Anda di halaman 1dari 91

“WAHAM”

DosenPembimbing :
LilikMa’rifatulAzizah, S.kep, Ns, M. Kes

OLEH:

KELOMPOK 4/3.B

1. Novita Yulia Puspitasari (201401024)


2. Rafika Hariyanti (201401025)
3. Kevin Ananda S. (201401026)
4. Isnani Mu’arifatus S. (201401027)
5. Dian Maya Sari (201401028)
6. Kiki Rahayu Ningrum (201401029)
7. Nur Lailatul Maghfiroh (201401084)
8. Novia Kamaranti (201401089)

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
BINA SEHAT PPNI
MOJOKERTO
2016

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis haturkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapaT menyelesaikan penyusunan makalah
yang berjudul ”Waham”.
Makalah ini diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Jiwa 1.
Penulisan makalah ini telah mendapat bantuan dan dorongan dari berbagai pihak,
sehingga pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terimakasih kepada :
1. Tuhan Yang Maha Esa yang senantiasa melipahkan rahmat-Nya kepada kami
2. Lilik Ma’rifatul Azizah,S.kep,Ns,M. kes selaku dosen mata kuliah
Keperawatan Jiwa 1
3. Semua pihak yang tidak bias penulis sebutkan satu persatu.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak
kekurangan dan keterbatasan pengetahuan, pengalaman yang penulis miliki, sehingga
penulis mengharapkan adanya kritik dan saran yang bersifat membangun.

Mojokerto, September 2016

Penulis

2
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR ......................................................................................... i
DAFTAR ISI...... ................................................................................................ ii

BAB I PENDAHULUAN
1.1 LatarBelakang ............................................................................................... 1
1.2 RumusanMasalah .......................................................................................... 1
1.3 Tujuan........... ................................................................................................ 1

BAB II TINJAUAN TEORI


2.1 PengertianWaham .......................................................................................... 3
2.2 JenisWaham ................................................................................................. 4
2.3 EtiologiWaham .............................................................................................. 5
2.4 Fase Terjadinya Waham ................................................................................. 6
2.5 Patofisiologi Waham ...................................................................................... 8
2.6ManifestasiKlinisWaham ................................................................................ 9
2.4 Proses Keperawatan
2.4.1 Pengkajian ............................................................................................ 11
2.4.2 Diagnosa............................................................................................... 14
2.4.3 RencanaKeperawatan ........................................................................... 15
2.4.4 ImplementasidanEvaluasi .................................................................... 21

BAB III TINJAUAN KASUS


3.1 Pengkajian ................................................................................................ 24
3.2Analisa data ................................................................................................ 27
3.3 Diagnosa Keperawatan................................................................................. 29

3
3.3Intervensi ................................................................................................ 29
3.4Implementasi danEvaluasi ............................................................................. 36
3.5 Terapi Modalitas ........................................................................................... 37

BAB IVPENUTUP
4.1 Proposal SPTK .............................................................................................. 39
4.2 Terapi Aktifitas Kelompok ........................................................................... 65
4.3 TAK Stimulasi .............................................................................................. 71

BAB VPENUTUP
5.1 Kesimpulan ................................................................................................ 86
5.2 Saran.............. ................................................................................................ 86

DAFTAR PUSTAKA

4
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kesehatan jiwa merupakan mampu beradaptasi dengan dirinya sendiri dan
orang lain serta terhadap stressor yang ada. Dan juga suatu keadaan yang
memungkinkan untuk terjadinya perkembangan fisik, intelektual, dan emosional
individu secara optimal, sejauh perkembangan tersebut ssesuai dengan
perkembangan optimal individu lain. Sementara itu, gangguan jiwa adalah suatau
keadaan dengan adanya gejal klinis yang bermakna, berupa sindrompola perilaku
dan pola psiklogi yang berkaitan dngan adanya distress(tidak nyaman, tidak
tentram, rasa nyeri), distabilitas (tidak mampu mengerjakan pekerjaan sehari-
hari), atau meningkatkan resiko kematian, kesakitan.
Gangguan jiwa terdiri dari beberapa macam termasuk dantaranya adalah
waham atau delusi. Waham merupakan keyakinan tentang suatu pikiran yang
kokoh, kuat, tidak sesuai dengan kenyataan, tidak cocok dengan in telegensi dan
latar belakang budaya, selalu dikemukakan berulang-ualang dan berlebihan
biarpun telah dibuktikan kemustahilannya atau kesalahannya atau tidak benar
secara umum
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa pengertian waham?
2. Apa saja jenis-jenis terjadinya waham?
3. Bagaimana etiologi terjadinya waham?
4. Bagaimana fase terjadinya waham?
5. Bagaiaman patofisiologi terjadinya waham ?
6. Bagaimana manifestasi klinis waham?
7. Bagaimana asuhan keperawatan dari masalah waham?
8. Terapi modalitas apa yang tepat untuk masalah waham?
9. Terapi aktifitas apa yang tepat untuk masalah waham?

5
1.3 Tujuan
1. Mengetahui pengertian waham
2. Mengetahui jenis-jenis waham
3. Mengetahui etiologi terjadinya waham
4. Mengetahui fase terjadinya waham
5. Mengetahui patofisiologi terjadinya waham
6. Mengetahui manifestasiklinis waham
7. Mengetahui asuhan keperawatan masalah waham
8. Mengetahui terapi modalitas untuk masalah waham
9. Mengetahui terapi aktivitas yang tepat untuk masalah waham

6
BAB 2

TINJAUAN TEORI

2.1 Definisi
Waham adalah suatu keyakinan seseorang yang berdasarkan penilaian realitas
yang salah, keyakinan yang tidak konsisten dengan tingkat intelektual dan latar
belakang budaya, ketidakmampuan merespons stimulus internal dan eksternal
melalui proses interaksi / informasi secara akurat.
Seseorang yang mengalami waham berpikir bahwa ia memiliki banyak
kekuatan dan bakat serta tidak merasa terganggu jiwanya atau ia merasa sangat
kuat dan sangat terkenal. Hal ini sesuai dengan penjelasan Varcarolis dalam
Fundamental of Psychatric Mental Health Nursing (2006: 397): Grandeur: Thinks
he or she has powers and talents that are not possessed or is someone powerful or
famous.
Waham adalah keyakinan yang salah yang secara kokoh dipertahankan
walaupun tidak diyakini oleh orang lain dan bertentangan dengan realita normal
(Stuart dan Sundeen, 1998).
Waham adalah keyakinan klien yang tidak sesuai dengan kenyataan tetapi
dipertahankan dan tidak dapat dirubah secara logis oleh orang lain, keyakinan ini
berasal dari pemikiran klien dimana sudah kehilangan kontrol (Dep Kes RI,1994)
Waham yaitu keyakinan tentang suatu pikiran yang kokoh atau kuat, tidak
sesuai dengan kenyataan tidak cocok dengan intelegensia dan latar belakang
budaya, selalu dikemukakan secara berulang-ulang, biarpun telah dibuktikan
kemustahilannya atau kesalahannya atau tidak benar secara umum (Lilik
Ma’rifatul A, 2011).
Key Word : keyakinan, dipertahankan,terus menerus, tidak sesuai dengan
kenyataan.

7
2.2 Jenis-jenis Waham
a. Waham kebesaran
Keyakinan klien terhadap suatu kemampuan, kekuatan, pendidikan, kekayaam
atau kekuasaan secara luar biasa. Contoh: saya ini ratu adil, nabi, superman dll
“ Saya ini titisan bung karno, punya banyak perusahaan, punya rumah di
berbagai negara dan bisa menyembuhkan berbagai macam penyakit.”
b. Waham curiga
Keyakinan klien terhadap seseorang atau kelompok secara berlebihan yang
berusaha merugikan, mencederai, mengganggu, mengancam, memata-matai
dan membicarakan kejelekan dirinya
Contoh: “ Banyak polisi mengintai saya, tetangga saya ingin menghancurkan
hidup saya, suster akan meracuni makanan saya.”
c. Waham agama
Keyakinan klien yang bertema tentang agama atau kepercayaan yang
berlebihan.
Contoh: “ Tuhan telah menunjuk saya menjadi wali, saya harus terus menerus
memakai pakaian putih setiap hari agar masuk surga.”
d. Waham somatic/hipokondrik
Keyakinan klien terhadap tubuhnya ada suatu yang tidak beres seperti ususnya
busuk, otaknya mencair, perutnya ada kuda.
Contoh: “ Sumsum tulang saya kosong, saya pasti terserang kanker, dalam
tubuh saya banyak kotoran, tubuh saya telah membusuk, tubuh saya
menghilang.”
e. Waham nihilistik
Keyakinan klien terhadap dirinya atau orang lain sudah meninggal atau dunia
sudah hancur dan sesuatunya tidak ada apa-apa lagi.
Contoh: “ Saya sudah menghilang dari dunia ini, semua yang ada disini
adalah roh – roh, sebenarnya saya sudah tidak ada di dunia.”
f. Waham Dosa

8
Yaitu keyakinan klien terhadap dirinya telah atau berbuat dosa perbuatannya
tidak dapat di ampuni lagi.
2.3 Etiologi Waham
1. Faktor Predisposisi
a. Faktor Perkembangan
Hambatan perkembangan akan mengganggu hubungan interpersonal
seseorang. Hal ini dapat meningkatkan stress dan ansietas yang berakhir
dengan gangguan persepsi, klien menekan perasaannya sehingga
pematangan fungsi intelektual dan emosional tidak efektif
b. Faktor Sosial Budaya
Seseorang merasa di asingkan dan kesepian dapat menyebabkan
timbulnya waham
c. Faktor Psikologi
Hubungan tidak harmonis, peran ganda bertentangan, dapat menimbulkan
ansietas dan berakhir dengan peningkatan terhadap kenyataan
d. Faktor Biologis
Waham diyakini terjadi karena adanya atrofi otak, pembesaran ventrikel di
otak, atau perubahan pada sel kortikal dan limbic.
e. Faktor Genetik.
2. Faktor Presipitasi
a. Faktor Sosial Budaya
Waham dapat dipicu karena adanya perpisahan dengan orang yang berarti
atau diasingkan dari kelompok.
b. Faktor Biokimia
Dopamin, Noreepineprin, dan zat halusinogen lainnya diduga dapat
menjadi penyebab kepada seseorang.
c. Faktor Psikologi
Kecemasan yang memanjang dan keterbatasan kemampuan untuk
mengatasi masalah sehingga klien mengembangkan koping untuk
menghindari kenyataan yang menyenangkan.

9
Rentang respon

Respon Adaptif ResponMaladaptif

 Pikiran Logis  Kadang proses  Gangguan isi


 Persepsi Akurat Pikir terganggu pikir halusinasi
 Emosi Konsisten  Ilusi  Perubahan
2.4
dengan  Emosi Berlebihan proses emosi
3.4
pengalaman  Berprilaku yang  Perilaku tidak
 4.4
Prilaku sesuai tidak biasa terorganisasi
 Hubungan social  Menarik diri  Isolasi sosial
harmonis

2.4 Fase Terjadinya Waham


1. Fase lack of human need
Waham diawali dengan terbatasnya kebutuhan – kebutuhan klien baik secara
fisik maupun psikis.Secara fisik klien dengan waham dapat terjadi pada orang –
orang dengan status sosial dan ekonomi sangat terbatas.Biasanya klien sangat
miskin dan menderita. Keinginan ia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya
mendorong untuk melakukan kompensasi yang salah. Ada juga klien yang secara
sosial dan ekonomi terpenhi tetapi kesenjangan antara reality dengan self ideal
sangat tinggi. Misalnya ia seorang sarjana tetapi menginginkan dipandang sebagai
seorang yang sangat cerdas, sangat berpengalaman dan diperhitungkan dalam
kelompoknya. Waham terjadi karena sangat pentingnya pengakuan bahwa ia eksis
di dunia ini. Dapat dipengaruhi juga oleh rendahya penghargaan saat tumbuh
kembang (life span history).
2. Fase lack of self esteem

10
Tidak adanya pengakuan dari lingkungan dan tingginya kesenjangan antara
self ideal dengan self reality (kenyataan dengan harapan) serta dorongan
kebutuhan yang tidak terpenuhi sedangkan standart lingkungan sudah melampaui
kemampuannya.Misalnya, saat lingkungan sudah banyak yang kaya,
menggunakan teknologi komunikasi yang canggih, berpendidikan tinggi serta
memiliki kekuasaan yang luas, seseorang tetap memasang self ideal yang
melebihi ligkungan tersebut.Padahal self reality – nya sangat jauh.Dari aspek
pendidikan klien, materi, pengalaman, pengaruh, support system semuanya sangat
rendah.
3. Fase control internal exsternal
Klien mencoba berpikir rasional bahwa apa yang ia yakni atau apa apa yang ia
katakan adalah kebohongan, menutupi kekurangan dan tidak sesuai dengan
kenyataan. Tetapi menghadapi kenyataan bagi klien adalah sesuatu yang sangat
berat, karena kebutuhannya untuk di akui, kebutuhan untuk dianggap penting dan
di terima lingkungan menjadi prioritas dalam hidupnya, karena kebutuhan
tersebut belum terpenuhi sejak kecil secara optimal.Lingkungan sekitar klien
mencoba memberikan koreksi bahwa sesuatu yang dikatakan klien itu tidak benar,
tetapi hal ini tidak dikakukan secara adekuat karena besarnya toleransi dan
keinginan menjaga perasaan.Lingkungan hanya menjadi pendengar pasif tetapi
tidak mau konfrontatif berkepanjangan dengan alasan pengakuan klien tidak
merugikan orang lain.
4. Fase environment support
Adanya beberapa orang yang mempercayai klien dalam lingkungan
menyebabkan klien merasa didukung, lama kelamaan klien menganggap sesuatu
yang dikatakan tersebut sebagai suatu kebenaran karena seringnya diulang –
ulang.Dari sinilah mulai terjadinya kerusakan kontrol diri dan tidak berfungsi
normal (super ego) yang ditandai dengan tidak ada lagi perasaan dosa saat
berbohong.

11
5. Fase comforting
Klien merasa nyaman dengan keyakinan dan kebohongannya serta
menganggap bahwa semua orang sama yaitu akan mempercayai dan
mendukungnya. Keyakinan sering disertai halusinansi pada saat klien menyendiri
dari lingkungannya.Selanjutnya klien lebih sering menyendiri dan menghindari
interaksi sosial (isolasi sosial).
6. Fase improving
Apabila tidak ada konvrontasi dan upaya – upaya koreksi, setiap waktu
keyakinan yang salah kepada klien akan meningkat. Tema waham yang muncul
sering berkaitan dengan traumatik masalalu atau kebutuhan – kebutuhan yang
tidak terpenuhi (rantai yang hilang).Waham bersifat menetap dan dulit untuk
dikoreksi. Isi waham dapat menimbulkan ancaman diri dan orang lain. Penting
sekali untuk mengguncang keyakinan klien dengan cara konfrontatif serta
memperkaya keyakinan religiusnya bahwa apa- apa yang dilakukan menimbulkan
dosa besar serta ada konsekuensi sosial.

2.5 Patofisiologi terjadinya waham


Pathway
Tingginya kesenjangan antara kenyataan dengan harapan

Berusaha menutupi kenyataan

Dukungan oleh lingkungan

Kerusakan kontrol diri

Waham

12
Kebutuhan tidak terpenuhi
Factor penyebab:

1. Faktor perkembangan
2. Faktor sosial budaya Gangguan ideal tidak sama
3. Faktor psikologis realitas dan tidak disetujui
4. Faktor biologis oleh pemikiran

Factor pencetus:
Ada support lingkungan
1. Faktor sosial budaya
2. Faktor biokimia
3. Faktor psikologi Nyaman dengan keyakinan

Perubahan isi pikir: Waham


Curiga
berlebihan, dosa

Resiko tinggi Mengasingkan diri


Deficit perawatan diri
menciderai dirinya
sendiri, orang lain,
lingkungan
ISOS

2.6 Manifestasi KlinisWaham


1. Kognitif
a. Tidak mampu membedakan nyata dengan tidak nyata
b. Individu sangat percaya pada keyakinannya
c. Sulit berpikir realita
d. Tidak mampu mengambil keputusan
2. Afektif
a. Situasi tidak sesuai dengan kenyataan
b. Afek tumpul
3. Perilaku dan hubungan social

13
a. Hipersensitif
b. Hubungan interpersonal dengan orang lain tumpul
c. Depresi
d. Ragu-ragu
e. Mengancam secara verbal
f. Aktivitas tidak tepat
g. Streotif
h. Impulsive
i. Curiga
4. Fisik
a. Hegyne kurang
b. Muka pucat
c. Sering menguap
d. BB menurun
Tanda dan gejala pada klien dengan perubahan proses pikir waham adalah
sebagai berikut :
a. Menolak makan.
b. Tidak ada perhatian pada perawatan diri
c. Ekspresi wajah sedih/gembira/ketakutan
d. Gerakan tidak terkontrol
e. Mudah tersinggung
f. Isi pembicaraan tidak sesuai dengan kenyataan
g. Tidak bisa membedakan antara kenyataan dan bukan kenyataan
h. Menghindar dari orang lain
i. Mendominasi pembicaraan
j. Berbicara kasar
k. Menjalankan kegiatan keagamaan secara berlebihan

14
2.7 Proses Keperawatan
1. Pengkajian
Pengkajian merupakan langkah awal dan dasar utama dari proses
keperawatan.
a. Identitas
Nama, umur, jenis kelamin, alamat, agama, diagnosa medis, pendidikan
dan pekerjaan.
b. Alasan Masuk
Umumnya klien yang mengalami Waham di bawa ke rumah sakit karena
keluarga merasa tidak mampu merawat, terganggu karena perilaku klien dan hal
lain, gejala yang dinampakkan di rumah sehingga klien dibawa ke rumah sakit
untuk mendapatkan perawatan.
c. Faktor predisposisi
Menanyakan apakah keluarga mengalami gangguan jiwa, bagaimana
hasil pengobatan sebelumnya, apakah pernah melakukan atau mengalami
penganiayaan fisik, seksual, penolakan dari lingkungan, kekerasan dalam
keluarga, dan tindakan criminal. Menanyakan kepada klien dan keluarga
apakah ada yang mengalami gangguan jiwa, menanyakan kepada klien tentang
pengalaman yang tidak menyenangkan.
d. Faktor precipitasi
Stresor presipitasi umumnya mencakup kejadian kehidupan yang
penuh stress seperti kehilangan, didikan yang keras dari keluarga yang
mempengaruhi kemampuan individu untuk memiliki perasaan egois serta
menyebabkan ansietas. Pada pasien Waham tingkat emosional yang tinggi akan
kepercayaan bahwa dirinya adalah sesuatu yang pantas untuk dititukan dan
diyakini akan menimbulkan berbagai masalah dalam kehidupannya.
e. Pemeriksaan fisik
Memeriksa tanda-tanda vital, tinggi badan, berat badan, dan tanyakan
apakah ada keluhan fisik yang dirasakan klien.

15
f. Psikososial
1. Genogram
Genogram menggambarkan klien dengan keluarga, dilihat dari pola
komunikasi, pengambilan keputusan dan pola asuh.
2. Konsep diri
a. Gambaran diri
Tanyakan persepsi klien terhadap tubuhnya, bagian tubuh yang disukai, reaksi
klien terhadap bagian tubuh yang tidak disukai dan bagian yang disukai.
b. Identitas diri
Status dan posisi klien sebelum klien dirawat, kepuasan klien terhadap status
dan posisinya, kepuasan klien sebagai laki-laki atau perempuan, keunikan yang
dimiliki sesuai dengan jenis kelaminnya dan posisinya.
c. Fungsi peran
Tugas atau peran klien dalam keluarga / pekerjaan / kelompok masyarakat,
kemampuan klien dalam melaksanakan fungsi atau perannya, perubahan yang
terjadi saat klien sakit dan dirawat, bagaimana perasaan klien akibat perubahan
tersebut.
d. Harga diri
Hubungan klien dengan orang lain sesuai dengan kondisi, dampak pada klien
dalam berhubungan dengan orang lain, harapan, identitas diri tidak sesuai
harapan, fungsi peran tidak sesuai harapan, ideal diri tidak sesuai harapan,
penilaian klien terhadap pandangan / penghargaan orang lain.
3. Hubungan social
Tanyakan orang yang paling berarti dalam hidup klien, tanyakan upaya yang
biasa dilakukan bila ada masalah, tanyakan kelompok apa saja yang diikuti
dalam masyarakat, keterlibatan atau peran serta dalam kegiatan kelompok /
masyarakat, hambatan dalam berhubungan dengan orang lain, minat dalam
berinteraksi dengan orang lain.

16
4. Spiritual
Nilai dan keyakinan, kegiatan ibadah / menjalankan keyakinan, kepuasan
dalam menjalankan keyakinan
g. Status mental
a. Penampilan
Melihat penampilan klien dari ujung rambut sampai ujung kaki apakah ada
yang tidak rapih, penggunaan pakaian tidak sesuai, cara berpakaian tidak seperti
biasanya, kemampuan klien dalam berpakaian, dampak ketidakmampuan
berpenampilan baik / berpakaian terhadap status psikologis klien.
b. Pembicaraan
Amati pembicaraan klien apakah cepat, keras, terburu-buru, gagap, sering
terhenti / bloking, apatis, lambat, membisu, menghindar, tidak mampu memulai
pembicaraan.
c. Aktivitas motoric
Gerakan yang perlu di catat dalam hal tingkat aktifitas
(letargik,tegang,gelisah,agitasi) jenis (tik, tremor, seringai) dan isyarat tubuh.
Pada pasien Waham aktivitas yang ditampilkan klien tampak gelisah, percaya
diri bahwa yang dilakukan adalah benar.
d. Afek dan Emosi
1. Datar : tidak ada perubahan roman muka pada saat ada stimulus yang
menyenangkan atau menyedihkan.
2. Tumpul : hanya bereaksi bila ada stimulus emosi yang sangat kuat
3. Labil : emosi klien cepat berubah-ubah
4. Tidak sesuai : emosi bertentangan atau berlawanan dengan stimulus
e. Interaksi selama wawancara
Keadaan yang ditampilkan klien dengan Waham saat wawancara bisa
ditemukan klien tampak percaya diri dengan segala sesuatu yang dia omongkan
dan defensif (selalu berusaha mempertahankan pendapat dan kebenaran tentang
dirinya)

17
f. Proses Pikir
1. Proses pikir
Proses pertimbangan pemahaman serta kepercayaan pada klien Waham
dapat ditemukan terdapat asosiasi antara ide satu dengan yang lain, klien
biasanya meyakini sesuatu hal karena suatu didikan yang keras ataupun
pengaruh dari orang lain.
2. Isi fikir
Pada klien dengan Waham dapat ditemukan klien memiliki Pemikiran magis
(keyakinan klien tentang kemampuannya melakukan hal-hal yang mustahil
atau diluar kemampuannya)

2. Diagnosa

a. Pohon Masalah

Proses terjadinya waham menurut Stuart dan Sudeen dapat dirangkum dalam pohon
masalah sebagai berikut:

Effect resiko tinggi perilaku kekerasan

Core problem perubahan sensori waham

Causa isolasi sosial

Harga diri rendah kronis

b. Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan proses fikir : Waham
2. Koping individu tidak efektif
3. Resiko tinggi melakukan perilaku kekerasan

18
3. Rencana Keperawatan
Diagnosa Perencanaan
Keperawat Intervensi Rasional
Tujuan Kriteria hasil
an
Gangguan TUM : klien
proses dapat
pikir: mengontrol
waham wahamnya.
TUK 1:
Klien dapat  Ekspresi wajah 1. Bina hubungan Hubungan saling
membina bersahabat saling percaya percaya akan
hubungan  Ada kontak dengan klien menimbulkan
saling percaya. mata dengan kepercayaan klien
 Mau berjabat menggunakan pada perawat,
tangan prinsip sehingga akan
 Mau menjawab komunikasi memudahkan
salam terapeutik : dalam pelaksanaan
 Klien mau 1. Beri salam tindakan
duduk terapeutik selanjutnya.
berdampingan (panggil nama
 Klien mau klien)
mengutarakan 2. Perkenalkan
perasaan diri sebutkan
nama perawat
dengan sopan
3. Jujur dan
menepati janji
4. Tunjukkan
sikap empati
dan menerima

19
apa adanya
5. Jelaskan tujuan
interaksi
6. Ciptakan
lingkungan
yang tenang
7. Buat kontrak
yang jelas
(topic, waktu,
tempat)
8. Yakinkan klien
dalam keadaan
aman dan
perawat siap
menolong
9. Yakinkan
bahwa
kerahasiaan
klien akan
tetap terjaga
2. Jangan Meningkatkan
membantah dan orietasi klien pada
mendukung realita dan rasa
waham klien percaya klien pada
perawat

3. Observasi apakah Dengan orientasi


waham klien ditentukan
mengganggu intervensi

20
aktivitas sehar- selanjutnya
hari dan
perawatan diri

TUK 2 :  Mampu 1. Beri pujian pada Klien terdorong


Klien dapat mempertahank penampilan dan untuk memilih
mengidentifika an aktivitas kemampuan klien aktivitas
si kemampuan sehari- hari yang realistic sebelumnya
yang dimiliki  Klien dapat 2. Diskusikan dengan
mengontrol klien kemampuan
wahamnya yang dimiliki pada
waktu lalu dan saat
ini yang realistic.
(hati-hati terlibat
diskusi dengan
waham).
3. Tanyakan apa
yang bisa
dilakukan
(kaitkan dengan
aktivitas sehari-
hari dan
perawatan diri)
kemudian
anjurkan untuk
melakukan saat
ini
4. Jika klien selalu Dengan

21
berbicara tentang membenarkan,
wahamnya klien akan merasa
dengarkan lebih diperhatikan
sampai sehingga klien
kebutuhan akan
waham tidak ada. mengungkapkan
(perawat perlu perasaannya
memperhatikan
bahwa klien
penting).
TUK 3 :  Klien dapat a. Observasi Dengan observasi
Klien dapat menyebutkan kebutuhan klien dapat mengetahui
mengidentifika kebutuhan sehari-hari kebutuhan klien
si kebutuhan terpenuhi
yang tidak  Klien dapat
terpenuhi melakukan b. Diskusikan Dengan
aktivitas kebutuhan klien mengetahui
 Klien tidak yang tidak kebutuhan yang
menggunakan terpenuhi selam tidak terpenuhi
/membicarakan dirumah dan di maka dapat
wahamnya umah sakit diketahui
kebutuhan yang
diperlukan

c. Hubungkan
kebutuhan atau
harapan yang
belum terpenuhi
dengan timbulnya

22
waham

d. Tingkatkan Mengetahui
aktivitas yang keterkaitan antara
dapat memenuhi yang tidak
kebutuhan klien terpenuhi dengan
dan memerlukan wahamnya
waktu dan tenaga.

e. Atur siruasi agar Dengan


klien tidak meningkatkan
mempunyai waktu aktivitas tidak
untuk akan mempunyai
menggunakan waktu untuk
wahamnya. mengikuti
wahamnya
Dengan situasi
tertentu akan dapat
mengontrol
wahamnya
TUK 4 :  Klien mampu 1. Berbicara dengan Reinforcement
Klien dapat berbicara secara klien dalam adalah penting
berhubungan realitas konteks realitas untuk
dengan  Klien mengikuti (realitas diri, orang mningkatkan
realitas. terapi aktivitas lain, waktu dan kesadaran klien
kelompok tempat) akan realitas

2. Sertakan klien Pujian dapat

23
dalam terapi memotivasi klien
aktivitas untuk
kelompok : meningkatkan
orientasi realitas kegiatan
positivnya

3. Berikan pujian
pada tiap kegiatan
positive yang
dilakukan klien
TUK 5 :  Keluarga dapat 1. Diskusikan dengan Perhatian keluarga
Klien dapat membina keluarga tentang : dan pengertian
dukungan hubungan saling  Gejala waham keluarga akan
keluarga percaya dengan  Cara dapat membantu
perawat merawatnya klien dalam
 Keluarga dapat  Lingkungan mengendalikan
menyebutkan keluarga wahamnya
pengertian,  Follow up dan
tanda dan obat
tindakan untuk 2. Anjurkan keluarga
merawat klien melaksanakan
dengan waham dengan bantuan
perawat
TUK 6 :  Klien 1. Diskusikan dengan Obat dapat
klien dapat menyebutkan klien dan kelurga mengontrol
menggunakan manfaat, dosis tentang obat, dosis, waham yang
obat dengan dan efek frekuensi, efek dialami klien
benar samping obat samping obat dan
 Klien dapat akibat penghentian

24
mendemonstrasi
kan penggunaan 2. Diskusikan
obat dengan perasaan klien
benar setelah minum
 Klien obat
memahami 3. Berikan obat dan
akibat observasi setelah
berhentinya minum obat
obat tanpa
konsultasi
 Klien dapat
menyebutkan
prinsip dalam
penggunaan
obat

4. Implementasi

Diagnosa Pasien Keluarga


Keperawatan
Gangguanisipi SP 1 SP 1
kir : waham a. Mengidentifikasikebutuhan a. Mengidentifikasimasalahkeluar
b. Keluargabicarakonteksrealita gadalammerawatpasien
c. Keluargalatihpasienuntukmemen b. Menjelaskan proses
uhikebutuhannya terjadinyawaham
d. Keluargamasukkandalamjadwal c. Menjelaskantentangcaramerawa
kegiatanpasien tpasienwaham
d. Latih (simulasi) caramerawat
e. RTL keluarga /

25
jadwaluntukmerawatpasien
SP 2 SP 2
a. Evaluasi( SP 1) a. Keluargaevaluasikemampuan
b. Identifikasipotensi / kemampuan SP 1
yang dimiliki b. Latihkeluargacaramerawat
c. Pilihdanlatihpotensi (langsungkepasien)
d. Kemampuan yang dimiliki c. Menyusun RTL keluarga
e. Masukkanjadwalpasien
SP 3 SP 3
a. Evaluasikegiatan yang lalu (SP 1 a. Evaluasikemampuankeluarga
& 2) b. Evaluasikemampuanpasien
b. Memilihkemampuan lain yang c. RTL keluarga
dapatdilakukan  Follow up
c. Pilihdanlatihpotensikemampuan  Rujukan
lain yang dimiliki
d. Masukkandalamjadwal

26
BAB III
TINJAUAN KASUS

Triger Case
Tn.Z 40 tahun beragama budha, anak kedua dari empat bersaudara. Klien
adalah seorang yang taat beragama, keyakinannya dengan agamanya sangat kental,
karena dari kecil Tn.Z di didik oleh keluarganya dengan keras dan Tn.Z selalu tidak
boleh melakukan apapun kecuali beribadah, sehingga pada suatu ketika Tn.Z merasa
bahwa dirinya adalah keturunan tuhan, ia meyakini bahwa dirinya dapat
menyembuhkan bebagai macam penyakit dan dapat berbicara dengan tuhan. Tn.Z
selalu mengatakan bahwa “aku adalah anak tuhan, sembahlah aku karena sama saja
kamu menyembah tuhanmu”, ketika mengatakannya dengan nada tegas, wajahnya
tegang dan mata melotot, dan klien mengatakannya dengan berulang-ulang. Menurut
keterangan dari keluarga, bahwa perilaku itu muncul 2 bulan ini setelah orang tua
yang mendidiknya dengan keras itu meninggal, keluarga juga mengatakan bahwa
setelah orangtua Tn.Z meninggal Tn.Z banyak mengurung diri di kamar. Kadang
mondar-mandir didepan rumah dan kadang-kadang menunjukkan ekspresi senang dan
sedih ketika ditanya tentang orang tuanya.
Karena keyakinannya itu, Tn.Z tidak mau melakukan apapun kecuali
beribadah, seperti tidak mau mandi, tidak mau makan kecuali nasi putih saja hanya
mau minum air putih, tidak mau gosok gigi, tidak mau menyisir rambut, kadang
merasa tersinggung bila diingatkan. Tn.Z suka memakai baju berwarna putih dan
tidak pernah ganti sehingga pakaian klien terlihat lusuh.
Sering kali keluarga mengingatkan bahwa ia adalah orang biasa, bukan anak
tuhan, tetapi Tn.Z selalu bersikeras bahwa ia adalah anak tuhan. Tn.Z berkata dengan
nada kasar, bahkan Tn. Z mengancam bahwa akan mengutuk siapa saja yang tidak
percaya kepadanya.
Karena keluarga dan saudara merasa tak mampu untuk merawat Tn.Z, lalu
keluarga membawa Tn. Z ke RSJ.

27
3.1 Proses Keperawatan
1. Pengkajian
I. Identitas Klien
Nama : Tn.Z
Umur : 40 Tahun
Jenis kelamin :Laki-laki
Alamat :Jln. Maju Raya Sukamakmur
Penanggung jawab :Tn W
Alamat penan :Jln. Maju Raya Sukamakmur
II. Faktor Presipitasi
Alasan Masuk
Klien masuk rumah sakit jiwa karena klien mengalami gangguan proses fikir sejak
ditinggal orang tuanya meninggal dunia, dan klien banyak mengurung diri dikamar
serta mengaku sebagai anak tuhan dan terkadang suka mondar-mandir didepan rumah
dan kadang-kadang menunjukkan ekspresi senang dan sedih ketika ditanya tentang
orang tuanya.
III. Faktor Predisposisi
Riwayat gangguan jiwa
Klien tidak pernah dirawat di RSJ sebelumnya.
1. Riwayat pengobatan
Keluarga klien mengatakan bahwa klien tidak pernah dibawa berobat
2. Riwayat penganiayaan
Klien tidak pernah mengalami penganiayaan fisik, seksual dan tindakan
kriminal
3. Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan
Klien di didik dengan keras oleh orang tua nya.Tidak boleh melakukan
apapun kecuali beribadah.2 bulan lalu Orang tua klien telah tiada.
4. Riwayat anggota keluarga yang gangguan jiwa
Keluarga klien mengatakan bahwa di keluarganya tidak ada yang mengalami
gangguan jiwa.

28
IV. Pemeriksaan Fisik
1. Tanda vital
TD :
Nadi :
Suhu :
RR :
2. Ukuran BB : - TB : -
3. Keluhan fisik : tidak ada
V. Psikososial
1. Genogram :
69

46 37 33 31 28

40 35

15 12

Keterangan :
40
= laki-laki = klien/pasien

= perempuan = tinggal serumah

a. Pola komunikasi keluarga : Tertutup


b. Pola asuh : Klien di asuh oleh orang tuanya dengan
keras.

29
c. Pengambilan keputusan : Otoriter, dibuktikan dengan semua
keputusan di keluarga di ambil oleh orang tuaklien.
2. Konsep Diri
a. Identitas diri :Klien beranggapan kalaudirinya anak tuhan karena ia
rajin beribadah dan merasa bisa berbicara dengan tuhan
b. Peran :Klien sebagai orang yang taat beragama di
lingkungannya yang dapat menyembuhkan berbagai macam penyakit
c. Ideal diri :Klien berharap keluarganya/lingkungannya
mempercayai keyakinannya sebagai anak tuhan
d. Harga diri :Harga diri klien tinggi, klien menganggap dirinya
sebagai orang yang berharga yang bisa komunikasi dengan tuhan,
namun sebenarnya klien sedang mengalami harga diri rendah.
3. Hubungan Sosial
a. Orang yang berarti : Orangtua
b. Peran serta kegiatan kelompok/ masyarakat : klien tidak pernah
mengikuti kegiatan kelompok ( sosial ) dilingkungan
c. Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain : keyakinan yang
dibicarakan tidak sesuai dengan kenyataan yang ada, tidak sesuai
dengan pemikiran oarng-orang di lingkungannya.
Masalah keperawatan :Isolasi Sosial
4. Spritual : Klien sangat rajin beribadah

VI. Status Mental


1. Penampilan
Tidak rapi
Jelaskan : Klien tampak kotor, rambut kotor, kusut, gigi kotor dan kuning,
kuku hitam dan panjang
Masalah keperawatan : defisit perawatan diri
2. Pembicaraan
Keras
Jelaskan : Klien kelihatan sangat bersemangat, Pandangan mata klien tampak
tajam wajah tegang, ketika menceritakan masalahnya, terutama saat
menceritakan bahwa dirinya anak tuhan

30
3. Aktivitas Motorik : Tegang
Jelaskan : Klien mengatakan mudah kesal dan jengkel,.
4. Afek dan emosi :Tumpul
Jelaskan : Menurut keluarga setelah orang Tn.Z meninggal Tn.Z banyak
mengurung diri di kamar
5. Interaksi selama wawancara : Mudah tersinggung
Jelaskan : Menurut keluarga klien mudah marah, cepat tersinggung semenjak
di tinggal mati orangtuanya.
Masalah keperawatan : Resiko tinggi perilaku kekerasan.
6. Persepsi Sensori
Apakah ada gangguan : Ada
Halusinasi : Merasa bisa berbicara dengan tuhan
Ilusi : Tidak ada.
7. Proses Pikir
Proses pikir : Nonrealistik
Isi piker : Waham Kebesaran
8. Tingkat Kesadaran :
Waktu : Klien kurang dapat mengetahui kapan klien masuk RSJ, dan dia
kurang mengerti kapan saja waktu ia harus mandi
Tempat : Klien mengetahui saat ini klien berada di RSJ
Orang : Kilen dapat mengenali seseorang.
9. Memori
Klien mampu mengingat kejadian yang telah lalu, misalnya saat orang
tuanya tiada.
10. Tingkat Konsentrasi dan Berhitung
11. Klien mampu berhitung dengan baik, saat diberi soal penambahan, klien
mampu menjawab dengan baik.

2. Analisa Data
No Data Masalah
1. Ds: Perubahan proses pikir:
Tn. Z mengatakan “aku adalah anak tuhan, sembahlah aku waham agama
karena sama saja kamu menyembah tuhanmu”.
Do:
Wajah tegang, mata melontot merah dan dengan nada tegas
Ds: Keluarga mengatakan, karena keyakinannya itu, Deficit perawatan diri

31
Tn.Ztidak mau melakukan apapun kecuali beribadah seperti
tidak mau mandi, tidak mau makan kecuali nasi putih saja,
hanya mau minum air putih, tidak mau gosok gigi, tidak
mau menyisir rambut, kadang merasa tersinggung jika
diingatkan. Tn.Z suka memakai baju berwarna putih dan
tidak pernah ganti.
Do:
Gigi Tn.Z berwarna kuning, rambutnya tidak tertata rapi,
baju terlihat lusuh
Ds: Resiko tinggi PK
Kelurga mengatakan bahwa keluarga sering kali keluarga
mengingatkan bahwa ia adalah orang biasa, bukan anak
tuhan, tetapi Tn. Z selalu bersikeras bahwa ia adalah anak
tuhan, bahkan Tn. Z mengancam bahwa akan mengutuk
saja yang tidak percaya kepadanya
Do:
Tn. Z berkata dengan nada kasar
Ds: ISOS
Keluarga Tn. Z mengatakan bahwa setelah orang tua Tn. Z
meninggal, Tn. Z sering kali mengurung diri di kamar dan
tidak ingin berbicara dengan orang lain
Do: -

Daftar Masalah Keperawatan

1. Resiko tinggi perilaku kekerasan


2. Defisit perawatan diri.
3. Isolasi Sosial

32
3. Diagnosa Keperawatan

a. Pohon Masalah

Efek : Resiko tinggi perilaku kekerasan

Cp : Waham defisit perawatan diri

Perubahan proses fikir

Causa : Isos

Mekanisme koping
Proses Mekanisme koping
individu tidak perpisahan keluarga tidak efektif
efektif memanjang

HDR

Orang tua meninggal


b.Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan proses fikir : Waham
2. Koping individu tidak efektif
3. Resiko tinggi melakukan perilaku kekerasan

4. Rencana Keperawatan
Diagnosa Perencanaan
Intervensi Rasional
Keperawatan Tujuan Kriteria hasil
Gangguan TUM :
proses pikir: klien dapat

33
waham mengontrol
wahamnya.
TUK 1:
Klien dapat  Ekspresi wajah 1. Bina hubungan Hubungan saling
membina bersahabat saling percaya akan
hubungan  Ada kontak percaya dengan menimbulkan
saling mata klien dengan kepercayaan klien
percaya.  Mau berjabat menggunakan pada perawat,
tangan prinsip sehingga akan
 Mau menjawab komunikasi memudahkan
salam terapeutik dalam pelaksanaan
 Klien mau a. Beri salam tindakan
duduk terapeutik selanjutnya.
berdampingan (panggil nama
 Klien mau klien)
mengutarakan b. Perkenalkan
perasaan diri sebutkan
nama perawat
dengan sopan
c. Jujur dan
menepati janji
d. Tunjukkan
sikap empati
dan menerima
apa adanya
e. Jelaskan tujuan
interaksi
f. Ciptakan
lingkungan

34
yang tenang
g. Buat kontrak
yang jelas
(topic, waktu,
tempat)
h. Yakinkan klien
dalam keadaan
aman dan
perawat siap
menolong
i. Yakinkan
bahwa
kerahasiaan
klien akan tetap
terjaga
2. Jangan Meningkatkan
membantah dan orietasi klien pada
mendukung realita dan rasa
waham klien percaya klien pada
perawat

3. Observasi Dengan orientasi


apakah waham ditentukan
klien intervensi
mengganggu selanjutnya
aktivitas sehar-
hari dan
perawatan diri

35
TUK 2 :  Mampu 1. Beri pujian pada Klien terdorong
Klien dapat mempertahank penampilan dan untuk memilih
mengidenti an aktivitas kemampuan klien aktivitas
fikasi sehari- hari yang realistic sebelumnya
kemampua  Klien dapat 2. Diskusikan dengan
n yang mengontrol klien kemampuan
dimiliki wahamnya yang dimiliki pada
waktu lalu dan saat
ini yang realistic.
(hati-hati terlibat
diskusi dengan
waham).
3. Tanyakan apa
yang bisa
dilakukan (kaitkan
dengan aktivitas
sehari-hari dan
perawatan diri)
kemudian anjurkan
untuk melakukan
saat ini
4. Jika klien selalu Dengan
berbicara tentang membenarkan,
wahamnya klien akan merasa
dengarkan sampai lebih diperhatikan
kebutuhan waham sehingga klien
tidak ada. akan
(perawatperlu mengungkapkan
memperhatikan perasaannya

36
bahwa klien
penting).

TUK 3 :  Klien dapat 1. Observasi Dengan observasi


Klien dapat menyebutkan kebutuhan klien dapat mengetahui
mengidenti kebutuhan sehari-hari kebutuhan klien
fikasi terpenuhi
kebutuhan  Klien dapat
yang tidak melakukan 2. Diskusikan Dengan
terpenuhi aktivitas kebutuhan klien mengetahui
 Klien tidak yang tidak kebutuhan yang
menggunakan terpenuhi selam tidak terpenuhi
/membicarakan dirumah dan di maka dapat
wahamnya umah sakit diketahui
kebutuhan yang
diperlukan

3. Hubungkan
kebutuhan atau
harapan yang
belum terpenuhi
dengan timbulnya
waham

4. Tingkatkan Mengetahui
aktivitas yang keterkaitan antara
dapat memenuhi yang tidak
kebutuhan klien terpenuhi dengan
dan memerlukan wahamnya

37
waktu dan tenaga.

5. Atur siruasi agar Dengan


klien tidak meningkatkan
mempunyai aktivitas tidak
waktu untuk akan mempunyai
menggunakan waktu untuk
wahamnya. mengikuti
wahamnya
Dengan situasi
tertentu akan dapat
mengontrol
wahamnya
TUK 4 :  Klien mampu 1. Berbicara dengan Reinforcement
Klien dapat berbicara klien dalam adalah penting
berhubunga secara realitas konteks realitas untuk
n dengan  Klien (realitas diri, orang mningkatkan
realitas. mengikuti lain, waktu dan kesadaran klien
terapi aktivitas tempat) akan realitas
kelompok

2. Sertakan klien Pujian dapat


dalam terapi memotivasi klien
aktivitas untuk
kelompok : meningkatkan
orientasi realitas kegiatan
positivnya

3. Berikan pujian

38
pada tiap kegiatan
positive yang
dilakukan klien
TUK 5 :  Keluarga 1. Diskusikan dengan Perhatian keluarga
Klien dapat dapat keluarga tentang : dan pengertian
dukungan membina  Gejala waham keluarga akan
keluarga hubungan  Cara dapat membantu
saling percaya merawatnya klien dalam
dengan  Lingkungan mengendalikan
perawat keluarga wahamnya
 Keluarga  Follow up dan
dapat obat
menyebutkan 2. Anjurkan keluarga
pengertian, melaksanakan
tanda dan dengan bantuan
tindakan untuk perawat
merawat klien
dengan
waham
TUK 6 :  Klien 1. Diskusikan dengan Obat dapat
klien dapat menyebutka klien dan kelurga mengontrol
menggunak n manfaat, tentang obat, dosis, waham yang
an obat dosis dan frekuensi, efek dialami klien
dengan efek samping obat dan
benar samping akibat penghentian
obat 2. Diskusikan
 Klien dapat perasaan klien
mendemons setelah minum
trasikan obat

39
penggunaan 3. Berikan obat dan
obat dengan observasi setelah
benar minum obat
 Klien
memahami
akibat
berhentinya
obat tanpa
konsultasi
 Klien dapat
menyebutka
n prinsip
dalam
penggunaan
obat

4. Implementasi
DiagnosaKeper Pasien Keluarga
awatan
Gangguanisipiki SP 1 SP 1
r : waham a. Mengidentifikasikebutuhan a. Mengidentifikasimasalahkeluargad
b. Keluargabicarakonteksreali alammerawatpasien
ta b. Menjelaskan proses
c. Keluargalatihpasienuntukm terjadinyawaham
emenuhikebutuhannya c. Menjelaskantentangcaramerawatpa
d. Keluargamasukkandalamja sienwaham
dwalkegiatanpasien d. Latih (simulasi) caramerawat
e. RTL keluarga /

40
jadwaluntukmerawatpasien
SP 2 SP 2
a. Evaluasi( SP 1) a. Keluargaevaluasikemampuan SP 1
b. Identifikasipotensi / b. Latihkeluargacaramerawat
kemampuan yang dimiliki (langsungkepasien)
c. Pilihdanlatihpotensi c. Menyusun RTL keluarga
d. Kemampuan yang dimiliki
e. Masukkanjadwalpasien
SP 3 SP 3
a. Evaluasikegiatan yang lalu a. Evaluasikemampuankeluarga
(SP 1 & 2) b. Evaluasikemampuanpasien
b. Memilihkemampuan lain c. RTL keluarga
yang dapatdilakukan  Follow up
c. Pilihdanlatihpotensikemam  Rujukan
puan lain yang dimiliki
d. Masukkandalamjadwal

3.1 Terapi Modalitas

1. Terapi Kognitif
Terapi kognitif diutamakan pada klien dengan kasus waham karena
sesuai dengan tujuan terapi kognitif itu sendiri, diantaranya :
a) Mengembangkan pola pikir yang rasional.
b) Mengubah pola pikir yang tidak rasional yang sering mengakibatkan
gangguan perilaku yang tidak berdasarkan fakta dan informasi yang
aktual.
c) Membiasakan diri selalu menggunakan pengetesan realita dalam
menanggapi setiap stimulus.

41
2. Terapi Individu
Hubungan terstruktur dalam terapi individu bertujuan agar klien
mampu merubah isi fikir serta menyelesaikan konflik yang dialami.selain
itu klien juga diharapkan mampu meredakan penderitaan atau distres
emosional, serta mengembangkan cara yang sesuai dalam memenuhi
kebutuhan dasar diri
3. Terapi Lingkungan
Terapi lingkungan cocok untuk klien waham, diharapkan dengan di
berikan terapi lingkungan pasien waham bisa sadar akan lingkunganya.
4. Terapi Keluarga
Dengan adanya dorongan keluarga dengan cara :
a. Keluarga harus sering berinteraksi dengan klien
b. Keluarga tidak langsung membantah atau menolak waham
c. Keluarga harus membimbing untuk menerima situasi disekitar
d. Keluarga harus meyakinkan bahwa apa yang diungkapkan tidak nyata.
5. Terapi Kelompok
Dengan adanya terapi kelompok klien akan dibimbing dengan petugas
psikoterapi dengan tujuan :
a. Klien dapat berkembang dengan sadar diri apa yang dipikirkan,
dirasakan, dan perilaku, petasaan lainnya. umpan balik kelompok akan
mampu mendorong klien untuk dapat merubah pola pikir sehingga
hubungan interpersonal lebih efektif.
b. Apa yang dipikirkan klien bisa dibantah

42
BAB IV

PROPOSAL SPTK WAHAM

4.1 PROPOSAL SPTK


STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN (SPTK)PADA
KLIEN WAHAM

Nama : Novita Yulia P. Tanggal : 05 September 2016


Pertemuan : Ke-1 Jam : 08.00 WIB
1. Fase Prainteraksi
A. Kondisi : Ketika Tn.Z merasa bahwa dirinya adalah keturunan tuhan atau
sahyangwidi, ia meyakini bahwa dirinya dapat menyembuhkan
bebagai macam penyakit dan dapat berbicara dengan tuhan. Tn.Z
selalu mengatakan bahwa “aku adalah anak tuhan, sembahlah aku
karena sama saja kamu menyembah tuhanmu”, ketika mengatakannya
dengan nada tegas, wajahnya tegang dan mata melotot.
B. Diagnosa : Waham Kebesaran
C. Tujuan : 1. Klien dapat BHSP
2. Klien dapat mengidentifikasi kemampuan yang dimiliki
3. Klien dapat mengidentifikasi kebutuhan yang tidak terpenuhi
4. Klien dapat berhubungan dengan realitas
D. Rencana Tindakan Keperawatan : SP 1 (pasien)
1. Mengidentifikasi kebutuhan
2. Klien bicara konteks realita
3. Latih klien untuk memenuhi kebutuhannya
4. Masukkan jadwal kegiatan klien
2. Fase Orientasi
a. Salam Terapeutik
“Selamat pagi pak”

43
“Bagaimana kabar bapak pagi ini? bapak sudah sarapan pagi apa belum?
Apa bapak masih ingat dengan menu tadi?”
“Bapak, kenalkan nama saya Novita yulia, bisa dipanggil suster Vita”.
Nama bapak siapa? bapak lebih suka dipanggil dengan nama siapa? O…
suka dipanggil dengan nama bpk Z, baiklah pak kalau gitu.”
“Saya Mahasiswa Keperawatan PPNI Mojokerto pak, saya bertugas disini
selama 1 minggu, dan pasti bapak akan sering ketemu dengan saya nanti.”
b. Evaluasi/validasi
“ Bagaimana perasaan bapak pagi ini?”
“ Bagaimana ceritanya sampai bapak di bawa kesini?” Coba ceritakan
kepada saya.
c. Kontrak
- Topik
“Bapak, bagaimana kalau kita bercakap-cakap tentang perasaan bapak
saat ini?” tapi sebelum kita bercakap-cakap, apakah ada hal yang
bapak tanyakan atau keluhkan saat ini?”
- Tempat
“Supaya kita lebih enak mengobrolnya, bagaimana kalau kita
berbincang-bincang di teras depan saja?”
- Waktu
“Apakah bapak sibuk hari ini, kalo bapak sibuk, bagaimana kalo kita
berbincang-bincangnya hanya 15 menit saja?”
3. Fase Kerja
“Dulu bapak bekerja dimana? O.. bapak dulu seorang penjahit ya,! (Wahh
hebat ya bapak, saya juga ingin bisa menjahit seperti bapak).”
(jika klien selalu bicara tentang wahamnya, dengarkan sampai kebutuhan
waham tidak ada. Perawat perlu memperhatikan bahwa klien penting. Karena
dengan begitu klien merasa diperhatikan sehingga klien akan mengungkapkan
perasaannya).
(Memberikan pujian pada setiap kegiatan positif yang dilakukan klien).

44
(Memberikan pujian kepada kemampuan klien yang realistis)
(Diskusikan kebutuhan klien apa aja hal yang tidak terpenuhi selama di rumah
sakit atau dirumah)
“apa keinginan bapak yang belum dilakukan selama di rumah dan di sini?”
4. Terminasi
A. a. Evaluasi subyektif
“Baiklah bapak, karena waktu kita sudah habis, sekarang bagaimana
perasaan bapak setelah kita berbincang-bincang tadi?”
b. Evaluasi objektif
(Klien dapat menceritakan hal–hal yang selama ini dialami oleh klien, dan
menceritakan kebutuhannya yang belum terpenuhi)
c. Rencana Tindak Lanjut
“Bagaimana, apakah bapak ingin melanjutkan cerita bapak?”
d. Kontrak
- Topik
“ Nanti kita akan bertemu untuk berbincang–bincang lagi dan
melakukan hal yang ingin bapak lakukan, bagaimana bapak? Apa
bapak setuju?”
“kalau begitu kita tulis jadwalnya disini ya pak”.
- Tempat
“ Dimana nanti kita berbincang-bincang lagi pak? Bagaimana kalau di
tempat yang sama?”
- Waktu
“ Enaknya kita nanti berbincang–bincang lagi jam berapa pak?
Baiklah, jadi kita akan berjumpa lagi besok ya pak, jam 08.00 WIB.”

45
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN (SPTK)
PADA KLIEN WAHAM

NAMA : Rafika Hariyanti Tanggal : 06 September 2016


Pertemuan : Ke-2 Jam : 08.00 WIB
1. Fase Pra interaksi
A. Kondisi : Klien merasa senang berbincang-bincang dan merasa dirinya lebih
aman berfikir positif.
B. Diagnosa Keperawatan : waham kebesaran
C. Tujuan : 1. Klien dapat berkata dengan realita
2. Klien dapat mengidentifikasi kemampuan yang dimiliki
D. Rencana Tindakan
SP 2 : 1. Evaluasi kegiatan yang lalu ( SP1)
2. Identifikasi potensi / kemampuan yang dimiliki
3. Pilih dan latih potensi
4. Kemampuan yang dimiliki
5. masukan dalam jadwal kegiatan pasien
2. Fase Orientasi
a. Salam Terapeutik
“Selamat pagi pak? Sesuai dengan kesepakatan kita kemarin, saya datang
lagi untuk membicarakan kegemaran bapak”
b. Evaluasi Validasi
“Bagaimana perasaan bapak sekarang? Bapak masih ingat apa yang akan
kita bicarakan kali ini?”
c. Kontrak
- Topik
Baik, sesuai janji kita, hari ini kita berbincang-bincang tentang kegiatan
yang ingin bapak lakukan”
-Tempat

46
“Supaya kita lebih enak mengobrolnya, bagaimana kalau kita
berbincang–bincang di teras depan saja?Sepertijanji kita”
- Waktu
“bagaimana kalo kita berbincang – bincangnya selama 15-20 menit?
Selama itu kita juga melakukan beberapa hal yang ingin bapak
lakukan?”
3. Fase Kerja
“Bagaimana pak, apa yang ingin bapak lakukan hari ini?”oww bapak ingin
menjahit, baiklah pak kita coba menjahit
“Selain menjahit, hal yang ingin bapak lakukan apa?”mendesain ya, baiklah
itu nanti akan kita lakukan juga”
“bapak, jika bapak menginginkan sesuatu hal, sebaiknya jangan dipendam
saja, coba dilakukan”
“Ketika bapak dalam kesulitan jangan sungkan – sungkan untuk meminta
bantuan kepada orang terdekat, karena insyaallah orang terdekat bapak akan
membantu bapak.”
4.Terminasi
a. Evaluasi subyektif
“Baiklah pak, karena waktu kita sudah habis, sekarang bagaimana perasaan
bapak setelah kita berbincang-bincang tadi dan melakukan beberapa hal yang
ingin bapak lakukan?”
b. Evaluasi objektif
“ Klien dapat menceritakan hal – hal kebutuhannya yang belum terpenuhi dan
mencoba melakukannya?”
c. Rencana Tindak Lanjut
“Bagaimana, apakah bapak ingin melanjutkan kegiatan ini bapak?”
d. Kontrak
- Topik

47
“ Besok kita akan bertemu lagi untuk berbincang – bincang lagi dan
melakukan hal lain yang ingin bapak lakukan, bagaimana pak? Apa
bapak setuju?”
“kalau begitu kita tulis jadwalnya disini ya pak”.
- Tempat
“ Dimana besok kita berbincang-bincang lagi pak? Bagaimana kalau di
taman depan?”
- Waktu
“ Enaknya kita besok berbincang – bincang lagi jam berapa pak?
Bagaimana kalau pukul 08.00 WIB.”

48
STRATEGI PEALAKSANAAN TINDAKAN KEPARAWATAN (SPTK)

PADA KLIEN WAHAM

Nama : Kevin Ananda S. Tanggal : 07 September 2016

Pertemuan : Ke 3 Jam : 08.00 WIB

1. Fase Prainteraksi
A. Kondisi : Klien merasa senang berbincang-bincang dengan perawat dan merasa
ada memperhatikan klien tersebut. Klien dapat bercakap-cakap dengan
teman atau perawat
B. Diagnosa keperawatan: Waham Kebesaran
C. Tujuan : 1. Klien dapat menggunakan obat dengan benar
2. Klien dapat mengidentifikasikan kemampuan yang dimiliki
D.Renacana Tindakan Keperawatan :
a. Evaluasi kegiatan yang lalu (Sp1 & 2)
b. Memilih kemampuan yang lain untuk dilakukan
c. Pilih dan latih kemampuan lain yang dimiliki
d. Masukkan dalam jadwal

2. Fase Orientasi

a. Salam terapeutik

“Selamat pagi bapak?” “sesuai kesepakatan kita kemarin, saya datang lagi pak”

b.Evaluasi Validasi

“Bapak sampai mana menjahitnya? Bisa saya lihat?”

c. Kontrak

- Topik

49
“Nah, sekarang bagaimana jika hari ini kita bercakap-cakap tentang hoby yang bapak
miliki”

- Tempat

“Dimana enaknya kita bercakap-cakap tentang hoby bapak?”

-Waktu

“Kira-kira berapa lama bapak mempunyai waktu untuk bercakap-cakap tentang


hoby bapak?”

“Bagaimana kalau 15 menit, apa bapak mau?”

3. Fase Kerja

“Apa saja hoby yang bapak miliki?, saya catat ya pak, terus apa lagi pak?”

“Wah ternyata bapak hebat ya, tidak banyak lho orang yang mempunyai hoby seperti
yang bapak miliki”.(beri pujian tentang apa yang di ungkapkan oleh pasien).

“Dapatkah bapak ceritakan kepada saya, kapan pertama kali bapak memilih hoby
itu?”

“Siapa yang dulu mengajarkan kepada bapak, di mana?”

“Dapatkah bapak peragakan kepada saya bagaimana bapak melakukan hoby itu
dengan baik?”

“Wahhh ternyata bapak hebat ya, saya ingin mempunyai bakat seperti bapak?”

“Coba kita buat jadwal untuk kemampuan bapak ini ya, berapa kali sehari/seminggu
bapak mau melakukan hoby bapak itu?”

“Lalu apa harapan bapak dari kemampuan yang bapak miliki ini?”

“Apakah ada yang lain kemampuan/hoby bapak yang lain selain ini?”

50
“oh ya pak, bapak sekarang waktunya minum obat. Bagaimana pak, apa bapak ingat
dengan warna obatnya? Mari pak saya bantu untuk mengambilkan obatnya.”

4.Terminasi

a. Evaluasi subyek

“Bagaimana parasaan bapk setelah kita bercakap-cakap tentang hoby dan kemampuan
bapak tadi?”

b. Evaluasi obyektif

“Klien dapat menceritakan dan mengungkapkan hal-hal yang dialami oleh klien, dan
menceritakan semua kemampuan dan hobi yang selama ini telah dimiliki”

4.Rencana Tindak Lanjut

“Setelah ini bapak melakukan kegiatan sesuai dengan yang bapak lakukan tadi.
Bapak bisa memasukkanya dalam jadwal kegiatan kontrak.”

5. Kontrak

-Topik

“Setelah ini pertemuan selanjutnya membicarakan kegiatan yang bisa bapak


optimalkan scara rutin”

-Tempat

“Dimana kita akan bertemu lagi, bagaimana kalau ditempat ini juga?”

- Waktu

“Kalau waktunya, apa pak punya pandangan jam berapa?, bagaimana kalau seperti
ini juga?”

“Ya sudah ya pak, terima kasih untuk waktunya, sampai jumpa lagi?”

51
STRATEGI PEALAKSANAAN TINDAKAN KEPARAWATAN (SPTK)

PADA KLIEN WAHAM

Nama : Isnani Mu’arifatus S. Tanggal : 08 September 2016

Pertemuan : Ke 4 Jam : 08.00 WIB

1. Fase Prainteraksi
A. Kondisi : Klien mulai relaks saat berinteraksi dengan perawatdan dapat
melakukan apa yang diperintah perawat
B. Diagnosa keperawatan: Waham Kebesaran
C. Tujuan : 1. Klien dapat mengidentifikasikan kemampuan yang dimiliki
D.Renacana Tindakan Keperawatan :
a. Evaluasi kegiatan yang lalu (Sp1 & 2)
b. Memilih kemampuan yang lain untuk dilakukan
c. Pilih dan latih kemampuan lain yang dimiliki
d. Masukkan dalam jadwal

2. Fase Orientasi

a. Salam terapeutik

“Selamat pagi bapak?” “Sebelumnya saya bisa lihat jadwal kegiatan harian bapak ?”

b.Evaluasi Validasi

“Bagaimana perasaan bapak setelah melakukan hobi-hobi tersebut?”

c. Kontrak

- Topik

“Baik pak sesuai janji kita untuk membicarakan kegiatan yang bisa bapak optimalkan
scara rutin, selain melakukan beberapa hoby”

52
- Tempat

“Bagaimana kalau ditaman pak ? Agar lebih relaks”

- Waktu

“Bagaimana kalau 15 menit, apa bapak mau?”

3. Fase Kerja

“Bagaimana pak, apakah bapak sudah melaukan tugas atau kegiatan yang sudah
diajarkan ?”

“Baiklah pak, sudah bagus. Dipertahankan ya pak ?”

“Bapak kemarin kan sudah diajarkan konteks realita dan kemarin kita sudah
melakukan kegiatan menjahit, beberapa hoby dan bapak sudah bisa melakukan
kegiatan tersebut ya pak”

“Apakah bapak bisa melaukukan kegiatan yang lain pak ? Seperti menyapu ?. Coba
bapak tunjukkan kepada saya bagaimana bapak bisa menyapu halaman ini. Biasanya
dalam kehidupan sehari-hari bapak melakukannya dirumah atau tidak pak ?”.

“bapak sudah bisa menyapu halaman ini sampai bersih ya pak, kalau bisa kegiatan ini
dilakukan setiap hari ya pak pagi dan sore. Kegiatan ini saya masukkan jadwal ya
pak”

4.Terminasi

a. Evaluasi subyek

“Bagaimana parasaan bapak setelah kita membicarakan kegiatan yang bisa bapak
optimalkan secara rutin ?”

53
b. Evaluasi obyektif

“Coba bapak sebutkan kembali apasaja kemampuan, hoby dan aktifitas yang bisa
bapak lakukan “

“Baiklah pak sudah bagus’

4.Rencana Tindak Lanjut

“Setelah ini bapak melakukan kegiatan sesuai dengan yang bapak lakukan tadi.
Jangan lupa memasukkan kedalam jadwal harian bapak”

5. Kontrak

-Topik

“Nanti saya akan bicara dengan keluarga cara merawat bapak dirumah”:

-Tempat

“Dimana kita akan bertemu lagi, bagaimana kalau ditempat ini juga?”

- Waktu

“Kalau waktunya, apa bapak punya pandangan jam berapa? bagaimana kalau seperti
ini juga?”

“Ya sudah ya pak, terima kasih untuk waktunya, sampai jumpa lagi?”

54
STRATEGI PEALAKSANAAN TINDAKAN KEPARAWATAN (SPTK)

PADA KLIEN WAHAM

Nama : Dian Maya Sari Tanggal : 09 September 2016

Pertemuan : Ke 5 Jam : 08.00 WIB

1.Fase Pra Interaksi

A. Kondisi : Ketika keluarga klien menjenguk klien di RS, keluarga klien


mengatakan bahwa klien Tn.Z banyak mengurung diri dikamar, kadang mondar
mandir di depan kamar, dan kadang – kadang menunjukkan ekspresi senang dan
kadang sedih. Diharapkan klien mendapat dukungan dari keluarga untuk proses
kesembuhan klien. Klien sudah tenang, lebih banyak bereinteraksi

B. Diagnosa : Waham Kebesaran

C. Tujuan : Klien dapat dukungan keluarga

D. Rencana tindakan keperawatan SP1 Keluarga :

A. Mengidentifikasi masalah keluarga dalam merawat pasien


B. Menjelaskan proses terjadinya waham
C. Menjelaskan tentang cara merawat pasien waham
D. Latih (stimulasi) cara merawat
E. RTL keluarga/jadwal untuk merawat pasien

2. Fase orientasi

a. Salam Terapeutik

“ Selamat pagi pak,bu. Perkenalkan nama saya Dian Maya, saya mahasiswa
keperawatan PPNI Mojokerto. Pak,bu saya bertugas di sini selama 1 minggu, ibu dan
bapak akan sering ketemu dengan saya nanti. Dan saya yang merawat Tn. Z selama
ini.Nama bapak ibu siapa?”

55
b. Evaluasi/validasi

“Bagaimana perasaan bapak dan ibu hari ini?”

“Bagaimana ceritanya sampai Tn.Z dibawa kesini, coba bapak atau ibu ceritakan
kepada saya?”

c. Kontrak

- Topik

“Ibu, bagaimana kalau sekarang kita membicarakan tentang masalah Tn. Z dan cara
merawat Tn. Z?”

- Tempat

“Supaya kita lebih enak mengobrolnya, bagaimana kalau kita berbincang-bincang di


ruang tamu ini?”

- Waktu

“Apakah bapak dan ibu sibuk hari ini, kalau sibuk, kita berbincang-bincang 15 menit
saja?”

3. Fase Kerja

“Pak,bu, apa masalah yang bapak dan ibu rasakan selama merawat Tn. Z?”

“Apa yang sudah dilakukan dalam menghadapai sikap anak Tn. Z. Ketika klien
berbicara mata klien melotot, sering tampak tegang kalau berbicara dan kadang-
kadang kacau,ketika marah dengan nada tinggi.

“Untuk itu akan saya jelaskan bagaimana sikap dan cara menghadapinya,setiap kali
Tn. D melakukan tindakan tadi,”

“Bapak dan ibu pertama-tama, jika sedamg bercakap-cakap dengan Tn. Z, sebaiknya
lebih memperhatikan wajah Tn. Z agar dia merasa di hargai dan bisa mengendalikan

56
wahamnya. Juga saat berbicara bapak dan ibu sebaiknya mengindari nada tinggi,dan
tidak keras-keras.”

“Kedua, Hal ini sebaiknya dilakukian oleh seluruh keluarga yang berinteraksi dengan
Tn. Z”

“Bapak dan ibu dapat bercakap-cakap denngan Tn. Z tentang kebutuhan yang di
inginkan Tn. Z.”

“Bagaimana kalau di coba sekarang?”

“Selain itu, Tn. Z perlu minum obat agar pikiranya jadi tenang, tidurnya juga tenang.”

“Obatnya ada tiga macam, yang warna oarange namanya CPZ gunanya agar Tn. Z
tenang, yang putih ini namanya THP gunannya supaya rileks, dan yang merah jambu
ini namanya HLP gunanya agar pikiran tenang. Semuanya ini harus di minimum
secara teratur 3 kali sehari pukul 7 pagi, 1 siang, dan 7 malam.Jangan dihentikan
sebelum berkonsultasi dengan Dokter karena dapat menyebabkan Tn.Z kambuh lagi.”

“Tn. Z sudah mempunyai jadwal minum obat.Jika dia minta obat sesuai jadwal
berikan kata pujian.”

4. Terminasi

a. Evaluasi Subyektif

“Baiklah, bagaimana perasaan bapak dan ibu setelah kita bercakap-cakap tentang
merawat Tn. Z di rumah?”

b. Evaluasi objektif

“Setelah ini coba bapak dan ibu lakukan semua yang sudah saya jelaskan tadi.’

c. Rencana tindak lanjut

“Bagaimana, apakah bapak dan ibu ingin melanjutkan cerita ibu/bapak?”

57
d. Kontrak

- Topik

“Baiklah bagaimana kalau lain kali saya datang lagi kesini dan kita akan mencoba
melakukan langsung cara merawat Tn. Z sesuai dengan pembicaraan kita tadi?”

- Tempat

“Dimana besok kita berbincang-bincang lagi bu? Bagaimana kalau di tempat yang
sama?”

- Waktu

“Enaknya kita besok berbincang-bincang lagi jam berapa pak,bu? Kalau sama seperti
hari ini saja bagaimana pak,bu? Baiklah, jadi kita akan berjumpa besok ya pak,bu jam
08.00?”

58
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN (SPTK)

PADA KLIEN WAHAM

NAMA : Kiki Rahayu Ningrum Tanggal :10 September 2016

Pertemuan : Ke – 6 Jam : 08.00 WIB

1. Fase Pra Interaksi

a. Kondisi : Keluarga klien mengatakan sudah ada perubahan terhadap


kondisi klien yang berbicara seperti biasa seperti sebelum
terjadi waham. Ketika berbicara tidak lagi bernada tinggi dan
tidak lagi membentak – bentak.

b. Diagnosa : Waham Kebesaran


c. Tujuan : 1. keluarga dapat mengidentifikasi kemampuan yang dimiliki
klien

2. klien dapat dukungan keluarga

d. Rencana Tindakan Keperawatan : SP 2 (Keluarga)

a) Keluarga mengevaluasi kemampuan SP 1


b) Latih keluarga cara merawat (langsung ke pasien)
c) Menyusun Rencana Tindak Lanjut keluarga

2. Fase Orientasi

a. Salam Terapeutik
“Selamat pagi Pak/ Bu, sesuai janji kita kemarin kita sekarang bertemu
lagi.”
b. Evaluasi/ Validasi
“ Pak/ Bu bagaimana dengan kegiatan kita kemarin yang sudah saya
ajarkan untuk Tn. Z?”

59
“ Apakah Bapak/ Ibu masih ingat dengan apa yang saya ajarkan
kemarin?”
c. Kontrak
 Topik
“ Baiklah, kalau begitu Pak/ Bu kita akan mengevaluasi kegiatan
kemarin.”
 Tempat
“ Bapak/ Ibu kita melakukannya di mana?”
“ Bagaimana Pak/ Bu kalau kita langsung ke Tn. Z saja, Tn. Z ada di
taman.”
 Waktu

“ Bagaimana kalau kita mengevaluasinya hanya 15 menit saja?”

3. Fase Kerja

“ Nah, coba Bapak/ Ibu praktikkan lagi bagaimana cara merawatTn.Z?


Baiklah.”
“ Sekarang coba praktikkan cara memberkan pujian kepada
kemampuan yang dimiliki Tn.Z. Bagus.’
“ Sekarang coba Bapak/ Ibu cara memotivasi Tn. Z agar minum obat
dan melakukan kegiatan positifnya sesuai jadwal.”
“ Bagus sekali, ternyata Bapak/ Ibu sudah mengerti cara merawatTn.
Z.”
“Baiklah, Bapak/ Ibu bisa mempraktikkan juga di rumah.”
“Coba sekarang Bapak/ Ibu ulangi lagi. Bagus.”

4. Terminasi

a. Evaluasi Subyektif

“ Bagaimana, apa Bapak/ Ibu sekarang mulai bisa merawat Tn. Z sendiri?”

60
b. Evaluasi Obyektif

“ Bagaimana, apa Bapak/ Ibu bisa melakukan yang kita pelajari bersama tadi?
Baiklah.”

c. Rencana Tindak Lanjut

“ Bagaimana Bapak/ Ibu juga bisa mengajari anggota keluarga yang lain, sehingga
nanti bisa mempermudah dan dapat membantu Bapak/ Ibu merawat Tn. Z. Terima
kasih atas waktunya Bapak/ Ibu.”

d. Kontrak

- Topik

“ Bapak/ Ibu, kita besok bertemu lagi dan kita akan mencoba lagi cara merawat Tn. Z
sampai Bapak/ Ibu lancar melakukannya.”

-Tempat

“Di mana Pak/ Bu kita bisa bertemu lagi?”

“ Bagaimana kita bertemu lagi di tempat ini ya Pak/ Bu!”

-Waktu

“ Enaknya kita besok bertemu lagi jam berapa Pak/ Bu?”

“ Kalau waktunya sama seperti sekarang bagaimana?”

“ Baiklah, jadi kita akan berjumpa lagi besok ya Pak/ Bu, jam 08.00 WIB.”

61
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN (SPTK) PADA
KLIEN WAHAM

Nama : Nur Lailatul Maghfiroh Tanggal :11 September 2016

Pertemuan : Ke – 7 Jam : 08.00 WIB

1. Fase prainteraksi

A. Kondisi : Keluarga pasien mengatakan bahwa klien dapat berkomunikasi


dengan baik, tidak marah – marah lagi. Ketika pasien berbicara sudah
tidak bernada tinggi, mata juga tidak melotot ketika berbicara.Tetapi
Tn. Z masih menganggap dirinya sebagai utusan tuhan.

B. Diagnosa : Waham kebesaran

C. Tujuan : 1. TUK 2 Klien dapat mengidentifikasi kemampuan yang dimiliki.

2. TUK 3 Klien dapat mengidentifikasi kebutuhan yang tidak terpenuhi.

3. TUK 4 Klien dapat berhubungan dengan realitas.

4. TUK 5 Klien dapat dukungan keluarga.

5. TUK 6 Klien dapat menggunakan obat dengan benar.

D. Rencana Tindakan Keperawatan : SP3 (Keluarga)

1. Mengevaluasi Kemampuan Keluarga


2. Mengevaluasi Kemampuan Pasien

Fase 2. Orientasi

a.Salam Terapeutik

“Assalamualaikum, “Selamat pagi pak/Bu.


b. Evaluasi/Validasi
“Bagaimana kabar Bapak/Ibu pagi ini?”

62
c. Kontak
- Topik :
“Baiklah , Hari ini kita akan membahas Masalah apa yang Bapak/Ibu
hadapi saat merawat Tn. Z dan saya akan menjelaskan bagaimana cara
merawatnya? Bagaimana Pak/Bu?
-Tempat :
“Bagaimana kalau kita berbincang-bincang di teras depan saja?
-Waktu :
“Sesuai kontrak kita yang sudah kita sepakati, kita akan berbincang-
bincang selama 15 menit.”
Fase 3. Kerja
“Pak/lbu sebaiknya Bapak/Ibu tidak perlu khawatir dalam menghadapi sikap
Tn. Z yang terkadang menyebut – nyebut dirinyan adalah utusan tuhan dan
berbicara dengan nada agak keras.Hal yang harus Bapak/Ibu lakukan adalah
setiap Tn. Z seperti itu Bapak/Ibu dapat mencegah atau menenangkannya.
“Bapak/Ibu dapat bercakap-cakap dengan Tn.Z untuk mengalihkan
perhatiannya untuk menghindari tindakan-tindakan yang akan di lakukannya.
“Bagaimana kalau di coba lagi sekarang? Dan jangan lupa Bapak/Ibu selalu
memberikan motivasi dan hal-hal yang baik/positif,ya Bapak/Ibu?”
“Pak/Bu, Tn. Z perlu minum obat ini agar pikirannya lebih tenang, sehingga
dapat tidur dengan nyenyak.”
“Obat ini harus di minum secara teratur setiap hari dan jangan dihentikan
sebelum berkonsultasi dengan dokter karena akan dapat menyebabkan Tn.Z
kambuh kembali. Dan Bapak/Ibu juga harus mengontrol Tn.Z jangan sampai
lupa minum obatnya, jika Tn.Z nantinya lupa belum minum obat dengan batas
waktu lebih dari 4 jam, Tn.Z tidak boleh minum obatnya sebaiknya Bapak/Ibu
memberikan Tn.Z untuk meminumnya di jam berikutnya. Apakah Bapak/Ibu
sudah jelas?
“Dan jangan lupa selalu kontrol untuk melihat perkembangan Tn.Z ya
Pak/Bu?”

63
“Tn. Z sudah ada peningkatan sebelum Tn. Z dapat dibawa pulang, Tn. Z akan
di evaluasi lebih lanjut agar kondisinya tidak lagi kambuh.”

Fase 4. Terminasi

a. Evaluasi Subyektif

“Bagaimana perasaan Bapak/Ibu setelah berbincang-bincang dengan saya


tentang cara merawat Tn. Z di rumah?”

b. Evaluasi Obyektif

“Coba Bapak/Ibu sebutkan cara merespon/menanggapi Tn. Z saat mengalami


waham kembali?”
“Tn. Z sudah tidak lagi marah–marah tidak jelas, tapi masih perlu evaluasi lebih
lanjut.”

c. Rencana Tindak Lanjut

“Setelah ini coba Bapak/Ibu mengingat jadwal yang sudah dibuat untuk
keluarga yang ada di rumah ya Pak/Bu?Dan lakukan yang sudah saya jelaskan
tadi dan tolong untuk membantu Tn. Z untuk meminum obatnya sesuai yang
saya ajarkan tadi.”
“Hal-hal yang harus diperhatikan lebih lanjut adalah perilaku yang ditampilkan
oleh Tn.Z Bapak/Ibu, misalnya selalu marah sendiri tanpa sebab dan sering
menyalahkan orang lain tanpa sebab juga. Sering tampak tegang dan kacau
ketika marah, menolak minum obat atau memperhatikan perilaku yang
membahayakan orang lain.Jika hal ini terjadi tolong hubungi saya!”
“Dan jangan lupa selalu kontrol ya Pak/Bu?Jika obatnya sesudah habis
Bapak/Ibu bisa kesini lagi untuk konsultasi.”
“Baiklah kalau begitu, saya kira cukup, ada yang perlu di tanyakan lagi
Pak/Bu?”

64
“Iya sama-sama. Waalaikum salam.
-Kontrak

“ Bapak/ Ibu, kita besok bertemu lagi dan kita akan mencoba lagi cara merawat
Tn. Z sampai Bapak/ Ibu lancar melakukannya.”

-Tempat

“Di mana Pak/ Bu kita bisa bertemu lagi?”

“ Bagaimana kita bertemu lagi di tempat ini ya Pak/ Bu!”

-Waktu

“ Enaknya kita besok bertemu lagi jam berapa Pak/ Bu?”

“ Kalau waktunya sama seperti sekarang bagaimana?”

“ Baiklah, jadi kita akan berjumpa lagi besok ya Pak/ Bu, jam 08.00 WIB.”

65
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN (SPTK) PADA
KLIEN WAHAM

Nama : Novia Kamaranti Tanggal :12 Septemeber 2016

Pertemuan : Ke – 8 Jam : 08.00 WIB

1. Fase prainteraksi
A. Kondisi : Keluarga pasien mengatakan bahwa klien dapat
berkomunikasi dengan baik, tidak marah – marah lagi. Ketika pasien
berbicara sudah tidak bernada tinggi, mata juga tidak melotot ketika berbicara.
Diharapkan klien mendapat dukungan dari keluarga untuk proses kesembuhan
klien. Klien sudah tenang, lebih banyak bereinteraksi
B. Diagnosa : Waham kebesaran

C. Tujuan : Klien dapat berhubungan dengan realitas.

D. Rencana Tindakan Keperawatan : SP3 (Keluarga)

3. Mengevaluasi Kemampuan Keluarga


4. Mengevaluasi Kemampuan Pasien

Fase 2. Orientasi

d. Salam Terapeutik
“Selamat pagi Pak/ Bu, sesuai janji kita kemarin kita sekarang bertemu
lagi.”
e. Evaluasi/ Validasi
“ Pak/ Bu bagaimana dengan kegiatan kita kemarin yang sudah saya
ajarkan untuk Tn. Z?”
“ Apakah Bapak/ Ibu masih ingat dengan apa yang saya ajarkan
kemarin?”
f. Kontrak
 Topik

66
“ Baiklah, kalau begitu Pak/ Bu kita akan mengevaluasi kegiatan
kemarin.”
 Tempat
“ Bapak/ Ibu kita melakukannya di mana?”
“ Bagaimana Pak/ Bu kalau kita langsung ke Tn. Z saja, Tn. Z ada di
taman.”
 Waktu

“ Bagaimana kalau kita mengevaluasinya hanya 15 menit saja?”

Fase 3. Kerja
“ Nah, coba Bapak/ Ibu praktikkan lagi bagaimana cara menghadapi
Tn. Z? Baiklah.”
“Sekarang coba bagaimana caranya untuk mengalihkan perhatian Tn.
Z untuk menghindari tindakan-tindakan yang akan di lakukan. Bagus.
“Bagaimana kalau di coba lagi sekarang? Dan jangan lupa Bapak/Ibu
selalu memberikan motivasi dan hal-hal yang baik/positif,ya
Bapak/Ibu?”
“ Sekarang coba Bapak/ Ibu cara memotivasi Tn. Z agar minum obat
dan melakukan kegiatan positifnya sesuai jadwal.”
“ Bagus sekali, ternyata Bapak/ Ibu sudah mengerti cara merawatTn.
Z.”
“Baiklah, Bapak/ Ibu bisa mempraktikkan juga di rumah.”
“Coba sekarang Bapak/ Ibu ulangi lagi. Bagus.”
“Dan jangan lupa selalu kontrol untuk melihat perkembangan Tn. Z ya
Pak/Bu?”
“Tn. Z sudah banyak mengalami peningkatan sebelum Tn. Z dapat
dibawa pulang, Tn. Z akan di evaluasi lebih lanjut agar kondisinya
tidak lagi kambuh.”

67
Fase 4. Terminasi

a. Evaluasi Subyektif

“Bagaimana perasaan Bapak/Ibu setelah berbincang-bincang dengan saya


tentang cara merawat Tn. Z di rumah?”

b. Evaluasi Obyektif

“ Bagaimana, apa Bapak/ Ibu bisa melakukan yang kita pelajari bersama tadi?
Baiklah.”

c.Rencana Tindak Lanjut

“Setelah ini coba Bapak/Ibu mengingat jadwal yang sudah dibuat untuk keluarga
yang ada di rumah ya Pak/Bu?Dan lakukan yang sudah saya jelaskan dan
tolong untuk membantu Tn. Z untuk meminum obatnya sesuai yang saya
ajarkan”

“Dan jangan lupa selalu kontrol ya Pak/Bu?Jika obatnya sesudah habis


Bapak/Ibu bisa kesini lagi untuk konsultasi.”

“Baiklah kalau begitu, saya kira cukup, ada yang perlu di tanyakan lagi
Pak/Bu?”

“Iya sama-sama. Waalaikum salam.

68
TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK (TAK) ORIENTASI REALITA

1. Defenisi
Kelompok adalah kumpulan individu yang memiliki hubungan satu dengan
yang lain, saling bergantung dan mempunyai norma yang sama (Stuart & Laraia,
2001 dikutip dari Cyber Nurse, 2009).
Terapi kelompok merupakan suatu psikoterapi yang dilakukan sekelompok
pasien bersama-sama dengan jalan berdiskusi satu sama lain yang dipimpin atau
diarahkan oleh seorang therapist atau petugas kesehatan jiwa yang telah terlatih
(Pedoman Rehabilitasi Pasien Mental Rumah Sakit Jiwa di Indonesia dalam
Yosep, 2007).
Terapi kelompok adalah terapi psikologi yang dilakukan secara
kelompok untuk memberikan stimulasi bagi pasien dengan gangguan
interpersonal (Yosep, 2008).

2. Manfaat TAK
Terapi aktivitas kelompok mempunyai manfaat :
1) Umum
a. Meningkatkan kemampuan menguji kenyataan (reality testing) melalui
komunikasi dan umpan balik dengan atau dari orang lain.
b. Membentuk sosialisasi
c. Meningkatkan fungsi psikologis, yaitu meningkatkan kesadaran
tentanghubungan antara reaksi emosional diri sendiri dengan perilaku
defensive(bertahan terhadap stress) dan adaptasi.
d. Membangkitkan motivasi bagi kemajuan fungsi-fungsi psikologis seperti
kognitif dan afektif.
2) Khusus
a. Meningkatkan identitas diri.
b. Menyalurkan emosi secara konstruktif.

69
c. Meningkatkan keterampilan hubungan sosial untuk diterapkan sehari-
hari.
d. Bersifat rehabilitatif: meningkatkan kemampuan ekspresi diri,
keterampilan
sosial, kepercayaan diri, kemampuan empati, dan meningkatkan
kemampuan
tentang masalah-masalah kehidupan dan pemecahannya.
(Yosep, 2007)

3. Tahapan dalam TAK


Kelompok sama dengan individu, mempunyai kapasitas untuk tumbuh dan
berkembang. Kelompok akan berkembang melalui empat fase, yaitu: Fase
prakelompok;
fase awal kelompok; fase kerja kelompok; fase terminasi kelompok (Stuart &
Laraia, 2001 dalam Cyber Nurse, 2009).
1) Fase Prakelompok
Dimulai dengan membuat tujuan, menentukan leader, jumlah anggota,
kriteria anggota, tempat dan waktu kegiatan, media yang digunakan.
Menurut Dr.Wartono (1976) dalam Yosep (2007), jumlah anggota kelompok
yang idealdengan cara verbalisasi biasanya 7-8 orang. Sedangkan jumlah
minimum 4 danmaksimum 10. Kriteria anggota yang memenuhi syarat untuk
mengikuti TAKadalah : sudah punya diagnosa yang jelas, tidak terlalu
gelisah, tidak agresif,waham tidak terlalu berat (Yosep, 2007).
2) Fase Awal Kelompok
Fase ini ditandai dengan ansietas karena masuknya kelompok baru,
danperan baru. Yalom (1995) dalam Stuart dan Laraia (2001) membagi fase
inimenjadi tiga fase, yaitu orientasi, konflik, dan kohesif. Sementara Tukman
(1965)dalam Stuart dan Laraia (2001) juga membaginya dalam tiga fase,
yaitu forming,storming, dan norming

70
a) Tahap orientasi : Anggota mulai mencoba mengembangkan sistem
sosial masing-masing, leader menunjukkan rencana terapi dan
menyepakati kontrak dengan anggota.
b) Tahap konflik :Merupakan masa sulit dalam proses kelompok.
Pemimpinperlumemfasilitasi ungkapan perasaan, baik positif maupun
negatif dan membantu kelompok mengenali penyebab konflik. Serta
mencegah perilaku perilaku yang tidak produktif (Purwaningsih &
Karlina, 2009).
c) Tahap kohesif :Anggota kelompok merasa bebas membuka diri tentang
informasi dan lebih intim satu sama lain (Keliat, 2004).
3) Fase Kerja Kelompok
Pada fase ini, kelompok sudah menjadi tim. Kelompok menjadi stabil
danrealistis (Keliat, 2004). Pada akhir fase ini, anggota kelompok menyadari
produktivitas dan kemampuan yang bertambah disertai percaya diri dan
kemandirian (Yosep, 2007)
4) Fase Terminasi
Terminasi yang sukses ditandai oleh perasaan puas dan
pengalamankelompok akan digunakan secara individual pada kehidupan
sehari-hari. Terminasi dapat bersifat sementara (temporal) atau akhir (Keliat,
2004).

4. TAK: aktivitas orientasi realiata


Terapi aktivitas kelompok (TAK) dibagi empat, yaitu terapi aktivitas
kelompok stimulasi kognitif/persepsi, terapi aktivitas kelompok stimulasi sensori,
terapi aktivitas orientasi realita, dan terapi aktivitas kelompok sosialisasi (Keliat,
2004).

A. Topik
Proposal Terapi Aktifitas Kelompok (TAK) Orientasi Realita : Pengenalan dan
membedakan gambar Latar Belakang.

71
1. Definisi Waham
Waham adalah keyakinan seseorang yang berdasarkan penilaian realitas
yang salah. Keyakinan klien tidak konsisten dengan tingkat intelektual dan latar
belakang budaya klien. Waham dipengaruhi oleh faktor pertumbuhan dan
perkembangan seperti adanya penolakan, kekerasan, tidak ada kasih sayang,
pertengkaran orang tua dan aniaya. (Budi Anna Keliat,1999).
Waham adalah keyakinan tentang suatu isi pikiran yang tidak sesuai
dengan kenyataannya atau tidak cocok dengan intelegensia dan latar belakang
kebudayaannya, biarpun dibuktikan kemustahilannya (Maramis,W.F,1995).
Waham adalah keyakinan yang salah dan menetap dan tidak dapat
dibuktikan dalam kenyataan (Sulistiawati, 2005).
a. Jenis- jenis Waham:
1) Waham Agama
2) Waham Kebesaran
3) Waham Nihilistik
4) Waham Sisip Pikir
5) Waham Siar Pikir
6) Waham Kontrol Pikir
b. Tanda dan Gejala:
1) Klien mengungkapkan sesuatu yang diyakininya (tentang agama,
kebesaran, kecurigaan, keadaan dirinya berulang kali secara berlebihan
tetapi tidak sesuai kenyataan)
2) Klien tampak tidak mempunyai orang lain
3) Curiga
4) Bermusuhan
5) Merusak (diri, orang lain, lingkungan)
6) Takut, sangat waspada
7) Tidak tepat menilai lingkungan/ realitas
8) Ekspresi wajah tegang

72
9) Mudah tersinggung(Azis R dkk, 2003)
c. Penyebab dari Waham
Salah satu penyebab dari perubahan proses pikir: waham yaitu
Gangguan konsep diri misalnya harga diri rendah. Harga diri adalah
penilaian individu tentang pencapaian diri dengan menganalisa seberapa
jauh perilaku sesuai dengan ideal diri. Gangguan harga diri dapat
digambarkan sebagai perasaan negatif terhadap diri sendiri, hilang
kepercayaan diri, dan merasa gagal mencapai keinginan ( Budi Anna
Keliat, 1999)
d. Akibat dari Waham
Klien dengan waham dapat berpikir tidak realistis, tidak mengenal
lingkungan dan dapat berakibat terjadinya resiko mencederai diri, orang lain
dan lingkungan. Resiko mencederai merupakan suatu tindakan yang
kemungkinan besar dapat terjadi karena adanya gangguan proses berpikir
pada sesorang. Gangguan proses berpikir seseorang dipengaruhi oleh banyak
factor.

B. Terapi Aktivitas Kelompok Orientasi Realita


Terapi aktivitas kelompok adalah salah satu terapi modalitas yang dilakukan
perawat kepada sekelompok klien yang mempunyai masalah keperawatan yang sama
(Budi Anna Keliat, 2005). Terapi aktivitas kelompok orientasi realita adalah upaya
untuk mengorientasikan keadaan nyata kepada klien, yaitu diri sendiri, orang lain,
lingkungan/ tempat, dan waktu (fik-unad.com).
Klien dengan gangguan jiwa sikotik, mengalami penurunan daya nilai realitas
(reality testing ability). Klien tidak lagi mengenali tempat, waktu, dan orang-orang di
sekitarnya. Hal ini dapat mengakibatkan klien merasa asing dan menjadi pencetus
terjadinya ansietas pada klien. Untuk menanggulangi kendala ini, maka perlu ada
aktivitaas yang memberi stimulus secara konsisten kepada klien tentang realitas di
sekitarnya. Stimulus tersebut meliputi stimulus tentang realitas lingkungan, yaitu diri
sendiri, orang lain, waktu, dan tempat.

73
C. Alasan mengangkat TAK orientasi Realita
Di dalam makalah ini penulis mengangkat beberapa permasalahan yang kerap
kali terjadi di dunia keperawatan jiwa dan masyarakat. Tidak hanya itu, di dalam
makalah sederhana ini juga dihadirkan pemecahan yang sesuai dengan masalah yang
dihadapi, seperti bercerita dengan apa yang didengarnya melalui sebuah terapi yaitu
TAK Orientasi realita. Waham merupakan kegagalan seseorang dengan gangguan
jiwa dalam menggunakan memorinya untuk bercerita tanpa realitas dalam kehidupan.

74
TAK STIMULASI MENGONTROL WAHAM
SESI I : PENDEKATAN
A. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah dilakukan TAK orientasi relita selama ± 30 menit, di harapkan klien
dapat mengenal tempat yang kami jelaskan dan tokoh yang kami kenalkan.
2. Tujuan Khusus
Setelah dilakukan TAK orientasi relita selama ± 30 menit, di harapkan klien:
1) Mampu menunjukan arah ke Rumah Sakit Jiwa tanpa melihat peta.
2) Mampu mengenali warna bangunan Rumah Sakit Jiwa
3) Mampu menceritakan kembali isi dari Rumah Sakit Jiwa
4) Untuk tokoh, klien mampu menyebutkan kembali nama lengkap perawat
Rumah Sakit Jiwa
5) Dapat menyebutkan sedikitnya 2 ciri fisik dari perawat yang ada di dalam
gambar.
B. Setting Tempat (Gambar Posisi)

75
Keterangan:

A: Klien D: Co Leader

B: Fasilitator E: Observer

C: Leader

a. Program Antisipasi
Program antisipasi pada waktu TAK berlangsung ketika klien:
1) Meninggalkan tempat aktivitas tanpa seijin terapis,
2) Berperilaku kasar,
3) Membuat kegaduhan dan,
4) Tidak kooperatif,
Maka kami akan menghentikan sementara aktivitas TAK, lalu
memanggil nama klien untuk memberi peringatan dan kemudian memberi
arahan kepada klien agar tetap mengikuti kegiatan TAK sampai akhir kontrak
di iming- imingi hadiah jajan.
C. Alat yang di Butuhkan
1) Denah peta Rumah Sakit
2) Gambar Rumah Sakit
3) Makanan ringan untuk reword klien.

D. Metode
Kegiatan TAK Orientasi Realita menggunakan metode:
1) Demonstrasi mengenai gambar lokasi tempat dan tokoh yang akan
kami kenalkan.

76
2) Diskusi dan tanya jawab mengenai apa yang terapis sampaikan kepada
klien.

1. Kriteria Anggota Kelompok


1) Klien waham yang kooperatif.
2) Klien tanpa cacat fisik.
3) Klien dengan masalah keperawatan yang sesuai, misalnya gangguan
orientasi realita.
4) Klien waham tanpa perilaku kekerasan.

2. Proses Seleksi Pasien


1) Hasil Observasi sehari-hari di ruangan
2) Informasi dari perawat ruangan
3) Hasil diskusi kelompok
4) Kontrak dengan klien untuk mengikuti kegiatan berdasarkan
kesepakatan mengenai kegiatan tempat dan waktu.

3. Pengorganisasian
a. Leader : Novita Yulia
b. Co Leader : Rafika Hariyanti
c. Fasilitator : Kevin Ananda
d. Fasilitator tambahan : Isnani Mu’arifatus S
e. Observer : Dian Maya Sari

4. Uraian Struktur Pertemuan TAK Orientasi Realita


a. Tempat pelaksanaan : Ruang Jiwa 1
b. Lama Pelaksanaan : ± 30 menit
c. Waktu pelaksanaan :
d. Jumlah Anggota : 4 orang

77
e. Perilaku yang diharapkan :
1) Klien kooperatif
2) Klien dapat mengerti dengan apa yang leader sampaikan dalam
kegiatan TAK dari awal sampai akhir sesuai kontrak.
3) Klien dapat memahami aturan main yang dijelaskan oleh leader.
4) Klien tidak bosan dan tidak membuat kegaduhan.

E. Langkah kegiatan TAK


a. Persiapan
1) Menyiapkan alat dan materi sesuai dengan kegiatan TAK Orientasi
Realita.
2) Menyiapkan tempat sesuai dengan kontrak.
3) Mengajak klien menuju tempat yang sudah disediakan.
b. Orientasi
1) Salam
Leader mengucapkan salam.
2) Perkenalan oleh anggota terapis.
3) Penjelasan maksud dan tujuan.
4) Evaluasi perasaan dan validasi masalah.
5) Kontrak waktu.
6) Penjelasan aturan main.
Aturan main selama TAK Orientasi Realita berlangsung:
a. Klien mengikuti kegiatan dari awal sampai akhir.
b. Kegiatan dibagi menjadi 2 sesi, sesi pertama yaitu penjelasan mengenai
Rumah Sakit Lawang (lokasi, warna, dan isi Rumah Sakit Lawang), yang
kedua mengenalkan perawat Rumah Sakit Lawang (nama lengkap, dan ciri
fisik yang terlihat).
c. Setelah penjelasan selesai dilakukan, maka klien wajib menutup materi yang
telah dibagikan dan tidak boleh menyontek.

78
d. Kemudian leader menunjuk salah seorang anggota dan anggota yang ditunjuk
wajib maju dengan tepuk tangan meriah oleh anggota yang lain beserta
fasilitator.
e. Apabila klien akan keluar untuk BAB, BAK, buang gas, sakit, dll maka di
wajibkan untuk meminta ijin terlebih dahulu kepada fasilitator atau leader.
f. Apabila klien ingin bertanya, dengan cara mengajukan tangan terlebih dahulu.
g. Klien tidak boleh membuat kegaduhan.
h. Klien tetap focus, konsentrasi, sportif, dan bercerita seperti apa yang sudah di
jelaskan (klien tidak boleh membuat cerita bohong).
i. Untuk klien yang mengikuti jalannya TAK dengan baik dan mengikuti aturan
main yang sudah ditetapkan, maka klien tersebut wajib mendapatkan hadiah
jajan.

c. Kerja
Menjelaskan alur kegiatan TAK dari awal sampai akhir, alurnya yaitu:
1) Leader mengucapkan salam.
2) Leader memperkenalkan diri dan memperkenalkan anggota terapis yang
lain.
3) Leader mengatakan maksut dan tujuan diadakannya TAK Orieantasi
Realita.
4) Leader mengevaluasi perasaan hari ini.
5) Menjelaskan maksud dan tujuan.
6) Leader menjelaskan aturan main.
7) Lader dan co leader membagi materi TAK.
8) Leader menjelaskan sesi 1 mengenai Rumah Sakit Lawang.
9) Leader menunjuk salah seorang klien untuk mengulangi cerita
dari yang sudah leader jelaskan.
10) Observer mengamati dan mencatat kegiatan sesi pertama.
11) Leader menjelaskan sesi 2 mengenai identitas perawat.

79
12) Leader menunjuk salah seorang klien untuk mengulangi cerita
dari yang sudah leader ceritakan pada sesi 2.
13) Observer mengamati dan mencatat kegiatan sesi 2.
14) Leader, fasilitator, dan observer memberikan reword nyata kepada
klien yang bisa melakukan kegiatan TAK dengan baik.
15) Menyanyikan yel- yel kelompok sebagai penutup.
16) Observer mengevaluasi kegiatan TAK Orientasi Realita.

d. Terminasi
1) Leader melakukan evaluasi subjektif (perasaan pasien setelah kegiatan
TAK Orientasi Realita).
2) Leader melakukan evaluasi objektif (menanyakan hal-hal terkait
dengan topik TAK Orientasi Realita yang sudah dilakukan
3) Leader bersama co leader membuat Rencana Tindak Lanjut terkait
topik TAK Orientasi Realita untuk mempelajari dan menceritakan
secara nyata materi kegiatan yang sudah dilakukan.
4) Membuat kontrak dengan pasien tentang topic TAK, waktu TAK,
tempat TAK yang akan datang.

F. Evaluasi
a. Evaluasi proses
b. Evaluasi hasil
c. Menggunakan format evaluasi standar.
Format Evaluasi Observer

Nama Klien
Unsur yang dinilai Sdr. A Sdr. B Sdr. C Sdr. D
Mampu menunjukan arah ke Rumah
Sakit Lawang.
Mampu mengenali warna bangunan

80
Rumah Sakit Lawang.
Mampu menceeritakan kembali isi
dari Rumah Sakit Lawang.
Untuk tokoh, klien mampu
menyebutkan kembali nama lengkap
perawat Rumah Sakit Lawang..
Dapat menyebutkan sedikitnya 2 ciri
fisik dari perawat.
Menjelaskan mengenai apa yang
sudah didengar klien dengan cerita
yang sesungguhnya.

………………, ………… 2016

Evaluator

(………………………..)

81
TAK STIMULASI MENGONTROL WAHAM
SESI II : MENGENAL
A. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah dilakukan TAK orientasi relita selama ± 30 menit, di harapkan klien
dapat mengenal tempat yang kami jelaskan dan tokoh yang kami kenalkan.
2. Tujuan Khusus
Setelah dilakukan TAK orientasi relita selama ± 30 menit, di harapkan klien:
1) Mampu mengenali perawat Rumah Sakit Jiwa tanpa ada kecurigaan
2) Untuk tokoh, klien mampu menyebutkan kembali nama lengkap perawat
Rumah Sakit Jiwa tanpa rasa takut.
3) Dapat menyebutkan sedikitnya 2 ciri fisik dari perawat yang ada di dalam
foto.
B. Setting Tempat
1) Klien duduk melingkar
2) Kelompok ditempat yang tenang

C. Alat yang di Butuhkan


Foto Perawat dan perawat yang ditujukan.
1) Foto perawat Rumah Sakit Jiwa.
2) Makanan ringan untuk reword klien.

D. Metode
Kegiatan TAK Orientasi Realita menggunakan metode:
1) Demonstrasi mengenali petugas serta perawat.
2) Diskusi dan tanya jawab mengenai apa yang terapis sampaikan kepada klien.

1. Kriteria Anggota Kelompok


1) Klien waham yang kooperatif.
2) Klien tanpa cacat fisik.

82
3) Klien dengan masalah keperawatan yang sesuai, misalnya gangguan
orientasi realita.
4) Klien waham tanpa perilaku kekerasan.
2. Proses Seleksi Pasien
1) Hasil Observasi sehari-hari di ruangan
2) Informasi dari perawat ruangan
3) Hasil diskusi kelompok
4) Kontrak dengan klien untuk mengikuti kegiatan berdasarkan kesepakatan
mengenai kegiatan tempat dan waktu.
3. Uraian Struktur Pertemuan TAK Orientasi Realita
a. Tempat pelaksanaan : Ruang Jiwa 1
b. Lama Pelaksanaan : ± 30 menit
c. Waktu pelaksanaan :
d. Jumlah Anggota : 4 orang
e. Perilaku yang diharapkan :
1) Klien kooperatif
2) Klien dapat mengerti dengan apa yang leader sampaikan dalam
kegiatan TAK dari awal sampai akhir sesuai kontrak.
3) Klien dapat memahami aturan main yang dijelaskan oleh leader.
4) Klien tidak bosan dan tidak membuat kegaduhan.
E. Langkah kegiatan TAK
a. Persiapan
1) Menyiapkan alat dan materi sesuai dengan kegiatan TAK Orientasi Realita.
2) Menyiapkan tempat sesuai dengan kontrak.
3) Mengajak klien menuju tempat yang sudah disediakan.
b. Orientasi
1) Salam
Leader mengucapkan salam.
2) Perkenalan oleh anggota terapis.
3) Penjelasan maksud dan tujuan.

83
4) Evaluasi perasaan dan validasi masalah.
5) Kontrak waktu.
6) Penjelasan aturan main.
Aturan main selama TAK Orientasi Realita berlangsung:
a. Klien mengikuti kegiatan dari awal sampai akhir.
b. Setelah penjelasan selesai dilakukan, maka klien wajib menghapal dan
mengenali nama perawat Rumah sakit Lawang.
c. Kemudian leader menunjuk salah seorang anggota dan anggota yang ditunjuk
wajib maju dengan tepuk tangan meriah oleh anggota yang lain beserta
fasilitator.
d. Apabila klien akan keluar untuk BAB, BAK, buang gas, sakit, dll maka di
wajibkan untuk meminta ijin terlebih dahulu kepada fasilitator atau leader.
e. Apabila klien ingin bertanya, dengan cara mengajukan tangan terlebih dahulu.
f. Klien tidak boleh membuat kegaduhan.
g. Klien tetap focus, konsentrasi, sportif, dan bercerita seperti apa yang sudah di
jelaskan (klien tidak boleh membuat cerita bohong).
h. Untuk klien yang mengikuti jalannya TAK dengan baik dan mengikuti aturan
main yang sudah ditetapkan, maka klien tersebut wajib mendapatkan hadiah.
c. Kerja
Menjelaskan alur kegiatan TAK dari awal sampai akhir, alurnya yaitu:
1) Leader mengucapkan salam.
2) Leader memperkenalkan diri dan memperkenalkan anggota terapis yang
lain.
3) Leader mengatakan maksut dan tujuan diadakannya TAK Orieantasi
Realita.
4) Leader mengevaluasi perasaan hari ini.
5) Menjelaskan maksud dan tujuan.
6) Leader menjelaskan aturan main.
7) Lader dan co leader membagi materi TAK.

84
8) Leader menjelaskan sesi II yaitu mengenali satu persatu perawat Rumah
Sakit.
9) Leader menunjuk salah seorang klien untuk menyebutkan nama perawat..
10) Observer mengamati dan mencatat kegiatan sesi 2.
11) Leader, fasilitator, dan observer memberikan reword nyata kepada klien
yang bisa melakukan kegiatan TAK dengan baik.
12) Menyanyikan yel- yel kelompok sebagai penutup.
13) Observer mengevaluasi kegiatan TAK Orientasi Realita.
d. Terminasi
1) Leader melakukan evaluasi subjektif (perasaan pasien setelah kegiatan
TAK Orientasi Realita).
2) Leader melakukan evaluasi objektif (menanyakan hal-hal terkait dengan
topik TAK Orientasi Realita yang sudah dilakukan).
3) Leader bersama co leader membuat Rencana Tindak Lanjut terkait topik
TAK Orientasi Realita untuk mempelajari dan menceritakan secara nyata
materi kegiatan yang sudah dilakukan.
F. Evaluasi
a. Evaluasi proses
b. Evaluasi hasil
c. Menggunakan format evaluasi standar.

85
Format Evaluasi Observer

EVALUASI PENAMPILAN OBSERVER Klien.A

Nama: ……………………

Jenis TAK: ………………

Tempat praktek: …………

Hari, tgl: ………………...

Skor

No Kriteria Evaluasi 4 3 2 1

1 Mengobservasi proses TAK

2 Mengobservasi kondisi pasien

3 Memberikan laporan tentang proses TAK

4 Merangkum proses kelompok

Total Skor

………………, ………… 2016

Evaluator

(………………………..)

86
EVALUASI PENAMPILAN OBSERVER Klien. B

Nama: ……………………

Jenis TAK: ………………

Tempat praktek: …………

Hari, tgl: ………………...

Skor

No Kriteria Evaluasi 4 3 2 1

1 Mengobservasi proses TAK

2 Mengobservasi kondisi pasien

3 Memberikan laporan tentang proses TAK

4 Merangkum proses kelompok

Total Skor

………………, ………… 20016

Evaluator

(………………………..)

87
EVALUASI PENAMPILAN OBSERVER Klien. C

Nama: ……………………

Jenis TAK: ………………

Tempat praktek: …………

Hari, tgl: ………………...

Skor

No Kriteria Evaluasi 4 3 2 1

1 Mengobservasi proses TAK

2 Mengobservasi kondisi pasien

3 Memberikan laporan tentang proses TAK

4 Merangkum proses kelompok

Total Skor

………………, ………… 2016

Evaluator

(…………………………..)

88
EVALUASI PENAMPILAN OBSERVER Klien. D

Nama: ……………………

Jenis TAK: ………………

Tempat praktek: …………

Hari, tgl: ………………...

Skor

No Kriteria Evaluasi 4 3 2 1

1 Mengobservasi proses TAK

2 Mengobservasi kondisi pasien

3 Memberikan laporan tentang proses TAK

4 Merangkum proses kelompok

Total Skor

………………, ………… 2016

Evaluator

(…………………………..)

89
BAB V
KESIMPULAN

4.1 Kesimpulan
Waham merupakan keyakinan tentang suatu pikiran yang kokoh, kuat,
tidak sesuai dengan kenyataan, tidak cocok dengan in telegensi dan latar
belakang budaya, selalu dikemukakan berulang-ualang dan berlebihan biarpun
telah dibuktikan kemustahilannya atau kesalahannya atau tidak benar secara
umum.
 Macam-macam waham :
1. Waham Kebesaran.
2. Waham Agama.
3. Waham Somatic.
4. Waham Curiga.
5. Waham Nihilistik.
6. Waham Dosa.

4.2 Saran

Untuk menghadapi keadaan yang demikian sebaiknya anggota keluarga harus


bersabar dalam menghadapi pasien dengan waham.

90
Daftar Pustaka

Aziz R, dkk.2003. Pedoman Asuhan Keperawatan Jiwa. Semarang: RSJD dr Amino

Gondo Utomo

Direja, Ade Herman Surya.2011. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta:

Nuha Medika

Isaacs, Anna. 2004. Keperawatan Kesehatan Jiwa dan Psikiatrik. Jakarta: EGC

Ma’rifatul, Lilik A. 2011. Keperawatan Jiwa Aplikasi Praktik Klinik. Yogyakarta:

Graha Ilmu

91

Anda mungkin juga menyukai