Data Obyektif
Dalam menghadapi masa nifas dari seorang klien , seorang bidan harusmengumpulkan data untuk
memastikan bahwa keadaan klien dalam keadaanstabil.
Keadaan umum pasien
Mengetahui keadaan pasien secara umum, untuk menentukan tindakan yang
harus dilakukan pada pasien.
Kesadaran pasien
Compos Mentis
Keadaan dimana pasien mengalami kesadaran penuh dengan
memberikan respon yang cukup.
Apatis
Pasien bersikap acuh tak acuh dengan keadaan sekitarnya.
Samnolen
Pasien memiliki kesadaran yang lebih rendah ,
Sopor
Pasien memberikan sedikit respon terhadap rangsangan yang kuat. Hal
tersebut bisa ditandai dengan adanya reflex pupil terhadap cahaya
yang masih positif.
Koma
Pasien tidak dapat bereaksi yerhadap stimulus atau rangsangan
apapun. Refleks pupil terhadap cahaya sudah tidak ada.
Tanda-tanda Vital
Suhu
Peningkatan suhu badan mencapai pada 24 jam pertama masa nifas
pada umumnya disebabkan oleh dehidrasi, yang disebabkan oleh
keluarnya cairan pada waktu melahirkan, selain itu bisa juga
disebabkan karena isirahat dan tidur yang diperpanjang selama awal
persalinan.
Tetapi pada umumnya setelah 12 jam post partum suhu tubuh kembali
normal.Kenaikan suhu yang mencapai > 38 º C adalah mengarah
ketanda tanda infeksi.
Nadi
Nadi berkisar antara 60 – 80x/menit. Denyut nadi di atas 100 x/menit
pada masa nifas adalah mengindikasikan adanya suatu infeksi, hal ini
salah satunya bisa diakibatkan oleh proses persalinan sulit atau karena
kehilangan darah yang berlebihan .Jika takikardi tidak disertai panas
kemungkinan disebabkan karena adanya vitium kordis.Beberapa ibu
postpartum kadang – kadang mengalami bradikardi puerperal, yang
denyut nadinya mencapai serendah – rendahnya 40 sampai 50x/menit,
beberapa alasan telah diberikan sebagai penyebab yang mungkin,
tetapi belum ada penelitian yang membuktikan bahwa hal itu adalah
suatu kelainan.
Pernapasan
Pernafasan harus berada dalam rentang yang normal, yaitu sekitar 20 –
30x/menit.
Tekanan darah
Pada beberapa kasus ditemukan keadaan hipertensi postpartum, tetapi
keadaan ini akan menghilang dengan sendirinya apabila tidak ada
penyakit – penyakit lain yang menyertainya dalam 2 bulan
pengobatan.
Pemeriksaan obstetric
Inspeksi
Perlu dilakukan untuk mengetahui pengeluaran pervaginam apakah
sesuai dengan masa nifasnya serta pengeluaran ASI.
Palpasi
Untuk mengetahui involusi uteri seperti : TFU, kontraksinya dan
lochea serta keadaan payudara apakah terdapat benjolan, pembesaran
kelenjar atau abses, serta bagaimana keadaan putting.
Perkusi
Bagaimana keadaan reflek patella.
Keadaan genitalia
Lochea:
Normal:
F Merah hitam (lochia rubra)
F Bau biasa
F Tidak ada bekuan darah atau butir-butir darah beku(ukuran kecil)
F Jumlah perdarahan yang ringan atau sedikit (hanya perlumengganti
pembalut setiap 3-5 jam)
Abnormal:
F Merah terang
F Bau busuk
F Mengeluarkan darah beku
F Perdarahan berat (memerlukan penggantian pembalutsetiap 0-2 jam)d.
Keadaan perineum :
Oedema, hematoma, bekas lukaepisiotomy / robekan, hectinge. Keadaan anus: hemorrhoid
/tidakf.
Keadaan ekstremitas
Varices
Oedema
Refleks patella
Pemeriksaan Laboratorium
Darah
Hemoglobin dan Hematokrit 12-24 jam post partum (jika Hb < 1g%
dibutuhkan suplemen FE), eritrosit, leukosit, Trombosit
Klien dengan Dower Kateter diperlukan culture urine.
Hal ini sering terjadi sering diakibatkan oleh sejumlah faktor. Penyebab yang paling
menonjol adalah :
a) Kekecewaan emosional yang mengikuti rasa puas dan takut yang dialami
kebanyakan wanita selama kehamilan dan persalinan.
b) Rasa sakit masa nifas awal.
c) Kelelahan karena kurang tidur selama persalinan dan postpartum pada
kebanyakan Rumah sakit. Di Rumah Sakit biasanya diakibatkan oleh kebijakan
kunjungan yang kaku, kebijakan perawatan yang tidak fleksibel dan tidak ada
ketetapan untuk berada di Ruang.
d) Kecemasan pada kemampuannya untuk merawat bayinya setelah meninggalkan
rumah sakit
e) Rasa takut menjadi tidak menarik lagi bagi suaminya.
Adapun data lain yang terkait dengan data psikososial antara lain :
a) Ibu merasa senang atas kelahiran bayinya
b) Ibu dapat beradaptasi dengan kondisi yang dialami
c) Harapan ibu semoga cepat sembuh dan cepat pulang kerumah
d) Hubungan dengan suami baik
e) Hubungan dengan lingkungan baik
C. Pemeriksaan fisik
a. Tanda-Tanda Vital
Tekanan darah
Pada beberapa kasus ditemukan keadaan hipertensi postpartum, tetapi keadaan ini
akan menghilang dengan sendirinya apabila tidak ada penyakit – penyakit lain
yang menyertainya dalam 2 bulan pengobatan.
Suhu
Peningkatan suhu badan mencapai pada 24 jam pertama masa nifas pada
umumnya disebabkan oleh dehidrasi, yang disebabkan oleh keluarnya cairan pada
waktu melahirkan, selain itu bisa juga disebabkan karena isirahat dan tidur yang
diperpanjang selama awal persalinan.Tetapi pada umumnya setelah 12 jam post
partum suhu tubuh kembali normal.Kenaikan suhu yang mencapai > 38 º C adalah
mengarah ketanda tanda infeksi.
Nadi
Nadi berkisar antara 60 – 80x/menit. Denyut nadi di atas 100 x/menit pada masa
nifas adalah mengindikasikan adanya suatu infeksi, hal ini salah satunya bisa
diakibatkan oleh proses persalinan sulit atau karena kehilangan darah yang
berlebihan .Jika takikardi tidak disertai panas kemungkinan disebabkan karena
adanya vitium kordis.Beberapa ibu postpartum kadang – kadang mengalami
bradikardi puerperal, yang denyut nadinya mencapai serendah – rendahnya 40
sampai 50x/menit, beberapa alasan telah diberikan sebagai penyebab yang
mungkin, tetapi belum ada penelitian yang membuktikan bahwa hal itu adalah
suatu kelainan.
Pernapasan
Pernafasan harus berada dalam rentang yang normal, yaitu sekitar 20 – 30x/menit.
d. Kandung Kemih
Kandung kemih pada peurperium mempunyai kapasitas yang meningkat secara
relative. Oleh karena itu, disten si yang berlebihan, urine residual yang berlebihan,
dan pengosongan yang tidak sempurna, harus diwaspadai dengan seksama,. Ureter
dan pelvis renalis yang mengalami distensi akan kembali normal pada dua sampai
delapan minggu setelah persalinan.
Edema dan efek konduksi anastesi menyebabkan keinginan untuk berkemih
menurun selain itu rasa nyeri pada panggul yang timbul akibat dorongan saat
melahirkan , laserasi vagina atau episotomi juga menurunkan refleks bekemih pada
masa pasca partum tahap lanjut distensi berlebihan dapat mengakibatkan kandung
kemih lebih peka terhadap infeksi sehingga menganggu proses berkemih normal
e. Genetalia
Vulva dan vagina mengalami penekanan serta perenggangan yang sangat besar
selama proses melahirkan bayi, dan dalam beberapa hari pertama sesudah proses
tersebut kedua organ ini tetap berada dalam keadaan kendur. Setelah 3 minggu vulva
dan vagina kembali kepada keadaan tidak hamil dan tugae dalam vagina secara
berangsur-angsur akan muncul kembali sementara labia menjadi lebih menonjol.
f. Perineum
Segera setelah melahirkan, perenium menjadi kendur karena sebelumnya teregang
oleh tekanan kepala bayi yang bergerak maju. Pada post natal hari ke-5, perenium
sudah mendapatkan kembali sebagaian besar tonusnya sekalipun tetap lebih kendur
pada keadaan sebelum melahirkan.
Memperhatkan jahitan pada perineum jika ada, ada tidaknya edema dan
varises.Tanda-tanda infeksi (nyeri, merah, panas, bengkak atau rabas). Atau tepian
insisi tidak saling mendekat bisa terjadi. Penyembuhan harus berlangsung dalam 2-3
minggu
g. Ekstremitas Bawah
Lakukan pemeriksaan pada ekstremitas bawah dengan melihat apakah ada
oedema atau tidak, adanya varices atau tidak serta memeriksa refleks patella dan
nyeri tekan atau panas pada betis adanya tanda human. Tanda homan didapatkan
dengan meletakkan satu tangan pada lutut ibu, dan lakukan tekanan ringan untuk
menjaga tungkai tetap lurus. Dorsifleksi kai tersebut jika terdapat nyeri pada betis
maka tanda homan positif
b. Masalah infeksi
Infeksi nifas merupakan salah satu penyebab kematian ibu, infeksi yang mungkin
terjadi adalah infeksi saluran kencing, infeksi pada genitalia, infeksi payudara, infeksi
saluran pernafasan. Beberapa bakteri dapat menyebabkan infeksi pasca persalinan.
Infeksi masa nifas merupakan penyebab tertinggi angka kematian ibu. Infeksi alat
genital merupakan komplikasi masa nifas. Infeksi yang meluas kesaluran urinaria dan
pembedahan merupakan penyebab terjadinya AKI tinggi. Gejala umum infeksi dapat
dilihat dari suhu pembengkakan taki kardia dan malaise. Gejala lokal berupa uterus
lembek, kemerahan, rasa nyeri pada payudara atau adanya disuria. Ibu berisiko
infeksi postpartum karena adanya pelepasan plsenta, laserasi pada saluran genital
termasuk episiotomi. Penkyebab infeksi adalah bakteri endogen dan eksogen.
1. Infeksi genital
Ibu beresiko mengalami infeksi postpartum karena adanya luka pada area
pelepasan plasenta,laserasi pada saluran genital dan episiotomi pada perineum
penyebab infeksi adalah bakteri endogen dan eksogen faktor predisposisi infeksi
meliputi nutrisi yang buruk defisiensi zat besi , persalinan lama , ruftur membran
episiotomi atau sexio sesarea .
4. Infeksi payudara
Infeksi payudara seperti mastitis dan abses dapat terjadi karena
manajemen laktasi yang tidak benar yang dapat menyebabkan trauma pada puting
sehingga merupakan tempat masuknya kuman pathogen. Hal ini dapat di cegah
dengan manajemen laktasi yang benar dan menyusui bayi nya on demand.
Bidan harus dapat menjelaskan pada ibu dan suaminya tentang bagaimana
mengatasi rasa cemas selama masa nifas :
a) Bidan dapat memperhatikan dan memberi ucapan selamat atas nkehadiran
bayinya yang dapat member perasaan senang pada ibu
b) Dalam memberi dukungan bidan dapat melibatkan suami,keluarga dan teman
dalam merawat bayi-nya sehingga beban ibu berkurang. Hal ini akan
menciptakan hubungan baik antara ibu dan keluarga, ibu dan bidan atau bidan
dan keluarga-nya.
c) Bidan dapat member informasi atau konseling memngenai kebutuhan ibu
selama periode ini. Sehingga membangun kepercayaan diri ibu dalam
perannya sebagai ibu.
d) Bidan dapat mendukung PENKES termasuk pendidikan dalam perannya
sebagai ibu.
e) Bidan dapat membantu dalam hubungan ibu dan bayinya serta menerima bayi
dalam keluarganya.
f) Bidan juga dapat berperan sebagai teman bagi ibu dan keluarga dalam
member nasihat.
g) Waspadai gejala depresi. Tanyakan pada ibu apa yang ia rasakan serta apakah
ia dapat makan dan tidur dengan nyaman.
2. Perawatan perineum
Bidan berperan menjelaskan pada ibu dan suaminya tentang perawatan perineum
selama masa nifas:
a) Anjurkan ibu untuk tidak menggunakan tampon pasca partum kaerna resiko
infeksi.
b) Jelaskan perkembangan perubahan lochea dari rubra ke serosa hingga menjadi
lochea alba.
c) Anjurkan ibu untuk menyimpan dan melaporkan bekuan darah yang
berlebihan serta pembalut yang dipenuhi darah banyak.
d) Ajari ibu cara mengganti pembalut setiap kali berkemih atau defekasi dan
setelah mandi pancuran atau rendam.
e) Ibu dapat menggunakan kompres es segera mungkin dengan menggunakan
sarung tangan atau bungkus es untuk mencegah edema.
f) Ajari ibu untuk menggunakan botol perineum yang diisi air hangat.
g) Ajari penting nya membersihkan perineum dari arah depan kea rah belakang
untu mencegah kontaminasi.
h) Ajari langkah-langkah memberikan rasa nyaman pada area hemorrhoid.
i) Jelaskan pentingnya mengosongkan kandung kemih secara adekuat.
j) Identifikasi gejala ISK. Jelaskan pentingnya asupan cairan adekuat setiap hari
3. Masalah payudara
Pembengkakan payudara terjadi karena adanya gangguan antara
akumulasi air susu dan meningkatkan vaskularisasi dan kongesti. Hal tersebut
menyebabkan penyumbatan pada saluran limfa dan vena. Terjadi pada hari ke 3
post partum baik pada ibu menyusui maupun tidak menyusui dan berakhir kira-
kira 24-28 jam.
Tanda dan gejala gangguan ini meliputi ibu merasa payudaranya bengkak
dan mengalami distensi, kulit payudara menjadi mengilat dan merah payudara
hangat jika disentuh, vena pada payudara terlihat, payudara nyeri terasa keras dan
penuh.
4. Asi eksklusif
ASI adalah suatu emulsi lemak dalam larutan protein laktosa dan garam
organic yang disekresi oleh kedia kelenjar payudara ibu dan merupakan makanan
terbaik untuk bayi. Selain memenuhi segala kebutuhan makanan bayi baik gizi
Imunologi atau lainnya pemberian ASI memberikan kesempatan bagi ibu
mencurah kan cinta kasih serta perlindungan kepada anaknya. Fungsi ini mungkin
dapat di alihkan kepada ayah dan merupakan suatu kelebihan kaum wanita ASI
eksklusif di berikan sejak umur 0 hari sampai 6 bulan.
Jika seorang ibu atau pasangan telah memiliki metode KB tertentu ada
baiknya ibu atau pasangan berkunjung ulang 2 minggu kemudian untuk
mengetahui apakah metode tersebut bekerja dengan baik.
2. Gizi
Bidan berperan dalam penyuluhan tentang gizi pada ibu dan suaminya selama
masa nifas yang meteri nya meliputi:
a) Mengkonsumsi tambahan 500 kaloti setiap hari
b) Makanan dengan diet berimbang untuk mendapatkan protein,mineral dan
vitamin yang cukup
c) Minum sedikitnya 3 liter air setiap hari (anjurkan ibu nuntuk minum setiap
kali setelah menyusui)
d) Tablet zat besi bisa diminum untuk menambah zat gizi setidaknya selama 40
hari pasca persalinan.
e) Minum kapsul vitamin A agar dapat memberikan vitamin A kepada bayi
b) Infeksi nifas
Semua peradangan yang disebabkan masuknya kuman ke dalam alat-alat
genetalia pada waktu persalinan dan nifas.
Faktor predisposisi infeksi nifas
Partus lama
Tindakan operasi persalinan
Tertinggal nya plasenta , selaput ketuban, pembekuan darah
Perdarahan antepartum dan post partum
Anemia
Ibu hamil dengan infeksi (endogen)
Manipulasi penolong (eksogen)
Infeksi nosokomial
Bakteri colli
intervensi
Atur frekuensi berkemih èuntuk mengurangi sensasi nyeri
Terapi antibiotikè amoxicilin 4x 250 mg oral di gabung dengan
gentamicin 2x80 mg I.M selama 10-14 hari
e) Bendungan asi
Suhu tidak > 38C
Terjadi minggu pertama pp
Nyeri jika di tekan pada bagian payudara
intervensi
Perawatan payudara pada pp
Kedua payudara dissusukan sesering mungkin
Kompres air hangat èsebelum di susukan
Kompres dingin èdiantara menyusui
Sangga payudara
Bila perlu parasetamol 500 mg / oral è4 jam
f) Mastitis
Peradangan pada mamae, kuman masuh melalui luka pada puting susu
suhu > 38 C
terjadi pada minggu ke 2 pp
bengkak keras , kemerahan, nyeri saat di tekan
g) Tromboflebitis / flegmasia alba dolens
Inflamasi vena femoralis dengan pembentukan pembekuan darah
odema pada paha bagian atas dan tungkai
nyeri hebat pada lipatan paha dan daerah paha serta pada betis
tampak benalungan pembuluh darah tampak benalungan pembuluh
darah
suhu badan meningkat, menggigil
intervensi
isirahat dengan meningikan kaki / tungkal
penghangatan è peningkatan sirkulasi perifer dan rasa nyaman
kompres kaki yang terkena odema
menghindari pemijatan tungkai è mencegah terlepasnya thrombus
menggunakan stoking elastik ± 6 bulan
terapi anti kolagen èhepatin,antibiotik, analgesik
setelah bengkak berkurang èambulasi bertahap dengan bantuan
berikan dukungan moril
a. Diagnosa Kebidanan
Diagnosa dapat ditegakkan yang berkaitan dengan Para, Abortus, Anak hidup,umur
ibu, dan keadaan nifas.
Data dasar meliputi :
1. Data Subyektif
Pernyataan ibu tentang jumlah persalinan, apakah pernah abortus atau tidak,
keterangan ibu tentang umur, keterangan ibu tentang keluhannya.
2. Data Obyektif
Palpasi tentang tinggi fundus uteri dan kontraksi, hasil pemeriksaan tentang
pengeluaran pervaginam, hasil pemeriksaan tanda – tanda vital.
b. Masalah
Permasalahan yang muncul berdasarkan pernyataan pasien.
Data dasar meliputi
1. Data Subyektif
Data yang didapat dari hasil anamnesa pasien
2. Data Obyekti
Data yang didapat dari hasil pemeriksaan
c. Diagnosa Potensial
Mengidentifikasi diagnosa atau masalah potensial.
Pada langkah ini diidentifikasikan masalah atau diagnosa potensial
berdasarkan rangkaian masalah dan diagnosa, hal ini membutuhkan antisipasi,
pencegahan, bila memungkinkan menunggu mengamati dan bersiap-siap apabila hal
tersebut benar-benar terjadi. Melakukan asuhan yang aman penting sekali dalam hal
ini.
1. Gangguan perkemihan
a) Dalam enam jam ibu nifas harus sudah bias bak spontan, kebanyakan ibu
bias berkemih spontan dalam waktu 8 jam
b) Urine dalam jumlah yang banyyak akan diproduksi dalam waktu 12-36
jam setelah melahirkan
c) Ureter yang berdilatasi akan kembali normal dalam waktu 6 minggu
Hemostatis internal.
Tubuh, terdiri dari air dan unsur-unsur yang larut di dalamnya, dan 70%
dari cairan tubuh terletak di dalam sel-sel, yang disebut dengan cairan
intraselular. Cairan ekstraselular terbagi dalamplasma darah, dan langsung
diberikan untuk sel-sel yang disebut cairan interstisial. Beberapa hal yang
berkaitan dengan cairan tubuh antaralain edema dan dehidrasi. Edema adalah
tertimbunnya cairan dalam jaringan
akibat gangguan keseimbangan cairan dalam tubuh. Dehidrasi adalah
kekurangan cairan atau volume air yang terjadi pada tubuh karena pengeluaran
berlebihan dan tidak diganti.
Rortveit dkk (2003) menyatakan bahwa resiko inkontinensia urine pada pasien
dengan persalinan pervaginam sekitar 70% lebih tinggi dibandingkan resiko
serupa pada persalinan dengan Sectio Caesar. Sepuluh persen pasien pasca
persalinan menderita inkontinensia (biasanya stresinkontinensia) yang kadang-
kadang menetap sampai beberapa minggu pasca persalinan. Untuk mempercepat
penyembuhan keadaan ini dapat dilakukan latihan pada otot dasar panggul.
Nafsu Makan
Pasca melahirkan, biasanya ibu merasa lapar sehingga, diperbolehkan
untuk mengkonsumsimakanan. Pemulihan nafsu makan diperlukan waktu 3–4 hari
sebelum faal usus kembali normal. Meskipun kadar progesteron menurun
setelah melahirkan, asupan makanan juga mengalami penurunan selama satu atau
dua hari.
Motilitas
Secara khas, penurunan tonus dan motilitas otot traktus cerna menetap
selama waktu yang singkat setelah bayi lahir.
Kelebihan analgesia dan anastesia bisa memperlambat pengembalian tonus
dan motilitas ke keadaan normal.
Pengosongan Usus
Pasca melahirkan, ibu sering mengalami konstipasi. Hal ini
disebabkan tonus otot usus menurun selama proses persalinan dan awal masa
pascapartum, diare sebelum persalinan, enema sebelummelahirkan, kurang
makan, dehidrasi, hemoroid ataupun laserasi jalan lahir. Sistem
pencernaanpada masa nifas membutuhkan waktu untuk kembali normal.
Beberapa cara agar ibu dapat buang air besar kembali teratur, antara lain:
a) Pemberian diet / makanan yang mengandung serat.
b) Pemberian cairan yang cukup.
c) Pengetahuan tentang pola eliminasi pasca melahirkan.
d) Pengetahuan tentang perawatan luka jalan lahir.
e) Bila usaha di atas tidak berhasil dapat dilakukan pemberian huknah atau
obat yang lain.
Gangguan lainnya :
a) BAB biasanya tertunda selama 2-3 hari karena edema persalinan diit cairan
obat-obatan analgetik dan perineum yang sangat sakit
b) Bila lebih dari 3 hari belum bab bias diberikan obat laksantia
c) Ambulasi secara dini dan teratur akan membantu dalam regulasi BAB
d) Asupan cairan yan adekuat dan diit tinggi serat sangat di anjurkan
Diam diam Anda merasa tersisih oleh bayi. Gejalanya : Anda sebal dan cemburu
karena istri selalu ingin berada di dekat bayi dan bayi pun tidur di ranjang Anda.
Istri berjam-jam menyusuinya, bermain dan bercakap -cakap, istri mengagumi
sang bayi dan topik pembicaraanya soal bayi melulu. Ditambah pula bayi pun
bahagia saat bersama ibunya dan rewel jika Anda yang mengendong.
Cara mengatasi:
Bicarakan dengan istri meski Anda harus perhatian, jangan lampiaskan
dengan marah, mencari gara-gara atau menunjukkan "persaingan" dengan
bayi.
Ikut terlibat mengurus bayi, agar Anda memahami mengapa istri begitu
menyukainya
Minta bantuan orang ketiga untuk mengingatkan istri bahwa bukan hanya
bayi baru yang perlu perhatian dan cinta, tapi suami pun membutuhkan
atensinya.
Bidan berperan menjelaskan pada ibu dan suaminya tentang hubungan seks
selama masa nifas :
Nasihatkan pasangan untuk tidak berhubungan seksual sampai luka
episiotomy sembuh dan lokhia telah berhenti yang biasanya di akhir
minggu ketiga
Beberapa bentuk lubrikan yang larut dalam air seperti k-y sangat
diperlukan saat berhubungan sex untuk mencegah ketidak nyamana akibat
vagina mungkin telah kering
Ingatkan bahwa ibu dapat mengalami penurunan keinginan berhubungan
seksual karena adanya perubahan hormone keletihan ketidak puasan
Untuk mencegah kehamilan yang tidak direncanakan nasihatkan pasangan
untuk meakai kontrasepsi ketika mereka merasa memulai kembali aktifitas
seksual meskipun siklus haid ibu belum kembali
Secara fisik ibu aman untuk memulai hubungan seksual antara suami istri
ketika darah merah berhenti dan ibu dapat melaksanakan hubungan suami
istri kapanpun ibu siap
Banyak budaya yang mempunyai tradisi menunda hubungan suami istri
sampai masa waktu tertentu misalnya setelah 40 hari atau 6 minggu setelah
persalinan keputusan bergantung pada pasaangan yang bersangkutan.
Kunjungan masa nifas dilakukan paling sedikit 4 kali. Kunjungan ini bertujuan
untuk menilai status ibu dan bayi baru lahir juga untuk mencegah,mendeteksi, serta
menangani masalah yang terjadi.
Kunjungan yang dilakukan pada masa nifas :
1. 6-8 jam setelah persalinan
Mencegah terjadinya perdarahan pada masa nifas.
Mendeteksi dan merawat penyebab lain perdarahan dan memberi rujukan bila
perdarahan berlanjut.
Memberikan konseling kepada ibu atau salah satu anggota keluarga mengenai
bagaimana mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri .
Pemberian ASI pada masa awal menjadi ibu.
Mengajarkan cara mempererat hubungan antara ibu dan bayi baru lahir.
Menjaga bayi tetap sehat dengan cara mencegah hipotermia.
2. 6 hari setelah persalinan
Memastikan involusi uteri berjalan normal, uterus berkontraksi, fundus
dibawah umbilikus tidak ada perdarahan abnormal, dan tidak ada bau.
Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi, atau kelainan pasca melahirkan.
Memastikan ibu mendapat cukup makanan, cairan, dan istirahat cukup.
Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak ada tanda-tanda penyulit.
Memberikan konseling kepada ibu mengenai asuhan pada bayi, cara merawat
tali pusat, dan bagaimana menjaga bayi agar tetap hangat.
3. 2 minggu setelah persalinan
Sama seperti kunjungan yang kedua (6 hari setelah persalinan).
4. 6 Minggu setelah persalinan
Menanyakan kepada ibu tentang penyulit-penyulit yang dialami atau bayinya.
Memberikan konseling untuk KB secara dini.
c. Mengatasi Infeksi.
Perlukaan karena persalinan merupakan tempat masuknya kuman kedalam tubuh,
sehingga menimbulkan infeksi pada kala nifas.
Infeksi kala nifas adalah infeksi peradangan pada semua alat genitalia pada masa
nifas oleh sebab apapun dengan ketentuan meningkatnya suhu badan melebihi 38 oC
tanpa menghitung hari pertama dan berturut-turut selama dua hari.
Gambaran klinis infeksi umum dapat dalam bentuk :
1. Infeksi Lokal
Pembengkakan luka episiotomi.
Terjadi penanahan.
Perubahan warna lokal.
Pengeluaran lochia bercampur nanah.
Mobilisasi terbatas karena rasa nyeri.
Temperatur badan dapat meningkat.
2. Infeksi General
Tampak sakit dan lemah.
Temperatur meningkat diatas 39 oC.
Tekanan darah dapat menurun dan nadi meningkat.
Pernapasan dapat meningkat dan napas terasa sesak.
Kesadaran gelisah sampai menurun dan koma.
Terjadi gangguan involusi uterus.
Lochia : berbau, bernanah serta kotor.
d. Mengatasi cemas
Stuart dan Sundeen (1995) membagi kecemasan menjadi 4 tingkatan yaitu :
1. Kecemasan Ringan
Kecemasan ringan berhubungan dengan ketegangan akan peristiwa
kehidupan sehari-hari. Pada tingkat ini lahan persepsi melebar dab individu akan
berhati-hati dan waspada. Individu terdorong untuk belajar yang akan
menghasilkan pertumbuhan dan kreativitas.
a) Respon Fisiologis
Sesekali nafas pendek
Nadi dan tekanan darah naik
Gejala ringan pada lambung
Muka berkerut dan bibir bergetar
b) Respon Kognitif
Lapang persegi meluas
Mampu menerima ransangan yang kompleks
Konsentrasi pada masalah
Menyelesaikan masalah secara efektif
c) Respon perilaku dan Emosi
Tidak dapat duduk tenang
Tremor halus pada tangan
Suara kadang-kadang meninggi
2. Kecemasan sedang
Pada tingkat ini lahan persepsi terhadap lingkungan menurun/individu lebih
memfokuskan pada hal penting saat itu dan mengesampingkan hal lain.
a) Respon Fisiologis
Sering nafas pendek
Nadi ekstra systole dan tekanan darah naik
Mulut kering
Anorexia
Diare/konstipasi
Gelisah
b) Respon Kognitif
Lapang persepsi menyempit
Rangsang Luar tidak mampu diterima
Berfokus pada apa yang menjadi perhatiannya
c) Respon Prilaku dan Emosi
Gerakan tersentak-sentak (meremas tangan)
Bicara banyak dan lebih cepat
Perasaan tidak nyaman
3. Kecemasan Berat
Pada kecemasan berat lahan persepsi menjadi sempit. Individu cenderung
memikirkan hal yang kecil saja dan mengabaikan hal-hal yang lain. Individu tidak
mampu berfikir berat lagi dan membutuhkan banyak pengarahan/tuntutan.
a. Respon Fisiologis
Ÿ Sering nafas pendek
Ÿ Nadi dan tekanan darah naik
Ÿ Berkeringat dan sakit kepala
Ÿ Penglihatan kabur
b. Respon Kognitif
Ÿ Lapang persepsi sangat menyempit
Ÿ Tidak mampu menyelesaikan masalah
c. Respon Prilaku dan Emosi
Ÿ Perasaan ancaman meningkat
Ÿ Verbalisasi cepat
Ÿ Blocking
Ÿ Panik
Cara mengatasi cemas:
a. Kaji penyebab cemas.
b. Libatkan keluarga dalam mengkaji penyebab cemas dan alternative penanganannya.
c. Berikan dukungan mental dan spiritual kepada pasien dan keluarga.
d. Fasilitasi kebutuhan pasien yang berkaitan dengan penyebab cemas:
e. Sebagai teman sekaligus pendengar yang baik.
f. Sebagai konselor.
g. Pendekatan yang bersifat spiritual.
1.2.5 Memberikan Pendidikan Kesehatan.
A. Gizi
· Tidak berpantang terhadap daging, telur, dan ikan.
· Banyak sayur dan buah.
· Banyak minum air putih, minimal 3 liter sehari, terutama setelah menyusui.
· Tambahan kalori 500 mg sehari.
· Konsumsi tablet vitamin A dan zat besi selama nifas.
B. Higienis.
· Kebersihan tubuh secara keseluruhan (mandi minimal 2 kali sehari)
· Ganti baju minimal 1 kali sehari.
· Ganti celana dalam minimal 2 kali sehari.
· Keringkan kemaluan dengan lap bersih setiap kali selesai buang air besar dan kecil, serta ganti
pembalut minimal 3 kali sehari.
· Jaga kebersihan kuku (kuku jangan sampai panjang).
· Keramas minimal 2 kali sehari.
· Bersihkan payudara terutama putting susu sebelum menyusui bayi.
C. Perawatan perineum.
· Usahakan luka selalu dalam keadaan kering (keringkan setiap kali setelah buang air).
· Hindari menyentuh luka perineum dengan tangan.
· Bersihkan kemaluan selalu dari arah depan ke belakang.
· Jaga kebersihan daeah perineum (ganti pembalut setiap kali sudah penuh atau minimal 3 kali
sehari).
E. Ambulasi.
Ambulasi ialah kebijakan agar secepat mungkin bidan membimbing ibu postpartum
bangun dari tempat tidurnya dan membimbing ibu secepat mungkin untuk berjalan. Melakukan
aktivitas ringan sedini segera setelah partus.
F. KB (Keluarga Berencana)
Sebaiknya lakukan begitu masa nifas berakhir. Bisa saja selama beberapa bulan di awal,
alat kontrasepsinya bersifat sementara, baru kemudian dipasang yang tetap. Menunggu beberapa
bulan, justru riskan. Untuk alat kontrasepsi sementara, bisa memilih teknik sanggama terputus
atau kondom. Setelah dirasa mantap, pilih alat KB yang tak memberi efek sistemik karena
kontrasepsi yang menggunakan obat-obat hormonal seperti pil dan suntik, pada sejumlah wanita
bisa mengganggu produksi ASI maupun jadwal menstruasi. Relatif paling aman adalah spiral
karena efeknya hanya lokal dan dapat digunakan dalam jangka panjang.
Kendati demikian, pilihan alat KB tetap di tangan Anda berdua. Biasanya, sebagai upaya
mengatur jarak kelahiran yang aman, dokter maupun bidan akan menawarkan pemakaian alat
kontrasepsi sejak sebelum ibu melakukan persalinan. Bahkan, mereka yang tergolong memiliki
kehamilan dengan risiko tinggi, akan diperlakukan secara lebih ketat. Antara lain, disarankan
memakai alat KB segera setelah melahirkan.Perlakuan ini agak berbeda jika yang dihadapi
adalah pasangan yang mempunyai riwayat sulit hamil atau kandungan bermasalah.
G. Tanda bahaya
Tanda-tanda bahaya berikut merupakan hal yang sangat penting, yang harus disampaikan
kepada ibu dan keluarga. Jika ia mengalami salah satu atau lebih keadaan berikut maka ia harus
secepatnya dating kebidan atau dokter.
1. Perdarahan per vagina yang luar biasa atau tiba-tiba bertambah banyak (lebih dari
perdarahan haid biasa atau bila memerlukan ganti pembalut 2 kali dalam setengah jam).
2. Pengeluaran per vagina yang berbau menusuk (menyengat).
3. Rasa sakit dibagian abdomen atau punggung.
4. Rasa sakit kepala yang terus menerus, nyeri epigastrik, atau masalah penglihatan.
5. Pembengkakan diwajah atau di tangan.
6. Demam, muntah, rasa sakit waktu buang air kecil, atau jika merasa tidak enak badan.
7. Payudara yang berubah menjadi merah, panas, dan sakit.
8. Kehilangan nafsu makan dalam jangka waktu yang lama.
9. Rasa sakit, warna merah, pembengkakan di kaki.
10. Merasa sedih atau tidak mampu mengasih bayi atau dirinya sendiri.
11. Merasa sangat letih atau nafas terengah-engah.
H. Hubungan seksual.
v Hubunngan Seksual:
§ Diawal-awal selesai masa nifas, lakukan hubungan seksual dengan hati-hati karena biasanya akan
nyeri pada perineum.
§ Diskusikan dengan dengan suami mengenai pola dan teknik hubungan seksual yang nyaman.
§ Berikan pengertian pada suami mengenai kemungkinan keluhan yang akan dialami istri saat
berhubungan seksual yang pertama kali setellah melahirkan.
v Aktifitas seksual yang dapat dilakukan ibu masa nifas harus memenuhi syarat berikut ini : Secara
fisik aman untuk memulai hubungan suami istri begitu darah merah berhenti dan ibu dapat
memasukkan satu-satu dua jarinya ke dalam vagina tanpa rasa nyeri, maka ibu aman untuk
memulai melakukan hubungan suami istri kapan saja ibu siap. Banyak budaya yang mempunyai
tradisi menunda hubungan suami istri sampai masa waktu tertentu, misalnya setelah 40 hari atau
6 minggu setelah persalinan. Keputusan ini bergantung pada pasangan yang bersangkutan.
I. Senam nifas.
Setelah persalinan terjadi involusi pada hampir seluruh organ tubuh wanita. Sebagai
akibat kehamilan dinding perut menjadi lembek dan lemas disertai adanya striae gravidarum
yang membuat keindahan tubuh terganggu. Oleh karena itu, mereka selalu berusaha untuk
memulihkan dan mengencangkan keadaan dinding perut tersebut.
Cara untuk mengembalikan bentuk tubuh menjadi indah seperti semula adalah dengan
melakukan latihan dan senam nifas. Untuk itu beri penjelasan pada ibu tentang beberapa hal
berikut ini.
1. Diskusikan pentingnya otot-otot perut dan panggul agar kembali normal, karena hal ini akan
membuat ibu merasa lebih kuat dan menjadikan otot perutnya menjadi kuat sehingga mengurangi
rasa sakit pada punggung.
2. Jelaskan bahwa latihan tertentu beberapa menit setiap hari sangat membantu.
a. Dengan tidur terlentang dan lengan di samping,tarik otot perut selagi menarik nafas, tahan
nafas dalam, angkat dagu ke dada,tahan mulai hitungan 1-5. Rileks dan ulangi sebanyak 10 kali.
b. Untuk memperkuat tonus otot jalan lahir dan dasar panggul lakukan latihan kegel.
3. Berdiri dengan tungkai dirapatkan. Kencangkan otot bokong dan pinggul, tahan sampai 5
hitungan. Relaksasi otot dan ulangi latihan sebanyak 5 kali.
4. Mulai menggerakan 5 kali latihan untuk setiap gerakan. Setiap minngu naikan jumlah latihan 5
kali lebih banyak. Pada minggu ke 6 setelah persalinan ibu harus mengerjakan setiap gerakan
sebanyak 30 kali.
b. Bayi
v Informasi edukasi bagi ibu yang menyusui.
v Jika memberikan susu dari botol:
ü Penyiapan dan penyimpanan susu formula.
ü Perawatan dan penyiapan botol dan dot susu.
ü Bagaimana memegang bayi ketika memberi susu dengan botol.
ü Bagaimana memegang botol ketika mmemberi susu.
v Menyendawakan.
v Memandikan bayi termasuk mengeramasi.
v Memakai pakaian:
ü Bagaimana memakai pakaian.
ü Beberapa banyak pakaian yang garus disediakan suami dengan keadaan lingkungan dan suhu.
v Membersihkan dan merawat penis bagi bayi laki-laki.
v Perawatan perineum bagi bayi wanita.
v Perawatan tali pusat.
v Bagaimana mengangkat, memeluk, dan menggendong bayi.
v Bagaimana mengganti popok dan apa yang harus dilakukan dengan popok tersebut.
v Pencegahan dan penanganan ruam popok.
v Bagaimana mengukur suhu tubuh bayi dan bagaimana membaca thermometer.
v Memberikan dot daripada membiarkan bayi menghisap jempol atau telapak tangan.
v Arti menangis:
ü Lapar.
ü Perlu diganti popoknya.
ü Perlu diubah posisi atau posisi yang tidak nyaman.
ü Nyeri, misalnya sakit tertusuk peniti popok.
ü Perlu kasih sayang (digendong atau dibelai).
ü Pakaian atau pembungkus terlalu ketat.:
v Panggil orang yang memberikan perawatan pediatric atau bawa ke dokter jika terjadi hal-hal
berikut:
ü Demam.
ü Diare.
ü Kongesti pernafasan.
ü Pemberian makan buruk.
ü Menangis akibat gelisah yang terus menerus.
ü Ikterrus (bayi kuning)
ü Perilaku lesu, tidak ada perhatian saat terjaga.
v Pentingnya check up dan imunisasi.
Perlu kesiapan toddler meneriman saudara kandungnya persiapan sejak bayi dalam kandungan
1. Usia Prasekolah:
· Usia 3 tahun:
a) Menganjurkan orang tua untuk meningkatkan minat anak dalam hubungan yang luas
b) Menekankan pentingnya peraturan
c) Anjurkan orang tua untuk memberikan alternatif pada anak
· Usia 4 tahun:
a) Perilaku lebih agresif termasuk aktivitas motorik dan bahasa
b) Menekankan pentingnya batas-batas yang realistik dari tingkah laku
· Umur 5 tahun:
a) Menyiapkan anak memasuki lingkungan sekolah
b) Meyakinkan bahwa usia tersebut periode tenang pada anak
2. Usia Sekolah
· Usia 6 tahun:
a) Bantu orang tua untuk memahami kebutuhan mendorong anak berinteraksi dengan temannya
b) Ajarkan pencegahan kecelakaan dan keamanan terutama naik sepeda
c) Siapkan orang tua akan peningkatan inters keluar rumah
d) Dorongan orang tua untuk respek terhadap kebutuhan anak akan privacy dan menyiapkan
kamar tidur yang berbeda.
· Usia 7-10 tahun:
a) Menekankan untuk mendorong kebutuhan akan kemandirian.
b) Interes beraktivitas di luar rumah.
c) Siapkan orang tua untuk perubahan pada wanita memasuki prapubertas
2. Memberikan asuhan kebidanan pada ibu hamil dengan resiko tinggi dan pertolongan pertama
pada kegawatan yang memerlukan tindakan kolaborasi.
3. Memberikan asuhan kebidanan pada ibu dalam masa persalinan dengan resiko tinggi dan
keadaan kegawatan yang memerlukan pertolongan pertama dengan tindakan kolaborasi dengan
melibatkan klien dan keluarga.
4. Memberikan asuhan kebidanan pada ibu dalam masa nifas dengan resiko tinggi dan
pertolongan pertama dalam keadaan kegawatdaruratan yang memerlukan tindakan kolaborasi
dengan klien dan keluarga.
5. Memberikan asuhan pada BBL dengan resiko tinggi dan yang mengalami komplikasi serta
kegawatdaruratan yang memerlukan pertolongan pertama dengan tindakan kolaborasi dengan
meliatkan klien dan keluarga.
6. Memberikan asuhan kebidanan pada balita dengan resiko tinggi dan yang mengalami
komplikasi serta kegawatdaruratan yang memerlukan tindakan kolaborasi dengan melibatkan
keluarga
h. Immunisasi
v Kunjungan 6 minggu
b. Menanyakan pada ibu tentang penyulit-penyulit yang ia atau bayi alami
d. Memberi konseling untuk melakukan hubungan suami istri bila menghendaki
b. Suami
· Pengambilan keputusan terhadap bahaya istri dan bayi
· Pengambilan keputusan kebutuhan istirahat dan nutrisi istri dan bayi
· Orang yang paling siaga dalam keadaan darurat istri dan bayi
· Dukungan yang positif bagi istri dalam keberhasilan proses adaptasi peran ibu dan proses
menyusui.
c. Keluarga
· Pemberian dukungan mental bagi pasien dalam adaptasi peran dan proses menyusui
· Memfasilitasi kebutuhan istirahat dan tidur bagi pasien
· Mendukung pola makan yang seimbang bagi pasien
7.6. Evaluasi Asuhan Kebidanan
Evaluasi adalah langkah akhir dari proses manajemen kebidanan yang berupa tindakan
pengukuran antara keberhasilan dan rencana serta bertujuan untuk mengetahui sejauh mana
keberhasilan tindakan yang dilakukan. Bila tindakan yang dilakukan mencapai tujuan, perlu
dipertimbangkan kemungkinan masalah baru yang timbul akibat keberhasilan. Dan sebaliknya
bila tindakan tidak mencapai tujuan, maka langkah-langkah sebelumnya perlu diteliti kembali.
(Depkes RI, 1995 : 11)
Tujuan diberikannya asuhan kebidanan antara lain :
ü Meningkatkan, mempertahankan, dan mengembalikan kesehatan
ü Memfasilitasi ibu untuk merawat bayinya dengan rasa aman dan penuh percaya diri
ü Memastikan pola menyusui yang mampu meningkatkan perkembangan bayi
ü Meyakinkan ibu dan pasangannya utntk mengembangkan kemampuan mereka sebagai orang tua
dan utnuk mendapatkan pengalaman berharga sebagai orang tua
ü Membantu keluarga untuk mengidentifikasi dan memenuhi kebutuhan mereka, serta mengemban
tanggung jawab terhadap kesehatannya sendiri