SISTEM REPRODUKSI
“TOKSOPLASMOSIS”
DISUSUN OLEH :
KELAS 3B / S1 KEPERAWATAN
PROGRAM S1 KEPERAWATAN
STIKES BINA SEHAT PPNI MOJOKERTO
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya kepada kita semua. Dan juga yang telah melancarkan segala kegiatan
penyusunan makalah ini . Sehingga kami dapat dengan mudah dalam mengerjakannya.
Semua ini atas bimbingan Bu Noer selaku Dosen Pembimbing yang selalu
memberikan pengarahan kepada kami. Terima kasih kami sampaikan kepada Bu Noer yang
telah memberikan seluruh jiwa dan raga untuk mendidik, membimbing dan mengarahkan
kami semua. Semua itu sangat berharga bagi kami.
Makalah ini kami susun untuk mempermudah dalam pola pembelajaran SISTEM
REPRODUKSI. Dimana, kami akan membahas perihal tentang TOKSOPLASMOSIS.
Semoga makalah ini bisa bermanfaat dan menjadi bahan pembelajaran penyusunan
makalah secara continue bagi kami semua.
Kami mohon maaf apabila ada kesalahan dalam penulisan maupun bahasa yang kami
gunakan. Kritik dan saran sangat kami butuhkan untuk kesempurnaan dalam menyusun
makalah ini.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
gondii. Sedangkan terjadinya infeksi congenital dapat terjadi secara intra uterin
melalui plasenta (Jones, dkk 2007).
Setelah terjadi infeksi T. gondii ke dalam tubuh akan terjadi proses yang
terdiri dari tiga tahap yaitu tahap pertama adalah parasitemia, di mana parasit
menyerang organ dan jaringan serta memperbanyak diri dan menghancurkan sel-
sel inang. Perbanyakan diri ini paling nyata terjadi pada jaringan
retikuloendotelial dan otak, di mana parasit mempunyai afinitas paling besar.
Pembentukan antibodi merupakan tahap kedua setelah terjadinya infeksi. Tahap
ketiga rnerupakan fase kronik, terbentuk kista-kista yang menyebar di jaringan
otot dan syaraf, yang sifatnya menetap tanpa menimbulkan peradangan lokal.
Gejala susunan syaraf pusat sering meninggalkan gejala sisa, misalnya retardasi
mental dan motorik.
1.3 Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk memahami Asuhan Keperawatan pada pasien dengan
Toksoplasmosis
2. Tujuan Khusus
2
Mahasiswa dapat memahami tentang Asuhan Keperawatan pada
pasien dengan Toksoplasmosis
Mahasiswa mampu menerapkan perawatan yang baik bagi pasien
dengan Toksoplasmosis
1.4 Metode Penelitian
Dalam pembuatan makalah ini, kami mengumpulkan data-data yang diambil
dari sumber buku, referensi penunjang dan diskusi kelompok.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
2.2 Etiologi
Penyebab dari infeksi tersebut adalah makan daging mentah yang
mengandung telur (ookista) toksoplasma, sayuran yang terkontaminasi telur
(ookista) toksoplasma, melalui tangan yang terkontaminasi (misalkan pada
petugas laboratorium, perkebunan, peternakan dan lain-lain). Kontak yang
tidak sengaja dengan tinja kucing. Bermain-main dengan kucing selama
hamil.
Penyebab toksoplasmosis adalah protozoa Toksoplasma gondii, termasuk
dalam sub klas Coccidia. Toxoplasma gondii adalah mahluk hidup bersel
satu, yang merupakan parasit pada tubuh organisme hidup lain (hospes) dan
mengambil semua nutrisi dari hospesnya, parasit toxoplasma sangat umum
ditemukan pada tanah, tinja kucing, sayuran mentah, daging mentah, terutama
daging babi, kambing dan rusa, parasit tersebut dapat juga masuk ketika
menghirup udara bersama debu.
4
Parasit ini pertama kali ditemukan pada rodensia liar Ctenodactylus
gondii tahun 1908. Sejak sat itu parasit dapat ditemukan pada berbagai jenis
mamalia dan unggas.
Toksoplasma gondii. Habitat T. Gondii yang dapat berada pada anjing,
kucing, tikus, burung, ayam, kerbau, babi, domba atau kambing. Penyakit ini
dapat ditularkan kepada manusia. Manusia dapat terkena infeksi jika menelan
ookista yang mencemari makanan atau dengan cara lain. Sumber
penularannya adalah kotoran hewan berbulu, terutama kucing.
5
Couvreur. Infeksi pada plasenta dipengaruhi oleh saat terjadinya infeksi
dan terdapat korelasi positif antara isolasi parasit dari plasenta dengan
infeksi pada neonatus. Namun hanya 30% infeksi terjadi pada bayi dari
ibu yang terinfeksi pada kehamilan. Seorang ibu seringkali tidak
mengetahui mendapat infeksi tokso-plasma pada saat kehamilan,
walaupun kadang-kadang masih dapat ditemukan pembesaran kelenjar
servikal pada saat melahirkan.
2. Transmisi Melalui Makanan
Tranmisi kemungkinan besar melalui daging yang mengandung kista.
Transmisi melalui daging yang tidak atau kurangmatang bukan
merupakan jalur penularan yang penting dibandingkan dengan
penularan melalui makanan yang tercemar kista dari tinja kucing.
Sedangkan penularan melalui air susu, termasuk asi tidak pernah
dilaporkan.
3. Penularan Lain
Transmisi lain yang pernah dilaporkan ialah penularan melalui tranfusi
darah dari donor yang menderita toksoplasmosis a-simtomatis, baik
packed red cells, suspensi granulosit atau darah segar. Penularan lain
dapat terjadi melalui petugas laboratorium yang bertugas memelihara
binatang dan alat suntik yang terkontaminasi.
2.5 Patofisiologi
Invasi di usus
6
Parasit dalam makrofag Parasit dalam limpfosit
Proses inflamasi
Peningkatan
metabolisme tubuh
Hipertermi
Keseluruh tubuh
Pembesaran
Menginfeksi janin Infeksi retina Nyeri otot,
kelenjar limfe
kelemahan
Nyeri Toksoplasmosi
Nyeri tenggorok Akut -Kabur
s kongenital
-Fotopobia
-Rasa nyeri pada
Trimester I mata
Sulit menelan
Sasat Lahir
Sisitem imun
belum terbentuk
Resti Cidera
Hidrosefalus
8
( sering di leher). Gejala lain bisa termasuk demam ,malaise, keringat
malam, nyeri otot, ruam makulopapular dan sakit tenggorokan.
2) Toxoplasmosis pada orang dengan sistem kekebalan yang lemah.
Toxoplasmosis pada orang dengan sistem kekebalan yang lemah
misalnya, pasien dengan AIDS dan kanker. Pada pasien ini, infeksi
mungkin melibatkan otak dan sistem syaraf, menyebabkan ensefalitis
dengan gejala termasuk demam, sakit kepala, kejang-kejang dan
masalah penglihatan, ucapan, gerakan atau pemikiran. manifestasi lain
dari penyakit ini termasuk penyakit paru-paru, menyebabkan demam,
batuk atau sesak nafas dan miokarditis dapat menyebabkan gejala
penyakit jantung, dan aritmia.
3) Toxoplasma ocular
Toksoplasma okular oleh uveitis, sering unilateral, dapat dilihat pada
remaja dan dewasa muda. Sindrom ini sering merupakan akibat dari
infeksi kongenital tanpa gejala atau menunda hasil infeksi postnatal.
Infeksi diperoleh pada saat atau sebelum kehamilan sehingga
menyebabkan bayi toksoplasmosis bawaan. Banyak bayi yang
terinfeksi tidak menunjukkan gejala saat lahir, namun sebagian besar
akan mengembangkan pembelajaran dan visual cacat atau bahkan
parah, infeksi yang mengancam jiwa di masa depan, jika tidak
ditangani.
4) Toksoplasmasis pada wanita hamil.
Kebanyakan wanita yang terinfeksi selama kehamilan tidak
menunjukkan tanda- tanda penyakit. Hanya wanita tanpa infeksi
sebelumnya dapat menularkan infeksi ke janin. Kemungkinan penyakit
toksplasmosis bawaan terjadi ketika bayi baru lahir. Tergantung pada
tahap kehamilan saat infeksi ibu terjadi. Pada kondisi tertentu, infeksi
pada wanita selama kehamilan menyebabkan abortus spontan, lahir
mati, dan kelahiran premature. Abortus dan stillbirths juga dapat
dipertimbangkan, terutama bila infeksi terjadi pada trimester pertama.
9
Tanda dan gejalanya yaitu penlihatan kabur, rasa sakit, fotofobia, dan
kehilangan sebangian atau seluruh keseimbangan tubuh.
5) Toxoplasmosis kongenital.
Bayi yang terinfeksi selama kehamilan trimester pertama atau kedua
yang paling mungkin untuk menunjukkan gejala parah setelah lahir.
Tanda-tandanya yaitu demam, pembengkakan kelenjar getah bening,
sakit kuning (menguningnya kulit dan mata), sebuah kepala yang sangat
besar atau bahkan sangat kecil, ruam, memar, pendarahan, anemia, dan
pembesaran hati atau limpa. Mereka yang terinfeksi selama trimester
terakhir biasanya tidak menunjukkan tanda-tanda infeksi pada
kelahiran, tetapi mungkin menunjukkan tanda-tanda toksoplasmosis
okular atau penundaan perkembangan di kemudian hari.
10
Hasil dan tindak lanjut
1. Ig G (-), Ig M (-) :belum pernah terinfeksi, oleh karena itu belum
kebal terhadap tokso. Harus dipantau setiap trimester sampai
akhir kehamilan. Lakukan tindakan preventif dengan menjauhi
sumber infeksi/ penularan.
2. Ig G (-), Ig M (+) : Infeksi sedang terjadi, masih di tahap awal
sehingga Ig G belum terbentuk. Lakukan pemeriksaan ulang 2-3
minggu kemudian, apakah Ig G menjadi (+), jika hasilnya tetap
(-) berarti Ig M tidak spesifik dan Ibu tidak terinfeksi. Harus
dipantau setiap trimester sampai akhir kehamilan. Lakukan
tindakan preventif dengan menjauhi sumber infeksi/penularan.
3. Ig G (+), Ig M (-) : infeksi sudah pernah terjadi sebelumnya, dan
sudah memiliki kekebalan terhadap tokso yang nantinya melalui
plasenta dapat diberikan pada janin sehingga janin terlindung.
4. Ig G (+), Ig M (+) : ada dua kemungkinan, yaitu infeksi primer
(pertama kali dalam selang waktu yang tidak lama) atau infeksi
lama dengan sisa Ig M. Dipastikan dengan melakukan
pemeriksaan Ig G avidity dan dengan melihat ada tidaknya
kenaikan titer Ig G
11
c. USG untuk melihat keadaan janin
3. Setiap wanita hamil yang dicurigai terinfeksi toksoplasma perlu segera
dirujuk untuk menjalani pemeriksaan ultrasonografi dan mendapat
penatalaksanaan medis. Tujuan pemeriksaan ultrasonografi ialah
mendeteksi anomali janin,hepatomegali,asites atau kelainan
intracranial. Cairan amnion dan darah janin dapat digunakan sebagai
sampel untuk memastikan infeksi pada janin
4. Pemeriksaan serum yang harus dilakukan adalah igM dan igG dan
diulang dalam 3 minggu. I nfeksi dini akan ditunjukkan oleh nilai igM
yang tinggi atau menin gkat,sedangkan igG bervariasi dari negative
hingga positif. Upayakan tes ini dilakukan di laboratorium rujukan yang
diakui keakuratannya.
2.10 Pencegahan
1. Untuk mencegah toksoplasmosis dan penyakit menular melalui makanan
lain,makanan harus dimasak pada suhu yang aman. Gunakan temperatur
untuk mengukur suhu bagian dalam daging yang sedang dimasak.
Tujuannya adalah memastikan daging dimasak sempurna. Daging
sapi,domba,kerbau,dan steak,harus dimasak sampai suhu 62,80C. Daging
babi, ground meat,dan wild game harus dimasak hingga suhu 710C.
Sementara daging unggas harus dimasak hingga suhu 820C.
2. Sayur dan buah-buahan harus dikupas dan dicuci menyeluruh sebelum
dimakan
3. Telanan,piring,dan gelas kotor,meja makan,dan tangan harus dicuci
dengan air sabun hangat setiap kali selesai kontak dengan daging,daging
unggas,makanan laut,atau buah atau sayuran yang belum dicuci.
4. Wanita hamil harus mengenakan sarung tangan jika hendak
berkebun,sebab kotoran kucing bias saja terdapat di tanah atau pasir.
Setiap kali sel;esai kontak dengan tanah atau pasir,mereka harus
membasuh tangan mereka dengan sbun dan air secara menyeluruh.
12
5. Sedapat mungkin wanita hamil tidak membersihkan wadah kotoran
kucing,kalaupun terpaksa,kenakan sarung tangan kemudian cuci tangan
dengan menyeluruh. Bersihkan wadah kotoran kucing setiap hari sebab
oosit toksoplasma setelah beberapa hari menjadi menular. Wanita hamil
juga disarankan mengurung kucing peliharaannya dan tidak mengambil
atau menggendong kucing jalanan. Selain itu.kucing hanya boleh diberi
makanan kaleng atau makanan khusus yang dijualk dipasaran atau
makanan yang dimasak sempurna,bukan daging mentah atau makan yang
tidak dimasak sempurna.
6. Pendidikan kesehatan bagi wanita usia subur mencakup informasi
tentang mekanisme penularan toksoplasmosis melalui daging dan tanah
terinfeksi serta pencegahannya. Para petugas kesehatan harus memberi
pendidikan kepada wanita hamil pada kunjungan prenatal
pertamanya,yang mencakup kebersihan makanan dan pencegahan
pajanan pada kotoran kucing. (Buku saku Kebidanan, hal: 488)
13
BAB III
PEMBAHASAN
14
B. Pemeriksaan Kesehatan
1. B1 (Breathing)
a. Inspeksi : bentuk dada normal (simetris), pernafasan normal
(14-20x/mnt), tidak ada lesi.
b. Palpasi : tidak ada nyeri tekan, tidak ada benjolan, gerakan
dinding thoraxs normal.
c. Perkusi : resonan
d. Auskultasi : tidak ada suara nafas tambahan.
2. B2 (Blood)
a. Inspeksi : konjungtiva sedikit pucat, sklera putih, palpebra
tidak odem, mata sedikit cowong.
b. Palpasi : Tekanan darah 90/70 mmHg, Nadi 120x /menit,
Suhu 39° C
c. Auskultasi : bunyi jantung normal.
3. B3 (Brain)
a. Inspeksi : composmentis, tidak ada bekas luka atau operasi
pada kepala,
4. B4 (Bladder)
a. Inspeksi : tidak terpasang kateter, BAK frekuwensi normal,
warna jernih.
b. Palpasi : tidak ada nyeri tekan pada kandung kemih.
5. B5 (Bowel)
a. Inspeksi : abdomen simetris, tidak ada lesi atau bekas
operasi, BAB lebih sering (diare) 4-5x sehari
b. Palpasi : ada nyeri
tekan pada
abdomen.
c. Perkusi : perut
kembung
15
d. Auskultasi : bising
usus 35x/menit
(diare)
6. B6 (Bone)
a. Inspeksi : ada rash pada kulit, terjadi kelemahan otot
b. Palpasi : terdapat
nyeri tekan pada
ekstremitas
C. Pemeriksaan penunjang
Dilakukan pemeriksaan IgG dan IgM. Dari hasil pemeriksaan di
temukan :
Hasil IgG (+) dan IgM (+)
16
0
berhubungan Setelah C menunjukkan
dengan dilakukan proses penyakit
peningkatan tindakan infeksius akut
metabolisme selama 2x24 2. Suhu ruangan
tubuh jam diharap 2. Pantau suhu harus diubah
terhadap kan suhu lingkungan, batasi untuk
penyakit dalam batas linen tempat tidur mempertahanka
ditandai normal (36- sesuai dengan n suhu
dengan suhu 37,50C) indikasi mendekati
tubuh KH: normal
meningkat - Terjadi 3. Dapat
390 C, akral peningkat 3. Berikan kompres membantu
dingin, an suhu hangat, hindari mengurangi
malaise. - Kulit penggunaan alcohol dema,
kemeraha penggunaan air
n dan es atau alcohol
hangat dapat
waktu menyebabkan
disentuh peningkatan
suhu secara
aktual
4. Untuk
4. Kolaborasi mengurangi
- Berikan Antipiretik, demam dengan
mis: Aspirin, aksi sentral nya
asetaminofen dihipotalamus
dan
meningkatkan
autodestruksi
dari sel-sel yang
terinfeksi
17
- Digunakan
- Berikan selimut untuk
pendingin mengurangi
demam pada
suhu 39,5-40 0C
2. Nyeri akut Tujuan: 1. Kaji intensitas skala 1. Memantau
berhubungan Setelah nyeri tingkastan skala
dengan dilakukan nyeri, berguna
proses tindakan dalam proses
inflamasi selama 2x24 penyembuhan
ditandai jam diharap 2. Berikan kompres 2. Menurunkan
dengan kan nyeri hangat di sekitar rasa nyeri ,
adanya dapat area nyeri memberikan
pembesaran berkurang kenyamanan .
kelenjar atau bahkan meningkatkan
limfe, nyeri hilang vasokontriksi
tenggorokan, KH: 3. Ajarkan teknik 3. Menurunkan
nyeri otot. - Klien distraksi relaksasi rasa nyeri
melaporkan 4. Berikan latihan 4. Dapat
nyeri rentang gerak membantu
berkurang aktif/pasif secara merelaksasikan
- Klien tepat dan masase ketegangan otot
tampak otot daerah yang
rileks. leher/bahu meningkatkan
- Klien reduksi nyeri /
mampu rasa tidak
tidur/istirah nyaman tersebut
at dengan 5. Kolaborasi dengan 5. Menghilangkan
tenang tim medis dalam rasa nyeri dan
pemberian analgesic mempermudah
dalam intervensi
18
lainya.
3. Defisit Tujuan: 1. Awasi tanda-tanda 1. Indikator ke
volume Setelah vital, status adekuatan
cairan dilakukan membrane mukosa sirkulasi
berhubungna tindakan dan turgor kulit
dengan tidak selama 2x24 2. Ukur atau catat 2. Penurunan
adekuat jam diharap haluaran urine haluaran urine
cairan kan menyebabkan
ditandai kebutuhan hipovolemia
dengan cairan tubuh 3. Pantau tekanan 3. Pengurangan
mual, terpenuhi darah atau denyut dalam sirkulasi
muntah, KH: jantung volume cairan
diare, nadi - Mempert dapat
120x /menit, ahankan mengurangi
mukosa bibir volume tekanan darah
kering, sirkulasi 4. Palpasi denyut 4. Denyut yang
turgor kulit adekuat perifer lemah dan
jelek. - Nadi mudah hilang
dalam dapat
dalam menyebabkan
batas hipovolemia
normal 5. Kaji membrane 5. Hipovolemia
(80- mukosa kering, atau cairan
100x/men turgor kulit yang ruang ke 3
it) kurang baik dan angakan
- Haluaran rasa haus memperkuat
urine tanda-tanda
adekuat dehidrasi
- Membran 6. Kolaborasi 6. Sejumlah besar
e mukosa cairan mungkin
lembab - Berikan cairan IV dibutuhkan
19
- Turgor sesuai indikasi untuk mengatasi
kulit baik hipovolemia
relative
(vasodilatasi
perifer)
4. Cemas Tujuan: 1. Kaji tingkat 1. ketidaktahuan
berhubungan Setelah pengetahuan klien dapat menjadi dasar
dengan dilakukan dan keluarga peningkatan rasa
pengetahuan tindakan terhadap penyakit. cemas.
. selama 2x24 2. Kaji derajad 2. kecemasan yang
jam diharap kecemasan yang tinggi dapat
kan tidak dialami klien. menyebabkan
terjadi penurunan penilaian
kecemasan, objektif klien
pengetahuan tentang penyakit.
klien dan 3. Bantu klien 3. pelibatan klien
keluarga mengidentifikasi secara aktif dalam
terhadap penyebab tindakan
penyakit kecemasan. keperawatan
meningkat. merupakan suport
KH : yang mungkin
- Klien berguna bagi klien
dapat dan meningkatkan
mengetah kesadaran diri klien.
ui 4. Asistensi klien 4. peningkatan nilai
penyakit menentukan tujuan objektif terhadap
yang di perawatan bersama masalah
derita. berkontribusi
- Keluarga menurunkan
juga kecemasan.
mampu 5. Terangkan hal-hal 5. konseling bagi
20
memaha seputar aborsi yang klien sangat
mi perlu diketahui oleh diperlukan bagi
tentang klien dan keluarga. klien untuk
penyakit meningkatkan
yang di pengetahuan dan
derita membangun suport
oleh system keluarga
anggota untuk mengurangi
keluarga. kecemasan klien
dan keluarga.
5. Berduka Tujuan: 1. 1. dengan
berhubungan Setelah 2. memberikan
dengan dilakukan 3. motivasi yang baik,
kehilangan tindakan 4. berikan lingkungan klien akan merasa
janin yang selama 2x24 yang nyaman dan lebih tahu dan
ditandai jam diharap tenang, mengerti
dengan kan klien 2. mencari tahu
pasien tidak terlalu appa yang membuat
mengeluh larut dalam klien tetap merasa
sedih jika kesedihan. sedih, kemudian
kehilangan KH: nanti mencari jalan
janinnya. - Klien keluar yang baik
dapat 3. suport keluarga
melakuka sangat penting
n dalam proses
aktivitasn penyembuhan
ya psikologis klien.
dengan 4. dengan
baik lingkungan yang
- Klien baik, klien dapat
tidak lagi beristirahat dengan
21
merasa baik dan dapat
berduka menenangkan
dengan fikirannya.
aoa yang
telah
terjadi
(lebih
tenang)
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
4.2 Saran
22
Dengan mengetahui toksoplasmosis, penyebab, tanda
gejala,dan pencegahannya maka diharapkan pembaca dapat lebih
berhati-hati dalam menjaga pola hidup sehari-hari dan menjaga pola
makan. Dan dengan membaca tentang makalah ini diharapkan dapat
menambah pengetahuan kita tentang gangguan toksoplasmosis. Kritik
dan saran sangat kami harapkan untuk kesempurnaan makalah kami
ini di masa yang akan datang.
Daftar Pustaka
23
24