Anda di halaman 1dari 40

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah suatu peningkatan abnormal

tekanan darah dalam pembuluh darah arteri secara terus-menerus lebih dari suat

periode. Hal ini terjdi bila arteriole-arteriole konstriksi. Konstriksi arteriole

membuat darah sulit mengalir dan meningkatkan tekanan melawan dinding arteri

(Udjianti Wajan, 2011). Pada penderita hipertensi banyak mengalami gangguan-

gangguan dalam kegiatan sehari-hari, baik terhadap fisik maupun psikologis. Hal

tersebut disebabkan karena beberapa faktor seperti halnya gaya hidup tidak sehat,

merokok, mengkonsumsi alkohol dan bahkan faktor genetik juga mempengaruhi

seseorang menderita hipertensi (Adinil dalam Triyanto, 2014).

Berdasarkan hasil Rikesdas (2018) Penyakit terbanyak pada lansia untuk

penyakit tidak menular antara lain hipertensi, masalah gigi, penyakit sendi,

masalah mulut, penyakit jantung dan stroke. Penyakit menular antara lain seperti

ISPA, diare, dan pneumoni. Data Global Status Report on Noncommunicable

Disesases 2010 dari WHO menyebutkan, 40% negara ekonomi berkembang

memiliki penderita hipertensi, sedangkan negara maju hanya 35%. Kawasan

Afrika memegang posisi puncak penderita hipertensi sebanyak 46%. Amerika

menempati posisi dengan 35%. Di kawasan Asia Tenggara, 36% orang dewasa

menderita hipertensi (Depkes, 2010). Data dari Dinas Kesehatan Kota Kediri

penderita hipertensi laki laki berjumlah 7.607 orang dan penderita perempuan

23.053 penderita. Jumlah tersebut menduduki hampir 18% dari tota keseluruhan

penduduk di Kota Kediri (Profil Kota Kediri, 2017).


Hipertensi sering disebut “the silent killer” karena sering tanpa keluhan,

sehingga penderita tidak mengetahui dirinya menyandang hipertensi dan baru

diketahui setelah terjadi komplikasi. Kerusakan organ target akibat komplikasi

hipertensi tergantung kepada besarnya peningkatan tekanan darah dan lamanya

kondisi tekanan darah yang tidak terdiagnosis dan tidak diobati. Organ-organ

tubuh yang menjadi target antara lain otak, mata, jantung, ginjal, dan dapat juga

berakibat pada pembuluh darah arteri perifer (Kemenkes RI, 2018).

Penanganan hipertensi secara garis besar dibagi menjadi 2 jenis yaitu

nonfarmakologis dan farmakologis. Terapi nonfarmakologis merupakan terapi

tanpa menggunakan agen obat dalam proses terapinya, sedangkan terapi

farmakologis menggunakan obat atau senyawa yang dalam kerjanya dapat

mempengaruhi tekanan darah pasien (Triyanto Endang, 2014). Dalam algroritme

penanganan hipertensi, terapi nonfarmakologis diantaranya memodifikasi gaya

hidup pengelolaan stress dan kecemasan, menurunkan obesitas, akupuntur,

meditasi, yoga dan olah raga. Olahraga dengan teratur seperti senam lansia dapat

mencegah atau memperlambat kehilangan fungsional organ. Bahkan dari berbagai

penelitian menunjukkan bahwa latihan atau olahraga seperti senam lansia dapat

mengurangi berbagai resiko penyakit seperti hipertensi, diabetes melitus, penyakit

arteri koroner. Semua senam dan aktifitas olahraga ringan sangat bermanfaat

untuk menghambat proses degenerative (Mahanani, 2018).


1.2 Indentifikasi Masalah

Penyebab Hipertensi :
1. Hipertensi Primer
1) Genetik
2) Jenis Kelamin dan
usia
3) Diet Hipertensi
4) Berat badan Angka prevalesi hipertensi
Lansia
5) Gaya Hidup di Persekutuan Lansia GBI
Wonosari Kediri (….%)
2. Hipertensi Sekunder Penatalaksanaan :
1) Penggunaan 1. Farmakologis
kontrasepsi oral 1) Diuretik
2) Coarctation aorta 2) Simpatolitik
3) Neurologik 3) Vasodilator
(tumor otak, arteriol langsung
ensefalitis, 4) Antagonis
gangguan angiotensin
psikiatris) 2
5) Penghambat
4) Kehamilan saluran kalsium
5) Peningkatan (Muttaqin, 2009)
volume
intravaskular 2. Nonfarmakologis
6) Luka bakar 1) Menciptakan
7) Stress keadaan rileks
(Udjianti Wajan 2) Meditasi
2010). 3) Yoga
4) Hipnosis
5) Olah raga
(Senam)
(Ridjab dalam
Triyanto, 2014).

Gambar 1.1 Identifikasi masalah pengaruh senam lansia terhadap tekanan darah lansia
dengan hipertensi di Persekutuan Lansia GBI Wonosari.

Menurut penyebab hipertensi dibedakan menjadi hipertensi primer dan

sekunder. Hipertensi primer disebabkan oleh genetic, jenis kelamin dan usia, diet,

berat badan, gaya hidup, sedangkan hipertensi sekunder disebabkan oleh karena

penggunaan kontrasepsi oral, coarctation aorta, neurologik (tumor otak,

ensefalitis, gangguan psikiatris), kehamilan, peningkatan volume intravascular,

luka bakar, dan stress.


Hipertensi merupakan faktor utama timbulnya gangguan pada

kardiovaskular. Penatalaksanaan yang tepat difokuskan dalam kontrol tekanan

darah supaya kondisi tetap normal. Seseorang yang mengalami hipertensi dapat

melakukan penatalaksanaan farmakologis seperti diuretik, simpatolitik,

vasodilator arteriol langsung, antagonis angiotensin, dan penghambat saluran

kalsium. Penatalaksanaan secara nonfarmakologis antara lain menciptakan

keadaan rileks, meditasi, yoga, hypnosis, olah raga (senam).

Penelitian ini untuk melihat pengaruh senam lansia terhadap perubahan

tekanan darah.Sehingga peneliti tertarik untuk melakukan penelitian lebih lanjut

untuk menganalisis pengaruh seman lansia terhadap tekanan darah lansia dengan

hipertensi di Persekutuan Lansia GBI Wonosari Kediri.

1.3 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, rumusan masalah

penellitian ini adalah “Adakah Pengaruh Senam Lansia Terhadap Tekanan Darah

Lansia dengan Hipertensi di Persekutuan Lansia GBI Wonosari Kediri?”

1.4 Tujuan Penelitian

1.4.1 Tujuan Umum

Menjelaskan pengaruh senam lansia terhadap tekanan darah lansia dengan

hipertensi di Persekutuan Lansia GBI Wonosari.

1.4.2 Tujuan Khusus

1. Mengukur tekanan darah lansia sebelum melakukan senam lansia.

2. Mengukur tekanan darah lansia setelah melakukan senam lansia.


3. Menganalisis pengaruh senam lansia terhadap tekanan darah lansia dengan

hipertensi di Persekutuan Lansia GBI Wonosari.

1.5 Manfaat Penelitian

1.5.1 Manfaat Teoritis

Mengembangkan ilmu pengetahuan dengan penanganan secara non

farmakologis pada penderita hipertensi seperti halnya senam lansia dalam

upaya mengontrol tekkanan darah disamping penanganan farmakologis.

1.5.2 Manfaat Praktis

1. Bagi Penderita Hipertensi

Sebagai alternatif pengobatan dengan senam lansia dalam upaya

mengontrol tekanan darah lansia dengan hipertensi.

2. Bagi Persekutuan Lansia GBI Wonosari Kediri

Sebagai upaya untuk menjaga tubuh tetap sehat dan bugar dengan

melakukan kegiatan senam lansia.

3. Bagi Profesi Keperawatan

Sebagai upaya untuk mengembangkan ilmu keperawatan pada pasien

hipertensi untuk mengontrol tekanan darah menggunakan senam lansia.

4. Bagi Institusi Pendidikan

Sebagai referensi dalam peningkatan mutu pembelajaran dan tambahan

informasi keperawatan yang telah dibuktikan secara ilmiah.


BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Teori

2.1.1 Definisi Lansia

Lanjut usia adalah bagian proses dari tumbuh kembang. Manusia tidak

secara tiba-tiba menjadi tua, tetapi berkembang dari bayi, anak-anak, dewasa dan

akhirnya menjadi tua. Hal ini normal, dengan perubahan fisik dan tingkah laku

yang dapat diramalkan yang terjadi pada semua orang pada saat mereka mencapai

usia tahapan perkembangan kronologis tertentu (Ma’rifatul Lilik, 2011).

2.1.2 Batasan-batasan Lansia

Menurut Padila (2013) Usia yang dijadikan patokan untuk lanjut usia

berbeda-beda, umumnya berkisar antara 60-65 tahun. Beberapa pendapat para ahli

tentang batasan usia adalah sebagai berikut:

a. Menurut organisasi kesehatan dunia (WHO), ada empat tahapan yaitu:

1) Usia pertengahan (middle age) uia 45-59 tahun

2) Lanju usia (elderly) usia 60-74 tahun

3) Lanjut usia tua (old) usia 75-90 tahun

4) Usia sangat tua (very old) usia > 90 tahun

b. Menurut Burnsie (1979) :

1) Young old (usia 60-69)

2) Middle age old (usia 70-79)

3) Old-old (usia 80-89 tahun)


4) Very old-old (usia >90 tahun)

c. Menurut Prof. Dr. Koemanto Setyonegoro :

1) Usia dewasa muda (elderly adulthood)

2) Usia dewasa penuh

3) Lanjut usia (geriatric age) usia > 65/70 tahun, terbagi atas :

a. Young old (usia 70-75 tahun)

b. Old (usia 75-80 tahun)

c. Very old (usia > 80 tahun)

2.1.3 Proses Menua

Menjadi tua (menua) adalah suatu keadaan yang terjadi di dalam

kehidupan manusia. Proses menua merupakan proses sepanjang hidup yang tidak

hanya dimulai dari suatu waktu tertentu, tetapi dimulai sejak permulaan

kehidupan. Menjadi tua merupakan proses alamiah yang berarti seseorang telah

melalui tahapan-tahapan kehidupan, yaitu neonates, toddler, pra school, school,

remaja dewasa dan lansia (Padila, 2013).

Menua bukanlah suatu penyakit tetapi merupakan proses berkurangnya

daya tahan tubuh dalam menghadapi rangsangan dari dalam maupun luar tubuh.

Walaupun demikian, memang harus diakui bahwa ada berbagai penyakit yang

sering menghinggapi kaum lanjut usia. Proses menua sudah mulai berlangsung

sejak seseorang mencapai usia dewasa, misalnya dengan terjadinya kehilangan


jaringan pada otot, susunan syaraf, dan jaringan lain sehingga tubuh mati sedikit

demi sedikit (Ma’rifatul Lilik, 2011).

Menurut WHO dan Undang-Undang No 13 Tahun 1998 dalam Padila

(2013) tentang kesejahteraan lanjut usia pada pasal 1 ayat 2 yang menyebutkan

bahwa umur 60 tahun adalah usia permulaan tua. Menua bukanlah suatu penyakit,

akan tetapi merupakan proses yang berangsur-angsur mengakibatkan perubahan

yang kumulatif, merupakan proses menurunnya daya tahan tubuh dalam

menghadapi rangsangan dari dalam dan luar tubuh yang berakhir dengan

kematian.

Faktor-faktor yang mempengaruhi proses menua (Aspiani Reny, 2014) adalah:

1. Hereditas (keturunan/genetik), yang melibatkan “jam gen”, perubahan DNA,

pertahanan terhadap antioksidan.

2. Lingkungan, yang melibatkan pemasukan kalori, penyakit-penyakit dan stress

dari luar (misalnya: radiasi, bahan-bahan kimia).

2.1.4 Perubhan Fisik/Biologis Pada Lanjut Usia

Menurut Padila (2013) perubahan fisik/biologis yang terjadi pada lanjut

usia adalah sebagai berikut :

1. Sistem Kardiovaskuler

a. Hipertensi
Hipertensi merupakan kondisi dimana tekanan darah sistolik sama atu

lebih tinggi dari 140 mmHg dari tekanan diastolik lebih tinggi dari 90

mmHg, yang terjadi karena menurunnya elastisitas arteri pada proses

menua. Bila tidak ditangani, hipertensi dapat memicu terjadinya

stroke, kerusakan pembulih darah (arteriosclerosis), serangan/gagal

jantung, dan gagal ganjal.

b. Penyakit Jantung Koroner

Penyempitan pembuluh darah jantung sehingga aliran darah menuju

jantung terganggu. Gejala umum yang terjadi adalah nyeri dada, sesak

nafas, pingsan.

c. Distritmia

Insidensi distritmia atrial dan ventrikuler meningkat pada lansia karena

perubahan struktural dan fungsional pada penuaan.

d. Penyakit Vaskuler Perifer

Gejala yang timbul adalah rasa terbakar, kram atau nyeri, ekstermitas

dingin, tidak terabanya denyut nadi dan mati rasa.

e. Penyakit Katup Jantung

Manifestasi klinis dari penyakit katup jantung bervariasi dari fase

kompensasi sampai pada pasca kompensasi. Fase kompensasi tubuh

menyesuaikan perubahan struktur dan fungsi katup terdapat tanda dan

gejala yang muncul. Sedangkan pada fase pasca kompensasi


mengindikasi terjadinya disfungsi yang berat pada katup yang

terpengaruh, terdapat gejala seperti dispnea pada saat beraktivitas,

nyeri dada tipe angina.

2. Sistem Respiratori :

a. Pneumonia

Kejadian pneumoni pada lanjut usia tergantung pada tiga hal yaitu

kondisi fisik penderita, lingkungan dimana mereka berada, dan kuman

penyebabnya atau virulensinya.

b. Tuberkolosis Paru

Penyebab infeksi adalah kuman tahanan asam, M. Tuberculosis. gejala

yang paling sering timbul adalah sesak nafas, penurunan berat badan,

dan gangguan mental.

c. Penyakit paru obstruksi menahun

Ditandai dengan gangguan fungsi paru berupa memanjangnya periode

ekspirasi yang disebabkan oleh adanya penyempitan saluran nafas.

d. Karsinoma Paru

Faktor yang mempengaruhi timbulnya karsinoma paru antara lain,

merokok, polusi udara dan bahan industry yang bersifat karsinogrnik.

3. Sistem Gastrointestinal :

a. Produksi saliva menurun


b. Fungsi ludah sebagai pelicin berkurang

c. Intoleransi terhadap makanan terutama lemak

d. Kadar selulosa menurun

4. Sistem Muskuloskeletal :

a. Penyakit sendi degenerative

b. Nyeri leher dan Punggung

c. Nyeri bahu

d. Nyeri tungkai dan lutut

e. Nyeri pada kaki

5. Sistem Sensori :

a. Penurunan kemampuan penglihatan

b. ARMD (Age-related macular degeneration)

c. Glukoma

d. Katarak

e. Etropi dan eutropi

2.2 Hipertensi

2.1.1 Definisi Hipertensi


Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah suatu peningkatan abnormal

tekanan darah dalam pembuluh darah arteri secara terus-menerus lebih dari suat

periode. Hal ini terjdi bila arteriole-arteriole konstriksi. Konstriksi arteriole

membuat darah sulit mengalir dan meningkatkan tekanan melawan dinding arteri

(Udjianti Wajan, 2011).

Menurut WHO, batasan tekanan darah yang masih dianggap normal

adalah 140/90 mmHg, sedangkan tekanan darah ≥ 160/95 mmHg dinyatakan

sebagai hipertensi.

Hipertensi merupakan gangguan sistem peredaran darah yang

menyebabkan kenaikan tekanan darah di atas nilai normal, yaitu melebihi 140/90

mmHg (Triyanto, 2014).

2.2.2 Klasifikasi Hipertensi

Tabel 2.1 Klasifikasi Tekanan Darah Pada Orang Dewasa (Triyanto, 2014)

Kategori Tekanan darah Tekanan Darah


Sistolik Diastolik

Normal Dibawah 130 mmHg Dibawah 85 mmHg

Normal Tinggi 130-139 mmHg 85-89 mmHg


Stadium 1(Hipertensi Ringan) 140-159 mmHg 90-99 mmHg
Stadium 2 (Hipertensi Sedang) 160-179 mmHg 100-109 mmHg
Stadium 3 (Hipertensi Berat) 180-209 mmHg 180-209 mmHg
Stadium 4 (Hipertensi Maglina) 210 mmHg atau lebih 120 mmHg atau lebih

2.2.3 Penyebab Hipertensi

Berdasarkan penyebab hipertensi terbagi menjadi dua golongan (Udjianti

Wajan, 2011):

1) Hipertensi Esensial
Beberapa faktor diduga berkaitan dengan berkembangnya hipertensi

esensial seperti berikut :

a. Genetik

Individu yang mempunyai riwayat keluarga dengan hipertensi,

beresiko tinggi untuk mendapatkan penyakit ini.

b. Jenis Kelamin

c. Laki-laki berusia 30-50 tahun dan wanita pasca menopause beresiko

tinggi untuk mengalami hipertensi.

d. Diet

Komsumsi diet tinggi garam atau lemak secara langsung berhubungan

dengan berkembangnya hipertensi.

e. Berat badan

Obesitas (>25% diatas BB ideal) berkaitan dengan berkembangnya

hipertensi.

f. Gaya Hidup

Merokok dan komsusmsi alcohol dapat meningkatkan tekanan darah,

bila gaya hidup menetap.

2) Hipertensi Sekunder

Faktor pencetus munculnya hipertensi sekunder antara lain :

a. Penggunaan kontrasepsi oral


b. Coarctation aorta

c. Neurogenik (tumor otak, ensefalitis, gangguan psikiatris)

d. Kehamilan

e. Peningkatan volume intravascular

f. Luka bakar

g. Stress

2.2.4 Tanda Gejala

Pada kasus hipertensi berat, gejala yang dialami klien antara lain: sakit

kepala (rasa berat di tengkuk), palpitasi, kelelahan, nausea, vomiting, ansietas,

keringat berlebih, tremor otot, nyeri dada, epitaksis, pandangan kabur atau ganda,

tinnitus (telinga berdeming), serta sulit tidur (Udjianti Wajan, 2011).

Gejala klinis yang dialami oleh para penderita hipertensi biasanya berupa:

pusing, mudah marah, telinga berdengung, sukar tidur, sesak nafas, rasa berat

ditengkuk, mudah lelah, mata berkunang-kunang, dan mimisan. (Adinil dalam

Triyanto, 2014)

2.2.5 Penatalaksanaan

Penanganan hipertensi secara garis besar dibagi menjadi 2 jenis yaitu

nonfarmakologis dan farmakologis. Terapi nonfarmakologis merupakan terapi

tanpa menggunakan agen obat dalam proses terapinya, sedangkan terapi

farmakologis menggunakan obat atau senyawa yang dalam kerjanya dapat

mempengaruhi tekanan darah pasien (Lewis dalam Triyanto, 2014)


1. Terapi Farmakologis

Obat-obatan antihipertensi diklasifikasikan menjadi lima kategori :

a. Diuretik

b. Menekan simpatetik

c. Vasodilator arteriol yang bekerja langsung

d. Antagonis Angiontensin (ACE Inhibitor)

e. Penghambat saluran kalsium (Blocker calcium antagonis)

2. Terapi Nonfarmakologis

a. Menciptakan keadaan rileks

b. Meditasi

c. Yoga

d. Hipnosis

e. Olah raga (Senam)

2.2.6 Komplikasi

Stroke dapat timbul akibat perdarahan tinggi di otak, atau akibat embolus

yang terlepas dari pembuluh non otak yang terpanjan tekanan darah tinggi. Gejala

terkena stroke adalah sakit kepala secara tiba-tiba seperti, orang bingung, limbung

atau bertingkah laku seperti orang mabuk, salah satu bagian tubuh terasa lemah

atau sulit digerakkan (misalnya wajah, mulut, atau lengan terasa kaku, tidak dapat

berbicara secara jelas) serta tidak sadarkan diri secara mendadak. (Triyanto, 2014)
Infark miokard dapat terjadi apabila arteri coroner yang arterosklerosis

tidak dapat menyuplai cukup oksigen ke miokardium atau apabila terbentuk

thrombus yang menghambat aliran darah melalui pembuluh darah tersebut.

Hipertensi kronik dan hipertensi ventrikel, maka kebutuhan oksigen miokardium

mungkin tidak dapat terpenuhi dan dapat terjadi iskemia jantung yang

menyebabkan infark. Demikian juga hipertropi ventrikel dapat menimbulkan

perubahan-perubahan waktu hantaran listrik melintasi ventrikel sehingga terjadi

distritmia, hipoksia jantung, dan peningkatan resiko pembentukan bekuan

(Corwin dalam Triyanto, 2014).

Gagal ginjal dapat terjadi karena kerusakan progresif akibat tekanan tinggi

pada kapiler-kepiler ginjal, glomelurus. Dengan rusaknya glomelurus, darah akan

mengalir keunit-unit fungsional ginjal, nefron akan terganggu dan dapat berlanjut

menjadi hipoksia dan kematian. Dengan rusaknya membrane glomelurus, protein

akan keluar melalui urin sehingga tekanan osmotik koloid plasma berkurang,

menyebabkan edema yang sering dijumpai pada hipertensi kronik (Triyanto,

2014).

Ensefalopati dapat terjadi terutama pada hipertensi magligna (hipertensi

yang cepat). Tekanan yang tinggi pada kelainan ini menyebabkan peningkatan

tekanan kapiler dan mendorong cairan ke dalam ruang intertisium di seluruh

susunan saraf pusat (Triyanto, 2014).

2.3 Senam Lansia

2.3.1 Definisi Senam Lansia


Senam lansia adalah olahraga ringan yang mudah dilakukan dan tidak

memberatkan, yang dapat diterapkan pada lansia. Aktivitas olahraga ini akan

membantu tubuh lansia agar tetap bugar dan tetap segar, karena senam lansia ini

mampu melatih tulang tetap kuat, mendorong jantung bekerja secara optimal dan

membantu radikal bebas yang berkeliaran didalam tubuh (Widianti, 2018).

Senam lansia adalah serangkaian gerak yang dilakukan dengan teratur,

terarah serta terencana yang diikuti oleh orang lanjut usia, dimana pelaksanaan

senam lansia bertujuan untuk meningkatkan kemampuan fungsional pada lansia

dengan adanya kemunduran fisik serta untuk menambahkan kebugaran pada

lansia. Senam lansia dapat menjadi program kegiatan olahraga rutin yang dapat

dilakukan di posyandu lansia atau di rumah dalam lingkungan masyarakat

(Sulistyarini, 2018).

2.3.2 Manfaat Senam Lansia

Menururt Nugroho dalam Sulistyarini (2018), manfaat senam lansia adalah

sebagai berikut:

1) Memperlambat proses degenerasi karena pertambahan usia.

2) Memudahkan penyesuaian kesehatan jasmani dalam kehidupan (adaptasi).

3) Melindungi dan memperbaiki tenaga cadangan untuk keadaan

bertambahnya kebutuhan, misalnya sakit.

4) Olahraga 2-3 kali seminggu membuat tubuh tetap sehat dan segar.

Senam lansia akan membantu tubuh tetap bugar dan segar karena melatih

tulang tetap kuat, mendorong jantung bekerja optimal, dan membantu


menghilangkan radikal bebas yang berkeliaran di dalam tubuh. Senam lansia

disamping memiliki dampak positif terhadap peningkatan fungsi organ tubuh juga

berpengaruh dalam meningkatkan imunitas dalam tubuh manusia setelah latihan

teratur. Olahraga dengan teratur seperti senam lansia dapat mencegah atau

memperlambat kehilangan fungsional organ. Bahkan dari berbagai penelitian

menunjukkan bahwa latihan atau olahraga seperti senam lansia dapat mengurangi

berbagai resiko penyakit seperti hipertensi, diabetes melitus, penyakit arteri

coroner. Semua senam dan aktifitas olahraga ringan sangat bermanfaat untuk

menghambat proses degenerative (Mahanani, 2018).

2.3.3 Prinsip Senam Lansia

Untuk emndapatkan hasil yang baik maka setiap lansia yang menjalankan
program senam perlu mematuhi aturan yang ada terutama beberapa prinsip yang
diterapkan, baik dalam hal waktu maupun hal pelaksanaan senam antara lain:

1. Gerakannya bersifat dinamis (berubah-ubah).

2. Bersifat progresif (bertahap meningkat).

3. Adanya pemanasan dan pendinginan pada setiap latihan.

4. Lama latihan berlangsung 15-60 menit.

5. Frekuensi latihan perminggu minimal 3 kali dan optimal 5 kali.

2.3.4 Gerakan Senam Lansia

Senam lansia yang dibuat oleh Menteri Negara Pemuda dan Olahraga

merupakan suatu upaya peningkatan kesegaran jasmani kelompok lansia yang

jumlahnya semakin bertambah, sehingga perlu kiranya diberdayakan dan


dilaksanakan secara benar, teratur, dan terukur. Adapun bentuk latihan senam

lansia (Menpora dalam Sulistyarini, 2017) sebagai berikut :

1) Sikap Permulaan dan Pemanasan

Tujuannya menyiapkan diri secara fisik dan psikologi untuk melaksanakan

senam lansia. Berupa peregangan otot dan gerakan-gerakan pada semua

persendian. Sikap permulaan, berdiri tegak, menghadap ke depan

kemudian mengambil nafas dengan mengangkat kedua lengan membentuk

huruf V.

2) Gerakan Inti

Berupa gerakan-gerakan yang bertujuan untuk penguatan dan

pengencangan otot serta untuk meningkatkan keseimbangan. Dimulai

dengan gerakan peralihan jalan, tepuk, dan goyang tangan, 2x8 hitungan.

3) Gerakan Pendinginan

Tujuan pendinginan bekerja secara bertahap untuk menurunkan suhu

tubuh, denyut jantung dan tekanan darah. Berupa gerakan peregangan otot

atau berjalan pelan.

2.3.5 Prosedur Senam Lansia

1) Gerakan Pemanasan Latihan 1 2x8 hitungan, terdiri dari : Jalan ditempat,


ayunkan lengan ke kanan dan ke kiri secara
bergantian ke arah dagu, tangan setengan
mengepal. Siku kedua lengan membentuk 90˚.
6x8 hitungan, terdiri dari :
Latihan 2 a. 2x8 hitungan pertama jalan ditempat,
tundukkan kepala dan tegakkan kepala.

b. 2x8 hitungan kedua jalan ditempat, palingkan


kepala ke kanan, menghadap muka, dan
palingkan kepala ke samping kiri.

c. 2x8 hitungan jalan ditempat miringkan kepala


ke samping kanan, menghadap ke muka dan
miringkan kepala ke samping kiri.

2x8 hitungan, terdiri dari :


Latihan 3
a. 1x8 hitungan pertama dan ke tiga Hitungan
1,3,5,7 Jalan ditempat dimulai kaki kanan
bersamaan angkat bahu kanan, jari-jari dibuka
rapat di samping badan tangan kiri rapat di
samping badan. Hitungan 2,4,6,8 Jalan
ditempat tutunkan bahu.

b. 1x8 hitungan kedua dan keempat


Hitungan 1,3,5,7 jalan ditempat, dimulai kaki
kiri bersamaan angkat bahu kiri, siku jarak
satu kepal dari badan dan tangan kanan rapat
di samping badan. Hitungan 2,4,6,8 Jalan
ditempat, turunkan bahu.
Latihan 4
3x8 hitungan, terdiri dari :

a. 1x8 hitungan pertama

Hitungan 1 buka kaki selebar bahu, bersama-


sama luruskan kedua lengan ke muka telapak
kiri ibu jari bersilangan. Pandangan lurus ke
depan. Hitungan 2 s/d 7 Gerakan menahan.
Hitungan 8 Trik kedua tangan di depan dada,
telapak tangan menghadap ke bawah.

b. 1x8 hitungan kedua

Hitungan 1 angkat kedua tangan lurus diatas


kepala telapak tangan kiri, ibu jari
bersilangan, kepala sedikit ditundukkan
kebawah. Pandangan kebawah. Hitungan 2
s/d 7 Gerakan menahan. Hitungan 8 Tarik
kedua tangan di depan dada, telapak tangan
menghadap ke bawah.

c. 1x8 hitungan ketiga

Hitungan pertama turunkan kedua lengan


lurus kebawah telapak tangan kiri, ibu jari
berseilangan, kepala sedikit diangkat kea rah
atas. Pandangan ke atas. Hitungan 2 s/d 7
Gerakan menahan. Hitungan 8 Tarik kedua
tangan lurus di samping badan dengan jari-jari
tangan rapat.
Latihan 5 2x8 hitungan, terdiri dari :

a. 1x8 hitungan pertama

Hitungan 1 angkat kedua tangan dengan


posisi kedua tangan lurus disamping telinga.
Putar pinggang ke arah kanan secara perlahan.
Hitungan 2/d 7 Gerakan menahan. Hitungan 8
Tangan diturunkan lurus ke bawah.

b. 1x8 hitungan kedua

Hitungan 1 angkat kedua tangan diatas


dengan posisi kedua tangan lurus disamping
telinga. Putar pinggang ke arah kiri secara
perlahan. Hitungan 2 s/d 7 Gerakan menahan.
Hitungan 8 Tangan diturunkan lurus kebawah

2x8 hitungan, terdiri dari :


Latihan 6
a. 1x8 hitungan pertama

Hitungan 1 tekuk siku lengan kanan di muka


dada dengan telapak tangan memegang bahu
kiri. Jari-jari rapat dibelakang bahu dan
telapak tangan kiri mendorong siku lengan ke
belakang. Hitungan 2 s/d 7 Gerakan menahan.
Hitungan 8 Turunkan kedua tangan lurus di
samping badan.

b. 1x8 hitungan kedua

Hitungan 1 tekuk siku lengan kiri di muka


dada dengan telapak tangan memegang bahu
kanan, jari-jari rapat di belakang bahu dan
telapak tangan kanan mendorong siku ke
lengan kiri dari belakang. Hitungan 2 s/d 7
Gerakan menahan. Hitungan 8 Turunkan
kedua tangan lurus di samping badan.

2x8 hitungan, terdiri dari :


Latihan 7 a. 1x8 hitungan pertama

Hitungan 1 letakkan tangan kanan di


punggung sebelah kanan, raih ke atas
sedaparnya. Hitungan 2 s/d 7 Gerakan
menahan. Hitungan 8 Turunkan kedua tangan
lurus disamping badan.

b. 1x8 hitungan ke dua

Hitungan 1letakkan tangan kiri di punggung


sebelah kiri, raih keatas sedapatnya. Hitungan
2 s/d 7 Gerakan menahan. Hitungan 8
Rapatkan kaki dan turunkan kedua tangan
lurus disamping badan.

2) Gerakan Inti Latihan 1 2x8 hitungan, terdiri dari :

a. 1x8 hitungan pertama

Hitungan 1,3,5,7 jalan ditempat sambil


rentangankan kedua tangan kesamping badan
secara bersama-sama dengan posisi jari-jari
tangan terbuka lebar. Hitungan 2,4,6,8 jalan
ditempat sambil menekuk kedua lengan di
depan dada dengan posisi tangan mengepal
menghadap kedalam.

b. 1x8 hitungan kedua

Hitungan 1,3,5,7 menggeser kaki satu


langkah ke kanan (ditutup kaki kiri) dengan
merentangkan kedua tangan ke samping
badan, posisi jari-jari tangan dibuka.
Hitungan 2,4,6,8 menggeser kaki kiri (ditutup
kaki kanan) dengan menekuk kedua lengan di
depan dadi dengan posisi tangan mengepal ke
dalam.
Gerakan
2x8 hitungan, terdiri dari :
Peralihan
Hitungan 1 s/d 4 Jalan ditempat, hitungan 5 s/d 8
ambil nafas.
Latihan 2
4x8 hitungan, terdiri dari :

a. 1x8 hitungan pertama

Hitungan 1,3,5,7 diam ditempat, sambil


tepukkan kedua tangan keatas kepala dengan
posisi jari tangan menutup rapat Hitungan
2,4,6 diam ditempat turunkan kedua tangan
posisi direntangkan ke samping badan dengan
jari tangan rapat ke bawah. Hitungan 8
Turunkan kedua tangan dengan posisi lurus
ke samping badan, kedua tangan jari
mengepal.

b. 1x8 hitungan kedua

Hitungan 1,3,5,7 jalan ditempat bersamaan


tepukkan kedua tangan dengan posisi jari-jari
tangan dibuka lebar di depan badan.
Hitungan 2,4,6 jalan ditempat bersamaan
rentangkan kedua tangan dengan posisi jari-
jari mengepal menghadap ke samping badan.
Hitungan 8 Berhenti di tutup kaki kiri,
kembali ke posisi kedua tangan direntangkan
ke samping badan dengan jari-jari tangan
rapat menghadap kebawah.

c. 1x8 hitungan ketiga dan keempat,


menggulangi 1x8 hitungan pertama dan kedua
Gerakan 2x8 hitungan, terdiri dari :
Peralihan
Hitungan 1s/d 4 Jalan ditempat, hitungan 5s/d 8
ambil nafas.
Latihan 3 4x8 hitungan hitungan, terdiri dari :

a. 1x8 hitungan pertama

Hitungan 1,3,5,7 Geserkan kaki kanan satu


langkah ke kanan ditutup kaki kiri bersamaan
dorongkan kedua lengan tangan ke depan
dengan posisi jari-jari rapat ditekuk ke atas
Hitungan 2,4,6,8 Geserkan kaki kiri atu
langkah kea rah kiri ditutup kaki kanan
bersama Tarik kedua lengan tangan kembali
ke samping badan dengan posisi jari-jari
menghadap ke atas.

b. Hitungan 1,2,5,6 Geserkan kaki dua langkah


ke arah kanan (bersamaan kedua lengan
tangan ditekuk ke samping badan dengan
posisi telapak kedua tangan ditekuk ke atas,
jari-jari rapat) ditutup kiri satu langkah
bersamaan tarik kedua lengan kembali ke
samping badan dengan posisi jari-jari kedua
tangan rapat mengepal menghadap keatas.
Hitungan 3,4,5,6 Geserkan ke dua langkah ke
kiri (satu langkah bersamaan kedua lengan
tangan diayun ke depan dengan posisi telapak
kedua tangan ditekuk keatas, jari-jari rapat)
ditutup kanan satu langkah bersamaan tarik
kedua lengan kembali ke samping badan
dengan posisi jari-jari kedua tangan rapat
mengepal menghadap keatas.

c. Hitungan ketiga dan keempat, mengulangi


gerakan 1x8 pertama dan kedua.

2x8 hitungan, terdiri dari :


Gerakan
Peralihan Hitungan 1s/d 4 Jalan ditempat, hitungan 5s/d 8
ambil nafas

4x8 hitungan, terdiri dari :


Latihan 4
a. 1x8 hitungan pertama

Hitungan 1,3,5,7 Buka lengan kanan ke


samping kanan lurus lebih tinggi sedikit dari
lengan kiri posisi jari tangan rapat ditekuk
membentuk 90˚ bersamaan dengan itu kaki
kanan dibuka selebar bahu dan kaki ujung
kanan ditarik kembali ke posisi awal.
Hitungan 2,4,6,8 Buka lengan kiri ke
samping kiri lurus lebih tinggi sedikit dari
lengan kanan posisi jari kanan rapat ditekuk
membentuk sudut 90˚ bersamaan dengan itu
kaki kiri dibuka selebar bahu dan ujung kaki
kiei disentuhkan ke lantai kemudian Tarik
kembali dan pada hitungan ke 8 kembali
sikap sempurna.

b. 1x8 hitungan kedua

Hitungan 1 dan 5 Jalan ditempat dengan


mengangkat kaki kanan ditutup kaki kiri.
Hitungan 2 dan 6 Tetap jalan ditempat
bersamaan angkat kedua tangan di depan
dada (posisi tangan menyembah).

c. 1x8 hitungan ketiga dan keempat,


mengulangi hitungan pertama dan kedua.

2x8 hitungan, terdiri dari :


Gerakan
Peralihan Hitungan 1s/d 4 Jalan ditempat, hitungan 5s/d 8
ambil nafas

4x8 hitungan, terdiri dari :


Latihan 5
a. 1x8 hitungan pertama

Hitungan pertama 1,3,5,7 ayunkan kedua


lengan didepan badan dengan posisi kedua
tangan mengepal menghadap ke atas,
bersamaan dengan itu ujung kaki kanan
dititikkan lurus sedikit di depan kaki kiri
kemudian diturunkankembali ke posisi awal.
Hitungan 2,4,6,8 Posisi kedua tangan tetap,
ujung kaki kiri dititikkan lurus sedikit di
depan kaki kanan kemudia diturunkan dan
pada hitungan ke 8 terakhir kembali kesikap
sempurna.

b. 1x8 hitungan kedua

Hitungan 1 dan 5 Berjalan ditempat sambil


bertepuk tangan di depan dada. Hitungan 2
dan 6 angkat kedua tangan di depan paha.
Hitungan 3,4,7,8 Ulangi gerakan 1x8
hitungan pertama.

c. 1x8 hitungan ketiga dan keempat mengulangi


gerakan 1x8 hitungan pertama.

2x8 hitungan, terdiri dari :

Gerakan Hitungan 1s/d 4 Jalan ditempat, hitungan 5s/d 8


Peralihan ambil nafas.

4x8 hitungan, terdiri dari :

Gerakan 6 a. 1x8 hitungan pertama

Hitungan 1,3,5,7 angkat kedua lengan


setinggi bahu ke samping badan dengan
posisi jari tangan mengepal menghadap ke
bawah geserkan ujung kaki kanan dititikkan
lurus ke samping kanan kemudian Tarik
kembali ke posisi awal. Hitungan 2,4,6,8
angkat kedua lengan dan siku setinggi bahu
kesamping badan dengan posisi telapak
tangan mengepal menghadap ke bawah,
bersamaan dengan itu geserkan ujung kaki
kiri dititikkan lurus ke samping kiri kemudia
Tarik kembali posisi awal.

b. 1x8 hitungan kedua

Hitungan 1 dan 5 angkat kaki kanan (tutup


kaki kiri) kemudian dorong kaki kanan
kearah depan badan sambil jalan ditempat
(ditutup dengan kaki kiri). Hitungan 2 dan 6
tangan dan kaki tetap berjalan di tempat,
bersamaan angkat kedua lengan tangan
ditekuk membentuk sudut 90˚ di sisi badan
(posisi tangan tetap mengepal menghadap ke
atas) sebagai persiapan melakukan gerakan
berikutnya. Hitungan 3,4,7,8 ulangi gerakan
1x8 hitungan pertama.

c. 1x8 hitungan ketiga dan keempat,


mengulangi gerakan 1x8 hitungan pertama

2x8 hitungan, terdiri dari :


Gerakan
Hitungan 1s/d 4 Jalan ditempat, hitungan 5 s/d 8
Peralihan
ambil nafas.
Latihan 7
4x8 hitungan, terdiri dari :

a. 1x8 hitungan pertama

Hitungan 1,3,5,7 titikkan ujung kaki kanan


sedikit di depan kaki kiri bersaam itu
dorongkan tangan ke kiri serong ke kanan di
depan badan kemudian turunkan dan
kembali ke posisi awal, Hitungan 2,4,6,8
titikkan ujung kaki kiri sedikit di depan kaki
kanan bersamaan itu dorongkan tangan ke
kanan serong ke kiri di depan badan pada
hitungan 8 terakhir kembali ke sikap
sempurna.

b. 1x8 hitungan kedua

Hitungan 1 dan 5 angkat kaki kanan (ditutup


kaki kiri) kemudian dorongkan kaki kanan
ke arah depan badan sambil jalan di tempat
(ditutup dengan kaki kiri). Hitungan 2 dan 6
tangan dan kaki tetap berjalan di tempat, ,
bersamaan angkat kedua lengan tangan
ditekuk membentuk sudut 90˚ di sisi badan.
Hitungan 3,4,7,8 Ulangi gerakan hitungan
1x8 pertama.

c. 1x8 hitungan ketiga dan keempat,


mengulangi gerakan 1x8 hitungan pertama.

2x8 hitungan, terdiri dari :


Gerakan
Hitungan 1s/d 4 Jalan ditempat, hitungan 5 s/d 8
Peralihan
ambil nafas.

3) Gerakan Pendinginan Latihan 1 2x8 hitungan, terdiri dari :

a. 1x8 hitungan pertama

Hitungan 1 membuka kaki kanan ke arah


samping kanan sambil eliuk badan ke
samping kanan. Hitungan 2 s/d 4 gerakan
menahan. Hitungan 5 s/d 8 kembali pada
posisi semula secara perlahan.

b. 1x8 hitungan kedua

Hitungan 1 meliukkan badan ke samping


kiri. Hitungan 2 s/d 4 gerakan menahan.
Hitungn 5 s/d 8 kembali pada posisi semula
secara perlahan.

Latihan 2 1x8 hitungan, terdiri dari :

Hitungan 1 memutar pinggang ke kanan


dengan posisi dua tangan di pinggang.
Hitungan 2 s/d 4 gerakan menahan.
Hitungan 5 s/d 8 kembali pada posisi semula
secara perlahan.

6x8 hitungan, terdiri dari :


Gerakan 3 a. 1x8 hitungan pertama dan kedua

Hitungan 1 menutup mata. Hitungan 2 s/d 7


gerakan menahan. Hitungan 5 s/d 8 mata di
buka kembali.

b. 1x8 hitungan ketiga dan keempat

Hitungan 1 menggembungkan pipi.


Hitungan 2 s/d 4 gerakan menahan.
Hitungan 5 menghisap pipi kea rah dalam
Hitungan 6 s/d 8 gerakan menahan.

c. 1x8 hitungan kelima dan keenam

Hitungan 1 menarik bibir kearah keluar.


Hitungan 2 s/d 4 gerakan menahan.
Hitungan 5 menciutkan bibir dn bersiul.
Htungan 6 s/d 8 gerakanmenahan.

2x8 hitungan, terdiri dari :

a. 1x8 hitungan pertama

Gerakan 4 Hitungan 1s/d 4 geser kaki kanan kanan ke


arah kanan selebar bahu bersamaan dengan
itu angkat kedua tangan secara pelahan
dengan posisi jari-jari rapat menghadap
kebawah dari muka kea rah belakang sampai
posisi kedua tangan merentang lurus di
samping badan dengan jar-jari rapat
menghadap keatas. Hitungan 5 s/d 8
turunksn kembali kedua tangan secara
perlahan sampai kedua tangan kembali disisi
badan.

b. 1x8 hitungan kedua

Hitungan 1 s/d 4 angkat kedua tangan secara


perlahan dengan posisi jari-jari rapat
menghadap kebawah dari muka kearah
belakang sampai posisi kedua tangan
merentang lurus menghadap atas. Hitungan 5
s/d 7 turunkan kembali kedua tangan secara
perlahan sampai kedua tangan kembali disisi
badan. Hitungan 8 posisi kedua tangan sudah
disamping badan kemudian rapatkan kaki
kanan ke samping kiri.

2.4 Keaslian Penelitian


Tabel 2.3 Tabel Keaslian Pengaruh Senam Lanisa Terhadap Tekanan Darah
Lansia dengan Hipertensi di Persekutuan Lansia GBI Wonosari
Kediri
No. Judul Variabel Desain Hasil

1. Pengaruh 1. Variabel Pre- Hasil dari penelitian ini


Senam Independen experiment adalah terdapat pengaruh
Hipertensi : Senam design One senam hipertensi terhadap
terhadap Hipertensi Group Pre tekanan darah lansia di
penurunan Lansia . test-post test. Panti Wredha Darma
tekanan darah Bhakti Pajang Surakarta
lansia dengan 2. Variabel (p-value=0,001).
hipertensidi Dependen :
Panti Wredha Perubahan
Darma Bhakti Tekanan
Kelurahan Darah.
Pajang
Surakarta
(Hernawan,
2017)

2. Pengaruh 1. Variabel Pre- Berdasarkan hasil ada


Senam Lansia Independen eksperimental pengaruh senam lansia
terhadap : Senam one-group pre terhadap tekanan darah
penurunan Lansia. test and post diastole lansia dengan
tekanan darah test design. hipertensi di Panti Sosial
di Panti Sosial 2. Variabel Tresna Werdha Budi
Tresna Dependen: Luhur Kota Jambi.
Werdha Budi Tekanan
Luhur Jambi Darah.
(Izhar, 2017)

3. Pengaruh 1.Variabel Pre- Hasil penelitian diuji


Senam Lansia Independen eksperimen menggunakan paired-
terhadap : Senam pretest-postest samples test yang
penurunan Lansia design. diperoleh nilai P < 0,05
tekanan darah 2. Variabel yang berarti ada pengaruh
lansia Dependen: senam lansia terdapat
penderita Tekanan penurunan tekanan darah
hipertensi di Darah
Puskesmas Lansia
Wara Palopo
(Tulak, 2017)

4. Pengaruh 1. Variabel Pre- Pemberian senam lansia


Senam Lansia Independen eksperimental berpengaruh secara
terhadap : Senam one-group signifikan terhadap
tekanan darah Lansia. pretest- tekanan darah sistolik
lansia dengan posttest pada lansia dengan
hipertensi 2. Variabel design. hipertensi yaitu nilai p
pada Dependen : (0,000) < 0,05 dan tekanan
Tekanan
No. Judul Variabel Desain Hasil

kelompok Darah darah diastolik pada lansia


senam lansia Lansia dengan hipertensi yaitu p
di Banjar Kaja dengan (0,000) < 0,05.
Sesetan Hipertensi
Denpasar
Selatan (Dyah,
2012)

5. Pengaruh 1. Variabel Experiment Dari hasil penelitian


Senam Bugar Independen One Group pengaruh senam bugar
Lansia : Senam Pre-Posttest lansia terhadap tekanan
terhadap Bugar Design darah di simpulkan bahwa,
tekanan darah lansia. terjadi penurunan tekanan
penderita darah pada lansia yang
hipertensi di 2. Variabel melakukan aktivitas fisik
BPLU Senja Dependen: senam bugar lansia . Hasil
Cerah Paniki Tekanan per t-test dengan
Bawah Darah. konfidensi interval 95%
(Moniaga, (α<0,05) pada tekanan
2013) sistolik menunjukan
perbedaan yang bermakna
sedangkan pada diastolik
mengalami peningkatan
tapi masih dalam batas
normal.

BAB 3
KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN

3.1 Kerangka Konseptual


Penyebab Hipertensi :
1.Hipertensi Primer
1) Genetik
2) Jenis Kelamin
dan usia Komplikasi :
3) Diet 1. Stroke
4) Berat badan 2. Infark
5) Gaya Hidup Hipertensi Miokard
Lansia 3. Gagal ginjal
2.Hipertensi Sekunder 4. Ensefalopati
1) Penggunaan (Triyanto,
kontrasepsi oral 2014)
Non-farmakologis :
2) Coarctation aorta
1) Menciptakan
3) Neurologik
keadaan rileks
(tumor otak,
2) Meditasi
ensefalitis,
3) Yoga
gangguan
4) Hipnosis
psikiatris)
4) Kehamilan 5) Olah raga (senam)
5) Peningkatan
(Ridjab dalam
volume
Triyanto, 2014)
intravascular
6) Luka bakar
7) Stress
(Udjianti Wajan Meningkatnya aliran
Juni 2010). balik vena

Meningkatnya curah jantung sehingga


menyebabkan tekanan darah arteri meningkat

Menurunkan aktivitas pernafasan dan otot rangka menyebabkan aktivitas


saraf simpatis menurun, penurunan curah jantung

Penurunan Tekanan Darah


Keterangan:

: Diteliti : Berpengaruh
: Tidak diteliti : Berhubungan

Gambar 3.1 Kerangka Konseptual Pengaruh Senam Lanisa Terhadap Tekanan Darah Lansia
Dengan Hipertensi di Persekutuan Lansia GBI Wonosari Kediri.
Dari gambar 3.1 dapat dijelaskan bahwa hipertensi dibedakan menjadi 2

jenis berdasarkan penyebab yaitu hipertensi primer dan hipertensi sekunder.

Hipertensi prifer disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya genetic, jenis

kelamin dan usia, diet, berat badan, dan gaya hidup. Sedangkan hipertensi

sekunder disebabkan oleh penggunaan kontrasepsi oral, penyakit parenkim dan

vaskular ginjal, gangguan endokrin, coarctation aorta, neurogenik, kehamilan,

peningkatan volume intravaskuler, luka bakar dan stress. Hipertensi merupakan

peningkatan abnormal tekanan darah dalam pembuluh darah arteri secara terus-

menerus lebih dari suatu periode, hal tersebut dapat menimbulkan komplikasi jika

tidak mendapatkan pengobatan secara tepat diantaranya stroke, infark miokard,

gagal ginjal, dan ensefalopati. Untuk mencegah komplikasi yang tidak di inginkan

perlu modifikasi gaya hidup pada penderita hipertensi dan penatalaksanaan

melalui terapi nonfarmakologis seperti halnya menciptakan keadaan rileks,

meditasi, yoga, hypnosis dan olahraga (senam).

Dalam penelitian ini, peneliti memberikan intervensi secara

nonfarmakologis berupa olah raga senam lansia, intervensi tersebut diduga dapat

Intervensi tersebut diduga dapat meningkatkan aliran balik vena sehingga

menyebabkan volume sekuncup yang akan langsung meningkatkan curah jantung

yang menyebabkan tekanan darah arteri meningkat dampak dari fase ini mampu

menurunkan aktivitas pernafasan dan otot rangka yang memyebabkan kecepatan

denyut jantung menurun, penurunan curah jantung sehingga terjadinya penurunan

tekanan darah.

3.2 Hipotesis
Hipotesis penelitian :

Ada pengaruh senam lansia terhadap tekanan darah pada lansia dengan hipertensi

di Persekutuan Lansia GBI Wonosari Kediri

BAB 4
METODE PENELITIAN

4.1 Rancangan atau Desain Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian rancangan yang digunakan adalah pre-

eksperimental dengan menggunakan pendekatan “one group experimental pre-

post test”. Dalam rancangan ini kelompok subyek penelitian diobservasi terlebih

dahulu sebelum dilakukan senam lansia (pretest), kemudian setelah dilakukan

senam lansia diobservasi lagi (posttest). Rancangan ini dapat digambarkan sebagai

berikut :

Tabel 4.1 Rancangan penelitian Pre-Experiment “One Group Design


Pre-Post test” Pengaruh Senam Lansia Terhadap Tekanan
Darah pada Lansia dengan Hipertensi di Persekutuan Lansia
GBI Wonosari Kediri.
Subjek Pra-tes Perlakuan Pasca-tes

K O1 I O2

Time 1 Time 2 Time 3

Keterangan :
K : Subjek dengan intervensi senam lansia.
O1 : Pengukuran tekanan darah sebelum diberikan senam lansia.
O2 : Pengukuran tekanan darah sesudah diberikan senam lansia.
I : Intervensi senam lansia 30-60 menit.

4.2 Kerangka Kerja (Frame Work)


1. Populasi:
Semua Lansia penderita Hipertensi di Persekutuan Lansia GBI Wonosari Kediri

Purposive Sampling
2.

Sampel:
Lansia penderita Hipertensi di yang Persekutuan Lansia GBI Wonosari
Kediri Memenuhi Kriteria Inklusi

Variabel Penelitian :
Senam Lansia

Pengumpulan data :
Observasi
(Pengukuran tekanan
darah menggunakan
Spygmomanomater
(sistole dan diastole)
sebelum dan sesudah
melakukan senam
lansia)

Uji normalitas menggunakan


uji statistik Wilxocon

Penyajian data

Kesimpulan hasil

Gambar 4.1 Kerangka Kerja Penelitian Pengaruh Senam Lansia Terhadap


Tekanan Darah Pada Lansia dengan Hipertensi di Persekutuan Lansia
GBI Wonosari Kediri

4.3 Populasi, Sampel dan Sampling


4.3.1 Populasi

Populasi penelitian yaitu semua lansia dengan hipertensi di Persekutuan Lansia GBI
Wonosari Kediri ± 40.

4.3.2 Sampel

Sampel penelitian dalam penelitian ini adalah lansia dengan hipertensi yang

memenuhi kriteria inklusi.

4.3.2.1 Kriteria Inklusi

1. Lansia penderita hipertensi dan minum obat.

2. Lansia yang bersedia menjadi responden.

3. Lansia berumur 60-79 tahun.

4. Lansia yang mampu mengikuti senam lansia.

4.3.2.2 Kriteria Ekslusi

1. Lansia penderita hipertensi yang mengalami kelemahan fisik.

2. Lansia penderita hipertensi yang tidak megalami gangguan

4.3.2.3 Besar Sampel

4.3.3 Sampling

Sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah Purposive

sampling yaitu teknik penentuan sampel didasarkan pada pertimbangan tertentu

yang dibuat oleh peneliti sendiri (Notoatmojo, 2018).

4.4 Identifikasi Variabel

4.1 Variabel Independen

Variabel independen dalam penelitian ini adalah senam lansia

4.2 Variabel Dependen


Variabel dependen dalam penelitian ini adalah tekanan darah

4.5 Definisi Operasional

Tabel 4.2 Definisi Operasional Pengaruh Senam Lanisa Terhadap Tekanan


Darah pada Lansia dengan Hipertensi di Persekutuan Lansia GBI
Wonosari Kediri.
No Variabel Definisi Indikator Alat Ukur Skala Skor

1 Independn: Senam lansia adalah SOP


Senam serangkaian gerak
lansia yang dilakukan
dengan teratur,
terarah serta
terencana yang
diikuti oleh orang
lanjut usia, dimana
pelaksanaan senam
lasnsia bertujuan
untuk meningkatkan
kemampuan
fungsional pada
lansia dengan
adanya kemunduran
fisik serta untuk
menambahkan
kebugaran pada
lansia

2 Dependen: Nilai sistolik atau Sistole Sphygmom Interva


Tekanan diastolic yang anometer l Rasio
darah diukur Diastole
menggunakan
sphygmomanometer
sebelum dan
sesudah pemberian
intervensi

4.6 Pengumpulan Data dan Analisis Data

4.6.1 Pengumpulan Data

4.6.1.1 Instrumen Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini peneliti mengumpulkan data tekanan darah dengan

menggunakan sphygmomanometer air raksa dan hasil pengukuran dibaca oleh


peneliti sendiri. Instrumen penelitian ini termasuk dalam Biofisiologis In-vivo

yaitu observasi proses fisiologis tubuh, tanpa pengambilan bahan atau spesimen

dari tubuh klien (Nursalam, 2013).

4.6.1.2 Waktu dan Tempat Penelitian

Pengambilan data dilakukan pada tanggal 24 Februari - 24 Maret di

Persekutuan Lansia GBI Wonosari Kediri.

4.6.1.3 Proses Pengumpulan Data

Setelah mendapat rekomendasi dari Ketua STIKES RS. Baptis Kediri dan

Gembala Sidang GBI Wonosari Kediri, peneliti mengadakan pendekatan kepada

responden untuk mendapatkan persetujuan sebagai responden. Peneliti melakukan

pengumpulan data pengukuran yaitu sebelum dan sesudah dilakukan intervensi

senam lansia.

4.6.2 Analisa Data

4.6.2.1 Analisa Deskriptif

Data yang diperoleh dilakukan tabulasi sesuai dengan pengelompokan data

umum dan data khusus hasil pengambilan data dari quasioner kualitas tidur pre-

test dan post-test sebanyak 1 kali pengukuran untuk mempermudah analisa data

menggunakan uji statistik.

4.6.2.2 Analisa Inferesial

Analisis yang digunakan dalam melakukan uji hipotesis untuk mengetahui

pengaruh intervensi yang diberikan peneliti menggunakan uji komparasi wilcoxon

dengan hasil data observasi sebelum dan sesudah pemberian terapi. Pengambilan
kesimpulan dilakukan berdasarkan analisa data dan masing-masing tujuan khusus

penelitian.

4.7 Masalah Etik

4.7.1 Informed Consent (Lembar Persetujuan Menjadi Responden)

Informed Consent merupakan bentuk persetujuan antara peneliti dengan

responden penelitian dengan memberikan lembar persetujuan. Informed consent

tersebut diberikan sebelum penelitian dilakukan dengan memberikan lembar

persetujuan untuk menjadi responden.

4.7.2 Anonymity (Tanpa Nama)

Digunakan untuk memberikan jaminan dalam penggunaan subyek

penelitian dengan cara tidak memberikan atau mencantumkan nama responden

pada lembar alat ukur dan hanya menuliskan kode lembar pengumpulan data atau

hasil penelitian yang akan disajikan.

4.7.3 Confidentiality (Kerahasiaan)

Memberikan jaminan kerahasiaan hasil penelitian,baik informasi maupun

masalah-masalah lainnya. Semua informasi yang telah dikumpulkan dijamin

kerahasiaan oleh peneliti, hanya kelompok data tertentu yang akan dilaporkan

pada hasil riset.

DAFTAR PUSTAKA
Aspiani Reny, (2014). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Gerontik. Jakarta: CV.
Tras Info Media

Azizah Lilik, (2011). Keperawatan Lanjut Usia. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Direktorat Jendral Kesehatan Msyarakat, (2019). Dirjen Kesmas Paparkan


Tentang Lansia Smart. https://www.kesmas.kemkes.go.id. Diakses pada
tanggal 04 Desember 2019, jam 15:04

Kementrian RI, (2017). Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2017.


https://www.depkes.go.id. Diakses pada tanggal 04 Desember 2019, jam
11:50

Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, (2019). Hari Hipertensi Dunia 2019:


“Know Your Number, Kendalikan Darahmu dengan CERDIK”.
https://www.p2ptm.kemkes.go.id. Diakses pada tanggal 06 Desember, jam
15:45

Mahanani Nalesti, (2018). Buku Ajar Senam Lansia. http://www.academia.edu.


Diakses pada tanggal 06 November, jam 06:03

Muttaqin Arif, (2009). Pengantar Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan


gangguan sistem Kardiovaskuler. Jakarta: Salemba Medika.

Nursalam, (2013). Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan Edisi 3. Jakarta:


Salemba Medika

Notoatmodjo, (2018). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: PT. Rineka


Cipta

Padila, (2013). Buku Ajar Keperawatan Gerontik. Yogyakarta: Nuha Medika

Rikerdas, (2018). Hasil Rikesdas 2018. http://www.depkes.go.id. Diakses Pada


Tanggal 04 Desember 2019 Pukul 11:53

Sari Yanita, (2017). Berdamai dengan Hipertensi. Jakarta: Tim Bumi Medika

Sulistyarini, Tri. dkk (2017). Kompres Hangat dan Senam Lansia Dalam
Menurunkan Nyeri Sendi Lansia.

Triyanto Endang, (2014). Pelayanan Keperawatan Bagi Penderita Hipertensi


Secara Terpadu. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Udjianti Wajan Juni, (2011). Keperawatan Kardiovaskuler. Jakarta: Salemba


Medika.

Widianti, Atikah, (2018). Aplikasi Senam Untuk Kesehatan. Yogyakarta: Nuha


Medika

Anda mungkin juga menyukai