Anda di halaman 1dari 14

ETIKA DAN

PERLINDUNGAN
KONSUMEN
PANDANGAN PELAKU USAHA TERHADAP ETIKA BISNIS
PRO KONTRA
• Bisnis mempertaruhkan segalanya. • Bisnis adalah persaingan
• Bisnis meyangkut hubungan antar manusia
• Bisnis adalah asosial
• Bisnis adalah persaingan yang bermoral
• Legalistas berkaitan dengan moralitas • Bisnis harus bertujuan untuk keuntungan
• Bisnis harus mengikuti kemauan masyarakat
• Bisnis harus berkonsentrasi
• Bisnis harus disertai kewajiban moral.
• Bisnis harus mengingat sumberdaya yang terbatas • Bisnis itu perlu biaya
• Bisnis harus menjaga lingkungan sosial
• Bisnis harus menjaga keseimbangan, tanggung jawab dan
sosial
• Bisnis harus menggali sumberdaya yang berguna
• Bisnis memberi keuntungan jangka panjang.
• Di lingkungan masyarakat telah tumbuh etika bisnis ± khususnya berkaitan dengan perlindungan
konsumen yang pada pokoknya telah cukup memberikan perlindungan kepada konsumen dari
tindakan-tindakan pelaku bisnis/pelaku usaha.
• Namun demikian etika saja masih dianggap kurang tanpa hukum.
• Hubungan antara etika dan hukum adalah hubungan gradual, artinya sebuah etika yang belum mampu
disahkan oleh pembuat undang-undang sebagai hukum yang mengikat, maka pelanggaran atasnya
tidak dapat dijatuhi sanksi yang bersifat otonom (dipaksakan oleh kekuatan di luar si pelanggar).
• Agar memiliki daya pengikat sehingga sanksi kepada para pelanggar dapat dipaksakan maka
diperlukan hukum (dalam hal ini adalah undang-undang).
• Dua instrumen hukum penting yang menjadi landasan kebijakan perlindungan konsumen
di Indonesia, yakni Undang-Undang Dasar 1945, sebagai sumber dari segala sumber
hukum di Indonesia.
• Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen (UUPK).
• Lahirnya Undang-undang ini memberikan harapan bagi masyarakat Indonesia, untuk
memperoleh perlindungan atas kerugian yang diderita atas transaksi suatu barang dan
jasa.
TUJUAN PERLINDUNGAN KONSUMEN

• Meningkatkan kesadaran, kemampuan dan kemandirian konsumen untuk melindungi diri;


• Mengangkat harkat dan martabat konsumen dengan cara menghindarkannya dari ekses negatif pemakaian barang
dan/atau jasa;
• Meningkatkan pemberdayaan konsumen dalam memilih, menentukan dan menuntut hak-haknya sebagai konsumen;
• Menciptakan sistem perlindungan konsumen yang mengandung unsur kepastian hukum dan keterbukaan informasi
serta akses untuk mendapatkan informasi;
• Menumbuhkan kesadaran pelaku usaha mengenai pentingnya perlindungan konsumen sehingga tumbuh sikap yang
jujur dan bertanggungjawab dalam berusaha;
• Meningkatkan kualitas barang dan/atau jasa yang menjamin kelangsungan usaha produksi barang dan/atau jasa,
kesehatan, kenyamanan, keamanan dan keselamatan konsumen.
ASAS PERLINDUNGAN KONSUMEN

• Asas Manfaat; mengamanatkan bahwa segala upaya dalam penyelenggaraan perlindungan konsumen harus
memberikan manfaat sebesar-besarnya bagi kepentingan konsumen dan pelaku usaha secara keseluruhan;
• Asas Keadilan; partisipasi seluruh rakyat dapat diwujudkan secara maksimal dan memberikan kesempatan kepada
konsumen dan pelaku usaha untuk memperoleh haknya dan melaksanakan kewajibannya secara adil;
• Asas Keseimbangan; memberikan keseimbangan antara kepentingan konsumen, pelaku usaha, dan pemerintah
dalam arti materiil ataupun spiritual;
• Asas Keamanan dan Keselamatan Konsumen; memberikan jaminan atas keamanan dan keselamatan kepada
konsumen dalarn penggunaan, pemakaian dan pemanfaatan barang dan/atau jasa yang dikonsumsi atau digunakan;
• Asas Kepastian Hukum; baik pelaku usaha maupun konsumen mentaati hukum dan memperoleh keadilan dalam
penyelenggaraan perlindungan konsumen, serta negara menjamin kepastian hukum.
HAK-HAK KONSUMEN

• Hak atas kenyamanan, keamanan dan keselamatan dalam mengkonsumsi barang dan/atau jasa;
• Hak untuk memilih barang dan/atau jasa serta mendapatkan barang dan/atau jasa tersebut sesuai dengan nilai tukar dan kondisi serta
jaminan yang dijanjikan;
• Hak atas informasi yang benar, jelas dan jujur mengenai kondisi dan jaminan barang dan/atau jasa;
• Hak untuk didengar pendapat dan keluhannya atas barang dan/atau jasa yang digunakan;
• Hak untuk mendapatkan advokasi, perlindungan dan upaya penyelesaian sengketa perlindungan konsumen secara patut;
• Hak untuk mendapat pembinaan dan pendidikan konsumen;
• Hak untuk diperlakukan atau dilayani secara benar dan jujur serta tidak diskriminatif;
• Hak untuk mendapatkan kompensasi, ganti rugi/penggantian, apabila barang dan/atau jasa yang diterima tidak sesuai dengan perjanjian
atau tidak sebagaimana mestinya;
• Hak-hak yang diatur dalam ketentuan peraturan perundang-undangan lainnya.
KEWAJIBAN KONSUMEN

• Membaca atau mengikuti petunjuk informasi dan prosedur pemakaian atau pemanfaatan
barang dan/atau jasa, demi keamanan dan keselamatan;
• Beritikad baik dalam melakukan transaksi pembelian barang dan/atau jasa;
• Membayar sesuai dengan nilai tukar yang disepakati;
• Mengikuti upaya penyelesaian hukum sengketa perlindungan konsumen secara patut.
PERLINDUNGAN KONSUMEN DALAM ISLAM

• TAUHID  Secara etimologis, tauhid berarti mengesakan, yaitu mengesakan Allah. Tauhid adalah
prinsip umum hukum Islam. Prinsip ini menyatakan bahwa semua manusia ada di bawah suatu ketetapan
yang sama, yaitu ketetapan tauhid yang dinyatakan dalam kalimat )Tidak ada Tuhan selain Allah).
• ADL  Pada umumnya, keadilan adalah keadaan di mana setiap orang memperoleh apa yang menjadi
haknya dan setiap orang memperoleh bagian yang sama dari kekayaan bersama. Keadilan dalam hukum
Islam berarti pula keseimbangan antara kewajiban yang harus dipenuhi oleh manusia (mukallaf) dengan
kemampuan manusia untuk menunaikan kewajiban itu. Pelaku usaha tidak boleh melakukan berbagai
cara yang dilarang syari’at, mengingat pelaku usaha kerap kali mencari kesempatan dari kekayaan atau
profesinya untuk memperdaya konsumen. Bahkan, pelaku usaha tidak segan-segan melakukan segala
cara demi mencapai tujuan.
• AMAR MA’RUF NAHI MUNKAR  UUPK merupakan salah satu kontrol sosial untuk mengatur
hubungan pelaku usaha dan konsumen. Dilihat dari hukum Islam, aturan seperti tentang produksi
makanan halal dan pemberlakuan hak khiyar merupakan salah satu amar ma’ruf nahi munkar.
• KEBEBASAN  Dalam perlindungan konsumen, prinsip kebebasan ini sangat penting karena
terkait dengan kebebasan seseorang untuk melakukan hak pilihnya dalam suatu transaksi. Tanpa
kebebasan itu, individu muslim, baik sebagai konsumen maupun pelaku usaha tidak dapat
melaksanakan kewajiban mendasar dalam menikmati kesejahteraan dan menghindari kekacauan
dalam masyarakat. Karena itu, hak dan kewajiban pelaku usaha dan konsumen perlu
diseimbangkan.
• PERSAMAAN / EGALITER  Prinsip persamaan mengandung arti bahwa tidak ada
perbedaan antara sesama manusia, tetapi bukan berarti hukum Islam menghendaki
masyarakat tanpa kelas ala Komunisme, kemuliaan manusia bukanlah karena ras dan
warna kulit.
• TA’AWUN  Prinsip ta’awun berarti bantu-membantu antara sesama anggota
masyarakat. Bantu-membantu ini diarahkan sesuai dengan tauhid, terutama dalam upaya
meningkatkan kebaikan dan ketakwaaan kepada Allah. Prinsip ini menghendaki kaum
Muslim berada saling tolong dalam kebaikan dan ketakwaan
• TOLERANSI  Prinsip ini sebagai kelanjutan dari prinsip-prinsip yang telah diuraikan
di atas. Toleransi dimaksudkan Islam ialah toleransi yang menjamin tidak terlanggarnya
hak-hak Islam dan umatnya. Toleransi dapat diterima dan terselenggara selagi tidak
merugikan agama Islam. Dalam perlindungan konsumen, aplikasi prinsip-prinsip Islam
dapat diarahkan untuk pemberian motivasi dan etos kerja dalam rangka mengembangkan
sumber daya manusia yang produktif, berkualitas dan profesional. Islam menyediakan
ajaran-ajaran yang relevan, seperti tanggung jawab baik kepada sesama, lingkungan
maupun Tuhannya.
FIQH

• Fiqh yang berhubungan dengan perlindungan konsumen terkait dengan dengan penyalah
gunaan kelemahan pada konsumen biasanya terjadi pada 3 hal yaitu ketika transaksi
belum berlangsung, ketika transaksi sedang berlangsung dan ketika transaksi telah
berlangsung.
• Islam telah mengantisipasi hal tersebut di atas dengan menetapkan peraturan dalam
perlindungan konsumen sebagai berikut:

• Lanjutan…
• Perlindungan dari pemalsuan dan informasi yang tidak benar (gharar).
• Perlindungan terhadap hak pilih dan nilai tukar yang tidak wajar
• Perlindungan terhadap keamanan produk.
• Hak mendapat advokasi dan penyelesaian sengketa.
• Perlindungan dari penyalahgunaan keadaan seperti ihtikar.
• Hak ganti rugi (dhamarn) akibat negative produk.

Anda mungkin juga menyukai