianto, And Dwi Hernanto. 2019. “Gambaran Perubahan
Tekanan Darah Pada Lansia Hipertensi Yang Melakukan Senam Lansia.”
Journal Of Borneo Holistic Health, 2 (2): 148-57.
Sumarni, Rantiningsih, Edi Sampurno, and Verianti Aprilia. 2016. “Konsumsi Junk
Food Dan Hipertensi Pada Lansia Di Kecamatan Kasihan, Bantul,
YogyakartaKasihan,.” Jurnal Ners Dan Kebidanan Indonesia 3 (2): 59.
Haswan, Azri. 2017. “Gambaran Karakteristik Penderita Hipertensi Dan Tingkat
Kepatuhan Minum Obat Di Wilayah Kerja Puskesmas Kintamani I.” Intisari
Sains Medis 8 (2): 130-34. https://doi.org/10.1556/ism.v8i2.127.
Setiati, Sudoyo, Setiyohadi, Simadibrata, 2014. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid
II., VI. Ed. Interna Publishing, Jakarta.
32
Aaronson, Jeremy PT., I., P., Ward, 2010. At a Glance: Sistem Kardiovaskuler.
Erlangga, Jakarta.
Nuraini, B., 2015. Risk Factors of hypertension. J Major, 4.
Arikunto, Suharsimi. (2010) Prosedur penelitian: suatu pendekatan praktik Rev, ed.)
Jakarta: Rineka Cipta.
Yuliani.2013. healing the heart : Integratin cpmplementary therapies and healing
practice into the care of cardiovascular patient, Progress in cardiovascular
Nursing.Amerca : Sringer Publishing Companies Inc.
Wijaya, A S & Putri, Y M. 2013. KMB 1 Keperawatan Medikal Bedah. Yogyakarta :
Nuha Medika.
Crea, 2015. Klasifikasi Hipertensi Guidelines SubCommittee. Word Health
Organization International Society Of Hypertension guidelines for the
management of hypertension.J Hypertens.
Darmojo. 2014. Geriarti (Ilmu Kesehatan Usia Lanjut). Jakarta: Badan Penerbit
FKUI.
Martha, Karnia. 2012. Panduan Cerdas Mengatasi Hipertensi plus Aneka Jus
Pencegahan Hipertensi. Yogyakarta: Askara.
Novitaningtyas, Tri. 2014 “Hubungan Karakteristik (Umur,Jenis Kelamin, Tingkat
Pendidikan) Dan Aktivitas Fisik Dengan Tekanan Darah Pada Lansia Di
Kelurahan Makamhaji Kecamatan Kartasura Kabupaten Sukoharjo,”
Hubungan Karakteristik (Umur,Jenis Kelamin, Tingkat Pendidikan) dan
Aktivitas Fisik Dengan Tekanan Darah Pada Lansia Di Kelurahan
Makamhaji Kecamatan Kartasura Kabupaten Sukoharjo 39 (1): 1-15.
https://doi.org/10.4324/9781315853178.
Mardiana,. Y & Zelfino. (2014). Hubungan Antara Tingkat Stres Lansia Dan Kejadian
Hipertensi Pada Lansia RW 01 Kunciran Tangerang.
http://ejurnal.esaunggul.ac.id/
Kenia, N. M. (2013). Pengaruh Relaksasi (Aroma Terapi Mawar) Terhadap
Perubahan Tekanan Darah Pada Lansia Hipertensi.
http://digilib.stikeskusumahusada.ac.id/
33
Yuliantari, N. 2014. Perbedaan Pengaruh Ekstrrak Mentimun Dan Air Jahe Terhadap
Tekanan Darah Lansia Dengan Hipertensi Di Wilayah Kerja Puskesmas Ii
Denpasar Barat Tahun 2014. Jurnal:Universitas Udayana Bali. (Vol. 3.No.
4). http:/www.undana.com. Diakses pada tanggal 16 April 2016.
Rahmadani. 2012. Hubungan Antara Kualitas Tidur Dengan Perubahan Tekanan
Darah Pada Lansia. Skripsi. Universitas Brawijaya Malang.
Kementrian Kesehatan RI. 2014. Infodatin Lanjut Usia (Lansia). Pusat Data Dan
Informasi Kementrian Kesehatan RI. 12.
Andriani, S. 2014. Studi Kasus Strategi Koping Lansia Dengan Tempat Tinggal. Ilmu
Keperawatan.
Astawan, Made. (2016). Sehat Dengan Rempah Dan Bumbu Dapur. Jakarta:
Kompas Media Nusantara.
Andareto, Obi. (2015). Apotik Herbal di Sekitar Anda Solusi Pengobatan 1001
Penyakit Secara Alami Dan Sehat Tanpa Efek Samping. Jakarta: Pustaka
Ilmu Semesta.
Kuswardani, D., Sukma. 2016. Sehat Tanpa Obat dengan Bawang Putih.
Abdi Iswahyudi Yasril, Mellissa Aprillia Putri, Ani Indahyanti, Ardakia Oktorilyani,
Riani Gori. 2020. Pengaruh Bawang Putih (Rubah) Terhadap Penrunan
Telanan Darah Di Padang Gamuak Kelurahan Tarok Dipo.
Wisnatul Izzati, dkk. (2017). Pengaruh Pemberian Air Rebusan Bawang Putih
Terhadap Tekanan Darah Pada Pasien Hipertensi Di Wilayah Kerja
Puskesmas Rigo Baleh Kota Bukit Tinggi.
Rahayuningrum, Cristina Dwi. 2019 Pengaruh Pemberian. Jurnal Kesehatan
Saintika Meditory Volume 2 Nomor 2. ISSN 2655-9641.
Diakses: https://jurnal.syedzasaintika.ac.id/index.php/meditory/article/
download/510/287
Octaviantie, PD., Sri Purwaningsih, dan Arifoel Hajat. 2017. Pengaruh cara
pengolahan bawang putih (Allium sativum) terhadap efek antitrombotik
pada mencit. Jurnal Kedokteran Syariah Kuala, Vol. 17, Number 3,157-160.
ISSN: 1412-1026.
Kuswardani, D., Sukma. 2016. Sehat Tanpa Obat dengan Bawang Putih.
34
Lampiran 1
PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN
Kepada Yth
Bapak/Ibu
Di-
Tempat
Deangan Hormat,
Saya yang bertanda tangan dibawah ini adalah mahasiswa Program Studi
Ners Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Gorontalo.
Nama : Stevanny Polontalo
Nim : C01417202
Alamat : Kelurahan Siendeng
Akan mengadakan penelitian dengan judul “Pengaruh Pemberian Seduhan
Bawang Putih Terhadap Penurunan Tekanan Darah Pada Penderita Hipertensi Di
Panti Sosial Provinsi Gorontalo”. Untuk keperluan tersebut saya memohon
kesediaan dari Bapak/Ibu, untuk menjadi subjek dalam penelitian saya ini. Data
tersebut dijamin kerahasiannya.
Sebagai bukti kesediaan menjadi responden dalam penelitian ini, saya mohon
Bapak/Ibu, untuk menandatangi lembar persetujuan yang telah saya sediakan. Atas
partisipasinya dan kebijakan Bapak/Ibu, kami ucapkan terimah kasih.
35
Peneliti
(Stevanny Polontalo)
Lampiran 2
Responden
36
Lampiran 3
LEMBAR OBSERVASI
Nama :
Usia :
Pekerjaan :
Pendidikan Terakhir :
Jenis Kelamin :
Hari Dan Tanggal :
No Kode Responden :
Hasil Pengukuran Tekanan Darah
No Hari/Tanggal Sebelum diberikan Hari/Tanggal Sesudah diberikan
Seduhan bawang seduhan bawang
putih (Pre Test) putih (Post Tes)
37
Lampiran 4
38
Alat dan bahan Alat :
1. Penghalus bawang/blender
2. gelas
3. Saringan teh
Bahan :
1. Bawang putih 1 siung
2. 200 cc air panas
3. Kupas kulit bawang putih dengan air mengalir
4. Hancurkan bawang putih dengan blender (blender
kasar) pindahkan ke dalam gelas
5. Tuangkan air panas 200 cc ke dalam gelas
6. Aduk dan diamkan 5 menit
7. Saring air ke gelas baru
39