Anda di halaman 1dari 7

Nunik Hindrawati : Gambaran Riwayat Pemberian Asi Eksklusif Dengan Kejadian Stunting Pada Anak

Usia 6-24 Bulan Di Desa Arjasa Kecamatan Arjasa Kabupaten Jember

Gambaran Riwayat Pemberian Asi Eksklusif Dengan Kejadian Stunting Pada Anak Usia 6-24
Bulan Di Desa Arjasa Kecamatan Arjasa Kabupaten Jember

Nunik Hindrawati1, Rusdiarti1


1. Akademi Kebidanan Jember

Abstrak
Stunting didefinisikan sebagai indeks tinggi badan menurut umur (TB/U) kurang dari minus dua
standar deviasi (-2 SD) atau dibawah rata-rata standar yang ada. Stunting yang terjadi pada balita
disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya akibat gangguan pertumbuhan dalam kandungan,
kurang asupan gizi mikro, intake energi yang kurang dan infeksi. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui gambaran riwayat pemberian ASI eksklusif dengan kejadian stunting pada balita usia 6 –
24 bulan di wilayah kerja Puskesmas Arjasa. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah
deskriptif dengan desain cross sectional. Populasi adalah anak stunting usia 6-24 bulan. Sampel pada
penelitian ini sebanyak 32 anak stunting usia 6-24 bulan yang diperoleh dengan tehnik purposive
sampling. Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar responden berada dalam kategori sangat
pendek (78,12%), sebagian besar tidak mendapatkan ASI eksklusif (78, 13%), berdasarkan pekerjaan
sebanyak 78,1% orangtua responden bekerja sebagai buruh, sebagian besar ibu responden berusia <
20 tahun dengan pendidikan sebagian besar adalah SMP (68,75%), asupan energi defisit (54,15%),
asupan Zn sedang (84,15%), asupan Fe defisit (51,06%). Dari temuan penelitian ini dapat disarankan
untuk mendorong ibu menyusui secara eksklusif, menerapkan pengetahuan menyusui yang sudah baik
dalam membentuk sikap dan tindakan yang baik untuk mencegah terjadinya stunting.

Kata kunci : ASI Eksklusif; stunting

Exceptional History of Exclusive Gifting With Stunting Event In Children Age 6-24 Month In
Arjasa Village Arjasa District Jember District

Abstract
Stunting is defined as a height index by age (TB / U) of less than minus two standard deviations (-2
SD) or below the existing standard average. Stunting that occurs in infants is caused by several
factors, including due to growth disorders in the womb, lack of micronutrient intake, less energy
intake and infection. This study aims to determine the description of history of exclusive
breastfeeding with the incidence of stunting in children aged 6-24 months in the work area Puskesmas
Arjasa. The method used in this research is descriptive with cross sectional design. The population is
children aged 6-24 months. Samples in this study as many as 32 children stunting age 6-24 months are
obtained with purposive sampling. The results showed that most of the respondents were in very short
category (78.12%), most did not get exclusive breast feeding (78, 13%), based on employment as
much as 78.1% of parents respondents work as laborers, 20 years old with education mostly are junior
high school (68,75%), energy deficit intake (54,15%), moderate intake of Zn (84,15%), deficit of Fe
(51,06%). From the findings of this study it may be advisable to encourage exclusive breastfeeding
mothers, applying good breastfeeding knowledge in shaping good attitudes and actions to prevent
stunting.

Keywords : Exclusive breastfeeding;stunting

JKAKJ, Volume 2 No. 1, Maret 2018 1


Nunik Hindrawati : Gambaran Riwayat Pemberian Asi Eksklusif Dengan Kejadian Stunting Pada Anak
Usia 6-24 Bulan Di Desa Arjasa Kecamatan Arjasa Kabupaten Jember

Pendahuluan Kabupaten Jember tahun 2014 sebanyak


Stunting didefinisikan sebagai indeks 41,1% (Seksi Gizi Dinkes Propinsi Jatim
tinggi badan menurut umur (TB/U) kurang 2014).
dari minus dua standar deviasi (-2 SD) atau Upaya intervensi gizi spesifik untuk
dibawah rata-rata standar yang ada1 . Kejadian balita pendek difokuskan pada kelompok
stunting merupakan gangguan gizi yang 1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK), yaitu
bersifat kronis. Stunting yang terjadi pada Ibu Hamil, Ibu Menyusui, dan Anak 0-23
balita disebabkan oleh beberapa faktor, bulan, karena penanggulangan balita pendek
diantaranya akibat gangguan pertumbuhan yang paling efektif dilakukan pada 1.000 HPK.
dalam kandungan, kurang asupan gizi mikro, Periode 1.000 HPK meliputi yang 270 hari
intake energi yang kurang dan infeksi2. Proses selama kehamilan dan 730 hari pertama
untuk menjadi balita yang mengalami tubuh setelah bayi yang dilahirkan telah dibuktikan
pendek (stunting) yang disebut kegagalan secara ilmiah merupakan periode yang
pertumbuhan (growth faltering) dimulai dalam menentukan kualitas kehidupan. Oleh karena
rahim hingga usia dua tahun2. itu periode ini ada yang menyebutnya sebagai
Balita pendek memiliki dampak "periode emas", "periode kritis", dan Bank
negatif yang akan berlangsung dalam Dunia (2006) menyebutnya sebagai "window
kehidupan selanjutnya. Sebuah Studi of opportunity". Intervensi yang telah
menunjukkan bahwa balita pendek sangat dilakukan antara lain: Pemberian Makanan
berhubungan dengan prestasi pendidikan yang Tambahan (PMT) pada ibu hamil yang
buruk dan pendapatan yang rendah sebagai Kekurangan Energi Kronis (KEK),
orang dewasa. Balita pendek menghadapi suplementasi tablet Fe minimal 90 tablet
kemungkinan yang lebih besar untuk tumbuh selama hamil, pada bayi dilakukan Inisiasi
menjadi orang dewasa yang kurang Menyusu Dini (IMD) dan pemberian ASI
berpendidikan, miskin, kurang sehat dan lebih Eksklusif , Makanan Pendamping ASI (MP-
rentan terhadap penyakit tidak menular 3. ASI) dan tetap meneruskan pemberian ASI
Faktor pola pengasuhan erat kaitannya dengan sampai 2 tahun atau lebih, vitamin A dan
pertumbuhan dan perkembangan anak balita. imunisasi dasar lengkap, memantau
Anak usia 12-59 bulan (balita) adalah masa pertumbuhan balita di Posyandu, dan Perilaku
anak-anak yang masih tergantung pada Hidup Bersih Sehat (PHBS) sehingga dapat
perawatan dan pengasuhan ibunya. Masa menurunkan kejadian infeksi yang dapat
dimana anak masih membutuhkan asupan berdampak pada terhambatnya pertumbuhan1.
makanan dan gizi yang mencukupi4. Pola Upaya yang telah dilakukan oleh Puskesmas
pemberian makanan dan pemberian ASI Arjasa adalah dengan melaksanakan program
eksklusif merupakan pola pengasuhan ibu yang sudah ditetapkan diantaranya pemberian
pada balita. Menurut Depkes menjelaskan PMT pada ibu hamil KEK, suplementasi Fe
bahwa perbaikan pola asuh meliputi pada ibu hamil, pemberian vitamin A dan
pemberian ASI secara eksklusif, penerapan imunisasi dasar lengkap.
inisiasi menyusu dini dan praktek pemberian
makanan. Metode
Menurut hasil riset kesehatan dasar Desain penelitian ini adalah deskriptif
tahun 2013 angka prevalensi pendek secara dengan pendekatan cross sectional. Variabel
nasional tahun 2013 adalah 37,2%, yang yang diteliti dalam penelitian ini adalah
berarti terjadi peningkatan dibandingkan tahun karateristik balita yang berhubungan dengan
2010 sebesar 35,6% dan 2007 sebesar 36,8%. stunting meliputi usia ibu, pendidikan ibu,
Prevalensi stunting provinsi Jawa Timur pada pekerjaan orang tua (Ayah), asupan nutrisi
tahun 2015 adalah 26%6. Akan tetapi di balita. Populasi penelitian adalah semua balita
beberapa daerah di Jawa Timur prevalensi yang mengalami stunting umur 6-24 bulan di
stunting masih tinggi salah satunya adalah desa Arjasa puskesmas Arjasa dengan jumlah
Kabupaten Jember. Data balita stunting 32 anak. Pengambilan data yaitu dengan

JKAKJ, Volume 2 No. 1, Maret 2018 2


Nunik Hindrawati : Gambaran Riwayat Pemberian Asi Eksklusif Dengan Kejadian Stunting Pada Anak
Usia 6-24 Bulan Di Desa Arjasa Kecamatan Arjasa Kabupaten Jember

menetapkan sampel sebanyak 32 dewasa awal (<20 tahun). Hasil menunjukkan


menggunakan teknik purposive sampling, bahwa kejadian stunting pada balita sejumlah
kemudian melakukan kriteria inklusi dan 32 anak semua mengalami stunting dengan
eksklusi,melakukan wawancara mengenai kategori pendek (21,88%) dan sangat pendek
identitas, riwayat penyakit, riwayat menyusui, (78,12%). Hal ini disebabkan ibu dengan usia
dan food recall 2 x 24 jam kepada ibu. dewasa awal pengetahuannya terhadap nutrisi
Mengukur tinggi badan menggunakan length yang diberikan keseharian belum sesuai
board dengan memposisikan anak terlentang. dengan kebutuhan yang dibutuhkan oleh
balita, seperti pentingnya ASI Eksklusif dan
waktu pemberian MP-ASI. Sehingga anak
Diskusi mengalami pertumbuhan yang tidak sesuai.
a. Hasil penelitian Hal ini tidak sesuai dengan pendapat
Tabel 1. Variabel Penelitian Petter dan Perry tahun 2007, bahwa
Variabel Jumlah % kematangan emosional dan perkembangan
Usia Ibu pengetahuan seiring dengan pertambahan usia
<20 tahun 25 78,12 ibu yang akan mempengaruhi pada dalam
>20 tahun 7 21,88 kebutuhan gizi untuk balita.
Pendidikan Ibu c. Gambaran Pendidikan Ibu Balita Stunting
SD 6 18,75 Tabel 1. menunjukkan bahwa
SMP 22 68,75 mayoritas ibu berpendidikan SMP sebanyak
SMA 4 12,5 (68,75%), SD (18,75%) dan SMA (12,5%).
Pekerjaan Orang Tua Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari
Buruh 25 78,1 sejumlah ibu baik pendidikan SD, SMP, dan
Petani 3 9,4 SMA semua anak menderita stunting, hanya
Pedagang 4 12,5 berbeda kategorinya saja, yaitu pendek
Kategori stunting (21,88%) dan sangat pendek (78,12%).
Pendek 7 21,88 Tingkat pendidikan ibu seharusnya
Sangat pendek 25 78,12 banyak menentukan sikap dan menerima
Riwayat ASI Eksklusif keterbukaan untuk menerima pembaruan atau
Ya 7 21,88 hal baru tentang kesehatan utamanya nutrisi
- Pendek 0 0 untuk anaknya.Tingkat pendidikan yang tinggi
- Sangat pendek 7 100 (SMA) akan semakin bagus tentang
Tidak 25 78,12 pengetahuan kebutuhan gizi pada anaknya, dan
- Pendek 7 28 sebaliknya bila pendidikan rendah akan
- Sangat pendek 18 72 mempengaruhi seseorang menyerap dan
Kecukupan energi memahami pengetahuan gizi yang mereka
- baik 0 0 peroleh(ASI Eksklusif) sehingga akan
- sedang 1 3,1 terjerumus anak menjadi stunting.
- kurang 4 12,5 Hal ini tidak sesuai dengan penelitian
- defisit 27 84,4 sembaet al (2008) yang melaporkan bahwa
Kecukupan Zn tingkat pendidikan ibu secara signifikan
- baik 4 12,5 berkaitan dengan status gizi anak yaitu yang
- sedang 13 40,63 berkaitan dengan penurunan kejadian stunting.
- kurang 9 28,12 d. Gambaran Pekerjaan Orang Tua (Ayah)
- defisit 6 18,75 Hasil dari tabel 4.1 mayoritas
Kecukupan Fe pekerjaan orang tua (Ayah) adalah Buruh
- baik 0 Tani(78,1%), Dagang (12,5%), Petani (9,4%).
- sedang 1 3,1 Hal tersebut menunjukkan bahwa pekerjaan
- kurang 1 3,1 orang tua mempengaruhi pendapatan keluarga
- defisit 30 93,8 yang akan berdampak pada kemampuan daya
beli untuk membelikan anak ragam gizi
b. Gambaran Usia Ibu Balita Stunting keluarga termasuk anak. Keluarga yang
Berdasarkan tabel 4.1 sebagian besar mempunyai pendapatan dengan ekonomi
(78,12%) usia ibu balita dalam kategori

JKAKJ, Volume 2 No. 1, Maret 2018 3


Nunik Hindrawati : Gambaran Riwayat Pemberian Asi Eksklusif Dengan Kejadian Stunting Pada Anak
Usia 6-24 Bulan Di Desa Arjasa Kecamatan Arjasa Kabupaten Jember

rendah (Buruh Tani) berkaitan dengan jumlah pertumbuhan dan perkembangan tubuh balita.
anak stunting di desa Arjasa. Masa kritis ini merupakan masa saat balita
Hal ini sesuai dengan Bappenas RI akan mengalami tumbuh kembang dan tumbuh
2013, bahwa penyebab tidak langsung dari kejar. Balita yang mengalami kekurangan gizi
stunting adalah Pola Asuh, Ekonomi dan sebelumnya masih dapat diperbaiki dengan
Ketersediaan pangan keluarga termasuk anak. asupan yang baik sehingga dapat melakukan
Juga sesuai dengan penelitian yang tumbuh kejar sesuai dengan
menganalisa hasil Riskesdas menyatakan perkembangannya. Namun apabila
bahwa konsumsi energi balita berpengaruh intervensinya terlambat balita tidak akan dapat
terhadap kejadian balita pendek selain itu mengejar keterlambatan pertumbuhannya ynag
konsumsi energi rumah tangga dibawah rata- disebut dengan gagal tumbuh. Begitu pula
rata merupakan penyebab terjadinya stunting dengan balita yang normal kemungkinan
(Sihadi dan Djaiman, 2011). terjadi gangguan pertumbuhan bila asupan
Stunting mencerminkan proses yang diterima tidak mencukupi.
kegagalan untuk mencapai pertumbuhan linier f. ASI eksklusif pada balita
sebagai hasil dari sisi kurang sebelumnya Hasil penelitian diketahui bahwa
dalam waktu yang lama (Kemenkes RI, 2016). sebagian besar responden tidak memberikan
e. KategoriStunting ASI eksklusif yaitu 25 responden (78,13%).
Anak pendek (Stunting) adalah status Hal ini tidak sesuai dengan anjuran pemerintah
gizi yang didasarkan pada indeks PB/U atau yang ditargetkan 80% ASI eksklusif menurut
TB/U dimana dalam standard antropometri peraturan Pemerintah Republik Indonesia
penilaian status gizi anak, hasil pengukuran no.33 tahun 2012 tentang pemberian ASI
tersebut berada pada ambang batas (Z-Score) eksklusif adalah pemberian ASI tanpa
<-2 SD sampai dengan -3 SD (pendek/stunted) menambahkan dan atau mengganti dengan
dan <-3 SD (sangat pendek/severely stunted) makanan atau minuman lain yang diberikan
(Kemenkes RI, 2012). Stunting digunakan pada bayi agar sampai umur 6 bulan
sebagai indicator malnutrisi kronik yang (Kemenkes RI, 2012). Teori penelitian
menggambarkan riwayat kurang gizi anak menunjukkan bahwa dari 32 ibu terdapat 28
dalam jangka waktu lama sehingga kejadian responden IRT dan yang tidak memberikan
ini menunjukkan bagaimana keadaan gizi ASI eksklusif sebanyak 25 responden. Hal ini
sebelumnya (Kemenkes RI, 2016). tidak sesuai dengan hasil penelitian Oakawar
Hasil penelitian menunjukkan bahwa (2013) dipuskesmas Seyengan Sleman,
sebagian besar responden dalam kategori Jogjakarta bahwa ibu yang tidak bekerja
sangat pendek yaitu sebanyak 25 responden terdapat hubungan yang signifikan antara
(78,12%). Balita pendek atau stunting status pekerjaan ibu dan pemberian ASI
merupakan suatu retardasi pertumbuhan linier eksklusif diwilayah puskesmas Seyengan
yang telah digunakan sebagai indikator untuk Sleman, Jogjakarta.
mengukur status gizi individu. Pada penelitian ini riwayat tidak diberi
Banyak faktor yang menyebabkan ASI Eksklusif dan diberi ASI Eksklusif semua
terjadinya keadaan stunting pada anak. Faktor- anak menderita stunting. Hal ini cukup
faktor tersebut dapat berasal dari diri anak itu membuktikan bahwa penyebab stunting bukan
sendiri maupun dari luar diri anak tersebut. dari riwayat ASI Eksklusif saja tetapi dari
Faktor penyebab stunting ini dapat disebabkan faktor lain seperti kecukupan gizi dalam
oleh faktor langsung maupun tidak langsung. menu setiap hari untuk anak.
Penyebab langsung dari kejadian stunting g. Asupan Gizi Balita
adalah asupan gizi dan adanya penyakit infeksi Dalam upaya penanganan masalah
sedangkan penyebab tidak langsungnya adalah stunting ini, khusus untuk bayi dan anak telah
pola asuh, pelayanan kesehatan, ketersediaan dikembangkan standar emas makanan bayi
pangan, faktor budaya, ekonomi dan masih dalam pemenuhan kebutuhan gizinya yaitu 1)
banyak lagi faktor lainnya (Bappenas R.I, Inisiasi Menyusu Dini (IMD) yang harus
2013). Balita yang memiliki kategori sangat dilakukan sesegera mungkin setelah
pendek dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor melahirkan; 2) Memberikan ASI eksklusif
seperti kecukupan gizi balita. Asupan gizi sampai bayi berusia 6 bulan tanpa pemberian
yang adekuat sangat diperlukan untuk makanan dan minuman tambahan lainnya; 3)

JKAKJ, Volume 2 No. 1, Maret 2018 4


Nunik Hindrawati : Gambaran Riwayat Pemberian Asi Eksklusif Dengan Kejadian Stunting Pada Anak
Usia 6-24 Bulan Di Desa Arjasa Kecamatan Arjasa Kabupaten Jember

Pemberian makanan pendamping ASI yang kategori stunting yg terbagi 25 responden


berasal dari makanan keluarga, diberikan tepat (78,12)% kategori sangat pendek dan7
waktu mulai bayi berusia 6 bulan; dan 4) responden (21,88)% kategori pendek.
Pemberian ASI diteruskan sampai anak c) Faktor penyebab stunting, bukan hanya
berusia 2 tahun (Bappenas R.I, 2011). dari ASI eksklusif namun bisa dari faktor
Asupan gizi yang sesuai dengan lain, yaitu usia ibu, pendidikan
kebutuhan akan membantu pertumbuhan dan ibu,pekerjaan orang tua, riwayat
perkembangan anak. Sebaliknya asupan gizi pemberian ASI Eksklusif dan asupan gizi.
yang kurang dapat menyebabkan kekurangan
gizi salah salah satunya dapat menyebabkan Daftar Pustaka
stunting. Pada penelitian ini menunjukkan 1. Kementrian Kesehatan RI. InfoDATIN
sebagian besar asupan energinya defisit Situasi Balita Pendek. 2016.
(84,4%), sebagian besar asupan Zn sedang http://www.depkes.go.id/resources/downl
(40,63%),dan sebagian besar asupan Fe defisit oad/pusdatin/infodatin/situasi-balita-
(93,8%). pendek-2016.pdf.
Ketersediaan pangan yang kurang 2. Conceptual WHO. Childhood Stunting :
dapat berakibat pada kurangnya pemenuhan Context , Causes and Consequences
asupan nutrisi dalam keluarga itu sendiri. WHO Conceptual framework.
Rata-rata asupan kalori dan protein anak balita 2013;9(September).
di Indonesia masih di bawah Angka 3. Aridiyah FO, Rohmawati N, Ririanty M.
Kecukupan Gizi (AKG) yang dapat Faktor-faktor yang Mempengaruhi
mengakibatkan anak balita perempuan dan Kejadian Stunting pada Anak Balita di
anak balita laki-laki Indonesia mempunyai Wilayah Pedesaan dan Perkotaan ( The
rata-rata tinggi badan masing-masing 6,7 cm Factors Affecting Stunting on Toddlers in
dan 7,3 cm lebih pendek dari pada standar Rural and Urban Areas ). 2015;3(1).
rujukan WHO 2005 (Bappenas R.I, 2011). 4. Arifiati N, Banten S, Indonesia D.
Sulistyoningsih 2012, mengatakan Analisis faktor yang mempengaruhi
bahwa pola makan seimbang yang sesuai pemberian asi ekslusif pada bayi di
dengan kebutuhan disertai pemilihan bahan kelurahan warnasari kecamatan citangkil
makanan yang tepat akan mendapatkan status kota cilegon. 2017:978-979.
gizi yang baik sehingga tidak terjadi stunting. 5. Andriani R, Wismaningsih ER, Indrasari
Hal ini sesuai dengan teori (Irianto, Or. Hubungan Pemberian Asi Eksklusif
2004) yang menyatakan bahwa Pertumbuhan Dengan Kejadian Status Gizi Kurang
Perkembangan memerlukan nutrisi yang Pada Balita Umur 1 – 5 Tahun
optimal, nutrisi memegang peranan penting Correlation Between Exclusive
dalam menciptakan bayi sehat dan cerdas, Breastfeeding Provision With Toddler ’ S
makanan yang diberikan harus mengandung Malnutrition Status Age 1 – 5 Years Old.
nutrisi yang lengkap, seperti protein untuk 2015:44-47.
pertumbuhan, karbohidrat untuk sumber 6. Kesehatan D, Jawa P. Dinas kesehatan
tenaga, vitamin dan mineral untuk menjaga provinsi jawa timur tahun 2015 2015.
serta memelihara kesehatan. Makanan yang 2015.
mengandung semua zat gizi sesuai kebutuhan 7. Penelitian B, Pengembangan DAN.
yang baik akan membantu pertumbuhan yang RISET KESEHATAN DASAR. 2013.
optimal. 8. UNICEF. Gizi Ibu dan Anak. UNICEF
Indones. 2012:1-6.
Simpulan 9. Fitri DI, Chundrayetti E, Semiarty R.
a) ASI eksklusif pada balita di desa Arjasa Artikel Penelitian Hubungan Pemberian
Kecamatan Arjasa Kabupaten Jember ASI dengan Tumbuh Kembang Bayi
sebagian besar responden yang tidak Umur 6 Bulan di Puskesmas Nanggalo.
memberikan ASI eksklusif sebanyak 25 2014;3(2):136-140.
responden (78,13)%. 10. Damayanty S. Pemberian ASI Eksklusif
b) Stunting pada balita 6-2 tahun di desa pada Bayi di Wilayah Kerja Puskesmas
Arjasa Kecamatan Arjasa Kabupaten Kemaraya Kota Kendari. 2015;1(3):1-5.
Jember yaitu sebanyak 32 balita dalam

JKAKJ, Volume 2 No. 1, Maret 2018 5


Nunik Hindrawati : Gambaran Riwayat Pemberian Asi Eksklusif Dengan Kejadian Stunting Pada Anak
Usia 6-24 Bulan Di Desa Arjasa Kecamatan Arjasa Kabupaten Jember

11. Suryani W, Murdani N, Magister J, Tentang Inisiasi Menyusu Dini. Jurnal


Keluarga K. Hubungan Pengetahuan dan e-CliniC (eCl). 2: 4.
Sikap Ibu Tentang Pemberian Asi Serta 23. Lestari., D. Zuraida., R. Larasati., A.T.
Pemberian Asi Eksklusif dengan Status 2013. Hubungan Tingkat Pengetahuan
Gizi Balita Usia 6 – 24 Bulan . Ibu tentang Air Susu Ibu dan
2015;(Januari):2011-2013. Pekerjaan Ibu denganPemberian ASI
12. Ip S, Di A, Wahyuni A, Apriliana E. The Eksklusif. Medical Journal of
Relationship of Giving Exclusive Lampung University. 2:10.
Breastfeeding to Nutritional Status of 0-6 24. Notoatmojo., S. 2007. Promosi
Months Infants in Rajabasa Bandar kesehatan dan ilmu prilaku. Jakarta:
Lampung Health Center Area. Sari IP, Rineka Cipta, pp. 30-2.
Angreini DI, Wahyuni A, Apriliana E. 25. Notoatmojo . 2010. Ilmu prilaku
Faculty Medical of Lampung University. kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta, pp.
13. Astutik., R.Y. 2014. Payudara dan 26-9.
Laktasi. Jakarta: Salemba Medika, pp. 26. Notoatmojo. 2012. Metodologi
12-3. Penelitian Kesehatan. Jakarta: PT.
14. Badan Pusat Statistik Kabupaten Rineka Cipta, pp. 22-7. 33
Sukoharjo 2011. Statistik daerah 27. Paranita., L. 2014. sikap masyarakat
kabupaten sukoharjo 2011. (Januari surabaya terhadap tayangan
2015). talkshow@show imah di trans
15. Bahiyatun., 2009. Buku Ajar tv.Kurnal E-komunikasi 2: 3-6.
Kebidanan ~ Buku Ajar Kebidanan 28. Purwanti., 2004. Konsep Penerapan
Asuhan Nifas Normal. Jakarta: EGC, ASI Eksklusif. Bandung : Cendekia,
pp. 25. pp.13.
16. Dahlan., M.S. 2013. Statistik Untuk 29. Rachmadewi., D. Zuraida. 2009.
Kedokteran dan Kesehatan. Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu
Jakarta:Salemba Medika, pp. 23-6. tentang Air Susu Ibu dan Pekerjaan
17. Fiyanti., A. 2014. Faktor-faktor yang Ibu denganPemberian ASI Eksklusif.
Mempengaruh Pemberian Medical Journal of Lampung
AsiEksklusif.Jurnal Kesehatan University. 2:10.
Masyarakat Indonesia. 4:3. 30. Rahmayanti., 2011. Hubungan sikap
18. Giri., M.K.W. Suryani., N. Murdani., ibu tentang asi eksklusif dengan
P. 2013. Hubungan Pengetahuan dan perilaku pemberian asi eksklusif di
Sikap Ibu Tentang Pemberian Asi desa sendangrejo kecamatan tayu
Serta Pemberian Asi Eksklusif dengan kabupaten pati.
Status Gizi Balita Usia 6–24 Bulan. http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/1
Jurnal Magister Kedokteran Keluarga, 21/jtptunimus-gdl-kikaaldela-6006-3-
1:9. babiii.pdf di akses desember 2014.
19. Hartono., R. 2014. Manfaat ASI 31. Ramasamy., 2013. Fitriani., L.
EKSLUSIF untuk buah hati anda. Hubungan Tingkat Pendidikan dengan
Jogjakarta: Gosyen Publishing, pp. 13- Tingkat Pengetahuan Tentang
4. Antenatal Care Dalam Kalangan Ibu
20. Hidayat., A. 2012. Pengelolaan Usia Subur. E- jurnal FK USU, 1:3
Pendidikan. Konsep Prinsip dan 32. Siallagan., Y. Erna., M. Yusad., Y.
Aflikasi dalam Pengelolaan Sekolah 2013. Faktor yang Berhubungan
dan Madrasah. Kaukaba: Sewon dengan Pemberian ASI Eksklusif pada
Bentul Yogyakarta. Pp 11-5. Bayi (0-6 bulan) di Kelurahan Bantan
21. Ichsan., B. 2014. Keefektifan Program Kecamatan Medan Tembung Tahun
Kelompok Pendukung Ibu Dalam 2013. Gizi, Kesehatan Reproduksi dan
Mengubah Perilaku Ibu-Ibu Menyusui. Epidemiologi, 2: 6.
PhD Thesis. 33. Soedijarto., 2008. Landasan dan Arah
22. Latuharhary., F. Eddy ., S. Tendean., Pendidikan Nasional Kita. Jakarta:
H. 2014. Pengetahuan Ibu Hamil Kompas.

JKAKJ, Volume 2 No. 1, Maret 2018 6


Nunik Hindrawati : Gambaran Riwayat Pemberian Asi Eksklusif Dengan Kejadian Stunting Pada Anak
Usia 6-24 Bulan Di Desa Arjasa Kecamatan Arjasa Kabupaten Jember

34. Suardi., M. 2012. Pengantar


Pendidikan Teori dan Aplikasi.
Jakarta: indeks.Jakarta:salemba
medika.
35. Suyatno., A. 2013. Faktor-Faktor yang
Berhubungan dengan PemberianAsi
Ekslusif diWilayah Kerja. Jurnal, S1
Keperawatan UNG, 5:3.
36. Suwarno., W.2006. Dasar – Dasar
Ilmu Pendidikan. Jogkakarta: Ar-ruzz,
pp. 22-7
37. Syamsianah., A. Mufnaetty.
Mahardikha, D.M. 2010. Hubungan
TingkatPendidikandan Pengetahuan
Ibu Tentang Asi dengan Lama
Pemberian AsiEkslusif pada Balita
Usia 6 – 24 Bulan. Jurnal Kesehatan
MasyarakatIndonesia, 6:70.
38. Syamsiah., S. 2011. Tingkat
Pengetahuan Suami Mengenai Asi
Eksklusif dan Hubungannya
DenganPenerapan Breastfeeding
FatherTahun 2010. Jurnal Kesehatan
Prima, 3:2.
39. Wawan., A. Dewi. 2010 Teori dan
Pengukuran Pengetahuan, Sikap, dan
Perilaku Manusia. Yogyakarta: Nuh
Medika,pp. 27. 34
40. Widianto., S. Aviyanti, D. Tyas, M.
2012. Hubungan Pendidikan dan
Pengetahuan Ibu tentang ASI
Eksklusif denganSikap terhadap
Pemberian ASI Eksklusif. Jurnal
Kedokteran Muhammadiyah, 1:26.
41. Wowor., M. Joice., M. 2013.
Hubungan Pengetahuan dan Sikap
dengan Pemberian ASI Eksklusif pada
Ibu Menyusui di Puskesmas Bahu
Kota Manado. EjurnalKeperawatan,
1:2.
42. Wulandari., F.I. Iriana., N.R. 2013.
Karakteristik Ibu Menyusui yang
Tidak MemberikanAsi Eksklusif.
Jurnal Ilmiah Rekam Medis dan
Informatika Kesehatan, 3:26.

JKAKJ, Volume 2 No. 1, Maret 2018 7

Anda mungkin juga menyukai