I. DEFINISI
II. PATOSFISIOLOGI
Saluran kelenjar bartholini dapat juga meradang dan ia dapat selalu terbuka
atau tersumbat karena adanya pembengkakan dan perlekatan juga berubah menjadi
abses dapat pecah spontan atau menjadi kista. Vagina hanya mudah terinfeksi
gonorrhae pada anak-anak, ibu hamil dan monopause, sedangkan pada masa
reproduksi yang tidak hamil ia akan kebal terhadap gonorrhae, karena epitel uterus
akan menebal dan kuat pertahanan tubuhnya. Pada bagian serviks menjadi tempat
yang paling sering terinfeksi gonorrhae dan menjadi meradang (servisitis acuta)
dengan adanya pengeluaran cairan mukopurulen dan serviks dapat menyimpan
3
patogen tersebut dalam waktu yang lama dan menjadi sebab adanya kekambuhan
yang tak terlihat gejala-gejalanya.
Gejala klinis dari infeksi gonorrhae ialah rasa nyeri sewaktu berkemih disertai
sekret yang purulen dari uretra, kelenjar para uretralis dan bartholini dan sekresi
mukopurulen dari serviks juga dijumoai pada kasus-kasus yang tidak ada gejala sama
sekali atau tanda radang tidak terlalu menonjol. Adanya rasa nyeri di bagian perut
bawah, demam tidak terlalu tinggi dan nyeri tekan pada uterus menunjukan
keterlibatan bagian korpus uterus. Penyebaran infeksi ke tuba diikuti gejala-gejala
seperti nyeri yang lebih hebat di kedua lapang perut bagian bawah, hipogastrium
yang tegang, dan nyeri tekan pada cavum douglas juga demam yang tidak teratur.
IV. DIAGNOSIS
4
Pada penegakan diagnosis gonorrhae ialah dengan cara membiakan patogen pada
medium selektif, yang mana lidi kapas steril dimasukan ke dalam kanal endoserviks
selama 15-30 detik, kemudian spesimen diusap ke medium selektif dan dapat juga
digunakan kulturet tapi mjngkin sensitivitasnya lebuh rendah. Diagnosis ditegakkan
pada pengecatan gram terlihat diplococci intraseluler tetapi sensitivitasnya hanya
60%.
V. TINDAKAN PREVENTIF
VI. TERAPI
Terapi untuk klamidia jika infeksi klamidia jika tidak dapat dikesampingkan,
penelitian untuk menguji kerentanan antibiotik dilakukan pada 122 isolat
N.Gonorrhae yang diperoleh dari 400 PSK di jakarta di dapatkan kerentanan
terhadap ciprofloxacin, cefuroxim, cefotaxim, ceftriakson, cloramfenicol dan
spektinomisin tapi semua isolat resisten terhadap tetrasiklin. Penurunan kerentanan
menurun pada erytromycin, tiamfenicol, canamicyn, penisilin, gentamisin, dan
norfloxacin.
5
Pada gonorrhae akut dapat juga diberikan :
• Penisilin G-Prokain 4,8 jt IU I.M pada gluteus kanan dan kiri didahului dengan
1 gr probenesid per oral.
• Ampisilin 3,5 gr per oral ditambah probenesid 1 gr per oral.
• Tetrasiklin 1,5 gr per oral diikuti dengan pemberian 500mg 4x1, namun
beberapa kasus bisa menjadi resisten.
• Spektinomisin 2 gr I.M dianjurkan bila terapi tetrasiklin dan ampisilin gagal.
DAFTAR PUSTAKA