Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pada 1968, George Best, European Footballer of the Year termuda dan pemenang the
European Cup bersama Manchester United pada tahun yang sama, memperoleh 150 pound Inggris
per minggu atau sekitar 293 dolar AS. Pada yang sama, George Best dianggap sebagai bintang dan
orang yang berpenghasilan baik jika dibandingkan dengan pemain – pemain sepak bola profesonal
sesamanya.
Kini, pemain bola rata – rata di Liga Premier Inggris memperoleh pendapatan jauh lebih
banyak daripada yang diperoleh George Best pada 1968. Ryan Giggs, yang sekarang ini
merupakan pemain yang paling lama bermain di Manchester United dan yang juga memenangkan
the European Cup bersama MU pada 1999, memperoleh pendapatan sebesar 75.000 pound
(US$38.462) pada 2004 atau 131 kali lebih banyak dari yang diperoleh George Best pada 1968.
Pada awalnya, fakta ini mungkin membuat kita berfikir bahwa sepak bola telah menjadi semakin
menguntungkan selama empat decade terakhir. Namun, sebagaimana yang diketahui oleh semua
orang, harga – harga barang dan jasa juga telah naik selama ini. Pada 1968, harga karcis minimum
untuk menonton tim kesayangan kita di Liga Sepak Bola Inggris kira – kira sebesar satu dolar AS.
Untuk menonton Manchester United, kita sekarang harus membayar antara 59 dan 98 dolar AS.
Karena harga – harga jauh lebih rendah pada era George Best daripada harga – harga pada masa
kita sekarang, tidaklah jelas apakah George Best mengalami standar hidup yang lebih tinggi
ataukah lebih rendah dibandingkan dengan pemain – pemain bola hari ini.
Sebelumnya, kita telah melihat bagaimana pakar ekonomi menggunakan Produk Domestik
Bruto (Gross Domestic Product—GNP) untuk mengukur jumlah barang dan jasa yang diproduksi
oleh perekonomIan. Pada bab ini pakar ekonomi mengkaji bagaimana mengukur keseluruhan
biaya hidup. Untuk membandingkan upah George Best sebesar US$975 dengan upah – upah yang
diterima pada masa sekarang ini, kita perlu mencari semacam cara untuk menjadikan angka –
angka ini menjadi ukuran daya beli yang bermakna. Ini adalah pekerjaan ahli statistic yang disebut
dengan indeks harga konsumsi(IHK – consumer price index, [CPI’]). Setelah melihat bagaimana
indeks harga konsumen dibentuk, kita akan membahas bagaimana kita dapat menggunakan indeks
harga ini untuk membandingkan angka dolar dari masa – masa waktu yang berbeda.
Indeks harga konsumen digunakan untuk mengamati perubahan dalam biaya hidup
sepanjang waktu. Ketika indeks harga konsumen naik, keluarga biasa harus menghabiskan
pengeluaran yang lebih banyak untuk menjaga standar hidup yang sama. Pakar ekonomi
menggunakan istilah inflasi untuk menggambarkan istilah situasi saat tingkat harga perekonomian
secara keseluruhan meningkat.Laju inflasi adalah perubahan persentase pada tingkat harga dari
periode sebelumnya

1
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang di maksud dengan Perhitungan Biaya Hidup / Cost of Living?
2. Apa yang dimaksud dengan Indeks harga konsumen (IHK) dan Isi Keranjang IHK ?
3. Bagaimana menghitung indeks harga konsumen dan apa masalah-masalah dalam
perhitungan biaya hidup?
1.3 Tujuan Penulisan
1. Untuk menegtahui pengertian dari Indeks Harga Konsumen
2. Untuk mengetahui masalah – masalah dalam perhitungan biaya hidup
3. Untuk mengetahui perbedaan deflator PDB versus Indeks Hrga Konsumsi
4. Untuk mengetahui nilai uang dari waktu ke waktu
5. Untuk mengetahui pengertian dari indeksasi
6. Untuk mengetahui perbedaan dari bunga nominal dan bunga riil

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Perhitungan Cost Of Living Atau Perhitungan Biaya Hidup

Perhitungan biaya hidup adalah suatu perencanaan/intruksi langkah demi langkah tentang
cara menghitung biaya hidup, dimana kita sebagai manusia yang mengetahui akan pengetahuan
tentang perencanaan perekonomian dalam rumah tangga ataupun dalam kehidupan sehari-hari dan
sebagai perbandingannya kita perlu menemukan cara untuk mengonversikan nilai uang kedalam
ukuran daya beli. Tugas inilah yang dilakukan oleh para ahli statistika dan disebut sebagai indeks
harga konsumen. Setelah mengerti bagaimana indeks harga konsumen ini dibentuk, kita akan
membahas cara menggunakan sebuah indeks harga untuk membandingkan nilai uang dalam waktu

2.2 Cara Kita Untuk Menghitung Biaya Hidup

Ada beberapa cara/petunjuk tentang bagaimana kita menghitung biaya hidup, diantaranya
adalah :

1. Bagi setiap kelompok masyarakat/keluarga mempunyai tanggung jawab setiap jangka waktu yang
ditentukan, misalnya sebulan sekali kita punya tanggungan dengan beberapa kategori, yakni :
 sewa dan utility (Gas, listrik, air, telepon, dan internet)
 Transportasi (mobil, sepeda motor, bus, angkutan umum, ojek, becak dokar dan perbaikan
atau perawatan kendaraan pribadi kita dll)
 Kedokteran/kesehatan kita (dari perawatan tubuh, kulit, THT, gigi dan asuransi kesehatan
 Sandang, pangan dan papan (pakaian, baju, kaos, celana, jilbab, sarung, makanan dan
minuman, dan rumah)
 Hiburan (restoran, teater, perkumpulan, tiket nonton, dll)
 Langganan bulanan (Koran, majalah, TV, internet, dll)
 Kartu kredit (cicilan rumah, mobil, sepeda motor, laptop, hp,
(2)
dll).
 Tabungan dan investasi

Dari semua itu kita bisa mengkategorikan folder, file, penyimpanan atau amplop, dan
ditempatkan sesuai dengan tempatnya dan menyiapkannya buat jangka pendek atau jangka
panjang menurut kita masing-masing, dari survey banyak orang yang menyiapkannya enam bulan
kedepan.

2. Review laporan bank, penerimaan, catatan pribadi dan tagihan dibayar enam bulan sebelumnya
untuk menentukan total bulanan yang diharapkan, untuk setiap kategori, sebagai aturan umum,

3
gunakan hokum rata-rata untuk membantu kita dalam menentukan biaya bulanan yang diharapkan
untuk setiap kategori. Tambahkan biaya yang dibayarkan dikaitkan dengan setiap kategori untuk
enam bulan sebelumnya. Bagilah jumlahnya dan tentukan biaya rata-rata yang dibayarkan untuk
biaya masing-masing. Tambahkan 5% terhadap total rata-rata akhir. Jumlah ini akan
mencerminkan biaya bulanan yang diharapkan untuk masing-masing kategori.

3. Tulis biaya bulanan yang diharapkan untuk setiap kategori pada selembar kertas atau dalam sebuah
jurnal keuangan. Masing-masing total biaya bulanan yang diharapkan untuk setiap kategori
menentukan jumlah bulanan kotor. Jumlah ini akan mencerminkan nilai biaya jasa, barang produk
dan biaya yang terkait dengan kondisi kehidupan kita seperti pada hari ini. Untuk
menjaga/waspada dari biaya mendadak, maka kita harus menyisihkan penghasilan kita ataupun
menabungkannya dengan mengkategorikannya dengan lain-lain (semua uang harus tersedia dalam
periode satu bulan). Dan kita akan melihat angka positif yang idealnya mencerminkan setidaknya
surplus 5 juta rupiah. Jika kita tidak melihat angka positif, kita akan hidup diluar kekayaan
ekonomi kita sendiri. Maka kita harus belajar dan mengevaluasi dan menentukan daerah/bagian
mana yang harus dikurangi. Hindari mencoba untuk mengurangi uang yang disisihkan untuk hal-
hal yang tidak perlu kecuali keadaan darurat dan kecelakaan

4. Untuk menghitung biaya bulanan diharapkan berhubungan dengan kategori lainnya , dan
tambahkan 15% untuk total biaya hidup bulanan yang kita harapkan. Untuk memberikan
ide/gambaran umum mengenai bagaimana biaya lain-lain/tak terduga terjadi. Belajar dari barang
yang tidak biasa dibeli, untuk menutupi biaya jasa yang tak terduga, pembelian maupun perbaikan
mesin dan sebagainya. Biaya tak terduga ini sama dengan sekitar 15% dari total biaya bulanan
hidup kita. Jadi, jika kita kita menghabiskan Rp 1,500.000 pada biaya bulanan, masuk akal apabila
kita menaruh uang Rp 250.000 dalam biaya lain-lain.

5. Untuk memahami sudah benarkah berdiri keuangan kita, penting, untuk membahas laporan bank
kita. Dari pemasukan ataupun pengeluaran dan tagihan dari enam bulan sebelumnya tetapi juga
tahun-tahun sebelumnya. Catat perubahan biaya-biaya hidup. Melihat perubahannya kita harus
mengaitkan dengan perubahan waktu ke tahun. Apabila musim dingin kita harus menyiapkan biaya
gas lebih, perubahan jadwal kerja/kuliah kita, full time untuk jam istirahat. Buat catatan bahwa
biaya hidup akan meningkat pada bulan juni karena biaya semester misalnya perkemahan atau
lebih rendah dari itu, dalam Sembilan bulan kita akan memiliki mobil, melunasi pembayaran
pinjaman(utang) . maka bersiaplah dengan mengetahui persis apa yang akan kita bayar dari
tanggungan kita masing-masing, barang jasa. Produk dan biaya yang berhubungan dengan
pengaturan tempat tinggal kita hari ini, besok ataupun enam bulan dari sekarang !(4)

2.3 Indeks Harga Konsumen

4
Indeks harga konsumen (consumer price indeks) merupakan suatu ukuran atas keseluruhan
biaya pembelian barang dan jasa oleh rata-rata konsumen. Biro statistika tenaga kerja yang
merupakan bagian dari Departemen Tenaga Kerja, setiap bulannya menghitung dan melaporkan
indeks harga konsumen

2.4 Tujuan Penggunaan Indeks Harga Konsumen

Tujuan IHK adalah mengukur perubahan-perubahan biaya hidup. Dengan kata lain, indeks harga
konsumen membantu kita mengukur berapa banyak pendapatan yang harus bertambah agar dapat
mempertahankan standar hidup

2.5 Cara Kita Untuk Menghitung Indeks Harga Konsumen

Perhitungan Indeks harga konsumen dan laju inflasi oleh biro statistikatenaga kerja
menggunakan data harga ribuan jenis barang dan jasa. Cara-cara tersebut adalah :

Ø Tentukan isi keranjangnya : langakah pertama dalam menghitung indeks harga konsumen adalah
dengan menentukan harga, harga paling penting bagi rata-rata konsumen.

Ø Tentukan harga-harganya : langkah kedua dalam menghitung indeks harga konsumen adalah
menetapkan harga setiap barang dan jasa dalam keranjang untuk sepanjang waktu.

Ø Hirtung harga seluruh keranjangnya : langkah ketiga adalah menggunakan daya harga-harga untuk
menghitung jumlah harga keseluruhan isi keranjang barang dan jasa dari waktu ke waktu.

Ø Pilih tahun pokok dan hitung indeksnya : langkah keempat adalah menetapkan suatu tahun sebagai
tahun pokok, yang digunakan sebagai patokan untuk tahun-tahun lainnya, untuk menghitung
indeks, harga keranjang barang dan jasa dalam setiap tahun dibagi dengan harga keseluruhan isi
keranjang pada tahun pokok, kemudian perbandinagn ini dikalikan 100. Hasil yang diperoleh
adalah indeks harga konsumen.

Ø Hitung laju inflasinya : langkah kelima adalah menggunakan indeks harga konsumen untuk
menghitung laju inflasiyang merupakan perubahan dalam indeks harga dari jangka waktu
sebelumnya

CPI in Year 2 - CPI in Year 1


Inflation Rate in Year 2 =  100
CPI in Year 1

5
Contoh Lain :

Tabel ini menunjukkan bagaimana dalam menghitung indeks harga konsumen dan laju inflasi
untuk perekonomian dimana konsumen hanya membeli soto dan mie ayam

Langkah 1 : Menyurvei Konsumen untuk Menentukan Keranjang Tetap Harga

5 Soto, 3 Mie Ayam

Langkah 2 : Mnecari Harga Setiap Barang pada Setiap Tahun

Tahun Harga Soto Harga Mie Ayam

2011 1 2

2012 2 3

2013 3 4

Langkah 3 : Menghitung Biaya Keranjang Barang pada Setiap Tahun

2011 ($1 porsi soto x 5 porsi soto) + ($2 porsi mie ayam x 3 porsi mie ayam) = $11

2012 ($2 porsi soto x 5 porsi soto) + ($3 porsi mie ayam x 3 porsi mie ayam) = $19

6
2013 ($3 porsi soto x 5 porsi soto) + ($4 porsi mie ayam x 3 porsi mie ayam) =$27

Langkah 4 : Memilih Satu Tahun sebagai Tahun Basis (2011) dan Menghitung Indeks
Harga Konsumen pada Setiap Tahun

2011 ($11/$11) x 100 = 100

2012 ($19/$11) x 100 = 172,72

2013 ($27/$11) x 100 = 245,45

Langkah 5 : Menggunakan Indeks Harga Konsumen untuk Menghitung Laju Inflasi dari
Tahun Sebelumnya

2012 (172,71 – 100)/100X100 = 72,71%

2013 (245,45 – 172,71)/172,71X100 = 42,11%

2.6 Isi Dalam Keranjang Indeks Harga Konsumen

 Makanan dan minuman Perumahan


 Transportasi Pendidikan dan komunikasi
 Prawatan kesehatan Rekreasi
 Perlengkapan Barang dan jasa lainnya

2.7 Masalah-Masalah Dalam Perhitungan Biaya Hidup

Indeks harga konsumen bukanlah bukanlah alat ukur yang sempurna untuk menhitung biaya
hidup, masih banyak yang lainnya, tetapi secara umum ada tiga masalah pokok yang sulit diatasi,
diantaranya adalah :

Masalah pertama disebut bias subtitusi. Harga-harga tidaklah mengalami perubahan yang
sebanding dari satu tahun ke tahun berikutnya : Beberapa harga meningkat lebih banyak daripada
harga lainnya. Para konsumen menanggapi perbedaan perubahan harga ini dengan mengurangi
pembelian barang-barang yang harganya meningkat lebih banyak dan menambah pembelian
barang-barang yang harganya tidak banyak meningkat atau bahkan terancam mengalami
penurunan. Artinya, konsumen akan mengganti barang-barang kebutuhannya dengan barang-
barang lain yang harganya lebih murah. Jika indeks harga konsumen menghitung biaya hidup

7
dengan mengasumsikan sekeranjang barang dan jasa tertentu, maka indeks harga konsumen telah
mengabaikan adanya kemungkinan subtitusi konsumsi. Akibatnya, indeks indeks ini cenderung
mentapkan kenaikan biaya hidup yang terlalu tinggi dari satu tahun ke tahun berikutnya

Masalah kedua yang berhubungan dengan indeks harga konsumen adalah munculnya
barang-barang yang baru. Ketika terdapat barang baru dipasar, konsumen akan memiliki lebih
banyak pilihan. Selanjutnya, jumlah pilihan yang semakin banyak akan meningkatkan nilai uang,
sehingga konsumen membutuhkan lebih sedikit uanguntuk mempertahankan standard hidupnya.
Karena indeks harga konsumen membutuhkan lebih sedikit uanguntuk mempertahankan standar
hidupnya. Karena indeks harga konsumen dihitung berdasarkan keranjang barang dan jasayang
tetap, maka indeks ini tidak dapat mencerminkan perubahan dalam daya beli uang.

Masalah ketiga adalah perubahan kualitas yang tidak terukur. Jika kualitas suatu barang
memburuk dari tahun ke tahun, nilai uang akan jatuh walaupun harga barang tersebut tetap.
Demikian pula apabila kualitas barang tersebut meningkat dari tahun ke tahun maka nilai uang
akan meningkat

2.8 Deflator PDB versus Indeks Harga Konsumen

Deflator PDB adalah perbandingan PDB nominal dengan PDB sebenarnya. PDB nominal
adalah hasil saat ini yang dinilai pada harga saat ini sedangkan PDB sebenarnya adalah hasil saat
ini yang dinilai pada harga tahun basis.
Perbedaan pertama adalah Deflator PDB mengukur harga semua barang dan jasa yang
diproduksi sedangkan CPI hanya mengukur harga barang dan jasa yang dibeli
konsumen. Sehingga peningkatan harga barang yang dibeli oleh perusahaan-perusahaan dan
pemerintah hanya akan muncul dalam deflator GDP, bukan dalam CPI.
Perbedaan kedua adalah cara keduanya mengagregasi harga. CPI membandingkan harga keranjang
tetap barang dan jasa dengan harga keranjang pada tahun basis. Sebaliknya, deflator PDB
membandingkan harga barang dan jasa yang sekarang diproduksidengan harga barang dan jasa
yang sama pada tahun basis. Oleh karena itu, kelompok barang dan jasa yang digunakan untuk
menghitung deflator PDB berubah secara otomatis sepanjang waktu.

2.9 Mengoreksi Variabel Ekonomi Terhadap Dampak Inflasi


Tujuan dari mengukur tingkat harga keseluruhan dalam perekonomian adalah untuk
melakukan perbandingan antara nilai moneter dari masa waktu yang berbeda.

Nilai Uang dari Waktu ke Waktu

Misalkan ada seorang pegawai Bank yang bernama Suni yang memiliki upah senilai Rp
200.000 pada tahun 1995 akan dibandingkan dengan upah pegawai Bank yg bernama Ita pada
tahun ini (2014) yang sebesar Rp 3.000.000, hal ini secara spontan akan menimbulkan pendapat

8
bahwa penghasilan Ita sebagai pegawai Bank saat ini mempunyai gaji/upah yang sangat besar dan
lebih menguntungkan jika dibandingkan dengan upah Suni pada tahun 1995.

Namun bila diperhitungkan lagi kita mengetahui banyak barang dan jasa yang ada di
Indonesia semakin meningkat seiring berjalannya waktu atau disebut inflasi, maka untuk
membandingkan dan menghitungnya kita harus mengetahui tingkat harga tahun 1995 dan tingkat
harga tahun sekarang 2014. Untuk membandingkan upah Suni tahun 1995 dengan upah Ita tahun
2014 maka kita harus menghitung inflasi upah tahun 1995 untuk mengubah nilai rupiah pada tahun
1995 ke dalam nilai rupiah tahun ini 2014.

Misalkan statistik menunjukkan Indeks Harga Konsumen pada tahun 1995 adalah 8,2 dan
tingkat harga pada tahun 2014 ini adalah 90. Maka, dapat dihasilkan tingkat harga keseluruhan
naik sebesar = 10,976. Dari data-data tersebut kita dapat mengukur bagaimana upah Suni pada
tahun 2014.

Upah Suni dalam rupiah tahun 2014 = Upah pada tahun 1995 x

= Rp 200.000 x

= Rp 2.195.122

Dengan demikian dapat disimpulakan bahwa upah yang di dapatkan oleh Suni pada tahun
1995 setara dengan upah saat ini Rp 2.195.122. Dengan upah itu masih lebih rendah jika
dibandingkan dengan upah yang diperoleh Ita pada tahun ini yaitu sebesar 3.000.000.

Indeksasi

Ideksasi merupakan penyesuaian otomatis dari jumlah uang yang ada dengan dampak
inflasi oleh undang-undang atau kontrak. Biasanya perusahaan menyertakan indeksasi upah yang
parsial atau yang lengkap pada indeks harga konsumen. Ketetapan ini disebut sebagai Tunjangan
Biaya Hidup dan secara otomatis meningkatkan upah ketika indeks harga konsumen naik.

Indeksasi juga merupakan bagian dari berbagai undang-undang, misalnya pension dapat
disesuaikan setiap tahun untuk mengkompensasi manula terhadap harga-harga yang naik.
Kelompok pajak penghasilan-level penghasilan dimana tariff pajak berubah-juga dapat diindeksasi
dengan inflasi.

9
Suku Bunga Nominal dan Riil

Suku Bunga Nominal ( Nominal Interest Rate)

Suku Bunga Nominal adalah Suku bunga sebagaimana biasa diberitakan tanpa disesuaikan dengan
dampak inflasi.

Suku Bunga Riil ( Real Interest Rate)

Suku Bunga Riil adalah Suku bunga yang disesuaikan dengan dampak inflasi.

Ketika kita menabung di Bank maka kita akan mendapatkan bunga dari Bank, dan
sebaliknya jika kita meminjam uang dari Bank maka kita harus membayar bunga pinjaman kita.
Suku bunga selalu melibatkan pembandingan jumlah uang pada masa waktu yang berbeda, dan
kita harus mengetahui bagaimana menyesuaikannya dalam dampak inflasi.

Contoh :

Seorang mahasiswa bernama Tono menabung pada Bank ABC sebesar Rp 20.000.000,
pada Bank ABC memberikan bunga sebesar 5 % setiap tahunnya. Berarti pada tahun berikutnya
Tono memiliki bunga sebesar Rp 1.000.000. Dengan demikian uang yang terkumpul dari tabungan
Tono adalah Rp 21.000.000. namun seiring dengan berjalannya waktu, harga pada saat itu juga
naik. Meskipun jumlah tabungan Tono lebih banyak karena adanya bunga, namun karena harga
naik hal itu akan mengakibatkan daya beli yang lebih sedikit jika dibandingkan dengan tahun lalu.
Apabila laju inflasi sebesar 7 % maka daya beli atau jumlah barang yang dapat dibeli oleh Tono
turun sebesar 2 %.

Hubungan antara Suku Bunga Nominal dengan Suku Bunga Riil adalah sbb:

Suku Bunga Riil = Suku Bunga Nominal – Laju Inflasi

· Suku Bunga Riil adalah perbedaan antara Suku Bunga Nominal dengan Laju Inflasi.

· Suku bunga nominal menunjukkan seberapa cepat jumlah rupiah di rekening bank kita naik
sepanjang waktu.

· Suku Bunga Riil menunjukkan seberapa cepat daya beli rekening bank kita naik sepanjang
waktu.

10
BAB 3

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Perhitungan Cost of living atau perhitungan biaya hidup adalah suatu perencanaan/intruksi
langkah demi langkah tentang cara menghitung biaya hidup, dimana kita sebagai manusia yang
mengetahui akan pengetahuan tentang perencanaan perekonomian dalam rumah tangga ataupun
dalam kehidupan sehari-hari.

Indeks harga konsumen (consumer price indeks) merupakan suatu ukuran atas keseluruhan
biaya pembelian barang dan jasa oleh rata-rata konsumen. Biro statistika tenaga kerja yang
merupakan bagian dari Departemen Tenaga Kerja, setiap bulannya menghitung dan melaporkan
indeks harga konsumen. Tujuan IHK adalah mengukur perubahan-perubahan biaya hidup. Dengan
kata lain, indeks harga konsumen membantu kita mengukur berapa banyak pendapatan yang harus
bertambah agar dapat mempertahankan standar hidup

Deflator PDB adalah perbandingan PDB nominal dengan PDB sebenarnya. PDB nominal
adalah hasil saat ini yang dinilai pada harga saat ini sedangkan PDB sebenarnya adalah hasil saat
ini yang dinilai pada harga tahun basis.

Perbedaan pertama adalah Deflator PDB mengukur harga semua barang dan jasa yang
diproduksi sedangkan CPI hanya mengukur harga barang dan jasa yang dibeli
konsumen. Sehingga peningkatan harga barang yang dibeli oleh perusahaan-perusahaan dan
pemerintah hanya akan muncul dalam deflator GDP, bukan dalam CPI. Perbedaan kedua adalah
cara keduanya mengagregasi harga. CPI membandingkan harga keranjang tetap barang dan jasa
dengan harga keranjang pada tahun basis. Sebaliknya, deflator PDB membandingkan harga barang
dan jasa yang sekarang diproduksidengan harga barang dan jasa yang sama pada tahun basis. Oleh
karena itu, kelompok barang dan jasa yang digunakan untuk menghitung deflator PDB berubah
secara otomatis sepanjang waktu

11
3.2 Daftar Pustaka

Ø Mankiw n Gregory, Principles of economics pengantar ekonomi makro, edisi 3, penerbit salemba
empat, 2006, Jakarta

Ø Richard g lipsey, peter o.steiner, douglas d. Purvis, Pengantar makroekonomi, edisi 5 Erlangga,
1987, Jakarta

Ø Rekso prayitno soediyono, Pengantar ekonomi makro, BPFE, jogjakarta

Ø Handewi p.s Rachman dan supriyati, struktur dan distribusi pendapatan rumahtangga petani lahan
sawah di Jawa dan luar Jawa, ejournal universitas udayana, diakses dari :

Ø http://www.ehow.com/how_2304258_calculate-cost-living.html

Ø http://www.indonesia-investments.com/id/keuangan/angka-ekonomi-makro/inflasi-di-
indonesia/item254

3.3 Lampiran Kasus

Inflasi di Indonesia 2008-2015:

2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015


Inflasi
9.8 4.8 5.1 5.4 4.3 8.4 8.4 3.4
(perubahan % tahunan)
Target Bank Indonesia
5.0 4.5 5.0 5.0 4.5 4.5 4.5 4.0
(perubahan % tahunan)

Sumber: Bank Dunia dan Bank Indonesia

Inflasi di Indonesia:

Monthly Growth Monthly Growth Monthly Growth Monthly Growth


Bulan
2013 2014 2015 2016
Januari 1.03% 1.07% -0.24% 0.51%
Februari 0.75% 0.26% -0.36%
Maret 0.63% 0.08% 0.17%
April -0.10% -0.02% 0.36%
Mei -0.03% 0.16% 0.50%
Juni 1.03% 0.43% 0.54%
Juli 3.29% 0.93% 0.93%
Augustus 1.12% 0.47% 0.39%

12
September -0.35% 0.27% -0.05%
Oktober 0.09% 0.47% -0.08%
November 0.12% 1.50% 0.21%
Desember 0.55% 2.46% 0.96%
Total 8.38% 8.36% 3.35%

Sumber: BPS

Karakteristik tingkat inflasi yang tidak stabil di Indonesia menyebabkan deviasi yang lebih
besar dibandingkan biasanya dari proyeksi inflasi tahunan oleh Bank Indonesia. Akibat dari
ketidakjelasan inflasi semacam ini adalah terciptanya biaya-biaya ekonomi, seperti biaya
peminjaman yang lebih tinggi di negara ini (domestik dan internasional) dibandingkan dengan
negara-negara berkembang lainnya. Saat rekam jejak yang baik mengenai mencapai target inflasi
tahunan terbentuk, kredibilitas kebijakan moneter yang lebih besar akan mengikutinya. Namun,
karena inflasi yang tidak stabil terutama disebabkan karena penyesuaian harga bahan bakar
bersubsidi, kami memprediksi akan terjadi lebih sedikit deviasi antara target awal dan realisasi
inflasi ke depan.

Kurangnya kuantitas dan kualitas infrastruktur di Indonesia juga mengakibatkan biaya-


biaya ekonomi yang tinggi. Hal ini menghambat konektivitas di negara kepulauan ini dan
karenanya meningkatkan biaya transportasi untuk jasa dan produk (sehingga membuat biaya
logistik tinggi dan membuat iklim investasi negara ini menjadi kurang menarik). Gangguan
distribusi karena isu-isu yang berkaitan dengan infrastruktur sering dilaporkan dan membuat
Pemerintah menyadari pentingnya berinvestasi untuk infrastruktur negara ini. Infrastruktur telah
dipandang sebagai prioritas utama Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi
Indonesia (MP3EI); sebuah rencana pembangunan jangka panjang Pemerintah yang ambisius dan
masih belum membuahkan hasil.

Harga-harga bahan pangan sangat tidak stabil di Indonesia (rentan terhadap kondisi cuaca)
dan kemudian meletakkan beban yang besar kepada rumah tangga-rumah tangga yang berada di
bawah atau sedikit di atas garis kemiskinan. Rumah tangga-rumah tangga ini menghabiskan lebih
dari setengah dari pendapatan yang bisa dibelanjakan mereka untuk makanan, terutama beras.
Oleh karena itu, harga-harga makanan yang lebih tinggi menyebabkan inflasi keranjang
kemiskinan yang serius yang mungkin meningkatkan persentase penduduk miskin. Panen-panen
yang gagal dikombinasikan dengan reaksi lambat dari Pemerintah untuk menggantikan produk-
priduk makanan lokal dengan impor adalah penyebab tekanan inflasi.

Puncak Inflasi Rutin di Indonesia

Bila tidak memperhitungkan penyesuaian harga yang ditetapkan pemerintah, ada dua
puncak inflasi tahunan yang biasanya terjadi di Indonesia. Periode Desember-Januari selalu
menjadi waktu kenaikan harga-harga karena perayaan-perayaan Natal dan Tahun Baru. Selain itu,
banjir yang sering terjadi di bulan Januari (karena puncak musim hujan) menyebabkan gangguan
jalur-jalur distribusi di beberapa daerah dan kota, dan karenanya menyebabkan biaya logistik yang
lebih tinggi. Puncak inflasi kedua terjadi di periode Juli-Agustus. Tekanan-tekanan inflasi di kedua
bulan ini terjadi sebagai dampak dari masa liburan, bulan suci puasa umat Muslim (Ramadan),

13
perayaan-perayaan Idul Fitri dan awal tahun ajaran baru. Peningkatan yang signifikan bisa
dideteksi dalam belanja makanan dan barang-barang konsumen lain (seperti baju, tas dan sepatu),
diikuti dengan tindakan para retailer yang menaikkan harga.

Kebijakan Moneter dan Suku Bunga Acuan Bank Indonesia (BI Rate)

Dengan pertumbuhan PDB tahunan naik rata-rata 5% sampai 6% (y/y) selama satu dekade
terakhir, perekonomian Indonesia telah berekspansi dengan cepat, dengan karakteristik naiknya
permintaan domestik (konsumsi domestik berkontribusi untuk sekitar 55% dari total pertumbuhan
ekonomi negara ini), pertumbuhan kredit sektor swasta yang subur dan peningkatan akses bisnis
untuk kredit. Terlebih lagi, gaji sektor publik telah meningkat karena reformasi administratif dan
pertumbuhan gaji sektor swasta telah berakselerasi (upah minimum regional Indonesia dinaikkan
secara signifikan pada tahun 2012-2014). Karena pertumbuhan ekonomi yang subur membawa
tekanan-tekanan inflasi, kebijakan-kebijakan moneter baru-baru ini (sejak 2013) bertujuan untuk
mengamankan stabilitas keuangan negara ini, tertutama setelah inflasi naik akibat reformasi harga
bahan bakar bersubsidi pada periode 2013-2015 sementara akhir dari program quantitative
easing Federal Reserve (dan ancaman kenaikan suku bunga AS) menyebabkan capital
outflows besar-besaran dari negara-negara berkembang (menyebabkan pelemahan tajam mata
uang negara-negara berkembang), termasuk Indonesia. Kebijakan moneter Bank Indonesia yang
lebih ketat dilaksanakan dengan mengorbankan laju pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi.

Bank Indonesia (BI) memiliki tujuan utama memastikan kestabilan rupiah. BI


menggunakan instrumen-instrumen dalam cakupan luas untuk mengurangi tekanan-tekanan inflasi
di negara ini. Kebijakan suku bunga bank disesuaikan ketika target inflasi tidak tercapai. Antara
Februari 2012 sampai Juni 2013, suku bunga acuan negara ini (BI rate) telah ditetapkan pada level
terendah dalam sejarah pada 5,75%. Setelah periode ini, tekanan-tekanan inflasi meningkat karena
reformasi harga bahan bakar bersubsidi dan ketidakjelasan global mengenai kebijakan moneter
AS. Capital outflows yang mengikutinya mengakibatkan pelemahan nilai tukar rupiah secara
tajam. Oleh karena itu, mulai dari pertengahan 2013, Bank Indonesia menyesuaikan BI rate-nya
dengan menaikkannya secara bertahap namun agresif dari 5,75% menjadi 7,50%. Tindakan ini
juga membawa kepada penurunan pertumbuhan kredit di Indonesia.

Tindakan lain untuk memperketat kebijakan moneter adalah menaikkan persyaratan


simpanan baik untuk deposito mata uang lokal maupun mata yang asing di bank-bank Indonesia.
Terakhir, BI mengurangi permintaan para investor asing untuk Sertifikat Bank Indonesia (SBI)
dengan memperpanjang periode persyaratan kepemilikan SBI dari satu menjadi enam bulan,
memperpanjang waktu jatuh tempo dari SBI yang diterbitkan menjadi 9 bulan dan dengan
memperkenalkan deposito-deposito dalam konteks tidak dapat diperdagangkan dengan waktu
jatuh tempo lebih panjang (yang hanya tersedia untuk bank-bank). Tindakan-tindakan ini bertujuan
untuk memitigasi aliran ‘uang panas’ ke dalam Indonesia.

Bank Indonesia Rate (BI Rate) 2008-2014:

2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015


Bank Indonesia Rate
9.25 6.50 6.50 6.00 5.75 7.50 7.75 7.50
(% pada akhir tahun)

14
Sumber: Bank Indonesia

Inflasi Indonesia dalam Perspektif Global

Tabel di bawah menempatkan performa inflasi Indonesia baru-baru ini (perubahan persentase
tahunan) dalam perspektif global dengan membandingkannya dengan angka-angka inflasi di
Amerika Serikat dan Republik Rakyat Tiongkok.

2009 2010 2011 2012 2013 2014


Amerika Serikat -0.4 1.6 3.0 1.7 1.5 1.6
Cina -0.7 3.3 5.4 2.6 2.6 2.1
Indonesia 4.8 5.1 5.4 4.3 8.4 8.4
Sumber: Bank Dunia

Updated pada 1 Februari 2016

15

Anda mungkin juga menyukai