Anda di halaman 1dari 39

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Hipertensi merupakan kondisi peningkatan tekanan darah seseorang di atas
normal yang dapat mengakibatkan peningkatan angka kesakitan (morbiditas) dan
angka kesakitan (mortalitas) dan hingga saat ini hipertensi masi menjadi masalah
kesehatan yang cukup besar untuk tetap diatasi pada seseorang yang sudah lanjut
usia (Sumartini, Zulkifli, & Adhitya, 2019).
Lanjut usia merupakan dimana seseorang mengalami pertambahan umur
dengan disertai dengan penurunan fungsi fisik yang ditandai dengan penurunan
massa otot serta kekuatannya, laju denyut jantung maksimal, peningkatan lemak
tubuh, dan penurunan fungsi otak. (Carolina et al. 2019). Seseorang dikatakan lanjut
usia berdasarkan undang-undang nomor 13 tahun 1998 adalah mereka yang
berumur mencapai 60 tahun keatas. Pada usia tersebut lansia mengalami
penurunan fungsi imun tubuh termasuk penurunan fungsi jantung yang salah satu
penyakitnya yaitu hipertensi. (Fredy, dkk, 2020).Lansia sangat rentang terkena
penyakit hipertensi. Semakin menua usia lansia semakin menurun pola kerja dan
fungsi jantung dengan bertambahnya umur, maka tekanan darah juga meningkat,
dinding arteri akan mengalami penebalan oleh Karena adanya penumpukan zat
kolagen pada lapisan otot, sehingga pembuluh darah akan berangsur-angsur
menyempit dan menjadi kaku. Peningkatan umur akan menyebabkan beberapa
perubahan fisiologis, pada usia lanjut terjadi peningkatan resistensi perifer dan
aktivitas simpatik (Purwono, dkk 2020).
Dampak hipertensi menurut Udjianti (2010) disebabkan faktor-faktor yang
mempengaruhi pengendalian tekanan darah yaitu curah jantung dan tekanan darah
perifer. Selain pengaruh curah jantung dan tekanan darah perifer, terdapat beberapa
faktor resiko terjadinya hipertensi yaitu keturunan, usia, jenis kelamin, obesitas,
konsumsi garam berlebihan, kurang olahraga, stress, merokok dan konsumsi
alkohol, konsumsi lemak jantung, dampak mikro dari hipertensi yaitu terjadinya
degenerative lain seperti jantung koroner, stroke, gagal jantung, penyakit pembuluh

1
darah perifer, gangguan ginjal, perdarahn retina dan gangguan penglihatan.
Sedangkan dampak makro dari hipertensi yaitu menurunkan kualitas hidup penderita
dan dampak paling buruk adalah kematian pada penderita akibat komplikasi
hipertensi yang dimilikinya (Rahmitha, 2008) dalam jurnal Sugiarti (2018).
Menurut Word Health Organization (WHO) dan The Internasional Society of
Hipertensi (ISH), saat ini terdapat 600 juta penderita hipertensi diseluruh dunia
setiap tahunnya.WHO mencatat terdapat satu miliyar orang di dunia menderita
Hipertensi, dua pertiga di antranya berada di Negara berkembang yang
berpenghasilan rendah-sedang. Prevelensi hipertensi akan terus meningkat tajam,
diprediksi pada tahun 2025 nanti, sekitar 29% orang dewasa di seluruh dunia
menderita hipertensi. Hipertensi telah mengakibatkan kematian sekitar 8 juta orang
setiap tahun, 1,5 juta kematian terjadi di asia tenggara, yang sepertiga populasinya
menderita hipertensi (Ekarini, Heryati, and Maryam 2019).
Indonesia prevelensi hipertensi pada lansia dari hasil Nasional Rikesdas
tahun 2013 menunjukan cukup tinggi yaitu 45,9% pada kelompok umur 55-64 tahun,
57,6% pada umur 65-74 tahun dan 63,8% pada kelompok umur 75 tahun keatas.
Riset kesehatan dasar (Riskesdas) tahun 2013 prevalensi hipertensi di Indonesia
berdasarkan umur ≥18 tahun sebesar 25,8% dengan diagnosis dari cakupan tenaga
kesehatan hanya 36,8% dan sebagian besar kasus hipertensi dimasyarakat tidak
terdiagnosis yaitu sebesar 63,2% pada tahun 2018 provinsi tertinggi mengalami
hipertensi yakni Kalimantan selatan yakni 44,1% berada di nol tertinggi, Sulawesi
barat dengan presentasi 34,1%. (Kemenkes RI 2017).
Berdasarkan data dari dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo merupakan bahwa
prevalensi hipertensi pada lansia di provinsi gorontalo tahun 2021 tertinggi berada di
kabupaten Gorontalo taitu sebanyak 192 lansia, selanjutnya di Kabupaten
Bonebolango sebanyak 172 lansia, Kabupaten Pohuwato sebanyak 1005 lansia,
Kabupaten Gorontalo Utara sebanyak 102 lansia, Kabupaten Bualemo sebanyak 84
Lansia, dan Kota Gorontalo Sebanyak 50 lansia.
Pengobatan hipertensi bisa diatasi dengan 2 cara yaitu dengan
farmakologis atau dengan obat-obatan anti hipertensi dengan jangka panjang
bahkan seumur hidup. Pengobatan nonfarmakologis yaitu dapat menurunkan

2
tekanan darah sehingga pengobatan farmakologis menjadi tidak diperlukan atau
setidaknya ditunda.Penatalaksanaann secara nonfarmakologis yang dapat
menurunkan hipertensi adalah tanaman herbal yang salah satunya adalah bawang
putih (Depkes RI 2008) dalam Mohanis (2015).
Pemberian bawang putihdapat menuruntakn tekanan darah pada penderita
hipertensi.Bawang putih mengandung senyawa-senyawa kimia.Beberapa diantara
senyawa tersebut memiliki efek farmakologi, yaitu efek terhadap pencegahan,
perawatan, dan pengobatan penyakit.Berikut ini beberapa efek farmakologi, yaitu
efek farmakologi senyawa aktif pada bawang putih alil-metil-sulfida sebagai anti
Hipertensi, anti bakteri, vinil-diatin sebagai anti oksidan, kardioprotektif, alistant
sebagai fungsida, antibiotik, allixin anti tumor dan anti radikal bebas, scordinin
sebagai anti kanker, anti potensif, anti hiperkolestrol.Kandungan bawang putih
berkhasiat sebagai anti hipertensi, seperti alisin dan alil-metil-sulfida. Sekaligus
mencegah kenan darah tinggi bagi orang yang tekanan darahnya normal
(Kuswardani,2016).
Sebagian dalam penelitian terdahulu, terdapat beberapa penelitian yang
terkait dengan masalah ini diantaranya penelitian yang dilakukan oleh Sugiarti
(2018) yang berjudul Pemberian Seduhan Bawang Putih Terhadap Tekanan Darah
Lansia Wanita Dengan Hipertensi, dengan hasil penelitian bahwa ada pengaruh
pemberian seduhan bawang putih terhadap tekana darah lansia wanita dengan
hipertensi. Hal ini juga diperkuat oleh penelitian yang dilakukan oleh
Rahayuningrum, dkk (2020) mengenai “Pengaruh Pemberian Air Perasan Bawang
Putih (Allium sativum) terhadap tekanan darah pada penderita hipertensi, dengan
hasil penelitian bahwa didapatkan rata-rata tekanan darah sistolik (Pretest Kontol)
151.50 mmHg dan diastolik (Pretest Kontrol) 99.75 mmHg. Rata-rata tekanan darah
sistolik (pretest intervensi) 152.88 mmHg dan diastolik (pretest intervensi) 101.25
mmHg. rata-rata tekanan darah sistolik (posttest kontrol) 151.50 mmHg dan diastolik
(posttest kontrol) 99.75 mmHg. rata-rata tekanan darah sistolik (posttest intervensi)
144.25 mmHg dan diastolic (posttest intervensi) 91.88 mmHg. ada pengaruh
pemberian air person bawang putih (allium sativum) terhadap tekanan darah pada
penderita hipertensi.

3
Dalam Al-Quran dicantumkan ayat yang berkaitan dengan kesehatan yaitu
yang berbunyi :

‫ِين َف ُه َو‬ ِ ‫ِين ُي ْط ِع ُمنِي ُه َو َوالَّذِي َي ْه د‬


ِ ‫ت َوِإ َذا َو َي ْس ق‬
ُ ‫ض‬
ْ ‫َم ِر‬
‫َخ َل َقنِيالَّذِي‬
‫ت‬ُ ‫ض‬ ْ ‫ِين َف ُه َو َم ِر‬
ِ ‫شف‬ْ ‫ين ُث َّم ُيمِي ُتنِي َوالَّذِي َي‬
ِ ‫ُي ْح ِي‬
‫َوِإ َذا‬
Yang artinya: “(Yaitu) yang telah menciptakan aku, maka dia yang memberi
petunjuk kepadaku, maka dialah yang menunjuki aku dan tuhanku dan dia
memberikan makan dan minum kepadaku dan apabila aku sakit, Dialah yang
menyembuhkan aku, dan yang akan mematikan aku, kematian akan menghidupkan
aku (kembali).” (Q.S Asy-Syu’ara; 78-81).
Berdasarkan hasil observasi data awal yang diperoleh dari Wilayah kerja
Panti sosial Di Provinsi Gorontalo Yang Dimana terdapat dua lokasi yaitu Di Griya
Lansia Jannati dan PSTW Beringin Hutuo yang dilakukan peneliti pada tanggal 27
April 2021 Di Griya Lansia Jannati, dan pada tanggal 23 Juli 2021 di Beringin Hutuo
kepada beberapa orang lansia di dapatkan hasil bahwa 5 dari 10 orang lansia yang
menderita hipertensi di dapatkan bahwa pola hidup yang kurang sehat, seperti
jarang berolahraga, kebiasaan merokok, terlalu banyak mengonsumsi makanan
yang bergaram, dan masih makan makanan tinggi kolestrol. Penanganan yang
dilakukan oleh lansia untuk mencegah hipertensi Di Griya Lansia Jannati Dan Di
PSTW Beringin Hutuo yaitu dengan mengonsumsi obat Catopril dan Amlodipin.
Berdasarkan uraian masalah diatas, peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian tentang “Pengaruh Pemberian Seduhan Bawang Putih Terhadap
Penurunan Tekanan Darah Pada Penderita Hipertensi Di Panti Sosial Provinsi
Gorontalo”.
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka diidentifikasi masalah yaitu :
1. Berdasarkan data dari dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo merupakan
bahwa prevalensi hipertensi pada lansia di provinsi gorontalo tahun 2021

4
tertinggi berada di kabupaten Gorontalo taitu sebanyak 192 lansia,
selanjutnya di Kabupaten Bonebolango sebanyak 172 lansia, Kabupaten
Pohuwato sebanyak 1005 lansia, Kabupaten Gorontalo Utara sebanyak 102
lansia, Kabupaten Bualemo sebanyak 84 Lansia, dan Kota Gorontalo
Sebanyak 50 lansia.
2. Berdasarkan hasil observasi data awal yang diperoleh dari Griya Lansia
Jannati Di Kota Gorntalo bahwa terdapat 23 orang lansia. Hasil wawancara
yang diwakili oleh 12 orang penderita hipertensi di Griya Lansia Jannati Kota
Gorontalo didapatkan bahwa pola hidup yang kurang sehat, seperti jarang
berolahraga, kebiasaan merokok, terlalu banyak mengonsumsi makanan
yang bergaram, dan masih makan makanan tinggi kolestrol. Penangana yang
dilakukan oleh lansia untuk mencegah Hipertensi Di Griya Lansia Jannati
yaitu dengan mengonsumsi obat catopril dan amlodipin.
1.3 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian
ini adalah “Adakah pengaruh pemberian seduhan bawang putih terhadap
penurunan tekanan darah pada penderita hipertensi Di Panti Sosial Provinsi
Gorontalo.
1.4 Tujuan Penelitian
1.4.1 Tujuan Umum
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui adanya pengaruh pemberian
seduhan bawang putih terhadap penurunan tekanan darah pada penderita
hipertensi Di Panti Sosial Provinsi Gorontalo.
1.4.2 Tujuan Khusus
1. Untuk mengidentifikasi tekanan darah sebelum dilakukan teknik pemberian
seduhan bawang putih terhadap penurunan tekanan darah pada penderita
hipertensi di Panti Sosial Provinsi Gorontalo.
2. Untuk mengidentifikasi sesudah dilakukan teknik pemberian seduhan
bawang putih terhadap penurunan tekanan darah pada penderita hipertensi
Di Panti Sosial Provinsi Gorontalo.

5
3. Untuk Menganalisis pengaruh pemberian seduhan bawang putih terhadap
penurunan tekanan darah pada penderita hipertensi Di Panti Sosial Provinsi
Gorontalo.

1.5 Manfaat Penelitian


1.5.1 Manfaat Teoritik
Penelitian ini dapat menjadi sumber informasi dan referensi dalam ilmu
keperawatan khususnya penanganan nonfarmakologis yang dapat
digunakan dalam mengatasi hipertensi.
1.5.2 Manfaat Praktis
1. Bagi responden
Dalam menurunkan tekanan darah dengan cara penanganan
nonfarmakologis yaitu pemberian seduhan bawang putih, sehingga nilai
hipertensi kembali menjadi normal.
2. Bagi institusi
Penelitian ini diharapkan dapat menambah sumber pustaka institusi yang
berkaitan dengan cara menurunkn tekanan darah pada lansia.
3. Bagi peneliti
Memberikan kesempatan baru bagi peneliti untuk melakukan penelitian
tentang pengaruh pemberian seduhan bawang putih terhadap penurunan
tekanan darah pada penderita hipertensi, serta dapat ,menjadikan penelitian
ini sebagai studi banding bagi peneliti selanjutnya yang berkaitan dengan
penanganan nonfarmakologi.

6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Hipertensi


2.1.1 pengertian Hipertensi
Hipertensi merupakan kondisi peningkatan tekanan darah seseorang di atas
normal yang dapat mengakibatkan peningkatan angka kesakitan (morbiditas) dan
angka kesakitan (mortalitas) dan hingga saat ini hipertensi masi menjadi masalah
kesehatan yang cukup besar untuk tetap diatasi pada seseorang yang sudah lanjut
usia (Sumartini, Zulkifli, & Adhitya, 2019). Seiring meningkatnya usia, terjadi
perubahan dalam struktur dan fungsi pada sel, jaringan serta sistem organ.
Perubahan tersebut mempengaruhi kemunduran kesehatan fisik yang pada akhirnya
akan berpengaruh pada kerentanan terhadap penyakit (Putra, 2019).
Hipertensi yang di derita seseorang erat kaitannya dengan tekanan sistolik
dan diastolik atau keduanya secara terus menerus.Tekanan sistolik berkaitan
dengan tingginya tekanan pada arteri bila jantung berkontraksi, sedangkan tekanan
darah diastolik berkaitan dengan tekanan arteri pada saat jantung relaksasi diantara
dua denyut jantung.Diperkirakan 23% wanita dan 14% pria berusia lebih dari 65
tahun menderita hipertensi.Prevalensi hipertensi di dunia di perkirakan sekitar 15-
20%. Hipertensi lebih banyak menyerang pada golongan usia 55-64 tahun (Hanum
and Lubis, 2017).
2.1.2 Jenis-jenis Hipertensi
Menurut Udjianti (2011) hipertensi dibagi menjadi dua golongan, yaitu :
1. Hipertensi esensial atau hipertensi primer
Merupakan 90% dari seluruh kasus hipertensi adalah hipertensi esensial
yang didefinisikan sebagai peningkatan tekanan darah yang tidak diketahui

7
penyebabnya (idiopati). Bebrapa faktor diduga berkaitan dengan
berkembangnya hipertensi esensial seperti berikut :
a) Genetik : individu yang mempunyai riwayat keluarga dengan
hipertensi, beresiko tinggi untuk mendapatkan penyakit ini.
b) Jenis kelamin dan usia : laki-laki berusia 35-50 tahun dan wanita
pasca menopause beresiko tinggi untuk mengalami hioertensi.
c) Diet : konsumsi diet tinggi garam atau lemak secara langsung
berhubungan dengan berkembangnya hipertensi.
d) Berat badan : obesitas (> 25% di atas BB ideal) dikaitkan dengan
berkembangnya hipertensi.
2. Hipertensi sekunder
Menempatkan 10% dari seluruh kasus hipertensi adalah hipertensi sekunder,
yang didefinisikan sebagai peningkatan tekanan darah karena suatu kondisi
fisik yang ada sebelumnya seperti penyakit ginjal atau gangguan tiroid.
2.1.3 Klassifikasi Hipertensi
Klasifikasi hipertensi menurut (Brunner & Suddarth, 2017)
1. Normal sistolik kurang dari 120 mmHg diastolic kurang dari 80 mmHg
2. Prahipertensi: sistolik 120 sampai 139 mmHg diastolic 80-90 mmHg.
3. Stadium 1: sistolik 140 sampai 159 mmHg diastolic 90-99 mmHg.
4. Stadium 2: sistolik > 160 mmHg diastolic > 100 mmHg.
2.1.4 Etiologi Hipertensi
Penyebab terjadinya hipertensi pada lanjut usia dikarenakan terjadi
perubahan pada elastisitas dinding aorta menurun, katub jantung menebal dan
menjadi kaku, kemampuan jantung memompa darah menurun, sehingga kontraksi
dan volumenya pun ikut menurun, kehilangan elastisitas pembuluh darah karena
kurang efektivitas pembuluh darah perifer untuk oksigen, meningkatnya resistensi
pembuluh darah perifer. (Mulyadi, Sepdianto and Hernanto, 2019).
Adapun penyebab yang mempengaruhi tekanan darah pada lanjut usia
adalah usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, aktivitas fisik, faktor genetic
(keturunan), asupan makan, kebiasaan merokok dan stress (Sumarni, Sampurno,
and Aprilia, 2016).

8
2.1.5 Faktor Resiko Hipertensi
Beberapa faktor resiko yang dapat menyebabkan terjadinya tekanan darah
tinggi yaitu usia lanjut dan adanya riwayat tekanan darah tinggi dalam keluarga,
obesitas, kadar garam tinggi, dan kebiasaan hidup seperti merokok dan minuman
beralkoho. Selain itu juga terdapat faktor-faktor yang dapat menyebabkan terjadinya
tekanan darah tinggi yaitu kelebihan berat badan yang di ikuti dengan kurangnya
berolahraga, serta mengonsumsi makanan berlemak dan berkadar garam tinggi
(Haswan, 2017).
2.1.6 Patofisiologi Hipertensi
Patofisologi terjadinya hipertensi primer bersifat kompleks saling
berpengaruh terhadap berbagai faktor. Faktor yang mendominasi terjadinya
hipertensi ada 3, antara lain yaitu peran volume intravascular, peran kendali sistem
saraf simpatis, dan peran refleks baroreseptor. Volume intravaskuler berperan
terhadap kejadian hipertensi.Volume intravaskuler merupakan determinan utama
untuk kestabilan tekanan darah, tergantung pada keadaan resistensi perifer total.
Bila asupan NaCl meningkat maka ginjal akan meningkat eksresi garam melalui urin.
Apabila eksresi tersebut melampaui ambang batas, maka ginjal akan meretensi H2O
sehingga volume intravaskuler meningkat. Pada gilirannya curah jantung juga akan
meningkat yang mengakibatkan terjadi ekspansi volume intravaskuler sehingga
menyebabkan tekanan darah menjadi tinggi (Setiati et al, 2014).
Selanjutnya neurotransmiter akan meningkatkan denyut jantung. Denyut
jantung yang meningkat akan mempengaruhi peningkatan curah jantung sehingga
terjadi kenaikan pada tekanan darah (Setiati et al, 2014).
2.1.7 Manisfestasi Klinis
Hipertensi tidak memiliki tanda atau gejala khusus sehingga sulit untuk
mendeteksi seseorang terkena hipertensi.Gejala-gejala yang mudah untuk diamati
seperti terjadi pada gejala ringan yaitu pusing atau sakit kepala, cemas, wajah
tampak kemerahan, cepat marah, tinnitus, sulit tidur, sesak napas, rasa berat di
tengkuk, mudah lelah, mata berkunang-kunang, dan epistaksis (Fauzi, 2014).
Hipertensi biasanya bersifat asimtomatik, sampai terjadi kerusakan organ target
(Aaronson et al, 2010).

9
Sebagai besar manifestasi klinis hipertensi dapat muncul setelah mengalami
hipertensi selama bertahun-tahun. Manifestasi klinis yang timbul dapat berupa nyeri
kepala di sertai mual dan muntah akibat peningkatan tekanan darah intracranial,
langkah menjadi tidak seimbang karena kerusakan susunan saraf, penglihatan kabur
akibat kerusakan retina, edema dependen akibat peningkatan tekanan kapiler, dan
nokturi karena peningkatan aliran darah ginjal. Stroke atau serangan iskemik
transien dapat timbul akibat adanya keterlibatan pembuluh darah otak yang
bermanifestasi sebagai hemiplegia atau gangguan tajam penglihatan (Nuraini,
2015).
2.1.8 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan hipertensi ada dua macam yaitu farmakologi dan
nonfarmakologi.Terapi farmakologi harus dilakukan oleh semua pasien hipertensi
dengan tujuan menurunkan tekanan darah dan mengendalikan faktor-faktor resiko
serta penyakit penyerta lainnya.Terapi farmakologi dapat menimbulkan beberapa
efek samping seperti, pada penggunaan obat antagonis angiotensin dapat
mengakibatkan mual, muntah, diare, sakit kepala, pusing, letih, insomnia dan
takikardi, sehingga terapi nonfarmakologi dapat dianjurkan untuk mengurangi efek
samping tersebut. Disamping itu penggunaan terapi farmakologis untuk hipertensi
juga digunakan secara terus menerus, sehingga ada kemungkinan pasien untuk
putus obat (Asih, 2010).
Salah satu penangana hipertensi non farmakologi dalam mengatasi
hipertensi adalah dengan terapi komplementer, efektif diberikan minimal selama satu
minggu.Selama satu minggu tersebut efek dari terapi dapat terlihat hasilnya, terapi
komplementer yang dapat diberikan pada pasien hipertensi salah satunya adalah
terapi herbal (Yulia, 2013).
2.1.9 Komplikasi
Menurut Wijaya (2013, h. 58) komplikasi hipertensi dapat terjadi pada organ-
organ sebagai berikut :
1. Jantung
Tekanan darah tinggi dapat menyebabkan terjadinya gagal jantung dan
penyakit jantung koroner. Pada penderita hipertensi, beban kerja jantung

10
akan meningkat, otot jantung akan mengendor dan berkurang elastisitasnya,
yang di sebut dekompensasi.

2. Otak
Komplikasi hipertensi pada otak, menimbulkan resiko stroke apabila tidak
diobati resiko terkena stroke tujuh kali lebih besar.
3. Ginjal
Tekanan darah tinggi juga menyebabkan kerusakan ginjal, tekanan darah
tinggi dapat menyebabkan kerusakkan system penyaringan didalam ginjal
akibatnya lambat laun ginjal tidak mampu membuang zat-zat yang tidak
dibutuhkan tubuh yang masuk melalui aliran darah dan terjadi penumpukan
di dalam tubuh.
4. Mata
Pada mata hipertensi dapat mengakibatkan terjadinya retinopati hipertensi
dan dapat menimbulkan kebutaan.
2.1.10 Pencegahan Hipertensi
Agar terhindar dari komplikasi fatal hipertensi, harus diambil dari tindakan
pencegahan yang baik (stop high blood presurre), antara lain menurut (Crea, 2015),
dengan cara sebagai beikut :
1. Mengurangi konsumsi garam
Pembatasan konsumsi garam sangat dianjurkan, maksimal 2 g gram dapur
untuk diet setiap hari.
2. Menghindari kegemukan (obesitas)
Hindarkan kegemukan (obesitas) dengan menjaga berat badan normal atau
tidak berlebihan.Batasan kegemukan adalah jika berat badan lebih 10% dari
berat badan normal.
3. Membatasi konsumsi lemak
Membatasi konsumsi lemak dilakukan agar kadar kolestrol darah tidak terlalu
tinggi. Kadar kolestrol darah yang tinggi dapat mengakibatkan terjadinya
endapan kolestrol dalam dinding pembuluh darah. Lama kelamaan, jika

11
endapan kolestrol bertambah akan menyumbat pembuluh darah nadi dan
mengganggu peredaran darah. Dengan demikian, akan memperberat kerja
jantung dan secara tidak langsung memperparah hipertensi.

4. Olahraga Teratur
Menurut penelitian, olahraga teratur dapat menyerap atau menghilangkan
endapan kolestrol dan pembuluh nadi.Olahraga yang dimaksud adalah
latihan menggerakan semua sendi dan otot tubuh (latihan isotonik atau
dinamik), seperti gerak jalan, berenang, naik sepeda.Tidak dianjurkan
melakukan olahraga yang menegangkan seperti tinju, gulat, atau angkat
besi, karena latihan yang berat bahkan dapat menimbulkan hipertensi.
5. Makan Banyak Buah Dan Sayur Segar
Buah dan sayur segar mengandung banyak vitamin dan mineral, buah yang
banyak mengandung mineral kalium dapat membantu menurunkan tekanan
darah.
6. Tidak merokok dan minum alkohol.
2.2 Hipertensi Pada Lansia
Hipertensi pada lansia merupakan suatau penyakit degenerative berdampak
pada kesehatan Menurut The Seventh Join National Comitte (JNC 7), hipertensi
dikategorikan menjadi dua tahap pada pengukuran tekanan darah sistoli dan
diastolik. Hipertensi tahap 1 sistolik 140-159 mmHg dan diastolic 90-99
mmHg.Sedangkan tahap 2 yaitu sistol ≥160 mmHg dan diastolik ≥100
mmHg.Apabila sistolik ≥180 mmHg dan diastolic ≥110 mmHg.Hipertensi dalam
catatan khusus perlu mendapatkan penanganan lebih serius.Secara fisiologi pada
lansia mengalami penurunan curah jantung dan peningkatan resistensi faskuler
perifer.Pada lansia hipertensi menglami peningkatan curah jantung, sehingga
tekanan darah meningkat.Secara patofisiologi peningkatan darah pada lansia
disebabkan karena kekakuan dinding arteri, asupan sodium berlebihan, konsentrasi
renin meningkat, perubahan arteromatfus, dan lain sebagainya (Darmojo, 2014).
Usia merupakan salah satu faktor resiko hipertensi. Lebih banyak lagi di
jumpai bahwa penderita penyakit tekanan darah tinggi atau hipertensi pada usia

12
senja. Nilai normal tekanan darah seseorang dengan ukuran tinggi badan, berat
badan, tinggi aktivitas normal dan kesehatan secara umum.Tekanan darah tinggi
(hipertensi) menyebabkan meningkatnya resiko stroke, gagal jantung, serangan
jantung, dan kerusakan ginjal (Martha, 2012).
Novitaningtyas 2014 membernarkan bahwa semakin bertambahnya umur
semakin beresiko juga seseorang mengalami Hipertensi Umur 60-64 tahun terjadi
Peningkatan resiko hipertensi sebesar 2,18 kali, umur 65-69 tahun 2,45 kali dan
umur >70 tahun 2,97 kali. Hal ini terjadi karena pada usia tersebut arteri besar
kehilangan kelenturannya dan menjadi kaku karena itu denyut jantung dipaksa untuk
melalui pembuluh darah yang sempit dari pada bisanya dan menyebabkan naiknya
tekanan darah (Novitaningtyas 2014).
Perempuan sangat beresiko mengalami hipertensi untuk lebih memberikan
penjelasan tentang lanjut usia yang berjenis kelamin perempuan beresiko
mengalami hipertensi ada penelitian menjelaskan yaitu perempuan yang belum
menopause dilindungi oleh hormone estrogen yang berperan dalam meningkatkan
kadar High Density Lipoprotein (HDL). Kadar Kolestrol HDL Rendah tingginya
kolestrol LDL (Low Density Lipoprotein) mempengaruhi terjadinya proses
aterosklerosis dan mengakibatkan tekanan darah tinggi (Novitaningtyas, 2014).
Lansia sering terkena hipertensi disebabkan oleh kekakuan pada arteri
sehingga tekanan darah cenderung meningkat (Mardiana, 2014).
Selain itu penyebab hipertensi pada lansia juga disebabkan oleh perubahan
gaya hidup dan yang lebih penting lagi kemungkinan terjadinya peningkatan tekanan
darah tinggi karena bertambahnya usia lebih besar pada orang yang banyak
mengonsumsi makanan yang banyak mengandung garam (Kenia, 2013).
Kekambuhan hipertensi pada lansia dengan muncul gejala peningkatan
tekanan darah kembali disebabkan oleh beberapa hal yang tidak terkontrol secara
teratur, tidak menjalankan hidup sehat berupa tidur tidak teratur, kurang olahraga
dan lansia mengalami stress.Adapun tanda-tanda terjadi kekambuhan hipertensi
yang seperti sakit kepala, nafas pendek, pusing, nyeri dada, palpitasi dan
epitaksis.Gejala-gejala tersebut berbahaya jika diabaikan, tetapi bukan merupakan
tolak ukur keparahan dari penyakit hipertensi (Yuliantari, 2014).

13
Cara mencegah kekambuhan hipertensi dengan menurunkan berat badan,
menghindari minuman berkafein, rokok, dan minuman beralkohol, melakukan
olahraga ringan, mencukupi kebutuhan istirahat dengan tidur selama 6-8 jam per
hari dan mengendalikan stress (Rahma, 2012).
Klasifikasi hipertensi menurut RI (2014), klasifikasi hipertensi dibagi menjadi
dua yaitu :
1. Berdasarkan penyebabnya
a. Hipertensi primer/hipertensi esensial
Hipertensi primer merupakan hipertensi yang tidak diketahui
penyebabnya, biasanya dikaitkan dengan gaya hidup seperti kurang
bergerak dan pola makan.
b. Hipertensi sekunder/hipertensi non esensial
Hipertensi sekunder merupakan hipertensi yang diketahui
penyebabnya.
2. Berdasarkan bentuk hipertensi
Hipertensi diastolik (diastolic hypertension), hipertensi campuran (sistol dan
diastole yang tinggi), hipertensi sistolik (isolated systolic hypertension).

Faktor-faktor yang mempengaruhi tekanan darah pada lansia yaitu :


1. Genetik
Faktor genetik mempertinggi individu mengalami hipertensi primer (esensial).
Faktor genetic juga dipengaruhi oleh faktor-faktor lingkungan lain. Faktor
geneik juga berkaitan dengan renin membran sel dan metabolisme
pengaturan garam. Lansia yang memiliki riwayat hipertensi pada keluarga
memiliki resiko menderita hipertensi 1,417 kali lebih besar dibandingkan
dengan lansia yang tidak memiliki riwayat hipertensi pada keluarganya (Arifin
dkk, 2016)
2. Obesitas
Obesitas merupakan kegemaran mengonsumsi makanan tinggi lemak yang
meningkatkan resiko terjadinya hipertensi akibat faktor lain. Semakin besar
masa tubuh, akan meningkatkan volume darah yang dibutuhkan untuk

14
memasok oksigen dan makanan ke jaringan tubuh, akibatnya dinding arteri
terdesak dan menyebabkan terjadinya tekanan darah (Arifin dkk, 2016).

3. Aktivitas fisik
Resiko hipertensi lebih tinggi dari pada individu yang tidak berolahraga dari
pada yang melakukan olahraga.Berolahraga secara teratur merupakan
sebuah intervensi pertama untuk mengendalikan berbagai penyakit tidak
menular.Kegiatan olahraga menjadikan jantung bekerja secara
efisien.Frekuensi denyut nadi berkurang dan membuat jantung memompa
semakin kuat, penurunan berat badan dan menurunkan tekanan darah (Arifin
dkk, 2016).
4. Spiritualitas
Hipertensi dapat terjadi oleh beberapa faktor yang mempengaruhi lansia
yang mengalaminya, ketika seseorang mengalami kondisi sakit atau stress
maka agama dan spiritualitas dapat bertingkat sebagai bentuk mekanisme
koping yang positif bagi lansia. Kedekatan antara lansia dengan tuhan yang
diperantarai oleh berdoa dan beribadah yang dilakukan lansia dengan iklas
dapat membawa pengaruh positif yang membwa ketenangan, kedamaian,
dan mendatangkan kekuatan bagi lansia untuk menjalani hidup yang akan
berdampak baik bagi kesehatan lansia. Kedekatan spiritualitas yang tinggi
dapat membuat individu percaya tentang penyembuhan tuhan.Spiritual yang
mereka alami akan member efek relaksasi pada lansia yang akan
mengaktifkan lobus prefrontal yang merupakan lokasi god spot pada otak.
Aktivitas god spot akan mempengaruhi hipotalamus dan mengaktifasi sistem
limbik, dari sistem limbic akan mempengaruhi sistem imunitas tubuh yang
selanjutnya akan terjadi fasodilatasi pembeuluh darah yang dapat membantu
menurunkan tekanan darah pada lansia yang mempunyai riwayat hipertensi
(Dewi, 2016).
5. Stress

15
Stress merupakan respon psikologi, fisiologi, dan perilaku sesorang untuk
penyesuaian diri terhadap tekanan. Stress dapat merangsang ginjal
melepaskan hormon adrenalin yang menyebabkan tekanan darah naik dan
meningkatkan kekentalan darah. Hormon adrenalin berperan dalam
mempercepat denyut jantung serta berpengaruh pada penyempitan
pembuluh darah. Akibatnya jantung akan berdenyut lebih kuat sehingga
dapat meningkatkan tekanan darah (Arifin dkk, 2016).
2.3 Konsep Bawang Putih
2.3.1 Pengertian Bawang Putih
Bawang putih merupakan anggota bawang-bawangan yang paling popular di
dunia. Jenis umbi yang memiliki nama ilmiah Allium sativum linn ini merupakan
keturunan bawang liar allium longicurpis regel, yang tumbuh di asia tengah yang
beriklim sub tropis. Pada tahun 1921, de Bray dan Loeper telah membuktikan
khasiat bawang putih untuk pengobatan hipertensi (Astawan, 2016).Senyawa alisin
dalam bawang putih berkhasiat menghancurkan pembentukan pembekuan darah
dalam arteri, mengulangi gejala diabetes dan mengurangi tekanan darah (Andareto,
2015).
Bawang putih memiliki nama latin Allium sativum linn.Sativum berarti
dibudidayakan, karena allium yang satu ini diduga merupakan keturunan dari
bawang liar Allium sebenarnya ada sekitar 500 jenis, lebih dari 250 jenis diantaranya
termasuk bawang-bawangan.Bawang putih mengandung senyawa-senyawa
kimia.Beberapa diantara senyawa tersebut memiliki efek farmakologi, yaitu efek
terhadap pencegahan, perawatan dan pengobatan penyakit. Berikut ini beberapa
efek farmakologi senyawa aktif pada bawang putih Alil-metil-sulfida sebagai
Antihipertensi, anti bakteri, vinil-diatin sebagai anti oksidan, kardioprotektif, alistatin
sebagai fungsida, antibiotic,allixin anti tumor dan anti radikal bebas, scordinin
sebagai anti kanker, anti potensif, seperti allisn dan alil-metil-sulfida. Sekaligus
mencegah tekanan darahnya normal (Kuswardani, 2016).
Pemberian bawang putih tunggal (Allium Sativum) dapat menurunkan
tekanan darah pada penderita. Kandungan alami dari bawang putih yang
mengandung senyawa kimia yang sengat penting, salah satunya termasuk volatile

16
oil (0,1-0,36%) yang mengandung sulfur, termasuk didalamnya adalah adalah alliin,
ajoene dan vinyldithiines yang dihasilkan secara non enzimatik dari allicin yang
dapat mengencerkan darah dan berperan dalam mengatur tekanan darah sehingga
dapat memperlancar peredaran darah (Kuswardani, 2016).

2.3.2 Khasiat Bawang Putih Bagi Kesehatan


Bawang putih (Allium Sativum L.) mempunyai sejumlah khasiat yang sangat
bermanfaat bagi tubuh, salah satu khasiat bawang putih adalah dapat menurunkan
tekanan darah tinggi. Bawang putih merupakan obat alami penurunan tekanan darah
karena bawang putih memiliki senyawa aktif yang diketahui berpengaruh terhadap
ketersediaan ion untuk kontraksi otot polos pembuluh darah yang berasal dari
kelompok ajoene (Abdi Iswahyudi Yasril, dkk 2020).
2.3.3 Mekanisme Penurunan Tekanan Darah Oleh Bawang Putih
Catherine Hood juga menemukan bukti bahwa bawang putih dapat
mengurangi aktivitas angiotensin coverting enzyme(ACE). Ini merupakan
mekanisme di mana obat inhibitor ACE berperan dalam menurunkan tekanan darah
dengan minum satu gelas air seduhan bawang putih rutin setiap pagi selama 7 hari.
Hasilnya menunjukan pengurangan signifikan pada tekanan darah sistolik dan
diastolik sebesar 6-10 mmHg dan tekanan diastol 6-9 mmHg (Abdi Iswahyudi Yasril,
dkk 2020).
Bawang putih dapat menurunkan tekanan darah karena bawang putih
mengandung zat alisin dan hydrogen sulfide. Zat tersebut memiliki efek selayaknya
obat darah tinggi, yaitu membuat pembuluh darah tidak kaku, sehingga tekanan
darah akan menurun. Mekanisme kerja bawang putih dalam menurunkan tekanan
darah berhubungan dengan efek vasodilatasi pembuluh darah yang menyebabkan
tertutupnya kanal dan terbukanya kanal sehingga terjadi hiperpolarisasi. Dengan
demikian otot akan mengalami relaksasi, tingginya konsentrasi ion intraseluler
menyebabkan vasokontriksi yang berdampak terhadap terjadinya kondisi hipertensi.
Senyawa alliin yang terkandung dalam bawang putih berkhasiat menghancurkan
pembekuan darah dalam arteri mengurangi gejala diabetes dan mengurangi tekanan
darah Hernawan, U. E. & A. D. Setyawan, 2011 dalam Wisnatul Izzati (2017).

17
2.3.4 Cara Pengolahan Bawang Putih
Macam-macam cara pengolahan bawang putih yaitu :
1. Rahayu Ningrum (2020), Pengolahan bawang putih untuk hipertensi yaitu :
dengan terlebih dahulu membuat air bawang putih dengan cara bersihkan 4
gram bawang putih, blender bawang putih sampai halus campurkan dengan
2 sendok makan air putih, saring air bawang putih dan minum hasil perasan
tersebut 1 kali sehari sebanyak 200 cc air perasan bawang putih selama 7
hari.
2. Proses eksrasi bawang putih menggunakan metode Proses eksrasi bawang
putih mentah dibuat dengan cara menghancurkan bawang putih yang sudah
dikupas dan di cincang dengan blender, hasilnya diperas menggunakan kain
saring. Kelompok bawang putih rebus dibuat dengan cara merebus hasil
cincangan bawang putih kupas dengan air sampai mendidih (± 6 menit),
kemudian bawang putih diblender dan hasilnya diperas menggunakan kain
saring (Oktaviantie, el al, 2017).
3. Menurut Kuswardani (2016), pengolahan bawang putih untuk hipertensi
yaitu : menumbuk 3 siung bawang putih secara halus kemudian diperas
untuk diambil airnya lalu bisa di tambah dengan air sebanyak 1-2 sendok
makan. Ekstrak bawang putih dapat dikonsumsi 1 kali setiap hari selama
seminggu.

18
2.4 Penelitian Yang Relevan

Tabel 1.Penelitian Terdahulu/Relevan


Peneliti Judul Metode Hasil Perbedaan Persamaan
Sugiarti Perbedaan pre menunjukkan 1. Variabel Variabel
Tjahjani efektivitas eksperimen bahwa terdapat dependen independen
Ely, pemberian seduhan dengan pengaruh yang 2. Waktu dan
Wilujeng bawang putih The rancangan one signifikan tempat
Rachel Rosella (Hibiscus grup pre-test. penggunaan 3. Jenis
Dwi (2018) Sabdarifa Linn) Sampel Dalam sduhan bawang penelitian
terhadap penurunan penelitian ini putih dalam kualitati
tekanan darah pada adalah 32 menurunkan 4. Metode
penderita hipertensi responden tekanan darah.. pengumpulan
di posyandu lansia metode data dengan
kelurahan Dukuh pengumpulan cara
pakis Wilayah Kerja data yang wawancara
Puskesmas Dukuh digunakan dan dokumen
Kupang Surabaya” yaitu
observasi,
wawancara
dan dokumen
Izzati Pengaruh metodepre menunjukan 1. Variabel Variabel
Independen
Wisnatul, Pemberian Air and post tes bahwa terdapat dependen
Luthfani Rebusan Bawang one grup pengaruh 2. Tempat dan
Fanny Putih terhadap desain. Dalam pemberian air waktu
(2017) Tekanan Darah mengumpulka rebusan bawang 3. Metode
Pada Pasien n infirmasi putih terhadap penelitian
Hipertensi Di data dengan tekanan darah
Wilayah Kerja teknik terhadap pasien
Puskesmas Tigo pengambilan hipertensi di

19
Baleh Kota Bukit sampel secara wilayah kerja
Tinggi” purposive puskesmas tigo
sampling. bale bukit tinggi

Sumber : (Sugiarti, dkk 2018), (Wisnatul Izzati, 2017).

2.5 Kerangka Teori/Kerangka Konsep


2.5.1 Kerangka Teori
Gambar 1.Kerangka Teori

Faktor resiko hipertenis


pada lansia
1. Keturunan
2. Kegemukan
3. Penyakit komplikasi
4. psikologis

Komplikasi
hipertensi
Kejadian hipertensi 1. Payah jantung
2. Kerusakan ginjal
pada lansia
3. Stroke
4. Keruasakan
Penanganan hipertensi penglihatan

Farmakologi : Non farmakologi :


1. Diuretik 1. Mengontrol pola makan
2. Penghambat 2. Konsumsi potasium dan
adrenergik magnesium
3. Vasodilator 3. Aktivitas (olahraga)
4. Pengahambat 4. Hindari konsumsi alkohol
ACE & meorkok
5. Antagonis kalsium Tekanan darah
5. terapi herbal (air seduhan pada lansia
1. Sistolik
bawang putih)
2. diastolik

Keterangan :

20
: Diteliti

: Tidak diteliti
: garis penghubung
2.5.2 Kerangka Konsep

Variabel Independen Variabel Dependen

Pemberian seduhan Penurunan tekanan darah pada hiperetnsi


bawang putih

Gambar 2. Kerangka Konsep

Keterangan :

: Variabel Independen

: Variabel Dependen

: Berpengaruh

2.6 Hipotesis
Adapun Hipotesis statistik dalam penelitian ini adalah:
Ha : Ada Pengaruh pemberian seduhan bawang putih terhadap penurunan
tekanan darah pada penderita hipertensi Di Panti Sosial Provinsi Gorontalo.

21
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian


Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif yang menggunakan quasi
eksperimen dengan rancangan pre test-post test with control group. Rancangan ini
berupaya untuk mengungkapkan sebab akibat dengan cara melibatkan kelompok
kontrol disamping kelompok eksperimen. Dalam rancangan ini, kelompok
eksperimen diberi perlakuan sedangkan kelompok kontrol tidak. Pada kedua
kelompok diawali dengan pengukuran (pre-test) dan setelah pemberian perlakuan
diadakan pengukuran kembali (post test).
Subjek pre test perlakuan post test

Kelompok intervensi : 01   X 02


Kelompok Kontrol : 01                  - 02

Keterangan :
X : Intervensi (Seduhan bawang putih terhadap penurunan tekanan darah
pada penderita hipertensi)
- : Tidak dilakukan intervensi (seduhan bawang putih terhadap penurunan
tekanan darah pada penderita hipertensi).
01 : Observasi sebelum dilakukan intervensi seduhan bawang putih terhadap
penurunan tekanan darah pada penderita hipertensi dan yang tidak
dilakukan intervensi seduhan bawang putih terhadap penurunan tekanan
darah pada penderita hipertensi.

22
02 : Observasi setelah dilakuan intervensi seduhan bawang putih terhadap
penurunan tekanan darah pada penderita hipertensi dan yang tidak
dilakukan intervensi seduhan bawang putih terhadap penurunan tekanan
darah pada penderita hipertensi

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian


3.2.1 Tempat Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan di panti sosial provinsi gorontalo
3.2.2 Waktu Penelitian
Waktu penelitian akan dilaksanakan pada bulan Juli sampai bulan Agustus
2021. Penelitian ini dimulai dari proses penyusunan proposal dengan mengambil
data awal di tempat penelitian.
3.3 Variabel Penelitian
3.3.1 Variabel Independen
Variabel bebas atau variabel sebab di sebut variabel yang mempunyai
pengaruh atau nilai menentukan variabel lain. Variabel yang dimaksud dalam
penelitian ini adalah pemberian seduhan bawang putih.
3.3.2 Variabel Dependen
Variabel terikat atau variabel yang dipengaruhi nilainya oleh variabel lain.
Variabel terikat dalam penelitian ini adalah penurunan tekanan darah pada penderita
hipertensi.
3.3.3 Definisi Oprasional
Tabel 3. Definisi Operasional
Variabel Definisi Oprasional Alat Ukur Hasil Ukur Skala

Independen : Pemberian seduhan Lembar 1 : dilakukan Nominal


pemberian bawang putih bagi observasi 0 : tidak
seduhan responden yang dilakukan
bawang putih mengalami
hipertensi dengan
cara terlebih dahulu

23
membuat air bawang
putih dengan cara
bersihkan 4 gram
bawang putih,
blender bawang
putih sampai halus
campurkan dengan 2
sendok makan air
putih, saring air
bawang putih dan
minum hasil perasan
tersebut 1 kali sehari
sebanyak 200 cc air
perasan bawang
putih selama 7 hari.
Dependen : Kondisi dimana Tensimeter, Angka Interval
Penurunan tekanan darah stetoskop penurunan
Tekanan seseorang berada di tekanan darah
darah pada atas batas normal dalam satuan
pendeita yang telah mmHg
hipertensi ditetapkan

3.4 Populasi Dan Sampel


3.4.1 Populasi
Populasi pada penelitian ini adalah lansia penderita hipertensi yang berada
Di Panti Sosial Provinsi Gorontalo yang berjumlah 163, dimana 23 populasi Di Griya
Lansia Jannati Dan 140 populasi Di Beringin Hutuo.
3.4.2 Sampel
Sampel pada penelitian ini sebanyak 18 responden dimana dengan jumlah
populasi sebanyak 163 orang, pada kelompok intervensi (Di Griya Lansia Jannati)
sebanyak 23 lansia dan kelompok Kontrol (Di PSTW Beringin Hutuo) sebanyak 140

24
lansia. Jadi total sampel adalah 36 responden yang diambil dari kelompok intervensi
dan kelompok kontrol yang masing-masing berjumlah 18 responden.
Besar sampel dalam penelitian ini menggunakan Rumus Federer :

(n-1) x (t-1) ≥ 15

(n – 1) x (t – 1) ≥ 15
(n – 1) x (2 – 1) ≥ 15
(n – 1) x (1) ≥ 15
n – 1 ≥ 15
n ≥ 15 + 1
n ≥ 16

keterangan :
n =Besar sampel tiap kelompok
t = Banyaknya kelompok
untuk menghindari responden yang mengalami drop out, maka dilakukan
koreksi menggunakan rumus :
Keterangan :
n = Jumlah sampel sebelumnya
N = Besar sampel Koreksi
f = Prediksi sampel Drop Out Digunakan 10%(f=0,1)
n
N=
(1−f )
16
N=
(1−0,1)
N = 17,7
N = 18
3.4.3 Teknik Pengambilan Sampel

25
Teknik pengambilan sampel atau teknik sampling adalah cara-cara yang di
tempuh untuk pengambilan sampel, agar memperoleh sampel yang benar-benar
sesuai dengan keseluruhan subjek penelitian Penelitian ini menggunakan Non
Probability sampling dengan teknik Purposive Sampling. Teknik ini merupakan teknik
pengambilan sampel dimana subjek yang termasuk populasi dijadikan sampel
tersebut sesuai yang dikehendaki peneliti dan dipilih sesuai kriteria inklusi dan
ekslusi sebagai objek penelitan.
Adapun kriteria sampel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Kriteria inklusi
a. Lansia yang megalami hipertensi
b. Lansia hipertensi yang bersedia menjadi responden
c. Tidak sedang menggunakan terapi herbal lain
2. Kriteria eksklusi
a. Lansia yang tidak bersedia menjadi responden
b. Lansia dengan penyakit penyerta
3.5 Teknik Pengumpulan Data
3.5.1 Jenis Data
1. Data Primer
Data primer dalam penelitian ini di peroleh dari hasil lembar yang berisi
pernyataan bersedia menjadi responden dan lembar observasi yang berisihasil
pepemeriksaan tekanan darah.
2. Data Sekunder
Data sekunder dalam penelitian ini adalah data lansia Di Panti Sosial
Provinsi Gorontalo.
3.5.2 Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data pada penelitian ini di mulai dari meminta data
lansia Di Panti Sosial Provinsi Gorontalo, kemudian memilih sampel penelitian
dengan teknik purposive sampling. Pemilian sampel di pilih sesuai criteria inklusi dan
eksklusi sebanyak 36 orang Kemudian sampel diberikan informed konsen jika setuju
menjadi responden. Setelah itu peneliti melakukan pengukuran tekanan darah (pre
test) dan setelah itu peneliti melakukan intervensi berupa pemberian seduhan

26
bawang putih. Pemberian seduhan bawang putih diberikan dengan cara terlebih
dahulu membuat air bawang putih dengan cara bersihkan 4 gram bawang putih,
blender bawang putih sampai halus campurkan dengan 2 sendok makan air putih,
saring air bawang putih dan minum hasil perasan tersebut 1 kali sehari sebanyak
200 cc air perasan bawang putih selama 7 hari kemudian dilakukan pengukuran
tekanan darah kembali (Post test).

3.5.3 Instrumen Penelitian


Adapun Instrumen Penelitian yang digunakan yaitu menggunakan lembar
observasi hasil pengukuran tekanan darah sebelum (Pre Test) dan sesudah (Post
Test).
3.6 Teknik Pengolahan Dan Analisa Data
3.6.1 Pengolahan Data
1. Editing
Editing adalah hasil wawancara atau angket yang diperoleh atau
dikumpulkan melalui kuesioner perlu di sunting (edit) terlebih dahulu.
Tujuannya untuk mengurangi kesalahan atau kekurangan yang ada,
misalnya nama (inisial), umur, jenis kelamin, pekerjaan, dan tekanan darah
sudah di isi dengan lengkap atau belum. Jika ada data yang belum terisi
peneliti akan melakukan crosscheck kepada responden.
2. Coding
Coding adalah berupa kolom-kolom untuk merekam data secara manual.
Lembaran atau kartu kode yang berisi nomor responden, dan nomor-nomor
pertanyaan.
3. Tabulating
Tabulating adalah membuat table-tabel data sesuai dengan tujuan penelitian
atau yang diinginkan peneliti. Data yang telah di kumpulkan dimasukan
dalam bentuk tabel, data dalam pnelitian ini yang dimasukan dalam bentuk
tabel adalah nomor, kode responden, jenis kelamin, usia, dan tekanan darah
(pre dan post).

27
4. Apabila semua data dari semua sumber data atau respnden selesai
dimasukkan perlu dicek kembali untuk melihat kemungkinan-kemungkinan
adanya kesalahan-kesalahan kode, ketidak lengkapan data dan sebagainya,
kemudian dilakukan pembetulan atau koreksi.
3.6.2 Analisa Data
1. Analisa univariat
Analisa univariat bertujuan untuk menjelaskan atau mendeskripsikan
karakteristik dari setiap variabel penelitian. Pada umumnya pada analisis ini
hanya menggunakan distribusi dan presetase dari tiap variabel (Variabel
bebas (independent variabel) dalam penelitian ini pemberian seduhan
bawang putih, sedangkan variabel terikat (dependent variabel) dalam
penelitian ini adalah penurunan tekanan darah pada penderita hipertensi.
2. Analisa Bivariat
Tujuan dari analisa bivariat dalam penelitian ini adalah untuk menganalisis
penurunan hipertensi sebelum dan sesudah melakukan intervensi
menggunakan uji paired t-test dengan kemaknaan a = 0,05. Jika hasil analisa
data didapatkan nilai probabilitas p ≤ 0,05 Ho ditolak dan Ha diterima yang
artinya ada pengaruh pemberian seduhan bawang putih terhadap penurunan
tekanan darah pada penderita hipertensi Di Panti Sosial Provinsi Gorontalo.
3.7 Hipotesis Statistik
H0 : tidak ada pengaruh pemberian seduhan bawang putih terhadap
penurunan tekanan darah pada penderita hipertensi.
Ha : ada pengaruh pemberian seduhan bawang putih terhadap penurunan
tekanan darah pada penderita hipertensi.
3.8 Etika Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan memperhatikan etik penelitian yang meliputi :
a. Informed Consent
Informed consent merupakan bentuk persetujuan antara penelitian dengan
responden berupa lembar persetujuan. Lembar persetujuan ini diberikan
pada responden yang akan diteliti yang memenuhi kriteria inklusi.
b. Nonmalefecience

28
Penelitian yang dilakukan tidak boleh memberikan dampak yang serius pada
responden. Jika ditemukan bahaya saat pengumpulan data, maka segera
akhiri pengumpulan data dan bantu responden mengatasi dampak tersebut.
c. Beneficience
Penelitian yang dilakukan harus memberikan manfaat kepada responden,
baik secara langsung maupun secara tidak langsung.

d. Autonomy
Responden bebas menentukan apakah ia akan ikut berpatisipasi dalam
penelitian tanpa paksaan dan sewaktu-waktu responden boleh
mengundurkan diri tanpa saksi apapun.
e. Ananomity
Untuk menjaga kerahasiaan identitas responden, peneliti tidk akan
mencantumkan nama responden pada lembar pengumpulan data, lembar
tersevut hanya diberi inisial yang diketahui oleh peneliti saja.
f. Confidentiality
Kerahasiaan informasi maupun masalah-masalah lain yang diberikan
responden dijamin oleh peneliti.
g. Protect Discomfort
Selama proses penelitian berlangsung responden dilindungi dari
ketidaknyamanan yang mungkin terjadi.

29
3.9 Alur Penelitian

Permohonan Penelitian

Permohonan izin pada pihak Panti Sosial Provisi Gorontalo

Informed Consent

Bersedia Tidak Bersedia

Melakukan pengukuran tekanan darah pada


penderita hipertensi sebelum diberikan
seduhan bawang putih (Pre Test)

Tanpa Nama
Pemberian seduhan bawang putih pada
penderita hipertensi selama 7 Hari

Kerahasiaan

Melakukan kembali pengukuran
tekanan darah pada penderita hipertensi
sesudah di berikan seduhan bawang putih
(Post Test)

30
Catat hasilnya di lembar
Observasi

Interpretasi Hasil

Menyusun laposan hasil penelitian

Gambar 3. Tahapan Penelitian


DAFTAR PUSTAKA

Sumartini, N. P., Zulkifli, Z., & Adhitya, M. A. P. (2019). Pengaruh Senam Hipertensi
Lansia Terhadap Tekanan Darah Lansia Dengan Hipertensi Di Wilayah Kerja
Puskesmas Cakranegara Kelurahan Turinda Tahun 2019. Jurnal
Keperawatan Terpadu (Integrated Nursing Journal), 1(2), 47.
Http://Doi.Org/10.32807/Jkt.V1i2.37
Carolina, Putria, Yelstria Ulina Taringan, Belle Novita, Desi Indrini, Enteng Pandi
Yangan, Marsiane Afiana, Dosen Program, Et Al. 2019. “Posyandu Eka
Harapan Kelurahan Pahandut Palang Karaya” 4 (2). Data, Mapili. 2019.
“Data Mapili”.
Fredy, Akbar, Syamsidar, And Widya Nengsih. 2020. “Karakteristik Lanjut Usia
Dengan Hipertensi Di Desa Banua Baru.” Bina Generasi : Jurnal Kesehatan
11 (2): 6-8. https://doi.org/10.35907/bgjk.V11 i2.1 41
Purwono, Rita Sari, Ati Ratnasari, Apri Budianto. 2020. “Pola Konsumsi Garam
Dengan Kejadian Hipertensi Pada Lansia Salt Consumption Pattern With
Hypertension In Elderly”.
Udjianti, W. 2010 keperawatan kardiovaskular: Jakarta: Salemba Medika.
Sugiarti Ely Tjahjani, Rachel Dwi Wilujeng. 2018. “Perbedaan Efektifitas Pemberian
Seduhan Bawang Putih Dan Teh Rosella (Hibiscus Sabdarifa Linn) Terhadap
Penurunan Tekanan Darah Pada Penderita Hipertensi Di Posyandu Lansia
Kelurahan Dukuh Pakis Wilayah Kerja Puskesmas Dukuh Kupang”.

31
Ekarini, Ni Luh Putu, Heryati Heryati, And Raden Siti Maryam. 2019. “Pengaruh
Terapi Relaksasi Otot Progresif Terhadap Respon Fisiologis Pasien
Hipertensi.” Jurnal Kesehatan 10 (1): 47. https://doi.org10.26630/jk.v10i1.
1139.
Kemenkes RI, 2017. “Lansia & Hipertensi,” no. 2015: 1-10.
Mohanis. 2015. Pengaruh Bawang Putih Terhadap Penurunan Tekanan Darah Pada
Penderita Hipertensi Di Desa Wedoroklurak Kecamatan Candi Kabupaten
Sidoarjo Jurnal Keperawatan Volume 1 / Nomor 1 /Januari 2015-Desember
2015 Diperoleh 23 November 2018.
Kuswardani, D., Sukma. 2016. Sehat Tanpa Obat dengan Bawang Putih.
Putra, Yudiana. 2019. “Tabanan Description of Blood Sugar In Elderly In Nursing
Home Wana Sraya Denpasar and Nursing Home Santi Tabanan” 6(1): 50-
55.
Hanum, Prida, and Rahayu Lubis. 2017. “Hubungan Karakteristik Dan Dukungan
Keluarga Lansia Dengan Kejadian Stroke Pada Lansia Hipertensi Dirumah
Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan Support Fro.” Jumantik 3 (1):
72-88.
Udjianti, Wajan Juni. 2011. Keperawatan Kardiovaskular. Jakarta: Salemba Medika
Bruner & Sudarth. 2017. Keperawatan Medical Bedah. 12th ed. Jakarta: EGC
Mulyadi, Arif, Tri Cahyo Sepdianto, And Dwi Hernanto. 2019. “Gambaran Perubahan
Tekanan Darah Pada Lansia Hipertensi Yang Melakukan Senam Lansia.”
Journal Of Borneo Holistic Health, 2 (2): 148-57.
Sumarni, Rantiningsih, Edi Sampurno, and Verianti Aprilia. 2016. “Konsumsi Junk
Food Dan Hipertensi Pada Lansia Di Kecamatan Kasihan, Bantul,
YogyakartaKasihan,.” Jurnal Ners Dan Kebidanan Indonesia 3 (2): 59.
Haswan, Azri. 2017. “Gambaran Karakteristik Penderita Hipertensi Dan Tingkat
Kepatuhan Minum Obat Di Wilayah Kerja Puskesmas Kintamani I.” Intisari
Sains Medis 8 (2): 130-34. https://doi.org/10.1556/ism.v8i2.127.
Setiati, Sudoyo, Setiyohadi, Simadibrata, 2014. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid
II., VI. Ed. Interna Publishing, Jakarta.

32
Aaronson, Jeremy PT., I., P., Ward, 2010. At a Glance: Sistem Kardiovaskuler.
Erlangga, Jakarta.
Nuraini, B., 2015. Risk Factors of hypertension. J Major, 4.
Arikunto, Suharsimi. (2010) Prosedur penelitian: suatu pendekatan praktik Rev, ed.)
Jakarta: Rineka Cipta.
Yuliani.2013. healing the heart : Integratin cpmplementary therapies and healing
practice into the care of cardiovascular patient, Progress in cardiovascular
Nursing.Amerca : Sringer Publishing Companies Inc.
Wijaya, A S & Putri, Y M. 2013. KMB 1 Keperawatan Medikal Bedah. Yogyakarta :
Nuha Medika.
Crea, 2015. Klasifikasi Hipertensi Guidelines SubCommittee. Word Health
Organization International Society Of Hypertension guidelines for the
management of hypertension.J Hypertens.
Darmojo. 2014. Geriarti (Ilmu Kesehatan Usia Lanjut). Jakarta: Badan Penerbit
FKUI.
Martha, Karnia. 2012. Panduan Cerdas Mengatasi Hipertensi plus Aneka Jus
Pencegahan Hipertensi. Yogyakarta: Askara.
Novitaningtyas, Tri. 2014 “Hubungan Karakteristik (Umur,Jenis Kelamin, Tingkat
Pendidikan) Dan Aktivitas Fisik Dengan Tekanan Darah Pada Lansia Di
Kelurahan Makamhaji Kecamatan Kartasura Kabupaten Sukoharjo,”
Hubungan Karakteristik (Umur,Jenis Kelamin, Tingkat Pendidikan) dan
Aktivitas Fisik Dengan Tekanan Darah Pada Lansia Di Kelurahan
Makamhaji Kecamatan Kartasura Kabupaten Sukoharjo 39 (1): 1-15.
https://doi.org/10.4324/9781315853178.
Mardiana,. Y & Zelfino. (2014). Hubungan Antara Tingkat Stres Lansia Dan Kejadian
Hipertensi Pada Lansia RW 01 Kunciran Tangerang.
http://ejurnal.esaunggul.ac.id/
Kenia, N. M. (2013). Pengaruh Relaksasi (Aroma Terapi Mawar) Terhadap
Perubahan Tekanan Darah Pada Lansia Hipertensi.
http://digilib.stikeskusumahusada.ac.id/

33
Yuliantari, N. 2014. Perbedaan Pengaruh Ekstrrak Mentimun Dan Air Jahe Terhadap
Tekanan Darah Lansia Dengan Hipertensi Di Wilayah Kerja Puskesmas Ii
Denpasar Barat Tahun 2014. Jurnal:Universitas Udayana Bali. (Vol. 3.No.
4). http:/www.undana.com. Diakses pada tanggal 16 April 2016.
Rahmadani. 2012. Hubungan Antara Kualitas Tidur Dengan Perubahan Tekanan
Darah Pada Lansia. Skripsi. Universitas Brawijaya Malang.
Kementrian Kesehatan RI. 2014. Infodatin Lanjut Usia (Lansia). Pusat Data Dan
Informasi Kementrian Kesehatan RI. 12.
Andriani, S. 2014. Studi Kasus Strategi Koping Lansia Dengan Tempat Tinggal. Ilmu
Keperawatan.
Astawan, Made. (2016). Sehat Dengan Rempah Dan Bumbu Dapur. Jakarta:
Kompas Media Nusantara.
Andareto, Obi. (2015). Apotik Herbal di Sekitar Anda Solusi Pengobatan 1001
Penyakit Secara Alami Dan Sehat Tanpa Efek Samping. Jakarta: Pustaka
Ilmu Semesta.
Kuswardani, D., Sukma. 2016. Sehat Tanpa Obat dengan Bawang Putih.
Abdi Iswahyudi Yasril, Mellissa Aprillia Putri, Ani Indahyanti, Ardakia Oktorilyani,
Riani Gori. 2020. Pengaruh Bawang Putih (Rubah) Terhadap Penrunan
Telanan Darah Di Padang Gamuak Kelurahan Tarok Dipo.
Wisnatul Izzati, dkk. (2017). Pengaruh Pemberian Air Rebusan Bawang Putih
Terhadap Tekanan Darah Pada Pasien Hipertensi Di Wilayah Kerja
Puskesmas Rigo Baleh Kota Bukit Tinggi.
Rahayuningrum, Cristina Dwi. 2019 Pengaruh Pemberian. Jurnal Kesehatan
Saintika Meditory Volume 2 Nomor 2. ISSN 2655-9641.
Diakses: https://jurnal.syedzasaintika.ac.id/index.php/meditory/article/
download/510/287
Octaviantie, PD., Sri Purwaningsih, dan Arifoel Hajat. 2017. Pengaruh cara
pengolahan bawang putih (Allium sativum) terhadap efek antitrombotik
pada mencit. Jurnal Kedokteran Syariah Kuala, Vol. 17, Number 3,157-160.
ISSN: 1412-1026.
Kuswardani, D., Sukma. 2016. Sehat Tanpa Obat dengan Bawang Putih.

34
Lampiran 1
PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN
Kepada Yth
Bapak/Ibu
Di-
Tempat
Deangan Hormat,
Saya yang bertanda tangan dibawah ini adalah mahasiswa Program Studi
Ners Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Gorontalo.
Nama : Stevanny Polontalo
Nim : C01417202
Alamat : Kelurahan Siendeng
Akan mengadakan penelitian dengan judul “Pengaruh Pemberian Seduhan
Bawang Putih Terhadap Penurunan Tekanan Darah Pada Penderita Hipertensi Di
Panti Sosial Provinsi Gorontalo”. Untuk keperluan tersebut saya memohon
kesediaan dari Bapak/Ibu, untuk menjadi subjek dalam penelitian saya ini. Data
tersebut dijamin kerahasiannya.
Sebagai bukti kesediaan menjadi responden dalam penelitian ini, saya mohon
Bapak/Ibu, untuk menandatangi lembar persetujuan yang telah saya sediakan. Atas
partisipasinya dan kebijakan Bapak/Ibu, kami ucapkan terimah kasih.

35
Peneliti

(Stevanny Polontalo)

Lampiran 2

LEMBAR PERSETUJUAN RESPONDEN

Setelah mendapat penjelasan dari peneliti, saya bersedia untuk menjadi


responden penelitian yang berjudul “Pengaruh Pemberian Seduhan Bawang Putih
Terhadap Penurunan Tekanan Darah Pada Penderita Hipertensi Di Panti Sosial
Provinsi Gorontalo”. Yang akan dilaksanakan oleh saudari Stevanny Polontalo.
Saya telah mengetahui maksud dan tujuan dari penelitian ini sesuai dengan
penjelasan dari peneliti yang sudah disampaikan kepada saya.
Demikian secara sukarela dan tidak ada paksaan dari siapapun dalam saya
membuat surat pernyataan ini.

Gorontalo, Juli 2021

Responden

36
Lampiran 3
LEMBAR OBSERVASI

Pengaruh Pemberian Seduhan Bawang Putih Terhadap Penurunan Tekanan


Darah Pada Penderita Hipertensi Di Panti Sosial Provinsi Gorontalo.

Nama :
Usia :
Pekerjaan :
Pendidikan Terakhir :
Jenis Kelamin :
Hari Dan Tanggal :
No Kode Responden :
Hasil Pengukuran Tekanan Darah
No Hari/Tanggal Sebelum diberikan Hari/Tanggal Sesudah diberikan
Seduhan bawang seduhan bawang
putih (Pre Test) putih (Post Tes)

37
Lampiran 4

Standar Oprasional Prosedur Seduhan Bawang Putih

Pengertian Bawang putih mengandung antioksidan dan juga allicin.


Kedua senyawa ini memiliki kemampuan untuk
menurunkan tekanan darah tinggi dengan melancarkan
sistem peredaran darah dan juga menyehatkan arteri

Manfaat 1. Mengurangi nyeri kepala leher dan pundak akibat


tekanan darah tinggi
2. Menurunkan tekanan darah tinggi

Indikasi Klien dengan hipertensi

38
Alat dan bahan Alat :
1. Penghalus bawang/blender
2. gelas
3. Saringan teh
Bahan :
1. Bawang putih 1 siung
2. 200 cc air panas
3. Kupas kulit bawang putih dengan air mengalir
4. Hancurkan bawang putih dengan blender (blender
kasar) pindahkan ke dalam gelas
5. Tuangkan air panas 200 cc ke dalam gelas
6. Aduk dan diamkan 5 menit
7. Saring air ke gelas baru

39

Anda mungkin juga menyukai