PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bencana dapat dicirikan sebagai peristiwa atau rangkaian peristiwa apa pun
yang merusak dan mengganggu kehidupan dan pekerjaan individu yang disebabkan
oleh faktor-faktor normal dan tambahan seperti komponen manusia, yang
menyebabkan kemunduran manusia, kerusakan lingkungan, kemalangan properti,
dan efek mental. Getaran seismik adalah getaran atau guncangan yang terjadi di
permukaan dunia yang disebabkan oleh tumbukan antar lempeng dunia, defisiensi
dinamis, aksi vulkanik atau sampah batuan. Bahaya yang ditimbulkan oleh gempa
seismik termasuk kerusakan pada barang-barang seperti bangunan, jalan, dan
kerangka lain di mana kerusakan tersebut juga dapat mempengaruhi orang yang
memilikinya. Bahaya paling ringan yang dialami adalah rasa sakit (mental) karena
goncangan dari getaran hingga bahaya cidera, ketidakmampuan, bahkan lewat
karena terjepit, tertutup, atau terjepit oleh benda yang mengalami ketidakamanan
(Fitriyani, Kurnia Saputri, 2021). )
Bencana telah menjadi isu yang hangat dibicarakan baik secara luas maupun
global. Masalah ini menjadi sangat menarik ketika dipusatkan pada penyelidikan
logis dan dari berbagai disiplin ilmu (Johan Bhimo Sukoco, 2021). Federasi
Internasional Perhimpunan Palang Merah dan Bulan Sabit menyatakan bahwa pada
tahun 2020 ada 574 bencana yang terjadi di seluruh planet ini, dan menyebabkan
kekurangan 70.285 juta dolar AS. Sebagian besar bencana yang terjadi di daratan
Asia adalah 240 atau lebih jika itu adalah tingkat (41,81%) dari peristiwa bencana
total di planet ini, diikuti oleh Amerika dengan 124 bencana dengan tingkat (21,6%) ,
maka Afrika lebih dari 116 (20,21%), Eropa 70 kegagalan (12,2%) dan Australia ada
24 bencana (4,18%) dari bencana habis-habisan. Selama 3 tahun terakhir, 5.192
bencana terjadi di planet ini (Juharoh, 2021).
Latar belakang sejarah bencana Indonesia memiliki kisah yang membosankan
mulai tahun 1815 hingga saat ini. Hal ini terjadi karena topografi Indonesia sendiri
yang membuat wilayah Indonesia cenderung normal, tidak teratur dan bencana
sosial (wardyaningrum, 2014). Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB)
Republik Indonesia mencatat ada 2.952 kasus kegagalan pada tahun 2020 dan
terhitung mulai 1 Januari hingga 31 September 2020. Peristiwa bencana yang
terjadi di Indonesia pada tahun 2020 meliputi 16 kali gempa tremor, 7 kali gempa.
letusan gunung berapi, kebakaran hutan dan lahan 326 kejadian, kemarau panjang
29 kejadian, banjir 1.080 kejadian, longsoran 577 kejadian, angin topan 880
kejadian dan tsunami dan titik tergores 36 kejadian. Ditambah lagi dengan adanya
pandemi COVID-19 sejak awal tahun 2020. Jumlah bencana alam yang terjadi
selama 3 tahun terakhir (BNPB, 2021)
Daerah Gorontalo merupakan wilayah ke-31 di Indonesia yang cenderung
mengalami kegagalan. Hal ini ditegaskan oleh informasi dari BPBD Wilayah
Gorontalo selama 1 tahun terakhir telah terjadi sekitar 132 kejadian bencana yang
melanda Wilayah Gorontalo. Wilayah Gorontalo terdiri dari 6 wilayah, salah satunya
adalah Rezim Gorontalo. Rezim Gorontalo sendiri telah mencatat 73 kejadian
bencana pada tahun 2021, khususnya periode 1 Juni hingga 31 Mei, mengingat
lingkungan yang cukup tidak biasa adalah pendorong utama bencana di
Pemerintahan Gorontalo, ditambah dengan pandemi Coronavirus, menambah
informasi bencana di Gorontalo Aturan. Peraturan Gorontalo. Dari total kejadian
bencana selama 3 tahun terakhir dan saat ini telah terjadi 2.592 kejadian bencana di
Gorontalo.
Musibah dewan adalah fase awal kemalangan para eksekutif. Kegagalan
dapat dibatasi baik sebelum bencana, selama bencana maupun pasca bencana.
Kegagalan reaksi krisis penting untuk bencana papan. Reaksi krisis bencana
selesai ketika bencana terjadi dan merupakan hal utama, baik reaksi dan bantuan
krisis. Informasi tentang reaksi krisis bencana dapat menjadi penolong bagi masing-
masing daerah sehingga ketika terjadi bencana, hal-hal yang penting seperti
bantuan korban jiwa, mengurangi bahaya kerugian karena kegagalan dan bantuan
krisis lainnya.
Pemeriksaan yang diarahkan oleh Monte et al (2020) dengan judul “Regular
risk and fiascos: Outline and instances of Brazil” mengungkapkan bahwa bencana
muncul ketika bahaya (perils) bertemu dengan kelemahan yang tidak terkoordinasi
dengan batas yang memadai. Batasan cukup yang dimaksud adalah kemampuan
daerah dalam mengelola bencana, baik informasi maupun kemampuan. Untuk lebih
mengembangkan informasi dan kemampuan, penting untuk digarap melalui sekolah
dan kesiapsiagaan bencana (Monte DKK, 2020). Kemudian, pada saat itu penelitian
yang diarahkan oleh Solikhah dkk (2020) dengan judul “Kesiapan Kerangka Reaksi
Dampak Bencana Terhadap Kesiapsiagaan Bencana” juga mengungkapkan bahwa
ketiadaan informasi dan kemampuan tentang bencana menjadi pertimbangan utama
dalam jumlah kemunduran. , bahaya dan kemalangan. Selain kemampuan dan
kemampuan, daerah juga harus mengetahui bencana yang terjadi, karena dengan
bencana para pengurus dapat menghadapi kegagalan baik pra bencana, saat
bencana maupun pasca bencana (Solikhah dkk, 2020).
Mengingat persepsi dan pertemuan di Unit Gerakan Mahasiswa (UKM) yang
berada di Perguruan Tinggi Muhammadiyah Gorontalo yang bergerak di bidang
yang bermanfaat, maka pakar meminta kepada salah satu insan UMK bahwa belum
pernah ada pembinaan yang dipimpin dalam UKM ini yang secara eksplisit
berbicara tentang bencana para eksekutif. misalnya membuat panduan atau
pengaturan untuk daerah yang sangat rawan bencana. Salah satu individu dari KSR
UKM mengatakan bahwa mereka hanya diberikan materi penting dalam bencana.
Juga, ketika mendapat informasi tentang dasar-dasar bencana, dewan tidak benar-
benar mendominasi, baik itu pra-bencana, saat bencana atau pasca-kegagalan.
Selanjutnya, penting untuk memiliki perlakuan unik bagi individu UMK KSR UMGo.
Dalam Hubungan Putusan Tarjih Muhammadiyah tentang hukum kegagalan,
ia bereaksi terhadap malapetaka sebagai malapetaka, baik yang besar maupun
yang mengerikan bagi manusia. Sebagaimana ditegaskan dalam firman Allah SWT:
(mitigation), kesiapsiagaan
(preparendness), peringatan
(warning), ancaman (treat)
Keterangan :
= Variabel Independen
= Variabel Dependen
= Pengaruh
Gambar 2. Kerangka konsep
2.7 Teori
Seperti yang dikemukakan oleh Sugiyono (2016) spekulasi merupakan respon
yang tidak tetap terhadap perincian masalah pemeriksaan, dimana rencana
masalah disusun dengan menggunakan kalimat angket (Saputri, 2019). Teori elektif
(H1 atau Ha), spekulasi yang menyatakan adanya pengaruh atau hubungan antara
dua pertemuan, atau spekulasi yang menyatakan adanya hubungan antara satu
variabel dengan variabel lainnya (Arifin, 2017).
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Tempat dan musim ujian
Ujian selesai di Base camp Korps Relawan Palam Merah Indonesia Unit 02
Perguruan Tinggi Muhammadiyah Gorontalo (KSR PMI Unit 02 UMGo) yang
terletak di Prof. Dr. Mansoer Pateda, Kota Pentadio Timur, Wilayah Telaga Biru,
Gorontalo Rule pada Juli 2021 .
3.2 Rencana Eksplorasi
Tinjauan ini menggunakan metodologi kuantitatif. Seperti yang ditunjukkan
oleh Sugiono (2016) kuantitatif adalah strategi pengujian yang bergantung pada
cara berpikir positivisme, digunakan untuk melihat populasi atau tes tertentu,
dengan metode pemeriksaan yang sewenang-wenang, berbagai informasi
menggunakan penelitian, instrumen logis dan faktual yang sepenuhnya bertujuan
untuk menguji spekulasi yang telah ditentukan sebelumnya. . . Perluasan
objektivitas rencana eksplorasi dilakukan dengan memanfaatkan angka,
penanganan informasi faktual, struktur dan analisis terkontrol (Saputri, 2019).
Ujian ini merupakan ujian semi trial atau semi eksploratif dengan one
gathering pre-test – post-test plan. Eksplorasi ini diselesaikan dalam sebuah
pertemuan tanpa menggunakan korelasi tandan, subjek dianggap sebagai
pengobatan untuk jangka waktu tertentu, estimasi dibuat sebelumnya, kemudian
setelah fakta pengobatan diberikan dan dampak pengobatan diperkirakan dari
kontras antara yang mendasarinya. estimasi dan estimasi terakhir (Saputri, 2019).
Subjek pre test perlakuan post test
Subjek eksperimen : 01 X 02
𝑘 Ʃ 𝑆𝑖
r11 = 𝑘−1 x {1 – 𝑆𝑡
}
keterangan :
r11 = nilai reliabilitas
Ʃ Si = jumlah variansi skor tiap-tiap item
St = variansi total
k = jumlah item
3.7 Teori Terukur
Teori terukur dalam ulasan ini adalah sebagai berikut.
H0 : Seharusnya tidak masuk akal dengan asumsi memiliki nilai p 0,05, Ha
ditolak dan Ho diakui yang menyiratkan bahwa tidak ada dampak bencana yang
disiapkan dewan terhadap informasi reaksi krisis bencana antar individu dari Korps
Niat UMGo (KRS)
Ha : Seharusnya signifikan dengan asumsi memiliki p harga 0,05, Ha diakui
dan Ho ditolak, menyiratkan bahwa ada dampak bencana para eksekutif
mempersiapkan informasi reaksi krisis bencana antar individu dari Korps Niat UMGo
(KRS)
3.8 Moral Eksplorasi
Eksplorasi moral adalah perilaku para ahli yang berpegang teguh pada mental
logis dan moral pemeriksaan meskipun eksplorasi tidak merugikan responden
namun moral penelitian harus dilakukan (Nursalam, 2016). Nilai moral eksplorasi
yang perlu diperhatikan oleh para analis adalah sebagai berikut:
1. Persetujuan terdidik
Dalam tinjauan ini, apa yang dilakukan analis adalah menyebarkan lembar
persetujuan yang dididik dan memperjelas poin dan sasaran serta efek yang akan
terjadi selama siklus pengumpulan informasi kepada responden. Kapasitas
persetujuan terdidik adalah agar responden mengetahui maksud dan tujuan serta
memahami akibat dari pemeriksaan ini. Selama waktu yang dihabiskan untuk
pembulatan persetujuan, jika responden akan diperiksa, responden harus
menandatangani struktur persetujuan. Jika responden tidak bersedia, analis tidak
boleh memaksa dan harus mempertimbangkan pilihan responden (Nursalam, 2016).
2. Kerahasiaan (Tanpa Nama)
Dalam review ini, responden tidak perlu melengkapi lembar survei dengan
data nama yang tertera pada character card, namun responden diperbolehkan
untuk mengisi nama responden dengan inisial responden. Intinya adalah untuk
mengikuti klasifikasi informasi responden yang telah diperoleh dari penelitian
(Luthfiyah, 2017).
3. Klasifikasi
Dalam review ini, analis menyampaikan kepada responden bahwa mereka
akan menjamin pengklasifikasian data dari setiap responden baik secara lisan
maupun terekam dalam bentuk hard copy. Pakar akan bertanggung jawab atas
semua data dan informasi responden yang telah diperoleh untuk keperluan
penelitian. Motivasi di balik kerahasiaan adalah untuk memberikan jaminan untuk
mengikuti klasifikasi hasil eksplorasi, baik data yang disusun maupun tidak tertulis
dan masalah yang berbeda selama pemeriksaan. Semua eksplorasi yang telah
dikumpulkan oleh para analis harus dirahasiakan (Notoatmodjo, 2018)
(Fitriyani, Kurnia Saputri, 2021)(Indri Setiawati, Gamya Tri Utami,
2020)(Aprilyanto et al., 2021)(Solikhah et al., 2020)(Pusat pendidikan dan pelatihan
sumber daya air dan konstruksi, 2017)(Apriyadi & Amelia, 2020)(Ahdi,
2015)(Tanjung et al., 2020)(Fitriyani et al., 2021)(Khairul Rahmat & Kurniadi,
2020)(Harsoyo, 2012)