Anda di halaman 1dari 18

BAHAN AJAR

LISTRIK ARUS BOLAK-BALIK

sebagian besar energi listrik yang digunakan sekarang dihasilkan oleh generator
listrik dalam bentuk arus bolak-balik. Arus bolak-balik tersebut dapat dihasilkan dengan
induksi magnetik dalam sebuah generator AC. Kalian tentu mengetahui bahwa sebuah
generator dirancang sedemikian rupa untuk membangkitkan ggl sinusoida.Apakah ggl
sinusoida itu?Bagaimana hubungannya dengan arus dalam induktor, kapasitor, atau
resistornya?Untuk lebih mengetahuinya ikutilah pembahasan berikut ini.
Dalam kehidupan sehari-hari kita jumpai alat-alat seperti dinamo sepeda dan
generator.Kedua alat tersebut merupakan sumber arus dan tegangan listrik bolak-balik.Arus
bolak-balik atau alternating current (AC) adalah arus dan tegangan listrik yang besarnya
berubah terhadap waktu dan dapat mengalir dalam dua arah.Arus bolakbalik (AC) digunakan
secara luas untuk penerangan maupun peralatan elektronik. Dalam bab ini kita akan
membahas mengenai hambatan, induktor, dan kapasitor dalam rangkaian arus bolak-balik
A. Rangkaian Arus Bolak-Balik
Sumber arus bolak-balik adalah generator arus bolakbalik yang prinsip kerjanya pada
perputaran kumparan dengan kecepatan sudut ω yang berada di dalam medan magnetik.
Sumber ggl bolak-balik tersebut akan menghasilkan tegangan sinusoida berfrekuensi f.
Dalam suatu rangkaian listrik, simbol untuk sebuah sumber tegangan gerak elektrik bolak-
balik adalah. Tegangan sinusoida dapat dituliskan dalam bentuk persamaan
tegangan sebagai fungsi waktu, yaitu:
V = Vm .sin2π .f.t ..................................................(1.1)
Tegangan yang dihasilkan oleh suatu generator listrik berbentuk sinusoida. Dengan
demikian, arus yang dihasilkan juga sinusoida yang mengikuti persamaan:
I = Im.sin 2π .f.t ....................................................(1.2)
denganIm adalah arus puncak dan t adalah waktu.
Untuk menyatakan perubahan yang dialami arus dan tegangan secara sinusoida, dapat
dilakukan dengan menggunakan sebuah diagram vektor yang berotasi, yang disebut
diagram fasor.Istilah fasor menyatakan vektor berputar yang mewakili besaran yang
berubah-ubah secara sinusoida. Panjang vektor menunjukkan amplitude besaran, dan
vektor ini dibayangkan berputar dengan kecepatan sudut yang besarnya sama dengan
frekuensi sudut besaran. Sehingga, nilai sesaat besaran ditunjukkan oleh proyeksinya pada
sumbu tetap.Cara ini baik sekali untuk menunjukkan sudut fase antara dua besaran. Sudut
fase ini ditampilkan pada sebuah diagram sebagai sudut antara fasor-fasornya.
Gambar 7.2 memperlihatkan diagram fasor untukarus sinusoida dan tegangan
sinusoida yang berfase samayang dirumuskan pada persamaan (1.1) dan (1.2). Ketikadi
kelas X kita telah mempelajari dan mengetahui bahwa:

…………………….(1.3)

yangmenyatakan akar kuadrat rata-rata tegangan. Dan


akar kuadrat rata-rata arus, yang dirumuskan:

…………………………..(1.4)

Nilai rms dari arus dan tegangan tersebut kadang-kadang disebut sebagai “nilai efektif ”.

1. Rangkaian Resistor
Gambar 1.3(a) memperlihatkan sebuah rangkaian
yang hanya memiliki sebuah elemen penghambat dan
generator arus bolak-balik. Karena kuat arusnya nol pada
saat tegangannya nol, dan arus mencapai puncak ketika
tegangan juga mencapainya, dapat dikatakan bahwa arus
dan tegangan sefase (Gambar 7.3(b)). Sementara itu,
Gambar 7.3(c) memperlihatkan diagram fasor arus dan
tegangan yang sefase. Tanda panah pada sumbu vertikal
adalah nilai-nlai sesaat. Pada rangkaian resistor berlaku
hubungan:
VR = Vm .sin 2π.f.t
VR = Vm .sin ωt ....................................................... (1.5)
Jadi,
V
I R= R
R
Vm
= sin ωt
R
IR = Im.sin ωt ......................................................... (1.6) Gambar:

Sehingga, pada rangkaian resistor juga akan berlaku


hubungan sebagai berikut:
Vm
I m= ⇔ V m=I m . R .. .. .. . .. ..(1 . 7)
R
V
I ef = ef ⇔V ef =I ef . R . . .. .. .. . .(1. 8 )
R
Rangkaian Induktor
Gambar 1.4 memperlihatkan sebuah rangkaian yang
hanya mengandung sebuah elemen induktif. Pada
rangkaian induktif, berlaku hubungan:
dI L
V L= .................................(1.9)
dt
V =V m sin ωt ............................(1.10)
Tegangan pada induktor VL setara dengan tegangan
sumberV, jadi dari persamaan (1.9) dan (1.10) akan
diperoleh:

(1.11)

Jika ωL = 2 π fL didefinisikan sebagai reaktansi induktif (XL),


maka dalam suatu rangkaian induktif berlaku hubungan Gambar:1.4
sebagai berikut:
Vm Vm
I m= ⇔ X L= .. . .. .. . .. .(1. 13)
XL Im
V V
I ef = ef ⇔ X L= ef . .. .. . .. ..(1 .14 )
XL I ef
Perbandingan persamaan (1.10) dan (1.12) memperlihatkanbahwa nilai VL dan IL yang
berubah-ubahterhadap waktu mempunyai perbedaan fase sebesarseperempat siklus.Hal
ini terlihat pada Gambar 1.4(b),yang merupakan grafik dari persamaan (1.10) dan
(1.12).
Dari gambar terlihat bahwa VL mendahului IL, yaitudengan berlalunya waktu, maka VL
mencapai maksimumnyasebelum IL mencapai maksimum, selama seperempatsiklus.
Sementara itu, pada Gambar 1.4(c), pada waktufasor berotasi di dalam arah yang
berlawanan dengan arahperputaran jarum jam, maka terlihat jelas bahwa fasor VLm
mendahului fasor ILm selama seperempat siklus.
2. Rangkaian Kapasitor
Gambar 1.6 memperlihatkan sebuah rangkaian yang
hanya terdiri atas sebuah elemen kapasitif dan generator
AC. Pada rangkaian tersebut berlaku hubungan:
Vc = V = Vm .sin ωt.............................................(1.15)
Dari definisi C diperoleh hubungan bahwa VC = Q/C,
maka akan diperoleh:
Q = C.Vm.sin ωt
dQ
I c= ω.C .V m .cos ωt .......................(1 .16)
atau dt
π
Diketahui bahwa
cosωt =sin ωt + ( 2 )
,
maka akan

( π2 )=I . sin ( ωt+ π2 ) .. . .. .. . .. ..(1 .17 )


I c=ω. C . V m sin ωt + m
Jika didefinisikan sebuah reaktansi kapasitif (XC), adalah
1 1
atau
setara dengan ωC 2π fC maka dalam sebuah
rangkaian kapasitif akan berlaku hubungan sebagai
berikut:
Vm Vm
I m= ⇔ XC= . .. .. . .. .. .(1. 18 )
XC Im
V V
I ef = ef ⇔ X C = ef . .. .. . .. ..(1 .19 )
XC I ef
Gambar:1.6(a)rangkain

Persamaan (1.15) dan (1.16) menunjukkan bahwa nilai


VC dan LC yang berubah-ubah terhadap waktu adalah
berbeda fase sebesar seperempat siklus. Hal ini dapat
terlihat pada Gambar 1.6(b), yaitu VC mencapai maksimumnya
setelahIC mencapai maksimum, selama seperempat
siklus. Hal serupa juga diperlihatkan pada Gambar 1.6(c),
yaitu sewaktu fasor berotasi di dalam arah yang dianggap
berlawanan dengan arah perputaran jarum jam, maka
terlihat jelas bahwa fasor VC,m tertinggal terhadap fasor
IC,m selama seperempat siklus.
3. Rangkaian Seri RLC
Pada bagian sebelumnya telah dibahas mengenai
rangkaian-rangkaianR, C, dan L yang dihubungkan
terpisah. Maka pada bagian ini kita akan membahas sebuah
rangkaian seri yang di dalamnya terdapat ketiga elemen
tersebut, yang sering disebut rangkaian seri RLC, seperti
ditunjukkan pada Gambar 1.7. Gambar: 1.7 Sebuah rangkaian seri
RLC

Berdasarkan persamaan (1.1), tegangan gerak elektrik


untuk Gambar 1.7 diberikan oleh persamaan:
V = Vm .sinωt..................................................(1.20)
Arus (tunggal) di dalam rangkaian tersebut adalah:
I=I m .sin(ωt−φ).............................(1.21)

Dengan ω adalah frekuensi sudut tegangan gerak elektrik bolak-balik pada persamaan

(1.20).Im adalah amplitude arus dan φ menyatakan sudut fase di antara arus
bolakbalikpada persamaan (1.21) dan tegangan gerak elektrik pada persamaan (1.20).
Pada Gambar 1.7 tersebut akanberlaku persamaan:
V =V R +V C +V L ...................................(1.22)
Setiap parameter merupakan kuantitas-kuantitas yang
berubah-ubah terhadap waktu secara sinusoida. Diagram
fasor yang diperlihatkan pada Gambar 7.8 menunjukkan
nilai-nilai maksimum dari I, VR, VC, dan VL. Proyeksiproyeksi
fasor pada sumbu vertikal adalah sama dengan V,
seperti yang dinyatakan pada persamaan (7.22).
Sebaliknya, dinyatakan bahwa jumlah vektor dari
Gambar 1.8 diagram fosar sesuai gambar 1.7

amplitudo-amplitudo fasor VR,m, VC,m, dan VL,m menghasilkan


sebuah fasor yang amplitudonya adalah V pada
persamaan (7.20). Proyeksi Vm pada sumbu vertikal,
merupakanV dari persamaan (7.20) yang berubah terhadap
waktu. Kita dapat menentukan Vm pada Gambar 7.9, yang
di dalamnya telah terbentuk fasor VL,m –VL,m. Fasor tersebut
tegak lurus pada VR,m, sehingga akan diperoleh:
2
V m= V √ R,m
+ ( V L, m−V C , m )2
= √(I m R)+(I m X L−I m X C )2
2
V m=I m R2 + ( X L− X C ) ... .. .. . .. .. . .. .. . .. ..(1 .23 )

Kuantitas yang mengalikan Im disebut impedansi (Z)
rangkaian pada Gambar 7.7. Jadi, dapat dituliskan:
Vm
I m= ......................................(1.24)
Z
1
XC
Diketahui bahwa XL = ωL dan ω C Maka dari

persamaan (1.23) dan (1.24) akan diperoleh:


Vm
I m= .. .. . .. .. .. . .. .. . .. .. . .(1. 25)
2
1
√ (
R2 + ωL−
ωC )
Untuk menentukan sudut fase φ di antara I dan V,
dapat dilakukan dengan membandingkan persamaan
(1.20) dan (1.21). Dari Gambar 1.7 dapat kita tentukan
bahwa sudut φ dinyatakan:
V L, m−V C , m I m ( X L− X C )
tan φ= =
V R ,m Im R
( X L −X C )
tan φ= ...... .. .. ..... ... .. .. ...(1 .26 )
R

Gambar 1.9: diagram fosar memperlihatkan


hubungan antara V dan I pada persamaan (1.20) dan (1.21)

Pada Gambar 7.9 menunjukkan nilai XL> XC, yaitubahwa rangkaian seri dari Gambar
1.7 lebih bersifatinduktif daripada bersifat kapasitif.Pada keadaan ini Vmmendahului
Im (walaupun tidak sebanyak seperempatsiklus seperti pada rangkaian induktif murni
dari Gambar 1.3.Sudut fase φ pada persamaan (1.26) adalah positif.Tetapi, jika XC>XL,
maka rangkaian tersebut akan lebihbersifat kapasitif daripada bersifat induktif, dan Vm
akantertinggal terhadap Im (walaupun tidak sebanyakseperempat siklus seperti pada
rangkaian kapasitif murni).Berdasarkan perubahan ini, maka sudut φ pada
persamaan(1.26) akan menjadi negatif.
B. Daya Pada Rangkaian Arus Bolak-Balik
Daya sesaat pada sebuah rangkaian seperti yangterlihat pada rangkaian seri RLC
seperti ditunjukkanGambar 1.7 dirumuskan
P(t) = V(t) . I(t)
= (Vm.sin ωt )(Im.sin( ωt- φ )) ..........................(1.27)
Jika kita mengekspansikan faktor sin(ωt − φ) menurut sebuah identitas trigonometri,
maka diperoleh:
P(t) = (VmIm)(sin ωt )(sinωt cos φ – cos ωt sin φ )
= VmImsin2 ωt cos φ –VmIm sin ωt cos ωt sin φ ..... (1.28)
1
sin ωt=
nilai 2 dan sinωt cosωt = 0, maka dari persamaan (1.28) kita dapat mencari

P(t) = Pav yaitu:


1
P Av= V m I m cos φ+0 ...................(1 .29)
2
Vm Im
Vrms= I rms=
diketahui √2 dan √2 maka persamaan (1.29)
menjadi:
Pav = Vrms .Irmscos φ ................................................(1.30)
Dengan cos φ menyatakan faktor daya. Untuk kasus sepertipada Gambar 7.3,
memperlihatkan sebuah beban hambatmurni, dengan φ = 0, sehingga persamaan
(7.30) menjadi:

…………….(1.30)
C. Resonansi Pada Rangkaian Arus Bolak-Balik

Gambar 1.10 Resonansi dalam rangkaian.


untuk tiga nilai R berbeda.
Rangkaian RLCpada Gambar 1.7memiliki suatu frekuensi alami dariosilasi, dan
menganggap pada rangkaiantersebut bekerja suatu pengaruh luar,yang di dalam kasus
ini adalah tegangangerak elektrik bolak-balik yang diberikandalam persamaan V =
Vm.sin ωt ,dengan ω adalah frekuensi sudut darigaya penggerak. Respons
maksimum,Irms, terjadi bila frekuensi sudut ω darigaya penggerak tersebut persis
menyamaifrekuensi alami 0 ω dari osilasi untukosilasi bebas dari rangkaian tersebut.
Nilai maksimum Irms terjadi bila XL = XC dan
mempunyai:
V rms
I rmvs , maks= . .. ........ .. .. ...... .. ... .. .. ...(1.32 )
R
Irms hanya dibatasi oleh resistansi rangkaian. Jika

R→0 , I rmvs , maks →0


Dengan memanfaatkan bahwa XL = XC, maka:
1
ω. L=
ω.C
1
ω.C= ...........................(1.33)
√ LC
1
Nilai √ LC menyatakan sudut alami 0 ω untuk rangkaian dari Gambar 7.7, yaitu
nilai Irms maksimum terjadi jika frekuensi ω dari gaya penggerak adalah tepat sama
dengan
frekuensi alami 0 ω , yang dinyatakan:
ω=ω 0 ..................................(1.34)
Kondisi pada persamaan (7.34) disebut resonansi.Resonansi pada rangkaian RLC dari
Gambar 1.7ditunjukkan oleh Gambar 1.8, di mana grafik hubunganIrms terhadap ω
untuk nilai-nilai Vm, C, dan L yang tetapterjadi tetapi untuk tiga nilai R yang
berlainan.Dalam kehidupan sehari-hari kita menerapkanprinsip ini pada saat menyetel
sebuah radio. Denganmemutar kenop (tombol), kita menyesuaikan frekuensialami 0 ω
dari sebuah rangkaian dalam radio denganfrekuensi ω dari sinyal yang dipancarkan
oleh antena
stasiun, sampai persamaan (1.34) terpenuhi.
Selamat Belajar Semoga Sukses
SOAL LATIHAN MANDIRI :

1. Perhatikan gambar berikut!Tentukan :


a. Impedansi Rangkaian
600 Ω 2H 10 µF
b. Kuat arus efektif dalam rangkaian

𝑽 = 𝟏𝟎𝟎 𝑺𝒊𝒏 𝟏𝟎𝟎𝒕

2. Rangkaian RLC seri dirangkaikan


seperti pada gambar. Bila sekitar S
ditutup, Tentukan :
a. Kuat arus dalam rangkaian
b. beda potensial pada ujung-ujung
resistro, induktor dan kapasitor

3. Suatu rangkaian RLC seperti gambar,


dihubungkan dengan sumber tegangan
bolak-balik, yang memenuhi persamaan
R C = 40µF
¿ 220 sin 1000t volt . Jika impedansi
rangkaian 50Ω, maka tentukan nilai
hambatan (R).
L = 80mH

4. Suatu rangkaian RLC seperti gambar, impedansi rangkaian 1000Ω, maka


dihubungkan dengan sumber tegangan
R = 600Ω C = 10µF
nilai induktansi induktor (L) yang
bolak-balik, yang memenuhi digunakan. (ada dua nilai yang
persamaan ¿ 10 0 √ 2 sin 100 tvolt . Jika mungkin) L

5. Sebuah rangkaian R-L-C seri, beresonansi pada frekuensi 2 MHz. Jika nilai induktansi
25
L= mH ,
4π tentukan nilai kapasitas kapasitor C.

Anda mungkin juga menyukai