Anda di halaman 1dari 17

Makalah

Sistem Ekonomi Pada Masa Dinasti Usmani

Disusun Guna Memenuhi Tugas


Mata Kuliah Pemikiran Peradaban Islam
Dosen Pengampu: Dr. Yogi Prana Izza, Lc.Ma.

Disusun Oleh:
FATIMATUS ZAHROH

MAGISTER PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA
SUNAN GIRI BOJONEGORO
2022
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ........................................................................................................ i


BAB I: PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .......................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ..................................................................................... 2
1.3 Tujuan ....................................................................................................... 2
BAB II: PEMBAHASAN
A. Sejarah berdirinya dinasti turki Usmani .................................................... 3
B. Sistem ekonomi pada masa dinasti turki Usmani ..................................... 5
1) Sektor Pertanian dan pajak…………………………………………. . 5
2) Sektor Mukata’a (bea cukai) ………………………………………. . 7
3) Sistem Wakaf ………………………………………………………. 8
4) Sistem moneter dan Sektor perdagangan …………………………... 9

5) Karakteristik kebijakan ekonomi …………………………………… 11


BAB III: PENUTUP
A. Kesimpulan................................................................................................ 14
DAFTAR PUSTAKA

1
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pemerintah Kekhilafahan Turki Utsmani dikenal sebagai salah satu

khilafah terbesar sepanjang masa. Hal ini dikarenakan daerah kekuasaannya

yang sangat luas terbentang dari belahan timur hingga belahan barat dunia

dengan lama kekuasaan kurang lebih 600 tahun. Bangsa Turki mempunyai

peran yang sangat strategis dalam perkembangan kebudayaan Islam. Peran

strategis tersebut terlihat dalam bidang politik, pendidikan, ekonomi, dan

pertahanan kekuasaan Bahkan pengaruh dinasti itu menjangkau wilayah yang

sangat luas, termasuk Eropa Timur, Asia Kecil, Asia Tengah, Timur Tengah,

Mesir dan Afrika Utara.

Turki Ustmani lebih memperhatikan kemajuan bidang politik dan

militer. Dengan demikian kondisi ekonomi dan keuangan turut memberikan

andil bagi perkembangan lslam di kerajaan Turki Ustmani. Dengan

mempelajari sejarah peradaban dinasti turki usmani khususnya bidang

ekonomi akan menjadi pengetahuan bahwa orang muslim lebih unggul di masa

itu dalam mengembangkan segala ilmu terutama dalam hal ekonomi.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana Sejarah berdirinya dinasti turki Usmani?
2. Bagaimana Sistem ekonomi pada masa dinasti turki Usmani?
1.3 Tujuan
1. Mengetahui Sejarah berdirinya dinasti turki Usmani
2. Mengetahui Sistem ekonomi pada masa dinasti turki Usmani

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Sejarah berdirinya dinasti turki Usmani

Awal mula berdirinya Dinasti ini banyak tertulis dalam legenda dan

sejarah sebelum tahun 1300. Dinasti ini berasal dari suku Qoyigh Oghus, yang

mendiami daerah Mongol dan daerah Utara negeri Cina kurang lebih tiga abad.

Kemudian mereka pindah ke Turkistan, Persia dan Iraq. Mereka masuk Islam

pada abad ke-9/10 ketika menetap di Asia Tengah.1

Sejak mundur dan berakhirnya era Abbasiyah, keadaan politik umat

Islam mengalami kemajuan kembali oleh tiga kerajaan besar: Usmani di Turki,

Mughal di India, dan Safawidi Persia. Dari ketiganya, Turki Usmani, adalah

yang terbesar dan terlama. Turki Utsmani runtuh dan berubah menjadi

Republik Turki pada tahun 1924M

Pada abad ke-13 M, mereka mendapat serangan dan tekanan dari

Mongol, akhirnya mereka melarikan diri ke Barat dan mencari perlindungan di

antara saudara-saudaranya yaitu orang-orang Turki Seljuk, di dataran tinggi

Asia Kecil. Di bawah pimpinan Orthogul, mereka mengabdikan diri kepada

Sultan Alaudin II yang sedang berperang melawan Bizantium. Karena bantuan

mereka inilah, Bizantium dapat dikalahkan. Kemudian Sultan Alauddin

memberi imbalan tanah di Asia Kecil yang berbatasan dengan Bizantium.

Sejak itu mereka terus membina wilayah barunya dan memilih kota Syukud

sebagai ibukota Ertoghrul meninggal dunia tahun 1289, kepemimpinan

1
C.E. Bossworth, The Encyclopaedia of Islam, Op.cit., h. 163

3
dilanjutkan oleh puteranya, Usman. Putera Ertoghrul inilah yang dianggap

sebagai pendiri kerajaan Usmani. Usman memerintah antara tahun 1290 - 1326

Masehi. Pada tahun 1300 M, bangsa Mongol kembali menyerang Kerajaan

Seljuk, dan dalam pertempuran tersebut Sultan Alaudin terbunuh. Setelah

wafatnya Sultan Alaudin, Usman memproklamasikan kemerdekaannya dan

berkuasa penuh atas daerah yang didudukinya. Penguasa pertamanya adalah

Usman yang sering disebut Usman I. Setelah Usman I mengumumkan dirinya

sebagai Padisyah al-Usman (raja besar keluarga Usman) tahun 1300 M setapak

demi setapak wilayah kerajaan diperluas..2

Turki Usmani mengalami kemajuannya pada masa Sultan Muhammad

II (1451-1484 M) atau Muhammad Al-Fatah. Beliau mengalahkan Bizantium

dan menaklukkan Konstantinopel pada tahun 1453 M yang merupakan

kekuatan terakhir Imperium Romawi Timur.3

Usmani yang berhasil menaklukkan Mesir tetap melestarikan beberapa

system kemasyarakatan yang ada sekalipun dengan beberapa modifikasi.

Usmani menyusun kembali sistem pemerintahan yang memusat dan

mengangkat beberapa Gubernur militer dan pejabat-pejabat keuangan untuk

mengamankan pengumpulan pajak dan penyetoran surplus pendapatan ke

Istambul. Peranan utama pemerintahan Usmani adalah menentramkan negeri

ini, melindungi pertanian, irigasi dan perdagangan sehingga mengamankan

arus perputaran pendapatan pajak. Dalam rentangan abad pertama dan abad

pertengahan dari periode pemerintahan Usmani, sistem irigasi di Mesir

2
Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam, Op.cit., h. 130.
3
Zubaidah Siti, Sejarah Peradaban Islam, Perdana Publishing.2016.Hlm.149

4
diperbaiki, kegiatan pertanian meningkat dengan pesat dan kegiatan

perdagangan dikembangkan melalui pembukaan kembali beberapa jalur

perdagangan antara India dan Mesir.4

B. Sistem ekonomi pada masa dinasti usmani

Sektor perekonomian Turki Utsmani sebagian besar adalah pertanian

yang didukung oleh sektor perdagangan dan industri. Daerah-daerah yang di

taklukkan menjadi sumber perekonomian kerajaan Turki Utsmani. Hal ini di

sebabkan dalam setiap keberhasilan kerajaan mendapatkan rampasan perang,

jizyah, dan pajak sesudahnya. Begitu pula dengan dikuasai kota-kota dangang

dan jalur perdagangan di laut dan di darat memungkinkan pula kerajaan

memacu kemajuan ekonominya melalui perdagangan.

1) Sektor Pertanian dan pajak

Tanah-tanah pertanian merupakan sumber pendapatan negara yang

utama yang dimiliki oleh negara (miri). Sehingga, aktivitas perekonomian

negara banyak difokuskan kepada pajak pertanian yang proporsi

sumbangannya tinggi dalam keuangan publik Turki Utsmani. Pengelolaan

tanah dan pajak Turki Utsmani sebagai pemerintah melanjutkan sistem iqta

Daulah Saljuk yang dinamakan dengan sistem tīmār. Kepemilikan tanah

dibagi menjadi tiga bagian yaitu: wakaf, mulk (kepemilikan secara

sempurna), dan tīmār. Walaupun tīmārs mempunyai ukuran yang berbeda

secara umum istilahnya dipanggil tīmār. Misalnya, para komandan militer

diberikan tīmārs (unit tanah dengan pendapatan per tahun kurang dari

4
Ira M. Lapidus, Sejarah Sosial Umat Islam, Op.cit., h. 553.

5
20,000 akçe), birokrator diberikan zeʽāmets (land units with a yearly income

of 20,000–100,000 akçe) and palacemembers to ḫāṣs (unit tanah dengan

pendapatan per tahun lebih dari 100,000 akçe).687 Adapun alasan adanya

sistem tīmār waktu itu untuk membiayai tentara yang sangat membutuhkan

keuangan yang sangat tinggi.5

Di bidang agraria pola kebijakan pemerintah Turki Usmani

mengikuti kepada undang-undang agraria warisan Bizantium .tedapat dua

jenis tanah garapan Al-iqta merupakan tanah garapan terkecil yang di

berikan pemilik tanah kepada para petani untuk diolah ,hasil timar ini di

serahkan sepenuhnya kepada pemilik tanah sedangkan petani mendapat

bagian yang hanya mampu memenuhi keperluan makan sehari-hari .setiap

pemilik timar berkewajiban menyerahkan dua sampai empat ekor kuda atau

beberapa orang calon tentara angkatan laut kepada pemerintah di samping

membayar pajak kekayaan untuk menunjang pelaksanaan kewajiban ini

,pemerintah menetapkan pengawas pada setiap timar. Sedangkan ziamat

merupakan tanah garapan yang diberikan pemerintah kepada para petani

untuk diolah pemilik tanah atau zaim mempunyai kewajiban membayar

pajak dan mengirimkan sejumlah calon tentara sesuai dengan luas ziamat

yang dimiliki untuk menunjang aktivitas ekonomi.

Penghasilan negara Usmani banyak didapatkan dari tanah pertanian

dan pajaknya. Untuk itu pengorganisasian atas tanah merupakan kebijakan

penting bagi Usmani. Negara Usmani mengakui tiga bentuk kepemilikan

5
Qoyum Abdul,dkk,Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam. Departemen Ekonomi dan Keuangan
Syariah - Bank Indonesia.2021. Hlm.425

6
tanah. Pertama, tanah swasta milik Muslim (Öşri); kedua, tanah swasta

milik non-Muslim (Haraci), dan tanah yang ditaklukkan oleh negara (Mirri),

namun, dua jenis tanah yang pertama cukup jarang ditemui. Kebanyakan

tanah adalah tanah milik negara (Mirri). Dengan demikian, kebanyakan

property adalah milik negara, sedangkan petani hanya dianggap sebagai

penyewa.6

2) Sektor Mukata’a (bea cukai)

Pendapatan negara lainnya adalah muḳāṭa’a diserahkan kepada

kontraktor swasta (mültezims). Sumber pendapatan ini bisa berupa

pendapatan bea cukai pelabuhan, penambangan atau sepersepuluh dari hasil

pertanian. Beberapa cara dalam pengelolaan muḳāṭa’a, yaitu emānet,

iltizām,dan mālikāne. Emāne adalah muḳāṭa’a yang telah dikelola oleh

petugas negara yang disebut seorang emīn. Emīn menerima gaji yang telah

ditentukan sebelumnya dari negara, terlepas dari pendapatan atau kerugian

darimuḳāṭa’a itu sendiri yang tidak cukup menguntungkan untuk menarik

para mültezim, sebagian besar dijalankan dengan emānet. Iltizām dapat

diterjemahkan juga sebagai pajak pertanian yang berarti menjual pajak

pendapatan muḳāṭa’a kepada mültezims pada waktu yang telah disepakati

dengan cara lelang. Tujuan dari sistem iltizām adalah untuk memelihara

keseimbangan pendapatan pemerintah dan pengeluarannya yang merupakan

permasalahan yang penting untuk dipertimbangkan. Terakhir adalah

6
Frial Ramadhan Supratman. Sistem Wakaf Dan Kehidupan Sosial Ekonomi Di Istanbul
Pada Masa Usmani Klasik. Al-Tsaqafa : Jurnal Ilmiah Peradaban Islam. Vol. 16 No. 2, 2019, 188–
198.

7
mālikāne yang dibuat untuk menjamin perbuatan mültezims atas muḳāṭa’a

seumur hidup sesuai dengan dekrit raja pada tahun 1695.7

Tanah yang berhubungan dengan wakaf juga memainkan peranan

penting dalam perekonomian dalam akumulasi dan sirkulasi kekayaan di

abad kesembilan. Dalam perkembangannya di tahun 1500 an Masehi.

3) Sistem Wakaf

Pemerintah Turki Utsmani membolehkan wakaf tunai untuk pertama

kalinya walaupun terjadi pro dan kontra di antara para ulama, yang menarik

perhatian yaitu antara Shaikh Abu Suud Efendi yang mendukung

implementasi wakaf tunai dengan Syaikh Birkawi yang menolak praktik

wakaf tunai berdasarkan jumhur ulama yang menolak wakaf bergerak.

Praktik wakaf tunai waktu itu, donasi dari para wakif dalam bentuk uang

tunai dialokasikan pada akad-akad bisnis islami seperti, mudlârabah, jual

beli istiglal dan jual beli ‘inah. Dapat dikatakatan Turki Utsmani lah yang

mengawali praktik wakaf tunai yang langsung didukung oleh pemerintah,

dan berkembang hingga saat ini.

Sistem wakaf merupakan sistem kesejahteraan yang diterapkan di

Islam. Dalam hal ini, sistem wakaf telah mempermudah negara dalam

menjalankan pemerintahan, serta memberikan nilai positif bagi

masyarakatnya. Melalui sistem wakaf, Turki Utsmaniyah sukses

mewujudkan pemerataan dan kemakmuran. Berbagai kebijakan yang

diambil para sultan pun membuat masyarakat mudah diajak berwakaf. Hasil

7
Ibid.hlm.420

8
pengelolaan aset-aset wakaf dinikmati banyak orang, termasuk kaum

pelajar.

Pioner pengelolaan wakaf di Turki ialah Orhan Ghazi (1324-1326

M). Putra dari sang pendiri Dinasti Utsmaniyah Osman Ghazi itu mengikuti

kebiasaan daulah-daulah Islam sebelumnya yang mendukung

perkembangan dunia perwakafan.

4) Sistem moneter dan Sektor perdagangan

Dalam sistem moneternya, Turki Utsmani ada tiga tingkatan koin

mata uang yaitu emas, perak, dan tembaga. Akḉe mata uang peraknya

digunakan sampai pertengahan abad ketujuh belas dan kurus sebagai dasar

unit hitung (unit of account) yang digunakan di abad kedelapan belas

sebagai alat pembayaran utama pada transaksi-transaksi lokal. Unit hitung

mata uang perang sesekali berubah turun yang dilakukan oleh pemerintah,

berbeda dengan mata uang emas yang mempunyai nilai yang sama dengan

ducat dan mata uang emas lainnya yang beredar di Timur Tengah.

Dalam perdagangan mengikuti tradisi negara-negara Timur Tengah

yang sangat lama yang merupakan ajaran Islam dalam bentuk kerja sama

perdagangan menggunakan akad-akad islami. Metode pembiayaan

perdagangan jarak jauh dan beragam usaha bisnis yang paling banyak

digunakan adalah mudlârabah. Selain itu akad musyârakah pun digunakan

yaitu muwâfadah dan inan. Sistem perdagangan ini terus berkembang di

masa Turki Utsmani yang memegang erat-erat ajaran Islam tidak hanya

ibadah tetapi muamalah juga. Pemerintah Turki Utsmani mempercayai

9
bahwa pedagang dan pengrajin sangat diperlukan dalam menciptakan kota

metropolitan yang baru. Karena itu pemerintah menggunakan segala cara

untuk menarik dan menenangkan mereka di ibu kota baru. Dengan

memberikan pembebasan pajak dan kekebalan hukum dari kekaisaran

sehingga mendorong mereka untuk datang dan menetap atau mendatangkan

mereka secara paksa ke ibu kota.

Daerah kekuasaan yang luas memungkinkan kerajaan turki utsmani

membangun perekonomian kuat dan maju. Pada masa puncak kemajuannya,

semua daerah dan kota penting yang menjadi pusat perdagangan dan

perekonomian jatuh ketangannya. Daerah-daerah yang di taklukkan menjadi

sumber perekonomian kerajaan Turki Utsmani. Hal ini di sebabkan dalam

setiap keberhasilan kerajaan mendapatkan rampasan perang, jizyah, dan

pajak sesudahnya. Begitu pula dengan dikuasai kota-kota dangang dan jalur

perdagangan dilaut dan didarat memungkinkan pula kerajaan memacu

kemajuan ekonominya melalui perdagangan

Dalam bidang ekonomi, sistem wakaf mempermudah kegiatan

perdagangan karena biasanya para pendonor wakaf membangun fasilitas

ekonomi seperti kervansaray (penginapan untuk pedagang). Beberapa

pendonor wakaf telah mendonasikan hartanya untuk membangun

kervansaray yang berguna sebagai tempat menginap para pedagang

yang singgah. Berkat adanya karavansaray, maka kegiatan perdagangan

semakin mudah untuk dilakukan. Karavansaray sangat mudah

ditemukan di sepanjang jalur perdagangan. Di karavansaray, para pedagang

yang dating di Istanbul singgah untuk melakukan istirahat. Tentunya kita

10
akan dengan mudah melihat suasana Istanbul yang kosmopolit

di karavansaray. Di sana kita dapat melihat pedagang dari berbagai wilayah

dan negeri seperti orang Turki, Armenia, Yunani, Frank

(Kristen), hingga Arab. Biasanya Gedung karvansaray bertingkat dua dan di

sini para pedagang singgah untuk menaruh barang dagangannya. Namun di

kota-kota besar seperti Istanbul, pedagang tertentu memiliki karvansaray

khusus seperti karvansaray untuk pedagang sutera dan pedagang tembakau

(Kia, 2011: 94). Biasanya karavansaray dipadukan dengan rumah singgah

untuk orang-orang miskin dan para Darwis atau sufi.

Turki usmani mempunyai potensi potensi yang menjadi penunjang

pendapatan negara. Bahkan mendapat warisan di daratan Anatolia berupa

jalur caravanserai karena jalur tersebut dapat menjamin keamanan terhadap

pengantaran barang dagangan

5) Karakteristik kebijakan ekonomi

Mehmet Genç berpendapat bahwa ada tiga karakteristik yang

mendorong kebijakan ekonomi Turki Utsmani yang fundamental bagi

“pandangan dunia ekonomi Utsmaniyah” hingga pertengahan abad ke-19,

dan ini adalah provisionalisme, tradisionalisme, dan fiskalisme.8

1. Provisionalisme, yaitu intervensi ketat negara dalam produksi dan

perdagangan, adalah prinsip terpenting dari kebijakan ekonominya dan

mendikte struktur kepemilikan tanah dan organisasi serikat pekerja.

Posisi Istanbul adalah yang terpenting sebagai pusat produksi yang

8
The Ottoman Economy, c. 1300-c. 1585. Hal. 457

11
ditujukan untuk konsumsi internal dan ekspor dikontrol dengan kuat

sementara impor tidak.

2. Tradisionalisme adalah keinginan untuk menghindari inovasi dan untuk

melestarikan sistem tradisional keseimbangan sosial dan ekonomi.

Kebijakan ini terletak di belakang undang-undang tempat perlindungan,

penetapan jumlah guildsman, pemeliharaan ukuran tetap kepemilikan

pertanian dan pencegahan perpindahan penduduk dari tanah ke kota.

3. Fiskalisme, elemen ketiga dari model, berarti meningkatkan

pendapatan kas negara dan mengurangi pengeluaran.

Telah disinggung di atas bahwa sebagai bangsa yang berdarah

militer, Turki Ustmani lebih memperhatikan kemajuan bidang politik dan

militer. Dengan demikian kondisi ekonomi dan keuangan turut memberikan

andil bagi perkembangan lslam di kerajaan Turki Ustmani. Terjadinya

peperangan yang berkesinambungan yang menimpa Turki Usmani baik

peperangan yang bersifat ofensif-ekspansif (untuk memperluas wilayah

kekuasaan), defensive (mempertahankan diri dari serangan luar) maupun yang

bersifat prefentif (untuk memadamkan pemberontakanpemberontakan dari

dalam). Berbagai peperangan ini sangat menguras sumber dana Turki Usmani.

Sebagai konsekuensi logis dari peperangan yang berkepanjangan ini adalah

melemahnya sendi-sendi kekuatan kerajaan dibidang militer, administrasi dan

lainnya. Peperangan tersebut juga berdampak pada merosotnya perekonomian

Turki Usmani karena pendapatan negara berkurang secara drastis sementara

belanja negara semakin tinggi untuk biaya perang. Peperangan yang tak

kunjung usai dan merosotnya perekonomian negara maka secara simultan juga

12
berakibat pada terabaikannya kesejahteraan umum. Penguasa Turki Usmani

tidak lagi memikirkan apalagi memperhatikan pola pembangunan dan

rehabilitasi jalan-jalan, rumah sakit, sekolah-sekolah serta prasarana ekonomi

seperti pembangunan sektor pertanian, pengairan atau pemeliharaan

bendungan, sehingga para petani kehilangan harapan untuk mengembangkan

taraf hidup mereka. Kondisi demikian berdampak pada berbagai sektor.

13
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Turki Usmani merupakan pusat Khilafah Islam karena merupakan

pemerintahan Islam yang terkuat pada masanya. Puncak kemajuan Turki Usmani

berada pada zaman pemerintahan kekuasaan Sultan Mahmud II, antara lain pada

tahun 1453 yang ditandai dengan ditaklukkannya kekaisaran Byzantium Romawi.

Kekuasaan politik dan militer yang hampir tak terkalahkan ini mulai

mendapat tantangan pada masa Sultan Murad IV (1623-1640) dengan munculnya

kekuatan Barat. Turki Ustmani lebih memperhatikan kemajuan bidang politik dan

militer. Dengan demikian kondisi ekonomi dan keuangan turut memberikan andil

bagi perkembangan lslam di kerajaan Turki Ustmani.

Sektor perekonomian Turki Utsmani sebagian besar adalah pertanian yang

didukung oleh sektor perdagangan dan industri. Daerah-daerah yang di taklukkan

menjadi sumber perekonomian kerajaan Turki Utsmani. Hal ini di sebabkan dalam

setiap keberhasilan kerajaan mendapatkan rampasan perang, jizyah, dan pajak

sesudahnya. Begitu pula dengan dikuasai kota-kota dangang dan jalur perdagangan

di laut dan di darat memungkinkan pula kerajaan memacu kemajuan ekonominya

melalui perdagangan.

Wakaf memiliki arti penting dalam perekonomian umat islam. Sejarah

wakaf sangat dipengaruhi sejarah panjang wakaf yang ada di Turki. Sejak masa

kekuasaan Turki Ustmani, wakaf telah menghidupi berbagai pelayanan publik dan

menopang pembiayaan berbagai bangunan seni dan budaya. Jenis wakaf yang

popular pada masa itu adalah berbagai jenis properti yang tidak bergerak dan wakaf

14
tunai, yang telah dipraktekkan sejak awal abad ke-15 M. Tradisi ini secara ekstensif

terus berlangsung sepanjang abad ke-16 M. Sedangkan pada masa pemerintahan

Ottmaniah di Turki, dana wakaf berhasil meringankan perbelanjaan negara,

terutama untuk menyediakan fasilitas pendidikan, sarana perkotaan dan fasilitas

umum lainnya.

15
Daftar Pustaka

− Bossworth, C.E. (1978). The Encyclopaedia of Islam, Leiden: E.J.Brill.

− Frial Ramadhan Supratman. Sistem Wakaf Dan Kehidupan Sosial

Ekonomi Di Istanbul Pada Masa Usmani Klasik. Al-Tsaqafa : Jurnal

Ilmiah Peradaban Islam. Vol. 16 No. 2, 2019, 188–198.

− Lapidus, Ira M.(1999). Sejarah Sosial Umat Islam,Terjemahan, Jakarta:

− PersadaZubaidah Siti (2016), Sejarah Peradaban Islam, Perdana

Publishing.

− Qoyum Abdul,dkk, (2021).Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam. Departemen

Ekonomi dan Keuangan Syariah - Bank Indonesia. RajaGrafindo Persada

− The Ottoman Economy, c. 1300-c. 1585.

− Yatim, Badri (2003). Sejarah Peradaban Islam, Jakarta: RajaGrafindo

16

Anda mungkin juga menyukai