Anda di halaman 1dari 58

Asuhan Masa Nifas Normal

A. Pengkajian data fisik dan psikososial


Pengkajian atau pengumpulan data dasar yang dapat berupa data fisik dan data
psikososial adalah pengumpulan data untuk mengevaluasi keadaan pasien. Merupakan
langkah pertama untuk mengumpulkan semua informasi yang akurat dari semua sumber
yang berkaitan dengan kondisi pasien.
Pengkajian pada ibu postpartum berfokus pada masalah fisiologis dan psikologis
serta psikososial ibu, tingkat kenyamanan, kurangnya pengetahuan terkait dengan
kesiapan untuk belajar, serta penyesuaian terhadap transisi yang diperlukan untuk
menjadi ibu.Selain ibu, bayi juga perlu dikaji mengenai penyesuaian fisiologisnya
terhadap lingkungan diluar rahim, kenormalan fisik, serta kemampuan orang tua dalam
memenuhi kebutuhan bayi.
a. Pengkajian Data Fisik
Pengkajian data fisik terdiri dari pemeriksaan yang akan menilai :
Data Subyektif
Biodata yang mencakup identitas pasien
 Nama
Nama jelas dan lengkap, bila perlu panggilan sehari-hari agar tidakkeliru dalam memberikan
penanganan.
 Umur
Dicatat dalam tahun untuk mengetahui adanya resiko seperti kurangdari 20 tahun, alat-alat
reproduksi belum matang, mental danpsikisnya belum siap.Sedangkan umur lebih dari 35 tahun
rentansekali untuk terjadi perdarahan dalam masa nifas
 Agama
Untuk mengetahui keyakinan pasien tersebut untuk membimbingatau mengarahkan pasien
dalam berdoa.
 Pendidikan
Berpengaruh dalam tindakan kebidanan dan untuk mengetahuisejauh-mana ringkat
intelektualnya, sehingga bidan dapat memberikan konseling sesuai dengan pendidikannya.
 Suku/bangsa
Berpengaruh pada adat istiadat atau kebiasaan sehari hari.
 Pekerjaan
Gunanya untuk mengetahui dan mengukur tingkat sosial ekonominya,karena ini juga
mempengaruhi dalam gizi pasien tersebut.
 Alamat
Ditanyakan untuk mempermudah kunjungan rumah bila diperlukan

Data Obyektif 
Dalam menghadapi masa nifas dari seorang klien , seorang bidan harusmengumpulkan data untuk
memastikan bahwa keadaan klien dalam keadaanstabil.
 Keadaan umum pasien
Mengetahui keadaan pasien secara umum, untuk menentukan tindakan yang
harus dilakukan pada pasien.
 Kesadaran pasien
 Compos Mentis
Keadaan dimana pasien mengalami kesadaran penuh dengan
memberikan respon yang cukup.
 Apatis
Pasien bersikap acuh tak acuh dengan keadaan sekitarnya.
 Samnolen
Pasien memiliki kesadaran yang lebih rendah ,
 Sopor
Pasien memberikan sedikit respon terhadap rangsangan yang kuat. Hal
tersebut bisa ditandai dengan adanya reflex pupil terhadap cahaya
yang masih positif.
 Koma
Pasien tidak dapat bereaksi yerhadap stimulus atau rangsangan
apapun. Refleks pupil terhadap cahaya sudah tidak ada.

 Tanda-tanda Vital
 Suhu
Peningkatan suhu badan mencapai pada 24 jam pertama masa nifas
pada umumnya disebabkan oleh dehidrasi, yang disebabkan oleh
keluarnya cairan pada waktu melahirkan, selain itu bisa juga
disebabkan karena isirahat dan tidur yang diperpanjang selama awal
persalinan.

Tetapi pada umumnya setelah 12 jam post partum suhu tubuh kembali
normal.Kenaikan suhu yang mencapai > 38 º C adalah mengarah
ketanda tanda infeksi.
 Nadi
Nadi berkisar antara 60 – 80x/menit. Denyut nadi di atas 100 x/menit
pada masa nifas adalah mengindikasikan adanya suatu infeksi, hal ini
salah satunya bisa diakibatkan oleh proses persalinan sulit atau karena
kehilangan darah yang berlebihan .Jika takikardi tidak disertai panas
kemungkinan disebabkan karena adanya vitium kordis.Beberapa ibu
postpartum kadang – kadang mengalami bradikardi puerperal, yang
denyut nadinya mencapai serendah – rendahnya 40 sampai 50x/menit,
beberapa alasan telah diberikan sebagai penyebab yang mungkin,
tetapi belum ada penelitian yang membuktikan bahwa hal itu adalah
suatu kelainan.
 Pernapasan
Pernafasan harus berada dalam rentang yang normal, yaitu sekitar 20 –
30x/menit.
 Tekanan darah
Pada beberapa kasus ditemukan keadaan hipertensi postpartum, tetapi
keadaan ini akan menghilang dengan sendirinya apabila tidak ada
penyakit – penyakit lain yang menyertainya dalam 2 bulan
pengobatan.

 Pemeriksaan obstetric
 Inspeksi
Perlu dilakukan untuk mengetahui pengeluaran pervaginam apakah
sesuai dengan masa nifasnya serta pengeluaran ASI.
 Palpasi
Untuk mengetahui involusi uteri seperti : TFU, kontraksinya dan
lochea serta keadaan payudara apakah terdapat benjolan, pembesaran
kelenjar atau abses, serta bagaimana keadaan putting.
 Perkusi
Bagaimana keadaan reflek patella.

 Pemeriksaan Head to Toe


Pemeriksaan fisik dari ujung rambut sampai ujung kaki.Menjelaskanpemeriksaan fisik
yang dilakukan.:
 Muka : konjungtiva merah muda, sklera putih, oedema tidak ada, mulutbersih, gigi
tidak karies.
 Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar limfe, tidak ada bendungan vena jugularis,
tidak ada pembengkakan kelenjar tiroid.
 Keadaan buah dada dan puting susuSimetris/ tidakKonsistensi, ada
pembengkakan/ tidak,Puting menonjol/tidak,lecet/tidak
 Keadaan abdomen
Uterus:
Normal:
F Berkontraksi baik
F  Tidak berada di atas ketinggian fundal saat masa nifas segera
Abnormal:
F   Di atas ketinggian fundal saat masa post partum segera
Kandung kemih : bisa buang air/ tak bisa buang air

 Keadaan genitalia
Lochea:
Normal:
F Merah hitam (lochia rubra)
F Bau biasa
F Tidak ada bekuan darah atau butir-butir darah beku(ukuran kecil)
F Jumlah perdarahan yang ringan atau sedikit (hanya perlumengganti
pembalut setiap 3-5 jam)
Abnormal:
F Merah terang
F Bau busuk
F Mengeluarkan darah beku
F Perdarahan berat (memerlukan penggantian pembalutsetiap 0-2 jam)d.

 Keadaan perineum :
Oedema, hematoma, bekas lukaepisiotomy / robekan, hectinge. Keadaan anus: hemorrhoid
/tidakf.
 Keadaan ekstremitas
Varices
Oedema
Refleks patella

 Pemeriksaan Laboratorium
 Darah
Hemoglobin dan Hematokrit 12-24 jam post partum (jika Hb < 1g%
dibutuhkan suplemen FE), eritrosit, leukosit, Trombosit
 Klien dengan Dower Kateter diperlukan culture urine.

b. Pengkajian Data Psikososial


Untuk mengatahui respon ibu dan keluarga terhadap bayinya. Wanita mengalami
banyak perubahan emosi / psikologis selama masa nifas sementara ia menyesuaikan
diri menjadi seorang ibu. Cukup sering ibu menunjukan depresi ringan beberapa hari
setelah kelahiran. Postpartum Depression dan Postpartum Blues merupakan dua jenis
gangguan mood pasca persalinan.
Postpartum Depression merupakan depresi yang dialami wanita selama
kehamilan, single parent, konsumsi rokok atau obat-obatan terlarang selama masa
kehamilan, menderita suatu penyakit selama kehamilan ,kelainan psikologis ,serta
adanya riwayat postpartum depression sebelumnya.Gejalanya berupa depresi, sering
menangis, muntah, insomnia, gangguan nafsu makan, kecenderungsn bunuh diri, dan
sering berpikir tentang kematian.Gejala ini muncul sepanjang hari, dimulai saat
minggu ke-4 pasca persalinan atau 3 bulan setelah persalinan yang berlangsung
selama minimal 2 minggu.
Postpartum blues merupakan suatu gangguan psikologis sementara yang ditandai
dengan memuncaknya emosi pada minggu pertama postpartum.Gejala yang dapat
muncul antara lain insomnia , sering menangis, cemas consentrasi menurun dan
mudah marah.Postpartum blues sebagian besar merupakan perwujudan fenomena
psikologis yang dialami oleh wanita yang terpisah dari keluarga dan bayinya.

Hal ini sering terjadi sering diakibatkan oleh sejumlah faktor. Penyebab yang paling
menonjol adalah :
a) Kekecewaan emosional yang mengikuti rasa puas dan takut yang dialami
kebanyakan wanita selama kehamilan dan persalinan.
b) Rasa sakit masa nifas awal.
c) Kelelahan karena kurang tidur selama persalinan dan postpartum pada
kebanyakan Rumah sakit. Di Rumah Sakit biasanya diakibatkan oleh kebijakan
kunjungan yang kaku, kebijakan perawatan yang tidak fleksibel dan tidak ada
ketetapan untuk berada di Ruang.
d) Kecemasan pada kemampuannya untuk merawat bayinya setelah meninggalkan
rumah sakit
e) Rasa takut menjadi tidak menarik lagi bagi suaminya.

Adapun data lain yang terkait dengan data psikososial antara lain :
a) Ibu merasa senang atas kelahiran bayinya
b) Ibu dapat beradaptasi dengan kondisi yang dialami
c) Harapan ibu semoga cepat sembuh dan cepat pulang kerumah
d) Hubungan dengan suami baik
e) Hubungan dengan lingkungan baik

B. Riwayat kesehatan ibu


a. Riwayat kesehatan yang lalu
Data ini diperlukan untuk mengetahui kemungkinan adanya riwayat atau penyakit
akut, kronis seperti : Jantung, DM, Hipertensi, Asma yang dapat mempengaruhi pada
masa nifas ini.
b. Riwayat kesehatan sekarang
Data-data ini diperlukan untuk mengetahui kemungkinan adanya penyakit yang
diderita pada saat ini yang ada hubungannya dengan masa nifas dan bayinya.
c. Riwayat kesehatan keluarga
Data ini diperlukan untuk mengetahui kemungkinan adanya pengaruh penyakit
keluarga terhadap gangguan kesehatan pasien dan bayinya, yaitu apabila ada penyakit
keluarga yang menyertainya.
d. Riwayat KB
Untuk mengetahui apakah pasien pernah ikut KB dengan kontrasepsi jenis apa,
berapa lama, adakah keluhan selama menggunakan kontrasepsi serta rencana KB
setelah masa nifas ini dan beralih ke kontrasepsi apa.
e. Pola Pemenuhan Kebutuhan Sehari-hari
 Nutrisi
Menggambarkan tentang pola makan dan minum, frekuensi, banyaknya,jenis
makanan, makanan pantangan.
 Eliminasi
Menggambarkan pola fungsi sekresi yaitu kebiasaan buang air besar meliputi
frekuensi, jumlah, konsistensi dan bau serta kebiasaan buang air kecil meliputi
frekuensi, warna, jumlah.
 Istirahat
Menggambarkan pola istirahat dan tidur pasien, berapa jam pasien tidur,
kebiasaan sebelum tidur misalnya membaca, mendengarkan musik, kebiasaan
mengkonsumsi obat tidur, kebiasaan tidur siang, penggunaan waktu luang.
Istirahat sangat penting bagi ibu masa nifas karena dengan istirahat yang
cukup dapat mempercepat penyembuhan.
 Personal hygiene
Dikaji untuk mengetahui apakah ibu selalu menjaga kebersihan tubuh
terutama pada daerah genetalia, karena pada masa nifas masih mengeluarkan
lochea.
 Aktivitas
Menggambarkan pola aktivitas pasien sehari-hari. Pada pola ini perlu dikaji
pengaruh aktivitas terhadap kesehatannya. Mobilisasi sedini mungkin dapat
mempercepat proses pengembalian alat – alat reproduksi.

C. Pemeriksaan fisik
a. Tanda-Tanda Vital
 Tekanan darah
Pada beberapa kasus ditemukan keadaan hipertensi postpartum, tetapi keadaan ini
akan menghilang dengan sendirinya apabila tidak ada penyakit – penyakit lain
yang menyertainya dalam 2 bulan pengobatan.
 Suhu
Peningkatan suhu badan mencapai pada 24 jam pertama masa nifas pada
umumnya disebabkan oleh dehidrasi, yang disebabkan oleh keluarnya cairan pada
waktu melahirkan, selain itu bisa juga disebabkan karena isirahat dan tidur yang
diperpanjang selama awal persalinan.Tetapi pada umumnya setelah 12 jam post
partum suhu tubuh kembali normal.Kenaikan suhu yang mencapai > 38 º C adalah
mengarah ketanda tanda infeksi.
 Nadi
Nadi berkisar antara 60 – 80x/menit. Denyut nadi di atas 100 x/menit pada masa
nifas adalah mengindikasikan adanya suatu infeksi, hal ini salah satunya bisa
diakibatkan oleh proses persalinan sulit atau karena kehilangan darah yang
berlebihan .Jika takikardi tidak disertai panas kemungkinan disebabkan karena
adanya vitium kordis.Beberapa ibu postpartum kadang – kadang mengalami
bradikardi puerperal, yang denyut nadinya mencapai serendah – rendahnya 40
sampai 50x/menit, beberapa alasan telah diberikan sebagai penyebab yang
mungkin, tetapi belum ada penelitian yang membuktikan bahwa hal itu adalah
suatu kelainan.
 Pernapasan
Pernafasan harus berada dalam rentang yang normal, yaitu sekitar 20 – 30x/menit.

b. Dada dan Payudara


Meliputi pemeriksaan kesimetrisan antara payudara kiri dan kanan, puting susu,
hiperpigmentasi pada areola mammae, ada atau tidaknya kolostrum pada saat putting
susu dipencet.

c. Abdomen dan Uterus


Memperhatikan apakah uterus berkontraksi dengan baik atau tidak. Evaluasi
abdomen terhadap involusi uterus, diatesis recti dan kandung kemih. Untuk involusi
uterus periksa kontraksi uterus, posisi dan tinggi fundus uteri. Involusi uterus
merupakan suatu proses dimana uterus kembali ke kondisi sebelum hamil dengan
bobot atau beratnya hanya 60 gram.

Proses involusi uteri:


Involusi Tinggi fundus Berat uterus
Plasenta lahir Sepusat 1.000 gr
7 hari (1 minggu) Pertengehan pusat dan simfisis 500gr
14 hari (2 minggu) Tak teraba 350gr
42 hari (6 minggu) Sebesar hamil 2 minggu 50gr
(normal)
56 hari (minggu) normal 30gr

d. Kandung Kemih
Kandung kemih pada peurperium mempunyai kapasitas yang meningkat secara
relative. Oleh karena itu, disten si yang berlebihan, urine residual yang berlebihan,
dan pengosongan yang tidak sempurna, harus diwaspadai dengan seksama,. Ureter
dan pelvis renalis yang mengalami distensi akan kembali normal pada dua sampai
delapan minggu setelah persalinan.
Edema dan efek konduksi anastesi menyebabkan keinginan untuk berkemih
menurun selain itu rasa nyeri pada panggul yang timbul akibat dorongan saat
melahirkan , laserasi vagina  atau episotomi juga menurunkan refleks bekemih pada
masa pasca partum tahap lanjut distensi berlebihan dapat mengakibatkan kandung
kemih lebih peka terhadap infeksi sehingga menganggu proses berkemih normal

e. Genetalia
Vulva dan vagina mengalami penekanan serta perenggangan yang sangat besar
selama proses melahirkan bayi, dan dalam beberapa hari pertama sesudah proses
tersebut kedua organ ini tetap berada dalam keadaan kendur. Setelah 3 minggu vulva
dan vagina kembali kepada keadaan tidak hamil dan tugae dalam vagina secara
berangsur-angsur akan muncul kembali sementara labia menjadi lebih menonjol.

Memperhatikan kebersihan vulva, ada tidaknya edema dan varises, jahitan


perineum, dan pengeluaran lokia. Vagina yang semula sangat teregang akan kembali
secara bertahap ke ukuran sebelum hamil sampai 6-8 minggu setelah bayi lahir.
Rugae akan kembali terlihat pada minggu ke empat.

f. Perineum
Segera setelah melahirkan, perenium menjadi kendur karena sebelumnya teregang
oleh tekanan kepala bayi yang bergerak maju. Pada post natal hari ke-5, perenium
sudah mendapatkan kembali sebagaian besar tonusnya sekalipun tetap lebih kendur
pada keadaan sebelum melahirkan.

Memperhatkan jahitan pada perineum jika ada, ada tidaknya edema dan
varises.Tanda-tanda  infeksi (nyeri, merah, panas, bengkak atau rabas). Atau tepian
insisi tidak saling mendekat bisa terjadi. Penyembuhan harus berlangsung dalam 2-3
minggu
g. Ekstremitas Bawah
Lakukan pemeriksaan pada ekstremitas bawah dengan melihat apakah ada
oedema atau tidak, adanya varices atau tidak serta memeriksa refleks patella dan
nyeri tekan atau panas pada betis adanya tanda human. Tanda homan didapatkan
dengan meletakkan satu tangan pada lutut ibu, dan lakukan tekanan ringan untuk
menjaga tungkai tetap lurus. Dorsifleksi kai tersebut jika terdapat nyeri pada betis
maka tanda homan positif

D. Pengkajian Psikologis dan Pengetahuan Ibu


a. Pengkajian Psikologis
Mengetahui keadaan psikologis ibu postpartum,bagaimana respon ibu terhadap
kelahiran anaknya, dapatkah ibu segera beradaptasi terhadap peran barunya ,
bagaimana komunikasi dan interaksi ibu dengan suami dan anggota keluarga, adakah
gangguan yang terjadi pada psikologinya, misalnya stress, insomnia dan beberapa
tanda atau gejala yang akan menjurus kearah postpartum blues atau bahkan
depression postpartum.

b. Pengkajian Pengetahuan Ibu


Untuk mengetahui seberapa jauh pengetahuan ibu tentang perawatan terhadap
dirinya sendiri serta bayinya setelah melahirkan sehingga akan menguntungkan
selama masa nifas.

Mengkaji pengetahuan ibu tentang tanda-tanda bahaya selama masa nifas


,misalnya perdarahan pada masa nifas, tanda dan gejala infeksi, kemungkinan adanya
reaksi terhadap pengobatan yang diberikan, gangguan perasaan (Baby Blues dan
Depression Postpartum).

Mengkaji pengetahuan ibu tentang perawatan payudara serta pemberian ASI


Ekslusif dan cara menyusui bayi yang benar, gizi yang diperlukan selama masa nifas,
kapan boleh dilakukannya hubungan seksual. Membekali ibu cara perawatan
bayinya , terutama perawatan tali pusat Dan juga membekali ibu cara perawatan
bayinya sehari-hari.
Apabila dalam pengkajian tersebut masih ditemukan kekurangan,maka bidan
harus memberikan KIE lagi untuk ibu tersebut agar dapat mengerti betul tentang
perawatan terhadap dirinya sendiri serta banyinya dan beberapa hal-hal penting
lainnya yang sangat penting untuk diketahui ibu pada masa nifas.Hal tersebut untuk
sedikit membantu mencegah kegawatan yang mungkin akan terjadi pada ibu nifas dan
bayinya.

E. Merumuskan Diagnosa/Masalah Aktual


a. Masalah nyeri
Gangguan rasa nyeri pada masa nifas banyak dialami meskipun pada persalinan
normal tanpa komplikasi. Hal tersebut menimbulkan tidak nyaman pada ib, ibu
diharapkan dapat mengatasi gangguan ini dan memberi kenyamanan pada ibu.
Gangguan rasa nyeri yang dialami ibu antara lain :
1. After pains / keram perut. Hal ini disebabkan konktraksi dalam relaksasi yang
terus menerus pada uterus. Banyak terjadi pada multipara. Anjurkan untuk
meengosongkan kandung kemih, tidur tengkurap dengan bantal dibawah perut
bila perlu beri analgestik.
2. Pembengkakan payudara.
3. Nyeri perineum.
4. Konstipasi.
5. Haemoroid.
6. Diuresis.

b. Masalah infeksi
Infeksi nifas merupakan salah satu penyebab  kematian ibu, infeksi yang mungkin
terjadi adalah infeksi saluran kencing, infeksi pada genitalia, infeksi payudara, infeksi
saluran pernafasan. Beberapa bakteri dapat menyebabkan infeksi pasca persalinan.
Infeksi masa nifas merupakan penyebab tertinggi angka kematian ibu. Infeksi alat
genital merupakan komplikasi masa nifas. Infeksi yang meluas kesaluran urinaria dan
pembedahan merupakan penyebab terjadinya AKI tinggi. Gejala umum infeksi dapat
dilihat dari suhu pembengkakan taki kardia dan malaise. Gejala lokal berupa uterus
lembek, kemerahan, rasa nyeri pada payudara atau adanya disuria. Ibu berisiko
infeksi postpartum karena adanya pelepasan plsenta, laserasi pada saluran genital
termasuk episiotomi. Penkyebab infeksi adalah bakteri endogen dan eksogen.

Masalah infeksi terbagi atas beberapa macam yaitu :


1. Infeksi genital
2. Infeksi saluran kemih
3. Infeksi saluran pernapasan atas
4. Infeksi payudara

1. Infeksi genital
Ibu beresiko mengalami infeksi postpartum karena adanya luka pada area
pelepasan plasenta,laserasi pada saluran genital dan episiotomi pada perineum
penyebab infeksi adalah bakteri endogen dan eksogen faktor predisposisi infeksi
meliputi nutrisi yang buruk defisiensi zat besi , persalinan lama , ruftur membran
episiotomi atau sexio sesarea .

Gejala klinis endometritis tampak pada hari ketiga postpartum disertai


suhu yang mencapai 39 c, sakit kepala , kadang dapat uterus yang lembek. Untuk
itu , ibu harus diisolasi. Infeksi genital dapat di cegah dengan menjaga kebersihan
di daerah vulva, vagina dan perineum. Pembalut harus diganti dengan teratur dan
sering. Hal ini untuk menghindari gesekan antara anus dan vulva ketika
mengangkat pembalut karna dapat memindahkan organisme dari anus sehingga
mengontaminasi vulva dan perenium ketika melepaskan pembalut harus dari arah
depan ke belakang

2. Infeksi saluran kemih


Dapat terjadi karena kurang menjaga kebersihan dan lebih sering lterjadi
jika terdapat retensi urine kurangnya asupan cairan dan latihan. Ibu dianjurkan
untuk menjaga kebersihan vulva, tidak menahan kencing minum lebih banyak,
melakukan latihan dan menghindari konstipasi

3. Infeksi saluran pernafasan atas


Bidan yang sedang flu berat seharusnya tidak dekat ibu dan bayi atau
menggunakan masker.jika berada di dekat mereka sehingga tidak terjadi infeksi
silang. Demikian juga dengan anggota keluarga yang sedang sakit

4. Infeksi payudara
Infeksi payudara seperti mastitis dan abses dapat terjadi karena
manajemen laktasi yang tidak benar yang dapat menyebabkan trauma pada puting
sehingga merupakan tempat masuknya kuman pathogen. Hal ini dapat di cegah
dengan manajemen laktasi yang benar dan menyusui bayi nya on demand.

c. Masalah cemas,banyak perawatan perenium, payudara, asi ekslusif


1. Masalah cemas
Rasa cemas sering timbul pada ibu masa nifas karna perubahan fisik dan
emosi masih menyesuaikan diri dengan kehadiran bayi. Pada periode ini tersebut”
masa krisis”karena memerlukan banyak perubahan perilaku,nilai peran. Tingkat
kecemasan akan berbeda antara satu dengan yang lain. Bidan harus bersikap
empati dalam memberikan support mental pada ibu untuk mengatasi kecemasan.
Ingat ASKEB yang holistic tidak hanya berfokus pada kebutuhan fisik saja yapi
juga psikis. Bagaimanapun juga keadaan psikis akan mempengaruhi kondisi fisik
ibu. Atasi kecemasan dengan mendorong ibu untuk mengungkapkan
perasaannya,libatkan suami dan keluarga untuk member dukungan dan beri
PENKES sesuai kebutuhan sehingga dapat membangun kepercayaan diri dalam
berperan sebagai ibu.

Bidan harus dapat menjelaskan pada ibu dan suaminya tentang bagaimana
mengatasi rasa cemas selama masa nifas :
a) Bidan dapat memperhatikan dan memberi ucapan selamat atas nkehadiran
bayinya yang dapat member perasaan senang pada ibu
b) Dalam memberi dukungan bidan dapat melibatkan suami,keluarga dan teman
dalam merawat bayi-nya sehingga beban ibu berkurang. Hal ini akan
menciptakan hubungan baik antara ibu dan keluarga, ibu dan bidan atau bidan
dan keluarga-nya.
c) Bidan dapat member informasi atau konseling memngenai kebutuhan ibu
selama periode ini. Sehingga membangun kepercayaan diri ibu dalam
perannya sebagai ibu.
d) Bidan dapat mendukung PENKES termasuk pendidikan dalam perannya
sebagai ibu.
e) Bidan dapat membantu dalam hubungan ibu dan bayinya serta menerima bayi
dalam keluarganya.
f) Bidan juga dapat berperan sebagai teman bagi ibu dan keluarga dalam
member nasihat.
g) Waspadai gejala depresi. Tanyakan pada ibu apa yang ia rasakan serta apakah
ia dapat makan dan tidur dengan nyaman.

2. Perawatan perineum
Bidan berperan menjelaskan pada ibu dan suaminya tentang perawatan perineum
selama masa nifas:
a) Anjurkan ibu untuk tidak menggunakan tampon pasca partum kaerna resiko
infeksi.
b) Jelaskan perkembangan perubahan lochea dari rubra ke serosa hingga menjadi
lochea alba.
c) Anjurkan ibu untuk menyimpan dan melaporkan bekuan darah yang
berlebihan serta pembalut yang dipenuhi darah banyak.
d) Ajari ibu cara mengganti pembalut setiap kali berkemih atau defekasi dan
setelah mandi pancuran atau rendam.
e) Ibu dapat menggunakan kompres es segera mungkin dengan menggunakan
sarung tangan atau bungkus es untuk mencegah edema.
f) Ajari ibu untuk menggunakan botol perineum yang diisi air hangat.
g) Ajari penting nya membersihkan perineum dari arah depan kea rah belakang
untu mencegah kontaminasi.
h) Ajari langkah-langkah memberikan rasa nyaman pada area hemorrhoid.
i) Jelaskan pentingnya mengosongkan kandung kemih secara adekuat.
j) Identifikasi gejala ISK. Jelaskan pentingnya asupan cairan adekuat setiap hari

3. Masalah payudara
Pembengkakan payudara terjadi karena adanya gangguan antara
akumulasi air susu dan meningkatkan vaskularisasi dan kongesti. Hal tersebut
menyebabkan penyumbatan pada saluran limfa dan vena. Terjadi pada hari ke 3
post partum baik pada ibu menyusui maupun tidak menyusui dan berakhir kira-
kira 24-28 jam.

Tanda dan gejala gangguan ini meliputi ibu merasa payudaranya bengkak
dan mengalami distensi, kulit payudara menjadi mengilat dan merah payudara
hangat jika disentuh, vena pada payudara terlihat, payudara nyeri terasa keras dan
penuh.

Payudara memiliki beberapa kelainan:


a) bendungan air susu
Selama 24 hingga 48 jam pertama sesudah terlihatnya sekresi lacteal, payudar
sering mengalami distensi menjadi keras dan benjol. Keadaan ini yang disebut
dengan bendungan air susu atau caked breast, sering menyebabkan rasa nyeri
yang cukup hebat dan bias disertai dengan kenaikan suhu. Kelainan tersebut
menggambarkan aliran vena normal yang berlebihan dan pengembungan
limpatik dalam payudara yang merupakan prekusor regular untuk terjadinya
laktasi. Keadaan ini bukan merupakan over destensi system lacteal oleh air
susu
b) Mastitis
Inflamasi perinkimatosa gladula mamae merupakan komplikasi
antepartum yang jarang terjadi tetapi kadang-kadang dijumpai pada masa
nifas dan laktasi. Gejala mastitis supuratif jarang terlihat sebelum akhir
minggu pertama masa nifas dan umumnya baru di temukan setelah minggu ke
3 dan ke 4. Bendungan yang mencolok biasanya mendahului inplamasi
dengan keluhan pertama nya berupa menggigil atau gejala tigor yang
sebenarnya yang sering di ikuti oleh kenaikan suhu tubuh dan peningkatan
frekwensi denyut nadi. Payudara kemudian menjadi serta kemerahan dan
pasien mengeluarkan rasa nyeri.

4. Asi eksklusif
ASI adalah suatu emulsi lemak dalam larutan protein laktosa dan garam
organic yang disekresi oleh kedia kelenjar payudara ibu dan merupakan makanan
terbaik untuk bayi. Selain memenuhi segala kebutuhan makanan bayi baik gizi
Imunologi atau lainnya pemberian ASI memberikan kesempatan bagi ibu
mencurah kan cinta kasih serta perlindungan kepada anaknya. Fungsi ini mungkin
dapat di alihkan kepada ayah dan merupakan suatu kelebihan kaum wanita ASI
eksklusif di berikan sejak umur 0 hari sampai 6 bulan.

d. Masalah Kb, Gizi Dan Tanda Bahaya, Senam Menyusui


1. Masalah KB
Bidan berperan menjelaskan pada ibu dan suaminya tentang KB:
Idealnya, pasangan harus menunggu sekurang kurang nya 2 tahun
sebelum ibu hamil kembali setiap pasangan harus menentukan sendiri kapan dan
bagaimana mereka ingin merencanakan keluarganya. Akan tetapi petugas
kesehatan mampu merencanakan keluarganya dengan mengajarkan kepada
mereka tentang cara mencegah kehamilan yang tidak di inginkan.

Biasanya, wanita tidak akan menghasilkan telur ( ovulasi) sebelum ia


mendapatkan lagi haid nya selama menyusui (amenore laktasi). Oleh karena itu,
metode amenore laktasi dapat digunakan sebelum haid  pertama kali untuk
mencegah terjadinya kehamilan baru resiko menggunakan cara ini adalah 2%
kehamilan.

Sebelum menggunakan metode kb, hal-hal berikut sebaiknya dijelaskan


dahulu kepada ibu :
a) Bagaimana metode ini dapat mecegah kehamilan dan efektivitas nya
b) Kelebihan / keuntungan nya
c) Kekurangan nya
d) Efek samping
e) Bagaimana menggunakan metode itu
f) Kapan metode itu dapat mulai digunakan untuk wanita pasca persalinan dan
menyusui.

Jika seorang ibu atau pasangan telah memiliki metode KB tertentu ada
baiknya ibu atau pasangan berkunjung ulang 2 minggu kemudian untuk
mengetahui apakah metode tersebut bekerja dengan baik.

2. Gizi
Bidan berperan dalam penyuluhan tentang gizi pada ibu dan suaminya selama
masa nifas yang meteri nya meliputi:
a) Mengkonsumsi tambahan 500 kaloti setiap hari
b) Makanan dengan diet berimbang untuk mendapatkan protein,mineral dan
vitamin yang cukup
c) Minum sedikitnya 3 liter air setiap hari (anjurkan ibu nuntuk minum setiap
kali setelah menyusui)
d) Tablet zat besi bisa diminum untuk menambah zat gizi setidaknya selama 40
hari pasca persalinan.
e) Minum kapsul vitamin A agar dapat memberikan vitamin A kepada bayi

3. Tanda - tanda bahaya pada masa nifas


a) Perdarahan pervaginam
Pedarahan ≥ 500cc pasca persalinan dalam 24 jam setelah anak dan plasenta
lahir
 Perkiraan pedarahan è kadang bercamour amnion, urine, darah.
 Akibat kehilangan darah bervariasi è anemi
 Perdarahan dapat terjadi lambat è waspada terhadap shock

b) Infeksi nifas
Semua peradangan yang disebabkan masuknya kuman ke dalam alat-alat
genetalia pada waktu persalinan dan nifas.
Faktor predisposisi infeksi nifas
 Partus lama
 Tindakan operasi persalinan
 Tertinggal nya plasenta , selaput ketuban, pembekuan darah
 Perdarahan antepartum dan post partum
 Anemia
 Ibu hamil dengan infeksi (endogen)
 Manipulasi penolong (eksogen)
 Infeksi nosokomial
 Bakteri colli

c) Demam nifas / febris purpuralis


Kenaikan suhu tubuh ≥38 c selama 2 hari dan pada 10 hari pertama pp dengan
mengecualiakan hari 1 ( pengukuran suhu tubuh 4x/24 jam oral / rectal )
Faktor predisposisi
 Pertolongan persalinan kurang steril
 KPP
 Partus lama / kasep
 Malnutrisi
 Anemi
d) Rasa sakit waktu berkemih
Kemungkinan penyebab sistitis
Gejala :
 Kencing sakit
 Nyeri jika tekan diatas simpisi

intervensi
 Atur frekuensi berkemih èuntuk mengurangi sensasi nyeri
 Terapi antibiotikè amoxicilin 4x 250 mg oral di gabung dengan
gentamicin 2x80 mg I.M selama 10-14 hari

e) Bendungan asi
 Suhu tidak > 38C
 Terjadi minggu pertama pp
 Nyeri jika di tekan pada bagian payudara

intervensi
 Perawatan payudara pada pp
 Kedua payudara dissusukan sesering mungkin
 Kompres air hangat èsebelum di susukan
 Kompres dingin èdiantara menyusui
 Sangga payudara
 Bila perlu parasetamol 500 mg / oral è4 jam

f) Mastitis
Peradangan pada mamae, kuman masuh melalui luka pada puting susu
 suhu > 38 C
 terjadi pada minggu ke 2 pp
 bengkak keras , kemerahan, nyeri saat di tekan
g) Tromboflebitis / flegmasia alba dolens
Inflamasi vena femoralis dengan pembentukan pembekuan darah
 odema pada paha bagian atas dan tungkai
 nyeri hebat pada lipatan paha dan daerah paha serta pada betis
 tampak benalungan pembuluh darah tampak benalungan pembuluh
darah
 suhu badan meningkat, menggigil

intervensi
 isirahat dengan meningikan kaki / tungkal
 penghangatan è peningkatan sirkulasi perifer dan rasa nyaman
 kompres kaki yang terkena odema
 menghindari pemijatan tungkai è mencegah terlepasnya thrombus
 menggunakan stoking elastik ± 6 bulan
 terapi anti kolagen èhepatin,antibiotik, analgesik
 setelah bengkak berkurang èambulasi bertahap dengan bantuan
 berikan dukungan moril

4. Senam menyusui bayi


Posisi ibu dan bayi yang benar saat menyusui:
a) Berbaring miring posisi ini adalah posisi yang amat baik untuk pemberian ASI
yang pertama kali atau bila ibu merasa lelah atau merasakan nyeri.
b) Duduk penting untuk member topangan atau sandaran pada punggung ibu
dalam posisi nya tegak lurus ini mungkin dapat dilakukan dengan duduk
bersila diatas tempat tidur atau dilantai.
c) Berbaring miring atau duduk (dengan punggung dan kaki di topang) akan
membantu bentuk untuk payudara dan memberikan ruang untuk menggerakan
bayi nya ke posisi yang baik.
d) Badan nayi harus di hadapkan kea rah badan ibu dan mulutnya bayi
dihadapkan ke putting susu ibu.
e) Bayi sebaiknya ditopang pada bahu nya sehingga posisi kepala yang agak
terngadah dapat di pertahankan posisi bibir bawah paling sedikit 1,5 cm dari
pangkal putuing susu
f) Bayi harus di tempat kan dekat dan ibu nya dikamar yang sama
g) Pemberian ASI pada bayi sesering mungkin, biasanya BBL ingin minum ASI
setiap 2-3jam atau 10-12 kali dalam 24 jam
h) Hanya berikan kolostrum dan ASI makanan lain termasuk air dapat membuat
bayi sakit dan menurunkan persendian ASI
i) Hindari susu botol dan dot kompeng
j) Susu botol dan kompeng  dan membuat bayi bingung dan membuatnya
menolak putting ibunya atau tidak mengisap dengan baik.

F. Merumuskan Diagnosa/Masalah Potensial


Mengidentifikasi diagnosa kebidanan dan masalah. Dalam langkah ini data yang
telah dikumpulkan diintepretasikan menjadi diagnosa kebidanan dan masalah. Keduanya
digunakan karena beberapa masalah tidak dapat diselesaikan seperti diagnosa tetapi
membutuhkan penanganan yang dituangkan dalam rencana asuhan terhadap pasien,
masalah sering berkaitan dengan pengalaman wanita yang diidentifikasikan oleh bidan.

a. Diagnosa Kebidanan
Diagnosa dapat ditegakkan yang berkaitan dengan Para, Abortus, Anak hidup,umur
ibu, dan keadaan nifas.
Data dasar meliputi :
1. Data Subyektif
Pernyataan ibu tentang jumlah persalinan, apakah pernah abortus atau tidak,
keterangan ibu tentang umur, keterangan ibu tentang keluhannya.
2. Data Obyektif
Palpasi tentang tinggi fundus uteri dan kontraksi, hasil pemeriksaan tentang
pengeluaran pervaginam, hasil pemeriksaan tanda – tanda vital.
b. Masalah
Permasalahan yang muncul berdasarkan pernyataan pasien.
Data dasar meliputi
1. Data Subyektif
Data yang didapat dari hasil anamnesa pasien
2. Data Obyekti
Data yang didapat dari hasil pemeriksaan

c. Diagnosa Potensial
Mengidentifikasi diagnosa atau masalah potensial.
Pada langkah ini diidentifikasikan masalah atau diagnosa potensial
berdasarkan rangkaian masalah dan diagnosa, hal ini membutuhkan antisipasi,
pencegahan, bila memungkinkan menunggu mengamati dan bersiap-siap apabila hal
tersebut benar-benar terjadi. Melakukan asuhan yang aman penting sekali dalam hal
ini.

1. Gangguan perkemihan
a) Dalam enam jam ibu nifas harus sudah bias bak spontan, kebanyakan ibu
bias berkemih spontan dalam waktu 8 jam
b) Urine dalam jumlah yang banyyak akan diproduksi dalam waktu 12-36
jam setelah melahirkan
c) Ureter yang berdilatasi akan kembali normal dalam waktu 6 minggu

Pada masa hamil, perubahan hormonal yaitu kadar steroid tinggi yang


berperan meningkatkan fungsi ginjal. Begitu sebaliknya, pada pasca
melahirkan kadar steroid menurun sehingga menyebabkan penurunan
fungsi ginjal. Fungsi ginjal kembali normal dalam waktu satu bulan
setelah wanita melahirkan. Urin dalam jumlah yang besar akan dihasilkan dalam
waktu 12 – 36 jam sesudah melahirkan.
Hal yang berkaitan dengan fungsi sistem perkemihan, antara lain:
a) Hemostatis internal.
b) Keseimbangan asam basa tubuh.
c) Pengeluaran sisa metabolisme.

Hemostatis internal.
Tubuh, terdiri dari air dan unsur-unsur yang larut di dalamnya, dan 70%
dari cairan tubuh terletak di dalam sel-sel, yang disebut dengan cairan
intraselular. Cairan ekstraselular terbagi dalamplasma darah, dan langsung
diberikan untuk sel-sel yang disebut cairan interstisial. Beberapa hal yang
berkaitan dengan cairan tubuh antaralain edema dan dehidrasi. Edema adalah
tertimbunnya cairan dalam jaringan
akibat gangguan keseimbangan cairan dalam tubuh. Dehidrasi adalah
kekurangan cairan atau volume air yang terjadi pada tubuh karena pengeluaran
berlebihan dan tidak diganti.

Keseimbangan asam basa tubuh.


Keasaman dalam tubuh disebut PH.
Batas normal PH cairan tubuh adalah 7,35-7,40. Bila PH >7,4
disebut alkalosis dan jika PH < 7,35 disebut asidosis.

Pengeluaran sisa metabolisme, racun dan zat toksin ginjal.


Zat toksin ginjalmengekskresi hasil akhir dari metabolisme protein yang
mengandung nitrogenterutama urea, asam urat dan kreatinin.

Ibu post partum dianjurkan segera buang air kecil, agar tidak


mengganggu proses involusi uteridan ibu merasa nyaman. Namun
demikian, pasca melahirkan ibu merasa sulit buang air kecil.
Hal yang menyebabkan kesulitan buang air kecil pada ibu post partum, antara
lain:
1. Adanya odema trigonium yang menimbulkan obstruksi sehingga
terjadi retensi urin.
2. Diaforesis yaitu mekanisme tubuh untuk mengurangi cairan yang teretansi
dalam tubuh, terjadi selama 2 hari setelah melahirkan.
3. Depresi dari sfingter uretra oleh karena penekanan kepala janin dan spasme
oleh iritasimuskulus sfingter ani selama persalinan, sehingga
menyebabkan miksi.
Setelah plasenta dilahirkan,kadar hormon estrogen akanmenurun,hilangnya
peningkatan tekanan vena pada tingkat bawah, dan hilangnya peningkatan volume
darah akibat kehamilan, hal ini merupakan mekanisme tubuh untuk mengatasi
kelebihan cairan. Keadaan ini disebut dengandiuresis pasca partum. Ureter yang
berdilatasi akan kembali normal dalam tempo 6 minggu.

Kehilangan cairan melalui keringat dan peningkatan jumlah urin menyebabkan


penurunan berat badan sekitar 2,5 kg selama masa pasca partum. Pengeluaran
kelebihan cairan yang tertimbun selama hamil kadang-kadang disebut
kebalikan metabolisme air pada masa hamil (reversal of the water metabolisme of
pregnancy).

Rortveit dkk (2003) menyatakan bahwa resiko inkontinensia urine pada pasien
dengan persalinan pervaginam sekitar 70% lebih tinggi dibandingkan resiko
serupa pada persalinan dengan Sectio Caesar. Sepuluh persen pasien pasca
persalinan menderita inkontinensia (biasanya stresinkontinensia) yang kadang-
kadang menetap sampai beberapa minggu pasca persalinan. Untuk mempercepat
penyembuhan keadaan ini dapat dilakukan latihan pada otot dasar panggul.

Bila wanita pasca persalinan tidak dapat berkemih dalam waktu 4 jam pasca


persalinan mungkin ada masalah dan sebaiknya segera dipasang dower kateter
selama 24 jam. Bila kemudian keluhan tak dapat berkemih dalam waktu 4 jam,
lakukan kateterisasi dan bila jumlah residu > 200 ml maka kemungkinan
ada gangguan proses urinasinya. Maka kateter tetap terpasang dan dibuka 4 jam
kemudian , bila volume urine < 200 ml, kateter dibuka dan pasien diharapkan
dapat berkemih seperti biasa.
2. Gangguan BAB
Perubahan Fisiologis Masa Nifas Pada Sistem Pencernaan
Sistem gastrointestinal selama kehamilan dipengaruhi oleh beberapa hal,
diantaranya tingginya kadar progesteron yang dapat mengganggu
keseimbangan cairan tubuh, meningkatkan Kolestrol darah, dan
melambatkan kontraksi otot-otot polos. Pasca melahirkan, kadar progesteron juga
mulai menurun. Namun demikian, faal usus memerlukan waktu 3-4 hari untuk
kembali normal.

Beberapa hal yang berkaitan dengan perubahan pada sistem pencernaan, antara


lain:
a) Nafsu makan.
b) Motilitas.
c) Pengosongan usus.

Nafsu Makan
Pasca melahirkan, biasanya ibu merasa lapar sehingga, diperbolehkan
untuk mengkonsumsimakanan. Pemulihan nafsu makan diperlukan waktu 3–4 hari
sebelum faal usus kembali normal. Meskipun kadar progesteron menurun
setelah melahirkan, asupan makanan juga mengalami penurunan selama satu atau
dua hari.

Motilitas
Secara khas, penurunan tonus dan motilitas otot traktus cerna menetap
selama waktu yang singkat setelah bayi lahir.
Kelebihan analgesia dan anastesia bisa memperlambat pengembalian tonus
dan motilitas ke keadaan normal.

Pengosongan Usus
Pasca melahirkan, ibu sering mengalami konstipasi. Hal ini
disebabkan tonus otot usus menurun selama proses persalinan dan awal masa
pascapartum, diare sebelum persalinan, enema sebelummelahirkan, kurang
makan, dehidrasi, hemoroid ataupun laserasi jalan lahir. Sistem
pencernaanpada masa nifas membutuhkan waktu untuk kembali normal.
Beberapa cara agar ibu dapat buang air besar kembali teratur, antara lain:
a) Pemberian diet / makanan yang mengandung serat.
b) Pemberian cairan yang cukup.
c) Pengetahuan tentang pola eliminasi pasca melahirkan.
d) Pengetahuan tentang perawatan luka jalan lahir.
e) Bila usaha di atas tidak berhasil dapat dilakukan pemberian huknah atau
obat yang lain.

Gangguan lainnya :
a) BAB biasanya tertunda selama 2-3 hari karena edema persalinan diit cairan
obat-obatan analgetik dan perineum yang sangat sakit
b) Bila lebih dari 3 hari belum bab bias diberikan obat laksantia
c) Ambulasi secara dini dan teratur akan membantu dalam regulasi BAB
d) Asupan cairan yan adekuat dan diit tinggi serat sangat di anjurkan

3. Gangguan hubungan seksual


Secara fisik aman untuk memulai hubungan suami istri begitu darah merah
berhenti dan ibu dapat memasukan satu atau dua jarinya ke alam vagina tanpa
rasa nyeri. Begitu darah merah berhenti dan ibu tidak merasa nyeri, aman untu
memulai melakukan hubungan suami istri kapan saja ibu siap.

Banyak budaya, yang mempunyai tradisi menunda hubungan suami isteri


samapi massa waktu tertentu, misalnya setelah 40 hari atau 6 minggu setelah
persalinan. Keputusan bergantung pada pasangan yang bersangkutan.
Hambatan Seks Pasca Nifas
Istri sudah pulih setelah melahirkan, namun mengapa ranjang Anda tidak
sehangat dulu? Berbagai masalah hubungan intim pasca nifas, lebih efektif jika
diatasi bersama.
Kelelahan mengurus bayi. Terlihat dari istri kelelahan (fatig)
mengurus bayi, wajahnya lelah dan kuyu, sikapnya tidak antusias, penampilannya
kurang terurus, emosinya mudah meledak dan selalu tidur lebih cepat.
Cara mengatasi: 
 Hindari mengawali pembicaraan pada istri dengan nada menuduh,
mengejek atau protes. Mulai dengan empati dan pengertian. "
 Bantu istri mengurus bayi. Anda pun akan ikut merasakan kelelahannya
sehingga lebih berempati. Bila memang mendesak, usahakan pekerjakan
pengasuh bayi untuk membantunya
 Berhubungan seksual bukan penetrasi belaka, namun merupakan ekspresi
cinta terdalam. Tunjukkan kasih sayang Anda misalnya dengan perhatian,
pelukan, kata-kata cinta, hadiah-hadiah kecil, sehingga kelelahannya
terhibur dan romantismenya tumbuh lagi.

Diam diam Anda merasa tersisih oleh bayi. Gejalanya : Anda sebal dan cemburu
karena istri selalu ingin berada di dekat bayi dan bayi pun tidur di ranjang Anda.
Istri berjam-jam menyusuinya, bermain dan bercakap -cakap, istri mengagumi
sang bayi dan topik pembicaraanya soal bayi melulu. Ditambah pula bayi pun
bahagia saat bersama ibunya dan rewel jika Anda yang mengendong.
Cara mengatasi:
 Bicarakan dengan istri meski Anda harus perhatian, jangan lampiaskan
dengan marah, mencari gara-gara atau menunjukkan "persaingan" dengan
bayi.
 Ikut terlibat mengurus bayi, agar Anda memahami mengapa istri begitu
menyukainya
 Minta bantuan orang ketiga untuk mengingatkan istri bahwa bukan hanya
bayi baru yang perlu perhatian dan cinta, tapi suami pun membutuhkan
atensinya.

Anda kehilangan minat karena trauma melihat proses persalinan. Gejalany:


Bayangan vagina istri saat mengeluarkan bayi, mematikan hasrat Ada. Anda juga
khawatir hubungan seksual akan menyakitinya.
Cara mengatasi:
 Bicarakan pada istri mengenai perasaan tersebut.Untuk meyakinkan Anda
tidak menyakitinya, tanyakan apakah ia kesakitan saat penetrasi, apakah
pemanasan sudah cukup dan apakah posisi tertentu membuatnya tidak
nyaman
 Kosultasikan dengan ahli bila masalah ini berlarut-larut atau temui
psikolog untuk mengatasi trauma Anda
Istri kesakitan saat berhubungan intim. 
Cara mengatasinya:
 Pemanasan yang cukup
 Memakai lubrikasi. Ini karena, trauma rasa nyeri saat bersalin dapat
membuat istri cemas berlebihan. Rasa cemas menghambat pelumasan
(lubrikasi). Akibatnya vagina kering, nyeri bahkan lecet akibat gesekan
penis
 Bila ada sebab lain, misalnya infeksi pada dinding vagina (vaginitis) dan
mulut rahim (servicitis) maka penanganannya adalah dengan
mengonsumsi obat dari dokter.

Bidan berperan menjelaskan pada ibu dan suaminya tentang hubungan seks
selama masa nifas :
 Nasihatkan pasangan untuk tidak berhubungan seksual sampai luka
episiotomy sembuh dan lokhia telah berhenti yang biasanya di akhir
minggu ketiga
 Beberapa bentuk lubrikan yang larut dalam air seperti k-y sangat
diperlukan saat berhubungan sex untuk mencegah ketidak nyamana akibat
vagina mungkin telah kering
 Ingatkan bahwa ibu dapat mengalami penurunan keinginan berhubungan
seksual karena adanya perubahan hormone keletihan ketidak puasan
 Untuk mencegah kehamilan yang tidak direncanakan nasihatkan pasangan
untuk meakai kontrasepsi ketika mereka merasa memulai kembali aktifitas
seksual meskipun siklus  haid ibu belum kembali
 Secara fisik ibu aman untuk memulai hubungan seksual antara suami istri
ketika darah merah berhenti dan ibu dapat melaksanakan hubungan suami
istri kapanpun ibu siap
 Banyak budaya yang mempunyai tradisi menunda hubungan suami istri
sampai masa waktu tertentu misalnya setelah 40 hari atau 6 minggu setelah
persalinan keputusan bergantung pada pasaangan yang bersangkutan.

G. Merencanakan Asuhan Kebidanan


a. Evaluasi secara terus menerus.
Untuk bisa efektif, evaluasi harus dijalani secara terus menerus dan didasarkan
pada harapan pasien yang diidentifikasi saat merencanakan asuahan kebidanan. Bidan
bisa merasa cukup yakin bahwa asuhan yang diberikan cukup efektif, jika hasil akhir
berikut bisa dicapai.
Jika bidan menentukan bahwa hasil akhir yang diharapkan telah dicapai, maka
implementasi dilanjutkan sesuai rencana. Jika data evaluasi menunjukan bahwa hasil
akhir yang diharapkan belum dicapai, maka rencana diperbaiki.

Hal-hal yang harus diperhatikan dalam melakukan evaluasi:


1. Waspada perdarahan post partum karena atonia uteri dengan melakukan observasi
melekat pada kontraksi uterus selama 4 jam pertama post partum dengan
melakukan palpasi uterus.
2. Pengukuran vital sign.
3. Pengeluaran per vagina (waspada perdarahan)
4. Proses adaptasi psikologis pasien dan suami.
5. Kemajuan proses laktasi.
6. Masalah pada payudara.
7. In take cairan dan makanan.
8. Perkembangan keterikatan pasien dengan bayinya.
9. Kemampuan dan kemauan pasien untuk berperan untuk berperan dalam perawatan
bayinya.

Kunjungan masa nifas dilakukan paling sedikit 4 kali. Kunjungan ini bertujuan
untuk menilai status ibu dan bayi baru lahir juga untuk mencegah,mendeteksi, serta
menangani masalah yang terjadi.
Kunjungan yang dilakukan pada masa nifas :
1. 6-8 jam setelah persalinan
 Mencegah terjadinya perdarahan pada masa nifas.
 Mendeteksi dan merawat penyebab lain perdarahan dan memberi rujukan bila
perdarahan berlanjut.
 Memberikan konseling kepada ibu atau salah satu anggota keluarga mengenai
bagaimana mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri .
 Pemberian ASI pada masa awal menjadi ibu.
 Mengajarkan cara mempererat hubungan antara ibu dan bayi baru lahir.
 Menjaga bayi tetap sehat dengan cara mencegah hipotermia.
2. 6 hari setelah persalinan
 Memastikan involusi uteri berjalan normal, uterus berkontraksi, fundus
dibawah umbilikus tidak ada perdarahan abnormal, dan tidak ada bau.
 Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi, atau kelainan pasca melahirkan.
 Memastikan ibu mendapat cukup makanan, cairan, dan istirahat cukup.
 Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak ada tanda-tanda penyulit.
 Memberikan konseling kepada ibu mengenai asuhan pada bayi, cara merawat
tali pusat, dan bagaimana menjaga bayi agar tetap hangat.
3. 2 minggu setelah persalinan
 Sama seperti kunjungan yang kedua (6 hari setelah persalinan).
4. 6 Minggu setelah persalinan
 Menanyakan kepada ibu tentang penyulit-penyulit yang dialami atau bayinya.
 Memberikan konseling untuk KB secara dini.

b. Gangguan Rasa Nyeri.


1. Nyeri perineum
 Beri analgesic oral (parasetamol 500 mg tiap 4 jam atau bila perlu)
 Mandi dengan air hangat (walaupun hanya akan mengurangi sedikit rasa nyeri).
2. Nyeri berhubungan seksual pertama kali setelah melahirkan.
 Lakukan pendekatan kepada pasangan bahwa saat hubungan seksual diawal
post partum akan menimbulkan rasa nyeri. Oleh karena itu, sangat
dipertimbangan mengenai teknik hubungan seksual yang nyaman.
3. Nyeri Punggung.
 Berikan obat pereda rasa nyeri (misalnya, Neurobin)
 Lakukan fisioterapi (masase dan penyinaran)
 Jaga postur tubuh yang baik (misalnya, duduk selalu tegak, posisi tidur yang
nyaman bantal tidak terlalu tinggi).
4. Nyeri pada Kaki.
 Lakukan kompres air hangat ddan garam.
 Tidur posisi kaki lebih tinggi dari pada badan.
 Masase pada punggung.
5. Nyeri pada Kepala (sakit kepala).
 Berikan obat pereda rasa nyeri.
 Kompres air hangat di tengkuk.
 Masase pada punggunng.
6. Nyeri pada Leher dan Bahu.
 Kompres air hangat pada leher dan bahu.
 Masase bahu dan punggung.
 Usahakan posisi tidur nyaman dan istirahat cukup.
7. Kram perut
Perempuan yang pertama kali melahirkan akan mengalami kontraksi
rahim yang cenderung bersifat tonik menimbulkan nyeri perut seperti “kram”,
apalagi bila ada sisa-sisa bekuan darah dalam rahim. Kadangkala nyeri ini sangat
hebat dan membutuhkan obat pereda nyeri. Nyeri perut ini juga dapat timbul saat
bayi mengisap payudara. Biasanya keluhan nyeri menghilang dengan sendirinya.
Rasa nyeri pada perut ini disebabkan oleh kontraksi dan relaksasi yang
terus-menerus pada uterus banyak terjadi pada multipara. Anjurkan ibu untuk
mengosongkan kandung kemih, tidur tengkurap dengan bantal dibawah perut, bila
perlu berikan analgesik.
8. Pembengkakan Payudara
Payudara bengkak disebabkan karena menyusui yang tidak kontinyu,
sehingga sisa ASI terkumpul pada daerah duktus. Hal ini dapat terjadi pada hari
ke tiga setelah melahirkan. Selain itu, penggunaan bra yang ketat serta keadaan
puting susu yang tidak bersih dapat menyebabkan sumbatan pada duktus.
Ada beberapa hal yang bisa ibu lakukan untuk mengatasi nyeri:
 Cegah agar kandung kemih tidak penuh
 Berbaring tengkurap dengan sebuah bantal dibawah perut ibu
 Cobalah mandi, duduk, berjalan-jalan atau merubah-ubah posisi
 Makanlah sedikit paracetamol kira-kira satu jam sebelum anda tahu bahwa
anda akan memberikan ASI pada bayi anda
 Pstikan ibu mengerti bahwa kontraksi sangat penting untuk
mengembalikan perdarahan

c. Mengatasi Infeksi.
Perlukaan karena persalinan merupakan tempat masuknya kuman kedalam tubuh,
sehingga menimbulkan infeksi pada kala nifas.
Infeksi kala nifas adalah infeksi peradangan pada semua alat genitalia pada masa
nifas oleh sebab apapun dengan ketentuan meningkatnya suhu badan melebihi 38 oC
tanpa menghitung hari pertama dan berturut-turut selama dua hari.
Gambaran klinis infeksi umum dapat dalam bentuk :
1. Infeksi Lokal
 Pembengkakan luka episiotomi.
 Terjadi penanahan.
 Perubahan warna lokal.
 Pengeluaran lochia bercampur nanah.
 Mobilisasi terbatas karena rasa nyeri.
 Temperatur badan dapat meningkat.
2. Infeksi General
 Tampak sakit dan lemah.
 Temperatur meningkat diatas 39 oC.
 Tekanan darah dapat menurun dan nadi meningkat.
 Pernapasan dapat meningkat dan napas terasa sesak.
 Kesadaran gelisah sampai menurun dan koma.
 Terjadi gangguan involusi uterus.
 Lochia : berbau, bernanah serta kotor.

a) Faktor Predisposisi Infeksi Masa Nifas


Faktor predisposisi infeksi masa nifas diantaranya adalah :
 Persalinan berlangsung lama sampai terjadi persalinan terlantar.
 Tindakan operasi persalinan.
 Tertinggalnya plasenta selaput ketuban dan bekuan darah.
 Ketuban pecah dini atau pada pembukaan masih kecil melebihi enam jam.
 Keadaan yang dapat menurunkan keadaan umum, yaitu perdarahan
antepartum dan post partum, anemia pada saat kehamilan, malnutrisi,
kelelahan dan ibu hamil dengan penyakit infeksi.

b) Terjadinya Infeksi Masa Nifas


Terjadinya infeksi masa nifas adalah sebagai berikut:
 Manipulasi penolong: terlalu sering melakukan pemeriksaan dalam, alat yang
dipakai kurang suci hama.
 Infeksi yang didapat di rumah sakit (nosokomial).
 Hubungan seks menjelang persalinan.
 Sudah terdapat infeksi intrapartum: persalinan lama terlantar, ketuban pecah
lebih dari enam jam, terdapat pusat infeksi dalam tubuh (lokal infeksi).
c) Pencegahan terjadi infeksi kala nifas
Dalam upaya menurunkan infeksi kala nifas dapat dilakukan pencegahan sebagai
berikut :
 Pencegahan pada waktu hamil.
- Meningkatkan keadaan umum penderita
- Mengurangi faktor predisposisi infeksi kala nifas
 Saat persalinan.
- Perlukaan dikurangi sebanyak mungkin
- Perlukaan yang terjadi dirawat sebaik-baiknya
- Mencegah terjadi perdarahan postpartum
- Kurang melakukan pemeriksaan dalam
- Hindari persalinan yang berlangsung lama
 Kala nifas
- Lakukan mobilisasi dini, sehingga darah lokia keluar dengan lancer
- Perlukaan dirawat dengan baik
- Rawat gabung dengan isolasi untuk mengurangi infeksinosokomial.

d) Pengobatan Infeksi Kala Nifas


Perlukaan jalan lahir sudah dapat dipastikan terjadi pada setiap persalinan yang
akan menjadi jalan masuknya bakteri yang bersifat komensal dan menjadi infeksius.
Pertolongan persalinan yang bersih tidak memerlukan pengobatan umum tetapi pada
persalinan yang diduga akan dapat terjadi infeksi kala nifas memerlukan profilaksis
antibiotika. Bidan masih diperkenankan untuk memberikan antibiotika ringan seperti
penisilin kapsul, preprat sulfa dan sebagainya. Disamping itu perawatan luka lokal
perlu dilakukan sehingga mengurangi penyebaran infeksi kala nifas.
Pada kasus dengan infeksi kala nifas yang berat senaiknya dirujuk dan
dikonsultasikan sehingga mendapatkan pengobatan yang adekuat. Sebagian infeksi
kala nifas yang berat perlu dirawat di rumah sakit, sehingga dapat dilakukan
observasi, karena dapat dilakukan tindakan operasi untuk menyelamatkan jiwa
penderita.

Tahap-tahap mengatasi infeksi:


 Kaji penyebab infeksi.
 Berikan antibiotika.
 Berikan roborantia.
 Tingkatkan asupan gizi (diet tinggi kalori tinggi protein).
 Tingkatkan in take cairan.
 Usahakan istirahat yang cukup.
 Lakukan perawat luka yang infeksi (jika penyebab infeksi karena adanya luka
yang terbuka).

d. Mengatasi cemas
Stuart dan Sundeen (1995) membagi kecemasan menjadi 4 tingkatan yaitu :
1. Kecemasan Ringan
Kecemasan ringan berhubungan dengan ketegangan akan peristiwa
kehidupan sehari-hari. Pada tingkat ini lahan persepsi melebar dab individu akan
berhati-hati dan waspada. Individu terdorong untuk belajar yang akan
menghasilkan pertumbuhan dan kreativitas.
a) Respon Fisiologis
 Sesekali nafas pendek
 Nadi dan tekanan darah naik
 Gejala ringan pada lambung
 Muka berkerut dan bibir bergetar
b) Respon Kognitif
 Lapang persegi meluas
 Mampu menerima ransangan yang kompleks
 Konsentrasi pada masalah
 Menyelesaikan masalah secara efektif
c) Respon perilaku dan Emosi
 Tidak dapat duduk tenang
 Tremor halus pada tangan
 Suara kadang-kadang meninggi
2. Kecemasan sedang
Pada tingkat ini lahan persepsi terhadap lingkungan menurun/individu lebih
memfokuskan pada hal penting saat itu dan mengesampingkan hal lain.
a) Respon Fisiologis
 Sering nafas pendek
 Nadi ekstra systole dan tekanan darah naik
 Mulut kering
 Anorexia
 Diare/konstipasi
 Gelisah
b) Respon Kognitif
 Lapang persepsi menyempit
 Rangsang Luar tidak mampu diterima
 Berfokus pada apa yang menjadi perhatiannya
c) Respon Prilaku dan Emosi
 Gerakan tersentak-sentak (meremas tangan)
 Bicara banyak dan lebih cepat
 Perasaan tidak nyaman
3. Kecemasan Berat
Pada kecemasan berat lahan persepsi menjadi sempit. Individu cenderung
memikirkan hal yang kecil saja dan mengabaikan hal-hal yang lain. Individu tidak
mampu berfikir berat lagi dan membutuhkan banyak pengarahan/tuntutan.
a.       Respon Fisiologis
Ÿ  Sering nafas pendek
Ÿ  Nadi dan tekanan darah naik
Ÿ  Berkeringat dan sakit kepala
Ÿ  Penglihatan kabur
b.       Respon Kognitif
Ÿ  Lapang persepsi sangat menyempit
Ÿ  Tidak mampu menyelesaikan masalah
c.        Respon Prilaku dan Emosi
Ÿ  Perasaan ancaman meningkat
Ÿ  Verbalisasi cepat
Ÿ  Blocking
Ÿ  Panik
Cara mengatasi cemas:
a.       Kaji penyebab cemas.
b.      Libatkan keluarga dalam mengkaji penyebab cemas dan alternative penanganannya.
c.       Berikan dukungan mental dan spiritual kepada pasien dan keluarga.
d.      Fasilitasi kebutuhan pasien yang berkaitan dengan penyebab cemas:
e.      Sebagai teman sekaligus pendengar yang baik.
f.        Sebagai konselor.
g.       Pendekatan yang bersifat spiritual.
1.2.5          Memberikan Pendidikan Kesehatan.

A. Gizi
·         Tidak berpantang terhadap daging, telur, dan ikan.
·         Banyak sayur dan buah.
·         Banyak minum air putih, minimal 3 liter sehari, terutama setelah menyusui.
·         Tambahan kalori 500 mg sehari.
·         Konsumsi tablet vitamin A dan zat besi selama nifas.

B. Higienis.
·         Kebersihan tubuh secara keseluruhan (mandi minimal 2 kali sehari)
·         Ganti baju minimal 1 kali sehari.
·         Ganti celana dalam minimal 2 kali sehari.
·         Keringkan kemaluan dengan lap bersih setiap kali selesai buang air besar dan kecil, serta ganti
pembalut minimal 3 kali sehari.
·         Jaga kebersihan kuku (kuku jangan sampai panjang).
·         Keramas minimal 2 kali sehari.
·         Bersihkan payudara terutama putting susu sebelum menyusui bayi.

C. Perawatan perineum.
·         Usahakan luka selalu dalam keadaan kering (keringkan setiap kali setelah buang air).
·         Hindari menyentuh luka perineum dengan tangan.
·         Bersihkan kemaluan selalu dari arah depan ke belakang.
·         Jaga kebersihan daeah perineum (ganti pembalut setiap kali sudah penuh atau minimal 3 kali
sehari).

D. Istirahat dan tidur.


·         Istirahat malam 6-8 jam sehari.
·         Istirahat siang 1-2 jam sehari.
·         Tidurlah ketika bayi sedang tidur.
·         Tidurlah bersebelahan dengan bayi.

E. Ambulasi.
Ambulasi ialah kebijakan agar secepat mungkin bidan membimbing ibu postpartum
bangun dari tempat tidurnya dan membimbing ibu secepat mungkin untuk berjalan. Melakukan
aktivitas ringan sedini segera setelah partus.

F. KB (Keluarga Berencana)
Sebaiknya lakukan begitu masa nifas berakhir. Bisa saja selama beberapa bulan di awal,
alat kontrasepsinya bersifat sementara, baru kemudian dipasang yang tetap. Menunggu beberapa
bulan, justru riskan. Untuk alat kontrasepsi sementara, bisa memilih teknik sanggama terputus
atau kondom. Setelah dirasa mantap, pilih alat KB yang tak memberi efek sistemik karena
kontrasepsi yang menggunakan obat-obat hormonal seperti pil dan suntik, pada sejumlah wanita
bisa mengganggu produksi ASI maupun jadwal menstruasi. Relatif paling aman adalah spiral
karena efeknya hanya lokal dan dapat digunakan dalam jangka panjang.
Kendati demikian, pilihan alat KB tetap di tangan Anda berdua. Biasanya, sebagai upaya
mengatur jarak kelahiran yang aman, dokter maupun bidan akan menawarkan pemakaian alat
kontrasepsi sejak sebelum ibu melakukan persalinan. Bahkan, mereka yang tergolong memiliki
kehamilan dengan risiko tinggi, akan diperlakukan secara lebih ketat. Antara lain, disarankan
memakai alat KB segera setelah melahirkan.Perlakuan ini agak berbeda jika yang dihadapi
adalah pasangan yang mempunyai riwayat sulit hamil atau kandungan bermasalah.

 Kaji keinginan pasangan mengenai siklus reproduksi yang mereka inginkan.


 Diskusika dengan suami.
 Jelaskan masing-masing metode alat kontrasepsi.
 Pastikan pilihan alat kontrasepsi yang paling sesuai untuk mereka.

G. Tanda bahaya
Tanda-tanda bahaya berikut merupakan hal yang sangat penting, yang harus disampaikan
kepada ibu dan keluarga. Jika ia mengalami salah satu atau lebih keadaan berikut maka ia harus
secepatnya dating kebidan atau dokter.

1. Perdarahan per vagina yang luar biasa atau tiba-tiba bertambah banyak (lebih dari
perdarahan haid biasa atau bila memerlukan ganti pembalut 2 kali dalam setengah jam).
2. Pengeluaran per vagina yang berbau menusuk (menyengat).
3. Rasa sakit dibagian abdomen atau punggung.
4. Rasa sakit kepala yang terus menerus, nyeri epigastrik, atau masalah penglihatan.
5. Pembengkakan diwajah atau di tangan.
6. Demam, muntah, rasa sakit waktu buang air kecil, atau jika merasa tidak enak badan.
7. Payudara yang berubah menjadi merah, panas, dan sakit.
8. Kehilangan nafsu makan dalam jangka waktu yang lama.
9. Rasa sakit, warna merah, pembengkakan di kaki.
10. Merasa sedih atau tidak mampu mengasih bayi atau dirinya sendiri.
11. Merasa sangat letih atau nafas terengah-engah.
H. Hubungan seksual.
v  Hubunngan Seksual:
§  Diawal-awal selesai masa nifas, lakukan hubungan seksual dengan hati-hati karena biasanya akan
nyeri pada perineum.
§  Diskusikan dengan dengan suami mengenai pola dan teknik hubungan seksual yang nyaman.
§  Berikan pengertian pada suami mengenai kemungkinan keluhan yang akan dialami istri saat
berhubungan seksual yang pertama kali setellah melahirkan.
v  Aktifitas seksual yang dapat dilakukan ibu masa nifas harus memenuhi syarat berikut ini : Secara
fisik aman untuk memulai hubungan suami istri begitu darah merah berhenti dan ibu dapat
memasukkan satu-satu dua jarinya ke dalam vagina tanpa rasa nyeri, maka ibu aman untuk
memulai melakukan hubungan suami istri kapan saja ibu siap. Banyak budaya yang mempunyai
tradisi menunda hubungan suami istri sampai masa waktu tertentu, misalnya setelah 40 hari atau
6 minggu setelah persalinan. Keputusan ini bergantung pada pasangan yang bersangkutan.

I. Senam nifas.

Latihan dan Senam Nifas

Setelah persalinan terjadi involusi pada hampir seluruh organ tubuh wanita. Sebagai
akibat kehamilan dinding perut menjadi lembek dan lemas disertai adanya striae gravidarum
yang membuat keindahan tubuh terganggu. Oleh karena itu, mereka selalu berusaha untuk
memulihkan dan mengencangkan keadaan dinding perut tersebut.
Cara untuk mengembalikan bentuk tubuh menjadi indah seperti semula adalah dengan
melakukan latihan dan senam nifas. Untuk itu beri penjelasan pada ibu tentang beberapa hal
berikut ini.
1.      Diskusikan pentingnya otot-otot perut dan panggul agar kembali normal, karena hal ini akan
membuat ibu merasa lebih kuat dan menjadikan otot perutnya menjadi kuat sehingga mengurangi
rasa sakit pada punggung.
2.      Jelaskan bahwa latihan tertentu beberapa menit setiap hari sangat membantu.
a.       Dengan tidur terlentang dan lengan di samping,tarik otot perut selagi menarik nafas, tahan
nafas dalam, angkat dagu ke dada,tahan mulai hitungan 1-5. Rileks dan ulangi sebanyak 10 kali.
b.      Untuk memperkuat tonus otot jalan lahir dan dasar panggul lakukan latihan kegel.
3.      Berdiri dengan tungkai dirapatkan. Kencangkan otot bokong dan pinggul, tahan sampai 5
hitungan. Relaksasi otot dan ulangi latihan sebanyak 5 kali.
4.      Mulai menggerakan 5 kali latihan untuk setiap gerakan. Setiap minngu naikan jumlah latihan 5
kali lebih banyak. Pada minggu ke 6 setelah persalinan ibu harus mengerjakan setiap gerakan
sebanyak 30 kali.

J. Perawatan bayi sehari-hari.


1.      Memandikan bayi
Untuk memandikannya pakailah air yang cukup hangat, karena suhu tubuh bayi cepat
terpengaruh dan mudah berubah. Setelah dimandikan bayi sebaiknya diajak berjemur di sinar
matahari pagi, sehingga ia merasa hangat.
2.      Cara Memanikan Bayi
Jangan memandikan bayi di bak mandi yang leabar karena bayimudah tergelincir dari
tangan anda dan terendam dalam bak. Untuk itu sediakanlah ember plastik yang dangkal, dengan
mulut yang lebar. Sediakan juga:
-          Sabun bayi
-          Washlap
-          Handuk yang lebar dan kering serta bersih
-          Talk
-          Cotton buds
-          Baju, popok, gurita, peniti, selimut
-          Ember tertutup untuk pakaian kotor
Isi air hangat ke dalam ember, kira-kira 10-15 cm saja dari alasnya. Temperatur air kira-
kira 35-38 C. Ukur suhu tubuh dengan mencelupkan siku anda ke air. Alasi meja dengan perlak,
kemudian bukalah pakaian bayi seluruhnya. Ambil washlap, masukkan tangan kanan anda
kedalamnya dan celupkan ke dalam air. Basahi dulu muka bayi dan kepalanya dengan washlap
tadi.
Lalu seluruh tubuh dibasahi. Setelah itu gosokan washlap ke sabun, dan sabunilah
kepalanya dulu. Biasanya muka tiadak disabuni. Setelah itu sabuni tubuhnya, paha, kaki dan
kedua lengan bagian depan, lalu telungkupkan bayi dan sabuni bagian belakang. Daerah lipat
paha, sekitar pantat, digosok paling akhir. Setelah itu ganti washlap ditangan anda dengan yang
bersih. Celupkan ke dalam air lagi dan bilaslah sabun dari tubuh bayi. Jika washlap sudah penuh
sabun, cuci sebentar di kran, lalu pakai lagi untuk menggosok tubuh bayi. Setelah sabun agak
bersih, anda bawa ke eamber. Pegang lah bayi sedemikian rupa, sehingga lengan kiri anda di
bawah tengkuknya sementara jari-jari tangan kiri mencengkram tubuh disekitar ketiaknya.
Mulailah mengusap lap handuk dari kepala untuk membersihkan sisa-sisa sabun.
Kemudian hati-hati lap leher, tengkuk, telinga luar, tubuh dan anggota tubuh lainnya. Jangan
lupa menggosok semua lipatan tubuh, misalnya lipat ketiak, lipat paha, karena sabun mudah
tertinggal di daerah ini. Setelah selesai dengan bagian depan balikkanlah bayi dan gosoklah
bagian belakang.
Setelah bersih dari sisa-sisa sabun anda dapat melepaskan washlap dan menyiram air
sedikit demi sedikit ke tubuh bayi. Hati-hati agar tidak masuk ke hidung dan telinganya.
Kemudian angkat bayi dari air dan baringkan di handuk yang sudah dihamparkan di atas meja
pakaian di atas alas perlak.
Setelah diangkat dari air, bungus bayi dalam handuk tadi dan tekan-tekan handuk ke
tubuh bayi dan jangan menggosoknya dengan kasar. Dan beri talek, terutama di lipatan-lipatan
tubuh, kemudian pakaikan lah bajunya. Pada hari-hari pertama, jika pusat belum lepas,
keringkanlah pusat dengan kain kasa steril sehabis mandi dan tutuplah dengan kain kasa bersih
dan steril.
3.      Membersihkan Telinga, Mata, Hidung, Mulut dan Kuku
Bersihkan telinga menggunakan cotton buds. Bersihkan kotoran-kotoran di sudut mata
bayi setiap bangun tidur, terutama pagi hari. Anda bisa membersihkan mulut bayi dengan jari
anda yang dibalut kapas basah dan mulut serta gusi dibersihkan menggunakan kapas tersebut.
Kuku dapat dipotong saat bayi tidur dengan gunting kuku. Hidung dapat dibersihkan dari
kotoran-kotorannya sewaktu mandi dengan ujung handuk yang agak basah.
4.      Ingus yang Menyumbat Hidung
Bersihkan dengan cara basahi ingus kering itu dengan ujung handuk basah sampai ingus
kering itu lunak, kemudian korek dengan hati-hati dengan menggunkan cotton buds.

5.      Lotion atau Bedak/Talek


Digunakan untuk mencegah agar kulit bayi tetap kering dan tidak mudah terluka.
§  Pertahankan lingkungan bayi tetap hangat untuk menjaga supaya tidak terjadi penurunan suhu
bayi.
§  Cegah iritasi kulit bayi dengan selalu menjaga kebersihan tangan bayi atau pengasuh bayi.
§  Jika bayi mengalami iritasi kulit, hindari pemakaian bedak pada lokasi iritasi.
§  Olesi kulit yang iritasi dengan salep sesuai dengan resep dokter atau jika iritasi ringan cukup olesi
dengan minyak kelapa bersih atau Virgin Coconut Oil (VCO).
§  Jaga kebersihan kulit bayi, hindari kulit lembab dengan mengganti baju bayi minimal 2 kali sehari
atau sewaktu-waktu ketika basah oleh keringan atau terkena muntahan.
§  Hindari menggosok kulit bayi terlalu keras ketika membersihkan daerah anus dan genital.
§  Jika ditemukan tanda-tanda alergi pada kulit, misalnya kemerahan dan berbintik-bintik, segera
konsultasikan ke dokter dan hentikan untuk sementara produk sabun bayi yang digunakan.
§  Usahakan menjemur bayi tiap pagi antara pukul 06.30 sampai dengan 07.00 WIB.
§  Untuk kenyamanan bayi, pijat kaki dan tangan bayi menjelang tidur menggunakan baby oil.
§  Bersihkan selalu sekitar mulut bayi setiap kali memberikan minum pada bayi.
§  Hindari memijat daerah perut bayi.
§  Untuk menghindari trauma kulit bayi karena kuku bayi yang tajam dan panjang, usahakan selalu
memakaikan sarung tanngan pada bayi.
§  Pilih bahan baju yang tidak kaku dan menyerap keringat untuk bayi.
§  Sediakan selalu minyak talon / kayu putih sebagai antisipasi jika bayi mengalami gangguan perut
(kembung) atau kedinginan.
2.2.6          Membantu Ibu untuk Menyusui Bayi.
Menyusui adalah cara terbaik bagi ibu dan bayinya. Jika ibu merasa kebingungan apakan
dia menyusui atau tidak, mintalah dia untuk mencoba menyusui hanya untuk minngu-minggu
atau bulan-bulan pertama. Sedikit saja waktu untuk menyusui masih lebih baik daripada tidak
sama sekali.
a.       Upayakan berada dalam posisi yang senyaman munngkin saat menyusui.
b.      Payudara dalam keadaan bersih.
c.       Lebih efektif jika posisi ibu duduk.
d.      Usahakan perut bayi menempel perut ibu.
e.      Sendawakan bayi setiap selesai menyusui.
f.        Menyusui minimal setiap 3 jam sekali atau setiap bayi meminta (on demand)
2.2.7          Memfasilitasi menjadi orang tua.
Memberikan bimbingan terhadap orang tua baru karena orang tua baru tentu saja belum
berpengalaman dalam merawat dan mendidik anaknya. Naluri orang tua biesanya akan muncul
sendiri untuk merawat anaknya, yang terpenting adalah curahan kasih sayang terhadap anak
tersebut dari orang tua.
Biasanya orang tua cendrung mendidik anaknya sama seperti dulu mereka di didik oleh orang
tuanya sendiri
a.       Berikan dukungan dan keyakinan pada pasangan akan kemampuan mereka sebagai orang tua.
b.      Upaya untuk belajar merawat bayi yang selama inni telah dilakukan sudah cukup bagus.
c.       Perlu persiapan mental dan material karena anak adalah suatu anugrah sekaligus amanah yang
harus dirawat sebaik-baiknya.
d.      Dengan adanya anak akan mengubah beberapa pola dan kebiasaan sehari-hari, misalnya waktu
istirahat, perhatian terhadap pasangan, komunikasi, tuntutan dan tanggung jawab orang tua
sebagai pendidik bagi anak.

2.2.8          Persiapan pasien pulang.


a.       Ibu
o   Pastikan kondisi ibu siap untuk dibawa pulang (KU baik, vital sign normal, orientasi terhadap
lingkkungan baik, interaksi dengan bayi sedah ada peningkatan).
o   Obat-obatan yang harus diberikan sudah siap, termasuk penjelasan aturan minumnya.
o   Penjelasan kapan ibu harus control kesehatannya dan bayinya.
o   Penjelasan mengenai tanda-tanda bahaya dan apa yang harus dilakukan untuk antisipasi.
o   Kapan dan siapa yang harus dihubungi jika ia mengalami tanda-tanda bahaya (nomor telepon RS
atau bidan).
b.      Suami.
o   Ikut berperan serta dalam perawatan ibu dan bayi.
o   Selalu siaga dan waspada jika terdapat tanda-tanda bahaya, serta siap untuk mengantar istri ke
fasilitas pelayanan kesehatan.
o   Sebagai pembuat keputusan kapan istri harus beistirahat (gangguan istirahat bagi ibu menyusui
akan menyebabkan produksi ASI berkurang dan depresi ibu nifas).
c.       Bayi.
o   Kondisi yang baik, tidak ada gangguan pernafasan, badan kuning, dan gangguan eliminasi.
o   Pastikan refleks isap baik, proses menyusui tidak ada masalah.
d.      Keluarga.
o   Adanya dukungan yang positif bagi ibu nifas untuk keberhasilan proses adaptasi dan menyusui.
o   Penentuan pengambilan keputusan yang dominant dalam keluarga mengenai kapan pasien harus
beristirahat dan jenis makanan apa yang boleh dimakan.

2.2.9          Petunjuk Antisipasi (Antisipatory guidance)


Anticipatory guidance adalah bantuan perawat terhadap orang tua dalam
mempertahankan dan meningkatkan kesehatan melalui upaya pertahanann nutrisi yang adekuat,
pencegahan kecelakaan dan supervisi kesehatan.
a.       Ibu
o   Perawatan perineum.
o   Perawatan payudara untuk ibu yang menyusui.
o   Perawatan payudara selama pembesaran (distensi).
o   Latihan pengencangan abdomen.
o   Latihan perineum.
o   Aktivitas / latihan.
o   Nutrisi.
o   Istirahat.
o   Personal hygiene.
o   Normalitas baby blues.
o   Tanda-tanda bahaya, meliputi:
1.       Demam atau kedinginan.
2.       Perdarahan berlebih.
3.       Nyeri abdomen.
4.       Nyeri berat atau bengkak payudara.
5.       Nyeri atau hangat pada betis, dengan tanpa edema tungkai.
6.       Depresi.
o   Bagaimana menghubunngi bidan atau sumber—sumber lain.
o   Kapan kembali untuk mengevaluasi pasca partum atau kapan kontak melalui telepon.

b.      Bayi
v  Informasi edukasi bagi ibu yang menyusui.
v  Jika memberikan susu dari botol:
ü  Penyiapan dan penyimpanan susu formula.
ü  Perawatan dan penyiapan botol dan dot susu.
ü  Bagaimana memegang bayi ketika memberi susu dengan botol.
ü  Bagaimana memegang botol ketika mmemberi susu.
v  Menyendawakan.
v  Memandikan bayi termasuk mengeramasi.
v  Memakai pakaian:
ü  Bagaimana memakai pakaian.
ü  Beberapa banyak pakaian yang garus disediakan suami dengan keadaan lingkungan dan suhu.
v  Membersihkan dan merawat penis bagi bayi laki-laki.
v  Perawatan perineum bagi bayi wanita.
v  Perawatan tali pusat.
v  Bagaimana mengangkat, memeluk, dan menggendong bayi.
v  Bagaimana mengganti popok dan apa yang harus dilakukan dengan popok tersebut.
v  Pencegahan dan penanganan ruam popok.
v  Bagaimana mengukur suhu tubuh bayi dan bagaimana membaca thermometer.
v  Memberikan dot daripada membiarkan bayi menghisap jempol atau telapak tangan.
v  Arti menangis:
ü  Lapar.
ü  Perlu diganti popoknya.
ü  Perlu diubah posisi atau posisi yang tidak nyaman.
ü  Nyeri, misalnya sakit tertusuk peniti popok.
ü  Perlu kasih sayang (digendong atau dibelai).
ü  Pakaian atau pembungkus terlalu ketat.:
v  Panggil orang yang memberikan perawatan pediatric atau bawa ke dokter jika terjadi hal-hal
berikut:
ü  Demam.
ü  Diare.
ü  Kongesti pernafasan.
ü  Pemberian makan buruk.
ü  Menangis akibat gelisah yang terus menerus.
ü  Ikterrus (bayi kuning)
ü  Perilaku lesu, tidak ada perhatian saat terjaga.
v  Pentingnya check up dan imunisasi.

c.       Ibu dalam hubungannnya dengan orang lain:


Ø  Sibling rivally.
Ø  Kebutuhan dan ketakutn pasangannya.
Ø  Transisi hubungan keluarga.
Ø  Keluarga berencana (KB).
Ø  Memulai kembali hubungan seksual:
§  Waktu untuk memulai kembali sangat ditentukan oleh kebutuhan dan kenyamanan.
§  Metode alternative untuk memuaskan kebutuhan seksual pada masa nifas.
§  Masalah privasi, gangguan, dan refleks let down pada wanita menyusui.
§  Posisi alterrnatif untuk hubungan seksual.
§  Penggunaan preparat hormon atau pelumas untuk ketidaknyamanan.
Ø  Kebutuhan waktu untuk bersama dengan pasangannya dan berpisah dengan bayinya.
Langkah-langkah dari anticipatory guidance sebagai berikut:
·         6 bulan pertama:
a)      Menganjurkan orang tua untuk membuat jadwal dalam memenuhi kebutuhan bayi
b)      Membantu orang tua memahami kebutuhan bayi terhadap stimulasi dari lingkungan
c)      Support kesenangan orang tua dalam melihat pertumbuhan dan perkembangan bayinya
d)     Menyiapkan orang tua untuk pemenuhan kebutuhan keamanan,  imunisasi, mulai memberikan
makanan padat pada bayi
·         6 bulan kedua:
a)      Menganjurkan orang tua agar anak dekat kepadanya
b)      Membimbing orang tua agar menerapkan disiplin sehubungan dengan mobilitas bayi
meningkat
c)      Menganjurkan orang tua menggunkan kontak mata daripada hukuman badan sebagai
penerapan disi
·         Usia 12-18 bulan:
a)      Menyiapkan orang tua untuk mengantisipasi adanya perubahan perilaku dari toddler
b)      Penyapihan bertahap
c)      Jadwal waktu makan rutin
d)     Pencegahan bahaya kecelakaan
·         Usia 18-24 bulan:
a)      Menekankan pentingnya persahabatan sebaya dalam bermain
b)      Menekankan pentingnya persiapan anak dalam kehadiran adik baru
c)      Mendiskusikan kesiapan toilet training
d)     Mendiskusikan ketakutan pada suara keras dan gelap
·         Usia 24-36 bulan:
a)      Mendiskusikan kesiapan anak untuk dilibatkan dalam kegiatan meniru
b)      Pendekatan bila anak belum dapat toilet training
Sibling rivalry: terjadi pada anak usia toddler, ketika keluarga mendapat bayi baru dapat
memancing kecemburuan toddler. Toddler  tidak marah atau membenci bayi tapi perlu adaptasi
karena:
o   perubahan ada saingan
o   perhatian ibu terbagi
o   kebiasaan rutin berubah
o   kehilangan tempat tidur

Perlu kesiapan toddler meneriman saudara kandungnya persiapan sejak bayi dalam kandungan
1.    Usia Prasekolah:
·         Usia 3 tahun:
a)      Menganjurkan orang tua untuk meningkatkan minat anak dalam hubungan yang luas
b)      Menekankan pentingnya peraturan
c)      Anjurkan orang tua untuk memberikan alternatif pada anak
·         Usia 4 tahun:
a)      Perilaku lebih agresif termasuk aktivitas motorik dan bahasa
b)      Menekankan pentingnya batas-batas yang realistik dari tingkah laku
·         Umur 5 tahun:
a)      Menyiapkan anak memasuki lingkungan sekolah
b)      Meyakinkan bahwa usia tersebut periode tenang  pada anak
2.    Usia Sekolah
·         Usia 6 tahun:
a)      Bantu orang tua untuk memahami kebutuhan mendorong anak berinteraksi dengan temannya
b)      Ajarkan pencegahan kecelakaan dan keamanan terutama naik sepeda
c)      Siapkan orang tua akan peningkatan inters keluar rumah
d)     Dorongan orang tua untuk respek terhadap kebutuhan anak akan privacy dan menyiapkan
kamar tidur yang berbeda.
·         Usia 7-10 tahun:
a)      Menekankan untuk mendorong kebutuhan akan kemandirian.
b)      Interes beraktivitas di luar rumah.
c)      Siapkan orang tua untuk perubahan pada wanita memasuki prapubertas

·         Usia 11-12 tahun:


a)      Bantu orang tua untuk menyiapkan anak tentang perubahan tubuh saat pubertas.
b)      Anak wanita mengalami pertumbuhan cepat.
c)      Sex education yang adekuat dan informasi yang akurat
·         Usia 11-12 tahun:
a)      Bantu orang tua untuk menyiapkan anak terhadap perubahan tubuh pubertas
b)      Sex education yang tepat
3.    Usia Remaja:
·         Bantu remaja untuk mempersiapkan peran orang dewasa
·         Bantu dalam memilih karir
·         Bantu orang tua untuk menilai tujuan remaja secara realistik dan jangan menekan bila mereka
tidak mampu
·         Bantu orang tua menghindari konflik
·         Beri dorongan dan penghargaan

7.5. Pelaksanaan Asuhan Kebidanan


2.1               Pelaksanaan Asuhan Kebidanan
Asuhan Kebidanan adalah penerapan dan fungsi kegiatan yang menjadi
tanggung jawab bidan dalam memberikan pelayanan klien yang mempunyai
kebutuhan atas masalah dalam bidang kesehatan masa ibu hamil, masa ibu  bersalin
dan masa nifas (Musbir. W, 1999:13)
Pada pelaksanaan asuhan kebidanan, rencana asuhan menyeluruh dilaksanakan secara
efisien dan aman. Realisasi dari perencanaan dapat dilakukan oleh bidan, pasien, atau anggota
keluarga yang lain. Jika bidan tidak melakukannya sendiri, ia tetap memikul tanggung jawab atas
terlaksananya seluruh perencanaan. Dalam situasi ketika bidan harus berkolaborasi dengan
dokter, misalkan karena pasien mengalami komplikasi, bidan masih tetap bertanggung jawab
terhadap terlaksananya rencana asuhan bersama tersebut. Manegement yang efisien akan
menyingkat waktu, biaya, dan meningkatkan mutu asuhan.
Keberhasilan pelayanan akan dipengaruhi oleh pengetahuan dan cara pandang bidan dalam
kaitan hubungan timbal balik antara manusia/wanita, lingkungan, perilaku, pelayanan kebidanan
dan keturunan.

2.1.2          Tindakan Mandiri, Kolaborasi, dan pengawasan Askeb


v  Tindakan Mandiri
Pelayanan kebidanan mandiri adalah layanan Bidan yang sepenuhnya menjadi tanggung
jawab Bidan itu sendiri. Pelayanan tersebut biasanya dilaksanakan di rumah bidan praktik swasta
atau klinik – klinik bersalin milik bidan.Dalam melaksanakan asuhan bidan dituntut harus
professional dan kompeten agar dapat mencegah terjadinya komplikasi atau masalah selama
pemberian asuhan pada masa nifas
Contoh tindakan mandiri yang biasa dilakukan bidan dalam pemberian asuhan masa nifas
dapat dilihat dalam peran bidan dalam membantu ibu proses pascapersalinan. Tindakan tersebut
antara lain :
Ø  Bidan harus tinggal bersama ibu untuk memastikan bahwa keduanya stabil.
Ø  Periksa fundus setiap 15 menit pertama dan setiap 20-30 menit pada jam kedua, jika klontraksi
tidak kuat masase uterus sampai menjadi keras
Ø  Periksa tekanan darah, kandung kemih, nadi, dan perdarahan setiap 15 menit pada jam pertama
dan setiap 30 menit pada jam kedua.
Ø  Anjurkan ibu untuk minum agar mencegah dehidrasi.
Ø  Bersihkan perineum ibu dan pakaikan ibu pakaian bersih dan kering
Ø  Biarkan ibu istirahat dengan nyaman
Ø  Biarkan ibu meningkatkan hubungan erat dengan bayinya
Ø  Jika ibu ke kamar mandi Bantu ibu
Ø  Ajari ibu atau anggota keluarga tentang bagaimana memeriksa fundus dan tanda-tanda bahaya
bagi ibu dan bayinya
Ø  Anjurkan ibu untuk mengkonsumsi 500 kalori perhari, minum sediktnya 2 liter, makanan dengan
berimbang, minum kapsul vitamin A, minum pil zat besi untuk menambah zat besi
Ø  Bounding attachement segera setelah bayi lahir
Ø  Perawatan payudara 1-2 hari setelah persalinan.
v  Tindakan Kolaborasi
Bidan dapat berkolaborasi jika terdapat adanya indikasi dalam situasi darurat dimana bidan
harus segera bertindak dalam rangka menyelamatkan jiwa pasien.
Merupakan tugas yang dilakukan oleh bidan sebagai anggota tim yang kegiatannya
dilakukan secara bersamaan atau sebagai salah satu urutan dari proses kegiatan pelayanan
kesehatan :
1.    Menerapkan manajemen kebidanan pada setiap asuhan kebidanan sesuai  fungsi kolaborasi
dengan melibatkan klien dan keluarga.

2.    Memberikan asuhan kebidanan pada ibu hamil dengan resiko tinggi dan pertolongan pertama
pada kegawatan yang memerlukan tindakan kolaborasi.

3.    Memberikan asuhan kebidanan pada ibu dalam masa persalinan dengan resiko tinggi dan
keadaan kegawatan yang memerlukan pertolongan pertama dengan tindakan kolaborasi dengan
melibatkan klien dan keluarga.

4.    Memberikan asuhan kebidanan pada ibu dalam masa nifas dengan resiko tinggi dan
pertolongan pertama dalam keadaan kegawatdaruratan yang  memerlukan tindakan kolaborasi
dengan klien dan keluarga.

5.    Memberikan asuhan pada BBL dengan resiko tinggi dan yang mengalami komplikasi serta
kegawatdaruratan yang memerlukan pertolongan pertama dengan tindakan kolaborasi dengan
meliatkan klien dan keluarga.

6.    Memberikan asuhan kebidanan pada balita dengan resiko tinggi dan yang mengalami
komplikasi serta kegawatdaruratan yang memerlukan tindakan kolaborasi dengan melibatkan
keluarga

Contoh tindakan kolaborasi dalam masa nifas:


a.       Dengan dokter ahli kandungan
·         Penanganan perdarahan dan infeksi
b.      Dengan psikolog
·         Penanganan depresi post partum lanjut
·         Penganganan depresi karena kehilangan
c.       Dengan ahli gizi
·         Penaganan anemi berat
·         Upaya perbaikan status gizi pada ibu nifas dengan status gizi buruk
·         Penanganana pada pasien yang mengalami kehilangan nafsu makan dalam jangka waktu yang
lama
·         Konsultasi penyusunan menu seimbang pada pasien vegetarian
·         Konsultasi penyusunan menu seimbang pada pasien dengan keadaan tertentu ( penyakit DM,
jantung, infeksi kronis )
d.      Dengan ahli fisioterapi
·         Penanganan pasien dengan keluhan nyeri pada otot yang berkepanjangan
·         Pemulihan kondisi pasien setelah operasi sesar
e.      Dengan dokter ahli penyakit dalam
·         Penanganan pasien dengan penyakit infeksi (misalnya, TBC, hepatitis, infeksi saluran
pencernaan)
·         Penanganan HIV/AIDS
·         Penanganan pasien dengan penyakit gangguan pernapasan
·         Penanganan pasien dengan penyakit DM dan jantung
Rincian tugas kolaborasi
o  Mengkaji kebutuhan asuhan kebidanan
o  Menentukan diagnosa, prognosa, dan prioritas
o  Menyusun rencana asuhan kebidanan
o  Melaksanakan asuhan kebidanan
o  Mengevaluasi hasil asuhan kebidanan
o  Menyusun rencana tindak lanjut
o   Membuat pencatatan dan pelaporan
v  Tindakan Pengawasan
Ø  Monitoring Post Partum
a.                 Sangat penting karena sering terjadinya kematian
b.                Pengawasan dalam 2 -6 jam pertama meliputi :
·      Perdarahan
·      Laktasi
·      Eklamsi
Ø  Kunjungan 6 jam
a.                 Mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri
b.    Mendeteksi dan melakukan tindakan penyebab lain seperti perdarahan : rujuk jika perdarahan
berlanjut
c.     Memberikan konseling pada ibu / keluarga
d.    Pemberian ASI awal
e.    Mengajarkan mobilisasi
f.     Membantu untuk mencoba BAK sendiri
g.    Melakukan hubungan antara ibu dan BBL
h.    Menjaga bayi tetap sehat dengan cara mencegah hipotermi
i.      Petugas kesehatan yang menolong persalinan harus tinggal 2 jam pertama setelah kelahiran
dengan memantau vital sign.
Ø  Kunjungan 6 hari
a.                 Memantau KU, Kesadaran,Vital Sign
b.                Memastikan involusi uterus berjalan normal
c.                 Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi/ perdarahan abnormal
d.                Memastikan ibu mendapatkan cukup makanan, cairan dan istirahat
e.    Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak memperlihatkan tanda-tanda penyulit serta
memantau gangguan emosional.
f.                  Memberikan konseling asuhan pada bayi.
g.                 Memperhatikan hubungan/respon suami/ keluarga
h.    Memotivasi untuk memberi nama Islami, aqiqoh jika mampu, mencukur rambut dll.
Ø  Konseling sebelum kembali ke rumah

a.         Asuhan untuk ibu dan bayi secara islami


b.        Nutrisi ibu dan bayi

c.         Personal Higiene khususnya genetalia

d.        Teknik menyusui

e.        Pola istirahat/tidur

f.          Dampingan suami/keluarga

g.         Respon ibu dan ayah dengan bayi

h.        Immunisasi

i.           Keluarga Berencana

j.          Kelanjutan aktivitas hubungan sex

k.         Tanda bahaya ibu dan bayi

v  Kunjungan 6 minggu

a.       Asuhan seperti 6 hari masa nifas

b.      Menanyakan pada ibu tentang penyulit-penyulit yang ia atau bayi alami

c.       Memberi konseling untuk ber KB secara dini

d.      Memberi konseling untuk melakukan hubungan suami istri bila menghendaki

2.1.3          Pendidikan/penyuluhan Askeb


a.       Pasien
·         Waspada tanda-tanda bahaya
·         Perawatan diri dan bayi
·         Gizi (in take cairan dan nutrisi)
·         Kecukupan kebutuhan istirahat dan tidur
·         Konsumsi vitamin dan tablet zat besi
·         Cara menyusui yang benar
·         Komunikasi dengan bayi
·         Perawatan bayi sehari-hari

b.      Suami
·         Pengambilan keputusan terhadap bahaya istri dan bayi
·         Pengambilan keputusan kebutuhan istirahat dan nutrisi istri dan bayi
·         Orang yang paling siaga dalam keadaan darurat istri dan bayi
·         Dukungan yang positif bagi istri dalam keberhasilan proses adaptasi peran ibu dan proses
menyusui.
c.       Keluarga
·         Pemberian dukungan mental bagi pasien dalam adaptasi peran dan proses menyusui
·         Memfasilitasi kebutuhan istirahat dan tidur bagi pasien
·         Mendukung pola makan yang seimbang bagi pasien
7.6. Evaluasi Asuhan Kebidanan
Evaluasi adalah langkah akhir dari proses manajemen kebidanan yang berupa tindakan
pengukuran antara keberhasilan dan rencana serta bertujuan untuk mengetahui sejauh mana
keberhasilan tindakan yang dilakukan. Bila tindakan yang dilakukan mencapai tujuan, perlu
dipertimbangkan kemungkinan masalah baru yang timbul akibat keberhasilan. Dan sebaliknya
bila tindakan tidak mencapai tujuan, maka langkah-langkah sebelumnya perlu diteliti kembali.
(Depkes RI, 1995 : 11)
Tujuan diberikannya asuhan kebidanan antara lain :
ü  Meningkatkan, mempertahankan, dan mengembalikan kesehatan
ü  Memfasilitasi ibu untuk merawat bayinya dengan rasa aman dan penuh percaya diri
ü  Memastikan pola menyusui yang mampu meningkatkan perkembangan bayi
ü  Meyakinkan ibu dan pasangannya utntk mengembangkan kemampuan mereka sebagai orang tua
dan utnuk mendapatkan pengalaman berharga sebagai orang tua
ü  Membantu keluarga untuk mengidentifikasi dan memenuhi kebutuhan mereka, serta mengemban
tanggung jawab terhadap kesehatannya sendiri

Selain itu, evaluasi memiliki beberapa kriteria, antara lain :


a.    Penilaian dilakukan segera setelh selesai melaksanakan asuhan sesuai kondisi klien
b.    Hasil evaluasi segera dicatat dan didokumentasikan pada klien
c.     Evaluasi dilakukan sesuai dengan standar
d.    Hasil evaluasi ditindaklanjuti sesuai dengan kondisi klien.
Dalam evaluasi harus dicantumkan juga :
S : Data subyektif
Menggambarkan pendokumentasian hasil melalui anamnesa.
O : Data objektif
Menggambarkan pendokumentasian laboratorium tes, diagnose yang
dirumuskan dalam data focus untuk mendukung assessment.
A : Assesment
Menggambarkan hasil analisa data dan interpretasi data subjektif dan
objektif dalam suatu identifikasi.
1. Diagnosa/masalah
2. Antisipasi diagnose lain/masalah potensial
P : Planning
Menggambarkan perdokumentasian, perencanaan, tindakan, evaluasi
berdasarkan assessment.
2.2.1    Efektifitas Tindakan untuk Mengatasi Masalah, serta Hasil Asuhan
Efektivitas tindakan untuk mengatasi masalah, yaitu dalam melakukan evaluasi seberapa
efektif tindakan dan asuhan yang kita berikan kepada pasien, kita perlu mengkaji respons pasien
dan peningkatan kondisi yang kita targetkan pada saat penyusunan perencanaan. Suatu rencana
asuhan diformulasi secara khusus untuk memenuhi kebutuhan ibu dan keluarganya. Sedapat
mungkin bidan melibatkan mereka semua dalam rencana dan mengatur prioritas serta pilihan
mereka untuk setiap tindakan yang dilakukan. Hasil pengkajian ini kita jadikan sebagai acuan
dalam pelaksanaan asuhan berikutnya.
Hasil asuhan adalah bentuk konkret dari perubahan kondisi pasien dan keluarga yang
meliputi pemulihan kondisi pasien, peningkatan kesejahteraan emosional, peningkatan
pengetahuan dan kemampuan pasien mengenai perawatan diri, serta peningkatan kemandirian
pasien dan keluarga dalam memenuhi kebutuhan kesehatannya.

Anda mungkin juga menyukai